Anda di halaman 1dari 112

BAB I

BENTANGAN/BUKAAN

1.1 Pendahuluan

Pada Bab ini yaitu membahas tentang Bentangan/bukaan Lanjut suatu benda
Silinder/Persegi Panjang. Gambar bukaan sering disebut juga dengan gambar
bentangan. Gambar tersebut menggambarkan secara datar atau dalam satu bidang
saja suatu permukaan benda yang biasanya mempunyai beberapa bidang. Benda
geometris silinder adalah benda-benda yang mempunyai bentuk geometris dasar
silindris, seperti: silinder, pipa silindris. Bentuk silindris dapat juga dipandang
sebagai prisma segi banyak. Benda persegi adalah benda-benda yang mempunyai
bentuk dasar persegi, seperti : balok, kubus, prisma segi tiga, prisma segi banyak.
Setelah belajar dengan buku ini, maka mahasiswa dapat melukis, membuat bukaan
pola, membuat mal atau pola yang memenuhi syarat, interpretasi pekerjaan standar
dan simbol yang sesuai, dan memperkirakan jumlah material yang dibutuhkan sesuai
dengan gambar.
Kompetensi tersebut akan membantu mahasiswa dalam membuat mal yang
akan bermanfaat dalam membentuk atau mewujudkan benda-benda yang mempunyai
bentuk dasar persegi atau silinder secara benar dan teliti, ketika mereka di dunia
kerja.

1.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan ketentuan garis arsir dengan benar,


2. Mahasiswa dapat membuat bermacam-macam bentuk bentangan dengan
benar,
3. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip gambar bentangan dengan benar,
4. Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam sambungan plat dengan benar,
5. Mahasiswa dapat menjelaskan ketentuan - ketentuan untuk menggambar
potongan dengan benar,
6. Mahasiswa dapat menggambar bermacam-macam bentuk bentangan benda kerja
dari bahan plat lembaran dengan benar.

1
1.3 Prasyarat

Dalam mempelajari modul ini, siswa harus mempunyai pengetahuan atau


kemampuan awal yang berupa :

1. Pengetahuan tentang gambar proyeksi ortogonal dan gambar bentuk atau gambar
piktorial.
2. Pengetahuan tentang Simbol gambar, simbol pengerjaan, penunjukkan ukuran atau
dimensi.
3. Kemampuan menggunakan alat-alat gambar, seperti pensil, penggaris, sepasang
penggaris segi tiga, busur derajat, mal lengkung, dan jangka dengan benar.
4. Kemampuan menggunakan alat-alat potong, seperti gunting kertas, gunting plat
dengan teliti dan benar.
5. Pengetahuan tentang sifat dan melukis bentuk geometris seperti : persegi, silinder,
lingkaran, elip dan sebagainya.
6. Menentukan keliling atau luas bentuk persegi panjang, silinder, lingkaran, dan
elip.
7. Kemauan bekerja secara teliti dan benar.

1.4 Pembuatan Gambar Bentangan Dengan Metode Garis Sejajar

Pembuatan pola (mal) suatu benda dengan metode garis sejajar mendasarkan
pada meletakkan bentuk pola pada deretan garis-garis sejajar. Semua benda yang
termasuk dalam kelompok prisma dapat dikembangkan dengan metode garis sejajar.
Benda berbentuk prisma ditandai dengan bentuk yang sama pada penampang
melintang dan sepanjang benda tersebut. Metode pembuatan gambar bentangan ini
sering dikenal dengan cara menggelindingkan permukaan benda pada permukaan
datar.
Benda yang termasuk dalam kelompok prisma adalah prisma segi empat dan
prisma segi banyak atau silinder. Dari bentuk penampang lintangnya , prisma
dibedakan menjadi dua, yaitu; prisma tegak (right prism) dan prisma miring/oblik
(Oblique prism). Perbedaan tersebut menyebabkan ada perbedaan dalam
penggunaan.

2
Garis Lipatan

Gambar 1.1 Prisma Tegak dan Bentangannya

Gambar 1.2 Prisma Oblik dan Bentanganya

3
Cara membuat gambar bentangannya :

1. Buat lebih dulu gambar proyeksinya, misalnya dari tampak muka (elevation) dan
tampak atas (plan) , beri tanda ujungnya dengan titik A, B, C, dan D.
2. Bayangkan bila prisma digelindingkan sesuai arah anak panah, maka akan
terbentuk bentangan permukaan prisma pada bidang datar. Gambar bentangan
menjadi seperti yang tampak pada gambar 1.1 dan
3. Titik-titik A, B, C, dan D menjadi titik A’, B”, C”, dan D’. Garis strip-titik
pada gambar bentangan menunjukkan garis lipat untuk membentuk bentangan
menjadi bentuk prisma seperti pada gambar 1.2. Berikut ini ditunjukkan benda
berbentuk silinder tegak dan silinder oblik, disertai gambar bentangan, pola, atau
patennya. Lihat Gambar 1.3.
4. Silinder Tegak dan Gambar 1.4. Silinder Oblik. Perhatikan beda bentuk dan
penampang lintangnya.

Perhatikan beda bentuk dan penampang lintangnya.

Gambar 1.3 Silinder Tega dan Bentangannya

4
Bambar 1.4 Silinder Oblik dan Bentangannya

Perlu diketahui bahwa bentangan silinder oblik lebih pendek dari bentangan
silinder tegak. Pada gambar bentangannya, garis-garis sejajar, 1, 2, sampai 7
jaraknya tidak sama. Pembuatan bentangannya pada dasarnya cenderung sama
dengan pada pembuatan bentangan prisma terdahulu. Pada silinder tidak ada sudut
pada sekelilingpermukaannya. Dengan membagi keliling menjadi 12 bagian atau
lebih, maka memudahkan penentuan posisi titik-titik tersebut pada bidang datar ,
sehingga bentangannya tampak seperti pada Gambar 1.3 dan Gambar 1.4. Cara
melukis panjang garis 1-2 dengan mengukur tali busur, dapat menyebabkan
kesalahan. Tetapi kesalahannya hanya 1,14 %, sering dianggap tidak penting
( Dickason, 1978 ).
Kesalahan penggambaran ini lebih kecil dari kesalahan akibat pelukisan garis
pada garis tepi gambar bentangan.

1.5 Garis Perpotongan Antara Dua Benda.

Suatu benda sering dikonstruksi dengan lebih dari satu bagian. Perpotongan
antara bidang permukaan bagian-bagian benda, menjadi hal yang penting dalam
pembuatan gambar bentangan atau mal. Bagaimana melukis garis perpotongan,

5
dipelajari pada saat belajar gambar proyeksi. Penggunaan gambar bentangan atau
pembuatan mal, berkaitan dengan pembuatan konstruksi benda yang menggunakan
plat, misalnya: corong, cerobong, saluran udara atau gas, saluran air, kotak-kotak,
kabinet, dan sebagainya. Pengerjaan konstruksi tersebut melibatkan, penekukan,
pelipatan, pengerolan, pelubangan, dan penyambungan. Proses pembentukan sering
mengakibatkan ukuran benda menjadi bertambah. Penekukan atau pengerolan plat
menyebabkan plat berubah bentuk dan berubah ukurannya. Perubahan yang berupa
pertambahan panjang plat, perlu diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan plat
sebelum ditekuk atau dirol.

 Perhitungan pada pengerolan Pelat lembaran.

Gambar 1.5 Ilustrasi Hasil Pengerolan

Keterangan :
T : tebal plat
X : jarak antara radius netral dengan radius dalam
R : radius garis netral
R : radius dalam
Radius Garis Netral : R = r + x --- nilai x diambil dari Tabel 1.
Panjang Bahan Total : L = 2 π R

6
Untuk Corong yang bentuknya prisma segi empat, perhitungan pada uraian
materi 5 dapat dibaca. Standar pekerjaan. Pembuatan suatu benda atau produk
meliputi : pemilihan jenis bahan, tebal bahan, dan cara pengerjaannya. Pembuatan
sangat perlu dilakukan dengan benar, agar penggunaan produk menjadi bermanfaat,
kualitasnya baik, hemat biaya, dan dapat dilaksanakan dengan mudah. Misalnya,
sebuah instalasi pipa air untuk mengalirkan air minum dengan kapasitas aliran
tertentu akan membutuhkan jenis pipa dari bahan yang tak membahayakan manusia,
ukuran diameter tertentu, sistem sambungan tertentu, cara pengerjaan dan
kelonggaran ukuran tertentu. Semua yang diuraikan tersebut harus memenuhi standar
pekerjaan. Kualitas produk ditentukan oleh: alat atau mesin yang digunakan , dan
pengerjaannya. Ketelitian ukuran penting sekali bagi suatu produk, terutama bagi
produk yang terdiri dari bagian-bagian. Pembuatan bagian benda yang satu harus
terpasang tepat dengan bagian benda yang lain, sehingga ketepatan ukuran menjadi
penting. Ketepatan ukuran ditentukan oleh ketelitian dalam pembuatan, semakin teliti
akan semakin sulit dan perlu banyak biaya dalam pembuatannya. Maka ditentukan
batas kelonggaran ukuran atas ketepatan atau ketelitian pada pembuatan suatu benda
atau produk, agar benda dapat terwujud dan dapat dilaksanakan dengan efisien.
Kelonggaran ukuran menunjukkan penyimpangan ukuran yang masih dimungkinkan
dalam pembuatan suatu benda. Kelonggaran ukuran sangat penting pada pembuatan
bagian-bagian yang harus dipasangkan atau disambung.

Dalam pembuatan produk, keselamatan pekerja dan keselamatan alat atau


mesin yang digunakan, serta produk yang dibuat sangatlah penting. Kesungguhan,
kehati-hatian dalam bekerja dan tanggap akan sesuatu yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja akan membantu pelaksanaan pembuatan suatu produk , menghemat
beaya dan terhindar dari kerugian-kerugian yang tidak perlu.

1.6 Contoh Soal

Contoh 1.

1. Buat gambar pandangan depan dan pandangan atas seperti gambar berikut ini.

7
5
4

3
2
P. Atas
Depan

Prisma

3,4 2,5 1
P. Depan

Gambar 1.6 Prisma

2. Setelah itu tarik garis proyeksi dari gambar pandangan depan kesamping setinggi
sisi masing-masing (sisi 1, sisi 2, sisi 3, sisi 4, dan sisi 5)
5
4

3
2
P. Atas

3,4 2,5 1
P. Depan

Gambar 1.7 Garis proyeksi prisma

3. Tentukan titik 1′ sembarang disamping sisi 1, tarik garis tegak lurus dari titik 1′
setinggi sisi 1 (seperti gambar di atas).
4. Setelah itu tentukan titik 2′ dan tarik garis tegak lurus yang tingginya sama dengan
sisi 2, untuk jarak sisi 1′ ke sisi 2′diukur sisi 1 ke sisi 2 dari pandangan atas.
5. Begitu seterusnya untuk sisi 3′, 4′, 5′, dan kembali ke sisi 1′.

8
Gambar 1.8 Perpotongan garis proyeksi horizontal dan vertikal

6. Hubungkan tinggi sisi 1′ ke tinggi sisi 2′ dan dari tinggi sisi 2′ ke tinggi sisi 3′ dan
seterusnya untuk tinggi sisi 4′, tinggi sisi 5′ dan kembali ke tinggi sisi 1′ .
5
4

2
P. Atas

3,4 2,5 1 1' 2' 3' 4' 5' 1'


P. Depan

Gambar 1.9 Menghubungkan titik-titik menjadi bentuk garis

7. Setelah semua tinggi sisi-sisi dihubungkan maka terlihat bentangan untuk prisma
terpancung seperti gambar di atas.

9
5
4

2
P. Atas

3,4 2,5 1 1' 2' 3' 4' 5' 1'


P. Depan Bentangan

Gambar 1.10 Bentuk bentangan prisma


Contoh 2

1. Buat pandangan depan dan atas dari gambar silinder dibawah ini.

Silinder

Gambar 1.11 Silinder

2. Bagi dua belas bagian dari silinder seperti gambar disamping ini
3. Beri penomoran untuk masing-masing sisi dan ditempatkan searah jarum jam
seperti gambar berikut ini.

10
10
9 11

8 12

7 1

6 2

5 3
4

P. Atas

7 6, 5,9 4,10 3,1 2,1 1


8 1 2

P. Depan

Gambar 1.12 Pembagian Sudut Silinder

4. Tarik garis proyeksi mulai sisi 1, 2, 3, 4 dan seterusnya kesebelah kanan seperti
terlihat pada gambar.
5. Tentukan titik 1’ sembarang dan juga titik 2’, 3’, 4’, sedangkan jarak titik 1’ ke 2’
diukur dari pandangan atas begitu juga untuk jarak titik 2’ ke 3’ dan seterusnya.
6. Dari titik 1’ tarik garis tegak lurus setinggi sisi 1 juga untuk titik 2’ tarik garis
tegak lurus setinggi sisi 2 begitu juga seterusnya untuk sisi-sisi yang lain seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.

11
10
9 11

8 12

7 1

6 2

5 3
4

P. Atas

7 6,8 5,9 4,10 3,11 2,12 1 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7' 8' 9' 10' 11' 12' 1'

P. Depan

Gambar 1.13 Menghubungkan titik-titik menjadi bentuk garis

7. Setelah itu hubungkan sisi 1’ ke 2’, 2’ ke 3’ dan 3’ ke 4’ maka akan didapat


bentangan dari sisi silinder seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

12
10
9 11

8 12

7 1

6 2

5 3
4

P. Atas

7 6,8 5,9 4,10 3,11 2,12 1 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7' 8' 9' 10' 11' 12' 1'

P. Depan Bentangan

Gambar 1.14 Bentuk bentangan silinder

13
Contoh 3
5 6

4 O
1

O
2
3

P. Atas

4 3,5 2,6 1

P. Depan

Gambar 1.15 Dua pandangan Piramida

a. Buat gambar pandangan depan dan gambar pandangan atas dari piramida miring
segi enam seperti gambar di atas.
b. Beri penomoran pada ke enam sisi-sisinya dan penempatannya searah jarum jam
dan titik puncaknya adalah titik O.
c. Untuk bentangan dari sisi-sisi piramida harus menggunakan panjang garis sejati
dalam pengembangannya dan ada dua metode (cara) yang dapat dilakukan yaitu :
a). Dengan metode putar untuk semua sisi-sisi dari piramida dan,
b). Dengan memproyeksikan hanya satu sisi saja dari sisi-sisi piramida.

