Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan pertumbuhan pengguna kendaraan bermotor yang sangat
melonjak tinggi, maka dampaknya yaitu padatnya jalan-jalan protokol di beberapa kota
besar di Indonesia karena pertumbuhan pengguna kendaraan tidak diimbangi dengan
penambahan ruas ruang jalan yang dilalui. Kenyataan seperti ini terjadi di jalan
protokol kota-kota besar di Indonesia. Pada akhirnya menimbulkan kemacetan.
Kemacetan akibat menumpuknya kendaraan yang melewati ruas-ruas jalan
protokol di perkotaan sulit untuk dipecahkan. Sudah banyak berbagai cara oleh
berbagai pihak baik Dinas Perhubungan maupun Kepolisian untuk mengurai
kemacetan akibat penumpukan kendaraan bermotor di jalan perkotaan. Namun
sampai saat ini cara- cara yang ditempuh oleh dinas–dinas terkait belum cukup untuk
mengurai kepadatan kendaraan di kota-kota besar di Indonesia.
Pada akhirnya banyak masyarakat yang melakukan kampanye seperti
menggunakan kendaraan umum atau menggunakan sepeda. Selain murah dan efisien,
menggunakan sepeda ikut membantu mengurangi pencemaran udara akibat polusi
dari asap kendaraan bermotor.
Sehubungan dengan banyaknya para pengguna sepeda yang menjadikan
sepeda sebagai alat transportasi ramah lingkungan yang digunakan untuk kegiatan
sehari-hari termasuk pergi bekerja. Terdapat masalah yang sering dihadapi oleh para
pengguna sepeda yaitu tidak adanya tempat parkir khusus sepeda yang memang
dikhususkan untuk sepeda. Oleh karena itu perlu adanya tempat parkir khusus sepeda
yang aman, efisien serta memudahkan para pengguna sepeda untuk memarkirkan
sepedanya. Untuk itu kami akan mengembangkan inovasi tempat parkir khusus sepeda
yang aman, efisien serta memudahkan para pesepeda untuk memarkirkan sepedanya.
Adapun produk yang akan dibuat adalah Gantungan Sepeda Vertikal yang dapat
diaplikasikan didinding bangunan.

1
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cara pembuatan gantungan sepeda vertikal?
1.2.2 Bahan apa saja yang digunakan untuk membuat gantungan sepeda vertikal?
1.2.3 Bagaimana cara instalasi gantungan sepeda vertikal pada dinding?

1.3 Batasan Masalah


1.3.1 Gantungan sepeda vertikal berbahan baku plat besi dan besi baja.
1.3.2 Terdapat 3 koponen yaitu Plat Besi, Pengait Ban Sepeda, Pengait samping.
1.3.3 Mesin yang digunakan dalam proses pembuatan berjumlah tiga.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.4.1 Menentukan urutan proses pembuatan gantungan sepeda vertikal.
1.4.2 Menentukan pemesinan yang digunakan pada tiap proses pembuatan.
1.4.3 Menentukan jenis bahan baku besi yang digunakan.
1.4.4 Menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan tiap komponen
produk dan keseluruhan produk.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi teori-teori dasar yang digunakan sebagai landasan pada
pelaksanaan penelitian yang terdiri dari teori proses pemesinan, pemotongan,
pengelasan, penghalusan dan pengecatan. Dasar teori ini diambil dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

2
BAB III PERANCANGAN KERJA
Pada bab ini diuraikan mengenai perancangan produk yang berupa peta proses
produksi, peta aliran proses beserta penjelasannya dan arsitektur produk yang
berupa gambar 2D dan 3D.
BAB IV ANALISA PEMBUATAN PRODUK
Pada bab ini diuraikan mengenai analisa hasil proses dari pembuatan produk
secara per komponen baik dari : bahan material yang digunakan,
permesinan/peralatan yang digunakan, peralatan safety yang digunakan,
urutan proses, serta waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan produk dan juga
estimasi biaya pembuatan produk.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian
dan analisis yang mengacu pada tujuan awal yang telah ditetapkan dari
pelaksanaan penelitian serta saran perbaikan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pemesinan


