Agar menghasilkan produksi yang sesuai target, tim manajemen produksi harus melewati
beberapa tahapan mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Masing-masing tahapan sama
pentingnya karena jika dilewati satu tahapan saja maka hasil produksi tidak bisa maksimal
dan akan berpengaruh terhadap kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap produk.
Berikut adalah tahapan manajemen produksi:
1. Perencanaan produksi
Pada tahap awal inilah seluruh rencana produksi mulai dari kualitas produk, kuantitas produk
yang dihasilkan, bahan yang akan digunakan, target konsumen di mana produk akan
dipasarkan, jumlah tenaga kerja yang dipakai, atau departemen lain yang berkaitan akan
dibahas. Dalam tahap ini bahkan anggota tim bisa mengajukan ide produk baru melalui
proses yang disebut dengan brainstorming di mana si pencetus ide harus meyakinkan seluruh
timnya bahwa ide-nya relevan dan efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi.
2. Pengendalian produksi
tahap pengendalian produksi
Agar proses produksi dilakukan sesuai jadwal dan semua yang telah direncanakan dalam
proses perencanaan berlajan dengan lancar maka tahap ini harus dilakukan. Dalam
pengendalian produksi, jadwal kerja diatur, detail rencana sistem kerja juga diatur, dan lain
sebagainya. Tujuan dari tahap pengendalian produksi adalah agar hasil produksi bisa berjalan
efektif dan efisien.
3. Pengawasan produksi
Setelah jadwal kerja dan rincian teknis telah disiapkan, saatnya untuk melakukan proses
produksi. Bersamaan saat melakukan proses produksi adalah pengawasan yang dilakukan
bertujuan agar hasil produksi yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, selesai tepat
waktu, tidak overbudget atau bahkan kekurangan budget, kualitasnya sesuai dengan standard,
dan lain sebagainya hingga siap untuk dilemparkan ke pasar.
Faktor utama agar manajemen produksi bisa berjalan dengan baik adalah adanya pembagian
kerja atau division of labour. Artinya, seorang manajer produksi harus bisa membagi tugas
kepada anggota timnya untuk yang sesuai dengan keahlian dan kelebihan masing-masing
agar proses produksi bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Memberikan tugas atau
pekerjaan kepada orang yang tidak memiliki kemampuan untuk itu akan menghambat proses
manajemen produksi dan berujung pada bertambahnya biaya produksi.
Faktor kedua yang bisa membuat manajemen produksi berkembang dengan pesat adalah
revolusi industri. Maksud dari revolusi industri dalam hal ini bukanlah pergantian mata
pencaharian utama sebagai petani diganti dengan bekerja di pabrik. Namun makna dalam
konteks manajemen produksi adalah proses mengganti tenaga manusia dengan tenaga mesin
yang kini sudah banyak dipakai di pabrik-pabrik modern. Dalam produksi yang
menggunakan bantuan mesin ini, target produksi bisa lebih mudah tercapai dan bisa
meningkatkan kualitas SDM di mana pekerja akan terpacu untuk meningkatkan kualitas
keahliannya bukan hanya sekedar buruh.
Dampak buruk dari revolusi industri ini adalah perusahaan atau organisasi kecil yang masih
menggunakan metode kuno dan menggunakan tenaga kerja manusia untuk sebagian besar
proses produksi sehingga tidak mampu mengimbangi jumlah atau kuantitas barang yang
diproduksi dibandingkan organisasi yang menggunakan mesin. Revolusi industri indikasinya
bisa dilihat dari hal berikut: