Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab berisi latar belakang yang menjelaskan gambaran umum
PT.LSIP kemudian menjelaskan tentang pengertian proses pemesinan serta
kegunaannya dalam pembuatan desk lamp. Lalu pada bab ini juga ini juga
dibahas tentang rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta
sistematika penulisan laporan yang digunakan pada laporan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemesinan
Proses pemesinan adalah proses yang dilakukan setelah membuat pola dari
beberapa komponen penyusun produk akhir. Pemesinan diperlukan sebagai
lanjutan dari pembentukan benda kerja atau mungkin juga sebagai proses akhir
setelah pembentukan bahan mentah menjadi bahan baku yang dibentuk
menggunakan alat tertentu untuk disusun menjadi bentuk benda yang diinginkan.
Proses pemesinan adalah sebuah proses yang sangat penting di dunia
industri. Pemesinan diperlukan untuk merubah bentuk dengan cara membuang
sebagian material dalam bentuk serpihan geram/chip. Selama proses
permesinan berlangsung terjadi interaksi antara pahat dengan benda kerja
dimana benda kerja terpotong sedangkan pahat mengalami perubahan
temperature terus meningkat yang dapat menurunkan kemampuan fungsional
pahat. Sedangkan material benda kerja akan mengalami proses-proses
perubahan sifat fisik maupun kimianya (Rochim, 2013).
Semua jenis material baik logam maupun nonlogam dapat digunakan oleh
industri setelah mengalami berbagai proses pengolahan, seperti peleburan,
pengecoran, pencetakan, pengelasan, perlakuan permukaan, pengerjaan panas,
pengerjaan dingin, pemotongan, dan perakitan. Salah satu proses pengolahan
bahan baku industri tersebut yaitu dengan proses pemotongan. Secara
konvensional, proses pemotongan dapat dilakukan dengan mesin bubut, mesin
freis, mesin gerinda dan lain-lain (Antoni, 2019). Proses pemotongan dengan
menggunakan mesin pres terdiri dari pengguntingan (shearing), pengepresan
(pressing) dan penarikan (drawing, elongating). Proses pemotongan konvensional
dengan mesin perkakas meliputi proses bubut (turning), proses frais (milling),
sekrap (shaping). Proses pemotongan logam ini biasanya dinamakan proses
pemesinan, yang dilakukan dengan cara membuang bagian benda kerja yang tidak
digunakan menjadi beram (chips) sehingga terbentuk benda kerja.
Salah satu proses pemotongan logam yang paling banyak digunakan
dalam perindustrian manufaktur adalah proses pembubutan (Rizal, 2018). Proses
pembubutan ialah salah satu proses yang sering digunakan untuk konstruksi
elemen mesin di industri manufaktur yaitu dirgantara, otomotif, perkapalan.
Proses pemotongan logam merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin perkakas)
dengan cara memotong, selain itu proses pemotongan logam merupakan
kegiatan terbesar yang dilakukan pada industri manufaktur, proses ini
mampu menghasilkan komponen-komponen yang memiliki bentuk
yang kompleks dengan akurasi geometri dan dimensi yang tinggi. Proses
pemesinan seperti proses bubut ini pada dasarnya merupakan suatu proses
pembuangan sebagian bahan benda kerja dimana pada proses pemotongannya
akan. menyebabkan pergerakan pahat potong mengakibatkan timbulnya geram
(chip) yang terbentuk akibat proses pergeseran (shearing) secara kontinu pada
bidang geser.
Proses pemesinan sendiri terbagi menjadi 3 kategori :
1. Proses pemotongan (cutting), yaitu proses pemesinan dengan
menggunakan pisau pemotongan dengan bentuk geometri tertentu.
2. Proses abrasi (abrasive process), seperti proses gerinda
3. Proses pemesinan non tradisional yaitu yang dilakukan secara elektrik
Proses pemesinan dalam bidang industri juga terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
metode pemotongan konvensional dan pemotongan dengan metode non
konvensional. Metode konvensional biasanya menggunakan mesin bubut, frais,
mesin bor, ketam, dan sebagainya, sedangkan metode non konvensional
menggunakan mesin abrasive jet machining (AJM), pemesinan ultrasonic,
penesinan jet air (Water Jet Machining), dan Chemical Machining (CHM). Saat
ini, industri manufaktur sebagian besar masih menggunakan mesin perkakas
konvensional karena sangat mudah dioperasikan dan tidak memerlukan
penginputan data, masih dikerjakan secara manual, mesin tidak bergantung pada
perubahan suhu dan cuaca, serta rendah dalam efisiensi produktif. Namun, mesin
konvensional biasanya memiliki hasil keakuratan yang kurang tepat dan tidak
dapat menampilkan hasil kalkulasi biaya produksi.