14
5 6

O 1' 2',6' 3',5' 4'


4
1

O O’
3 2

P. Atas

2',6' 3',5' 4'


4 3,5 2,6 1 1'

P. Depan Diagram Panjang Sejati

Gambar 1.16 Garis-garis proyeksi

a. Diagram panjang sejati dengan metode putar.


b. Dengan meletakkan mata jangka pada titik O maka diputar (diproyeksikan) sisi 1,
2, 3, 4, 5, dan 6 maka akan didapat titik-titik 1’, 2’, 3’, 4’, 5’, dan 6’ sedangkan
titik puncaknya adalah O’ sama tinggi dengan titik puncak O.
c. Dari titik 1’, 2’, 3’, 4’, 5’, 6’ ditarik garis tegak lurus ke bawah maka akan didapat
titik-titik 1’, 2’, 3’, 4’, 5’, dan 6’ lalu hubungkan ke titik puncaknya yaitu O’
maka O’1’, O’2’, O’3’, O’4’, O’5’, dan O’6’ adalah panjang garis sejati dari sisi-
sisi piramida miring seperti terlihar pada gambar di atas.
d. Untuk bentangannya tentukan titik O” dan ambil sisi yang terpanjang dari
diagram panjang sejati yaitu sisi O’4’ kemudian mata jangka letakkan pada titik
O” dan buat garis setengah lingkaran atau lebih yang panjangnya sama dengan
O’4’ kemudian tentukan titik 1” yang panjangnya sama dengan O’1’. Setelah itu
tentukan titik 2”, 3”, 4”, 5”, 6” dan kembali ke 1” yang jaraknya diukur dari

15
pandangan atas 1 ke 2, 2 ke 3, 3 ke 4, 4 ke 5, 5 ke 6 dan 6 kembali ke 1 dan
panjangnnya diambil dari diagram panjang sejati maka akan didapat sisi-sisi
O”1”, O”2”, O”3”, O”4”, O”5”, O”6” dan kembali ke O”1”, lantas hubungkan
titik 1” ke 2”, 2” ke 3”, 3” ke 4”, 4” ke 5”, 5” ke 6” dan kembali dari 6” ke 1”,
maka akan terlihat bentangan dari piramida miring seperti gambar di bawah ini.

O”

1"
1"

2"
6"

3"
5"

4"

Bentangan

Gambar 1.17 Bentangan piramida

Contoh 4

Sebuah corong yang terpasang pada sebuah konveyor ulir, yang tampak seperti pada
gambar, terbuat dari plat tebal 0,5 mm. Untuk membuat corong tersebut, perlu dibuat
gambar bentangannya. Buatlah gambar bentangannya dan buatlah malnya yang
terbuat dari seng tebal 0.3 mm. Corong dibuat dengan cara diroll, sambungan
dilakukan dengan dilipat, kelonggaran - 0,5 mm dan + 0,5 mm.

16
Gambar 1.18 . Corong – Silinder Tegak

Langkah Kerja Membuat Gambar Bentangan dan Mal

a) Gambar kembali bagian corong yang akan dibuat gambar bentangannya dalam
bentuk gambar proyeksi dengan benar bentuknya dan teliti ukuran, serta sudut-
sudutnya. Ukuran garis tengah pada gambar, diambil garis tengah pipa yang akan
dibuat, diukur pada bagian luarnya.
b) Kenali bahwa corong terdiri dari dua silinder yang berbentuk silinder tegak
(walaupun posisinya miring).
c) Lukislah setengah lingkaran pada bagian ujung atas silinder, dibagi menjadi 6
bagian. Berilah nomor 1 sampai 7 pada titiktitik pembagian.
d) Buatlah garis-garis sejajar yang dimulai dari titik-titik 1 sampai 7, sejajar dengan
sumbu tengah, sehingga memotong garis perpotongan kedua silinder AB,
diteruskan sehingga memotong ujung/bidang DC.
e) Bagian corong atas dibentangkan ke arah mendatar. Garis pada pembagian
setengah lingkaran, dipindahkan sepanjang garis 1’ 7’ 1”. Buat garis- garis sejajar
tegak lurus dengan garis 1’ 1” sampai memotong garis-garis mendatar yang
diproyeksikan dari garis sambungan AB. Titik-titik perpotongan yang diperoleh,

17
bila dibuat garis, akan membentuk kurve atau garis lengkung, yang merupakan
kurve sambungan.
f) Bagian corong bagian bawah dibentangkan ke arah kanan ditinjau dari sumbu
tengah. Gambar bentangan bagian ini, diperoleh dengan memproyeksikan dari
titik-titik pada garis sambungan AB dan juga memproyeksikan titik-titik pada
garis CD, ke arah kanan tegak lurus sumbu tengah.
g) Pembagian menjadi 6 bagian pada setengah lingkaran, dipindahkan pada garis
yang dibuat melalui titik D ke kanan, menghasilkan 7 garis sejajar yang tegak
lurus dengan garis tersebut. Diperoleh 1’ sampai 7’.
h) Membuat garis lengkung atau kurve melalui titik perpotongan antara garis-garis
sejajar tersebut dengan garis proyeksi dari titik-titik pada AB, diperoleh kurve
sambungan; sedangkan dengan garis proyeksi dari DC diperoleh kurve ujung
bawah dari corong.
i) Periksakan pada guru apakah gambar bentangannya sudah benar dan teliti.
j) Potonglah gambar bentangan yang terbuat dari kertas, tepat pada garis yang ada,
dengan gunting yang tajam, jadilah mal dari kertas.
k) Tempelkan dengan baik mal kertas ke plat seng yang telah disediakan, buat garis
sesuai dengan tepian mal kertas, dengan penggores yang tajam.
l) Potonglah seng , tepat pada garis yang ada..
m) Kikir tepian mal pada bagian yang akan disambung, sampai ukurannya berkurang
satu tebal plat 0,5 mm (rencana dilipat), dan tepian seng tidak tajam, yang dapat
melukai tangan.
n) Cobalah mal dari seng dirol agar membentuk model dari bentuk corong yang akan
dibuat.
o) Bila ternyata tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan, cobalah cari letak
kesalahannya.
p) Ulangi langkah pembuatan mal secara lebih teliti.
q) Bila sudah seperti yang dikehendaki, maka buatlah mal seng lagi, dengan
tambahan 6 mm dan 5 mm sesuai dengan rencana sambungan lipat.

18
Gambar kerja :

Gambar 1.19 . Bentangan corong coveyor

Gambar 1.20 Mal Corong Conveyor

19
1.7 Rangkuman

Benda berbentuk prisma dibedakan menjadi : prisma tegak , contoh : silinder


tegak, piramida, pipa tegak, prisma segi empat tegak, dan prisma oblik , contoh :
silinder oblik, pipa oblik, prima segi empat oblik. Pipa tegak ditandai dengan
penampang lintang berbentuk lingkaran dan bila dipotong miring membentuk elips,
dan dipotong memanjang berbentuk segi empat. Pipa oblik ditandai dengan
penampang lintang berbentuk elips dan bila dipotong mendatar mempunyai bentuk
lingkaran. Pipa tegak dapat dikerjakan dengan cara mengerol, sedangkan pipa oblik,
disamping dirol juga masih perlu ditekan sisinya sehingga penampang lintangnya
membentuk sebuah elip, sedangkan kedua ujungnya membentuk lingkaran.
Standar pekerjaan. Pembuatan suatu benda atau produk perlu mengikuti
standar pekerjaan, misal dalam pemilihan jenis bahan, tebal bahan, dan cara
pengerjaannya. Pembuatan sangat perlu dilakukan dengan benar, agar penggunaan
produk menjadi bermanfaat, kualitasnya baik, hemat biaya, dan dapat dilaksanakan
dengan mudah. Kelonggaran ukuran. Kelonggaran ukuran menunjukkan
penyimpangan ukuran yang masih dimungkinkan dalam pembuatan suatu benda.
Kelonggaran ukuran sangat penting pada pembuatan bagian-bagian yang harus
dipasangkan atau disambung.

Keselamatan pekerja dan keselamatan alat atau mesin yang digunakan, serta
produk yang dibuat sangatlah penting. Kesungguhan, kehati-hatian dalam bekerja
dan tanggap akan sesuatu yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja akan membantu
pelaksanaan pembuatan suatu produk , menghemat biaya dan terhindar dari kerugian-
kerugian yang tidak perlu.

20
1.8 Pertanyaan

1. Gambarkan seperti apa penampang lintang sebuah silinder tegak.


2. Gambarkan bagaimana penampang memanjang sebuah silinder.
3. Bagaimana menghitung keliling lingkaran.
4. Bagaimana melukis garis perpotongan dua silinder.
5. Apa perbedaan busur lingkaran dan tali busurnya.
6. Jelaskan apa akibatnya, bila dalam melukis garis sejajar atau garis tegak lurus,
dilakukan dengan tidak teliti.
7. Mengapa dalam membuat gambar bentangan/mal diambil sekala gambar 1 : 1

21
1.9 Model jawaban

1. Penampang lintang sebuah silinder adalah sebuah lingkaran, (mahasiswa dapat


membuat lukisan).
2. Penampang memanjang sebuah lingkaran adalah empat persegi panjang.
3. Keliling lingkaran dapat dihitung dengan rumus : 2 π R.
4. Dengan menggunakan lukisan proyeksi ortogonal.
5. Busur lingkaran adalah garis lengkung yang menghubungkan dua titik, sedangkan
tali busur adalah garis yang menghubung kedua titik tersebut secara lurus. Jadi
tali busur lebih pendek dari pada busurnya.
6. Bila dalam melukis garis sejajar atau garis siku tidak teliti, maka akibatnya,
gambar proyeksi atau gambar bentangan yang dihasilkan tidak benar.
7. Dengan sekala gambar 1 : 1, artinya ukurannya sudah sama dengan ukuran benda
yang akan dibuat, sehinnga dapat segera dimalkan pada plat yang akan dibuat
menjadi benda.

22
1.10 Tindak lanjut

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat melukis gambar bentangan,


membuat mal untuk penyambungan dua pipa yang berpotongan membentuk sudut,
yang terdiri mal untuk membuat lubang dan mal sisi sambungan pipa yang lain.
kedua pipa akan disambung dengan las.

1.11 Daftar Tilik Penampilan

Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1
70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir

23
BAB II
PRINSIP POTONGAN

2.1 Pendahuluan

Gambar potongan adalah untuk memberikan informasi yang lengkap, apakah


gambar berongga atau berlubang perlu menampilkan gambar dengan teknik
menggambar yang tepat. Kadang-kadang gambar tampak lebih rumit karena adanya
garis-garis gambar yang tidak kelihatan. Oleh karena itu, garis-garis gores yang akan
menimbulkan salah pengertian (salah informasi) perlu dihindari, yaitu dengan
menunjukkan gambar potongan/irisan.
Gambar potongan atau irisan fungsinya untuk menjelaskan bagian-bagian
gambar benda yang tidak kelihatan, misalnya dari benda yang dibor (baik yang dibor
tembus maupun dibor tidak tembus) lubang-lubang pada flens atau pipa-pipa,
rongga-rongga pada rumah katup, dan rongga-rongga pada blok mesin. Bentuk
rongga tersebut perlu dilengkapi dengan penjelasan gambar potongan agar dapat
memberikan ukuran atau informasi yang jelas dan tegas sehingga terhindar dari
kesalahpahaman membaca gambar.

2.2 Tujuan Khusus

1). Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis tanda garis sumbu potong.


2). Mahasiswa dapat membuat garis arsiran dari berbagai macam bahan dengan
benar.
3). Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip potongan dengan benar.

4). Mahasiswa mengetahui macam-macam bentuk potongan


5). Mahasiswa dapat menjelaskan ketentuan-ketentuan untuk menggambar potongan
dengan benar,
6). Mahasiswa mampu menggambar bermacam-macam potongan benda kerja dengan
benar.

2.3 Prasyarat

Sebelum mempelajari modul ini mahasiswa harus fokus terhadap beberapa


hal sebagai berikut :

24
a. Mengenal dasar-dasar menggambar Teknik
b. Mengetahui macam-macam bentuk benda visualisasi
c. Mengetahui jenis-jenis garis sumbu potong dan arah pemotongan
d. Mengetahui berbagai jenis potongan benda kerja

2.4 Potongan

Untuk memperlihatkan bagian dalam yang berongga dari benda pada gambar,
seperti lubang bor dipergunakan gambar potongan (section), sehingga dihasilkan
gambar dengan bentuk yang lebih jelas karena garis putus–putus berubah menjadi
garis tebal. Jika tidak membantu pada gambar potongan, garis yang terhalang tidak
perlu digambar.
Gambar potongan atau irisan dapat dijelaskan dengan menggunakan
pemisalan benda yang dipotong dengan gergaji (gambar 2.2).

2.5 Tanda Arah Sumbu Potong

Untuk menjelaskan gambar yang dipotong, perlu adanya tanda pemotongan


yang sudah ditetapkan sesuai dengan aturan – aturan menggambar teknik. Tanda
pemotongan ini terdiri atas :

 Tanda pemotongan dengan garis sumbu dan kedua ujungnya ditebalkan.


 Tanda pemotongan dangan garis tipis bergelombang bebas.
 Tanda pemotongan dengan garis tipis berzigzag.

= Gambar 2.1 Tanda garis pemotongan

25
2.5.1 Potongan Penuh (potongan dalam satu bidang)

Terjadinya gambar potongan seluruh diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2 Penjelasan Mengenai Potongan Penuh

Catatan :

a. Apabila digambar dengan pandangan lain, maka gambar pandangan tersebut tetap
utuh (proyeksi yang tidak dipotong), seperti diperlihatkan pada gambar.
b. Perubahan garis dari gambar pandangan ke gambar potonga diperlihatkan oleh A.
c. Bagian pejal yang terpotong diberi garis arsir B.

