BENTANGAN/BUKAAN
1.1 Pendahuluan
Pada Bab ini yaitu membahas tentang Bentangan/bukaan Lanjut suatu benda
Silinder/Persegi Panjang. Gambar bukaan sering disebut juga dengan gambar
bentangan. Gambar tersebut menggambarkan secara datar atau dalam satu bidang
saja suatu permukaan benda yang biasanya mempunyai beberapa bidang. Benda
geometris silinder adalah benda-benda yang mempunyai bentuk geometris dasar
silindris, seperti: silinder, pipa silindris. Bentuk silindris dapat juga dipandang
sebagai prisma segi banyak. Benda persegi adalah benda-benda yang mempunyai
bentuk dasar persegi, seperti : balok, kubus, prisma segi tiga, prisma segi banyak.
Setelah belajar dengan buku ini, maka mahasiswa dapat melukis, membuat bukaan
pola, membuat mal atau pola yang memenuhi syarat, interpretasi pekerjaan standar
dan simbol yang sesuai, dan memperkirakan jumlah material yang dibutuhkan sesuai
dengan gambar.
Kompetensi tersebut akan membantu mahasiswa dalam membuat mal yang
akan bermanfaat dalam membentuk atau mewujudkan benda-benda yang mempunyai
bentuk dasar persegi atau silinder secara benar dan teliti, ketika mereka di dunia
kerja.
1
1.3 Prasyarat
1. Pengetahuan tentang gambar proyeksi ortogonal dan gambar bentuk atau gambar
piktorial.
2. Pengetahuan tentang Simbol gambar, simbol pengerjaan, penunjukkan ukuran atau
dimensi.
3. Kemampuan menggunakan alat-alat gambar, seperti pensil, penggaris, sepasang
penggaris segi tiga, busur derajat, mal lengkung, dan jangka dengan benar.
4. Kemampuan menggunakan alat-alat potong, seperti gunting kertas, gunting plat
dengan teliti dan benar.
5. Pengetahuan tentang sifat dan melukis bentuk geometris seperti : persegi, silinder,
lingkaran, elip dan sebagainya.
6. Menentukan keliling atau luas bentuk persegi panjang, silinder, lingkaran, dan
elip.
7. Kemauan bekerja secara teliti dan benar.
Pembuatan pola (mal) suatu benda dengan metode garis sejajar mendasarkan
pada meletakkan bentuk pola pada deretan garis-garis sejajar. Semua benda yang
termasuk dalam kelompok prisma dapat dikembangkan dengan metode garis sejajar.
Benda berbentuk prisma ditandai dengan bentuk yang sama pada penampang
melintang dan sepanjang benda tersebut. Metode pembuatan gambar bentangan ini
sering dikenal dengan cara menggelindingkan permukaan benda pada permukaan
datar.
Benda yang termasuk dalam kelompok prisma adalah prisma segi empat dan
prisma segi banyak atau silinder. Dari bentuk penampang lintangnya , prisma
dibedakan menjadi dua, yaitu; prisma tegak (right prism) dan prisma miring/oblik
(Oblique prism). Perbedaan tersebut menyebabkan ada perbedaan dalam
penggunaan.
2
Garis Lipatan
3
Cara membuat gambar bentangannya :
1. Buat lebih dulu gambar proyeksinya, misalnya dari tampak muka (elevation) dan
tampak atas (plan) , beri tanda ujungnya dengan titik A, B, C, dan D.
2. Bayangkan bila prisma digelindingkan sesuai arah anak panah, maka akan
terbentuk bentangan permukaan prisma pada bidang datar. Gambar bentangan
menjadi seperti yang tampak pada gambar 1.1 dan
3. Titik-titik A, B, C, dan D menjadi titik A’, B”, C”, dan D’. Garis strip-titik
pada gambar bentangan menunjukkan garis lipat untuk membentuk bentangan
menjadi bentuk prisma seperti pada gambar 1.2. Berikut ini ditunjukkan benda
berbentuk silinder tegak dan silinder oblik, disertai gambar bentangan, pola, atau
patennya. Lihat Gambar 1.3.
4. Silinder Tegak dan Gambar 1.4. Silinder Oblik. Perhatikan beda bentuk dan
penampang lintangnya.
4
Bambar 1.4 Silinder Oblik dan Bentangannya
Perlu diketahui bahwa bentangan silinder oblik lebih pendek dari bentangan
silinder tegak. Pada gambar bentangannya, garis-garis sejajar, 1, 2, sampai 7
jaraknya tidak sama. Pembuatan bentangannya pada dasarnya cenderung sama
dengan pada pembuatan bentangan prisma terdahulu. Pada silinder tidak ada sudut
pada sekelilingpermukaannya. Dengan membagi keliling menjadi 12 bagian atau
lebih, maka memudahkan penentuan posisi titik-titik tersebut pada bidang datar ,
sehingga bentangannya tampak seperti pada Gambar 1.3 dan Gambar 1.4. Cara
melukis panjang garis 1-2 dengan mengukur tali busur, dapat menyebabkan
kesalahan. Tetapi kesalahannya hanya 1,14 %, sering dianggap tidak penting
( Dickason, 1978 ).
Kesalahan penggambaran ini lebih kecil dari kesalahan akibat pelukisan garis
pada garis tepi gambar bentangan.
Suatu benda sering dikonstruksi dengan lebih dari satu bagian. Perpotongan
antara bidang permukaan bagian-bagian benda, menjadi hal yang penting dalam
pembuatan gambar bentangan atau mal. Bagaimana melukis garis perpotongan,
5
dipelajari pada saat belajar gambar proyeksi. Penggunaan gambar bentangan atau
pembuatan mal, berkaitan dengan pembuatan konstruksi benda yang menggunakan
plat, misalnya: corong, cerobong, saluran udara atau gas, saluran air, kotak-kotak,
kabinet, dan sebagainya. Pengerjaan konstruksi tersebut melibatkan, penekukan,
pelipatan, pengerolan, pelubangan, dan penyambungan. Proses pembentukan sering
mengakibatkan ukuran benda menjadi bertambah. Penekukan atau pengerolan plat
menyebabkan plat berubah bentuk dan berubah ukurannya. Perubahan yang berupa
pertambahan panjang plat, perlu diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan plat
sebelum ditekuk atau dirol.
Keterangan :
T : tebal plat
X : jarak antara radius netral dengan radius dalam
R : radius garis netral
R : radius dalam
Radius Garis Netral : R = r + x --- nilai x diambil dari Tabel 1.
Panjang Bahan Total : L = 2 π R
6
Untuk Corong yang bentuknya prisma segi empat, perhitungan pada uraian
materi 5 dapat dibaca. Standar pekerjaan. Pembuatan suatu benda atau produk
meliputi : pemilihan jenis bahan, tebal bahan, dan cara pengerjaannya. Pembuatan
sangat perlu dilakukan dengan benar, agar penggunaan produk menjadi bermanfaat,
kualitasnya baik, hemat biaya, dan dapat dilaksanakan dengan mudah. Misalnya,
sebuah instalasi pipa air untuk mengalirkan air minum dengan kapasitas aliran
tertentu akan membutuhkan jenis pipa dari bahan yang tak membahayakan manusia,
ukuran diameter tertentu, sistem sambungan tertentu, cara pengerjaan dan
kelonggaran ukuran tertentu. Semua yang diuraikan tersebut harus memenuhi standar
pekerjaan. Kualitas produk ditentukan oleh: alat atau mesin yang digunakan , dan
pengerjaannya. Ketelitian ukuran penting sekali bagi suatu produk, terutama bagi
produk yang terdiri dari bagian-bagian. Pembuatan bagian benda yang satu harus
terpasang tepat dengan bagian benda yang lain, sehingga ketepatan ukuran menjadi
penting. Ketepatan ukuran ditentukan oleh ketelitian dalam pembuatan, semakin teliti
akan semakin sulit dan perlu banyak biaya dalam pembuatannya. Maka ditentukan
batas kelonggaran ukuran atas ketepatan atau ketelitian pada pembuatan suatu benda
atau produk, agar benda dapat terwujud dan dapat dilaksanakan dengan efisien.
Kelonggaran ukuran menunjukkan penyimpangan ukuran yang masih dimungkinkan
dalam pembuatan suatu benda. Kelonggaran ukuran sangat penting pada pembuatan
bagian-bagian yang harus dipasangkan atau disambung.
Contoh 1.
1. Buat gambar pandangan depan dan pandangan atas seperti gambar berikut ini.
7
5
4
3
2
P. Atas
Depan
Prisma
3,4 2,5 1
P. Depan
2. Setelah itu tarik garis proyeksi dari gambar pandangan depan kesamping setinggi
sisi masing-masing (sisi 1, sisi 2, sisi 3, sisi 4, dan sisi 5)
5
4
3
2
P. Atas
3,4 2,5 1
P. Depan
3. Tentukan titik 1′ sembarang disamping sisi 1, tarik garis tegak lurus dari titik 1′
setinggi sisi 1 (seperti gambar di atas).
4. Setelah itu tentukan titik 2′ dan tarik garis tegak lurus yang tingginya sama dengan
sisi 2, untuk jarak sisi 1′ ke sisi 2′diukur sisi 1 ke sisi 2 dari pandangan atas.
5. Begitu seterusnya untuk sisi 3′, 4′, 5′, dan kembali ke sisi 1′.
8
Gambar 1.8 Perpotongan garis proyeksi horizontal dan vertikal
6. Hubungkan tinggi sisi 1′ ke tinggi sisi 2′ dan dari tinggi sisi 2′ ke tinggi sisi 3′ dan
seterusnya untuk tinggi sisi 4′, tinggi sisi 5′ dan kembali ke tinggi sisi 1′ .
5
4
2
P. Atas
7. Setelah semua tinggi sisi-sisi dihubungkan maka terlihat bentangan untuk prisma
terpancung seperti gambar di atas.
9
5
4
2
P. Atas
1. Buat pandangan depan dan atas dari gambar silinder dibawah ini.
Silinder
2. Bagi dua belas bagian dari silinder seperti gambar disamping ini
3. Beri penomoran untuk masing-masing sisi dan ditempatkan searah jarum jam
seperti gambar berikut ini.
10
10
9 11
8 12
7 1
6 2
5 3
4
P. Atas
P. Depan
4. Tarik garis proyeksi mulai sisi 1, 2, 3, 4 dan seterusnya kesebelah kanan seperti
terlihat pada gambar.
5. Tentukan titik 1’ sembarang dan juga titik 2’, 3’, 4’, sedangkan jarak titik 1’ ke 2’
diukur dari pandangan atas begitu juga untuk jarak titik 2’ ke 3’ dan seterusnya.
6. Dari titik 1’ tarik garis tegak lurus setinggi sisi 1 juga untuk titik 2’ tarik garis
tegak lurus setinggi sisi 2 begitu juga seterusnya untuk sisi-sisi yang lain seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.
11
10
9 11
8 12
7 1
6 2
5 3
4
P. Atas
7 6,8 5,9 4,10 3,11 2,12 1 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7' 8' 9' 10' 11' 12' 1'
P. Depan
12
10
9 11
8 12
7 1
6 2
5 3
4
P. Atas
7 6,8 5,9 4,10 3,11 2,12 1 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7' 8' 9' 10' 11' 12' 1'
P. Depan Bentangan
13
Contoh 3
5 6
4 O
1
O
2
3
P. Atas
4 3,5 2,6 1
P. Depan
a. Buat gambar pandangan depan dan gambar pandangan atas dari piramida miring
segi enam seperti gambar di atas.
b. Beri penomoran pada ke enam sisi-sisinya dan penempatannya searah jarum jam
dan titik puncaknya adalah titik O.
c. Untuk bentangan dari sisi-sisi piramida harus menggunakan panjang garis sejati
dalam pengembangannya dan ada dua metode (cara) yang dapat dilakukan yaitu :
a). Dengan metode putar untuk semua sisi-sisi dari piramida dan,
b). Dengan memproyeksikan hanya satu sisi saja dari sisi-sisi piramida.
14
5 6
O O’
3 2
P. Atas
15
pandangan atas 1 ke 2, 2 ke 3, 3 ke 4, 4 ke 5, 5 ke 6 dan 6 kembali ke 1 dan
panjangnnya diambil dari diagram panjang sejati maka akan didapat sisi-sisi
O”1”, O”2”, O”3”, O”4”, O”5”, O”6” dan kembali ke O”1”, lantas hubungkan
titik 1” ke 2”, 2” ke 3”, 3” ke 4”, 4” ke 5”, 5” ke 6” dan kembali dari 6” ke 1”,
maka akan terlihat bentangan dari piramida miring seperti gambar di bawah ini.
O”
1"
1"
2"
6"
3"
5"
4"
Bentangan
Contoh 4
Sebuah corong yang terpasang pada sebuah konveyor ulir, yang tampak seperti pada
gambar, terbuat dari plat tebal 0,5 mm. Untuk membuat corong tersebut, perlu dibuat
gambar bentangannya. Buatlah gambar bentangannya dan buatlah malnya yang
terbuat dari seng tebal 0.3 mm. Corong dibuat dengan cara diroll, sambungan
dilakukan dengan dilipat, kelonggaran - 0,5 mm dan + 0,5 mm.
16
Gambar 1.18 . Corong – Silinder Tegak
a) Gambar kembali bagian corong yang akan dibuat gambar bentangannya dalam
bentuk gambar proyeksi dengan benar bentuknya dan teliti ukuran, serta sudut-
sudutnya. Ukuran garis tengah pada gambar, diambil garis tengah pipa yang akan
dibuat, diukur pada bagian luarnya.
b) Kenali bahwa corong terdiri dari dua silinder yang berbentuk silinder tegak
(walaupun posisinya miring).
c) Lukislah setengah lingkaran pada bagian ujung atas silinder, dibagi menjadi 6
bagian. Berilah nomor 1 sampai 7 pada titiktitik pembagian.
d) Buatlah garis-garis sejajar yang dimulai dari titik-titik 1 sampai 7, sejajar dengan
sumbu tengah, sehingga memotong garis perpotongan kedua silinder AB,
diteruskan sehingga memotong ujung/bidang DC.
e) Bagian corong atas dibentangkan ke arah mendatar. Garis pada pembagian
setengah lingkaran, dipindahkan sepanjang garis 1’ 7’ 1”. Buat garis- garis sejajar
tegak lurus dengan garis 1’ 1” sampai memotong garis-garis mendatar yang
diproyeksikan dari garis sambungan AB. Titik-titik perpotongan yang diperoleh,
17
bila dibuat garis, akan membentuk kurve atau garis lengkung, yang merupakan
kurve sambungan.
f) Bagian corong bagian bawah dibentangkan ke arah kanan ditinjau dari sumbu
tengah. Gambar bentangan bagian ini, diperoleh dengan memproyeksikan dari
titik-titik pada garis sambungan AB dan juga memproyeksikan titik-titik pada
garis CD, ke arah kanan tegak lurus sumbu tengah.
g) Pembagian menjadi 6 bagian pada setengah lingkaran, dipindahkan pada garis
yang dibuat melalui titik D ke kanan, menghasilkan 7 garis sejajar yang tegak
lurus dengan garis tersebut. Diperoleh 1’ sampai 7’.
h) Membuat garis lengkung atau kurve melalui titik perpotongan antara garis-garis
sejajar tersebut dengan garis proyeksi dari titik-titik pada AB, diperoleh kurve
sambungan; sedangkan dengan garis proyeksi dari DC diperoleh kurve ujung
bawah dari corong.
i) Periksakan pada guru apakah gambar bentangannya sudah benar dan teliti.
j) Potonglah gambar bentangan yang terbuat dari kertas, tepat pada garis yang ada,
dengan gunting yang tajam, jadilah mal dari kertas.
k) Tempelkan dengan baik mal kertas ke plat seng yang telah disediakan, buat garis
sesuai dengan tepian mal kertas, dengan penggores yang tajam.
l) Potonglah seng , tepat pada garis yang ada..
m) Kikir tepian mal pada bagian yang akan disambung, sampai ukurannya berkurang
satu tebal plat 0,5 mm (rencana dilipat), dan tepian seng tidak tajam, yang dapat
melukai tangan.
n) Cobalah mal dari seng dirol agar membentuk model dari bentuk corong yang akan
dibuat.
o) Bila ternyata tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan, cobalah cari letak
kesalahannya.
p) Ulangi langkah pembuatan mal secara lebih teliti.
q) Bila sudah seperti yang dikehendaki, maka buatlah mal seng lagi, dengan
tambahan 6 mm dan 5 mm sesuai dengan rencana sambungan lipat.
