Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN MESIN EMPING MELINJO SISTEM ROLL BERMOTOR

LISTRIK UNTUK USAHA KECIL DAN MENENGAH

Pram Eliyah Yuliana, S. Tigor B. Tambunan, Sri Rahayu


Jurusan Teknik dan Manajemen Industri
Sekolah Tinggi Teknik Surabaya
Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77, Surabaya, telp: 031-5027920
Email: pram@stts.edu, tambunan@stts.edu, rahayu@stts.edu

Abstrak

Melinjo (Gnetum gnemon Linn) adalah bahan dasar emping melinjo, salah satu
makanan ringan yang banyak digemari masyarakat meski harganya relatif mahal. Proses
produksi emping melinjo umumnya dilakukan secara tradisional, rangkaiannya cukup
panjang, lama, umumnya proses manual, sehingga produktifitasnya sangat rendah.
Kondisi ini jelas sangat tidak menguntungkan bagi usaha skala kecil menengah (UKM).
Diperlukan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk menghasilkan
alat berteknologi tepat guna, murah pengadaannya, mudah dan murah
pengoperasiannya.
Berdasarkan peta perjalanan penelitian teknologi tepat guna yang pernah
dilakukan di Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya,
akhirnya mesin pemipih dengan metode roll dipilih untuk diterapkan pada UKM.
Penggunaan teknologi CAD diterapkan untuk mempercepat proses perancangan mesin
yang dimaksud dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini. Material berbasis baja tahan
karat dan material lain yang aman bagi kesehatan manusia (food grade) merupakan
syarat desain berikutnya yang ditetapkan untuk menjamin kelayakan mesin yang akan
dibuat.
Mesin emping melinjo yang dirancang untuk kepentingan penerapan Program
IPTEK bagi Masyarakat (IbM) (DP2M DIKTI, 2010) dengan menggunakan tiga pasang
roll aktif (digerakkan motor 1PK) berhasil memproduksi emping melinjo berketebalan
relatif seragam, yaitu 0.4-0.5mm, dengan kapasitas produksi sekitar 15kg/jam.
Konsekuensi ekonomi yang harus ditanggung oleh UKM pengguna mesin dibanding
proses secara manual adalah konsumsi listrik. Namun dengan produktifitas dan kualitas
emping melinjo yang lebih tinggi, konsekuensi penambahan yang dialami relatif
bernilai kecil.
Kata kunci: melinjo, emping, produktifitas mesin, foodgrade
I. PENDAHULUAN
Secara konvensional, proses pembuatan emping melinjo adalah proses yang
cukup panjang dan membutuhkan peralatan kerja. Pembuatan emping melinjo
umumnya bersifat manual, mulai dari pengupasan kulit buah yang masih menggunakan
tangan dengan bantuan pisau, pengeringan biji melinjo dengan menggunakan bantuan
sinar matahari, penyangraian biji menggunakan media wajan yang berisi pasir, sampai
dengan aktivitas pemisahan kulit keras biji, dimana ketika masih dalam keadaan sangat
panas biji dikeluarkan dari wajan, kemudian dipukul untuk memecahkan kulit keras dari
biji, demikian pula proses pemipihan dimana biji yang telah dilepaskan kulit kerasnya
dan masih panas secepat mungkin dipipihkan menjadi emping melinjo dengan
menggunakan lempengan batu atau besi.
Tabel 1. Spesifikasi Bahan Emping Melinjo
Nama Bahan
Jenis Melinjo (Gnetum
gnemon, L)
Varietas Ketan
Kadar air 30 %
Hasil Emping melinjo

Jelas terlihat bahwa proses produksi emping melinjo secara konvensional


produktivitasnya sangat rendah. Karena itu, dibutuhkan alat mekanik untuk
memudahkan pekerjaan pembuatan emping melinjo, khususnya pada proses pemipihan
biji melinjo. Karena selain produktifitasnya sangat rendah, proses pemipihan secara
manual sangat melelahkan dan cukup membahayakan keselamatan tangan kerja pekerja.

