Anda di halaman 1dari 6

PENGEBLUR DAUN INDIGO PENGHASIL PASTA

PEWARNA ALAMI BAGI UKM PENGRAJIN BATIK DI


KECAMATAN GUNUNG PATI SEMARANG

Sri Rahayuningsih, Enty Nurhayati, Muhaimin

Universitas Stikubank Semarang


Email: ayu_1961@yahoo.com

Abstrak. Pewarna alami dari daun indigo yang berupa pasta sangat mudah
dalam pemrosesannya, sangat menjanjikan apabila dijadikan suatu usaha karena
pengusaha batik saat ini sudah tersebar diseluruh propinsi, sehingga kedepannya
batik bisa menjadi komoditi eksport dengan pemanfaatan pewarna alamiah ini.
Pewarna alami dari pasta daun indigo sangat ramah lingkungan, limbah yang
dihasilkan bisa menyuburkan tanaman, selain itu pola penanaman yang sangat
mudah. Pasta Indigo pada proses pembuatannya berbiaya rendah, sehingga
sangat menguntungkan. Hal ini bisa mensejahterakan penduduk pedesaan
dengan memanfaatkan sumberdaya pedesaan dengan budidaya tanaman indigo
dengan pemanfaatan lahan-lahan kosong dimana masa petiknya adalah 3
bulan dan setelah 3 tahun tanaman diganti yang baru. Metode kegiatan yang
dilaksanakan adalah pelatihan dan bimbingan implementasi IPTEK sederhana
melalui pengenalan sistem produksi tepat guna. Hasil yang dicapai adalah
mesin pengeblur dan mesin perajang daun khusus berbahan stenlis, sehingga
umur ekonomisnya panjang, alat bisa diatur sedemikian rupa sehingga hasil
pemotongan daun indigo dengan mesin perajang bisa terpotong sempurna karena
kalau dilakukan perendaman bisa maksimal, demikian juga mesin pengeblur
sangat efektif karena tidak melakukan secara manual pada proses pengebluran.
Pasta Indigo diharapkan mampu meningkatkan peran industri mikro dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan bagi
Pengrajin batik, maupun yang berkeinginan menekuni usaha penghasil pasta
dengan menggandeng para pengrajin batik.

Kata kunci : Pewarna alami, pengeblur, perajang, pasta indigo, pengrajin batik

PENDAHULUAN kerja informal yang kebanyakan adalah tenaga


kerja wanita, di sini pemberdayaan wanita
Batik sebagai komoditi eksport dapat menjadi melalui wanita pengrajin batik tepatnya
icon negara Indonesia, dimana dengan adalah di daerah Kelurahan Gunung Pati
berbagai ragam coraknya dari berbagai daerah Kecamatan Gunung Pati Semarang, kelurahan
di bumi Nusantara ini dapat menjadi produk Gunung Pati dengan luas wilayah = 667.696
unggulan, sehingga dapat menyerap tenaga ha.terbagi 39 RT 10 RW ( Jumlah Penduduk