18
Gambar kerja :
19
1.7 Rangkuman
Keselamatan pekerja dan keselamatan alat atau mesin yang digunakan, serta
produk yang dibuat sangatlah penting. Kesungguhan, kehati-hatian dalam bekerja
dan tanggap akan sesuatu yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja akan membantu
pelaksanaan pembuatan suatu produk , menghemat biaya dan terhindar dari kerugian-
kerugian yang tidak perlu.
20
1.8 Pertanyaan
21
1.9 Model jawaban
22
1.10 Tindak lanjut
Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1
70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir
23
BAB II
PRINSIP POTONGAN
2.1 Pendahuluan
2.3 Prasyarat
24
a. Mengenal dasar-dasar menggambar Teknik
b. Mengetahui macam-macam bentuk benda visualisasi
c. Mengetahui jenis-jenis garis sumbu potong dan arah pemotongan
d. Mengetahui berbagai jenis potongan benda kerja
2.4 Potongan
Untuk memperlihatkan bagian dalam yang berongga dari benda pada gambar,
seperti lubang bor dipergunakan gambar potongan (section), sehingga dihasilkan
gambar dengan bentuk yang lebih jelas karena garis putus–putus berubah menjadi
garis tebal. Jika tidak membantu pada gambar potongan, garis yang terhalang tidak
perlu digambar.
Gambar potongan atau irisan dapat dijelaskan dengan menggunakan
pemisalan benda yang dipotong dengan gergaji (gambar 2.2).
25
2.5.1 Potongan Penuh (potongan dalam satu bidang)
Catatan :
a. Apabila digambar dengan pandangan lain, maka gambar pandangan tersebut tetap
utuh (proyeksi yang tidak dipotong), seperti diperlihatkan pada gambar.
b. Perubahan garis dari gambar pandangan ke gambar potonga diperlihatkan oleh A.
c. Bagian pejal yang terpotong diberi garis arsir B.
26
Gambar 2.3 Potongan penuh dengan pandangannya
Catatan :
27
2.5.3 Potongan Setempat (sebagian)
Catatan:
Batas potongan digambarkan dengan garis tipis kontinyu bergelombang atau zigzag
(E)
28
1). Arsiran untuk Gambar Susunan
Untuk gambar susunan yang sama harus diarsir dengan cara yang sama.
Sedangkan arsiran untuk benda yang berdempetan dibuat dengan arah atau jarak
yang berbeda lihat gambar.
Untuk bidang yang luas, arsiran dapat dibatasi pada daerah tepi bidang yang
diarsir, lihat gambar
Untuk bidang potongan yang berbeda dan sejajar, arsiran harus tetap sama
tetapi harus bergeser sepanjang garis bagi antara kedua bidang potong, lihat gambar :
29
Gambar 2.9 Arsiran pada potongan sejajar
Apabila arsiran dengan bentuk yang berbeda, arti arsiran di sini harus
ditunjukkan dengan jelas pada gambar atau dengan menunjukan standar tertentu
yang dipakai, lihat gambar :
30
Gambar 2.11 Arsiran untuk macam–macam bahan
Macam-Macam Arsiran
Hal – hal yang yang perlu diperhatikan pada gambar yang diarsir antara lain :
1. sudut dan ketebalan garis arsiran.
2. bidang atau pengarsiran pada bidang yang luas.
3. pengarsiran bidang yang berdampingan.
4. pengarsiran benda – benda tipis.
31
5. peletakan angka ukuran pada gambar yang diarsir. macam – macam garis
arsiran yang disesuaikan dengan bendanya
Sudut arsiran yang dibuat adalah 450 terhadap garis sumbu utamanya, atau 450
terhadap garis batas gambar, sedangkan ketebalan arsiran digunakan garis tipis
dengan perbandingan ketebalan sebagai berikut (lihat tabel 2.1).
32
Gambar 2.14 Potongan dengan bidang–bidang berdampingan
Apabila potongan diputar dan digambar pada gambar pandangan, maka garis
tepi gambar potongan digambarkan dengan garis tipis kontinyu, biasanya digunakan
untuk memperlihatkan pandangan samping benda lihat gambar.
Gambar 2.16 Potongan yang diputar dan digambar pada gambar pandangan
33
Gambar 2.17 Potongan yang dipindahkan
Potongan yang berurutan dapat disusun dengan cara seperti dtunjukan pada
gambar yang sekiranya memungkinkan dipandang dari tata letak dan pengertian
pembacaan gambar.
1).
34
2). 3).
Gambar 2.20 Bagian yang berdampingan dan dianggap perlu untuk digambar
35
2.6 Rangkuman
36
2.7 Pertanyaan
Soal:
1. Sebutkan macam-macam pemotongan
2. Jelaskan ketentuan-ketentuan pemotongan secara singkat
3. Kerjakan gambar berikut ini dengan skala 1:1 dan proyeksi Amerika.
a. Buatlah gambar potongan penuh (seluruhnya)
37
c. Buatlah gambar potongan yang diputar
(1)
(2)
38
2.8 Model Jawaban
1. Macam-macam pemotongan:
a. Pemotongan seluruhnya (pemotongan penuh)
1. Pemotongan melalui sumbu dasar
2. Pemotongan meloncat
3. Pemotongan yang diputar
b. Pemotongan separuh pemotongan setengah)
c. Pemotongan sebagian
d. Pemotongan yang diputar ditempat
e. Pemotongan berurutan
2. Ketentuan-ketentuan pemotongan:
a. Poros pejal, benda pejal, bola tidak boleh dipotong secara memanjang, tetapi
dengan pemotongan pemotongan sebagian.
b. Untuk penghematan proyeksi dilakukan dengan pemotongan diputar.
c. Baut dan mur tidak boleh dipotong secara memanjang, tetapi sama dengan
benda pejal.
d. Rusuk-rusuk, penguat, ruji-ruji, sirip-sirip dan pasak tidak boleh dipotong
dalam arah memanjang tetapi harus dalam arah melintang.
3. Penyelesaian gambar terlampir, dari a. sampai f.
a. Gambar potongan penuh atau potongan seluruhnya (penuh)
39
b. Gambar potongan meloncat
A
A
PENAMPANG POTONG A – A
PENAMPANG POTONG A – A
40
Gunakan Garis Sumbu untuk, memisahkan Setengah Penampang
d. Gambar potongan separuh atau potongan setengah
PENAMPANG POTONG A
PENAMPANG POTONG A
41
2.9 Tindak Lanjut
Setelah pemaparan materi dalam bab ini yang telah menguraikan beberapa
permasalahan dan fungsi pemotongan pada suatu benda kerja, maka diharapkan
mahasiswa mengetahui dan mampu untuk memperaktekkannya dalam penyajian
sebuah gambar potongan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan
pada bab ini.
Untuk menjadi seorang ahli gambar teknik maka mahasiswa perlu melakukan
latihan-latihan tugas secara kontinu sesuai dengan materi yang diajarkan pada setiap
bab-bab modul ajar ini, sehingga dengan banyaknya mengerjakan tugas dan latihan
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah ini, mahasiswa akan memiliki
keahlian dalam penyajian gambar teknik.
Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1 70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir
42
BAB III
TOLERANSI DAN SUAIAN
3.1 Pendahuluan
43
yang tidak bisa sempurna, b) adanya keausan alat potong/pahat, d) adanya perubahan
temperatur benda kerja saat pengerjaan, dan e) besarnya gaya pemotongan.
44
Keterangan :
Tujuan penting toleransi ini adalah agar benda kerja dapat diproduksi secara
massal pada tempat yang berbeda dan tetap dapat memenuhi fungsinya, terutama
fungsi mampu tukar, seperti pada suku cadang mesin otomotif yang diperdagangkan.
45
4. Membaca toleransi pada gambar kerja.
5. Menerapkan toleransi pada gambar kerja.
3.3 Prasyarat
Persyaratan untuk mempelajari pada bab ini adalah :
Untuk mencapai ukuran yang tepat tentu tidak mudah sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar. Banyak faktor yang mempengaruhinya, misal :
Faktor alat (alat potong).
Faktor mesin (presisi tidaknya mesin yang digunakan).
Faktor alat ukur.
Faktor temperatur dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ketepatan ukuran
dari benda kerja tersebut.
Untuk mencapai ukuran yang tepat, merupakan hal yang sulit. Selalu terjadi
penyimpangan dari ukuran – ukuran dasarnya. Misalnya : lebih besar, lebih kecil
atau mungkin sama dengan ukuran dasarnya. Ukuran dasar yaitu ukuran yang
tercantum dalam gambar kerja.
