Basic Procurement
Basic Procurement
Ordering skill adalah ketrampilan untuk melakukan order dengan baik, yaitu: tidak ada
kesalahan order, mendapatkan harga yang baik, tepat waktu, tepat kualitas, tepat
kuantitas, aman dan tidak menyalahi etika pembelian yang berlaku secara umum. Dalam
modul 1 ini akan membahas beberapa hal berikut:
Departemen Departemen
Terkait Terkait
WR WR
RO Store
Cek Stock
RO Buy PO Transfer
Ordering Process
Keterangan:
1. Untuk non stock item, Departemen terkait akan menerbitkan secara langsung PR
(Purchase Requisition), dan mengirimkannya ke Department Procurement.
2. Untuk stock item, Departemen Terkait menerbitkan Recommended Order (RO), yang
kemudian oleh Department Logistik akan dilakukan pengecekan stock di gudang-
gudang yang ada. Department Logistik akan menerbitkan:
- RO Store (Recommended Order Store) jika barang yang diminta bisa dipenuhi
dari yang ada di gudang.
- RO Buy (Recommended Order Buy) jika barang yang diminta tidak dapat
dipenuhi dari gudang dan harus membeli dari luar. Untuk hal ini, kemudian
Department Logistik mengirimkan RO Buy ini ke Department Procurement.
3. Kedua prosess diatas tidak terjadi di Department Procurement, tetapi pengetahuan ini
diperlukan untuk membedakan RO Buy dan PR.
ALUR PROSES ORDER
PR RO Buy
List of Analisis
Supplier
Request For
Quotation Supplier
PO Supplier
Keterangan:
Sebelum kita melakukan order pembelian kepada supplier maka kita perlu menetapkan
terlebih dahulu spesifikasi untuk barang yang dibeli. Hal ini dilakukan agar barang yang
dipesan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pembeli.
1. Functional specification
Hal ini akan menentukan jenis produk apa yang sesuai dengan kebutuhan user.
Informasi ini dapat diperoleh dari bagian / individu yang mengajukan permintaan
pengadaan.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya functional specification yang jelas antara
lain :
Setelah suplier sanggup mensuplai produk sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan maka akan dilakukan negosiasi untuk mengisi item-item yang terdapat dalam
Puchase Order (PO), seperti harga satuan, cara penyerahan dan jangka waktu
penyerahan.
Puchase Order merupakan salah satu dokumen yang digunakan dalam traksaksi jual beli,
yang digunakan sebagai bukti permintaan barang atau perintah kerja kepada suplier/pihak
ketiga. Item-item yang terdapat dalam Puchase Order (PO) di Pama Persada adalah:
Pada dasarnya item-item yang ada dalam Puchase Order (PO) akan menentukan
beberapa spesifikasi, seperti :
1. Quality specifications
Menentukan bagaimana qualitas dari produk yang dikirimkan oleh suplier, apakah
telah memenuhi aturan dan standar produk
2. Logistic specifications
Menentukan berapa quantitas yang diinginkan dan kapan akan diperlukan
3. Maintenance specification
Menentukan bagaimana maintenance atau service yang diberikan oleh suplier setelah
dilakukan transaksi jual-beli (after sales)
4. Legal and environment requirement
Menetukan produk berikut prosesnya agar sesuai dengan peraturan tentang
kesehatan, keamanan dan lingkungan
5. Target budget
Menentukan batasan finansial dari suatu solusi yang harus dilakukan oleh suplier
untuk mengatasi permasalahan yang timbul
MONITORING SKILL
Monitoring skill adalah ketrampilan untuk mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari
target, guna menjamin bahwa order dapat terselenggara dengan baik., yaitu: tidak ada
kesalahan order, mendapatkan harga yang baik, tepat waktu, tepat kualitas, tepat
kuantitas, aman. Dalam modul 2 ini akan membahas beberapa hal berikut:
MONITORING ORDER
Jika kita melihat ulang proses order, maka kita dapat gambarkan ulang sebagai berikut.
Lihat bagian gambar 1 dibawah ini yang dinyatakan dengan garis putus-putus.
Berdasarkan proses order ini, maka lingkup monitoring order adalah sebagai berikut:
RO Buy RO Store
List of Analisis
Supplier 2. Monitoring Request For Quotation
Request For
Requisition Supplier
3. Monitoring Purchase Order
Keterangan:
6. PENGETAHUAN TAMBAHAN
1. Mengkonfirmasi Request
Bagian pembelian sebelum melakukan order kepada suplier perlu melakukan konfirmasi
terlebih dahulu kepada bagian/departemen yang mengajukan permintaan barang
(konfirmasi secara internal dengan suatu bagian dalam satu perusahaan).
Beberapa hal yang perlu dikonfirmasikan kepada departemen yang bersangkutan antara
lain:
− Jenis barang/service yang diminta (what)
− Tujuan penggunaan dari barang/service yang diminta (why)
− Jumlah yang diminta (how many)
− Kapan akan digunakan (when)
− Lokasi penggunaan (where)
Informasi tersebut akan digunakan sebagai input pada proses pemeriksaan (validation
requirement). Informasi tersebut akan diperiksa kewajarannya untuk menentukan
apakah request tersebut akan dipenuhi atau tidak, bisa karena lead time, jumlah dan
sebagainya. Sedangkan penjelasan tentang proses pemeriksaan order akan dijelaskan
pada bab selanjutnya.
Setelah request tersebut dinilai wajar maka request tersebut akan disetujui (approve)
oleh seseorang yang mempunyai wewenang.
Proses pengeluaran request for quotation untuk suatu suplier tertentu merupakan
proses konfirmasi dari pembeli kepada suplier. Beberapa hal yang ingin
dikonfirmasikan oleh pembeli kepada suplier melalui request for quotation adalah:
− Jenis produk
− Harga
− Jumlah
− Waktu penyerahan
− Lokasi penyerahan
− Cara pembayaran
Proses konfirmasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui:
− Telepon
− Email
− Meminta suplier menandatangani request for quotation yang telah diterima dan
mengirimkan kembali copy-nya melalui fax atau pos (biasanya lembaran P/O terdiri
beberapa copy untuk keperluan distribusi)
PO yang telah dikirimkan kepada suplier harus dipastikan bahwa suplier telah
menerima PO karena PO akan berfungsi sebagai instruksi kerja buyer kepada suplier.
Setelah PO tersebut diterima maka sebaiknya dipastikan bahwa suplier sanggup
mengirim barang yang diminta tepat waktu dan tepat jumlah. Walaupun pada awal
negosiasi, suplier telah berjanji untuk memenuhi ketentuan PO.
Dengan informasi tentang waktu yang diperlukan untuk memproses dan mengirimkan
barang tersebut maka kita dapat mengetahui apakah barang yang direquest akan tiba
tepat waktu sesuai permintaan.
, terdapat dua cara pengiriman order yaitu cara tradisional dan modern. Keduanya
mempunyai kelemahan yang dapat menyebabkan informasi order tersebut tidak
diterima oleh suplier.
Apapun cara yang digunakan untuk mengirimkan purchase order (cara tradisional atau
modern), pihak pembeli harus tetap mengkonfirmasikan order untuk memastikan
bahwa suplier telah menerima order tersebut. Sebab purchase order yang terlambat
diterima oleh suplier akan berdampak pada mundurnya jadwal produksi produk
tersebut sehingga kemungkinan akan menyebabkan keterlambatan pengiriman.
Proses konfirmasi order tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
melalui:
− Telepon
− Email
− Meminta suplier menandatangani request for quotation yang telah diterima dan
mengirimkan kembali copy-nya melalui fax atau pos (biasanya lembaran PO terdiri
beberapa copy untuk keperluan distribusi)
Setelah diperoleh konfirmasi bahwa PO telah diterima oleh suplier maka dapat
dipastikan bahwa:
− Order tersebut telah dimasukkan dalam rencana produksi internal suplier
− Suplier telah setuju memasok barang sesuai dengan ketentuan yang terdapat
dalam P/O
Proses monitoring ini berguna untuk memastikan bahwa suplier akan mengirimkan
order tepat waktu, tepat kualitas, tepat barang sesuai dengan permintaan pembeli. Jika
terjadi beberapa masalah yang berkaitan dengan order tersebut, maka pembeli cepat
mengetahuinya. Sehingga pembeli dapat segera mengambil tindakan yang dirasa
perlu untuk mengatasi dampak yang diakibatkan dari keterlambatan pengiriman.
Pada saat barang yang diorder telah tersedia dan siap untuk dikirim oleh suplier maka
suplier akan menginformasikan perihal pengiriman tersebut kepada pembeli. Hal
tersebut perlu dilakukan apalagi jika barang yang dikirim memiliki ukuran yang cukup
besar. Sehingga pada saat barang tersebut tiba di lokasi pembeli, pembeli mempunyai
cukup ruang untuk memuat barang tersebut.
Pada saat barang tersebut diserahkan kepada pembeli perlu dipastikan bahwa barang
tersebut sesuai dengan jenis dan jumlah yang dipesan. Untuk itu perlu dilakukan
proses pemeriksaan oleh Quality Control. Jika ternyata terdapat perbedaan antara
barang yang diorder dengan barang yang diterima (baik dari segi jenis, kualitas
maupun jumlahnya) maka pembeli segera mengkonfirmasikan dengan suplier.
-o0o-
SUPPLIER RELATIONSHIP
PENGANTAR
Secara sederhana, rangkaian bisnis setidaknya terdiri dari tiga pokok, yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Dari gambar ini tampak bahwa end goal (tujuan akhir) dari bisnis adalah customer.
Contohnya adalah kalau customer puas, dia akan melanjutkan membeli barang kita, dan
untuk memproduksi barang tersebut kita membutuhkan supplier, sehingga kita dan
supplier dapat hidup, berlaku sebaliknya.
SUPPLIER
Siapa Supplier?
Secara umum supplier adalah pihak-pihak yang memberikan masukan (input) untuk
kemudian dipakai sebagai bahan (bahan baku, bahan pembantu atau bahan penunjang)
yang diproses/diolah menjadi keluaran (output). Masukan atau keluaran ini dapat
berbentuk barang atau jasa. supplier tidak harus pihak luar perusahaan tapi dapat dari
internal perusahaan, misalnya; Departement Logistic adalah suppliernya Department
Produksi, karena Department Logistic mengadakan barang dan menyampaikannya untuk
diolah oleh Department Produksi. Dalam pembahasan ini kita akan menyoroti supplier
sebagai pihak eksternal perusahaan terlebih dahulu.
Supplier ini umumnya adalah badan-badan usaha, yang dapat memberikan satu service
(single service) saja, misalnya supplier spare parts saja, supplier ban saja dan
sebagainya. Bisa juga supplier tersebut memberikan lebih dari satu service (multiple
service) misalnya; supplier mesin dan spare parts, supplier oli, grease, ban dan lain-lain.