26
Gambar 2.3 Potongan penuh dengan pandangannya

2.5.2 Potongan Setengah

Gambar potongan setengah hanya berlaku untuk gambar simetri, sehingga


sebagian merupakan gambar potongan dan sebagian lagi gambar pandangan, lihat
gambar

Gambar 2.4 Potongan setengah

Catatan :

a. Sisi lubang yang digambar hanya yang tampaknya saja (A);


b. Bagian pejal yang terpotong diarsir (B);
c. Garis putus – putus tidak perlu gigambar lagi, karena gambar sudah jelas (C);
d. Batas potongan digambar oleh garis rantai tipis titik tunggal (D).

27
2.5.3 Potongan Setempat (sebagian)

Potongan setempat/sebagian cocok digunakan apabila hanya diperlukan


sebagian dari benda yang ingin diperlihatkan atau untuk dipotong memanjang,
misalnya alur pasak pada poros.

Gambar 2.5 Potongan setempat (sebagian)

Catatan:
Batas potongan digambarkan dengan garis tipis kontinyu bergelombang atau zigzag
(E)

2.5.4 Arsiran Suatu Potongan

Fungsi arsiran adalah untuk menunjukan bidang terpotong pada gambar.


Sedangkan bentuk arsiran pada umumnya dibuat dengan garis tipis kontinyu yang
sejajar dengan kemiringan 450 terhadap sumbu utama atau garis patokan.

Gambar 2.6 Bentuk Arsiran

28
1). Arsiran untuk Gambar Susunan

Untuk gambar susunan yang sama harus diarsir dengan cara yang sama.
Sedangkan arsiran untuk benda yang berdempetan dibuat dengan arah atau jarak
yang berbeda lihat gambar.

Gambar 2.7 Arsiran untuk gambar susunan

2) Arsiran untuk Bidang yang luas

Untuk bidang yang luas, arsiran dapat dibatasi pada daerah tepi bidang yang
diarsir, lihat gambar

Gambar 2.8 Batas arsiran

3). Arsiran untuk Bidang Potongan yang Berbeda dan Sejajar

Untuk bidang potongan yang berbeda dan sejajar, arsiran harus tetap sama
tetapi harus bergeser sepanjang garis bagi antara kedua bidang potong, lihat gambar :

29
Gambar 2.9 Arsiran pada potongan sejajar

 Arsiran dan Keterangan

Arsiran harus dihilangkan untuk tempat keterangan, apabila keterangan


tersebut tidak dapat ditempatkan di luar bidang potong lihat gambar :

Gambar 2.10 Arsiran dan keterangan

 Arsiran untuk Menunjukkan Macam Bahan

Apabila arsiran dengan bentuk yang berbeda, arti arsiran di sini harus
ditunjukkan dengan jelas pada gambar atau dengan menunjukan standar tertentu
yang dipakai, lihat gambar :

30
Gambar 2.11 Arsiran untuk macam–macam bahan

 Arsiran untuk Bidang Potongan yang Tipis

a. Potongan benda tipis dapat diperlihatkan dengan menghitamkan seluruh


bidang. Apabila cara ini dipakai pada gambar susunan, suatu jarak antara
tidak boleh lebih kecil dari 0,7 mm harus diberikan kepada benda yang
berdempetan.
b. Aturan untuk penempatan gambar potongan sama dengan aturan
penempatan pandangan. Kalau letak potongan tidak jelas atau diperlukan
perbedaan letak beberapa bidang potongan, maka letak bidang potong
ditandai dengan garis rantai tipis yang ditebalkan pada ujung dan perubahan
arah. Sedangkan arah pandangan ditunjukan dengan anak panah yang diberi
tanda dengan huruf besar.
c. Bagian benda yang tidak boleh dipotong pada bagian memanjang, yaitu rusuk
penguat, pengikat, poros, jari-jari roda, dan sesuatu yang serupa dengan itu,
tidak boleh dipotong dengan arah memanjang.

 Macam-Macam Arsiran
Hal – hal yang yang perlu diperhatikan pada gambar yang diarsir antara lain :
1. sudut dan ketebalan garis arsiran.
2. bidang atau pengarsiran pada bidang yang luas.
3. pengarsiran bidang yang berdampingan.
4. pengarsiran benda – benda tipis.

31
5. peletakan angka ukuran pada gambar yang diarsir. macam – macam garis
arsiran yang disesuaikan dengan bendanya

 Sudut dan ketebalan garis arsiran

Sudut arsiran yang dibuat adalah 450 terhadap garis sumbu utamanya, atau 450
terhadap garis batas gambar, sedangkan ketebalan arsiran digunakan garis tipis
dengan perbandingan ketebalan sebagai berikut (lihat tabel 2.1).

Tabel 2.1 Ketebalan macam – macam garis

Macam garis Ketebalan garis


(dalam mm)
Garis gambar / tepi 1,0 0,7 0,5
Garis gores 0,7 0,5 0,35
Garis tipis (arsir) 0,5 0,35 0,25

Contoh–contoh Potongan untuk bidang potong yang tipis:

Gambar 2.12 Potongan dalam satu bidang

Gambar 2.13 Potongan dalam dua bidang sejajar

32
Gambar 2.14 Potongan dengan bidang–bidang berdampingan

Gambar 2.15 Potongan yang diproyeksikan

Apabila potongan diputar dan digambar pada gambar pandangan, maka garis
tepi gambar potongan digambarkan dengan garis tipis kontinyu, biasanya digunakan
untuk memperlihatkan pandangan samping benda lihat gambar.

Gambar 2.16 Potongan yang diputar dan digambar pada gambar pandangan

Potongan yang dipindahkan dapat diletakkan dekat dengan pandangan yang


dihubungkan dengan garis rantai titik tunggal tipis lihat gambar :

33
Gambar 2.17 Potongan yang dipindahkan

Gambar 2.18 Potongan yang dipindahkan dengan cara konvensional

Potongan yang berurutan dapat disusun dengan cara seperti dtunjukan pada
gambar yang sekiranya memungkinkan dipandang dari tata letak dan pengertian
pembacaan gambar.

1).

34
2). 3).

Gambar 2.19 Gambar potongan berurutan

Apabila penggambaran bagian benda yang menempel pada objek yang


diperlukan, bagian ini harus digambarkan dengan garis rantai titik ganda. Bagian
gambar benda yang menempel tidak boleh menutupi objek utama, akan tetapi dapat
ditutupi dengan objek utama lihat gambar, benda menempel dalam potongan tidak
boleh diarsir.

Gambar 2.20 Bagian yang berdampingan dan dianggap perlu untuk digambar

35
2.6 Rangkuman

1. Fungsi gambar potongan adalah untuk memperlihatkan bagian yang terhalang,


umumnya bagian yang berongga antara lain lubang sehingga garis putus-putus
berubah menjadi garis tebal kontinyu.
2. Bagian pejal yang terpotong secara khayal ditunjukkan dengan garis arsir.
3. Terdapat tiga prinsip potongan, yaitu:
a. Potongan seluruh
b. Potongan separuh
c. Potongan lokal.
4. Untuk penyajian gambar potongan telah dibuat standar sehingga penyajiannya
harus selalu mengacu pada ISO.
5. Komponen yang tidak boleh dipotong pada arah memanjang, antara lain poros,
rusuk/penguat, batang ulir, ruji.

36
2.7 Pertanyaan

Soal:
1. Sebutkan macam-macam pemotongan
2. Jelaskan ketentuan-ketentuan pemotongan secara singkat
3. Kerjakan gambar berikut ini dengan skala 1:1 dan proyeksi Amerika.
a. Buatlah gambar potongan penuh (seluruhnya)

PENAMPANG A-A PENAMPANG B-B

b. Buatlah gambar potongan meloncat

37
c. Buatlah gambar potongan yang diputar

PENAMPANG A-A PENAMPANG B-B

d. Buatlah gambar potongan separuh atau potongan setengah, buat penampang


setengah pada pandangan kanan

(1)

(2)

38
2.8 Model Jawaban

1. Macam-macam pemotongan:
a. Pemotongan seluruhnya (pemotongan penuh)
1. Pemotongan melalui sumbu dasar
2. Pemotongan meloncat
3. Pemotongan yang diputar
b. Pemotongan separuh pemotongan setengah)
c. Pemotongan sebagian
d. Pemotongan yang diputar ditempat
e. Pemotongan berurutan

2. Ketentuan-ketentuan pemotongan:
a. Poros pejal, benda pejal, bola tidak boleh dipotong secara memanjang, tetapi
dengan pemotongan pemotongan sebagian.
b. Untuk penghematan proyeksi dilakukan dengan pemotongan diputar.
c. Baut dan mur tidak boleh dipotong secara memanjang, tetapi sama dengan
benda pejal.
d. Rusuk-rusuk, penguat, ruji-ruji, sirip-sirip dan pasak tidak boleh dipotong
dalam arah memanjang tetapi harus dalam arah melintang.
3. Penyelesaian gambar terlampir, dari a. sampai f.
a. Gambar potongan penuh atau potongan seluruhnya (penuh)

PENAMPANG POTONG A – A PENAMPANG POTONG B - B

39
b. Gambar potongan meloncat

A
A

PENAMPANG POTONG A – A

PENAMPANG POTONG A – A

c. Gambar potongan separuh (setengah)


PENAMPANG POTONG A
A

40
Gunakan Garis Sumbu untuk, memisahkan Setengah Penampang
d. Gambar potongan separuh atau potongan setengah

DARI PANDANGAN YANG TETAP

PENAMPANG POTONG A

PENAMPANG POTONG A

41
2.9 Tindak Lanjut

Setelah pemaparan materi dalam bab ini yang telah menguraikan beberapa
permasalahan dan fungsi pemotongan pada suatu benda kerja, maka diharapkan
mahasiswa mengetahui dan mampu untuk memperaktekkannya dalam penyajian
sebuah gambar potongan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan
pada bab ini.

Untuk menjadi seorang ahli gambar teknik maka mahasiswa perlu melakukan
latihan-latihan tugas secara kontinu sesuai dengan materi yang diajarkan pada setiap
bab-bab modul ajar ini, sehingga dengan banyaknya mengerjakan tugas dan latihan
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah ini, mahasiswa akan memiliki
keahlian dalam penyajian gambar teknik.

2. 10 Daftar Tilik Penampilan

Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1 70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir

42
BAB III
TOLERANSI DAN SUAIAN

3.1 Pendahuluan

Dalam istilah “ Toleransi Linier “, dimana pengertian toleransi pada ukuran


panjang. Sehingga sangat berbeda sekali dengan "Toleransi Geometri". Sebelum
membicarakan masalah toleransi geometri lebih jauh, perlu sekali harus tahu dan
mengerti tentang apa yang dimaksud dengan toleransi geometri.
Toleransi geometri atau toleransi bentuk adalah batas penyimpangan yang
diizinkan, dari dua buah garis yang sejajar, atau dua buah bidang yang sejajar bila
bidang itu tidak berbentuk sudut. Untuk bidang yang membentuk sudut maka daerah
toleransinya adalah batas yang diizinkan dari dua buah bidang yang sejajar mem
bentuk sudut terhadap bidang basisnya. Dengan demikian bila suatu benda kerja
yang harus diselesai kan dengan hasil yang baik maka dalam gambar kerjanya harus
di berikan suatu informasi yang jelas pula. Dengan sendirinya benda ini akan mahal
harganya. Karena dalam penyelesaiannya memerlukan ketelitian yang tinggi
membutuhkan waktu yang lama.
Oleh karena itu didalam memberikan tanda-tanda toleransi geometri, harus
ditempatkan pada daerah, atau benda yang betul -betul sangat penting. Tidak pula
setiap permukaan bidang dari benda kerja harus diberikan tanda toIeransi geometri.
Toleransi geometri mempunyai pengertian agar supaya bentuk daripada benda peker
jaan itu tidak akan mempunyai penyimpangan-penyimpangan yang terlalu besar,
sehingga benda kerja itu tidak dapat dipakai. Untuk mengontrol benda atau
permukaan dari suatu benda maka pada permukaan dalam gambar harus diberikan
tanda toleransi geometri.

Toleransi dan suaian merupakan batas-batas ukuran yang masih diijinkan


untuk keperluan suatu perakitan agar bisa berjalan sesuai dengan keinginan.
Penulisan toleransi sangat diperlukan mengingat pada saat gambar dikerjakan dengan
mesin akan ada penyimpangan. Hal ini karena pada umumnya mesin yang digunakan
cenderung memiliki beberapa kelemahan, antara lain: a) penyetelan mesin perkakas

43
yang tidak bisa sempurna, b) adanya keausan alat potong/pahat, d) adanya perubahan
temperatur benda kerja saat pengerjaan, dan e) besarnya gaya pemotongan.

Gambar 3.1 Batas Atas dan Batas Bawah Toleransi

Toleransi pada komponen yang akan dirakit harus memiliki syarat-syarat


perpaduan tertentu agar komponen dapat bekerja optimal. Ada berbagai macam jenis
ukuran dalam sistem toleransi, antara lain: ukuran nominal (N), ukuran aktual (I),
penyimpangan atas (U), penyimpangan bawah (L), kualitas toleransi (IT), garis
dasar,Keleonggaran (clearence), kesesakan (interference), dan suaian.

Gambar 3.2 Berbagai macam Ukuran dan Penyimpangan

44
Keterangan :

1. Ukuran nominal (uk.nom.)


Ukuran nominal yaitu ukuran benda yang dibulatkan sampai dengan ukuran mm
dan merupakan ukuran patokan yang dijadikan batas – batas ukuran yang
diizinkan.
2. Ukuran minimum (uk.min.)
Ukuran minimum adalah ukuran terkecil yang dizinkan, baik untuk porosmaupun
untuk lubang.
3. Ukuran maksimum (uk.maks.)
Ukuran maksimum adalah ukuran terbesar yang diizinkan, baik untuk poros
maupun untuk lubang.
4. Penyimpangan membesar
Penyimpangan membesar yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan
ukuran maksimumnya yang diizinkan (baik untuk poros maupun untuk lubang).
5. Penyimpangan mengecil
Penyimpangan mengecil yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan
ukuran minimumnya yang diizinkan (baik untuk poros maupun untuk lubang).
6. Toleransi umum
Untuk gambar – gambar dengan ukuran tanpa persyaratan ketelitian khusus atau
ukuran tanpa keterangan dan kita dapat memberikan catatan secara umum, nilai –
nuilai penyimpangan yang diizinkan disebut toleransi umum. Sesuai dengan ISO
2786, ukuran – ukuran tanpa keterangan terikat oleh toleransi umum.

Tujuan penting toleransi ini adalah agar benda kerja dapat diproduksi secara
massal pada tempat yang berbeda dan tetap dapat memenuhi fungsinya, terutama
fungsi mampu tukar, seperti pada suku cadang mesin otomotif yang diperdagangkan.

3.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari bahan dalam bab ini, seharusnya mahasiswa dapat:
1. Mendefinisikan pengertian toleransi.
2. Menerangkan sistem basis lubang dan sistem basis poros.
3. Menghitung kelonggaran dan kesesakan.

45
4. Membaca toleransi pada gambar kerja.
5. Menerapkan toleransi pada gambar kerja.

3.3 Prasyarat
Persyaratan untuk mempelajari pada bab ini adalah :

1. Mahasiswa telah menyelesaikan dan telah dinyatakan berhasil menguasai


kompetensi yang dipersyaratkan dalam modul ini.

2. Mahasiswa aktif mengikuti perkuliahan baik teori maupun praktek khususnya di


lab produksi dan pemesinan. Selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui tingkat
penguasaan kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari dan
menggunakan modul ini.

3.4 Pengertian Toleransi Dan Suaian

Toleransi dan suaian merupakan batas penyimpangan ukuran yang diijinkan


untuk keperluan suatu perakitan untuk benda yang berpasangan.

Untuk mencapai ukuran yang tepat tentu tidak mudah sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar. Banyak faktor yang mempengaruhinya, misal :
 Faktor alat (alat potong).
 Faktor mesin (presisi tidaknya mesin yang digunakan).
 Faktor alat ukur.
 Faktor temperatur dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ketepatan ukuran
dari benda kerja tersebut.

Untuk mencapai ukuran yang tepat, merupakan hal yang sulit. Selalu terjadi
penyimpangan dari ukuran – ukuran dasarnya. Misalnya : lebih besar, lebih kecil
atau mungkin sama dengan ukuran dasarnya. Ukuran dasar yaitu ukuran yang
tercantum dalam gambar kerja.
Selama penyimpangan tersebut dalam kategori memenuhi syarat, maka
produk yang menyimpang dari ukuran dasarnya tersebut dapat diterima. Sebaliknya,
jika penyimpangan ukuran diluar kategori memenuhi syarat maka produk tersebut

46
tidak dapat diterima, karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil dari ukuran
yang diminta.
Sebagai batasan kategori memenuhi syarat, kita harus memberikan dua batasan
ukuran yang diperbolehkan yaitu :
1. Batasan ukuran maksimum yang diperbolehkan.
2. Batasan ukuran minimum yang diperbolehkan atau diizinkan.

Perbedaan dua batasan ukuran yang diperbolehkan atau diizinkan disebut


toleransi. Contoh : Para mahasiswa yang sedang praktek kerja bangku atau mesin,
ditugaskan untuk membuat benda kerja sesuai dengan petunjuk – petunjuk yang
diberikan oleh instruktur, dengan bentuk dan ukuran yang tersedia dalam job
(gambar kerja) nya. Setelah para mahasiswa selesai melaksanakan praktek, benda
kerja dikumpulkan dan diperiksa. Sekarang timbul pertanyaan :

1. Apakah benda kerja satu dengan benda kerja lainnya mempunyai bentuk dan
ukuran yang sama, tentu tidak sama, ada yang terlalu kecil ada pula yang tepat.
2. Bagaimana benda kerja yang mempunyai ukuran – ukuran terlalu besar dan terlalu
kecil tersebut dapat diterima.

3.4.1 Toleransi Khusus Dan Toleransi Umum

3.4.1.1 Toleransi Khusus

Untuk gambar – gambar yang memerlukan ketelitian khusus, dalam


pencantuman ukurannya harus diberi toleransi khusus sesuai dengan standar
ISO/R286. Toleransi ini disebut juga Toleransi Standar Internasional (IT).

3.4.1.2 Simbol toleransi lubang dan poros

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, toleransi ada dua macam : toleransi


untuk lubang dan toleransi untuk poros. Untuk membedakan, kedua macam toleransi
tersebut diberi simbol masing – masing dengan huruf besar untuk lubang dan huruf
kecil untuk poros.
Angka nominal yang diikuti huruf besar beserta angka kualitasnya
menunjukkan besarnya lubang dengan toleransinya, sedangkan angka nominal yang

47
diikuti huruf kecil beserta angka kualitasnya menunjukkan besarnya poros dengan
toleransinya.

Contoh 1

 Ø 40 H7, artinya suatu lubang (H – nya huruf besar) dengan daerah toleransi H
dan kualitas nya 7.
 Ø 40 h7, artinya suatu poros (h – nya huruf kecil), dengan daerah toleransi h dan
kualitasnya 7.

Huruf – huruf yang dipakai untuk simbol lubang yaitu huruf A, B, C,.... sampai Z,
kecuali huruf I, L, O, Q dan W; sedangkan huruf a, b, c,.... sampai z dipakai untuk simbol
toleransi poros, kecuali huruf i, l, o, q dan w.

3.4.1.3 Nilai toleransi khusus

Untuk keseragaman dalam menentukan besarnya toleransi, maka dibuat suatu


standar secara internasional (IT). Besarnya nilai IT tersebut ditetapkan dengan ISO
286. Besarnya nilai toleransi disesuaikan dengan besar kecilnya ukuran, baik lubang
maupun poros, seperti terlihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Nilai Kualitas Toleransi IT

Besarnya toleransi
Sifat penggunaan toleransi KW.IT
(micron)

 Untuk alat ukur IT 01 0,3 + 0,008 . D


 Optik IT 00 0,5 + 0,012 . D
 Instrumen IT 1 0,8 + 0,020 . D
(untuk pekerjaan – pekerjaan IT 2 antara IT 1 samapai dengan IT 5
sangat teliti) (lihat tabel 2.6!)
IT 3
IT 4
 Untuk pekerjaan pemesinan IT 5 7.i harga i dapat dihitung
 Pekerjaan sangat teliti, teliti IT 6 10.i dengan rumus :
dan biasa
IT 7 16.i
IT 8 25.i
IT 9 40.i
IT 10 64.i
i dalam mikron
IT 11 100.i
D dalam mm
 Untuk pekerjaan – pekerjaan IT 12 160.i
kasar, misalnya pemotongan, IT 13 250.i
pengecoran dan semacamnya 48
IT 14 400.i
IT 15 640.i
IT 16 1000.i
Contoh 2

Suatu poros mempunyai diameter 27 mm. Jika poros tersebut dikerjakan pada mesin
bubut dengan kualitas IT 9, berapakah toleransinya?

Jawab :

Untuk ukuran Ø 27 mm dengan kualitas IT 9, maka toleransinya = 40.i(lihat


tabel 3.1).

Jadi toleransinya : 40 . 1,377 = 55,08 micron atau dibulatkan = 55 micron.

Contoh 3
Suatu ukuran dari pekerjaan poros dikerjakan dengan kualitas IT 10. Berapakah
toleransinya jika diameter minimalnya 24 mm.
Penyelesaian :
Diketahui :
 Ukuran nominal 24 mm atau D = 24 mm
 Kualitas toleransi 10
Ditanya : Besarnya toleransi?
Jawab :
Untuk IT 10, toleransinya = 64.i (lihat tabel 3.1).

49
Toleransinya adalah 64.i = 64 . 1,322 = 84,608
Jadi, toleransinya = 84,6 micron = 0,084 mm

Tabel 3.2 Nilai Kualitas Toleransi IT2, IT3, IT4


Kualitas Toleransi
IT2 IT3 IT4
3 s/d 6 1,2 2 3
3 1,5 2,5 4
6 - 10 1,5 2,5 4
10 - 18 2 3 5
18 - 30 2,5 4 6
30 - 50 2,5 4 7
50 - 80 3 5 8
80 - 120 4 6 10
120 - 180 5 8 12
180 - 250 7 10 14
250 - 315 8 12 16
315 - 400 9 13 18
400 - 500 10 15 20

Contoh 4

Suatu poros dengan diameter nominal 30 mm dikerjakan dengan kualitas IT3.


Tentukan toleransinya!
Jawab :
Lihat tabel 3.2
Untuk diameter Ø 30 pada IT3, besarnya toleransi adalah 4 micron atau 0,004 mm.

3.4.1.4 Toleransi umum


Jika ukuran tanpa keterangan maka ukuran tersebut terikat oleh toleransi
umum. Besarnya toleransi umum ini merupakan tanggung jawab perencana dan
dapat kita pilih salah satu macam variasi dari tabel 3.3 berikut. Toleransi khususnya
dapat kita lihat pada tabel 3.4; 3.5 dan 3.6.

50
Tabel 3.3 Variasi Penyimpangan Umum (dalam mm)
Ukuran nominal dalam satuan Jenis Pekerjaan
mm Teliti Sedang Kasar
0,5 sampai dengan 3 ±0,05 ±0,1 -
3 sampai dengan 6 ±0,05 ±0,1 ±0,2
6 sampai dengan 30 ±0,1 ±0,2 ±0,5
30 sampai dengan 120 ±0,15 ±0,3 ±0,8
120 sampai dengan 315 ±0,2 ±0,5 ±1,2
315 sampai dengan 1000 ±0,3 ±0,8 ±2
1000 sampai dengan 2000 ±0,5 ±1,2 ±3

51
Tabel 3.4 Sistem Basis Lubang A

Ukuran B C D E F G H
Diameter
B10 C9 C10 D8 D9 D10 E7 E8 E9 F6 F7 F8 G6 G7 H6 H7 H8 H9 H10
dalam mm
+230 +116 +138 +62 +76 +98 +40 +47 +61 +22 +28 +35 +14 +20 +9 +15 +22 +36 +58
6-10
+150 +80 +80 +40 +40 +40 +25 +24 +25 +13 +13 +13 +5 +5 0 0 0 0 0
+220 +138 +165 +77 +93 +120 +50 +59 +75 +27 +34 +43 +17 +24 +11 +18 +27 +43 +70
10-18
+150 +95 +95 +50 +50 +50 +32 +32 +32 +16 +16 +16 +16 +6 0 0 0 0 0
+244 +162 +194 +98 +117 +149 +61 +73 +92 +33 +41 +53 +20 +28 +13 +21 +33 +52 +84
18-30
+160 +110 +101 +65 +65 +65 +40 +40 +40 +20 +20 +20 +7 +7 0 0 0 0 0
+270 +182 +220 +119 +142 +180 +75 +89 +112 +41 +50 +64 +25 +34 +16 +25 +39 +62 +100
30-40
+170 +120 +120 +80 +60 +80 +50 +50 +50 +25 +25 +25 +9 +9 0 0 0 0 0
+280 +192 +230
40-50 * * * * * * * * * * * * * * * *
+180 +130 +130
+310 +214 +260 +146 +174 +220 +90 +106 +134 +49 +60 +76 +29 +40 +19 +30 +46 +74 +120
50-65
+190 +140 +140 +100 +100 +100 +60 +60 +60 +30 +30 +30 +10 +10 0 0 0 0 0
+320 +224 +270
65-80 * * * * * * * * * * * * * * * *
+200 +150 +150
+360 +257 +310 +174 +207 +260 +107 +126 +159 +58 +71 +90 +34 +47 +22 +35 +54 +87 +140
80-100
+220 +170 +170 +120 +120 +120 +72 +72 +72 +36 +36 +36 +12 +12 0 0 0 0 0
+380 +267 +320
100-120 * * * * * * * * * * * * * * * *
+200 +180 +180
+420 +300 +360 +208 +245 +305 +125 +146 +185 +68 +83 +106 +39 +54 +25 +40 +63 +100 +160
120-140
+260 +200 +200 +145 +145 +145 +85 +85 +85 +43 +43 +43 +14 +14 0 0 0 0 0
+440 +310 +370
140-160 * * * * * * * * * * * * * * * *
+280 +210 +210
+470 +330 +390
160-180 * * * * * * * * * * * * * * * *
+310 +230 +230
+525 +335 +425 +242 +285 +355 +146 +172 +215 +79 +96 +122 +44 +61 +29 +46 +72 +105 +185
180-200
+340 +240 +240 +170 +170 +170 +100 +100 +100 +50 +50 +50 +15 +15 0 0 0 0 0
+565 +375 +445
200-225 * * * * * * * * * * * * * * * *
+380 +260 +260
+605 +395 +465
225-250 * * * * * * * * * * * * * * * *
+420 +280 +280

Tabel 3.5 Sistem Basis Lubang B


52
Ukuran Diameter JS K M N P R S T U X
dalam mm JS5 JS6 JS7 K5 K6 K7 M5 M6 M7 N6 N7 P6 P7 R7 S7 T7 U7 X7
+1 +2 +5 -4 -3 0 -7 -4 -12 -9 -13 -17 -32 -28
6-10 ±3 ±4,5 ±7,5 -
-5 -7 -10 -10 -12 -15 -16 -19 -21 -24 -28 -32 -37 -43
+2 +2 +6 -4 -4 0 -9 -5 -15 -11 -16 -21 -26 -33
10-18 ±4 ±5,5 ±9 -
-6 -9 -12 -12 -15 -18 -20 -23 -26 -29 -34 -39 -44 -51
+1 +2 +6 -5 -4 0 -11 -7 -18 -14 -20 -27 -33 -46
18-30 ±4,5 ±6,5 ±10,5 -
-8 -11 -15 -14 -17 -21 -24 -28 -31 -35 -41 -48 -54 -67
+2 +3 +7 -5 -4 0 +12 -8 -21 -17 -25 -34 -39 -51
30-40 ±5,5 ±8 ±12,5 -
-9 -13 -18 -16 -20 -25 -28 -33 -37 -42 -50 -59 -64 -76
-45 -61
40-50 * * * * * * * * * * * * * * * -
-70 -68
+3 +4 +9 -6 -5 0 +14 -9 -26 -21 -30 -42 -55 -76
50-65 ±6,5 ±9,5 ±15 -
-10 -15 -21 -19 -24 -30 -33 -39 -45 -51 -60 -72 -85 -106
-32 -48 -64 -91
65-80 * * * * * * * * * * * * * -
-62 -78 -94 -121
+2 +4 +10 -8 -6 0 +16 -10 -30 -24 -38 -58 -78 -111
80-100 ±7,5 ±11 ±17,5 -
-13 -18 -25 -23 -28 -35 -38 -45 -52 -59 -73 -93 -113 -146
-41 -66 -91 -131
100-120 * * * * * * * * * * * * * -
-76 -101 -126 -166
±12, +3 +4 +12 -9 -8 0 -20 -12 -36 -28 -48 -77 -107
120-140 ±9 ±20 * -
5 -15 -21 -28 -27 -33 -40 -45 -52 -61 -67 -88 -117 -147
-50 -85 -119
140-160 * * * * * * * * * * * * * * -
-90 -125 -159
-53 -93 -131
160-180 * * * * * * * * * * * * * * -
-93 -133 -173
±14, +2 +5 +13 -11 -8 0 +22 -14 -41 -33 -60 -105
180-200 ±10 ±23 * * -
5 -18 -24 -33 -31 -37 -46 -51 -60 -72 -79 -106 -151
-63 -113
200-225 * * * * * * * * * * * * * * * -
-109 -159
225-250 -67 -123
* * * * * * * * * * * * * * * -
--113 -169