Selama penyimpangan tersebut dalam kategori memenuhi syarat, maka
produk yang menyimpang dari ukuran dasarnya tersebut dapat diterima. Sebaliknya,
jika penyimpangan ukuran diluar kategori memenuhi syarat maka produk tersebut
46
tidak dapat diterima, karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil dari ukuran
yang diminta.
Sebagai batasan kategori memenuhi syarat, kita harus memberikan dua batasan
ukuran yang diperbolehkan yaitu :
1. Batasan ukuran maksimum yang diperbolehkan.
2. Batasan ukuran minimum yang diperbolehkan atau diizinkan.
1. Apakah benda kerja satu dengan benda kerja lainnya mempunyai bentuk dan
ukuran yang sama, tentu tidak sama, ada yang terlalu kecil ada pula yang tepat.
2. Bagaimana benda kerja yang mempunyai ukuran – ukuran terlalu besar dan terlalu
kecil tersebut dapat diterima.
47
diikuti huruf kecil beserta angka kualitasnya menunjukkan besarnya poros dengan
toleransinya.
Contoh 1
Ø 40 H7, artinya suatu lubang (H – nya huruf besar) dengan daerah toleransi H
dan kualitas nya 7.
Ø 40 h7, artinya suatu poros (h – nya huruf kecil), dengan daerah toleransi h dan
kualitasnya 7.
Huruf – huruf yang dipakai untuk simbol lubang yaitu huruf A, B, C,.... sampai Z,
kecuali huruf I, L, O, Q dan W; sedangkan huruf a, b, c,.... sampai z dipakai untuk simbol
toleransi poros, kecuali huruf i, l, o, q dan w.
Besarnya toleransi
Sifat penggunaan toleransi KW.IT
(micron)
Suatu poros mempunyai diameter 27 mm. Jika poros tersebut dikerjakan pada mesin
bubut dengan kualitas IT 9, berapakah toleransinya?
Jawab :
Contoh 3
Suatu ukuran dari pekerjaan poros dikerjakan dengan kualitas IT 10. Berapakah
toleransinya jika diameter minimalnya 24 mm.
Penyelesaian :
Diketahui :
Ukuran nominal 24 mm atau D = 24 mm
Kualitas toleransi 10
Ditanya : Besarnya toleransi?
Jawab :
Untuk IT 10, toleransinya = 64.i (lihat tabel 3.1).
49
Toleransinya adalah 64.i = 64 . 1,322 = 84,608
Jadi, toleransinya = 84,6 micron = 0,084 mm
Contoh 4
50
Tabel 3.3 Variasi Penyimpangan Umum (dalam mm)
Ukuran nominal dalam satuan Jenis Pekerjaan
mm Teliti Sedang Kasar
0,5 sampai dengan 3 ±0,05 ±0,1 -
3 sampai dengan 6 ±0,05 ±0,1 ±0,2
6 sampai dengan 30 ±0,1 ±0,2 ±0,5
30 sampai dengan 120 ±0,15 ±0,3 ±0,8
120 sampai dengan 315 ±0,2 ±0,5 ±1,2
315 sampai dengan 1000 ±0,3 ±0,8 ±2
1000 sampai dengan 2000 ±0,5 ±1,2 ±3
51
Tabel 3.4 Sistem Basis Lubang A
Ukuran B C D E F G H
Diameter
B10 C9 C10 D8 D9 D10 E7 E8 E9 F6 F7 F8 G6 G7 H6 H7 H8 H9 H10
dalam mm
+230 +116 +138 +62 +76 +98 +40 +47 +61 +22 +28 +35 +14 +20 +9 +15 +22 +36 +58
6-10
+150 +80 +80 +40 +40 +40 +25 +24 +25 +13 +13 +13 +5 +5 0 0 0 0 0
+220 +138 +165 +77 +93 +120 +50 +59 +75 +27 +34 +43 +17 +24 +11 +18 +27 +43 +70
10-18
+150 +95 +95 +50 +50 +50 +32 +32 +32 +16 +16 +16 +16 +6 0 0 0 0 0
+244 +162 +194 +98 +117 +149 +61 +73 +92 +33 +41 +53 +20 +28 +13 +21 +33 +52 +84
18-30
+160 +110 +101 +65 +65 +65 +40 +40 +40 +20 +20 +20 +7 +7 0 0 0 0 0
+270 +182 +220 +119 +142 +180 +75 +89 +112 +41 +50 +64 +25 +34 +16 +25 +39 +62 +100
30-40
+170 +120 +120 +80 +60 +80 +50 +50 +50 +25 +25 +25 +9 +9 0 0 0 0 0
+280 +192 +230
40-50 * * * * * * * * * * * * * * * *
+180 +130 +130
+310 +214 +260 +146 +174 +220 +90 +106 +134 +49 +60 +76 +29 +40 +19 +30 +46 +74 +120
50-65
+190 +140 +140 +100 +100 +100 +60 +60 +60 +30 +30 +30 +10 +10 0 0 0 0 0
+320 +224 +270
65-80 * * * * * * * * * * * * * * * *
+200 +150 +150
+360 +257 +310 +174 +207 +260 +107 +126 +159 +58 +71 +90 +34 +47 +22 +35 +54 +87 +140
80-100
+220 +170 +170 +120 +120 +120 +72 +72 +72 +36 +36 +36 +12 +12 0 0 0 0 0
+380 +267 +320
100-120 * * * * * * * * * * * * * * * *
+200 +180 +180
+420 +300 +360 +208 +245 +305 +125 +146 +185 +68 +83 +106 +39 +54 +25 +40 +63 +100 +160
120-140
+260 +200 +200 +145 +145 +145 +85 +85 +85 +43 +43 +43 +14 +14 0 0 0 0 0
+440 +310 +370
140-160 * * * * * * * * * * * * * * * *
+280 +210 +210
+470 +330 +390
160-180 * * * * * * * * * * * * * * * *
+310 +230 +230
+525 +335 +425 +242 +285 +355 +146 +172 +215 +79 +96 +122 +44 +61 +29 +46 +72 +105 +185
180-200
+340 +240 +240 +170 +170 +170 +100 +100 +100 +50 +50 +50 +15 +15 0 0 0 0 0
+565 +375 +445
200-225 * * * * * * * * * * * * * * * *
+380 +260 +260
+605 +395 +465
225-250 * * * * * * * * * * * * * * * *
+420 +280 +280
53
Ukuaran b c d e f g h
Diameter dalam
mm b9 c9 d8 d9 e7 e8 e9 f6 f7 f8 g4 g5 g6 h4 h5 h6 h7 h8 h9
-150 -80 -40 -40 -25 -25 -25 -13 -13 -13 -5 -5 -5 0 0 0 0 0 0
6-10
-186 -116 -62 -76 -40 -47 -61 -22 -28 -35 -9 -11 -14 -4 -6 -9 -15 -22 -36
-150 -95 -50 -50 -32 -32 -32 -16 -16 -16 -6 -6 -6 0 0 0 0 0 0
10-18
-193 -138 -77 -93 -50 -59 -75 -27 -34 -43 -11 -14 -17 -5 -8 -11 -18 -27 -43
-160 -110 -65 -65 -40 -40 -40 -20 -20 -20 -7 -7 -7 0 0 0 0 0 0
18-30
-212 -162 -98 -117 -60 -71 -92 -33 -41 -53 -13 -16 -20 -6 -9 -13 -21 -33 -52
-170 -120 -80 -80 -50 -50 -50 -25 -25 -25 -9 -9 -9 0 0 0 0 0 0
30-40
-232 -182 -119 -142 -70 -89 -112 -41 -50 -64 -16 -20 -25 -7 -11 -16 -25 -39 -62
-180 -130 * * * * * * * * * * * * * * * * *
40-50
-242 -192
-190 -140 -100 -100 -60 -60 -60 -30 -30 -30 -10 -10 -10 0 0 0 0 0 0
50-65
-261 -214 -146 -174 -90 -106 -134 -49 -60 -76 -18 -23 -29 -8 -13 -19 -30 -46 -74
-200 -150 * * * * * * * * * * * * * * * * *
65-80
-274 -224
-220 -170 -120 -120 -72 -72 -72 -36 -36 -36 -12 -12 -12 0 0 0 0 0 0
80-100
-307 -257 -174 -207 -107 -126 -159 -58 -71 -90 -22 -27 -34 -10 -15 -22 -35 -54 -87
-240 -180 * * * * * * * * * * * * * * * * *
100-120
-327 -267
-260 -200 -145 -145 -85 -85 -85 -43 -43 -43 -14 -14 -14 0 0 0 0 0 0
120-140
