Anda di halaman 1dari 55

Perencanaan Elemen Mesin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semakin pesatnya
berkembangnya

teknologi

perkembangan teknologi
dalam

pembuatan

saat ini,

peralatan

yang

mendorong
bertujuan

memudahkan dan meringankan kegiatan manusia. Banyaknya peralatan yang


diciptakan merupakan alat penunjang bagi kebutuhan manusia. Karena kebutuhan
manusia semakin beragam maka teknologi juga dituntut untuk memberikan
manfaat yang semakin banyak. Oleh karena itu sebagai mahasiswa kita harus
mampu memanfaatkan ilmu yang kita peroleh untuk diaplikasikan minimal dalam
merencanakan suatu alat. Dalam perencanaan pembuatan alat tersebut dibutuhkan
pengetahuan mengenai elemen-elemen mesin, kegagalan suatu elemen mesin,
gaya-gaya yang terjadi dan pengaruhnya pada elemen mesin, dan pengetahuan
mengenai standar-standar pada elemen mesin.
Peralatan yang direncanakan dalam laporan ini adalah suatu mesin
pembuat kue nastar. Pada kenyataannya sudah banyak terdapat mesin pembuat
kue nastar yang diproduksi di pasaran. Mesin-mesin yang ada cenderung
menggunakan sistem injeksi. Sistem injeksi yang ada dalam mesin tersebut
merupakan sistem dengan saluran yang telah diisi oleh adonan kue nastar dan juga
termasuk selai didalamnya. Output dari injeksi tersebut merupakan kue nastar jadi
yang siap dipanggang dan dikonsumsi. Dari sistem tersebut terdapat beberapa
permasalahan. Salah satunya adalah bentuk kue nastar yang tidak seragam. Hal ini
disebabkan oleh proses injektor yang langsung mengeluarkan output berupa
adonan dan selai dengan bentuk yang biasanya tidak bulat karena dalam injektor
tidak terdapat mekanisme untuk membentuk kue yang benar-benar bulat. Selain
itu dalam prosesnya alat tersebut akan sulit dimonitoring dan dimaintenance,
karena proses terjadi secara tertutup dalam injektor dan banyak menggunakan
sistem kontrol elektronik, sehingga akan rumit jika dibongkar. Kemudian yang
harga dari alat pembentuk kue nastar yang menggunakan sistem kontrol injektor

Perencanaan Elemen Mesin

relatif mahal, sehingga kurang cocok bagi masyarkat pengusaha awam yang
memiliki keterbatasan dalam biaya pembelian maupun dalam biaya maintenance.
Karena permasalahan-permasalahan tersebut dirancanglah suatu mesin
pembuat kue nastar yang memiliki kualitas produk seragam, efisien, murah dan
mudah dimaintenance serta menjangkau masyarakat yang ingin mencoba
berwirausaha dengan modal yang sedikit. Mesin ini dirancang menggunakan
sistem yang sederhana agar dalam merealisasikannya memiliki harga yang relatif
murah dan produksi yang banyak sehingga memiliki nilai efisiensi yang baik.
Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan seragam, karena dalam
prosesnya rasio antara adonan dan selai telah diperhitungkan dan presisi, selain itu
dalam pembentukannya terdapat mekanisme yang memasitikan bahwa hasil kue
benar-benar bulat dengan alat pembentuknya. Perencanaan alat ini terdapat poros
yang digunakan untuk mentransmisikan daya yang sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bagian. Motor yang dipilih juga memiliki kapasitas yang sesuai
dan tidak berlebihan sehingga sangat cocok dalam proses pengerjaan alat ini.
Dalam hal maintenance, mesin ini relatif lebih mudah dimonitor karena semua
proses terlihat secara kasat mata, sehingga apabila terjadi kegagalan produksi,
proses dapat langsung dianalisa dimana bagian yang mengalami kerusakan.
Perancangan pembuatan mesin ini diperhitungkan secara detil dalam analisa gayagayanya. Kemudian dalam pembuatan sebuah alat tentu perlu desain awal dari alat
tersebut, bagaimana susunan antara komponen dan elemen yang dibutuhkan.
Kemudian dibutuhkan pilihan material yang tepat agar alat dapat bertahan lama,
karena itu penulis harus mampu mendesain mulai dari gambar susunan, sistem
transmisi, kemampuan setiap elemen dan pemilihan material yang tepat.