Disamping itu terdapat supplier yang menyediakan integrated services misalnya
subcontractor blasting. Supplier ini menyediakan service berupa; pengeboran, penyediaan
bahan peledak termasuk pemasangan dan peledakannya.
Input Proses Output
Manpower
- pegawai kontrak
- pegawai
Money
- modal
- pinjaman
Others
- kombinasi faktor-faktor
di atas (subcon)
Ambil contoh kedudukan supplier seperti pada gambar 1 diatas. Bayangkan tidak ada
supplier mesin dan spare parts. Dapatkah Pama memberikan ‘Mining Construction
Service?’
Jadi supplier ini sangat penting bagi perusahaan karena supplier adalah bagian dari organ
perusahaan yang menentukan apakah perusahaan tersebut dapat-tidaknya dalam
memberikan pelayanan (products atau service) kepada customernya, dan ini akan
mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
Persoalan bagi perusahaan tidaklah cukup mengatakan bahwa supplier itu penting!, tetapi
termasuk bagaimana supplier tersebut bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Utamanya, penyikapan ini adalah:
1. Mengajak supplier bersikap bahwa yang dia hadapi bukan hanya perusahaan saja
(misalnya PAMA) tetapi juga customer perusahaan dari perusahaan ini (misalnya
customer PAMA) sehingga proses berpikir supplier haruslah sama dengan proses
berpikir perusahaan.
2. Memberikan manfaat kepada supplier yang sifatnya win-win. Kalau perusahaan
untung, supplier diberikan keuntungan juga. Jangan sampai salah satu pihak saja yang
untung. Kalau ini terjadi maka hubungan akan putus, dan tidak satupun dapat
mengambil manfaat darinya.
3. Mengajak supplier untuk bersama-sama perusahaan untuk selalu memperbaiki
pelayanan.
SUPPLIER RELATIONSHIP
Artinya customers mendapatkan pelayanan (product dan/atau service) lebih baik dengan
harga lebih murah, dan oleh karenanya perusahaan akan mendapatkan order terus (dan
mendapatkan keuntungan yang wajar) dari customer, dan pada gilirannya supplier akan
mendapatkan order yang memberikan keuntungan (yang wajar) dari perusahaan. Dalam
bahasa umum pengelolaan ini disebut dengan Supplier Relationship Management.
Untuk memahami SRM, kita tidak dapat terlepas dari fungsi-fungsi manajemen secara
umum, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Uraian
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan. Pada tahap perencanaan, supplier dan perusahaan melaksanakan
perencanaan secara bersama. Untuk membahas bagaimana memberikan palayanan
terbaik kepada customers. Pelayanan terbaik ini (bagi PAMA) tentu mengacu kepada 5
kriteria berikut; mutu (Q=Quality), harga (C=Cost), kecepatan (D=Delivery Time), aman
(S=Safety) dan etis (M=Morale).
Dari perencanaan bersama ini maka akan dapat dirumuskan lingkup dari pekerjaan
masing-masing (supplier dan perusahaan), dan secara terpadu dalam melayani
customers perusahaan.
Termasuk dalam lingkup ini adalah:
- Disain produk, kualitas dan jumlahnya
- Kerangka waktu penyediaannya (delivery)
- Tingkat harga kompetitifnya
- Tingkat keamanan penyiapan dan pemakaiannya
2. Pengorganisasian. Pada tahap ini secara bersama-sama antara supplier dan
perusahaan (bahkan jika perlu customers) memobillisasikan sumber daya-sumber
daya yang dimilikinya untuk menyajikan layanan masukan dari supplier kepada
perusahaan. Sebagai contoh misalnya;
Supplier membutuhkan pinjaman dari bank untuk pengadaan bahan-bahan/alat-
alat yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan dari perusahaan. Bank
biasanya akan meminta bukti bahwa supplier tersebut memang mendapat
pekerjaan dari perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat menerbitkan kontrak
dengan supplier untuk pekerjaan tersebut, bahkan dalam kasus-kasus tertentu
perusahaan akan menerbitkan Letter of Credit (L/C) untuk menjamin adanya
pekerjaan tersebut.
3. Pelaksanaan. Pada tahap ini supplier daan perusahaan sesuai dengan perannya
masing-masing berkontribusi terhadap pelaksanaan supply. Sebagai contoh misalnya:
Dalam kegiatan supply equipment (mesin besar) misalnya bulldozer, supplier
hanya bertanggung jawab mengadakan bulldozer (kondisi CKD) sampai
pelabuhan Tanjung Priok, serta mekanik yang memasang dan menguji cobakan.
Pekerjaan selebihnya; pengiriman ke job site, penyediaan crane dan free adalah
perusahaan.
Pada kasus ini pelaksanaan supply harus dikoordinasi secara bersama-sama
4. Pengendalian. Pada tahap ini supplier dan perusahaan secara bersama-sama
mengendalikan setiap tahap pelaksanaan supply agar tidak terjadi penyimpangan.
a. Chain 1: Suppliers
Jaringan bermula dari sini, dimana merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama dimana mata rantai penyaluran barang akan bermulai. Sumber pertama ini
dinamakan ‘suppliers’. Dalam artinya yang murni, disini termasuk juga suppliers-
suppliers atau sub-suppliers. Suppliers ini dapat berjumlah banyak atau sedikit, tetapi
suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai yang pertama.
LOGISTIC MANAGEMENT
Di atas secara sepintas lalu telah dijelaskan perbedaan antara logistics management dan
supply chain management. Di bawah ini mungkin ada baiknya untuk dijelaskan secara
lebih rinci lagi baik mengenai persamaannya maupun perbedaannya.
b. Berorientasi pada perencanaan dan d. Atas dasar kerangka kerja ini mengusahakan
kerangka kerja yang menghasilkan rencana hubungan dan koordinasi antar proses dari
tunggal arus barang dan informasi di seluruh perusahaan-perusahaan lain dalam ‘business
perusahaan. pipelines’ mulai dari supplier sampai kepada
pelanggan.
Oleh karena itu, logistic management secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut:
Sedangkan definisi dari supply chain management adalah kurang lebih sebagai berikut:
Karena seperti dijelaskan dan digambarkan di atas bahwa pada hakekatnya suatu supply
chain adalah juga suatu jaringan maka dalam mengembangkan ide ini, supply chain juga
didefinisikan sebagai berikut:
Definisi logistik oleh Council of Logistics Management (CLM) adalah suatu proses yang
merencanakan, mengimplementasikan, dan mengkontrol aliran barang dan jasa yang
efisien dan efektif berikut proses penyimpanannya dari mulai titik awal sampai titik dimana
barang dan jasa tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh
pengarang lain, logistik didefinisikan sebagai suatu proses yang mendesign,
mengoperasikan secara fisik, manajemen, menyediakan informasi yang sistematis agar
barang tersebut dapat diterima tepat waktu dan tersedia tempat. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa logistik adalah suatu bagian yang merencanakan dan mengontrol
semua faktor yang mempunyai pengaruh dalam mendapatkan produk yang tepat sesuai
dengan kebutuhan, waktu yang ditentukan pada biaya yang optimal.
Manajemen logistik penting, tidak hanya untuk perusahaan manufacturing dan assembly
yang berorientasi pada produk, tapi juga untuk perusahaan yang bergerak di bidang retail,
transportasi, distribusi ataupun industri yang berorientasi pada jasa. Dengan semakin
meningkatnya kompetisi di pasar global maka manajemen logistik merupakan salah satu
sumber competitive advantage. Karena sebagian terbesar komponen biaya-biaya yang
dikeluarkan bersumber dari bahan atau material yang diperoleh supplier. Masukan-
masukan (input) dalam merencanakan dan mengontrol faktor-faktor untuk mendapatkan
masukan ini memberikan kerugian yang sangat besar seperti, misalnya; over-under stock,
barang defect/salah, barang lambat produksi dan sebagainya. Sebaliknya akan
memberikan penghematan yang sangat besar. Itulah yang dilaksankan dalam logistic
management.
STRATEGIC
PROCESS
Implementation/
Evaluate Perceived Effectiveness Evaluate Operating Standards
Administration
Assessmen
t
• Sustain
Contoh: Jika kita beraliansi dengan supplier agar mereka secara otomatis mengirimkan
bahan sesuai dengan kebutuhan kita, maka kita harus membuka sistem perencanaan
kebutuhan bahan.
Kondisi ini disatu sisi menyebabkan pihak luar, mitra aliansi, menjadi mengetahui sebagian
dari sistem kita. Padahal sistem tersebut adalah bagian dari kompetensi yang kita bangun.
Bagaimana kalau misalnya dicuri?
Disisi lain, aliansi ini memang dimaksudkan untuk mendapatkan sinergi dari masing-
masing pihak yang beraliansi, dengan cara mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi
jika sebagai pihak-pihak yang terpisah satu dengan lainnya.
Melihat kondisi-kondisi tersebut maka satu persyaratan mutlak agar aliansi berjalan
dengan baik adalah ‘TRUST’, saling mempercayai.
Setelah masing-masing pihak paham akan maksud dan tujuan aliansi, mereka
meningkatkan upaya untuk membangun ‘TRUST’, rasa saling percaya, diantaranya.
Mereka akan lebih mendalam menganalisis kompetensi-kompetensi mitra/partnernya.
Mereka mencari hal-hal mana yang bisa saling melengkapi dan hal-hal yang bisa
disinergikan. Termasuk juga menganalisis hal-hal yang sebaiknya/seharusnya dihilangkan.
Beberapa informasi yang diperlukan diantaranya menyangkut (dan bersumber dari):
• Informasi profil perusahaan
• Kemampuan manajemen
• Kemampuan pribadi-pribadi
• Filosophy perusahaan
• Visi, misi, tujuan, strategi perusahaan
• Kondisi keuangan perusahaan dan sebagainya
Setelah mengevaluasi partner supply chain dengan menggunakan kriteria seperti yang
digambarkan sebelumnya, maka perusahaan dapat mempersempit kelompok kecil
supplier menjadi sebuah finalis yang dianggap paling menjanjikan sebagai potensial
aliansi yang sukses. Selanjutnya dilakukan pendekatan pada partner yang dipilih, dimana
kedua pihak berkomitmen untuk membentuk aliansi. Komitmen dapat dikomunikasikan
melalui persetujuan verbal atau kontrak formal yang tertulis.
Sebagai tambahan dalam penulisan kontrak, kedua belah pihak harus menentukan
standar efektif yang diharapkan dari aliansi. Harus ditentukan sejumlah kriteria yang
spesifik dalam mengelola hubungan yang ada untuk digunakan dalam menyelesaikan
beberapa masalah yang diperkirakan akan berkembang. Beberapa faktor yang harus
dikelola antara lain:
- Bagaimana mengelola hubungan yang ada dan pada kondisi yang bagaimana aliansi
harus diakhiri?
- Bagaimana mengelola kekuatan yang tidak seimbang jika salah satu pihak mempunyai
kekuatan lebih daripada pihak yang lainnya dalam suatu hubungan?