119
120 ABDIMAS Vol. 20 No. 2, Desember 2016

= 6.255 jiwa) dan kelurahan Plalangan dengan Lemahnya Kualitas Sumber Daya
luas wilayah 331.727 ha terbagi 19 Rt 6 Manusia (SDM), (a) Pengrajin pasta indigo
RW (Jumlah penduduk 3.422 jiwa) banyak tidak berani untuk mencoba inovasi yang
dijumpai keluarga miskin, dengan wanita berkaitan dengan teknologi, sehingga
yang putus sekolah dan sebagian sebagai menjadikan lemahnya kualitas sumber daya
petani hasil perkebunan ketela pohon atau manusia. Sudah bertahun – tahun sebagian
umbi-umbian, saat ini dari beberapa kampong besar usaha kecil tumbuh secara konvensional.
di kelurahan Gunung Pati Kecamatan Gunung (b) Pengrajin pasta ini sulit untuk mengadopsi
Pati Semarang yang terletak dipinggiran perkembangan teknologi baru karena
kota Semarang telah menekuni sebagai terbatasnya pengetahuan. (c) Keterbatasan
pengrajin batik ciri khas Semarangan dengan kualitas SDM dari segi pendidikan formal
menggunakan pewarna alami dari daun maupun pengetahuan dan keterampilannya
indigo. Mereka membuat pasta dari pohon dimana sangat mempengaruhi terhadap
indigo dengan alat yang sederhana sekali yaitu manajemen pengelolaan usahanya, sehingga
pada prosesnya daun indigo tidak melalui usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan
perajangan, demikian juga untuk mengeblur optimal.
hasil peraman daun indigo tersebut dengan Terbatasnya Sumber Daya Bahan Baku.
cara manual yaitu diblur dengan menggunakan Bahwa bahan baku daun indigo sangat
gayung untuk membuang air peraman tersebut. terbatas, karena lahan untuk pembudayaan
Pasta dari pohon Indigo pada saat ini dijual daun indigo sangat terbatas.
Rp. 80.000,- per kg dan sudah dipesan oleh Terbatasnya Kemampuan alat, sehingga
industri batik di Pekalongan, Surabaya dan secara konvensional. (a) Waktu yang
Cirebon. Pasta dari Gunung Pati kwalitasnya digunakan untuk proses pembuatan pasta
baik, karena daun Indigo yang ditanam di membutuhkan waktu yang lama sehingga
wilayah Gunung Pati hasilnya bagus. Perlu tidak efisien. (b) Tidak dilakukan pemotongan
diketahui ternyata limbah daun Indigo bisa daun, sehingga dalam perendaman untuk
digunakan untuk pupuk organik juga, karena diperam beserta dengan ranting-rantingnya,
begitu selesai pembuatan pasta, maka limbah (c) Pasta yang dihasilkan kurang maksimal.
daun tersebut bisa menyuburkan tanaman. 4. Terbatasnya Sarana dan Prasarana.
Pada proses pembuatan batik dan pembuatan (a) Kurangnya informasi yang berhubungan
pasta untuk pewarna batik tersebut dikerjakan dengan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi,
sebagian oleh ibu-ibu rumah tangga. Disinilah menyebabkan sarana dan prasarana yang
peranan sektor informal sebagai penyelamat mereka miliki sangat terbatas dan juga masih
untuk meningkatkan taraf hidup rumah tangga secara manual/konvensional. (b) Permodalan
yang berada di bawah garis kemiskinan. yang masih sangat terbatas, sehingga tidak bisa
Proses produksi pembuatan pasta yang memenuhi permintaan pasar. (c) Pemasaran
relatif mudah dipelajari, namun membutuhkan masih skala lokal dimana bersaing dengan
ketelatenan, sehingga bisa menjadi peluang daerah-daerah lain yang membuat usaha
bisnis. pembuatan pasta.
Berdasarkan hasil analisis situasi Untuk itu dalam IbM ini dimaksudkan
dilapangan yang dilakukan bersamaan dengan akan memberikan solusi tentang bagaimana
keterlibatan langsung dengan mitra, maka cara mengatasi atau memperkecil
permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra permasalahan utama yang ada pada mitra
dapat diidentifikasi kedalam beberapa aspek tersebut.
utama yaitu
Sri Rahayuningsih, Enty Nurhayati, Muhaimin Pengeblur Daun Indigo Penghasil Pasta 121

METODE Berikut perbandingan keuntungan dan


kelemahan penggunaan perajang daun dan
Dalam kegiatan IbM ini solusi yang pengeblur dalam menghasilkan pasta.
ditawarkan membantu dua mitra pengrajin Dari gambaran tersebut kiranya
pasta adalah dengan cara melakukan diperlukan pengelolaan proses produksi
implementasi rekayasa ulang teknologi yang bisa menjamin kelangsungan sekaligus
sederhana tepat guna tersebut. kestabilan jumlah proses produksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui bahwa kelebihan penggunaan
perajang atau pencacah daun yang merupakan
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat teknologi tepat guna antara lain : (1)
yang dilakukan pada tahap awal adalah Meningkatkan produktivitas, (2) Mudah
melakukan survey lapangan kemudian penggunaannya yaitu secara otomatisas (3)
dilanjutkan dengan melakukan koordinasi Pengguna dapat memotong sesuai dengan
dengan beberapa mitra dan menawarkan keinginan dan hasilnya maksimal,(4) Mata
beberapa solusi untuk pemecahan pisau yang tajam dan tidak karatan dapat
permasalahan mitra : memotong bahan yang keras (5) Dapat
Sosialisasi pengetahuan pengrajin dihandalkan dari segi safety atau tingkat
pasta tentang pentingnya teknologi dengan keamanan yang terjamin karena mata pisau
pengenalan teknologi tepat guna dan berhasil yang tertempel di alat, (6) Penggunaan relative
guna. sederhana (7) Penggunaan diesel sebagai mesin
Inovasi alat pengeblur sebagai alat untuk penggerak, fungsinya untuk mempermudah
mengeblur daun yang sudah dilakukan selama pemrosesannya (8) Penggunaan alat pemotong
24 jam tersebut. dan pengeblur ini dengan pembiayaan relatif
Penggunaan alat pengeblur ini cukup murah dan terjangkau.
diharapkan mampu meningkatkan kualitas Berikut digambarkan proses produksi
dan produktivitas pasta, karena alat ini mampu sebelum dikenal alat rekayasa ulang sebagai
menghasilkan pasta sesuai yang diinginkan berikut :
dan cepat serta tidak membutuhkan tenaga Pohon indigo siap panen setelah berusian
ekstra manusia, karena sudah digerakkan 2 atau 3 bulan
dengan mesin diesel. 1. Proses memanen indigo
Sistem kerja yang sederhana hanya Setelah umur tanaman indigo tiga
dengan menyalakan diesel sebagai tenaga bulan, maka kita dapat mengambil daun
penggerak dengan bahan bakar bensin. dan ranting indigo tersebut untuk kita
Demikian juga dengan alat perajang daun. proses menjadi pasta indigo. Pada proses
Desain yang sederhana sehingga panen kita dapat menyisakan batang indigo
sangat mudah untuk proses pemotongan dan 20 cm atau lebih untuk dapat tumbuh
pengebluran daun. kembali.
Hasil pemotongan daun yang diperam 2. Proses Perendaman
bisa maksimal karena ranting sudah ikut 1 kg daun indigo segar (dengan
tercacah dan nantinya pada waktu pengebluran rantingnya) direndam dalam 5 liter air,
menghasilkan pasta yang maksimal. usahakan daun berada dibawah permukaan
Peningkatan Sarana dan Prasarana. air.
Pemecahan masalah dengan memperkenalkan a) Setelah ± 24 jam, mulai terjadi proses
teknologi tepat guna, sehingga pekerjaan fermentasi yang ditandai dengan
menjadi efektif dan efisien. adanya gelembung gas dan warna biru
122 ABDIMAS Vol. 20 No. 2, Desember 2016