II. IDENTIFIKASI MASALAH PRODUKTIFITAS


Untuk memastikan bahwa produktifitas proses pembuatan emping melinjo yang
dilakukan secara manual selama ini cukup rendah, maka dilakukan pengumpulan dan
pengolahan data pada proses manual yang dimaksud. Data yang digunakan dalam
program IPTEK bagi Masyarakat (IbM) ini adalah data primer antara lain waktu normal
dan waktu standar proses pemipihan melinjo secara manual, serta kendala teknis
pembuatan emping secara manual. Pengamatan tersebut dilakukan di Tandan Cake
Catering, Surabaya selama satu bulan (September 2010).
Dari hasil perhitungan, waktu normal (WN) yang dibutuhkan karyawan Tandan
Cake Catering untuk membuat 0.25kg emping melinjo adalah 21.34 menit dengan
asumsi bahwa performance rating karyawan tersebut adalah 110%. Sedangkan Waktu
standard (WS) yang dibutuhkan untuk membuat 0.25 kg emping melinjo adalah 24.08
menit. Output standard (OS) yang dihasilkan adalah 0.04 kg/menit (2.4kg/ jam).
Kesimpulan awal menunjukkan bahwa pekerjaan secara manual sangat tidak produktif.
Sebagai perbandingan, secara teoritis kapasitas produksi mekanis dapat diatur mulai
dari 5kg/ jam – 30 kg/jam.
Sedangkan kendala teknis dalam proses pembuatan emping melinjo secara
manual adalah:

1. Proses yang dilakukan sangat banyak dan didominasi oleh perpindahan material.
Proses-proses yang dimaksud meliputi pencucian biji melinjo, pengupasan kulit
luar, perebusan biji melinjo, pelepasan kulit dan sekaligus pemipihan,
penyempurnaan pemipihan, pengeringan, penimbangan, pengepakan.
2. Pekerja cepat mengalami kelelahan.
3. Ukuran emping tidak sama dan bentuk tidak beraturan.

III. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN EMPING MELINJO


Engineering Design merupakan suatu kegiatan yang berguna, diarahkan pada
tujuan pemenuhan kebutuhan manusia, khususnya yang dicapai dengan menggunakan
faktor-faktor teknologi yang terdapat pada masyarakat (Morris Asimow, 1988). Dari
definisi tadi terlihat adanya tiga hal penting yang menggambarkan engineering design,
yaitu: kegiatan yang memiliki kegunaan tertentu, ditujukan pada pemenuhan kebutuhan
manusia, dan ketiga, didasarkan pada faktor-faktor teknologi.
Rangkaian proses kreatif pembuatan mesin emping melingo ini diadopsi dari
metode penelitian yang biasa digunakan dalam proses perancangan sebuah produk.
Garis besar tahapannya adalah sebagai berikut:

Mulai

Persiapan

Pengumpulan Informasi

Proses Kreatif

Pembuatan model mesin dan Analisa


Rancangan

Proses perbaikan dan


Modifikasi

Selesai

Gambar 1. Rangkaian Proses Kreatif


Terkait dengan engineering design, setelah melalui berbagai pertimbangan dan
catatan penelitian pembuatan mesin emping melinjo yang pernah dilakukan oleh
Jurusan Teknik dan Manajemen Industri selama ini (metode plat dan metode roll), maka
dipilihlah metode pemipihan biji melinjo dengan menggunakan roll.
Kelebihan metode ini adalah: lebih aman daripada metode plat, produk yang
dihasilkan lebih banyak daripada metode plat, hasil ketebalan yang dihasilkan oleh
metode silinder kebanyakan lebih rata daripada metode plat, dan pada metode silinder,
ketebalan biji melinjo bisa diatur sesuai keinginan dengan cara mengubah posisi
penggiling.

Gambar 2. Konsep pemipihan emping melinjo sistem rolling (3 pasang roll)


Dengan tampilan utuh mesin seperti gambar berikut ini:

Gambar 3. Bentuk mesin emping melinjo sistem rolling (3 pasang roll)


Spesifikasi alat dan bahan pada alat pemipih biji melinjo dengan sistem rolling
ini adalah sebagai berikut:
1. Tipe : mekanis (material dimasukkan secara manual melalui
hopper).
2. Sumber tenaga : listrik (AC).
3. Konstruksi : Plat baja.
4. Dimensi utama : 90cm x 30cm x 40cm (termasuk hopper).
5. Motor : 1/2 PK sebagai penggerak belt yang akan memutar 3 pasang
roll aktif.
6. Roll aktif : 10cm, di mana 1 pasang pertama berjarak 5 mm (edge to
edge) dan berjarak 0.5mm dan 0.4mm untuk dua pasang
berikutnya.
7. Reversal Gear : untuk mengubah arah putaran salah satu sisi roll aktif.

Gambar 4. Reversal Gear


8. Karet pemutar : penghubung antara motor dan roll (melewati pulley).
9. Hopper : penampung biji melinjo.
10. Operator : 1 (satu) orang.