-360 -300 -208 -245 -125 -148 -185 -68 -83 -106 -26 -32 -39 -12 -18 -25 -40 -63 -100
-280 -210 * * * * * * * * * * * * * * * * *
140-160
-390 -310
-310 -230 * * * * * * * * * * * * * * * * *
160-180
-410 -310
-340 -240 -170 -170 -100 -100 -100 -50 -50 -50 -15 -15 -15 0 0 0 0 0 0
180-200
-455 -335 -242 -285 -146 -17 -215 -79 -96 -122 -29 -35 -44 -14 -20 -29 -46 -72 155
-380 -260 * * * * * * * * * * * * * * * * *
200-225
-495 -375
225-250 -420 -280 * * * * * * * * * * * * * * * * *
-535 -395
54
Ukuran j k m n p r s t u x
Diameter
dalam mm j4 j5 j6 j7 k4 k5 k6 m4 m5 m6 n6 p6 r6 s6 t6 u6 x6
+5 +7 +10 +10 +12 +15 +19 +24 +28 +32 +37 +43
6-10 ±2 ±3 ±4,5 ±7,5 *
+1 +1 +1 +6 +6 +6 +10 +15 +19 +23 +28 +34
+6 +9 +12 +12 +15 +18 +23 +29 +34 +39 +44 +51
10-18 ±2,5 ±4 ±5,5 ±9 *
+1 +1 +1 +7 +7 +7 +12 +18 +23 +28 +33 +40
+8 +11 +15 +18 +17 +21 +28 +35 +41 +48 +54 +67
18-30 ±3 ±4,5 ±6,5 ±10,5 *
+2 +2 +2 +8 +8 +8 +15 +22 +28 +35 +41 +54
+9 +13 +18 +16 +20 +25 +33 +42 +50 +59 +64 +76
30-40 ±3,5 ±5,5 ±8 ±12,5 *
+2 +2 +2 +9 +9 +9 +17 +26 +34 +43 +48 +60
+70 +86
40-50 * * * * * * * * * * * * * * *
+54 +70
+12 +15 +21 +19 +24 +30 +39 +51 +60 +72 +85 +106
50-65 ±4 ±6,5 ±9,5 ±12 *
+2 +2 +2 +11 +11 +11 +20 +32 +41 +53 +66 +87
+62 +78 +94 +121
65-80 * * * * * * * * * * * * *
+43 +59 +75 +102
+13 +18 +25 +23 +28 +35 +45 +59 +73 +93 +113 +146
80-100 ±5 ±7,5 ±11 ±17,5 *
+3 +3 +3 +13 +13 +13 +23 +37 +51 +71 +191 +124
+73 +101 +126 +166
100-120 * * * * * * * * * * * * *
+54 +75 +104 +144
±12, +5 +21 +28 +27 +33 +40 +52 +68 +88 +117 +147
120-140 ±6 ±9 ±20 * *
5 +3 +3 +3 +15 +15 +15 +27 +43 +3 +92 +122
+90 +125 +159
140-160 * * * * * * * * * * * * * *
+65 +100 +134
+93 +133 +171
160-180 * * * * * * * * * * * * * *
+68 +108 +146
±14, +18 +24 +33 +31 +37 +46 +60 +79 +106 +151
180-200 ±7 ±10 ±23 * * *
5 +4 +4 +4 +17 +17 +17 +61 +50 +77 +122
+109 +159
200-225 * * * * * * * * * * * * * * *
+80 +130
225-250 +113 +169
* * * * * * * * * * * * * * *
+84 +140
55
Ukuran Kualitas toleransi
Nominal
01 00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
(mm)
- 0,3 0,5 0,8 1,2 2 3 4 6 10 14 25 40 60 100 140 250 400 600
3 s/d 6 0,4 0,6 1 1,5 2,5 4 5 8 12 18 30 48 75 120 180 300 480 750
6 s/d 10 0,4 0,6 1 1,5 2,5 4 6 9 15 22 36 58 90 150 220 360 580 900
10 s/d 18 0,5 0,8 1,2 2 3 5 8 11 18 27 43 70 100 180 270 430 700 1100
18 s/d 30 0,6 1 1,5 2,5 4 6 9 13 21 33 52 84 130 210 330 520 840 1300
30 s/d 50 0,6 1 1,5 2,5 7 11 16 25 39 62 100 160 250 390 620 1000 1600
50 s/d 80 0,8 1,2 2 3 5 8 13 19 30 46 74 120 190 300 460 740 1200 1900
80 s/d 120 1 1,5 2,5 4 6 10 15 22 35 54 87 140 220 350 540 870 1400 2200
120 sd/ 180 1,2 2 3,5 5 8 12 18 25,4 40 63 100 160 250 400 630 1000 1600 2500
180 s/d 250 2 3 4,5 7 10 14 20 29 46 72 115 185 290 460 720 1150 1850 2900
250 s/d 315 2,5 4 6 8 12 16 23 32 52 81 130 210 320 520 810 1300 2100 3200
315 s/d 400 3 5 7 9 13 18 25 36 57 89 140 230 360 570 890 1400 2300 3600
400 s/d 500 4 6 8 10 15 20 27 40 63 97 155 250 400 630 970 1550 2500 4000
56
3.4.2 Simbol-Simbol Toleransi Geometri
57
Permukaan basis Silinder basis
Jika kotak toleransi geometri tidak dapat dihubungkan ke basis, hal ini dapat
ditunjukkan dengan cara yang lain, yaitu dengan menentukan salah satu bidang
sebagai basisnya yang di tetapkan sebagai basisnya dengan diberi huruf abjad besar.
Misalnya A, B, C dan seterusnya lihat gambar.
A
Daerah kedudukan toleransi lubang dan poros dapat dilihat seperti pada
gambar 3.6 dan gambar 3.7 berikut ini.
59
Keterangan gambar :
1. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah A, B, C, D, E dan G, maka daerah
toleransi berada diatas ukuran nominalnya dan toleransinya adalah positif (+)
(lihat gambar 3.7).
Contoh 1
Ø 40 D 9, artinya :
2. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi H, maka ukuran
minimum lubang adalah sama dengan ukuran nominalnya dan toleransinya
bertanda (0) dan (+).
Contoh 2
Ø 40 H 9, artinya :
3. Jika daerah toleransi berada pada daerah toleransi JS maka daerah toleransinya
simetris (penyimpangan atas sama dengan penyimpangan bawahnya) dan
toleransinya bertanda (±).
Contoh 2.17
Ø 40 JS 7, artinya :
Ø 40 = diameter lubang 40 mm
JS 7 = daerah toleransi lubang JS dengan kualitas 7.
Lihat tabel 3.4, Untuk Ø 40 JS 7,
penyimpangannya adalah : 40 ± 0,0125
3.4.5 Penulisan Toleransi Pada Gambar Kerja
60
Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi adalah komponen yang
mempunyai fungsi dan kualitas tertentu, lihat gambar 3.9 berikut (penulisan dangan
sistem ISO)!
Untuk Ø 40 h 7 = .
Untuk Ø 24 G 6 = .
61
Hal yang perlu diperhatikan untuk mencantumkan atau menuliskan toleransi
pada gambar kerja dengan simbol ISO, antara lain :
Penulisan toleransi dapat pula diikuti dengan besar penyimpangannya, lihat gambar
gambar 3.12.
Toleransi ditulis pada ukuran nominal dan penyimpangannya, lihat gambar 3.13.
62
Penulisan toleransi dengan mencantumkan ukuran maksimum dan ukuran
minimum, dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut.
63
Penulisan toleransi dengan ukuran dasar dan penyimpangannya pada gambar
susunan, lihat gambar 3.17 berikut ini.
Gambar 3.17 Toleransi, ukuran dasar, dan penyimpangan pada gambar susunan
Dalam suatu industri mesin, banyak sekali suku cadang atau onderdil dibuat
dan dirakit sehingga menjadi suatu mesin yang berfungsi. Suku cadang – suku
cadang yang dirakit tersebut mungkin dipasang atau distel dengan fungsi dapat
bergerak, misalnya poros dengan bantalannya; mungkin juga dipasangkan dengan
jalan dipres, misalnya blok silinder dengan blok mesin, jari – jari roda dengan
nafnya dan sejenisnya.