Pada mesin non konvensional sendiri memiliki beberapa keunggulan yang
tidak bisa didapatkan pada mesin konvensional, seperti tingkat akurasi dan
kekerasan permukaan hasil pengerjaan lebih bagus dan tepat, tidak ada kontak
langsung antara pahat dengan material, umur pahat lebih panjang, dan proses
pemesinan lebih smooth atau berisik. Namun, seperti halnya mesin konvensional,
mesin perkakas non konvensional juga memiliki kelemahan, seperti biaya
pengoprasian yang lebih mahal, set-up yang lebih rumit dan lama, serta waktu
pemesinan yang lebih lama.
Untuk menggunakan mesin ini, diperlukan beberapa alat pelindung diri (APD)
karena biasanya pada proses pemotongan akan menimbulkan percikan api (jika
benda kerja adalah besi) atau menimbulkan asap dan serpihan serbuk kayu (jika
benda kerja adalah kayu), seperti masker, sarung tangan, kaca mata, dan sepatu
kerja. Berikut adalah cara penggunaan dari cut off machine (Satya, 2018).
1. Pasang benda kerja yang ingin dipotong pada ragum dan pastikan batas
ukuran yang akan dipotong sudah benar, seperti dimensi panjang dan
sudut kemiringannya. Selanjutnya, kunci dengan kuat agar benda kerja
tidak bergerak ketika proses pemotongan
2. Tancapkan kabel powe ke sumber listrik yang ada dan pastikan jika posisi
kabel tidak berdekatan dengan mata potong
3. Jika sudah, tekan saklar untuk mulai mengaktifkan mesin dan menunggu
sampai mata gerinda berputar dengan stabil
4. Apabila purataran mata potong sudah stabil, turunkan mata potong
tersebut ke benda yang telah dijepit kencang pada dudukan. Jika perlu,
gunakan tangan kiri untuk membantu menekan gagang pemotong
5. Tekan gagang pemotong secara perlahan dan jangan menekan terlalu
berlebihan
6. Jika pemotongan sudah selesai, angkat gagang pemotong ke atas dan
lepaskan tombol saklar untuk menghentikan mesin
7. Cabut kabel power dari sumber listrik
2.5 Penggurdian
Penggurdian merupakan kegiatan yang sering dilakukan dalam proses
manufaktur yaitu adalah membuat lubang pada suatu objek dengan memberi
tekanan pada jig atau gurdi dan biasanya untuk penempatan baut, pin, dan juga
sebagai saluran media tertentu. (Hamdani, 2021)
2.6 Pengelasan
Mesin Las adalah perangkat yang menyediakan arus listrik untuk
melakukan las. Las biasanya memerlukan arus tinggi (lebih dari 80 ampere) dan
dapat perlu atas
12.000 ampere dalam pengelasan tempat. Arus yang rendah juga dapat digunakan
pada 5 amp dengan las gas tungsten arc (Bhirawa, 2015)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
(gambar fpc)
(keterangan gambar)
(gambar fpc)
(keterangan gambar)
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa Proses Pemesinan Produk Desk Lamp
Proses pemesinan adalah tahap lanjutan dari pengukuran pada tiap-tiap
komponen penyusun produk akhir. Setelah menentukan dan membuat data ukur
dari setiap komponen, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan proses
pemesinan, yaitu proses yang melibatkan kerja mesin untuk membentuk
komponen tadi supaya dapat dibuat menjadi produk akhir dengan sesuai bentuk
benda yang diinginkan (Antoni, 2019). Jadi, pada dasarnya proses pemesinan
dilakukan untuk menghilangkan bagian-bagian yang sudah tidak dibutuhkan pada
benda kerja, sehingga akan memudahkan dalam pembuatan produk akhir. Pada
dasarnya, proses pemesinan menggunakan prinsip pemotongan dalam tiga
kelompok dasar, yaitu proses pemotongan dengan mesin pres, proses pemotongan
konvensional dengan mesin perkakas, dan proses pemotongan non konvensional .
Proses pemotongan dengan menggunakan mesin pres meliputi pengguntingan
(shearing), pengepresan (pressing) dan penarikan (drawing, elongating). Proses
pemotongan konvensional dengan mesin perkakas meliputi proses bubut
(turning), proses frais (milling), sekrap (shaping). Proses pemesinan seperti proses
bubut, pengeboran, frais atau pemesinan baut pada dasarnya merupakan suatu
proses pembuangan sebagian bahan benda kerja dimana pada proses
pemotongannya akan dihasilkan geram (chip) yang merupakan bagian benda kerja
yang akan dibuang. Proses pemesinan sendiri dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan
gerak relatif pahatnya, yaitu gerak potong (cutting movement), yaitu gerak potong
akan menghasilkan permukaan baru pada benda kerja, sedangknan gerak makan
(feeding movement) adalah gerak yang akan menyelesaikan permukaan baru yang
telah dipotong oleh gerak potong.