- Bagaimana mengelola ketidakseimbangan ketika partner aliansi gagal menyediakan
dukungan manajerial yang seimbang?
- Bagaimana mengelola konflik ketika perilaku seorang anggota supply chain
menimbulkan kerugian, menghalangi sehingga menimbulkan biaya bagi partner lain?
- Bagaimana membagi keuntungan bersih secara bersama, dimana dibutuhkan biaya
untuk mengembangkan dan mengelola aliansi sehingga menghasilkan keuntungan
yang diperoleh untuk masing-masing pihak?
- Bagaimana mengembangkan keserasian antara kedua belah pihak, dimana dilakukan
pengembangan rencana yang sesuai dengan tipe manajemen dan kebudayaan
perusahaan. Membangun kepercayaan merupakan hal yang penting dalam tahap ini.
Kadang partner aliansi tidak mempunyai gambaran yang detail dan spesifik pada semua
area, sehingga penting bagi kedua belah pihak untuk mengembangkan saling pengertian
dan mengelola secara strategis aliansi yang dibentuk agar tujuan dapat dicapai. Saling
pengertian termasuk pengertian terhadap beberapa masalah yang menyebabkan
keterbatasan efektivitas suatu aliansi. Contohnya suatu partner harus menilai potensi
ketidakseimbangan kekuatan dan ketidakseimbangan manajerial agar dapat diatasi dan
mengetahui kemungkinan partner lain memberikan waktu dan usaha yang lebih besar
untuk aliansi.
Untuk memperoleh kesepakatan dalam hal keefektifan, maka pihak-pihak dalam aliansi
harus mencari kesepakatan mengenai sejumlah standar operasi bersama yang spesifik.
Standar operasi tersebut mengacu pada detail aktual mekanisme yang sering terjadi
dalam bisnis sehari-hari. Beberapa detail spesifik yang harus diperhatikan dalam proses
pengembangan hubungan adalah:
- Prosedur apa yang akan ditetapkan, sehingga semua partner dalam aliansi
mengetahui secara pasti peranan dan tanggungjawab dalam rangka mengurangi
duplikasi usaha dan sebagai bahan pertanggung jawaban. Hal ini termasuk peristiwa
yang tidak diharapkan, prosedur emergensi, ketentuan prosedur yang pasti sehingga
dapat mengurangi pertanyaan dan kesalahpahaman terhadap peranan dan tanggung
jawab masing-masing partner.
- Bagaimana mengukur, menentukan dan menghitung kinerja operasional partner?
Pengukuran tersebut dilakukan atas dasar ketentuan untuk meningkatkan aktivitas
operasional termasuk keterlibatan dalam mengatasi masalah yang mungkin timbul.
- Tipe informasi yang akan dibagi dan berapa sering transfer informasi tersebut terjadi?
Hal ini mengacu pada hal yang dibutuhkan setiap harinya oleh masing-masing pihak
untuk melakukan operasi yang standar. Banyaknya jumlah informasi yang akan dibagi
tergantung pada tingkat kepercayaan yang ada pada kedua belah pihak.
- Bagaimana respon masing-masing partner terhadap special request dari pihak lain dan
bagaimana peningkatan komunikasi melalui penggunaan teknologi. Respon mengacu
pada kecepatan interaksi antara pihak-pihak yang terlibat dan kemampuan untuk
mengatasi masalah secara cepat dan akurat. Penggunaan teknologi memungkinkan
semua pihak yang terlibat memberikan respon dengan cepat. Teknologi yang
digunakan meliputi EDI (Electronic Data Interchange), sambungan intranet atau fax.
Meskipun investasi sumber daya manusia tidak selalu diperlukan dalam aliansi, tapi
penting bagi partner untuk mendiskusikan investasi seperti itu pada masing-masing proses
dalam tahap ini. Jika investasi tersebut ternyata signifikan maka perlu didiskusikan dengan
partner sehingga diperoleh persetujuan sebelum terjadi komitmen secara finansial.
Sekali terjadi persetujuan antara kedua belah pihak, akan tercipta suatu komitmen pada
semua pihak dan dimulainya proses komunikasi yang terbuka. Setelah beberapa waktu
kemudian, akan ditemui kegagalan atau keberhasilan dalam mencapai kinerja yang
diharapkan. Bila terjadi kegagalan, diharapkan lebih disebabkan karena adanya sesuatu
yang sifatnya tidak dapat diprediksi dan tidak disengaja. Untuk menguji apakah hubungan
supply chain telah benar-benar berhasil atau tidak, bukan dengan “Apakah selalu terjadi
hubungan yang sukses” tapi dengan “Bagaimana partner kita mengelola hubungan yang
ada ketika masalah yang tidak didapat dihindari terjadi?”.
Rahasia kunci sukses dalam integrasi supply chain adalah dengan bersama-sama
mencari pemecahan masalah, hal ini dapat terjadi jika masing-masing pihak percaya
bahwa pihak yang lain akan berkomitmen untuk menjaga agar hubungan tetap berjalan.
Melalui proses uji terhadap hubungan akan dihasilkan beberapa prioritas, kelanjutan
pengukuran kinerja, dan selain pertumbuhan integrasi supply chain juga akan dihasilkan
keuntungan diluar dari yang diharapkan semula.
Agar hal tersebut dapat dicapai maka masing-masing pihak harus mengetahui fasilitas-
fasilitas yang dimiliki oleh partner dengan melakukan kunjungan, sehingga dikembangkan
pemahaman yang lebih baik terhadap operasi partner. Dari kunjungan tersebut
memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mengelola perubahan yang mungkin
terjadi dalam hubungan aliansi dan memfasilitasi pengembangan hubungan yang lebih
personal dengan contact person dari masing-masing partner.
Ketika penilaian yang dilakukan menghasilkan hasil yang negatif terhadap strategi dan
dimensi operasional maka sepertinya harus dilakukan modifikasi pada aliansi. Jika hasil
dari modifikasi tersebut sukses, menunjukkan hubungan aliansi yang ada akan
dipertahankan. Tetapi jika modifikasi yang dilakukan tidak berhasil maka akan dilakukan
modifikasi lebih lanjut atau mengakhiri hubungan aliansi. Perlu diingat berakhirnya
hubungan aliansi tidak selalu menandakan adanya kegagalan dalam performance tapi
kemungkinan disebabkan adanya perubahan dalam tujuan strategi pada salah satu atau
kedua belah pihak. Dalam kasus lain tujuan yang ada terlalu simple untuk dicapai
sehingga tidak perlu untuk melanjutkan aliansi. Biasanya hal ini terjadi dalam industri yang
sifatnya dinamis dengan tehnologi dan daur hidup produk yang pendek. Pada modul
selanjutnya akan dibahas komponen penting dalam hubungan supply chain yaitu
kepercayaan (trust) yang menyebabkan hubungan yang terjadi tetap ada dan menjadi
lebih matang.
Dengan adanya jalinan kerjasama dengan supplier, supplier dari supplier kita, customer
maka dapat dipenuhi kebutuhan utama end customer dan dihasilkan keuntungan untuk
masing-masing pihak yang terlibat. Untuk mewujudkan pelayanan yang terintegrasi dari
hulu ke hilir maka diadopsi dan diimplementasikan strategi supply chain dalam menjalin
hubungan baik dengan supplier maupun customer.
Strategi dan tujuan ini dikerahkan pada semua tingkat organisasi dengan mengarahkan
bahwa produk dan layanan yang diberikan ditujukan ke satu arah, yaitu Customer
Satisfaction.
Untuk mendukung hubungan dengan supplier dalam supply chain perlu dirumuskan suatu
visi yang berhubungan dengan pentingnya fungsi logistik dan SCM (Supply Chain
Management) dalam menciptakan nilai bagi customer. Nilai-nilai yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam menyusun suatu visi antara lain:
• Lebih baik (better)
• Lebih cepat (faster)
• Lebih murah (cheaper)
• Lebih aman (safety)
• Lebih bermoral (morale)
Pernyataan visi yang paling jitu adalah apabila visi yang disusun merupakan peta jalan
bagaimana cara untuk menuju pada tiga hal tersebut.
9.2 Lingkup Supplier Relationship
1. Internal Supplier
Kesuksesan dalam supply chain dipengaruhi oleh kesuksesan internal supplier. Bagian
internal supplier terdiri dari berbagai macam divisi dimana posisi suatu divisi dalam
memandang divisi lain, akan sama seperti saat suatu anggota supply chain memandang
anggota supply chain lain.
Pemahaman terhadap proses kerja supplier merupakan hal yang utama dalam
memahami internal supplier. Pemahaman terhadap proses kerja supplier merupakan
pemahaman terhadap fungsi-fungsi dari berbagai divisi yang terlibat dalam kegiatan
supply chain. Masing-masing divisi harus menyadari peranan masing-masing divisi
terhadap supply chain dan pengaruh aktivitas mereka terhadap anggota supply chain yang
lain. Untuk mendukung pemahaman terhadap aktivitas masing-masing divisi supplier,
maka masing-masing divisi perlu mempunyai instruksi yang menjelaskan tentang jenis
kegiatan yang harus dilakukan dan informasi yang diibutuhkan.
2. Eksternal Supplier
Setelah kita memahami internal supplier maka kita perlu memperluas analisa kearah
eksternal supplier. Hal ini diperlukan agar dihasilkan perbaikan dalam hubungan dengan
supplier. Point utama dalam analisa ini adalah organisasi supplier harus memfokuskan usaha
dan waktu mereka dalam mencapai kesuksesan supply chain.
Untuk itu perlu dilakukan seleksi terhadap anggota eksternal supplier. Dalam memilih
anggota eksternal, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
1. Identifikasi terhadap situasi persaingan. Kolaborasi yang terjadi akan terbatas jika
terdapat persaingan dalam hubungan buyer-supplier (Misalnya A adalah supplier B,
tapi A dan B merupakan direct competitor di pasar jenis lain).
2. Seluruh organisasi harus mencapai tujuan yang hampir sama, hal ini tidak berarti
setiap organisasi memiliki kesamaan tujuan tetapi tujuan yang ada di masing-masing
organisasi harus compatible dengan tujuan supply chain.
3. Supplier harus memiliki kemampuan unik, sehingga keterlibatannya dapat digunakan
untuk mengatasi permasalahan dan mencapai kesuksesan
4. Memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan, seperti kriteria:
- Produk dan pelayanan yang diberikan
- Penjualan
- Pangsa pasar
- Biaya
- Kualitas
- Delivery
- Cycle times
- Assets utilized
- Respon
- Pelayanan konsumen
Percaya/saling mempercayai bukanlah suatu kejadian yang terjadi begitu saja, terutama
pada tingkat awal dari hubungan supply chain. Partner harus mempercayai tidak hanya
satu orang saja tetapi banyak orang dalam supply chain, dan ini perlu pembuktian-
pembuktian terlebih dahulu.