Proses pemesinan merupakan salah satu proses untuk menghasilkan produk
dengan cara memotong material dengan menggunakan pahat yang terpasang pada
mesin perkakas. Tujuan utama proses pemesinan dipilih sebagai proses produksi
adalah untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan ketelitian yang diinginkan
(sesuai dengan spesifikasi). Proses pemesinan yang baik (optimum) mempunyai ongkos
dan waktu produksi yang paling rendah, serta kecepatan penghasilan keuntungan yang
paling tinggi. Untuk menaikkan produktivitas, maka perlu diusahakan pengecilan waktu
produksi yaitu dengan jalan memperkecil waktu nonproduktif. Waktu nonproduktif
mungkin masih dapat diperkecil dengan menggunakan perkakas bantu yang
dipasangkan pada mesin perkakas. Pengujian kemampuan proses pemesinan dengan
menggunakan perkakas bantu yang dilakukan apakah perkakas bantu tersebut
memenuhi tujuan utama proses pemesinan yaitu ketelitian produk yang dihasilkan
serta waktu produksi yang optimum. Proses pemesinan merupakan suatu proses
pemotongan atau pembentukan material dengan mesin konvensional maupun dengan
mesin non konvensional.

Proses pemesinan dengan menggunakan prinsip pemotongan logam dibagi


dalam tiga kelompok dasar, yaitu : proses pemotongan dengan mesin press, proses
pemotongan konvensional dengan mesin perkakas, dan proses pemotongan non
konvensional. Proses pemotongan dengan menggunakan mesin pres meliputi
pengguntingan (shearing), pengepresan (pressing) dan penarikan (drawing,
elongating). Proses pemotongan konvensional dengan mesin perkakas meliputi proses
bubut (turning), proses frais (milling), dan sekrap (shaping). Proses pemotongan non
konvensional contohnya dengan mesin EDM (Electrical Discharge Machining) dan wire
cutting. Proses pemotongan logam ini biasanya disebut proses pemesinan, yang
dilakukan dengan cara membuang bagian benda kerja yang tidak digunakan menjadi
beram (chips), sehingga terbentuk benda kerja. Dari semua prinsip pemotongan di atas
akan dibahas tentang proses pemesinan dengan menggunakan mesin perkakas. Proses
pemesinan adalah Proses yang paling banyak dilakukan untuk menghasilkan suatu
produk jadi yang berbahan baku logam. Diperkirakan sekitar 60% sampai 80% dari
seluruh proses pembuatan komponen mesin yang komplit dilakukan dengan proses
pemesinan.

4
2.2 Proses Pembekokan atau Penekukan
Pembengkokan (logam) atau penekukan atau bending adalah proses deformasi
secara plastik dari logam terhadap sumbu linier dengan hanya sedikit atau hampir
tidak mengalami perubahan luas permukaan dengan bantuan tekanan piston
pembentuk dan cetakan (die). Sepotong besi dapat menjadi bengkok akibat tekanan
mesin sederhana dengan menggunakan pres yang disebut bending. Biasanya pekerjaan
bending menggunakan sepotong besi panjang, lembaran logam ataupun piring.
Bending biasanya memakai die berbentuk V, U, W atau yang lainnya. Bending
menyebabkan logam pada sisi luar sumbu netral mengalami tarikan, sedangkan pada
sisi lainnya mengalami tekanan.