Pada penelitian kali ini, untuk membuat produk desk lamp, dibutuhkan
material utama kayu. Kayu ini sebelumnya telah digunakan untuk proses
pemolaan komponen, kemudian dibuatlah proses pemesinannya dengan
menggunakan beberapa mesin. Proses pemesinan untuk pembuatan produk desk
lamp melalui beberapa tahap karena komponen yang akan dibuat cukup banyak,
yaitu sebanyak 9 komponen. Tiap komponen melalui tahap yang cukup mirip
karena sama-sama melewati tahap pemotongan dengan menggunakan mesin
pemotong seperti gerinda tangan dan cut off machine. Komponen yang telah
dipola sebelumnya akan dipotong dengan menggunakan mesin gerinda tangan
apabila komponen tersebut berukuran kecil seperti komponen penyangga atas
lampu, komponen penyangga tengah lampu, komponen bawah lampu, dan
komponen penyangga kanan laci. Untuk cut off machine sendiri digunakan untuk
memotong pola komponen yang berukuran cukup besar, seperti komponen
belakang laci, bawah laci, dan kiri laci. Perbedaan ukuran pada setiap komponen
membuat proses pemesinan yang dilalui juga akan berbeda. Hal ini dikarenakan
setiap komponen memiliki tingkat kesulitan dalam proses pemotongan yang
berbeda.
Komponen yang pertama adalah komponen penyangga kanan tempat laci
yang membutuhkan waktu proses pemotongan dengan menggunakan gerinda
tangan 152 detik dan waktu set-up pemotongan 44 detik. Selanjutnya, ada
komponen penyangga kiri tempat laci yang menggunakan cut off machine dan
membutuhkan waktu proses pemotongan sebanyak 28 detik dengan set-up
pemotongan 138 detik. Komponen penyangga belakang tempat laci menggunakan
mesin cut off machine dengan waktu proses pemotongan 180 detik dan set-up
pemotongan 168 detik. Komponen penyangga bawah lampu menggunakan mesin
gerinda tangan dengan waktu proses pemotongan 218 detik dan set-up
pemotongan 159 detik. Komponen selanjutnya adalah penyangga atas lampu yang
juga menggunakan gerinda tangan dengan waktu proses pemotongan adalah 139
detik. Komponen lain yang menggunakan mesin cut off adalah komponen atas
tempat laci dengan proses pemotongan 56 detik dan set-up pemotongan 131 detik,
serta komponen penyangga bawah laci dengan waktu proses pemotongan 104
detik dan set-up pemotongan 145 detik.
Berdasarkan hasil data yang telah didapat pada praktikum kali ini, dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa komponen yang membutuhkan waktu lebih
banyak, baik mulai dari persiapan pemotongan hingga proses pemotongannya.
Ada juga yang tidak membutuhkan waktu yang lama ketika proses pemesinan
karena ukurannya yang lebih kecil dan persiapan pemotongan dengan mulai
mengoperasikan mesin lebih mudah dan cepat. Perbedaan waktu proses
pemesinan ini juga dipengaruhi oleh jarak transportasi antara mesin dan juga
benda kerja kayu yang ingin dipotong. Proses pemotongan dengan gerinda tangan
sebagian besar tidak membutuhkan waktu yang lama karena jarak transportasi
gerinda tangan dari pemolaan ke pemotongan adalah 0 m, sedangkan proses
pemotongan dengan cut off machine lebih lama karena jarak transportasinya
sekitar 4 m dari benda pemolaan. Beberapa hasil komponen yang telah melalui
proses pemesinan dan pemotongan ini sebagian besar sudah sesuai dengan
dimensi yang telah dibuat sebelumnya pada tahap perencanaan proses. Namun,
ada beberapa komponen lain seperti komponen bawah lampu, kanan laci, dan atas
lampu yang pemotongannya tidak sesuai atau tidak pas dengan garis pola,
sehingga bentuknya kurang sesuai dengan bentuk benda yang telah direncanakan
pada perencanaan proses.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya penelitian ini, didapatkan beberapa kesimpulan yang
dapat dirumuskan seperti pada penjelasan berikut.
1) Berdasarkan hasil data pengolahan proses pemesinan, dapat disimpulkan
bahwa setiap komponen memerlukan 2 proses pemesinan yaitu set-up
pemotongan serta proses pemotongan. Kedua proses tersebut pun
memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk seriap komponennya.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami usulkan terkait praktikum kali ini adalah
sebagai berikut.
1) Pastikan terminal yang digunakan untuk mesin gerindra benar-benar
berfungsi. Jangan sampai saat ingin digunakan, mesin menjadi tidak dapat
menyala karena masalah terminal tersebut.
2)