Perencanaan Elemen Mesin

1.2. Permasalahan
Dari Mesin pembuat kue nastar dengan sistem injektor yang telah ada
memiliki beberapa permasalahan.
1. Bentuk kue nastar yang tidak seragam. Hal ini disebabkan oleh proses
injektor yang langsung mengeluarkan output berupa adonan dan selai
dengan bentuk yang biasanya tidak bulat karena dalam injektor tidak
terdapat mekanisme untuk membentuk kue yang benar-benar bulat.
2. Mesin sulit dimonitoring dan dimaintenance, karena proses terjadi secara
tertutup dalam injektor dan banyak menggunakan sistem kontrol
elektronik,

sehingga

akan

rumit

jika

dibongkar

dan

dianalisa

kerusakannya.
3. Harga dari alat pembentuk kue nastar yang menggunakan sistem kontrol
injektor relatif mahal, sehingga kurang cocok bagi masyarkat pengusaha
awam yang memiliki keterbatasan dalam biaya pembelian maupun dalam
biaya maintenance.

1.3 Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari mesin pembuat kue nastar ini :
1.

Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan seragam,


karena dalam prosesnya rasio antara adonan dan selai telah
diperhitungkan dan presisi, selain itu dalam pembentukannya terdapat
mekanisme yang memastikan bahwa hasil kue benar-benar bulat

2.

dengan alat pembentuknya.


Mesin ini relatif lebih mudah dimonitor dan dimaintenance karena
semua proses terlihat secara kasat mata, sehingga apabila terjadi
kegagalan produksi, proses dapat langsung dianalisa dimana bagian

3.

yang mengalami kerusakan.


Mesin ini dirancang menggunakan sistem yang sederhana agar dalam
merealisasikannya memiliki harga yang relatif murah dan produksi
yang banyak sehingga memiliki nilai efisiensi yang baik.

Perencanaan Elemen Mesin

1.4 Tujuan Proyek Perencanaan Elemen Mesin


1.3.1 Tujuan Umum
1. Memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Perencanaan
Elemen Mesin pada jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
2. Membentuk kemampuan mahasiswa dalam proses pemakaian
komponen-komponen

dasar

mesin

didalam

suatu

sistem

pemesinan dengan mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan


dalam elemen mesin dan standar-standar yang berlaku.
3. Membentuk ideologi berpikir bahwa seorang engineer mampu
merealisasikan segala macam hasil rancangannya ke dalam
bentuk riil.
4. Melakukan

peran

mahasiswa

dalam

mengabdi

kepada

masyarakat melalui penelitian dan pengembangan produk.


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Dapat merencanakan sistem kerja sebuah mesin pembentuk kue
nastar menjadi bulat yang baik.
2. Dapat menentukan mekanisme yang akan digunakan sehingga
dapat diketahui daya yang dibutuhkan untuk memilih motor yang
tepat
3. Dapat menganalisa dan menentukan gaya-gaya yang terjadi pada
elemen mesin dalam konstruksi tersebut.
4. Dapat melakukan pemilihan elemen-elemen mesin, bahan standar
pada
perencanaan mesin pengaduk sendiri.
.
1.5 Batasan Masalah

Perencanaan Elemen Mesin

Untuk mendapatkan hasil rancangan yang baik tentunya diperlukan waktu


yang cukup lama, sehingga dengan waktu yang tersedia maka penyusun
membatasi perencanaan hanya pada sisi model mekanismenya.
Adapun perencanaan ini diarahkan pada:
1. Perencanaan sistem yang sesuai
2. Perencanaan daya yang dibutuhkan
3. Perencanaan rodagigi
4. Perencanaan poros
5. Perencanaan pasak
6. Perencanaan bantalan