Tabel 3.6 Sistem Basis Poros A

53
Ukuaran b c d e f g h
Diameter dalam
mm b9 c9 d8 d9 e7 e8 e9 f6 f7 f8 g4 g5 g6 h4 h5 h6 h7 h8 h9

-150 -80 -40 -40 -25 -25 -25 -13 -13 -13 -5 -5 -5 0 0 0 0 0 0
6-10
-186 -116 -62 -76 -40 -47 -61 -22 -28 -35 -9 -11 -14 -4 -6 -9 -15 -22 -36
-150 -95 -50 -50 -32 -32 -32 -16 -16 -16 -6 -6 -6 0 0 0 0 0 0
10-18
-193 -138 -77 -93 -50 -59 -75 -27 -34 -43 -11 -14 -17 -5 -8 -11 -18 -27 -43
-160 -110 -65 -65 -40 -40 -40 -20 -20 -20 -7 -7 -7 0 0 0 0 0 0
18-30
-212 -162 -98 -117 -60 -71 -92 -33 -41 -53 -13 -16 -20 -6 -9 -13 -21 -33 -52
-170 -120 -80 -80 -50 -50 -50 -25 -25 -25 -9 -9 -9 0 0 0 0 0 0
30-40
-232 -182 -119 -142 -70 -89 -112 -41 -50 -64 -16 -20 -25 -7 -11 -16 -25 -39 -62
-180 -130 * * * * * * * * * * * * * * * * *
40-50
-242 -192
-190 -140 -100 -100 -60 -60 -60 -30 -30 -30 -10 -10 -10 0 0 0 0 0 0
50-65
-261 -214 -146 -174 -90 -106 -134 -49 -60 -76 -18 -23 -29 -8 -13 -19 -30 -46 -74
-200 -150 * * * * * * * * * * * * * * * * *
65-80
-274 -224
-220 -170 -120 -120 -72 -72 -72 -36 -36 -36 -12 -12 -12 0 0 0 0 0 0
80-100
-307 -257 -174 -207 -107 -126 -159 -58 -71 -90 -22 -27 -34 -10 -15 -22 -35 -54 -87
-240 -180 * * * * * * * * * * * * * * * * *
100-120
-327 -267
-260 -200 -145 -145 -85 -85 -85 -43 -43 -43 -14 -14 -14 0 0 0 0 0 0
120-140
-360 -300 -208 -245 -125 -148 -185 -68 -83 -106 -26 -32 -39 -12 -18 -25 -40 -63 -100
-280 -210 * * * * * * * * * * * * * * * * *
140-160
-390 -310
-310 -230 * * * * * * * * * * * * * * * * *
160-180
-410 -310
-340 -240 -170 -170 -100 -100 -100 -50 -50 -50 -15 -15 -15 0 0 0 0 0 0
180-200
-455 -335 -242 -285 -146 -17 -215 -79 -96 -122 -29 -35 -44 -14 -20 -29 -46 -72 155
-380 -260 * * * * * * * * * * * * * * * * *
200-225
-495 -375
225-250 -420 -280 * * * * * * * * * * * * * * * * *
-535 -395

Tabel 3.7 Sistem Basis Poros B

54
Ukuran j k m n p r s t u x
Diameter
dalam mm j4 j5 j6 j7 k4 k5 k6 m4 m5 m6 n6 p6 r6 s6 t6 u6 x6

+5 +7 +10 +10 +12 +15 +19 +24 +28 +32 +37 +43
6-10 ±2 ±3 ±4,5 ±7,5 *
+1 +1 +1 +6 +6 +6 +10 +15 +19 +23 +28 +34
+6 +9 +12 +12 +15 +18 +23 +29 +34 +39 +44 +51
10-18 ±2,5 ±4 ±5,5 ±9 *
+1 +1 +1 +7 +7 +7 +12 +18 +23 +28 +33 +40
+8 +11 +15 +18 +17 +21 +28 +35 +41 +48 +54 +67
18-30 ±3 ±4,5 ±6,5 ±10,5 *
+2 +2 +2 +8 +8 +8 +15 +22 +28 +35 +41 +54
+9 +13 +18 +16 +20 +25 +33 +42 +50 +59 +64 +76
30-40 ±3,5 ±5,5 ±8 ±12,5 *
+2 +2 +2 +9 +9 +9 +17 +26 +34 +43 +48 +60
+70 +86
40-50 * * * * * * * * * * * * * * *
+54 +70
+12 +15 +21 +19 +24 +30 +39 +51 +60 +72 +85 +106
50-65 ±4 ±6,5 ±9,5 ±12 *
+2 +2 +2 +11 +11 +11 +20 +32 +41 +53 +66 +87
+62 +78 +94 +121
65-80 * * * * * * * * * * * * *
+43 +59 +75 +102
+13 +18 +25 +23 +28 +35 +45 +59 +73 +93 +113 +146
80-100 ±5 ±7,5 ±11 ±17,5 *
+3 +3 +3 +13 +13 +13 +23 +37 +51 +71 +191 +124
+73 +101 +126 +166
100-120 * * * * * * * * * * * * *
+54 +75 +104 +144
±12, +5 +21 +28 +27 +33 +40 +52 +68 +88 +117 +147
120-140 ±6 ±9 ±20 * *
5 +3 +3 +3 +15 +15 +15 +27 +43 +3 +92 +122
+90 +125 +159
140-160 * * * * * * * * * * * * * *
+65 +100 +134
+93 +133 +171
160-180 * * * * * * * * * * * * * *
+68 +108 +146
±14, +18 +24 +33 +31 +37 +46 +60 +79 +106 +151
180-200 ±7 ±10 ±23 * * *
5 +4 +4 +4 +17 +17 +17 +61 +50 +77 +122
+109 +159
200-225 * * * * * * * * * * * * * * *
+80 +130
225-250 +113 +169
* * * * * * * * * * * * * * *
+84 +140

Tabel 3.8 Nilai Toleransi Standar (metrik)

55
Ukuran Kualitas toleransi
Nominal
01 00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
(mm)
- 0,3 0,5 0,8 1,2 2 3 4 6 10 14 25 40 60 100 140 250 400 600
3 s/d 6 0,4 0,6 1 1,5 2,5 4 5 8 12 18 30 48 75 120 180 300 480 750
6 s/d 10 0,4 0,6 1 1,5 2,5 4 6 9 15 22 36 58 90 150 220 360 580 900
10 s/d 18 0,5 0,8 1,2 2 3 5 8 11 18 27 43 70 100 180 270 430 700 1100
18 s/d 30 0,6 1 1,5 2,5 4 6 9 13 21 33 52 84 130 210 330 520 840 1300
30 s/d 50 0,6 1 1,5 2,5 7 11 16 25 39 62 100 160 250 390 620 1000 1600
50 s/d 80 0,8 1,2 2 3 5 8 13 19 30 46 74 120 190 300 460 740 1200 1900
80 s/d 120 1 1,5 2,5 4 6 10 15 22 35 54 87 140 220 350 540 870 1400 2200
120 sd/ 180 1,2 2 3,5 5 8 12 18 25,4 40 63 100 160 250 400 630 1000 1600 2500
180 s/d 250 2 3 4,5 7 10 14 20 29 46 72 115 185 290 460 720 1150 1850 2900
250 s/d 315 2,5 4 6 8 12 16 23 32 52 81 130 210 320 520 810 1300 2100 3200
315 s/d 400 3 5 7 9 13 18 25 36 57 89 140 230 360 570 890 1400 2300 3600
400 s/d 500 4 6 8 10 15 20 27 40 63 97 155 250 400 630 970 1550 2500 4000

56
3.4.2 Simbol-Simbol Toleransi Geometri

Jenis–jenis karakteristik geometri yang dapat di kontrol dengan suatu


toleransi geometri dan simbolnya dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini ;
Tabel 3.9 Lambang untuk Sifat yang Diberi Toleransi

3.4.3 Penempatan Toleransi Geometri

Untuk Toleransi Geometri pada gambar kerja harus ditempatkan pada


ruangan yang berbentuk empat persegi panjang. Ruangan ini dibagi dalam beberapa
bagian, misalnya dua bagian, tiga bagian atau lebih, ditunjukan pada gambar
dibawah ini, Bentuk segi empat ini digambar dengan garis tipis.

Tanpa bidang patokan Satu bidang patokan Dua bidang patokan

Gambar 3.3 Pencantuman Toleransi geometris

57
Permukaan basis Silinder basis

Sumbu basis Sumbu basis

Sumbu Lubang basis

Gambar 3.4 Penunjukan bidang basis/patokan pada permukaan dan sumbu

Jika kotak toleransi geometri tidak dapat dihubungkan ke basis, hal ini dapat
ditunjukkan dengan cara yang lain, yaitu dengan menentukan salah satu bidang
sebagai basisnya yang di tetapkan sebagai basisnya dengan diberi huruf abjad besar.
Misalnya A, B, C dan seterusnya lihat gambar.
A

Penunjukan basis dengan huruf Penunjukan basis dengan huruf

Gambar 3.5 Penunjukan basis dengan huruf pada permukaan


3.4.4 Diagram Daerah Toleransi

Daerah kedudukan toleransi lubang dan poros dapat dilihat seperti pada
gambar 3.6 dan gambar 3.7 berikut ini.

Gambar 3.6 Daerah Toleransi Lubang

Gambar 3.7 Daerah Toleransi Poros

59
Keterangan gambar :

1. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah A, B, C, D, E dan G, maka daerah
toleransi berada diatas ukuran nominalnya dan toleransinya adalah positif (+)
(lihat gambar 3.7).
Contoh 1

Ø 40 D 9, artinya :

 Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm


 D9 = daerah toleransi lubang pada kualitas 9. + 0,142
Lihat tabel 3.4 Untuk Ø 40 D 9, besar penyimpangan adalah : 40 + 0,060

2. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi H, maka ukuran
minimum lubang adalah sama dengan ukuran nominalnya dan toleransinya
bertanda (0) dan (+).
Contoh 2

Ø 40 H 9, artinya :

 Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm


 H9 = daerah toleransi lubang H pada kualitas 9.
Lihat tabel 3.4, Untuk 40 H 9, penyimpangannya adalah :

3. Jika daerah toleransi berada pada daerah toleransi JS maka daerah toleransinya
simetris (penyimpangan atas sama dengan penyimpangan bawahnya) dan
toleransinya bertanda (±).
Contoh 2.17

Ø 40 JS 7, artinya :

 Ø 40 = diameter lubang 40 mm
 JS 7 = daerah toleransi lubang JS dengan kualitas 7.
Lihat tabel 3.4, Untuk Ø 40 JS 7,
penyimpangannya adalah : 40 ± 0,0125
3.4.5 Penulisan Toleransi Pada Gambar Kerja

60
Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi adalah komponen yang
mempunyai fungsi dan kualitas tertentu, lihat gambar 3.9 berikut (penulisan dangan
sistem ISO)!

Gambar 3.8 Pencantuman Toleransi Pada Gambar Kerja

Komponen yang diberi ukuran Ø 40 h 7 adalah : ukuran nominal poros 40 mm,


berada pada daerah toleransi h dengan kualitas 7. Lihat tabel 3.6.

Untuk Ø 40 h 7 = .

Komponen yang diberi ukuran 24 G 6 artinya : ukuran nominal lubang 24 mm,


berada pada daerah toleransi G, dengan kualitas 6. lihat tabel 3.4.

Untuk Ø 24 G 6 = .

Komponen yang tidak diberi toleransi, ukurannya terikat oleh toleransi


umum, yaitu 100 mm pada ukuran panjang poros diatas. Bila poros tersebut
dikerjakan dengan teliti maka toleransi umumnya adalah 100 ±0,15
(lihat tabel 3.3).
Untuk selanjutnya, penulisan toleransi dapat dilakukan seperti gambar 2.155 berikut.

Gambar 3.9 Penulisan Nilai Toleransi Pada Gambar Kerja


3.4.6 Penulisan toleransi dengan simbol ISO

61
Hal yang perlu diperhatikan untuk mencantumkan atau menuliskan toleransi
pada gambar kerja dengan simbol ISO, antara lain :

 ukuran dasar (nominal).


 lambang (poros atau lubang) dan daerah toleransi.
 kualitas toleransi.
Lihat gambar berikut :

Gambar 3.10 Toleransi dengan simbol ISO

Penulisan toleransi dapat pula diikuti dengan besar penyimpangannya, lihat gambar
gambar 3.12.

Gambar 3.11 Toleransi dengan besar penyimpangan

Toleransi ditulis pada ukuran nominal dan penyimpangannya, lihat gambar 3.13.

Gambar 3.12 Toleransi, ukuran nominal dan penyimpangan

Penulisan toleransi simetris, lihat gambar 3.13

Gambar 3.13 Penulisan toleransi simetris

62
Penulisan toleransi dengan mencantumkan ukuran maksimum dan ukuran
minimum, dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut.

Gambar 3.14 Toleransi, ukuran maksimum dan minimum

3.4.7 Penulisan Toleransi Pada Gambar Susunan


Untuk menuliskan toleransi pada gambar susunan dapat dilaksanakan sebagai
berikut (lihat gambar 3.16).