Rasa percaya bukan pula sesuatu yang mudah diukur atau diidentifikasikan, karena kita
sulit menentukan kriterianya. Kriteria kepercayaan ini sangat bervariasi tergantung pada
situasinya. Anda dapat mempercayai seseorang yang setia dikarenakan dia ‘selalu ada’
untuk anda, atau secara sederhana anda mendapat ‘suatu perasaan integritas’ dengan
dirinya, walaupun anda belum lama mengenal orang itu. Kenyataannya, siapapun
menyadari pentingnya nilai kepercayaan.
Sejumlah penelitian mengatakan bahwa ada beberapa tipe perilaku dapat menimbulkan
rasa saling mempercayai dalam hubungan antar individu, jika kita ingin memahami
bagaimana perusahaan belajar saling mempercayai satu sama lain dalam supply chain,
pertama-tama mereka harus mengerti bagaimana orang dapat mempercayai orang lain,
baik dalam jangka waktu panjang maupun pendek. Sekali kita dapat memahami
‘bagaimana mengembangkan kepercayaan’, selanjutnya kita dapat mulai memahami tipe
tindakan yang dapat menciptakan suatu hubungan yang saling mempercayai dan
menghasilkan keuntungan yang penting melalui integrasi supply chain.
NEGOTIATION SKILL
PENGERTIAN NEGOSIASI
A. Arti Negosiasi
Ada beberapa definisi Negosiasi yang dapat dirumuskan, antara lain sebagai berikut:
“Negosiasi adalah proses untuk menyelesaikan konflik antara beberapa pihak, dimana
semua pihak merubah tuntutannya untuk mencapai pemecahan atau kompromi yang
diterima oleh semua pihak.”
Beberapa kata kunci yang merupakan unsur pokok dari definisi tersebut adalah:
• Ada conflict (perbedaan).
• Ada dua pihak atau lebih.
• Ada process to resolve (pemecahan, kompromi).
• Ada exchange concessions (modify demands).
• Ada achieving compromise (saling menguntungkan, agreement, win-win).
B. Prinsip Negosiasi
Negosiasi yang sukses seharusnya tidak berakhir dengan satu pihak sebagai pihak yang
menang dan satu pihak sebagai pihak yang kalah. Negosiasi adalah proses yang berakhir
dengan saling memuaskan (win/win), atau kedua pihak gagal (lose/lose).
Beberapa prinsip dasar yang perlu diingat dalam melakukan negosiasi adalah antara lain
sebagai berikut:
5. Ketahui keuntungan (plus) dan kerugian (minus) dari semua konsesi dan variabel.
a) Dalam kegiatan negosiasi biasanya terjadi take and give.
b) Dalam hal give, harus mengetahui apa konsekuensi dari itu. Inipun harus
dipersiapkan sejak semula.
6. Usahakan tetap mengendalikan negosisasi (asking more questions than you answer).
a) Artinya jangan sampai berada pada pihak yang dikendalikan.
b) Lebih banyak bertanya daripada ditanya.
9. Jangan memberikan sesuatu tanpa menerima sesuatu. Ini salah satu prinsip yang
utama dalam negosiasi.
10. Usahakan memperoleh lebih dari apa yang diperoleh lawan Anda. Ini hampir sama
dengan prinsip yang sudah disebutkan. Yaitu aim high, hanya bahwa disini aim higher
than your opponent.
Tujuan melakukan negosiasi adalah untuk meyelesaikan konflik atau mencari cara atau
jalan atau persyaratan yang disetujui bersama.
Ada beberapa catatan yang patut diperhatikan yang dikumpulkan dari pengalaman, antara
lain sebagai berikut:
1. Penawaran pertama yang kita terima biasanya bukan merupakan persyaratan yang
terbaik.
• Sangat jarang persyaratan yang bersifat fixed price.
• Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah setelah mengadakan negosiasi.
• Negosiasi bukan berarti tidak mempercayai seseorang akan kejujurannya.
2. Negosiator yang mahir akan selalu memperoleh persyaratan yang lebih baik daripada
mereka yang belum mahir.
• Kemahiran bernegosiasi dapat dipelajari.
• Jangan takut untuk melakukan negosiasi.
• Jangan hanya mengeluh, tetapi ajukan usulan secara jelas. Dari pada
mengatakan, “ Wah, harganya kemahalan, kami tidak ada budget.” , lebih baik
mengatakan, “ Kami akan membeli produk ini selama setahun ke depan dengan
quantity sekitar 10000 pieces, asalkan kami mendapat discount 10%”.
3. Kesempatan untuk mengadakan negosiasi persyaratan yang lebih baik, selalu berada
di sekeliling kita setiap waktu.
D. Kapan Bernegosiasi
Beberapa hal sebagai berikut, antara lain dapat digunakan untuk alasan mengapa perlu
dilakukan negosiasi atau apakah suatu negosiasi dapat dilakukan. Negosiasi tidak boleh
dilakukan demi negosiasi saja atau untuk sekedar basa-basi, karena negosiasi itu
memerlukan biaya. Oleh karena itu, negosiasi sebaiknya hanya dilakukan apabila terjadi
salah satu atau beberapa hal sebagai berikut:
2. Apabila tidak cukup ada kompetisi untuk menentukan secara benar kewajaran harga
dan syarat pembelian yang akan dibeli melalui pelelangan.
• Sudah dicoba untuk dibeli secara lelang, tetapi yang menawarkan hanya sedikit,
atau bahkan hanya satu.
• Meskipun sudah ada beberapa harga penawaran hasil lelang, tetapi dicurigai
harganya semua kurang wajar, karena ‘lelang arisan’.
3. Apabila tidak ada jaminan atau keragu-raguan bahwa akan mendapatkan tanggapan
yang memuaskan dari pihak rekanan tentang penyediaan material, perubahan
teknologi atau harga.
• Jika ada kondisi mengenai hal-hal tersebut diatas dan perlu dibicarakan dan
dipastikan dengan rekanan bahwa rekanan betul-betul dapat melaksanakannya.
• Negosiasi disini mungkin bersifat klarifikasi tetapi dapat juga sekaligus negosiasi
mengenai hal-hal tertentu.
6. Apabila salah satu pihak merasa masih perlu atau dapat mendapatkan persyaratan
yang lebih menguntungkan.
7. Apabila semua pihak sudah puas atas persyaratan-persyaratan yang diajukan, maka
tidak perlu lagi diadakan negosiasi
8. Apabila semua pihak yang terkait mau melakukan perjanjian.
• Negosiasi selalu mengasumsikan bahwa semua pihak yang terkait mau melakukan
perundingan untuk melakukan perjanjian atau kerjasama.
• Apabila pihak-pihak tersebut memang tidak mau melakukan kerjasama, tidak ada
gunanya melakukan negosiasi tersebut.
• Namun seringkali juga, kemauan baru timbul sesudah diadakan negosiasi.
9. Apabila semua pihak yang terkait memiliki otoritas untuk merubah persyaratan-
persyaratan yang diajukan.
• Ini sangat logis, karena apabila yang bersangkutan tidak mempunyai otoritas atau
wewenang, negosiasi tidak sepenuhnya dapat dilakukan.
• Setidak-tidaknya negosiasi harus dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai
wewenang untuk melakukan hal itu.
Kalau ada hal-hal dimana sebaiknya melakukan negosiasi, ada hal-hal lain juga yang
menyebabkan tidak perlu mengadakan negosiasi, seperti misalnya:
BAB 2
PARADIGMA NEGOSIASI
A. Proses Negosiasi
Proses negosiasi dapat digambarkan sebagai suatu proses gerakan, yang bergerak dari
suatu titik ke titik lain. Pihak yang satu bergerak dari titik persyaratan ideal (yang
dikehendaki) menuju pada titik kompromi, demikian pula pihak yang lain melakukan hal
yang sama, hanya saja arahnya berlawanan. Untuk menjelaskan hal ini, dapat
digambarkan sebagai berikut (gambar 2.1).
Titik Limit
B Titik Ideal
daerah
konsesi
Gambar 2.1 Proses Negosiasi
Pihak A bergerak ke kanan sampai titik limit, demikian pula pihak B bergerak ke kiri
sampai titik limitnya. Titik limit adalah batas kesediaan untuk memberikan konsesi, baik
berupa batas harga maupun persyaratan-persyaratan lain. Dengan demikian, maka
persetujuan akhir akan berada di “daerah konsesi” seperti digambarkan di atas.
Gambar 2.2 menunjukkan hal yang agak berbeda. Disini, daerah konsesi tidak terbentuk
karena garis ke arah limit dari pihak A tidak sampai berhimpitan dengan garis kearah limit
dari pihak B. Dalam hal ini, negosiasi tidak akan berhasil, kecuali salah satu pihak atau
dua pihak melakukan revisi atas limitnya, sampai terbentuk daerah konsesi.
Titik Ideal Titik Limit
A
Titik Limit B
Titik Ideal
Gambar 2.2 Proses negosiasi yang tidak terdapat daerah konsesi
Gambar 2.3 menunjukkan hal yang lain lagi. Di sini, daerah konsesi ada dan sangat besar,
bahkan titik ideal dari pihak B berada dalam batas limit pihak A. Dalam hal ini, negosiasi
akan sangat lancar. Apabila selama proses negosiasi, B menyadari bahwa titik idealnya
sudah berada di dalam batas limit pihak A, pihaknya akan melakukan salah satu dari 3
tindakan sebagai berikut :
B. Principle Of Exchange
Dengan pengertian yang benar mengenai semua proses yang terlibat dalam negosiasi
dapat menciptakan keluaran yang sukses. Yang terpenting dari tahapan negosiasi ini
adalah principle of exchange: anda harus memberi untuk dapat menerima.
Kunci negosiasi adalah untuk menyadari bahwa semua pihak perlu untuk mendapatkan
sesuatu yang bernilai dari pertukaran sebagai akibat konsesi yang mereka buat.
Contoh, ketika serikat buruh bernegosiasi dengan pimpinan perusahaan, serikat buruh
mungkin mendapat keuntungan dengan mendapat gaji yang lebih banyak untuk anggota
mereka, sementara pimpinan mungkin mendapat jaminan mengenai peningkatan
produktivitas.
2. Menjadi fleksibel
Ada enam kemungkinan hasil yang dicapai dalam proses negosiasi seperti berikut:
1. Win – Win.
• Artinya kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dari negosiasi yang
dilakukan.
• Ini adalah keadaan yang ideal, yang merupakan idaman setiap negosiasi.
2. Win – Lose.
• Artinya ‘ kami’ diuntungkan tetapi ‘kamu’ dirugikan dalam hasil negosiasi.
• Meskipun keadaannya demikian, namun persetujuan tetap dapat dilakukan tetapi
bersifat berat sebelah.
• Kelihatannya dalam jangka pendek baik untuk ‘kami’, tetapi dalam jangka panjang
dapat merugikan juga.
3. Lose – Win.
• Artinya ‘kami’ dirugikan tetapi ‘kamu’ diuntungkan.
• Seperti halnya di atas, meskipun akhirnya dapat dicapai persetujuan, dan dalam
jangka pendek menguntungkan ‘kamu’ tetapi dalam jangka panjang akan
merugikan.