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan Perancangan Elemen Mesin ini memiliki
sistematika penulisan sebagai berikut. Bab 1 merupakan Pendahuluan terdapat
Latar Belakang, Permasalahan, Manfaat, Tujuan, Batasan Masalah, dan
Sistematika Penulisan
Bab II merupakan Dasat Teori yang berisi mengenai teori berupa Spur
Gear, Bevel Gear, Poros, Bantalan, dan Pasak
Bab III merupakan Skema Proses dan Perhitungan berisi mengenai
mekanisme dari mesin pembuat kue nastar ini, perancangan dimensi dan analisa
gaya pada elemen-elemen mesin yang ada yaitu, Bevel Gear, Spur Gear, Poros,
Bantalan, dan Pasak.
Bab IV merupakan kesimpulan berisi dimensi dari mesin dan bagiannya
secara detil. Selain itu terdapat lampiran berupa gambar mesin susunan dan
gambar rincian, dan Daftar pustaka.

Perencanaan Elemen Mesin

BAB II
DASAR TEORI

Transmisi daya adalah suatu pengertian bahwa pada suatu mekanisme


terjadi perpindahan daya. Mekanisme tersebut dapat berupa belt, roda gesek,
rantai (chain), kopling (coupling and clutch) ataupun roda gigi.
Transmisi daya dengan menggunakan roda gigi adalah pemindahan daya
yang dapat memberikan putaran yang tetap maupun putaran yan berubah. Roda
gigi memiliki berbagai jenis antara lain roda gigi lurus, (spur gear), roda gigi
miring (helical gear), roda gigi konis (bevel gear) dan roda gigi cacing (worm
gear). Untuk merencanakan suatu transmisi daya terdapat beberapa faktor yang
perlu diperhatikan, antara lain:

Jumlah daya yang akan dipindahkan

Jumlah putaran tiap menit (n : rpm)

Jumlah gigi

Jenis roda gigi yang akan direncanakan

Dan lain-lain.
Sebagai langkah awal yang dilakukan dalam perencanaan suatu transmisi

daya adalah jenis roda gigi yang akan digunakan. Demikian pula dalam memilih
bahan untuk roda gigi maupun poros didasarkan atas kebutuhan yang optimum
dengan harapan kekuatan (strength stress) cukup, tahan aus (low wear), tidak
terlalu besar dan mudah didapat.
Dalam perencanaan ini akan digunakan roda gigi jenis konis (bevel gear).
Jenis roda gigi ini memiliki fungsi untuk mentransmisikan daya dengan posisi
yang tidak paralel dan saling berpotongan. Dalam perencanaan ini yang akan
digunakan adalah roda gigi konis dengan gigi lurus (straight bevel gear) dengan
sudut poros bersilangan 90o ,spur gear, dan worm gear.

Perencanaan Elemen Mesin

2.1. Spur Gear

Gambar 2.1. Bagian-bagian Spur Gear


Roda gigi lurus digunakan untuk mentransmisikan daya dan gerak pada
dua poros yang paralel. Ukuran yang kecil dari pasangan roda gigi disebut pinion

Perencanaan Elemen Mesin

(berfungsi sebagai penggerak) sedangkan yang besar disebut gear (yang


digerakkan).
Gambar geometri dari pasangan roda gigi :

Gambar 2.2. Geometri Dari Pasangan Roda Gigi


Beberapa istilah yang akan digunakan dalam perencanaan roda gigi ini
antara lain:
1. Diametral Pitch (P) merupakan jumlah gigi tiap inchi lengkungan roda gigi
atau jumlah gigi pada roda gigi dibagi dengan diameter pitch circlenya
2. Circular pitch (p) jarak roda gigi yang diukur pada pitch circlenya yaitu
jarak satu titik pada roda gigi sampai titik pada roda gigi berikutnya pada
kedudukan yang sama
Persamaan dari penjelasan diatas adalah
P

Nt
d

d
Nt

Sehingga :