Untuk pembuatan suku cadang yang dapat bergerak (poros dengan
bantalannya), ukuran poros harus dibuat sedikit lebih kecil dari pada ukuran
lubangnya, sehingga jika dipasang maka poros dan bantalan dalam keadaan longgar.
Jika pembuatan ukuran poros sedikit lebih besar dari pada lubangnya (diameter luar
lebih daripada diameter dalam), maka pemasangannya dapat dilakukan dengan jalan
dipres atau dipaksa dan suaian ini disebut suaian paksa.
Dilihat dari perbedaan ukuran diameter luar dan diameter dalam (ukuran poros
dan lubang) maka ada tiga macam suaian sebagai berikut :
a. Jika ukuran poros lebih kecil daripada ukuran lubang maka suaiannya disebut
suaian longgar.
64
b. Jika ukuran poros dibuat lebih besar daripada ukuran lubang maka suaiannya
disebut suaian sesak (paksa).
c. Jika ukuran poros dan lubang hampir sama antar longgar dan sesak (tak tentu)
maka suaiannya disebut suaian pas.
Untuk ketiga macam suaian tersebut, dapat kita lihat pada diagram toleransi
(daerah toleransinya), seperti tampak gambar 3.19 berikut ini.
Pada sistem basis lubang, daerah toleransi lubang berada pada daerah
toleransi “H”. Jika poros dan lubang saling berpapasan, maka sebagai dasar untuk
menetapkan suaian (longgar, pas dan paksa) digunakan ukuran lubangnya, sedangkan
poros menyesuaikan terhadap lubangnya.
65
Pada sistem basis lubang, terdapat tiga macam suaian sebagai berikut.
1) Suaian longgar
Jika pasangan toleransi lubang “H” dengan daerah toleransi poros a, b, c, d, e, f
dan g maka akan didapat suaian longgar.
2) Suaian pas
Jika pasangan toleransi lubang “H” dengan daerah toleransi poros h, js, k, m dan
n, maka akan didapat suaian pas.
3) Suaian paksa
Jika pasangan toleransi lubang “H” dengan daerah toleransi poros p, r, ..., dan z,
maka akan didapat suaian paksa.
Contoh 2.24
Ukuran Ø 60 H7/g6 ; 45 H8/e8 (suaian longgar)
Ukuran Ø 65 H7/h7 ; 20 H6/k8 (suaian pas)
Ukuran Ø 30 H7/p6 ; 80 H7/t6 (suaian paksa)
2) Suaian pas
Jika pasangan toleransi lubang “h” berpasangan dengan daerah toleransi lubang
H, JS, K, M dan N, maka suaian yang didapat adalah suaian pas.
3) Suaian paksa
Jika pasangan toleransi lubang “h” berpasangan dengan daerah toleransi P, R, ...,
dan Z, maka akan didapat suaian paksa.
66
Contoh 2.24
Ukuran Ø 60 G7/h6 ; 45 E8/h8 (suaian longgar)
Ukuran Ø 65 H7/h7 ; 20 K6/h6 (suaian pas)
Ukuran Ø 30 P6/h7 ; 80 T7/h6 (suaian paksa)
h5 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6
67
h6 (7) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
68
3.5 Rangkuman
1. Pemotongan untuk hal yang penting didalam gambar kerja yang tidak kelihatan
langsung dapat kita lukis dengan garis putus-putus, garis tipis dan garis strip titik
tipis dan lain-lain. Akan tetapi mungkin tidak jelas dan membingungkan pada
pembaca atau siswa maka diberikan penunjukkan pemotongan.
2. Dalam menggambar sesuatu bentuk part tertentu,maka untuk mendapatkan
gambar-gambar yang baik jelas dan dimengerti semua ukuran yang perlu harus
dicantumkan dengan lengkap pada gambar akhir dan part tersebut dalam gambar,
ukuran - ukuran tersebut ditempatkan pada tempat yang cocok, benar serta mudah
dilihat. Dalam gambar kerja ukuran dari satu bagian tidak boleh ditunjukkan lebih
dari satu.
3. Supaya dapat kita capai ukuran yang diinginkan, maka kita tunjukkan untuk suatu
ukuran (= ukuran nominal) dengan dua batasan penyimpangan. Perbedaan antara
kedua batasan ini (= penyimpangan membesar dan penyimpangan mengecil) dari
ukuran nominal disebut toleransi.
4. Toleransi bentuk dan posisi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai
dengan fungsinya dan untuk keperluan produksi masal dimana tiap – tiap benda
bisa ditukar – tukar pada pemasangan, maka disamping toleransi ukuran pada
gambar dilengkapi pula dengan toleransi bentuk dan posisi.
69
3.6 Pertanyaan
10. Berikan perbedaan penulisan toleransi linier dan toleransi geometris pada gambar
kerja.
70
3.7 Model Jawaban
1. Toleransi dan suaian merupakan batas penyimpangan ukuran yang diijinkan untuk
keperluan suatu perakitan untuk benda yang berpasangan.
2. Pada sistem basis poros, daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi “h”,
ukuran poros digunakan sebagai ukuran dasar untuk menentukan suaian dan
ukuran lubangnya menyesuaikan terhadap ukuran porosnya.
3. Pada sistem basis lubang, daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi
“H”. Jika poros dan lubang saling berpapasan, maka sebagai dasar untuk
menetapkan suaian (longgar, pas dan paksa) digunakan ukuran lubangnya,
sedangkan poros menyesuaikan terhadap lubangnya
4. a. Jika ukuran poros lebih kecil daripada ukuran lubang maka suaiannya disebut
suaian longgar.
b. Jika ukuran poros dibuat lebih besar daripada ukuran lubang maka suaiannya
disebut suaian sesak (paksa).
c. Jika ukuran poros dan lubang hampir sama antar longgar dan sesak (tak tentu)
maka suaiannya disebut suaian pas.
71
8. Simbol toleransi Poros : Ø 60 h7 [ 0
-0,003 ]
Simbol toleransi Lubang : Ø 60 H6 [ + 0,0019
0 ]
9. Jawab :
Untuk ukuran Ø 27 mm dengan kualitas IT 7, maka toleransinya = 16.i (lihat
tabel 3.1).
100 0,015
Toleransi Geometris :
0,005 A
72
3.8 Tindak Lanjut
Dari uraian materi bab ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa
dalam pembuatan gambar kerja guna melengkapi informasi seluruh dimensi dan
toleransi sesuai dengan bentuk benda yang akan dikerjakan dengan proses pemesinan
untuk diproduksi. Disamping itu juga mahasiswa mengetahui jenis-jenis toleransi,
membaca tabel-tabel harga toleransi, dan mampu menghitung besar nilai toleransi
sesuai dengan keperluan perencanaan.
Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1 70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir
73
BAB IV
SIMBOL PENGERJAAN DAN KEKASARAN
4.1 Pendahuluan
Diamana :
A1 + A2 + A 3+ A5
Ra = ---------------- ; Rmaks= 4 Ra
L
74
2. Merencanakan berbagai simbol pengerjaan pada gambar kerja.
3. Mempergunakan berbagai simbol-simbol pengerjaan pada gambar kerja.
4. Menginformasikan lebih jelas khususnya untuk proses produksi dan pemesinan.
4.3 Prasyarat
Persyaratan untuk mempelajari bab ini diharapkan :
Dimana:
a = Harga/tingkat kekasaran
b = Jenis Pengerjaan
c = ukuran lebih (allowance)
d = serat alur/serat pengerjaan potong
75
Harga kekasaran permukaan yang lazim digunakan pada gambar kerja
merupakan harga kekasaran rata-rata (Ra/roughness arithmatic). Ra tersebut didapat
dari gambar berikut ini yang merupakan suatu permukaan hasil dari pengerjaan
(gambar dibesarkan).
Tidak semua permukaan benda dikerjakan dengan mesin. Ada kalanya karena
sesuatu hal permukaan tersebut tidak dikerjakan, atau dibiarkan saja dan juga bisa
permukaan tersebut tidak boleh dibuang, karena ukurannya sudah sangat pas.
Konfigurasi permukaan yang bebas dikerjakan dengan mesin apapun dan permukaan
yang tidak diijinkan untuk dikerjakan adalah seperti terlihat pada Gambar 4.3.