(larutan berwarna hijau). 4. Proses pengebluran daun indigo


b) Proses fermentasi selesai apabila Masukkan 200 gram bubuk kapur
gelembung gas tidak timbul lagi, cair untuk 50 liter air rendaman indigo.
dan air berwarna kuning kehijauan. Selama pengeburan, terjadi pembuihan
Biasanya perlu waktu sekitar 24-48 hebat berwarna biru. Pegebluran dihentikan
jam. setelah tidak terjadi buih permanen dan
c) Gambar di bawah adalah proses berwarna biru pudar, yang merupakan
perendaman daun indigo sebagai indikasi bahwa indigo sudah mulai
berikut : mengendap.
Proses ini dilakukan dari mulai
cairannya berwarna hijau sampai berubah
menjadi berwarna biru pekat. Proses
pengebluran adalah sebagai berikut :

Gambar 1. proses perendaman daun


indigo

3. Pemisahan daun dari rendaman


Setelah 24 jam maka kita dapat
pisahkan daun dengan air rendaman indigo
kemudian saring hingga tidak ada daun
yang tertinggal.

Gambar 3. Proses pengebluran

Gambar 2. pemisahan daun indigo.


Sri Rahayuningsih, Enty Nurhayati, Muhaimin Pengeblur Daun Indigo Penghasil Pasta 123

dalam skala nasional.


Keberhasilan aplikasi teknologi pada
produksi pasta pada 2 (dua) mitra pengusaha
pengrajin pasta di Kecamatan Gunung Pati
diharapkan kegiatan ini menjadi percontohan
yang akan diaplikasikan di tempat lain.
Dampak lebih lanjut dari kegiatan ini
bagi institusi adalah memberikan kesempatan
institusi untuk bertindak sebagai lembaga
layanan terhadap permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat, dan membangun komunikasi
Gambar 4. Pasta Indigo Siap
pada tahap-tahap selanjutnya dengan
digunakan sebagai
menjadikan Perguruan Tinggi sebagai nara
pewarna batik alami
sumber ilmiah untuk membantu memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi terkait ilmu
Pada saat ini UKM pengrajin pasta tidak pengetahuan, teknologi dan aplikasinya.
dapat memprediksi pendapatan penjualannya, Masyarakat selanjutnya diharapkan senantiasa
dikarenakan tergantung dari bahan bakunya berkonsultasi mencari solusi dan cara terbaik
yaitu daun indigonya. yang dapat mereka lakukan. Mereka juga
Sejauh ini usaha mengamati proses diharapkan dapat menerima teknologi baru
produksi secara manual dan dampaknya yang belum mereka ketahui sebagai suatu cara
terhadap tingkat produksi dan kualitas serta menghasilkan produk yang lebih baik, cepat
pendapatan pengrajin pasta belum terukur dan berkualitas ataupun merupakan teknologi
dengan jelas. baru yang belum mereka ketahui namun
Target luaran adalah sebagai berikut : mereka butuhkan.
Peningkatan Sumber Daya Manusia Kelompok pengrajin pasta pada
melalui pemanfaatan teknologi sederhana akhirnya diharapkan dapat melakukan dan
tepat guna, dibuktikan bahwa alat perajang mengembangkan teknologi ataupun teknik
daun dan pengeblur dapat meningkatkan yang disuluhkan sesuai prosedur yang telah
pengetahuan pengusaha kerupuk rambak diberikan.
dalam proses produksinya lebih efektif dan Bagi masyarakat juga diharapkan
efisien. mendapatkan dampak positif kegiatan
Penerapan teknologi diharapkan yang dilakukan dan mengharap kehadiran
menimbulkan dampak positif yaitu masyarakat Perguruan Tinggi untuk aplikasi ilmu dan
pengguna menjadi lebih kreatif dalam teknologi sejenis untuk mengembangkan dan
mengasah kemampuan dan mengekplorasi meningkatkan nilai tambah potensi sumber
potensi sumber daya manusia untuk mencari daya mereka.
solusi masalah masyarakat menggunakan Dampak ikutan yang diharapkan adalah
pendekatan aplikasi teknologi tepat guna. jajaran instansi yang diajak kerjasama
Target secara khusus adalah peningkatan senantiasa bersikap kooperatif dan ikut
pendapatan dan taraf ekonomi bagi kelompok memantau setiap tahapan yang kami lakukan.
usaha pembuat pasta. Pada skala lebih lanjut Kerjasama yang muncul selanjutnya adalah
peningkatan produksi diharapkan mampu komunikasi yang selalu terbina, khususnya
menyumbang pendapatan daerah khususnya di pada saat masyarakat membutuhkan
Kecamatan Gunung Pati dan pada umumnya inovasi dan teknologi terbaru yang dapat
124 ABDIMAS Vol. 20 No. 2, Desember 2016