Perencanaan Elemen Mesin

Pp

Dimana :
p : circular pitch
P : diametral pitch
Nt : jumlah gigi pada roda gigi
Center of distance
Jarak titik pusat sepasang roda gigi sama dengan setengah dari jumlah
diameter-diameter pitchnya.
c

dp dg
2

Dimana :
c : jarak pusat 2 poros sepasang roda gigi
dp : diameter pinion
dg : diameter gear
Velocity Ratio
Persamaan dari velocity ratio adalah :
i

1 n1 Nt 2 d 2

2 n2 Nt1 d1

Dimana :
i

: velocity ratio

: kecepatan sudut

: kecepatan keliling

Nt

: jumlah gigi

Perencanaan Elemen Mesin

: diameter pitch circle

Beban Pada gigi :


Dalam merencanakan roda gigi ini diketahui torsi dan putaran yang
dibutuhkan sehingga gaya-gaya beben yang bekerja terhadap roda gigi dapat
dihitung.
Daya yang diterima :
Persamaan yang dipakai adalah
T

HP 63000
n

Dimana :
HP

: daya input (hp)

: torsi (lb.in)

: putaran permenit (rpm)

Gaya-gaya pada spur gear :

Gambar 2.3. Gaya-gaya Pada Spur Gear

10

Perencanaan Elemen Mesin

Gambar diatas menunjukkan sepasang roda gigi yang bersentuhan pada pitch
point P.
Fn

: gaya yang ditimbulkan oleh gigi pada roda gigi yang digerakkan terhadap
gigi roda gigi penggerak

Fn dapat diproyeksikan pada arah tangensial (Ft) dan arah radial (Fr)
Ft Fn cos
Fr Fn sin Ft tan

Dimana : sudut tekan

Torsi akibat gaya normal :


T Fn

d1
d1
cos Ft
2
2

Dimana :
d1 : diameter pitch line (in)
Kecepatan pitch line
Vp

.d .n
12

(ft/menit)

Kekuatan gigi
1. Beban bending ijin material dihitung menggunakan persamaan :

Fb

S .b.Y
Kf .P

dimana :

11

Perencanaan Elemen Mesin

Fb

: Beban bending ijin (lb)

: tegangan aman statis bahan (psi)

: tebal gigi (in)

: angka lewis (tabel 10-2)

: Diametral pitch

Kf

: Faktor konsentrasi tegangan

2. Beban dinamis
Efek dinamis pada roda gigi yang terjadi sebagai akibat factor tidak
akuratnya pembuatan gigi, kurang baiknya jarak gigi, pemasangan roda gigi,
defleksi akibat sifat elastis gigi dan poros serta pembebanan yang tidak konstan
adalah factor-faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan suatu transmisi
roda gigi.
Persamaan untuk menghitung beban dinamis :
Fd

Fd

Fd

600 Vp
Ft
600
1200 Vp
Ft
1200

78 Vp
Ft
78

untuk 0 Vp 2000 ft/min

untuk 2000 Vp 4000 ft/min

untuk Vp 4000ft/min

Syarat keamanan roda gigi terhadap kemungkinan patah berdasarkan teori LEWIS
apabila nilai Fb

Fd

3. Beban Keausan Ijin

12

Perencanaan Elemen Mesin

Kerusakan permukaan gigi dapat disebabkan oleh terabrasinya permukaan


gigi akibat gesekan antar permukaan gigi yang tidak disertai sistem pelumasan
yang baik maupun akibat adanya material ikutan dalam minyak pelumas yang
dapat menggores permukaan gigi.
Untuk menghitung beban keausan ijin material dapat digunakan persamaan :
Fw dp.b.Q.K

dimana :
Fw : beban keausan ijin
dp : diameter pinion (roda gigi yang diameternya lebih kecil)
b : tebal gigi
K : faktor beban keausan (tabel 10-11)