4. Lose – Lose.
• Kedua belah pihak saling dirugikan.
• Meskipun demikian, persetujuan tetap dapat tercapai.
• Biasanya dalam keadaan darurat, krisis dan sebagainya.
• Dapat saja tidak mencapai kesepakatan, tetapi akibatnya adalah keadaan lose-
lose yang lebih parah.
5. Win.
• Artinya salah satu pihak diuntungkan, dan pihak lain tidak diuntungkan tetapi juga
tidak dirugikan.
• Disini masih mungkin tetap menguntungkan dalam jangka panjang.
6. Tidak ada persetujuan.
• Biasanya ini adalah perkembangan dari situasi lose-lose, tetapi kedua belah pihak
masih mempunyai opsi untuk tidak mencapai persetujuan
• Artinya lebih baik tidak mencapai persetujuan daripada kalau diteruskan akan
mengalami lose-lose yang lebih besar.
Untuk melakukan win-win negosiasi, hal pertama yang harus dilakukan adalah
membangun karakter win-win. Setelah karakter win-win terbentuk akan terjalin hubungan
win-win. Setelah terjalin hubungan win-win, barulah dapat tercapai kesepakatan win-win.
1. Karakter
Karakter win-win terdiri dari:
- integritas (integrity)
- kematangan (maturity)
- mentalitas kelimpahruahan (abundance mentality)
Ketiga karakter ini didasarkan pada sikap proaktif.
KARAKTER
(A
Ke dan
rity n
Me ahr ent
bu
a
lim ce
(M tang
)
nt
p
ali
atu
ma
ta an )
ua alit
s
Ke
h
KARAKTER
y
WIN-WIN
Siap Menjalin
Hubungan Win-Win
Integritas
(Integrity)
Sikap: Proaktif
Apabila ketiga karakter ini telah dipenuhi, barulah seseorang atau organisasi siap
untuk menjalin hubungan win-win.
2. Hubungan
Untuk dapat terjalinnya hubungan win-win, diperlukan tiga hal:
a. saling percaya (trust) yang kemudian akan menimbulkan
b. saling mengerti (understanding) dan selanjutnya akan terjalin hubungan yang
c. saling memberi (give)
Apabila kedua belah pihak yang melakukan negosiasi telah sampai pada hubungan
yang saling memberi, maka hal ini menandakan bahwa kedua belah pihak telah siap
melakukan kesepakatan win-win.
Hubungan win-win ini didasarkan pada sikap kesalingtergantungan.
HUBUNGAN
tan erti
Sa
g)
lin (Gi
ers eng
din
g ve )
Me
(U ng M
m
be
li
nd
Sa
ri
HUBUNGAN
WIN-WIN
Siap Membuat
Kesepakatan Win-Win
Saling Percaya
(Trust)
Sikap: Kesalingtergantungan
3. Kesepakatan
Setelah terjalin hubungan win-win, maka kedua belah pihak harus:
a. membangun tujuan bersama kemudian
b. mengenali masalah yang ada, dan
c. memecahkan masalah.
Adapun pemecahan masalah yang diambil adalah bukan pemecahan masalah yang
diambil dari salah satu pihak, melainkan dengan mencari alternatif ke-3.
KESEPAKATAN
h
Pe ro b
n)
ala
tio
me lem
(P
as
ica
ca
nM
ntif
ha Solv
a la
n M ing
Id e
en
as )
lem
ng
ala
ob
Pe
KESEPAKATAN
h
(Pr
WIN-WIN
Siap Mencapai
Sinergi
Tujuan Bersama
(Shared Values / Vision)
Terdapat tiga jenis negosiasi yang dapat dilakukan untuk tercapainya kesepakatan win-
win:
1. KOMPROMI
Kedua belah pihak menghindari / memperkecil area perbedaan dan fokus pada area
persamaan.
Poses Negosiasi untuk Jenis Kompromi adalah sbb :
1. PENDAHULUAN
Persiapan : Pahami apa kelebihan & kekurangan kita.
2. KEDUDUKAN AWAL
Tawarkan benefit ide/penawaran kita.
Pelajari benefit ide/penawaran lawan.
3. PERTUKARAN KONSESI
Hindari atau minimalkan area/tingkat perbedaan.
4. KESEPAKATAN
Fokus pada persamaan, temukan kesepakatan terbaik yang mungkin.
5. KESIMPULAN
Kesepakatan, benefit, implikasi dan pembagian peran.
6. TINDAK LANJUT
Mekanisme kerja, mekanisme komunikasi, situasi darurat / khusus.
3. SINERGI
Kedua belah pihak sepakat untuk mencari alternatif ke-3 sehingga tercapai
keuntungan/kepuasan bersama. Proses Negosiasi untuk Jenis Sinergi adalah sbb :
1. PENDAHULUAN
Persiapan: Pahami apa kelebihan & kekurangan kita.
2. KEDUDUKAN AWAL
Tawarkan benefit ide/penawaran kita.
Pelajari benefit ide/penawaran lawan.
3. PERTUKARAN KONSESI
Jika masing-masing penawaran saling tidak memuaskan secara maksimal,
bersama-sama mulai mencari alternatif ke-3 berdasarkan esensi kebutuhan
masing-masing.
4. KESEPAKATAN
Fokus pada keadilan dan keseimbangan, temukan kesepakatan terbaik yang
mungkin.
5. KESIMPULAN
Kesepakatan, benefit, implikasi dan pembagian peran.
6. TINDAK LANJUT
Mekanisme kerja, mekanisme komunikasi, situasi darurat/khusus.
Ketiga jenis negosiasi di atas melalui proses yang sama, yaitu pendahuluan, kedudukan
awal, pertukaran konsesi, kesepakatan, kesimpulan, dan tindak lanjut. Tahapan dari ketiga
jenis proses negosiasi di atas adalah sama, perbedaannya adalah terletak pada tahap
pertukaran konsesi.
G. Fokus pada manfaat
Jangan terpaku hanya pada satu aspek atau pada keberatan-keberatan yang diajukan.
BAB 3
TAKTIK DAN STRATEGI NEGOSIASI
A. Taktik Pemeras
Pembeli dapat menggunakan Taktik Pemeras untuk menurunkan harga dengan cara
menyudutkan (memeras) penjual dengan cara-cara menggunakan kedudukan pembeli
yang kuat atau kedudukan penjual yang lemah, misalnya dengan mengajukan
argumentasi sebagai berikut:
Untuk mengatasi pembeli yang menggunakan Taktik Pemeras ini, yang pertama harus
dilakukan penjual ialah membuat persiapan yang baik. Beberapa taktik negosiasi yang
dapat melawannya ialah misalnya :
1. Ukur besarnya permasalahan dan cobalah untuk menemukan apa yang ditawarkan
oleh pesaing.
2. Mintalah untuk melihat penawaran pesaing.
3. Pertahankan harga dulu. Tekankan manfaat dari total paket yang ditawarkan.
4. Tunjukkan prestasi kerja sebelumnya (berikan bukti dan dokumen referensinya bila
memungkinkan).
5. Jangan menurunkan harga tawaran terlalu cepat atau terlalu jauh, karena ini dapat
menghilangkan kepercayaan (kredibilitas).
B. Taktik Lelang Segitiga
Taktik ini hampir sama dengan Taktik Pemeras hanya peran pesaing lebih ditekankan lagi,
sehingga seolah-olah ada tiga pihak yang bernegosiasi, yaitu pihak pembeli, pihak penjual
dan pihak pesaing penjual.
Dari pihak pembeli, kecuali hal-hal yang telah dikemukan pada Taktik Pemeras, ada
tambahan hal-hal lagi yang dikemukakan, misalnya :
Taktik ini biasanya akan menguji saraf penjual, yang dapat mencoba mengatasinya
dengan langkah-langkah sebagai berikut, disamping apa yang sudah dikemukakan dalam
taktik terdahulu:
1. Cobalah mengabaikan keunggulan pesaing dan seolah-olah perbedaan dengan
pesaing tidak ada.
2. Ingatlah bahwa pesaing juga mengalami tekanan yang sama.
3. Cobalah menjadi yang terakhir, bukan yang pertama.
4. Jangan terburu-buru membuat konsesi. Ukurlah suhu negosiasi secara hati-hati.
5. Jangan menyerang pesaing, pusatkan perhatian pada penjual manfaat dan kekuatan
produk Anda.
6. Dapat juga ditekankan layanan Anda selama ini yang sudah terbukti, yang belum tentu
dapat diberikan oleh pesaing.
7. Ulur waktu dengan misalnya bawalah ahli atau penasehat teknis.
8. Tetaplah berkepala dingin, jangan panik.
C. Sentuhan Lembut
Taktik ini, sesuai dengan namanya, mencakup taktik dengan cara lembut, artinya
menekankan hal-hal yang enak-enak saja, yang menguntungkan, yang memudahkan,
secara simpatik, yang menggembirakan dan tidak menyinggung hal-hal yang pahit, jelek,
yang merugikan dan sejenisnya apabila memang tidak perlu sekali. Tujuannya jelas, yaitu
menarik simpati penjual hingga akan lebih mudah ‘menaklukkan’. Taktik yang dilakukan
oleh sementara pembeli ini, dapat membelai perasaan penjual sehingga lengah.
Seperti tadi telah disebutkan, pendekatan pembeli seperti ini dapat membuaikan dan
menggoyahkan perasaan penjual sehingga dapat memberikan rasa aman yang semu
karena penjual merasa berada di dalam. Untuk mengatasinya, penjual dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Cobalah lebih mendengarkan daripada berbicara.
2. Cermati hal-hal yang perlu diketahui dan belum dibicarakan, dan ajukan pertanyaan
secara terbuka.
3. Jangan pernah memberikan atau menunjukkan sesuatu yang lebih dari yang
direncanakan semula.
4. Jangan membiarkan pembeli mengajak Anda dalam kegiatan yang dapat
mempengaruhi pertimbangan Anda misalnya makan siang atau makan malam.
5. Berpikir secara tenang dan rasional, sehingga tindakan Anda tetap dapat dikendalikan.
D. Taktik Penjaring
Taktik ini adalah taktik melakukan negosiasi tidak hanya untuk suatu transaksi saja, tetapi
sekaligus juga untuk transaksi-transaksi yang sangat mungkin akan terjadi selanjutnya.
Keuntungannya adalah bahwa akan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang lebih
baik dibandingkan apabila melakukan negosiasi secara sendiri-sendiri.