IV. PENGUJIAN ALAT


Setelah alat selesai dibuat, maka dilakukan beberapa pengujian terhadap mesin,
yaitu: uji fungsional, uji kecepatan putaran, dan uji kualitas emping.
Uji fungsional dilakukan untuk mengetahui apakah komponen-komponen alat
(khususnya roll) dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Hasil pengujian, telah
dilakukan beberapa modifikasi terhadap posisi horizontal dan vertikal sepasang roll di
bagian teratas dengan tujuan utama menjamin seluruh biji melinjo yang masuk ke
hopper dapat masuk ke roll, dan dipipihkan dengan sempurna.
Tabel 2. Hasil Uji Fungsional

Bagian Hasil pengujian Perbaikan

Roll Biji melinjo sulit untuk masuk ke Permukaan roll penggiling


Penggili dalam penggilingan karena sifat pertama dibuat tidak rata agar
ng (sisi melinjo yang licin. biji melinjo yang jatuh bisa
atas) masuk ke dalam penggilingan.

Sisi Setelah biji melinjo bisa masuk Dibagian bawah roll penggiling,
bawah ke dalam penggilingan, ada diberi “pisau” yang berguna
as beberapa bagian yang tidak bisa untuk membuat biji melinjo yang
penggi- jatuh ke roll berikutnya karena sudah dipipihkan bisa terjatuh
ling lengket. dengan baik.

Uji kecepatan putaran dilakukan dengan menggunakan bantuan alat yang disebut
tachometer. Alat ini bekerja dengan menghitung putaran/ menitnya. Dan data kecepatan
putaran terakhir yang dihasilkan oleh alat tersebut adalah 48 putaran dan angka ini
kurang dari 100 rpm. Hal ini sesuai dengan apa yang diperhitungkan pada waktu
pendesainan. Hasil pengujian akhir menunjukkan, kecepatan ini (pada diameter pulley
yang digunakan) tidak akan membuat biji melinjo terlempar keluar.

Gambar 4. Pulley
Uji kualitas emping dilakukan untuk melihat keseragaman hasil pengempingan
(ketebalan dan kesempurnaan bentuk lembaran empingan/ kecacatan pada lembaran
emping). Hasil pengujian menunjukkan, kualitas emping juga sangat ditentukan hasil
penyangraian biji melinjo.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
dari perancangan mesin emping melinjo yang telah dilakukan antara lain:
1. Penggunaan tiga pasang roll baja tahan karat mampu menghasilkan emping melinjo
dengan ketebalan yang relatif seragam (4mm-5mm), dengan bentuk dasar
memanjang sehingga dapat dibentuk lebih lanjut sesuai kebutuhan.
2. Penggunaan mesin emping mlinjo sistem rolling ini dapat meningkatkan
produktivitas produsen melinjo secara signifikan (kapasitas produksi mencapai
25kg/ jam). Jauh lebih besar dibanding cara manual (2.4kg/ jam) ataupun
penggunaan mesin dengan sistem pneumatik.
3. Mesin ini dirancang cukup kecil, sehingga dapat dengan mudah dioperasikan oleh
seorang operator. Selain itu, mesin juga relatif mudah diperbaiki apabila terjadi
kerusakan, karena bentuknya yang tidak rumit.

VI. KEPUSTAKAAN
Anonim. 1982. Laporan standarisasi Pengawetan Mutu dan Pengujian Hasil
Produksi Industri Kecil Pengolahan Pangan Emping Melinjo, Dodol dan Sirup.
Departemen Perindustrian RI.
Anonim. 1980. Dalam Sunanto, H., 1991. Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi
Emping. Kanisius, Yogyakarta.
Anonim. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Departemen kesehatan RI.
Direktorat Gizi, Bhratara Aksara, Jakarta.
Emping Melinjo. http://www.ristek.or.id, 2005.
Grandjean. E. 1982. Fitting the Task to the Man. Taylor & Francis Ltd, London.
Karl T. Ulrich, Steven D. Eppinger. 2000. Perancangan Dan Pengembangan Produk.
Jakarta, Salemba Teknika.
Koemer. Karl, Kroemer. Henrike, Koemer. Katrin -Elbert. 2001. Ergonomics.
Prentice Hall, New Jersey.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi Konsep dasar Dan Aplikasinya. Institut Teknologi
Sepuluh November Surabaya. Edisi Pertama. Penerbit : PT. Guna Widya, Jakarta.
Poedaryono, P. C., 1979. Mari Bertanam Melinjo. Trubus 119: 338.
Rahardja, p. C., 1982. Bertanam Melinjo. Penebar Swadaya, Bogor.
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi: Manusia Peralatan dan Lingkungan. Prestasi
Pustaka Publisher, Jakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis
Untuk peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta, Guna Widya.

Anda mungkin juga menyukai