2.dg
2.Ntg

dp dg Ntp Ntg

Syarat keamanan roda gigi terhadap keausan apabila nilai Fw

Fd

Tebal gigi
Syarat tebal gigi adalah:
9
13
b
P
P

Pembatasan ini dengan pertimbangan apabila tebal gigi terlalu tipis maka sulit
untuk membuat senter (terhadap sumbu poros), tapi apabila terlalu tebal maka
kemungkinan terjadi ketidakmerataan pembagian beban pada roda gigi semakin
besar.
2.2 Bevel Gear
13

Perencanaan Elemen Mesin

Tipe roda gigi untuk memindahkan daya dengan kedudukan poros yang tidak
parallel dan saling berpotongan adalah tipe bevel gear (roda gigi konis) roda gigi
konis yang digunakan dalam perencanaan ini adalah jenis straight bevel gear (roda
gigi konis dengan gigi lurus) karena kecepatan pitch linenya kecil (Vp < 1000
ft/menit).sudut pitch yang dipakai adalah 900.

Gambar 2.4 Pasangan Bevel Gear


Geometri Bevel gear

14

Perencanaan Elemen Mesin

Gambar 2.5 Bagian-bagian Bevel Gear


Keterangan :
NP

: jumlah gigi pada pinion

NG

: jumlah gigi pada gear

DG

: diameter pitch gear

DP

: diameter pitch pinion

: tebal gigi

: sudut pitch pinion

: sudut pitch gear


: Diametral Pitch.

Sudut antara kedua poros


Sudut antara kedua poros adalah jumlah sudut pitchnya

Untuk sudut poros 900 maka


15

Perencanaan Elemen Mesin

Ntg
Ntp

Ntp
Ntg

tan

tan
Jumlah gigi ekuivalen
Jumlah gigi ekuivalen dapat dihitung dengan persamaan :
Ntg '

Ntp'

Ntg
cos

Ntp
cos

Gambar 2.6 Gambar potongan Bevel Gear


Kekuatan gigi bevel

Dengan menggunakan persaman lewis terhadap dx diperoleh:


dFx

S .Y .dx
Px

Untuk mendapatkan torsi persamaan menjadi

16

Perencanaan Elemen Mesin

rx.dFx

S .Y .rx.dx
Px

Berkurangnya circular pitch (p) sebanding dengan berkurangnya x. Karena


diametral pitch (P) berbanding terbalik dengan p, maka P berbanding terbalik
dengan x. Karena harga terbesar p pada x = L maka Px terbesar pada x = L b.
Px L

P
x

Dimana P : diametral pitch pada x = L


Dari kesebangunan segitiga didapatkan persamaan
rx x

r
L

Dengan substitusi ke persamaan lewis diperoleh


T

S .Y .(r / L). x.dx


P.L / x

Karena bentuk / ukuran bevel gear, dimana ukuran bagian muka tidak
sama dengan bagian belakang maka dengan menggunakan integrasi dari variasi
yang meliputi tebal gigi, circular pitch, diameter pitch dan gaya bending yang
diterima maka digunakan hasil integrasi sebagai berikut :
T

S .Y .r.b
b
b2
1

P
L 3.L2

Persamaan di atas menjadi:

S .Y .b
b
1
P
L

Lebar gigi
17

Perencanaan Elemen Mesin

Lebar gigi pada bevel gear dibatasi adalah sepertiga dari jarak cone:

(b

L
3

Beban bending ijin

Dari ketentuan pembatasan nilai b maka nilai

b2
3.L2

sangat kecil sehingga bisa

diabaikan. Dengan pengertian T = F.r maka dari persamaan kekuatan gigi diatas
diperoleh persamaan beban bending ijin yaitu

S .Y .b
b
1
P
L

Fb

Dimana :
Y : angka lewis yang diperoleh dari tabel dengan menggunakan jumlah gigi
ekuivalen terkecil.
Beban dinamis
Beban dinamis pada bevel gear dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan yang ada pada spur gear dengan persyaratan keamanan yang sama

yaitu Fb Fd
Beban keausan ijin
Persamaan yang digunakan adalah :

Fw

dp.K .Q
cos

2.Ntg '
Ntg ' Ntp'