2.3 Proses Pengelasan


Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan
energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat
dilakukan dengan :
a. Pemanasan tanpa tekanan,
b. Pemanasan dengan tekanan, dan
c. Tekanan tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh dari dalam
material itu
sendiri).
Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan logam, tetapi juga
sering digunakan untuk menyambung pelastik. Dalam pembahasan ini akan difokuskan
pada penyambungan logam. Pengelasan merupakan proses yang penting baik ditinjau
secara komersial maupun teknologi, karena :
a. Pengelasan merupakan penyambungan yang permanen;
b. Sambungan las dapat lebih kuat daripada logam induknya, bila digunakan
logam pengisi yang memiliki kekuatan lebih besar dari pada logam induknya;
c. Pengelasan merupakan cara yang paling ekonomis dilihat dari segi penggunaan
material dan biaya fabrikasi. Metode perakitan mekanik yang lain memerlukan
pekerjaan tambahan (misalnya, penggurdian lubang) dan pengencang
sambungan (misalnya, rivet dan baut);
d. Pengelasan dapat dilakukan dalam pabrik atau dilapangan.

5
Walaupun demikian pengelasan juga memiliki keterbatasan dan kekurangan :
a. Kebanyakan operasi pengelasan dilakukan secara manual dengan upah tenaga
kerja yang mahal;
b. Kebanyakan proses pengelasan berbahaya karena menggunakan energi yang
besar;
c. Pengelasan merupakan sambungan permanen sehingga rakitannya tidak dapat
dilepas.Jadi metode pengelasan tidak cocok digunakan untuk produk yang
memerlukan pelepasan rakitan (misalnya untuk perbaikan atau perawatan);
d. Sambungan las dapat menimbulkan bahaya akibat adanya cacat yang sulit
dideteksi. Cacat ini dapat mengurangi kekuatan sambungannya.

2.4 Proses Penghalusan


Proses penghalusan adalah proses penghalusan bahan yang telah dipotong
atau dilas menggunakan gerinda dengan mata gerinda fleksible disk. Fungsinya adalah
memastikan bahan yang telah dipotong atau dilas tidak ada sisi yang tajam yang dapat
membahayaan.

2.5 Proses Pengeboran


Pengeboran (drilling) adalah suatu proses pengerjaan pemotongan
menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada
material logam maupun non logam yang masih pejal atau material yang sudah
berlubang.

2.6 Proses Pengecatan


Proses pengecatan adalah pelapisan permukaan bahan dengan tujuan untuk
memperindah (decoratif), memperkuat (reinforcing), dan melindungi (protective) dari
korosi atau karat.

6
BAB III
PERANCANGAN KERJA

3.1 Perancangan Produk


3.1.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
Peta Proses Operasi
Nama Objek : Gantungan Sepeda Vertikal
Nomor Peta : 01
Dipetakan Oleh : Kelompok 7 (Aviv Rinaldy, Hidayat)
Tanggal Dipetakan : 2 Juli 2019
Besi Beton Polos Ke-2 Besi Beton Polos Ke-1 Besi Kanal UNP

0,3 0- Diukur 0,3 0-6 Diukur 0,3 0-1 Diukur


11
(Mistar) (Mistar) (Mistar)

0,3 0-
Dipotong 0,3 0-7
Dipotong 1,0 0-2
Dipotong
12 (Gerinda Potong) (Gerinda Potong) (Gerinda Potong)
-2 - -
0,3 Dihaluskan 0,3 Dihaluskan 0,5 Dihaluskan
0- 2
0-8 2
0-3
13 (Gerinda) (Gerinda) (Gerinda)
- -
-
0,3 1-5
Diperiksa 0,3 3
1-3
Diperiksa 0,3 3
1-1
Diperiksa
3

0,3 0- Diukur 0,3 0-9 Diukur 1,0 0-4 Diukur


14 (Mistar) (Mistar) (Mistar)
- -
10,0 - Penekukan 10,0 Penekukan 3,0 Dilubangi
0- 30- 4
0-5
3
15 (Alat Tekuk Besi) 10 (Alat Tekuk Besi) (Mesin Bor)

0,5 -
1-6
Diperiksa 0,5 -
1-4
Diperiksa 0,5
0-6
Diperiksa
3 3
Dirakit
45,0 0-8 (Pengelasan

