Abstrak. Pewarna alami dari daun indigo yang berupa pasta sangat mudah
dalam pemrosesannya, sangat menjanjikan apabila dijadikan suatu usaha karena
pengusaha batik saat ini sudah tersebar diseluruh propinsi, sehingga kedepannya
batik bisa menjadi komoditi eksport dengan pemanfaatan pewarna alamiah ini.
Pewarna alami dari pasta daun indigo sangat ramah lingkungan, limbah yang
dihasilkan bisa menyuburkan tanaman, selain itu pola penanaman yang sangat
mudah. Pasta Indigo pada proses pembuatannya berbiaya rendah, sehingga
sangat menguntungkan. Hal ini bisa mensejahterakan penduduk pedesaan
dengan memanfaatkan sumberdaya pedesaan dengan budidaya tanaman indigo
dengan pemanfaatan lahan-lahan kosong dimana masa petiknya adalah 3
bulan dan setelah 3 tahun tanaman diganti yang baru. Metode kegiatan yang
dilaksanakan adalah pelatihan dan bimbingan implementasi IPTEK sederhana
melalui pengenalan sistem produksi tepat guna. Hasil yang dicapai adalah
mesin pengeblur dan mesin perajang daun khusus berbahan stenlis, sehingga
umur ekonomisnya panjang, alat bisa diatur sedemikian rupa sehingga hasil
pemotongan daun indigo dengan mesin perajang bisa terpotong sempurna karena
kalau dilakukan perendaman bisa maksimal, demikian juga mesin pengeblur
sangat efektif karena tidak melakukan secara manual pada proses pengebluran.
Pasta Indigo diharapkan mampu meningkatkan peran industri mikro dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan bagi
Pengrajin batik, maupun yang berkeinginan menekuni usaha penghasil pasta
dengan menggandeng para pengrajin batik.
Kata kunci : Pewarna alami, pengeblur, perajang, pasta indigo, pengrajin batik
119
120 ABDIMAS Vol. 20 No. 2, Desember 2016
= 6.255 jiwa) dan kelurahan Plalangan dengan Lemahnya Kualitas Sumber Daya
luas wilayah 331.727 ha terbagi 19 Rt 6 Manusia (SDM), (a) Pengrajin pasta indigo
RW (Jumlah penduduk 3.422 jiwa) banyak tidak berani untuk mencoba inovasi yang
dijumpai keluarga miskin, dengan wanita berkaitan dengan teknologi, sehingga
yang putus sekolah dan sebagian sebagai menjadikan lemahnya kualitas sumber daya
petani hasil perkebunan ketela pohon atau manusia. Sudah bertahun – tahun sebagian
umbi-umbian, saat ini dari beberapa kampong besar usaha kecil tumbuh secara konvensional.
di kelurahan Gunung Pati Kecamatan Gunung (b) Pengrajin pasta ini sulit untuk mengadopsi
Pati Semarang yang terletak dipinggiran perkembangan teknologi baru karena
kota Semarang telah menekuni sebagai terbatasnya pengetahuan. (c) Keterbatasan
pengrajin batik ciri khas Semarangan dengan kualitas SDM dari segi pendidikan formal
menggunakan pewarna alami dari daun maupun pengetahuan dan keterampilannya
indigo. Mereka membuat pasta dari pohon dimana sangat mempengaruhi terhadap
indigo dengan alat yang sederhana sekali yaitu manajemen pengelolaan usahanya, sehingga
pada prosesnya daun indigo tidak melalui usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan
perajangan, demikian juga untuk mengeblur optimal.
hasil peraman daun indigo tersebut dengan Terbatasnya Sumber Daya Bahan Baku.
cara manual yaitu diblur dengan menggunakan Bahwa bahan baku daun indigo sangat
gayung untuk membuang air peraman tersebut. terbatas, karena lahan untuk pembudayaan
Pasta dari pohon Indigo pada saat ini dijual daun indigo sangat terbatas.
Rp. 80.000,- per kg dan sudah dipesan oleh Terbatasnya Kemampuan alat, sehingga
industri batik di Pekalongan, Surabaya dan secara konvensional. (a) Waktu yang
Cirebon. Pasta dari Gunung Pati kwalitasnya digunakan untuk proses pembuatan pasta
baik, karena daun Indigo yang ditanam di membutuhkan waktu yang lama sehingga
wilayah Gunung Pati hasilnya bagus. Perlu tidak efisien. (b) Tidak dilakukan pemotongan
diketahui ternyata limbah daun Indigo bisa daun, sehingga dalam perendaman untuk
digunakan untuk pupuk organik juga, karena diperam beserta dengan ranting-rantingnya,
begitu selesai pembuatan pasta, maka limbah (c) Pasta yang dihasilkan kurang maksimal.
daun tersebut bisa menyuburkan tanaman. 4. Terbatasnya Sarana dan Prasarana.
Pada proses pembuatan batik dan pembuatan (a) Kurangnya informasi yang berhubungan
pasta untuk pewarna batik tersebut dikerjakan dengan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi,
sebagian oleh ibu-ibu rumah tangga. Disinilah menyebabkan sarana dan prasarana yang
peranan sektor informal sebagai penyelamat mereka miliki sangat terbatas dan juga masih
untuk meningkatkan taraf hidup rumah tangga secara manual/konvensional. (b) Permodalan
yang berada di bawah garis kemiskinan. yang masih sangat terbatas, sehingga tidak bisa
Proses produksi pembuatan pasta yang memenuhi permintaan pasar. (c) Pemasaran
relatif mudah dipelajari, namun membutuhkan masih skala lokal dimana bersaing dengan
ketelatenan, sehingga bisa menjadi peluang daerah-daerah lain yang membuat usaha
bisnis. pembuatan pasta.
Berdasarkan hasil analisis situasi Untuk itu dalam IbM ini dimaksudkan
dilapangan yang dilakukan bersamaan dengan akan memberikan solusi tentang bagaimana
keterlibatan langsung dengan mitra, maka cara mengatasi atau memperkecil
permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra permasalahan utama yang ada pada mitra
dapat diidentifikasi kedalam beberapa aspek tersebut.
utama yaitu
Sri Rahayuningsih, Enty Nurhayati, Muhaimin Pengeblur Daun Indigo Penghasil Pasta 121