76
Pengerjaaan Bebas Pengerjaam tidak di ijinkan
b
a c
Keterangan :
e d
a = Nilai kekasaran Ra dalam μm
b = Cara produksi, pengerjaan atau
Gambar 4.4. Simbol tanda pengerjaan pelapisan
dan keterangannya c = Penunjuk panjang dalam mm
d = Arah pengerjaan permukaan
e = Kelonggaran untuk pengerjaan mesin
Arah pengerjaan permukaan benda kerja sangat tergantung pada selera dan kehalusan
(kekasaran) yang diinginkan. Harga kekasaran dan kelas kekasaran untuk beberapa
nilai adalah seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
77
0,8 N6
1,6 N7
3,2 N8
6,3 N9
12,5 N10
25 N11
50 N12
78
Tabel 4.2 Proses Pengerjaan dan Kualitas Kekasaran
0,025 0,05 0,1 0,2 0,4 0,8 1,6 3,2 6,3 12,5 25 50 100
Proses P
Flame
cutting
Sawing
Abrasive
cutting
Shearing,
fine blanking
Sand blasting
Ball blasting
Turning
Superfine
turning
Planning,
shaping
Drilling,
boring
Counter
sinking
Reaming
Face milling
Peripheral
milling
Broaching
Scraping
Face grinding
Peripheral
grinding
Plain
grinding
Honing
Superfinish
Plain lapping
Round
lapping
Polishing
Spark
erosion
79
4.7 Tanda Pengerjaan dan Harga Kekasaran
N8
N6
80
Contoh 1
Benda berikut akan dikerjakan dengan mesin misalnya mesin bubut, mesin gerinda
atau lainnya dengan kualitas kekasaran N7 (kekasaran tertinggi), dan akhirnya
dicrom dengan tingkat kekasaran N5. Agar dapat dipahami oleh operator mesin,
maka benda tersebut harus diberi simbol sebagai berikut:
Contoh 2
Penyajian pada Gambar, lambang harus disimpan pada tempat yang jelas terlihat,
apabila diputar harus searah dengan putaran jarum jam, dibaca seperti membaca
angka ukur, berlaku prinsip simetri, cukup satu lambang pada bidang yang sama
untuk gambar dengan dua pandangan.
Contoh 3
Harga kekasaran dapat diwakili dengan huruf jika rumit apabila dicantumkan
menurut aturan yang biasa, seperti gambar berikut ini.
81
Gambar 4.11 Pencantuman harga kekasaran
Contoh 4
atau
82
4.8 Rangkuman
1) Fungsi dari kondisi permukaan ialah sebagai instruksi bagi operator untuk
penyelesaian akhir (finishing) untuk pengerjaan suatu permukaan benda kerja.
2) Tanda pengerjaan adalah lambang bagi suatu perintah proses pengerjaan.
3) Harga kekasaran (Ra) adalah harga kekasaran rata-rata maksimum yang harus
dicapai oleh suatu proses pengerjaan.
4) Lambang harus dicantumkan pada tempat yang mudah terlihat dengan jelas.
5) Untuk kekasaran umum, pilihlah harga kekasaran yang paling kasar yang
masih dapat memenuhi fungsinya.
6) Informasi mengenai proses pengerjaan, kelebihan ukuran, arah alur bekas
pengerjaan, panjang contoh hanya dicantumkan apabila benar-benar diperlukan.
7) Lambang tidak dicantumkan (tidak berlaku) pada gambar ulir, lubang bor atau
hasil dari punching tool , lubang kontersing atau konterbor untuk dudukan kepala
baut/sekrup.
8) Harga kekasaran maksimum N7 untuk :
(a) Permukaan yang akan dipasangi seal (rapat terhadap kebocoran).
(b) Permukaan yang bertoleransi mikrometer (toleransi ISO).
(c) Permukaan yang dalam fungsinya akan bergesekan seperti permukaan roda
gigi.
83
4.9 Pertanyaan
84
4.10 Model Jawaban
1. Permukaan suatu benda kerja harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi fungsinya. Misalnya fungsi harus rapat terdapat kebocoran.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam gambar kerja, kondisi permukaan yang
diinginkan harus diinformasikan dengan lambang-lambang standar berikut ini.
di bubut
7. Harga kekasaran maksimum untuk bagian yang tidak boleh bocor (akan dipasang
seal) adalah N7.
8. Suface Tester adalah alat pengukur kekasaran secara digital.
9. Dua proses pengerjaan yang tidak boleh mencantumkan lambang kondisi
permukaan yaitu : 1) pengerjaan ulir, dan 2) pengerjaan bor.
10. Kondisi permukaan khusus harus dicantumkan langsung pada permukaan yang
dimaksud.
85
4.11 Tindak Lanjut
Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1 70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir
86
BAB V
PENGGAMBARAN BAUT/MUR, RODA GIGI, DAN PEGAS
5.1 Pendahuluan
Baut/mur, roda gigi, dan pegas merupakan bagian-bagian utama dari satu unit
mesin. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsinya masing-masing secara
mekanis dan saling mendukung satu sama lainnya.
Pada dasarnya komponen-komponen utama ini secara teknis memiliki umur
pemakaian (life time) yang telah ditentukan, selanjutnya akan mengalami kerusakan
yang disebabkan oleh terjadinya : kelelahan, kehausan akibat gesekan, dan
pembebanan yang berlebihan sehingga terjadi perpatahan. Untuk ini maka perlu
dipersiapkan suku cadang yang baru atau dengan cara membuatnya di bengkel-
bengkel produksi yang memiliki kualifikasi khusus. Untuk mendukung proses
produksi/pemesinan tersebut, setiap pekerjaan yang akan dilakukan melalui proses
pemesinan, maka bentuk produk tersebut harus digambarkan terlebih dahulu dengan
cara membuat sebuah gambar kerja, agar operator dapat mengerjakan bentuk
komponen tersebut hingga menjadi sebuah produk jadi.
Dalam bab ini secara spesifik akan menjelaskan tentang beberapa metode
penggambaran baut/mur, roda gigi, dan pegas sebagai dasar keahlian untuk
merancang sebuah gambar kerja yang sesuai dengan standarisasi ISO.
1). Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi masing komponen utama.
2). Mahasiswa dapat mengetahui geometris komponen utama secara detail.
3). Mahasiswa mampu merancang gambar baut/mur, roda gigi, dan pegas.
4). Mahasiswa mampu membuat gambar assembly, gambar kerja, gambar susunan,
dan detail.
5.3 Prasyarat
87
2. Pengetahuan tentang Simbol gambar, simbol pengerjaan, penunjukkan ukuran atau
dimensi.
3. Kemampuan menggunakan alat-alat gambar, seperti pensil, penggaris, sepasang
penggaris segi tiga, busur derajat, mal lengkung, dan jangka dengan benar.
4. Kemampuan menggunakan alat ukur, dan proses pemesinan.
Bagian-bagian dari baut dan mur terdiri dari baut, kepala tetap baut dan mur.
Bentuk kepala tetap baut dan mur adalah biasanya segi empat atau segi enam. Pada
umumnya baut dan mur tidak digambar pada detail (bagian), tetapi dalam gambar
susunan biasanya digambar sesuai dengan standar yang ada menurut perbandingan
diameter luar yang aturannya seperti pada Gambar 5.1 di bawah ini.
88
Gambar 5.1. Bentuk kepala tetap baut dan mur.
89
(c) Arah gigi dari roda gigi dengan gigi miring bila perlu diperlihatkan dapat
digambar dengan tiga garis tipis, yang menunjukkan arah dan bentuk giginya.
Selain pandangan yang tepat dengan menggunakan garis yang sesuai, dalam
menggambar roda gigi dianjurkan untuk memberikan ukuran pada pandangan-
pandangan gambar yang dibuat. Ukuran-ukuran ini akan dapat menjadi
keterangan yang diperlukan dalam pembuatannya. Apabila diperlukan
keterangan yang lain, maka dapat diletakkan dalam tabel data gigi yang ada pada
papan nama gambar. Gambar 5.2, 5.3 memperlihatkan contoh jenis-jens profil
roda gigi dan cara menggambar roda gigi.
90
(d)
91
Gambar 5.4. Macam-macam pasangan roda gigi
Penggambaran pegas dapat dilihat pada gambar berikut ini, dari gambar
pegas bisa digambar secara gambar pandangan, gambar potongan atau menggunakan
lambang.