Ringkasan 1-3

Proses Jumlah Waktu (Menit) 0-11

16 47,3 20,0 1-4


Pengecatan
0-12

7 2,7 Pengeringan
1 45,0 0,3 Diperiksa
0-6
1 -
Total 95
S-1
Penyimpanan

7
3.1.2 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
3.1.2.1 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) Komponen Besi Kanal UNP
Peta Aliran Proses
Pekerjaan : Membuat Komponen Besi Kanal UNP
Sekarang Urutan Benda
Kegiatan
Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu No. Peta : 2

Operasi 5 5,8 Orang Bahan

Inspeksi 2 1,7 Sekarang Usulan

Transportasi 4 0,3

Delay 1 - Dipetakan Oleh : Kelompok 7


Tanggal dipetakan : 2 Juli 2019
Penyimpanan - -

Waktu (menit)
Jumlah (pcs)
Jarak (m)
Simbol
Uraian Kegiatan Keterangan

1. Pengambilan bahan baku besi kanal UNP dari


1 -
gudang penyimpanan bahan baku

2. Proses pengukuran besi kanal UNP 1 0,3

3. Besi kanal UNP yang sudah diukur dibawa ke


1 0,1
area pemotongan

4. Proses pemotongan besi beton polos 1 1,0

5. Proses perapihan dan penghalusan bekas


1 0,5
proses pemotongan

6. Periksa hasil proses 1 0,3

7. Transportasi menuju area pelubangan 1 0,1

8. Proses pengukuran posisi titik lubang untuk


1 1,0
baut

9. Proses melubangi besi kanal UNP 1 3,0

10. Periksa hasil proses 1 0,5

11. Komponen menunggu untuk dirakit 1 -

12. Transportasi dari area pelubangan menuju


1 0,1
area perakitan

8
3.1.2.2 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) Komponen Besi Beton Polos
Ke-1
Peta Aliran Proses
Pekerjaan : Membuat Komponen Besi Beton Polos K-1
Sekarang Urutan Benda
Kegiatan
Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu No. Peta : 2

Operasi 5 12,8 Orang Bahan

Inspeksi 2 1,7 Sekarang Usulan

Transportasi 4 0,3

Delay 1 - Dipetakan Oleh : Kelompok 7


Tanggal dipetakan : 2 Juli 2019
Penyimpanan - -

Waktu (menit)
Jumlah (pcs)
Jarak (m)
Simbol
Uraian Kegiatan Keterangan

1. Pengambilan bahan baku besi beton polos dari


1 -
gudang penyimpanan bahan baku

2. Proses pengukuran besi beton polos 1 0,3

3. Besi beton polos yang sudah diukur dibawa ke


1 0,1
area pemotongan

4. Proses pemotongan besi beton polos 1 1,0

5. Proses perapihan dan penghalusan bekas


1 0,5
proses pemotongan

6. Periksa hasil proses 1 0,3

7. Transportasi menuju area penekukak besi 1 0,1

8. Proses pengukuran posisi titik penekukan 1 1,0

10,
9. Proses penekukan besi beton polos 1
0

10. Periksa hasil proses 1 0,5

11. Komponen menunggu untuk dirakit 1 -

12. Transportasi dari area pelubangan menuju


1 0,1
area perakitan

9
3.1.2.3 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) Komponen Besi Beton
Polos Ke-2
Peta Aliran Proses
Pekerjaan : Membuat Komponen Besi Beton Polos K-2
Sekarang Urutan Benda
Kegiatan
Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu No. Peta : 2