diaplikasikan untuk perkembangan teknologi Saran


dan pemecahan yang dihadapi oleh mereka.
Berikut gambar teknologi tepat guna mesin Peran aktif Perguruan Tinggi dan
pengeblur adalah sebagai berikut : Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat khususnya para
pelaku usaha kecil yaitu dengan menyediakan
diri menjadi lembaga layanan dan
pendampingan terhadap permasalahan yang
dihadapi oleh para pelaku usaha kecil. Selain
itu Perguruan Tinggi diharapkan mampu
membangun komunikasi dengan menjadikan
dirinya sebagai narasumber ilmiah untuk
membantu memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi masyarakat terkait ilmu
pengetahuan, teknologi dan aplikasinya.
Berikut kriteria, Indikator dan Tolok ukur Para pelaku usaha kecil bersedia menerima
serta evaluasi, untuk mengukur keberhasilan kehadiran Perguruan Tinggi yang mempunyai
penggunaan alat baru sebagai pengganti kemampuan aplikasi ilmu dan teknologi untuk
alat lama yang sifatnya masih manual atau dapat mengembangkan dan meningkatkan
konvensional yaitu dengan beberapa indikator nilai tambah potensi sumber daya mereka.
yaitu : Keberhasilan bintek tolok ukurnya Aparat dan jajaran instansi yang diajak bekerja
adalah tingkat pengetahuan pengguna dalam sama mau senantiasa bersikap kooperatif dan
hal ini adalah UKM dan anggotanya pembuat ikut memantau setiap tahapan yang dilakukan.
pasta adalah dari pengetahuannya dari materi Kerjasama yang muncul selanjutnya adalah
yang telah disuluhkan : perencanaan produksi, komunikasi yang selalu terbina, khususnya
pembukuan, penetapan harga, pendistribusian pada saat masyarakat membutuhkan inovasi
pasta. dan teknologi terbaru dapat diaplikasikan
SIMPULAN DAN SARAN untuk pengembangan dan dapat diaplikasikan
untuk pemecahan permasalahan yang dihadapi
Simpulan oleh para pengrajin pasta dan pengrajin batik .
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat pada DAFTAR PUSTAKA
Pengrajin pasta indigo, maka dapat diambil (BPS) Badan Pusat Statistik, Kebupaten
kesimpulan sebagai berikut : Pengetahuan Kendal, 2010, Kendal dalam Angka
Mitra akan inovasi teknologi meningkat, 2009. Kendal:BPPS Kabupaten Kendal
dapat ditunjukkan pada saat Bimbingan (BPS) Badan Pusat Statistik, 2010 Berita
teknologi Mitra secara cermat mengikuti Resmi Statistik, http://www.bps.go.id
pelaksanaan kegiatan tersebut. Alat perajang Budi A. 2006. UKM :Benteng Ekonomi
dan pengeblur dibuat dan di modifikasi sesuai Indonesia, antara Dilema dan Realita,
dengan kebutuhan Mitra. Sarana dan prasarana http://www.brotherfatih.multiply.com.
yang digunakan dalam proses produksi journal
menyebabkan kemajuan dari yang berbasis Edward D. 2008 Pemberdayaan UMKM dan
manual sudah berbasis teknologi tepat guna Sektor Riil, http://www.usaha-umkm.
sehingga bisa menekankan tingkat efektifitas. blog.com. (20 November 2008)

Anda mungkin juga menyukai