Gambar 3.15 Toleransi pada gambar susunan

Hal yang perlu diperhatikan untuk menuliskan toleransi pada gambar


susunan, antara lain lambang toleransi lubang ditempatkan di depan atau di atas
lambang toleransi poros.
Penulisan dengan lambang dan nilai penyimpangan pada gambar susunan,
lihat gambar 3.17.

Gambar 3.16 Lambang dan nilai penyimpangan pada gambar susunan

63
Penulisan toleransi dengan ukuran dasar dan penyimpangannya pada gambar
susunan, lihat gambar 3.17 berikut ini.

Gambar 3.17 Toleransi, ukuran dasar, dan penyimpangan pada gambar susunan

3.4.8 Tingkat Suaian.

Dalam suatu industri mesin, banyak sekali suku cadang atau onderdil dibuat
dan dirakit sehingga menjadi suatu mesin yang berfungsi. Suku cadang – suku
cadang yang dirakit tersebut mungkin dipasang atau distel dengan fungsi dapat
bergerak, misalnya poros dengan bantalannya; mungkin juga dipasangkan dengan
jalan dipres, misalnya blok silinder dengan blok mesin, jari – jari roda dengan
nafnya dan sejenisnya.
Untuk pembuatan suku cadang yang dapat bergerak (poros dengan
bantalannya), ukuran poros harus dibuat sedikit lebih kecil dari pada ukuran
lubangnya, sehingga jika dipasang maka poros dan bantalan dalam keadaan longgar.
Jika pembuatan ukuran poros sedikit lebih besar dari pada lubangnya (diameter luar
lebih daripada diameter dalam), maka pemasangannya dapat dilakukan dengan jalan
dipres atau dipaksa dan suaian ini disebut suaian paksa.

3.4.9 Macam – macam suaian

Dilihat dari perbedaan ukuran diameter luar dan diameter dalam (ukuran poros
dan lubang) maka ada tiga macam suaian sebagai berikut :

a. Jika ukuran poros lebih kecil daripada ukuran lubang maka suaiannya disebut
suaian longgar.

64
b. Jika ukuran poros dibuat lebih besar daripada ukuran lubang maka suaiannya
disebut suaian sesak (paksa).
c. Jika ukuran poros dan lubang hampir sama antar longgar dan sesak (tak tentu)
maka suaiannya disebut suaian pas.

Untuk ketiga macam suaian tersebut, dapat kita lihat pada diagram toleransi
(daerah toleransinya), seperti tampak gambar 3.19 berikut ini.

Gambar 3.18 Macam-macam Toleransi

a. Sistem basis lubang

Pada sistem basis lubang, daerah toleransi lubang berada pada daerah
toleransi “H”. Jika poros dan lubang saling berpapasan, maka sebagai dasar untuk
menetapkan suaian (longgar, pas dan paksa) digunakan ukuran lubangnya, sedangkan
poros menyesuaikan terhadap lubangnya.

65
Pada sistem basis lubang, terdapat tiga macam suaian sebagai berikut.

1) Suaian longgar
Jika pasangan toleransi lubang “H” dengan daerah toleransi poros a, b, c, d, e, f
dan g maka akan didapat suaian longgar.

2) Suaian pas
Jika pasangan toleransi lubang “H” dengan daerah toleransi poros h, js, k, m dan
n, maka akan didapat suaian pas.
3) Suaian paksa
Jika pasangan toleransi lubang “H” dengan daerah toleransi poros p, r, ..., dan z,
maka akan didapat suaian paksa.
Contoh 2.24
 Ukuran Ø 60 H7/g6 ; 45 H8/e8 (suaian longgar)
 Ukuran Ø 65 H7/h7 ; 20 H6/k8 (suaian pas)
 Ukuran Ø 30 H7/p6 ; 80 H7/t6 (suaian paksa)

b. Sistem basis poros


Pada sistem basis poros, daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi
“h”, ukuran poros digunakan sebagai ukuran dasar untuk menentukan suaian dan
ukuran lubangnya menyesuaikan terhadap ukuran porosnya.
Pada sistem basis poros, terdapat tiga macam suaian sebagai berikut.
1) Suaian longgar
Jika pasangan toleransi poros “h” berpasangan dengan daerah toleransi lubang A,
B, C, D, E, F dan G, maka suaian yang didapat adalah suaian longgar.

2) Suaian pas
Jika pasangan toleransi lubang “h” berpasangan dengan daerah toleransi lubang
H, JS, K, M dan N, maka suaian yang didapat adalah suaian pas.

3) Suaian paksa
Jika pasangan toleransi lubang “h” berpasangan dengan daerah toleransi P, R, ...,
dan Z, maka akan didapat suaian paksa.

66
Contoh 2.24
 Ukuran Ø 60 G7/h6 ; 45 E8/h8 (suaian longgar)
 Ukuran Ø 65 H7/h7 ; 20 K6/h6 (suaian pas)
 Ukuran Ø 30 P6/h7 ; 80 T7/h6 (suaian paksa)

Pada produksi massal dengan jumlah produk yang banyak, memungkinkan


pembuatan poros yang digunakan sebagai dasar untuk suaian dengan basis poros. Hal
ini memerlukan ketelitian, waktu pengerjaan lebih lama dan memerlukan perkakas
yang presisi, sehingga ongkos produksi lebih mahal. Dengan pertimbangan tersebut,
maka sistem basis poros jarang digunakan untuk produksi massal (pada suatu
industri). Suaian sisitem basis lubang dan basis poros untuk tujuan umum yang
ditentukan oleh JIS B0401, dapat dilihat pada tabel 3.10 dan tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.10 Sistem Basis Lubang (JIS B0401)

Luba Lambang dan kualitas untuk poros


ng
Suaian longgar Suaian pas Suaian paksa
dasar
b c d e f g h js k m n p r s t u x
H5 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5
H6 6 6 6 6 6 6 6 6
(6) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
H7 7 7 (7) 7 7 (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7)
7 7
H8 8 8 8
9
H9 8
9 9 9 9
H10 9 9 9 9

Tabel 3.11 Sistem Basis Poros (JIS B0401)


Lambang dan kualitas untuk lubang
Poro
s Suaian longgar Suaian pas Suaian paksa
dasar
B C D E F G H Js K M N P R S T U X
h4 5 5 5 5

h5 6 6 6 6 6

6 6 6 6 6 6 6 6

67
h6 (7) 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

7 7 (7) 7 (7) (7) (7) (7) (7) (7) (7)


h7 8 8
8 8 8 8
h8 9 9 9
8 8 8
h9 9 9 9 9
10 10 10

Tabel 3.12 Penunjukan daerah toleransi dan Suaian

68
3.5 Rangkuman

1. Pemotongan untuk hal yang penting didalam gambar kerja yang tidak kelihatan
langsung dapat kita lukis dengan garis putus-putus, garis tipis dan garis strip titik
tipis dan lain-lain. Akan tetapi mungkin tidak jelas dan membingungkan pada
pembaca atau siswa maka diberikan penunjukkan pemotongan.
2. Dalam menggambar sesuatu bentuk part tertentu,maka untuk mendapatkan
gambar-gambar yang baik jelas dan dimengerti semua ukuran yang perlu harus
dicantumkan dengan lengkap pada gambar akhir dan part tersebut dalam gambar,
ukuran - ukuran tersebut ditempatkan pada tempat yang cocok, benar serta mudah
dilihat. Dalam gambar kerja ukuran dari satu bagian tidak boleh ditunjukkan lebih
dari satu.
3. Supaya dapat kita capai ukuran yang diinginkan, maka kita tunjukkan untuk suatu
ukuran (= ukuran nominal) dengan dua batasan penyimpangan. Perbedaan antara
kedua batasan ini (= penyimpangan membesar dan penyimpangan mengecil) dari
ukuran nominal disebut toleransi.
4. Toleransi bentuk dan posisi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai
dengan fungsinya dan untuk keperluan produksi masal dimana tiap – tiap benda
bisa ditukar – tukar pada pemasangan, maka disamping toleransi ukuran pada
gambar dilengkapi pula dengan toleransi bentuk dan posisi.

69
3.6 Pertanyaan

1. Jelaskankan tentang pengertian dari toleransi dan suaian


2. Apa yang dimaksud dengan sistem basis poros
3. Apa yang dimaksud dengan sistem lubang
4. Sebutkan 3 macam suaian yang sering digunakan pada benda-benda berpasangan
5. Buatkan penulisan toleransi pada sebuah gambar kerja
6. Buatkan penulisan toleransi dengan simbol ISO
7. Buatkan penulisan toleransi pada gambar susunan
8. Jelaskan perbedaan simbol toleransi lubang dan toleransi poros pada penulisan
9. Suatu poros mempunyai diameter 27 mm. Jika poros tersebut dikerjakan pada
mesin bubut dengan kualitas IT 7, berapakah toleransinya?

10. Berikan perbedaan penulisan toleransi linier dan toleransi geometris pada gambar
kerja.

70
3.7 Model Jawaban

1. Toleransi dan suaian merupakan batas penyimpangan ukuran yang diijinkan untuk
keperluan suatu perakitan untuk benda yang berpasangan.

2. Pada sistem basis poros, daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi “h”,
ukuran poros digunakan sebagai ukuran dasar untuk menentukan suaian dan
ukuran lubangnya menyesuaikan terhadap ukuran porosnya.
3. Pada sistem basis lubang, daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi
“H”. Jika poros dan lubang saling berpapasan, maka sebagai dasar untuk
menetapkan suaian (longgar, pas dan paksa) digunakan ukuran lubangnya,
sedangkan poros menyesuaikan terhadap lubangnya
4. a. Jika ukuran poros lebih kecil daripada ukuran lubang maka suaiannya disebut
suaian longgar.
b. Jika ukuran poros dibuat lebih besar daripada ukuran lubang maka suaiannya
disebut suaian sesak (paksa).
c. Jika ukuran poros dan lubang hampir sama antar longgar dan sesak (tak tentu)
maka suaiannya disebut suaian pas.

5. Penulisan toleransi pada gambar kerja :

6. Penulisan toleransi dengan simbol ISO

7. Penulisan toleransi pada gambar susunan :

71
8. Simbol toleransi Poros : Ø 60 h7 [ 0
-0,003 ]
Simbol toleransi Lubang : Ø 60 H6 [ + 0,0019
0 ]
9. Jawab :
Untuk ukuran Ø 27 mm dengan kualitas IT 7, maka toleransinya = 16.i (lihat
tabel 3.1).

Jadi toleransinya : 16 . 1,377 = 22,032 micron atau dibulatkan = 22 micron

10. Toleransi Linier :

100 0,015

Toleransi Geometris :
0,005 A

72
3.8 Tindak Lanjut

Dari uraian materi bab ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa
dalam pembuatan gambar kerja guna melengkapi informasi seluruh dimensi dan
toleransi sesuai dengan bentuk benda yang akan dikerjakan dengan proses pemesinan
untuk diproduksi. Disamping itu juga mahasiswa mengetahui jenis-jenis toleransi,
membaca tabel-tabel harga toleransi, dan mampu menghitung besar nilai toleransi
sesuai dengan keperluan perencanaan.

3. 9 Daftar Tilik Penampilan

Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1 70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir

73
BAB IV
SIMBOL PENGERJAAN DAN KEKASARAN

4.1 Pendahuluan

Simbol atau tanda pengerjaan digunakan dan dicantumkan pada sebuah


gambar kerja, guna untuk menginformasikan bahwa suatu benda yang akan
dikerjakan menggunakan mesin seperti : bubut. Frais, bor, grinda dan lain sebagainya
untuk proses pemesinan. Sedangkan harga kekasaran permukaan merupakan nilai
kualitas dari hasil pengerjaan mesin (proses pemesinan), jadi harga kekasaran
permukaan yang lazim digunakan pada gambar kerja merupakan harga kekasaran
rata-rata (Ra/roughness arithmatic). Ra tersebut didapat dari gambar berikut ini yang
merupakan suatu permukaan hasil dari pengerjaan (gambar dibesarkan).

Gambar 4.1 Pengertian harga kekasaran

Diamana :

A1 + A2 + A 3+ A5
Ra = ---------------- ; Rmaks= 4 Ra
L

Supaya gambar lebih sederhana, harga Ra ini sebaiknya dicantumkan pada


gambar kerja dengan menggunakan lambang N (normal), dibagi menjadi 12 kelas,
yakni dari N1 sampai dengan N12 dapat dilihat sperti pada tabel 3.3.

4.2 Tujuan Khusus:

Setelah mempelajari bahan dalam bab ini, mahasiswa seharusnya dapat:


1. Menyebutkan fungsi dari tanda/simbol pengerjaan pada proses pemesinan

74
2. Merencanakan berbagai simbol pengerjaan pada gambar kerja.
3. Mempergunakan berbagai simbol-simbol pengerjaan pada gambar kerja.
4. Menginformasikan lebih jelas khususnya untuk proses produksi dan pemesinan.

4.3 Prasyarat
Persyaratan untuk mempelajari bab ini diharapkan :

1. Mahasiswa telah menguasai proses pemesinan.

2. Mahasiswa aktif mengikuti perkuliahan baik teori maupun praktek khususnya di


lab produksi dan pemesinan.
3. Mahasiswa talah mampu membuat gambar kerja secara lengkap sesuai dengan
standart ISO.
4. Mahasiswa telah mengenal alat pengukur kekasaran permukaan hasil pengerjaan
mesin.

4.4 Tanda Pengerjaan

Kualitas permukaan benda yang dikerjakan dengan mesin akan ditandai


dengan simbol / tanda pengerjaan. Permukaan benda kerja harus dikondisikan
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya. Misalnya fungsi harus rapat
agar tidak terdapat kebocoran. Berdasarkan uraian tersebut, dalam gambar kerja,
kondisi permukaan yang diinginkan harus diinformasikan dengan lambang-lambang
standar berikut ini.

Dimana:
a = Harga/tingkat kekasaran
b = Jenis Pengerjaan
c = ukuran lebih (allowance)
d = serat alur/serat pengerjaan potong

75
Harga kekasaran permukaan yang lazim digunakan pada gambar kerja
merupakan harga kekasaran rata-rata (Ra/roughness arithmatic). Ra tersebut didapat
dari gambar berikut ini yang merupakan suatu permukaan hasil dari pengerjaan
(gambar dibesarkan).