Contoh yang dapat diberikan adalah pada waktu akan membeli seperangkat peralatan
(equipment), maka dalam negosiasi pembelian perlengkapan tersebut, dilakukan juga
sekaligus negosiasi untuk:
1. Jumlah dan harga pembelian suku cadang untuk 1 atau 2 tahun pemakaian.
2. Harga dan cara pembelian untuk spare parts keperluan selanjutnya.
3. Layanan overhaul bagi peralatan tersebut.
4. Trade off (tukar menukar) untuk spareparts yang surplus dan tidak terpakai.
5. Kemungkinan melakukan trade off peralatan yang lama dengan peralatan yang baru.
6. Dan sebagainya.
Taktik Perahu Lambat atau dapat juga disebut Taktik Ulur Waktu ini digunakan oleh
pembeli apabila pembeli mempunyai waktu banyak atau pembeli menggunakan unsur
waktu sebagai senjata atau keunggulannya. Cara-cara yang digunakan antara lain:
Banyak penjual yang tidak sadar akan taktik ini dan menganggap bahwa:
1. Merasa bahwa pesanan sudah ditangan dan aman. Mengapa harus mendesak dan
tergesa-gesa.
2. Kecenderungan alamiah manusia adalah menunda keputusan dan akan panik bila
didesak waktu sehingga mengambil keputusan yang tidak direncanakan semula.
Oleh karena itu, bagi penjual, perlu dikembangkan cara-cara untuk mengatasinya, antara
lain adalah:
Letak senjata pembeli dalam taktik ini adalah “keterlanjuran” dari pihak penjual, sehingga
pembeli berada di atas angin. Ini berbeda dengan Taktik Ulur Waktu seperti diatas, tetapi
betul-betul waktu mendesak bagi pembeli. Beberapa hal yang biasanya dilakukan pembeli
yang menggunakan taktik ini adalah antara lain:
Untuk mengcounter taktik ini penjual dapat menggunakan taktik sebagai berikut :
1. Taktik pembeli ini dapat digunakan sebagai bumerang bagi pembeli, yaitu mintalah
‘Setuju-sekarang-baru-barang-dikirimkan’.
2. Usahakan jangan mengirimkan barang terlebih dahulu kalau persyaratan pokok belum
disetujui seperti harga.
3. Jangan tergesa-gesa, ulurlah waktu pengiriman sampai persetujuan persyaratan dapat
dinegosiasikan sampai selesai.
4. Ingatlah bahwa kebutuhan pembeli mungkin jauh lebih mendesak daripada kebutuhan
penjual untuk memperoleh barang tersebut.
5. Manfaatkan keadaan mendesak untuk mendapatkan keuntungan ekstra atas kerja
ekstra. Tetapi jangan memanfaatkan kesempitan pihak lain untuk menggaruk
keuntungan secara tidak adil, karena ini akan mengurangi kredibilitas.
Taktik Good Guy and Bad Guy dapat juga disebut taktik Good Cop and Bad Cop, suatu
taktik yang memang terkenal di dunia kepolisian. Dalam suatu interogasi, seorang
terdakwa mula-mula diinterogasi oleh seorang polisi yang kasar. Kalau tidak berhasil,
maka seolah-olah secara tidak sengaja datang seorang polisi yang baik, yang menegur
polisi yang kasar tadi dan menggantikannya melakukan interogasi secara halus. Disini
polisi tersebut mengambil simpati terdakwa sehingga dapat dengan lebih mudah
mendapatkan keterangan yang diperlukan. Taktik semacam ini dapat juga diterapkan
dalam negosiasi, jadi:
1. Mula-mula negosiasi dilakukan oleh orang yang lebih “kasar” yang mungkin kurang
simpatik.
2. Kemudian digantikan oleh yang lebih simpatik dan halus.
3. Kunci taktik terletak pada mempermainkan emosi pihak lain untuk mendapatkan
simpati.
4. Yang ingin dikesankan adalah bahwa penjual akhirnya dapat melakukan negosiasi
dengan orang yang baik, simpatik, lebih dipercaya sehingga akan merasa dapat
memberikan konsesi secara lebih aman dan gampang.
5. Asumsi yang diharapkan dari pihak penjual adalah bahwa apa yang keluar dari orang
yang baik adalah betul-betul tulus dan memberikan sesuatu kepada orang baik itu
sangat beralasan.
Bagaimana pihak penjual dapat mengatasi taktik semacam ini? Beberapa tindakan
sebagai berikut mungkin dapat menolong
1. Sadarlah bahwa penjual menghadapi taktik Good Guy and Bad Guy, sehingga sadar
pula bahwa kejahatan dan kebaikan yang dipertunjukkan adalah buatan dan semu
belaka.
2. Sehingga pada waktu menghadapi Bad Guy tidak terpancing oleh emosi untuk
menolak dan pada waktu menghadapi Good Guy tidak terpancing pula untuk langsung
menerima.
3. Taktik yang sama dapat juga digunakan untuk menghadapinya. Hadapi Bad Guy
dengan keras dan Good Guy dengan baik dan lembut.
4. Biarkan dan bahkan dorong mereka berbicara lebih banyak dan hadapi dengan tenang
bersama teman lain. Lama-lama mereka akan bosan juga.
5. Dalam semua situasi, tetap usahakan fokuskan pada persoalan yang dihadapi.
H. Strategi Partnership
Strategi ini berasumsi bahwa lawan bernegosiasi dianggap sebagai mitra dalam usaha,
sehingga negosiasi dijalankan atas dasar prinsip dan jiwa partnership atau kemitraan. Ini
hanya dapat dilakukan antara pembeli dan penjual yang sungguh-sungguh sudah menjadi
mitra atau yang memulai membangun suatu kemitraan jangka panjang.
Prinsip atau jiwa kemitraan (the principles of partnership) yang mendasari hubungan bisnis
mereka adalah:
4. Terbuka (transparent)
• Karena saling percaya secara penuh, tidak ada hal yang perlu ditutup-tutupi
sehingga semua saling terbuka bagi yang lain.
• Keterbukaan termasuk perhitungan biaya, perhitungan untung rugi dan
sebagainya.
Dalam semangat diatas, negosiasi dapat dilakukan secara lebih mudah, terbuka, efektif.
Negosiasi berkembang bukan sebagai tawar menawar biasa antar dua pihak yang
mempunyai kepentingan berbeda, tetapi sebagai usaha bersama seolah-olah
pembicaraan antara dua bagian dalam suatu perusahaan. Ini adalah bentuk ideal dari
suatu negosiasi, seperti halnya bentuk partnership adalah bentuk ideal dari suatu
hubungan antara penjual dan pembeli.
Dalam negara-negara yang sudah maju, bentuk partnership atau aliansi ini sudah banyak
berkembang sejak dua dekade terakhir ini.
Strategi ini bertumpu pada prinsip bahwa setiap komponen harga dari suatu barang atau
jasa itu selalu dapat dinegosiasi. Oleh karena itu, negosiasi harga tidak dilakukan untuk
harga akhir, tetapi dilakukan untuk tiap-tiap komponen harga tersebut.
All–in–costs dari suatu barang adalah harga pembelian barang itu dan semua biaya
yang dikeluarkan sejak membeli barang dimaksud sampai merubahnya menjadi hasil
akhir yang merupakan produk perusahaan yang bersangkutan.
Dalam hal pembelian peralatan (equipment), sering kali all–in–costs ini disebut juga
life–cycle–costs, yang menyangkut biaya yang digunakan untuk menggunakan
peralatan tersebut selama umur pemakaiannya misalnya biaya pemeliharaan, biaya
operasi, biaya penggunaan bahan bakar dan sebagainya.
Biasanya rekanan supplier kalau menawarkan harga atau menjelaskan kenaikan harga
penawarannya, dan menyampaikan alasan. Argumentasinya kira-kira hampir selalu
begini: ‘Telah terjadi kenaikan harga bahan baku, ongkos transport, upah buruh, inflasi
dan sebagainya. Sebagai supplier yang ingin menjaga hubungan yang baik dan ingin
memberikan layanan yang sebaik-baiknya, kami telah lama mengurangi keuntungan
kami dan menanggung kenaikan biaya produksi kami. Tetapi sekarang kami tidak
dapat bertahan terlalu lama. Keuntungan kami telah habis. Kami terpaksa menaikkan
harga barang kami.’ Demikian biasanya argumentasi mereka yang sering kita dengar.
Seorang pembeli profesional, yang sudah mengenal ZBP, tidak akan begitu saja
menerima dan mempercayai argumentasi tersebut. Hal-hal berikut biasanya harus
ditanyakan kepada pihak supplier terlebih dahulu:
Perlu diingat juga, bahwa biaya yang terelakkan ini tidak hanya dapat terjadi pada teknik
pembelian, pengangkutan atau penyimpanan, tetapi dapat terjadi pula pada harga barang
itu sendiri. Biaya tersebut timbul antara lain karena hal-hal sebagai berikut:
• Pengawasan harga kurang.
• Keuntungan supplier terlalu besar.
• Komisi supplier terlalu besar.
• Spesifikasi barang berlebihan.
• Cara pembelian kurang tepat.
• Cara pembayaran kurang tepat.
• Negosiasi kurang gigih.
• Kesalahan memilih sumber pembelian.
• Kesalahan memilih cara pembelian.
dan sebagainya.
Kunci dari jawaban di atas adalah kata sebelum yang menandakan suatu antisipasi atau
persiapan. Jadi penggunaan ZBP haruslah proaktif dan bukan reaktif. Persiapan ini juga
penting sebelum mengadakan pembicaraan baik dengan pihak luar maupun rekanan
dalam (internal customer).
Jawaban di atas memberikan indikasi bahwa penggunaan ZBP cukup fleksibel, artinya
dapat digunakan, dalam berbagai kesempatan dan dengan berbagai tingkat jabatan.
Adapun tujuan penggunaan ZBP antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
• Mengembangkan model in-house-costs.
• Menetapkan batas-batas harga.
• Mendidik penjual barang.
• Melibatkan pemimpin senior penjual barang dalam proses.
• Melemahkan harapan penjual yang terlalu tinggi.
• Memperkirakan biaya yang akan datang.
• Mengetahui lebih terinci mengenai susunan harga penjual.
• Memberi motivasi pembeli untuk mempersiapkan diri dan mengembangkan dasar-
dasar perhitungan harga yang lebih baik.
Untuk mengimplementasikan ZBP ini agar berhasil, perlu pengertian dan kerjasama
terutama dari semua pihak terkait di dalam perusahaan sendiri, khususnya para
pimpinannya. Ini memerlukan kesungguhan dan komitmen dari fungsi pembelian dan
pimpinan puncak perusahaan sehingga mendapatkan pengertian dan dukungan dari
fungsi-fungsi penting yang terkait yaitu produksi, fabrikasi, teknik dan pemasaran. Tetapi
yang pertama kali harus memulai adalah bagian pembelian. Untuk memberikan gambaran
yang agak jelas mengenai hal ini, di bawah ini diberikan suatu studi kasus bagaimana hal
tersebut dilakukan oleh Polaroid, pencipta ZBP ini.
Setelah mengetahui mengenai metode ZBP seperti telah dijelaskan di atas, maka jelaslah
sudah bahwa metode ZBP tersebut dapat dijadikan metode juga suatu alat pembantu
untuk negosiasi harga, manakala pembeli akan melaksanakan pembelian barang atau
jasa ataupun manakala penjual, berhubungan dengan satu dan lain hal, mengajukan
kenaikan harga.