18

Perencanaan Elemen Mesin

Persyaratan keamanan untuk keausan adalah Fw Fd

2.3 Poros
Poros merupakan elemen mesin yang berfungsi meneruskan tenaga.
Momen bending dan momen torsi yang bekerja pada poros
Pada perhitungan poros, yang dihitung atau ditentukan adalah diameter
poros. Untuk dapat menentukan diameter poros maka harus diketahui terlebih
dahulu tegangan yang diterima oleh poros seperti tegangan bending, tegangan
torsi ataupun tegangan kombinasi antara bending dan torsi
Kita menganalisa setiap gaya yang ada pada poros. Untuk memudahkan
perhitungan gaya-gaya yang ada pada poros dibagi menjadi dua bagian, yaitu gaya
arah horizontal dan gaya arah vertikal. Sedangkan untuk momen yang putarannya
CW (berlawanan arah jarum jam) bernilai positif (+), dan untuk momen yang
putarannya CCW (searah jarum arah jarum jam) bernilai negatif (-).
Untuk menganalisa diameter poros yang akan dipakai, kita dapat menggunakan
persamaan Distortion Energy, yaitu :
Syp

32

Di
Do 1

Do

Syp

Mm
Mr
Se

3 Tm Ssyp Tr
4
Se

1/ 2

Dengan asumsi-asumsi :
1. Di = 0 karena poros pejal
2. Diameter luar (Do) homogen
3. Dari sistem pembebanan dapat disimpulkan :

Momen bending rata-rata tanpa fluktuasi dan tanpa beban kejut

MB = Mr (Momen bending range) .

Mm = 0, karena momen bending berulang dan tidak berfluktuasi.

4. Faktor keamanan N = 3

19

Perencanaan Elemen Mesin

Maka persamaan Distortion of Energi menjadi :


Syp
32
Syp

Ksb.
.Mr
3
N
Do
Se

3
2
.Kst. Tm
4

1/ 2

Dimana :
Mm : momen bending rata-rata
Mr : momen bending range
Tm : momen torsi rata-rata
Tr : momen torsi range

Se : Cr.Cs.Cf.Cw.

1
Kf

Ses : Cr.Cs.Cf.Cw.
Kf

.Sn

1
Kfs

.Ss

: konsentrasi tegangan untuk bending

Kfs : konsentrasi tegangan untuk geser


Syp : yield point dari material
Ssyp : 0.5 Syp : yield point geser
Cr

: reliability factor

Cs

: size correction factor

Cf

: surface correction factor

Cw

: weld correction factor (tabel 3-3)

Sn

: endurance limit

2.4 Bantalan
Pada elemen mesin yang berputar diperlukan media yang menghubungkan
antara elemen tersebut dengan bodi yang diam.dengan media ini tentunya
diharapkan daya yang ditransferkan dari input akan dapat dipindahkan atau
disambungkan ke elemen mesin yang lain dengan loses energi akibat gesekan

20

Perencanaan Elemen Mesin

yang seminimal mungkin. Media ini adalah bantalan (bearing). Selain


menjalankan fungsi diatas bearing juga berfungsi sebagai tumpuan dari poros.
Geometri Ball Bearing

Gambar 2.7 Geometri Ball Bearing


Beban ekuivalen :
Untuk menghitung beban ekuivalen digunakan persamaan :

P X .V .Fr Y .Fa
dimana :
P : beban ekuivalen (lb)
Fr : gaya radial (lb)
Fa : gaya aksial (lb)
V : faktor rotasi
1,0 untuk ring dalam yang berotasi
1,2 untuk ring luar yang berotasi

21

Perencanaan Elemen Mesin

X : faktor beban radial (table 9-5)


Y : faktor beban aksial (table 9-5)

Umur bearing :
Untuk mencari umur bearing digunakan persamaan :
b

C
6
.10
P

L10

L10 : umur bearing dalam putaran


C : basic load rating (tabel 9-1)
b : 3,0 untuk ball bearing
untuk satuan jam digunakan persamaan :
b