4.5 Fungsi Tanda Pengerjaan

Permukaan benda kerja memegang peran yang penting dalam perencanaan


mesin, terutama untuk memperhitungkan gesekan, pelumasan, keausan, dan
sebagainya. Untuk itu teknisi harus memenuhi syarat permukaan yang dikehendaki
oleh perencana atau pemesan. Agar teknisi dapat memenuhi permukaan yang sesuai,
maka karateristik permukaan harus tercantum dalam gambar teknik mesin, sehingga
teknisi bisa mengerti permukaan apa yang diinginkan. Untuk menghasilkan
permukaan yang sesuai, maka pada gambar kerja perlu adanya tanda-tanda
pengerjaan yang dinormalisasi yang diletakkan pada bagian-bagian dikehendaki
permukaannya. Pelaksanaan penempatan tanda pengerjaan ini juga mengharuskan
perpanjangan pada sebelah kanan sebagaimana
gambar dibaca. Simbol dasar dari tanda pengerjaan ini terdiri dari dua garis dengan
ketinggian yang tidak sama dengan perbandingan 1 : 2 yang membentuk sudut 60 0
satu sama lain (lihat Gambar 4.2).

Gambar 4.2. Simbol dasar tanda pengerjaan

Tidak semua permukaan benda dikerjakan dengan mesin. Ada kalanya karena
sesuatu hal permukaan tersebut tidak dikerjakan, atau dibiarkan saja dan juga bisa
permukaan tersebut tidak boleh dibuang, karena ukurannya sudah sangat pas.
Konfigurasi permukaan yang bebas dikerjakan dengan mesin apapun dan permukaan
yang tidak diijinkan untuk dikerjakan adalah seperti terlihat pada Gambar 4.3.

76
Pengerjaaan Bebas Pengerjaam tidak di ijinkan

Gambar 4.3 . Lambang pengerjaan bebas dan tidak dikerjakan

4.6 Penulisan Tanda Pengerjaan


Pengerjaan permukaan yang mendapat pengerjaan mesin harus dicantumkan
dengan keterangan pada simbol dasar yang berbentuk segi tiga. Adapun
pengembangan spesifikasi dari penulisan simbol yang telah diberi keterangan adalah
seperti terlihat pada Gambar 4.4 di bawah ini.

b
a c
Keterangan :
e d
a = Nilai kekasaran Ra dalam μm
b = Cara produksi, pengerjaan atau
Gambar 4.4. Simbol tanda pengerjaan pelapisan
dan keterangannya c = Penunjuk panjang dalam mm
d = Arah pengerjaan permukaan
e = Kelonggaran untuk pengerjaan mesin

Arah pengerjaan permukaan benda kerja sangat tergantung pada selera dan kehalusan
(kekasaran) yang diinginkan. Harga kekasaran dan kelas kekasaran untuk beberapa
nilai adalah seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Harga dan Kelas Kekasaran


Harga kekasaran (Ra) (μm) Kelas kekasararan
0,025 N1
0,05 N2
0,1 N3
0,2 N4
0,4 N5

77
0,8 N6
1,6 N7
3,2 N8
6,3 N9
12,5 N10
25 N11
50 N12

78
Tabel 4.2 Proses Pengerjaan dan Kualitas Kekasaran

Kualitas K N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12

0,025 0,05 0,1 0,2 0,4 0,8 1,6 3,2 6,3 12,5 25 50 100
Proses P
Flame
cutting
Sawing
Abrasive
cutting
Shearing,
fine blanking
Sand blasting
Ball blasting
Turning
Superfine
turning
Planning,
shaping
Drilling,
boring
Counter
sinking
Reaming
Face milling
Peripheral
milling
Broaching
Scraping
Face grinding
Peripheral
grinding
Plain
grinding
Honing
Superfinish
Plain lapping
Round
lapping
Polishing
Spark
erosion

Keterangan Halus Normal Kasar

79
4.7 Tanda Pengerjaan dan Harga Kekasaran

Kondisi permukaan yang dihasilkan dari suatu cara produksi harus


mempunyai kekasaran maksimum N8.
N8

Gambar 4.5 Lambang Pengerjaan untuk Semua Proses

Kondisi permukaan yang dikerjakan dengan mesin harus mempunyai kekasaran


maksimum N9.
N9

Gambar 4.6 Lambang Pengerjaan dengan Mesin

Kondisi permukaan harus mempunyai kekasaran maksimum N8 dengan proses yang


tidak menghasilkan tatal. Misalnya dirol atau permukaan tersebut tidak dikerjakan
lagi (hasil dari pabrik baja).
N8

Gambar 4.7 Lambang Pengerjaan tanpa Tatal

Kondisi permukaan harus mempunyai kekasaran minimum N6 dan maksimum N8.

N8
N6

Gambar 4.8 Lambang Kekasaran Minimum dan Maksimum

80
Contoh 1
Benda berikut akan dikerjakan dengan mesin misalnya mesin bubut, mesin gerinda
atau lainnya dengan kualitas kekasaran N7 (kekasaran tertinggi), dan akhirnya
dicrom dengan tingkat kekasaran N5. Agar dapat dipahami oleh operator mesin,
maka benda tersebut harus diberi simbol sebagai berikut:

Gambar 4.9 Penandaan kualitas permukaan

Contoh 2
Penyajian pada Gambar, lambang harus disimpan pada tempat yang jelas terlihat,
apabila diputar harus searah dengan putaran jarum jam, dibaca seperti membaca
angka ukur, berlaku prinsip simetri, cukup satu lambang pada bidang yang sama
untuk gambar dengan dua pandangan.

Gambar 4.10 Penunjukan simbol kekasaran pada gambar

Contoh 3
Harga kekasaran dapat diwakili dengan huruf jika rumit apabila dicantumkan
menurut aturan yang biasa, seperti gambar berikut ini.

81
Gambar 4.11 Pencantuman harga kekasaran

Contoh 4

Kondisi permukaan umum yaitu beberapa kondisi permukaan dengan harga


kekasaran yang sama (biasanya pengerjaannya secara umum, misalnya dibubut)
ditempatkan setelah nomor bagian dan kondisi permukaan khusus ditempatkan dalam
tanda kurung juga harus ditempatkan langsung pada permukaan yang dimaksud.
Gambar di sampingnya merupakan penyederhanaan, kondisi permukaan khusus
dicantumkan langsung pada permukaan yang dimaksud, sedangkan lambang dasar
disimpan dalam tanda kurung setelah kondisi permukaan umum. Kedua gambar
mempunyai maksud yang sama.

atau

Gambar 4.12 Penunjukan kondisi permukaan umum dan khusus

82
4.8 Rangkuman

1) Fungsi dari kondisi permukaan ialah sebagai instruksi bagi operator untuk
penyelesaian akhir (finishing) untuk pengerjaan suatu permukaan benda kerja.
2) Tanda pengerjaan adalah lambang bagi suatu perintah proses pengerjaan.
3) Harga kekasaran (Ra) adalah harga kekasaran rata-rata maksimum yang harus
dicapai oleh suatu proses pengerjaan.
4) Lambang harus dicantumkan pada tempat yang mudah terlihat dengan jelas.
5) Untuk kekasaran umum, pilihlah harga kekasaran yang paling kasar yang
masih dapat memenuhi fungsinya.
6) Informasi mengenai proses pengerjaan, kelebihan ukuran, arah alur bekas
pengerjaan, panjang contoh hanya dicantumkan apabila benar-benar diperlukan.
7) Lambang tidak dicantumkan (tidak berlaku) pada gambar ulir, lubang bor atau
hasil dari punching tool , lubang kontersing atau konterbor untuk dudukan kepala
baut/sekrup.
8) Harga kekasaran maksimum N7 untuk :
(a) Permukaan yang akan dipasangi seal (rapat terhadap kebocoran).
(b) Permukaan yang bertoleransi mikrometer (toleransi ISO).
(c) Permukaan yang dalam fungsinya akan bergesekan seperti permukaan roda
gigi.

83
4.9 Pertanyaan

1) Sebutkan fungsi dari kondisi permukaan pada gambar kerja.


2) Buatlah lambang untuk perintah pengerjaan yang harus menyayat permukaan.
3) Buatlah lambang untuk perintah pengerjaan yang tanpa menyayat permukaan.
4) Harga (Ra) untuk N6 adalah ….
5) Harga kekasaran (Ra) yang dapat dicapai oleh mesin bubut dengan pekerjaan
sedang adalah ….
6) Semakin halus harga kekasaran permukaan menyebabkan semakin … harga
pengerjaannya.
7) Harga kekasaran maksimum untuk bagian yang tidak boleh bocor (akan dipasang
seal) adalah ….
8) Suface Tester adalah alat pengukur kekasaran secara ….
9) Sebutkan dua proses pengerjaan yang tidak boleh mencantumkan lambang
kondisi permukaan.
10) Kondisi permukaan khusus harus … langsung pada permukaan yang dimaksud.

84
4.10 Model Jawaban

1. Permukaan suatu benda kerja harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi fungsinya. Misalnya fungsi harus rapat terdapat kebocoran.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam gambar kerja, kondisi permukaan yang
diinginkan harus diinformasikan dengan lambang-lambang standar berikut ini.

di bubut

2. Pengerjaan yang harus menyayat permukaan :

3. Pengerjaan yang tanpa menyayat permukaan :

4. Harga untuk N6 = 0,8 μm

5. Untuk pekerjaan sedang yaitu : N7 dan N8

6. Semakin halus harga kekasaran permukaan menyebabkan semakin kecil harga


pengerjaannya.

7. Harga kekasaran maksimum untuk bagian yang tidak boleh bocor (akan dipasang
seal) adalah N7.
8. Suface Tester adalah alat pengukur kekasaran secara digital.
9. Dua proses pengerjaan yang tidak boleh mencantumkan lambang kondisi
permukaan yaitu : 1) pengerjaan ulir, dan 2) pengerjaan bor.
10. Kondisi permukaan khusus harus dicantumkan langsung pada permukaan yang
dimaksud.

85
4.11 Tindak Lanjut

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan


menerapkan kedalam perancangan gambar kerja guna melengkapi informasi dengan
menggunakan seluruh tanda/simbol pengerjaan dan untuk dicantumkan pada gambar
benda yang akan dikerjakan dengan proses pemesinan untuk diproduksi. Disamping
itu juga mahasiswa mengetahui berbagai simbol pengerjaan, membaca tabel-tabel
harga kekasaran, dan mampu memilih harga dan kualitan kekasaran sesuai dengan
keperluan perencanaan.

4.12 Daftar Tilik Penampilan

Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1 70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir

86
BAB V
PENGGAMBARAN BAUT/MUR, RODA GIGI, DAN PEGAS

5.1 Pendahuluan
Baut/mur, roda gigi, dan pegas merupakan bagian-bagian utama dari satu unit
mesin. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsinya masing-masing secara
mekanis dan saling mendukung satu sama lainnya.
Pada dasarnya komponen-komponen utama ini secara teknis memiliki umur
pemakaian (life time) yang telah ditentukan, selanjutnya akan mengalami kerusakan
yang disebabkan oleh terjadinya : kelelahan, kehausan akibat gesekan, dan
pembebanan yang berlebihan sehingga terjadi perpatahan. Untuk ini maka perlu
dipersiapkan suku cadang yang baru atau dengan cara membuatnya di bengkel-
bengkel produksi yang memiliki kualifikasi khusus. Untuk mendukung proses
produksi/pemesinan tersebut, setiap pekerjaan yang akan dilakukan melalui proses
pemesinan, maka bentuk produk tersebut harus digambarkan terlebih dahulu dengan
cara membuat sebuah gambar kerja, agar operator dapat mengerjakan bentuk
komponen tersebut hingga menjadi sebuah produk jadi.
Dalam bab ini secara spesifik akan menjelaskan tentang beberapa metode
penggambaran baut/mur, roda gigi, dan pegas sebagai dasar keahlian untuk
merancang sebuah gambar kerja yang sesuai dengan standarisasi ISO.

5.2 Tujuan Khusus

1). Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi masing komponen utama.
2). Mahasiswa dapat mengetahui geometris komponen utama secara detail.
3). Mahasiswa mampu merancang gambar baut/mur, roda gigi, dan pegas.
4). Mahasiswa mampu membuat gambar assembly, gambar kerja, gambar susunan,
dan detail.

5.3 Prasyarat

Dalam mempelajari bab ini, mahasiswa harus mempunyai pengetahuan atau


kemampuan awal berupa :
1. Pengetahuan tentang menggambar konstruksi geometris

87
2. Pengetahuan tentang Simbol gambar, simbol pengerjaan, penunjukkan ukuran atau
dimensi.
3. Kemampuan menggunakan alat-alat gambar, seperti pensil, penggaris, sepasang
penggaris segi tiga, busur derajat, mal lengkung, dan jangka dengan benar.
4. Kemampuan menggunakan alat ukur, dan proses pemesinan.

5.4 Cara Menggambar Baut dan Mur

Penggambaran mur-baut harus dilakukan dengan jelas, dengan demikian


orang yang membaca gambar tahu bentuk sebenarnya dari mur-baut tersebut. Untuk
menjelaskan bentuk ulir mur-baut hanya dengan menggunakan pandangan muka
sebenarnya sudah cukup. Tetapi dalam hal-hal tertentu perlu untuk
menggambarkannya dalam tiga pandangan yaitu pandangan depan, atas dan samping
kanan, jika kita perlu mengetahui ukuran kepala tetap, tangkai dan kepala bautnya.
Sebagai pengikat yang berbentuk ulir, baut dan mur banyak digunakan dalam
kontruksi permesinan.

Bagian-bagian dari baut dan mur terdiri dari baut, kepala tetap baut dan mur.
Bentuk kepala tetap baut dan mur adalah biasanya segi empat atau segi enam. Pada
umumnya baut dan mur tidak digambar pada detail (bagian), tetapi dalam gambar
susunan biasanya digambar sesuai dengan standar yang ada menurut perbandingan
diameter luar yang aturannya seperti pada Gambar 5.1 di bawah ini.