Operasi 5 12,8 Orang Bahan

Inspeksi 2 1,7 Sekarang Usulan

Transportasi 4 0,3

Delay 1 - Dipetakan Oleh : Kelompok 7


Tanggal dipetakan : 2 Juli 2019
Penyimpanan - -

Waktu (menit)
Jumlah (pcs)
Jarak (m)
Simbol
Uraian Kegiatan Keterangan

1. Pengambilan bahan baku besi beton polos dari


1 -
gudang penyimpanan bahan baku

2. Proses pengukuran besi beton polos 1 0,3

3. Besi beton polos yang sudah diukur dibawa ke


1 0,1
area pemotongan

4. Proses pemotongan besi beton polos 1 1,0

5. Proses perapihan dan penghalusan bekas


1 0,5
proses pemotongan

6. Periksa hasil proses 1 0,3

7. Transportasi menuju area penekukak besi 1 0,1

8. Proses pengukuran posisi titik penekukan 1 1,0

10,
9. Proses penekukan besi beton polos 1
0

10. Periksa hasil proses 1 0,5

11. Komponen menunggu untuk dirakit 1 -

12. Transportasi dari area pelubangan menuju


1 0,1
area perakitan

10
3.1.2.4 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) Perakitan dan Pengecatan
Gantungan Sepeda Vertikal
Peta Aliran Proses
Pekerjaan : Perakitan dan Pengecatan Gantungan Sepeda Vertikal
Sekarang Urutan Benda
Kegiatan
Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu No. Peta : 2

Operasi 7 64,8 Orang Bahan

Inspeksi 3 0,2 Sekarang Usulan

Transportasi 2 0,2

Delay - - Dipetakan Oleh : Kelompok 7


Tanggal dipetakan : 2 Juli 2019
Penyimpanan 1 -

Waktu (menit)
Jumlah (pcs)
Jarak (m)
Simbol
Uraian Kegiatan Keterangan

1. Pengambilan bahan baku yang sudah diproses


3 0,1
ke area perakitan
2. Proses pengukuran di besi kanal UNP untuk
menentukan titik perakitan besi beton polos yang 1 0,4
ke-1
3. Besi beton polos yang ke-1 dirakit dengan cara 20,
1
pengelasan dititik perakitan 0

4. Proses perapihan hasil pengelasan 1 2,0

5. Periksa hasil proses 1 0,1

6. Proses pengukuran di besi kanal UNP untuk


menentukan titik perakitan besi beton polos yang 1 0,4
ke-2
7. Besi beton polos yang ke-2 dirakit dengan cara 20,
1
pengelasan dititik perakitan 0

8. Proses perapihan hasil pengelasan 1 2,0

9. Periksa hasil proses 1 0,1

10. Transportasi dari area pengelasan menuju


1 0,1
area pengecatan

20,
11. Proses pengecatan dan pengeringan 1
0

12. Periksa hasil proses 1 0,3

13. Penyimpanan 1 -

11
3.2 Arsitektur Produk
3.2.1 Gambar 3D dan Jenis Komponen Bahan Baku

3.2.2 Tampak Samping

12
3.2.3 Tampak Depan

3.2.4 Gambar Contoh Pemasangan

13
3.2.5 Gambar Contoh Pemasangan Pada Dinding Bangunan

14
BAB IV
ANALISA PEMBUATAN PRODUK

4.1 Proses Pembuatan Produk


4.1.1 Untuk membuat Gantungan Sepeda Vertikal dibutuhkan bahan baku Besi Kanal
UNP 6,5 (65x42x5 mm), Besi Beton Polos 0,5 inchi dan Cat Besi. Untuk
pemilihan warna bisa sesuai dengan keinginan, untuk penelitian ini kami
menggunakan warna hitam.
4.1.2 Sebelum memulai proses produksi. Gunakanlah alat pelindung diri yang terdiri
dari pakaian kerja, sepatu, sarung tangan, kacamata, masker, dan earplug.
4.1.3 Langkah pertama, potong besi kanal UNP dengan panjang 18 inchi
menggunakan gerinda potong. Kemudian haluskan permukaan bekas potongan
yang kasar atau tidak rapih agar permukaan bekas potong menjadi halus dan
rapih.
4.1.4 Langkah kedua, melubangi besi kanal UNP yang sudah dipotong tadi dengan
menggunakan mesin bor dengan mata bor 12 mm. Buat 3 (tiga) lubang. Untuk
membuat lubang pertama ukur panjang besi kanal UNP yang sudah dipotong
tadi dan tentukan titik tengah beri tanda dengan spidol, lalu lubangi titik
tersebut dengan mesin bor. Untuk membuat lubang kedua dan ketiga, ukur
jarak dari titik tengah sepanjang 8 inchi untuk kedua sisi beri tanda dengan
spidol lalu lubangi dengan mesin bor. Periksa hasil pengeboran tersebut.
Simpan besi kanal UNP yang sudah diproses untuk menunggu proses perakitan.
4.1.5 Langkah ketiga, potong besi beton polos dengan panjang 116 cm. Buat
sebanyak 2 stik menggunakan mesin gerinda potong. Kemudian haluskan
permukaan bekas potongan yang kasar dan tidak rapih agar permukaan bekas
potong menjadi halus dan rapih.
4.1.6 Langkah keempat, ambil besi beton polos ke-1 yang sudah di potong tadi. Ukur
besi tersebut sepanjang 50 cm dan beri tanda dengan spidol. Lalu pasang di alat
penekuk besi dan buat setengah lingkaran dengan radius 32 dititik yang sudah
diandai dengan spidol tadi. Buat tekuk hinnga berbentuk setengan lingkaran,