92
(1)
93
(2)
Untuk gambar kerja pegas, selain informasi yang baku juga harus diberi
catatan untuk menegaskan antara lain jumlah lilitan, sedangkan diagram gaya pegas
digambar dengan garis tipis kontinu, diagram gaya ini berfungsi untuk pemeriksaan
setelah pegas dibuat. Untuk lebih jelasnya, contoh gambar kerja pegas dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
94
Gambar 5.6 Contoh Gambar Kerja Pegas Tekan
95
Gambar 5.7 Contoh Gambar Kerja Pegas Tarik
96
1. Untuk gambar kerja roda gigi, beberapa informasi tidak dapat disajikan pada
gambar, antara lain modul, jumlah gigi sehingga perlu dibuat suatu tabel seperti
dicontohkan pada gambar berikut ini.
97
Gambar 5.9 Gambar kerja roda gigi payung
98
Gambar 5.10 Kepala tetap Baut/Mur
5.10 Rangkuman
99
1) Penggambaran roda gigi menggunakan lambang yang telah standar.
2) Pada gambar kerja, data yang tidak dapat diinformasikan dengan gambar, antara
lain jumlah gigi dibuat dalam tabel.
3) Penggambaran pegas, dapat dibuat dengan lambang atau digambar tampak
sebenarnya.
4) Pada gambar kerja, informasi yang tidak jelas jika digambar diinformasikan
dengan kalimat, antara lain jumlah lilitan.
5) Baik roda gigi maupun pegas, contoh gambar kerja yang terdapat pada buku ini
dapat dijadikan sebagai acuan.
5.11 Pertanyaan
100
Latihan 1
Gambar “Susunan Roda Gigi” berikut ini mempunyai data : jarak sumbu =75 mm,
jumlah gigi=21, modul= 2, data alur pasak diambil dari tabel, ukuran lain diukur dari
gambar. Buatlah gambar kerja nomor bagian 1, 2 dan 3; dengan ketentuan seperti
berikut.
1. Lengkap dengan ukuran, toleransi (bagian yang berpasangan menggunakan suaian
longgar) dan kondisi permukaan.
2. Tentukan nama bagian dan bahan yang sesuai dengan fungsinya.
Latihan 2
101
Buatlah gambar kerja pegas (ujung dirapatkan dan digerinda) jika diketahui:
diameter kawat= 6 mm, panjang rapat= 60 mm, diameter tusuk= 26 mm, beban
awal= 1050 N, beban kerja= 1480 N, langkah= 5 mm, pertimbangan modulus geser=
81000 N/mm2, konstanta pegas= 86 N/mm, tegangan geser izin= 610 N/mm2,
panjang bebas= 82 mm, panjang bebas= 82 mm, arah lilitan kanan, jumlah lilitan
yang menerima beban= 6, jumlah lilitan seluruhnya= 8, beban maksimum= 1900 N.
Latihan 3
Gambarkan sebuah baut dan mur dengan bentuk kepala baut segi enam sebagai
pengikat komponen mesin yang berpasangan seperti : tuas engkol pada sepeda motor
yang harus diikat dengan baut/mur agar tidak mudah terlepas. Dimensi baut/mur
direncanakan sesuai dengan yang ada dijual di pasaran.
102
2
5.12 Model Jawaban
1 0,05 A
0,05
0,05
0.01
A
0,05 A
0,05 B
3 0,05 B
3 x 45 0
B
Latihan 2
Di Lf
D
D0
Latihan 3
105
5.13 Tindak Lanjut
Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1 70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir
106
DAFTAR PUSTAKA
1. Berg, H. Van Den dan Gijzels, H.H. 1979. Menggambar dan Membaca Gambar
Mesin. Penerjemah: Poernomo-Soemarto. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
2. Boundy, A.W. 1985. Engineering Drawing. second edition. Sydney: Mc-Graw
Hill Book Company.
3. Christgau dan Schmatz. 1995. Menggambar Teknik Kejuruan Logam.
Penerjemah: Sugeng, dkk. Bandung: Angkasa.
4. Giesecke, Frederick E. et. all. 1985. Technical Drawing With Computer
Graphics. Seventh edition. New York: Macmillan Publishing Co, Inc.
5. Hantoro, Sirod dan Parjono. 1983. Menggambar Mesin 1. Yogyakarta: PT.
Hanindita.
6. Jensen, Cecil and Helsel, Jay D. 1985. Engineering Drawing and Design. Third
edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
7. La Heij, J dan De Bruijn, LA. 1991. Ilmu Menggambar Bangunan Mesin.
Cetakan keenam. Penerjemah: Soekiran. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
8. Luzadder, Warren J. 1986. Menggambar Teknik Untuk Desain, Pengembangan
Produk dan Kontrol Numerik. Edisi kedelapan. Penerjemah: Hendarsin H.
Jakarta: Erlangga.
9. Sato, G. Takeshi dan N. Sugiarto H. 1994. Menggambar Mesin Menurut
StandarIso. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
107
TAKARIR
108
proyeksi.
Panjang sebenarnya : True length, garis yang dipakai untuk
melukiskan panjang garis pada gambar
bentangan.
Penampang lintang : Bentuk geometris benda bila dipotong tegak
lurus sumbu tengah.
Penampang memanjang : Bentuk geometris benda bila dipotong sejajar
dengan sumbu tengah.
Prisma : Bentuk geometris yang mempunyai bentuk
sama sepanjang bendanya.
Radius netral : Jarak dari sumbu tengah ke garis netral yang
melengkung.
Radius dalam : Jarak dari sumbu tengah ke permukaan plat
bagian dalam yang melengkung.
Sumbu tengah : Garis yang menunjukkan tengah benda.
Sumbu netral : Garis yang membatasi daerah yang terkena
gaya tekan dan gaya tarik.
Silinder tegak : Silinder bila dipotong tegak lurus sumbu,
berbentuk lingkaran , kedua ujungnya
berbentuk lingkaran.
Silinder oblik : Silinder bila dipotong tegak lurus sumbu,
berbentuk elip, keduanya ujungnya berbentuk
lingkaran.
Skala gambar : Perbandingan ukuran pada gambar dengan
ukuran benda sesungguhnya.
Arsir : Yaitu garis-garis miring 450 sejajar dengan
jarak yang sama dengan tebal dan bentuk garis
tertentu untuk menunjukkan penampang
potongan suatu benda.
Potongan, penampang atau : yaitu gambar teknik untuk memperjelas
109
irisan pemahaman terhadap konstruksi benda dengan
menganggap atau membayangkan sebagian dari
benda dipotong atau dibuang sebagian.
Diagonal : Garis lurus dari sudut ke titik sudut lain yang
letaknya tidak bersebelahan.
Fungsional : Berguna
Oblik miring : Perspektif yang bersudut 180o dan 45 0
Ortogonal : Suatu metode proyeksi yaitu metode proyeksi
sudut pertama dan ketiga untuk
menggambarkan suatu benda pada sebuah
bidang.
Silindris : Bentuk silinder
Toleransi : Selisih penyimpangan ukuran membesar yang
bisa digunakan dan selisih ukuran mengecil
yang dapat diterima oleh semua pekerja dan
perusahaan industri.
Toleransi Bentuk : Batasan penyimpangan yang diizinkan dari
suatu bentuk benda kerja terhadap bentuk
benda kerja yang ideal.
Toleransi Posisi : Batasan penyimpangan posisi yang diizinkan
dari suatu benda kerja terhadap posisi suatu
pasangan dari dua atau beberapa benda kerja
yang berpasangan sempurna.
ISO : Kependekan dari International Standartization
for Organization yang berkedudukan di Swiss
yang mengatur dan mengawasi standart,
ukuran, managemen dan kualitas produk
seluruh anggotanya di seluruh dunia.
JIS : Japan International Standart
110
PENJURUS
Interpretasi, 1
Zigzag, 28
Garis rantai titik ganda, 35
Toleransi linier, Toleransi geometri, 43, 57, 58
Sistem basis lubang dan sistem basis poros, 45, 65, 66
Toleransi dan suaian, 46
Toleransi Standar Internasional (IT), 47, 48, 49, 50
Gambar kerja, 61, 71
Roughness arithmatic, 74, 76
Konfigurasi permukaan, 76
Tanda Pengerjaan, 74, 75, 76, 77,
Kekasaran, 74, 78, 79, 81, 82
Punching tool, 83
Gambar susunan, 100
111
112