Berdasarkan prinsip-prinsip dan metode ZBP tadi, maka negosiasi harus dilakukan
dengan sikap dasar dan arah pembicaraan antara lain sebagai berikut:
• Jangan melihat harga suatu barang atau jasa sebagai satu jumlah utuh, tetapi lihatlah
sebagai suatu penjumlahan dari komponen-komponen harga.
• Negosiasi untuk tiap-tiap komponen harga tersebut.
• Jangan begitu saja menerima penjelasan rekanan mengenai sebab-sebab kenaikan
harga dari tiap-tiap komponen tersebut. Timbanglah dengan seksama dan teliti
berdasarkan pengalaman, referensi data lain dan akal sehat.
• Avoidable costs merupakan biaya yang secara potensial dapat dinegosiasikan dan
secara potensial dapat diturunkan. Secara prinsip, avoidable cost harus dihilangkan
atau setidak-tidaknya harus dibatasi semaksimal mungkin.
• Jangan menganggap bahwa keuntungan rekanan merupakan suatu jumlah yang tetap.
Keuntungan sebagai salah satu komponen yang membentuk harga, dapat juga
dinegosiasikan.
• Kenaikan harga tak terduga yang diakibatkan oleh keadaan kahar (force majeur) tidak
selamanya harus ditanggung oleh satu pihak saja, tetapi oleh kedua belah pihak.
Demikian juga kenaikan harga tak terduga yang diakibatkan oleh keadaan di luar
kendali dua belah pihak.
• Gunakanlah salah satu dari toolkits pembeli profesional untuk persiapan sebelum
negosiasi ataupun selama negosiasi.
• Biarkanlah pihak rekanan membuktikan sendiri alasan-alasan pengajuan harga dengan
lengkap dan meyakinkan.
• Dalam memilih barang atau jasa, titik beratkan perhitungan harga atas dasar ‘biaya
keseluruhan yang termurah’, jangan hanya atas harga barang/jasa yang ditawarkan
saja. Berikanlah kesan yang kuat mengenai prinsip ini pada rekanan.
Maka apabila diadakan negosiasi, dilakukan untuk setiap pos yang diperinci di atas. Tentu
saja persiapan, persyaratan dan cara-cara serta kaidah-kaidah negosiasi lain yang umum
tetap harus digunakan dan diperhatikan.
3. Dalam hal ada kenaikan harga/tarif karena ada kenaikan harga salah satu
komponen biaya yang penting.
• Misalnya permintaan kenaikan tarif transpor karena kenaikan harga BBM.
• Dengan teknik ZBP, cukup mudah mengkalkulasi tarif angkutan kembali dengan
mengkoreksi komponen biaya BBM saja.
• Pada umumnya penjual cenderung untuk mengambil kesempatan menaikkan tarif
angkutan secara tidak proporsional dengan menggunakan dalih kenaikan harga
BBM.
Dengan menggunakan taktik ZBP, proses tawar menawar dalam negosiasi dapat
ditambah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Namun diakui juga bahwa tidak selalu mudah untuk mendapatkan perincian harga barang
ini, karena penjual mengaku sulit menghitung perincian tersebut, atau memang sengaja
tidak mau memberikan perincian, karena akan berada pada posisi lemah dalam
bernegosiasi. Kalau menghadapi hal ini, pihak pembeli dapat melakukan salah satu dari
hal-hal sebagai berikut:
2. Menolong penjual untuk membuat perincian komponen harga apa saja yang
dimaksud.
• Ini dilakukan untuk penjual yang memang tidak dapat atau tidak berpengalaman
dalam membuat perincian tersebut.
• Membuatkan contoh perincian komponen harga.
• Menolong memperbaiki atau melengkapi perincian yang sudah dibuat.
• Memberikan contoh perincian yang disusun oleh perusahaan lain (tentu saja angka-
angkanya dihapus atau diganti).
• Pokoknya mengusahakan sedapat mungkin agar penjual mau membuat perincian
tersebut
Disamping taktik dan strategi dalam menentukan cara-cara bernegosiasi, soal tempat
kadang-kadang sangat mempengaruhi jalannya negosiasi. Oleh karena itu, dalam
menentukan strategi, hendaknya dipertimbangkan juga masak-masak penentuan tempat
untuk negosiasi dan dipertimbangkan masing-masing untung ruginya.
Ada tiga pilihan dalam menentukan tempat ini, yaitu di tempat sendiri, di tempat lawan
negosiasi, atau di tempat lain yang netral.
Dibawah ini diberikan beberapa catatan tentang untung ruginya melakukan negosiasi di
tiga tempat yang berbeda tersebut :
K. Menghadapi Deadlock
Deadlock adalah keadaan dimana negosiasi tidak dapat diteruskan lagi, karena masing-
masing pihak bersikukuh mempertahankan pendiriannya, sehingga tidak ada titik temu
persetujuan. Keadaan ini kadang-kadang memang dihadapi oleh para negosiator,
sehingga perlu sebelumnya diantisipasi kemungkinan tersebut, dan bagaimana
mengatasinya apabila sungguh-sungguh mengalaminya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan apabila menghadapi keadaan deadlock adalah antara
lain tindakan sebagai berikut:
1. Usulkan reses beberapa waktu lamanya, sebelum bertemu kembali untuk meneruskan
negosiasi. Waktu yang diusulkan ini agar mencukupi untuk membahas kembali tujuan,
taktik dan strategi negosiasi tidak hanya diantara tim sendiri, tetapi juga dengan rekan-
rekan lain, khususnya dengan atasan.
3. Sementara itu, jangan panik, tetap tenang. Jangan mudah menyerah, tetapi
konsentrasikan untuk mencari jalan keluar. Jangan membuat provokasi pada pihak
lawan, atau jangan membuat keadaan lebih buruk lagi.
5. Setelah dilakukan pembahasan kembali, dan mungkin ada konsesi-konsesi lain yang
dapat ditawarkan, atau “titik limit” sudah digeser, atau gaya dirubah, atau juru bicara
baru, maka diusulkan negosiasi dibuka kembali dengan usul-usul dan atau pendekatan
segar.
8. Beberapa hal yang dapat dihindari, yang dapat menyebabkan deadlock adalah antara
lain:
a. Obyektif negosiasi sangat tidak realistik.
b. Bertindak sangat provokatif.
c. Mengutarakan hal-hal yang sangat sensitif.
d. Tidak mempertimbangkan semua hal yang dapat dinegosiasikan.
e. Terlalu tergesa-gesa untuk menghasilkan persetujuan.
f. Tidak memberikan argumentasi yang masuk akal.
-o0o-
BAB 4
PERSYARATAN NEGOSIATOR YANG TERAMPIL
7. Mampu mendengarkan orang lain dan dapat menangkap kepekaan terhadap apa yang
dirasakan penting oleh orang lain.
• Mendengarkan dengan baik penjelasan orang lain seringkali bukan merupakan
pekerjaan yang mudah, karena orang cenderung lebih suka berbicara daripada
mendengarkan.
• Yang diperlukan tidak hanya mendengarkan dengan baik, tetapi menangkap hal-hal
yang penting, hal-hal yang dianggap peka, dan nuansa-nuansa lain.
Mengajukan atau merumuskan pertanyaan perlu juga diatur agar tidak bertele-tele dan
membuang waktu. Pertanyaan basa-basi boleh saja diajukan, asal tidak terlalu banyak
dan banyak membuang waktu. Sebaiknya pertanyaan dilakukan dengan sopan, jelas, to
the point, dan berguna untuk proses negosiasi selanjutnya. Ada beberapa jenis
pertanyaan yang perlu diketahui untuk membantu dalam hal ini, yaitu antara lain:
Tadi sudah disinggung salah satu sikap yang diperlukan dalam negosiasi, yaitu dapat
mengendalikan diri. Kalau seseorang dapat mengendalikan diri, maka kemungkinan besar
dia mampu juga mengendalikan jalannya negosiasi. Di bawah ini diberikan beberapa sikap
yang diperlukan dari seorang negosiator agar membantu berhasilnya suatu negosiasi,
yaitu antara lain:
Dalam proses negosiasi, baik pembeli maupun penjual mempunyai tidak saja
kepentingan-kepentingan, tetapi juga kekuatan-kekuatan dalam tawar-menawar. Hanya
negosiator yang ahli mampu mengenal dan menggunakan kekuatan tawar-menawar ini
pada waktu dan kesempatan yang tepat. Ada dua pihak yang perlu diperhitungkan dalam
hal ini, yaitu pihak penjual dan pihak pembeli. Untuk itu, dibawah ini disinggung beberapa
hal mengenai kekuatan tawar menawar tersebut.
1. Kekuatan penjual umumnya tergantung dari jawaban atas tiga pertanyaan pokok
sebagai berikut:
c) Berapa waktu yang tersedia untuk mencapai persetujuan yang dapat diterima
ke dua belah pihak?
• Keperluan yang mendesak dari pihak pembeli akan memperkuat posisi penjual
dalam bernegosiasi, sehingga mereka dapat mengulur-ulur waktu.
• Demikian pula sebaliknya. Oleh karena ini perencanaan waktu dalam
pembelian sangat penting, untuk mendapatkan kesempatan menegosiasikan
harga yang layak.
2. Kekuatan lain yang perlu diperhitungkan ialah kekuatan pihak pembeli. Pihak pembeli,
seperti halnya pihak penjual, juga tergantung dari 3 faktor sebagai berikut:
Dalam negosiasi ada beberapa hal yang sangat singkat dikatakan the do’s and the don’t
(yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan), yaitu misalnya:
1. Jangan melakukan negosiasi melalui telepon apabila tidak betul-betul penting atau
mendesak kecuali mengenai hal-hal yang kecil.
2. Jangan menganggap diri sebagai jaksa penuntut, karena negosiasi bukanlah
pengadilan!
3. Jangan siapkan pertanyaan-pertanyaan pokok selama negosiasi, tetapi buatlah
sebelum dilaksanakan negosiasi. Selama negosiasi, perhatian harus betul-betul pada
pembicaraan lawan dan strategi sendiri.
4. Pilih waktu yang tepat untuk bertanya.
5. Perhatikan penjelasan lawan negosiasi dan jangan lupa “read between the line”
6. Jangan memonopoli pembicaraan!
7. Jangan sekali-kali mengajukan ancaman kosong (bluffing) apabila tidak dapat
melaksanakannya!
8. Jangan memotong pertanyaan dengan pertanyaan! Pertanyaan lawan harus dijawab
lebih dahulu sebelum mengajukan pertanyaan sendiri.
9. Jangan kehilangan kesabaran dan kendali emosi!
10. Jangan mengajukan pertanyaan yang bernada permusuhan, kecuali kalau Anda
memang mau berantem.
11. Jangan mengajukan pertanyaan yang bernada meragukan kejujuran lawan
12. Terus kejar, dengan sopan tetapi persisten, kalau lawan mengelak menjawab
pertanyaan yang penting!
13. Tanyakan sesuatu mengenai lawan Anda yang sudah Anda ketahui untuk mengukur
kredibilitas mereka.
14. Jangan takut atau malu mengajukan pertanyaan yang sederhana, sebagai pertanyaan
yang tolol, kalau memang pertanyaan itu penting atau relevan.
15. Jangan memperlihatkan kesulitan Anda yang serius!
16. Jangan memperlihatkan kesan bahwa negosiasi dimaksud adalah satu-satunya cara
untuk menyelamatkan perusahaan Anda.
F. Konsesi yang Perlu Diminta Oleh Pembeli
Dalam negosiasi pembelian barang atau jasa, hal-hal sebagai berikut dapat diminta oleh
pembeli dari penjual sebagai konsesi:
2. Proteksi harga.
• Proteksi harga adalah pembekuan harga tertentu untuk waktu yang disetujui
bersama, misalnya untuk waktu satu tahun.
• Proteksi harga juga dapat berupa kurs tetap terhadap valuta asing tertentu untuk
waktu tertentu pula (semacam hedging).
3. Potongan harga.
• Quantity discount.
• Cash discount.
• Sales discount.
• Seasonal discount.
4. Pengunduran/pengajuan pembayaran.
• Misalnya dibayar 6 bulan sesudah pengapalan dengan atau tanpa bunga (usance
L/C).
• Dapat juga, misalnya kalau pembayaran kurang dari 2 minggu setelah penyerahan
barang, dapat discount tambahan.
5. Penyederhanaan penagihan.
• Misalnya tidak perlu dengan tagihan invoice hard copy biasa, tetapi dengan EDI
(electronic data interchange).
• Misalnya juga tagihannya tidak dilakukan pada setiap penyerahan barang, tetapi
per bulan atau per tiga bulan.
6. Perjanjian stockist.
• Misalnya penjual bersedia menyimpan sejumlah barang di gudang mereka sendiri.
• Pembeli tidak perlu menimbun barang dimaksud dalam gudangnya.
7. Tukar tambah.
• Misalnya barang yang tidak dipakai atau kelebihan (surplus) dapat ditukar dengan
barang lain yang lebih banyak digunakan pembeli.
• Pertukaran dapat barang dengan barang atau barang plus jumlah uang tertentu.
Sebaliknya, banyak juga konsesi yang dapat ditawarkan kepada pihak penjual dalam
rangka negosiasi jual-beli, antara lain sebagai berikut:
1. Pemberian Uang Muka (advanced payment).
• Dalam pembelian barang-barang tertentu (misalnya barang fabrikasi, atau barang
khusus), wajar kalau kepada penjual diberikan uang muka pembayaran sejumlah
tertentu.
• Tentu saja harus ada semacam proteksi dan pengaturan lebih lanjut mengenai
uang muka ini. Proteksi yang dimaksud misalnya garansi bank.
Pemberitahuan batas waktu dapat merupakan taktik ancaman, gertak ataupun dapat
merupakan penjelasan yang sebenarnya. Untuk itu perlu kepekaan untuk mengendusnya,
yang mana sebenarnya terjadi. Pernyataan batas waktu ini dapat dilakukan dari pihak
penjual, tetapi dapat juga dilakukan oleh pihak pembeli seperti misalnya:
TARGET ROI
TARGET ORIENTASI
HARGA LABA
LABA MAKSIMUM
POSISI HARGA
ORIENTASI
STATUS
POSISI PASAR
B. Cost Plus Pricing
Pengertian Cost Plus, adalah nilai biaya tertentu ditambah dengan kenaikan
(mark-up) yang ditentukan. didalam konsep perhitungan harga pokok dikenal dua
pendekatan yaitu ;
• Absorption costing (full costing)
Dalam pendekatan ini harga pokok produksi terdiri dari biaya-biaya yang berkaitan
dengan pembuatan produk baik yang bersifat variable maupunyang bersifat tetap
- Bahan baku langsung
- Upah langsung
- Biaya overhead pabrik – variable
- Biaya overhead pabrik – Tetap
• Variable costing ( direct costing )
Dalam pendekatan ini yang dimasukkan sebagai komponen harga pokok produk
adalah seluruh biaya-biaya yang bersifat variable
Biaya variable tersebut dapat dikelompokkan lebih lanjut seperti dalam gambar
berikut :
-Biaya bahan baku
Total Biaya Biaya produksi -Upah langsung
Variabel Variabel -BOP variabel
-Biaya Penjualan Variabel
-Biaya umum&Adm variabel
Contoh:
Untuk menetapkan harga jual telah tersedia data biaya sbb:
Per unit Total Rp. .
Bahan baku 8.000
Upah langsung 12.000
B.Overhead variable 3.000
B.Overhead tetap 7.000 350.000.000
Biaya penjualan variable 1.500
Biaya penjualan tetap 1.800 90.000.000
Biaya umum variable 500
Biaya umum tetap 2.200 110.000.000
Biaya tersebut berdasarkan kapasitas normal sebesar 50.000 unit per bulan
Manajemen menetapkan harga jual dengan 50% markup dari harga pokok produk atau
mark up 80% dari Biaya Variabel
Kedua metode telah menghasilkan harga jual yang sama. Jika seluruh produk yang
dihasilkan dapat terjual semua maka perhitungan kedunya akan menghasilkan laba yang
sama.
Pengaruh yang terjadi dapat dikumpulkan sbb:
1.Jika seluruh produk terjual maka laba yang dihasilkan sama
2.Jika persediaan akhir lebih kecil daripada persediaan awal maka Laba bersih Fuul cost
akan lebih besar dari Variable costing
3.Jika persediaan akhir lebih besar dari pada persediaan awal maka Laba Bersih Variabel
Costing lebih besar dari full costing
C. Perbedaan Laba Full Costing dengan Laba Variabel Costing
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa laba Full costing akanberbeda dengan laba
Variable costing ; apabila terdapat perbedaan pada persediaan awal dan persediaan
akhir. Perbedaan laba tersebut disebabkan karena adanya sebagian biaya Oerhead
tetap yang melekat pada persediaan awal dan persediaan akhir.
BOT
LF – LV = ----------- X (Qp – Qs)
Qn
atau
= BOT u X ( Qe - Qb)
Rumusan dan hubungan ini dapat dipergunakan untuk melakukan rekonsiliasi laporan
laba rugi Variabel Costing menjadi Laporan Laba-rugi Full costing atau sebaliknya.
Return on Investment sering kali dijadikan target untuk mengukur keberhasilan sebuah
bisnis. Untuk menetapkan harga jual dengan tingkat ROI tertentu dapat dilakukan
dengan cara sbb:
(1) Tetapkan Persentase mark-up
ROI + Biaya Operasional
Presentase = --------------------------------- X 100%
Total Harga Pokok Prod
(2) Menambah Harga Pokok Produksi dengan mark-up yang diperoleh pada
hitungan pertama
Menetapkan presentase mark-up berdasarkan metode Harga pokok:
1.Presentase mark-up didasarkan pada Harga pokok penuh (Full costing)
ROI + Biaya penjualan dan Adm
Presentase mark-up= ------------------------------------------- X 100 %
Q X Biaya Prod per unit
2.Presentase mark-up didasarkan pada Harga pokok variable (Variable costing)
ROI + Biaya Tetap
Presentase mark-up= ------------------------------------------- X 100 %
Q X Biaya Prod variabel per unit
Contoh:
Menyambut tahun buku yang baru, perusahaan telah menetapkan target produksi ”produk
baru” sebanyak 20.000 unit dengan biaya sbb:
Per unit Per tahun
Bahan baku Rp. 18.000
Upah langsung 3.600
Biaya Overhead Pabrik Variabel 2.400
Biaya Overhead Pabrik Tetap 6.000 120.000.000
B.Penjualan & Adm Var 1.000
B.Penjualan & Adm Tetap 7.250 145.000.000
Untuk produk baru tersebut diperlukan biaya Investasi sebesar Rp. 400.000.000
dengan ROI sebesar 15 % (= Rp.60.000.000 per tahun)
Harga pokok produksi menurut Pendekatan Biaya Variabel dan Biaya penuh sbb:
H.P Variabel H.P.Penuh (Full)
Bahan baku Rp.18.000 Rp.18.000
Upah langsung 3.600 3.600
Biaya Overhead Pabrik Variabel 2.400 2.400
Biaya Overhead Pabrik Tetap 6.000
B.Penjualan & Adm Var 1.000 . .
Harga Pokok Rp.25.000 Rp.30.000
Menetapkan Harga dengan Pendekatan Biaya Variabel
ROI + Biaya Tetap
Presentase mark-up = ------------------------------------------- X 100 %
Q X Biaya Prod variabel per unit
60.000.000 + 120.000.000+145.000.000
= -------------------------------------------------- X 100 % = 65 %
20.000 X 25.000
Target harga = Rp. 25.000 + 65% X Rp. 25.000 = Rp. 41.250,-
PERHITUNGAN PENJUALAN
TIME AND MATERIAL PRICING
Upah langsung Rp.TTTTT
Biaya tidak langsung TTTTT
Laba per Jam TTTTT
Tarif layanan per Jam Rp.TTTTT
Ditambah:
Laba Bahan TTT. %
Bahan tdk langsung TTT. %
Persentase mark-up bahan TTT. %
Biaya bahan= Rp.TTTTT X TTT. % = TTTTT
Total Penagihan Rp. TTTTT
Contoh:
Sebuah bengkel pemeliharaan mobil telah menetapkan target laba Rp. 25.000 per jam dan
10% dari harga bahan yang digunakan oleh penaggan.
Biaya selama satu bulan adalah sbb:
Operasional Pengelolaan
Bengkel Bahan
Gaji manajer 25,000,000 20,000,000
Gaji Montir 48,000,000
Gaji Administrasi 9,000,000 3,000,000
Penysutan peralatan 15,000,000
Penyusutan bangunan 6,000,000 17,000,000
Tunjangan 15% dari gaji 12,300,000 3,450,000
Utilitas 3,000,000 12,000,000
Asuransi 1,500,000 1,450,000
Bahan Bantu 500,000 1,200,000
Harga Faktur Bahan2 210,000,000
Total Biaya 120,300,000 268,100,000
Perusahaan mempekerjakan 10 orang montir yang bekerja masing2 40 jam seminggu atau
150 jam sebulan.
Pertanyaan :
Berapa Tagihan penjualan untuk pekerjaan yang menghabikan 5 jam kerja + Bahan2
sebanyak Rp.1.700.000,-
Jawab :
Rp.48.000.000 + 15% X 4p. 48.000.000
(1)Biaya langsung per jam = ------------------------------------------------ = Rp.36.800,-
10 X 150
Rp.120.300.000 – Rp.55.200.000
(2)Biaya reparasi = ---------------------------------------- = Rp.43.400,-
10 X 150
harga material
perKG 13.147 IDR
Biaya Raw Material 37.915 IDR