15
sehingga besi berbentuk seperti huruf U. Simpan besi beton polos ke-1 untuk
menunggu proses perakitan.
4.1.7 Langkah kelima, ambil ambil besi beton polos ke-2 yang sudah di potong tadi.
Ukur besi tersebut sepanjang 75 cm dan beri tanda dengan spidol. Lalu pasang
di alat penekuk besi dan buat setengah lingkaran dengan radius 32 dititik yang
sudah ditandai dengan spidol tadi. Buat setengan lingkaran. Simpan besi beton
polos ke-2 untuk menunggu proses perakitan.
4.1.8 Langkah keenam, ambil besi kanal UNP yang sudah dilubangi tadi dan
sambungkan dengan besi beton polos yang ke-1 dengan cara pengelasan.
Untuk penembatan posisi besi beton polos yang ke-1, ukur jarak besi kanal UNP
sepanjang 2.5 inchi lalu beri tanda dengan spidol dan lakukan pengelasan pada
ujung besi beton ke-1. Lihat pada gambar. Periksa hasil pengelasan dan
bersihkan sisa-sisa elektroda dengan palu, pukul perlahan. Jika hasil pengelasan
sudah sesuai dengan yang diminta lanjut kelangkah selanjutnya.
4.1.9 Langkah ketujuh, ambil besi beton polos yang ke-2. Untuk penempatan titik
posisi pengelasan ukur besi kanal UNP dari atas dengan jarak sepanjang 3.5
inchi lalu beri tanda dengan spidol lihat posisi besi beton yang ke-2 pada
gambar diatas dan lakukan pengelasan. Periksa hasil pengelasan dan bersihkan
sisa-sisa elektroda dengan palu, pukul perlahan. Jika hasil pengelasan sudah
sesuai dengan yang diminta lanjut kelangkah selanjutnya.
4.1.10 Langkah kedelepan, bersihkan benda kerja dari sisa serpihan-serpihan proses
dan debu dengan menggunakan sikat baja. Periksa kembali hasil pengerjaan
untuk menentukan kualitas seperti posisi lubang baut, posisi penempatan besi
beton polos ke-1, posisi penemptan besi beton polos ke-2, dan kualitas hasil
pengelasan.
4.1.11 Langkah kesembilan, masuk keproses pengecatan. Gantungkan benda kerja
dengan tali kawat agar memudahkan proses pengecatan. Lakukan pengecatan
pada semua permukaan benda kerja sampai terlapisi seluruhnya dan tunggu
hingga kering. Periksa hasil pengecatan jika kurang maksimal lakukan
pengecatan kembali sampai mendapatkan hasil maksimal.

16
4.1.12 Langkah kesepuluh, simpan benda kerja di tempat penyimpanan sampai
menunggu proses pengemasan.
4.1.13 Jika proses pembuatan gantungan sepeda vertikal sudah selesai, rapihkan alat-
alat yang sudah digunakan dan simpan ditempatnya kembali. Bersihkan sisa-
sisa proses diarea kerja agar tempat kerja menjadi rapih dan bersih kembali.