Pembuatan gambar mur pengukuran mur

88
Gambar 5.1. Bentuk kepala tetap baut dan mur.

5.5 Cara Menggambar Roda Gigi

Roda gigi adalah merupakan bagian yang penting pada mesin-mesin


penggerak, dimana roda gigi ini akan menghubungkan dan meneruskan gerak dan
gaya transmisi. Adanya pasangan roda gigi ini memungkinkan untuk mempercepat
atau memperlambat kecepatan putar dalam rangkaian transmisi yang ada, sehingga
apabila diinginkan putaran yang lambat, maka roda gigi yang digerakan bisa
diperbesar demikian pula sebaliknya. Sebagai elemen bentuk yang mengulang roda
gigi dapat digambarkan secara konvensional dalam cara yang disederhanakan
sebagai roda pejal dengan lingkaran jaraknya digambar dengan garis sumbu tipis.
Untuk itu suatu gambar rangkaian roda gigi paling tidak harus mencakup hal-hal
sebagai berikut:
(a) Pandangan depan roda gigi adalah pandangan yang memperlihatkan sumbu
lubang porosnya. Garis kepala atau lingkaran kepala digambar dengan garis
tebal, dan garis jarak antara atau lingkaran jarak dengan garis sumbu tipis.
(b) Garis kaki atau lingkaran kaki digambar dengan garis tipis, tetapi dapat
dihilangkan juga. Gambar pandangan depan yang dipotong harus
memperlihatkan lingkaran kaki dengan garis tebal.

89
(c) Arah gigi dari roda gigi dengan gigi miring bila perlu diperlihatkan dapat
digambar dengan tiga garis tipis, yang menunjukkan arah dan bentuk giginya.
Selain pandangan yang tepat dengan menggunakan garis yang sesuai, dalam
menggambar roda gigi dianjurkan untuk memberikan ukuran pada pandangan-
pandangan gambar yang dibuat. Ukuran-ukuran ini akan dapat menjadi
keterangan yang diperlukan dalam pembuatannya. Apabila diperlukan
keterangan yang lain, maka dapat diletakkan dalam tabel data gigi yang ada pada
papan nama gambar. Gambar 5.2, 5.3 memperlihatkan contoh jenis-jens profil
roda gigi dan cara menggambar roda gigi.

(a) (b) (c)

Gambar 5.2 Jenis-jenis profil roda gigi

90
(d)

Gambar 5.3. Contoh cara menggambar roda gigi.

5.6 Macam-Macam Pasangan Roda Gigi

Untuk menyusun gambar rangkaian roda gigi, aturan-aturan yang


dipergunakan pada roda gigi tunggal tetap dapat dipergunakan. Gambar pandangan
depan yang dipotong salah satu giginya tertutup oleh gigi yang lain dan digambar
dengan garis gores, sedangkan yang satu lagi digambar dengan garis tebal.
Sedangkan bila pandangan depan tidak dipotong, masing-masing kepala gigi
digambar dengan garis tebal. Ketika menggambar rangkaian roda gigi, seorang juru
gambar atau teknisi perlu untuk mengetahui bentuk-bentuk roda gigi.
Adapun macam-macam rangkaian pasangan roda gigi secara ringkas dapat
dibedakan menjadi lima macam, yaitu: pasangan roda gigi lurus, pasangan roda gigi
cacing, pasangan roda gigi kerucut, pasangan roda gigi dengan batang gigi, dan
pasangan roda gigi dalam (lihat Gambar 5.3).

91
Gambar 5.4. Macam-macam pasangan roda gigi

5.7 Cara Menggambar Pegas

Penggambaran pegas dapat dilihat pada gambar berikut ini, dari gambar
pegas bisa digambar secara gambar pandangan, gambar potongan atau menggunakan
lambang.

92
(1)

93
(2)

Gambar 5.5 Jenis-jenis Pegas

5.8 Gambar Kerja Pegas

Untuk gambar kerja pegas, selain informasi yang baku juga harus diberi
catatan untuk menegaskan antara lain jumlah lilitan, sedangkan diagram gaya pegas
digambar dengan garis tipis kontinu, diagram gaya ini berfungsi untuk pemeriksaan
setelah pegas dibuat. Untuk lebih jelasnya, contoh gambar kerja pegas dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

94
Gambar 5.6 Contoh Gambar Kerja Pegas Tekan

95
Gambar 5.7 Contoh Gambar Kerja Pegas Tarik

5.9 Contoh Soal

96
1. Untuk gambar kerja roda gigi, beberapa informasi tidak dapat disajikan pada
gambar, antara lain modul, jumlah gigi sehingga perlu dibuat suatu tabel seperti
dicontohkan pada gambar berikut ini.

Gambar 5.8 Gambar kerja roda gigi lurus


2. Contoh gambar kerja roda gigi payung

97
Gambar 5.9 Gambar kerja roda gigi payung

3. Contoh menggambarkan Kepala tetap Baut/Mur

98
Gambar 5.10 Kepala tetap Baut/Mur

5.10 Rangkuman

99
1) Penggambaran roda gigi menggunakan lambang yang telah standar.
2) Pada gambar kerja, data yang tidak dapat diinformasikan dengan gambar, antara
lain jumlah gigi dibuat dalam tabel.
3) Penggambaran pegas, dapat dibuat dengan lambang atau digambar tampak
sebenarnya.
4) Pada gambar kerja, informasi yang tidak jelas jika digambar diinformasikan
dengan kalimat, antara lain jumlah lilitan.
5) Baik roda gigi maupun pegas, contoh gambar kerja yang terdapat pada buku ini
dapat dijadikan sebagai acuan.

5.11 Pertanyaan

100
Latihan 1

Gambar “Susunan Roda Gigi” berikut ini mempunyai data : jarak sumbu =75 mm,
jumlah gigi=21, modul= 2, data alur pasak diambil dari tabel, ukuran lain diukur dari
gambar. Buatlah gambar kerja nomor bagian 1, 2 dan 3; dengan ketentuan seperti
berikut.
1. Lengkap dengan ukuran, toleransi (bagian yang berpasangan menggunakan suaian
longgar) dan kondisi permukaan.
2. Tentukan nama bagian dan bahan yang sesuai dengan fungsinya.

Latihan 2

101
Buatlah gambar kerja pegas (ujung dirapatkan dan digerinda) jika diketahui:
diameter kawat= 6 mm, panjang rapat= 60 mm, diameter tusuk= 26 mm, beban
awal= 1050 N, beban kerja= 1480 N, langkah= 5 mm, pertimbangan modulus geser=
81000 N/mm2, konstanta pegas= 86 N/mm, tegangan geser izin= 610 N/mm2,
panjang bebas= 82 mm, panjang bebas= 82 mm, arah lilitan kanan, jumlah lilitan
yang menerima beban= 6, jumlah lilitan seluruhnya= 8, beban maksimum= 1900 N.

Jumlah Lilitan Panjang Bebas Panjang rapat (beban


Seluruhnya Maximum)
N=na+2 Lo=p.na+1,5d Lmin=(na+1,5)d

Latihan 3

Gambarkan sebuah baut dan mur dengan bentuk kepala baut segi enam sebagai
pengikat komponen mesin yang berpasangan seperti : tuas engkol pada sepeda motor
yang harus diikat dengan baut/mur agar tidak mudah terlepas. Dimensi baut/mur
direncanakan sesuai dengan yang ada dijual di pasaran.

102
2
5.12 Model Jawaban

1 0,05 A
0,05
0,05

0.01
A

0,05 A

0,05 B
3 0,05 B

3 x 45 0
B
Latihan 2

Gambar kerja pegas tekan :

Di Lf

D
D0
Latihan 3

105
5.13 Tindak Lanjut

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu membuat gambar


kerja dan detail sesuai dengan standart ISO dengan menggunakan seluruh
tanda/simbol pengerjaan dan untuk dicantumkan benda yang akan dikerjakan dengan
proses pemesinan untuk diproduksi. Disamping itu juga mahasiswa mengetahui
berbagai simbol pengerjaan, membaca tabel-tabel harga kekasaran, standarisasi
baut/mur, roda gigi dan pegas.

5.14 Daftar Tilik Penampilan

Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Kognitif 3
Kebenaran gambar 3
Kerapian, kebersihan, estetika 2 Tingkat
gambar penguasaan
nilai minimal
Ketepatan waktu 1 70
Ketepatan penggunaan alat 1
Nilai Akhir

106
DAFTAR PUSTAKA

1. Berg, H. Van Den dan Gijzels, H.H. 1979. Menggambar dan Membaca Gambar
Mesin. Penerjemah: Poernomo-Soemarto. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
2. Boundy, A.W. 1985. Engineering Drawing. second edition. Sydney: Mc-Graw
Hill Book Company.
3. Christgau dan Schmatz. 1995. Menggambar Teknik Kejuruan Logam.
Penerjemah: Sugeng, dkk. Bandung: Angkasa.
4. Giesecke, Frederick E. et. all. 1985. Technical Drawing With Computer
Graphics. Seventh edition. New York: Macmillan Publishing Co, Inc.
5. Hantoro, Sirod dan Parjono. 1983. Menggambar Mesin 1. Yogyakarta: PT.
Hanindita.
6. Jensen, Cecil and Helsel, Jay D. 1985. Engineering Drawing and Design. Third
edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
7. La Heij, J dan De Bruijn, LA. 1991. Ilmu Menggambar Bangunan Mesin.
Cetakan keenam. Penerjemah: Soekiran. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
8. Luzadder, Warren J. 1986. Menggambar Teknik Untuk Desain, Pengembangan
Produk dan Kontrol Numerik. Edisi kedelapan. Penerjemah: Hendarsin H.
Jakarta: Erlangga.
9. Sato, G. Takeshi dan N. Sugiarto H. 1994. Menggambar Mesin Menurut
StandarIso. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

107
TAKARIR

Elip Konstruksi geometris yang mempunyai sumbu


panjang dan sumbu pendek

Gambar proyeksi ortogonal : Gambar dalam bidang datar, yang menyajikan


benda dalam tampak depan, tampak samping,
atau tampak atas.
Garis perpotongan : Garis yang terbentuk karena ada dua benda
saling berpotongan.
Gambar bentangan : Gambar permukaan benda bila dibuka atau
dibentangkan.
Gambar piktorial : Gambar yang menjelaskan benda sehinnga
bentukya Seperti yang terlihat oleh mata,
gambar isometrik
Garis sambungan : Garis yang padanya kedua bagian benda akan
disambung
Garis netral : Garis yang membatasi daerah kena beban tarik
dan daerah kena beban tekan.
Garis lipatan : Tempat pada mal / pola yang nantinya ditempat
itu akan dilipat atau ditekuk.
Kurve sambungan : Garis lengkung yang nantinya membentuk
garis sambungan.
Lingkaran : Konstruksi geometris yang mempunyai dua
panjang sumbu yang sama.
Mal : Gambar bentangan yang telah dipotong, siap
untuk menggambarkan apa yang
dimaksudkan,pada material yang sesungguhnya
.
Metode garis sejajar : Cara membuat gambar bentangan dengan
memanfaatkan garis-garis sejajar pada gambar

108
proyeksi.
Panjang sebenarnya : True length, garis yang dipakai untuk
melukiskan panjang garis pada gambar
bentangan.
Penampang lintang : Bentuk geometris benda bila dipotong tegak
lurus sumbu tengah.
Penampang memanjang : Bentuk geometris benda bila dipotong sejajar
dengan sumbu tengah.
Prisma : Bentuk geometris yang mempunyai bentuk
sama sepanjang bendanya.
Radius netral : Jarak dari sumbu tengah ke garis netral yang
melengkung.
Radius dalam : Jarak dari sumbu tengah ke permukaan plat
bagian dalam yang melengkung.
Sumbu tengah : Garis yang menunjukkan tengah benda.
Sumbu netral : Garis yang membatasi daerah yang terkena
gaya tekan dan gaya tarik.
Silinder tegak : Silinder bila dipotong tegak lurus sumbu,
berbentuk lingkaran , kedua ujungnya
berbentuk lingkaran.
Silinder oblik : Silinder bila dipotong tegak lurus sumbu,
berbentuk elip, keduanya ujungnya berbentuk
lingkaran.
Skala gambar : Perbandingan ukuran pada gambar dengan
ukuran benda sesungguhnya.
Arsir : Yaitu garis-garis miring 450 sejajar dengan
jarak yang sama dengan tebal dan bentuk garis
tertentu untuk menunjukkan penampang
potongan suatu benda.
Potongan, penampang atau : yaitu gambar teknik untuk memperjelas

109
irisan pemahaman terhadap konstruksi benda dengan
menganggap atau membayangkan sebagian dari
benda dipotong atau dibuang sebagian.
Diagonal : Garis lurus dari sudut ke titik sudut lain yang
letaknya tidak bersebelahan.
Fungsional : Berguna
Oblik miring : Perspektif yang bersudut 180o dan 45 0
Ortogonal : Suatu metode proyeksi yaitu metode proyeksi
sudut pertama dan ketiga untuk
menggambarkan suatu benda pada sebuah
bidang.
Silindris : Bentuk silinder
Toleransi : Selisih penyimpangan ukuran membesar yang
bisa digunakan dan selisih ukuran mengecil
yang dapat diterima oleh semua pekerja dan
perusahaan industri.
Toleransi Bentuk : Batasan penyimpangan yang diizinkan dari
suatu bentuk benda kerja terhadap bentuk
benda kerja yang ideal.
Toleransi Posisi : Batasan penyimpangan posisi yang diizinkan
dari suatu benda kerja terhadap posisi suatu
pasangan dari dua atau beberapa benda kerja
yang berpasangan sempurna.
ISO : Kependekan dari International Standartization
for Organization yang berkedudukan di Swiss
yang mengatur dan mengawasi standart,
ukuran, managemen dan kualitas produk
seluruh anggotanya di seluruh dunia.
JIS : Japan International Standart

110
PENJURUS

Interpretasi, 1
Zigzag, 28
Garis rantai titik ganda, 35
Toleransi linier, Toleransi geometri, 43, 57, 58
Sistem basis lubang dan sistem basis poros, 45, 65, 66
Toleransi dan suaian, 46
Toleransi Standar Internasional (IT), 47, 48, 49, 50
Gambar kerja, 61, 71
Roughness arithmatic, 74, 76
Konfigurasi permukaan, 76
Tanda Pengerjaan, 74, 75, 76, 77,
Kekasaran, 74, 78, 79, 81, 82
Punching tool, 83
Gambar susunan, 100

111
112

Anda mungkin juga menyukai