4.2 Estimasi Biaya Produksi


Biaya bahan baku produksi proses sekarang untuk 1 pcs gantungan sepeda
vertikal terdiri dari :
1. Besi Kanal UNP 6,5 (65x42x5 mm) panjang 6 meter = Rp. 154.000
2. Besi Beton Polos ½ inch panjang 12 meter = Rp. 153.000
3. Cat Besi berat 1 kg = Rp. 45.000 +
Total = Rp. 352.000

4.3 Kendala Proses Pembuatan


Adapun kendala yang dihadapi dalam pembuatan gantungan sepeda vertikal,
antara lain:
1. Saat proses penekukan besi beton polos yang ke-1, terkadang hasil proses tidak
terbentuk seperti huruf U sempurna dibagian ujung besi tidak sama rata untuk
panjangnya. Sehingga perlu dilakukan proses perapihan lagi dengan cara
dipotong atau digerinda sampai kedua ujung besi sama rata.
2. Pada saat perakitan (pengelasan) besi beton polos ke-1 dengan besi kanal UNP
perlu diperhatikan posisi penempatan agar hasilnya sesuai dengan yang di
perlukan yaitu berbentuk siku-siku.
3. Pada saat perakitan besi beton polos yang ke-2, juga perlu diperhatikan untuk
proses perakitan (pengelasan). Karena perlu penyesuaian agar hasilnya sesuai
dengan yang diperlukan.

17
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari analisa dan perancangan proses produksi yang sudah dilakukan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Alat pelindung diri yang digunakan adalah baju kerja, sepatu, sarung tangan,
masker, kacamata, dan earplug.
2. Permesinan yang digunakan dalam proses pembuatan gantungan sepeda
vertikal adalah pemotongan, penghalusan, penekukan, pengelasan, dan
pengcecatan.
3. Urutan proses yang digunakan pada tiap komponen yaitu:
a. Besi kanal UNP dimulai dari proses pengukuran, selanjutnya proses
pemotongan, kemudian proses penghalusan bekas potong, dan proses
pelubangan. Dan menunggu proses dari komponen lain untuk perakitan.
b. Besi beton polos ke-1 dimulai dari proses pengukuran, selanjutnya
proses pemotongan, kemudian proses penghalusan bekas potong, dan
proses penekukan. Dan menunggu proses dari komponen lain untuk
perakitan.
c. Besi beton polos ke-1 dimulai dari proses pengukuran, selanjutnya
proses pemotongan, kemudian proses penghalusan bekas potong, dan
proses penekukan. Dan menunggu proses dari komponen lain untuk
perakitan.
d. Proses yang terakhir adalah perakitan dengan cara pengelasan.
4. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan tiap komponen produk dan
keseluruhan pembuatan produk yaitu :
a. Besi kanal UNP membutuhkan waktu 7,8 menit.
b. Besi beton polos ke-1 membutuhkan waktu 14,8 menit.
c. Besi beton polos ke-2 membutuhkan waktu 14,8 menit.
d. Proses perakitan dan pengecatan membutuhkan waktu 65 menit.

18
e. Waktu total keseluruhan pembuatan produk yaitu 102,4 menit

5.2 Saran
1. Kita sebagai seorang sarjana teknik industri harus memahami seluruh proses
pembuatan suatu produk.
2. Kita sebagai seorang sarjana teknik industri harus memahami fungsi dari
kegunaan mesin-mesin produksi.
3. Kita sebagai seorang sarjana teknik industri harus bisa membaca alat ukur.
4. Kita sebagai seorang sarjana teknik industri harus bisa berinovasi untuk
pembuatan suatu produk. Agar produk yang dihasilkan menjadi berinovasi.
5. Kita sebagai seorang sarjana teknik industri harus bisa membuat suatu proses
produksi produk yang sudah ada maupun yang akan dibuat, agar menjadi lebih
efisien.

19

Anda mungkin juga menyukai