6
C 10
L10 .
P 60.n

2.5 Pasak
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai
pengunci yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda
gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan
momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan
membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat
dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros. Prinsip Kerjanya,
Pengunci yang disisipkan di antara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau
roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan
momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan
membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat
dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros. Aplikasinya,
Penggunaan Pasak yaitu sebagai pengaman posisi, pengaturan kekuatan putar atau
22

Perencanaan Elemen Mesin

kekuatan luncur dari naf terhadap poros, perletakan kuat dari gandar, untuk
sambungan flexible atau bantalan, penghenti pegas, pembatas gaya, pengaman
sekrup dan lain-lain.
Pasak merupakan bagian elemen mesin yang disamping digunakan untuk
menyambung juga untuk menjaga hubungan putaran relatif antara poros dengan
peralatan mesin yang lain (dalam hal ini berupa roda gigi dan synchronizer). Bila
poros berputar dengan torsi sebesar T maka torsi ini akan menghasilkan gaya
tangensial (Ft) yang bekerja pada diameter luar dari poros dan gaya tangensial (Ft)
inilah yang akan bekerja pada pasak.

Gambar 2.8 Gambar Skema Pasak

H
L
W

Gambar 2.9 Penampang pasak


Besarnya gaya tangensial (Ft) adalah:

Ft

2T
d POROS

dimana: Ft

= gaya tangensial (lb)

= torsi yang terjadi pada poros (lb.in)

= diameter poros (in)


23

Perencanaan Elemen Mesin

Tinjauan pasak terhadap tegangan geser

dimana:

Ft
AS

= tegangan geser (lb/in2)

Ft

= gaya tangensial (lb)

= luasan bidang gesek pada pasak (in2)


= W x L (lebar pasak x panjang pasak)

sehingga:

Ft
W L

Syarat pasak aman terhadap tegangan geser


dimana: Ssy
SF

Ssy
SF

= 0,58 Sy
= 2,5 (untuk beban yang tidak mengalami

beban kejut)
sehingga:
Ft
Ssy

W L SF

Ssy 0,58 Sy

Tinjauan pasak terhadap tegangan kompresi


Ft
A

dimana:

= tegangan kompresi (lb/in2)

Ft

= gaya tangensial (lb)

= luasan bidang gesek pada pasak (in2)

A =

H
L
2

sehingga:

24

Perencanaan Elemen Mesin

Ft
H L
2

Syarat pasak aman terhadap tegangan kompresi


Syc
SF

dimana: Syc = Sy
SF

= 2,5
(untuk beban yang tidak mengalami beban

kejut )
sehingga:
Ft
H L
2

Sy
SF

Syc Sy

25

Perencanaan Elemen Mesin

BAB III
SKEMA PROSES DAN PERHITUNGAN
3.1 Skema proses Pembuatan kue nastar menjadi bundar
3.1.1

Pemisahan adonan
Tampak samping

Tampak atas

Gambar 3.1 Skema pemisahan adonan


Proses pembuatan kue nastar ini dimulai dengan pemisahan adonan yang
tampak seperti gambar diatas. Adonan tersebut merupakan hasil dari proses
pengadukan bahan baku dan proses pengerolan adonan dengan dimensi lebar
sebesar 50 mm dan lebar sebesar 10 mm.
3.1.2

Injeksi selai dan pemotongan

Hasil
pemotongan

Gambar 3.2 Skema pemotongan adonan


26

Perencanaan Elemen Mesin

Setelah adonan dipisahkan, proses selanjutnya dengan menginjeksi selai


nanas yang merupakan hasil dari proses pembuatan dan pemasakan nanas seiring
bergeraknya adonan oleh konveyor. Sehingga terbentuk 3 lapisan seperti gambar
diatas yaitu lapisan pertama berupa adonan dengan lebar 25 mm dan tebal 10
mm, lapisan kedua berupa selai dengan lebar 20 mm dan tebal 10 mm dan lapisan
ketiga berupa adonan dengan lebar 25 mm dan tebal 10 mm.
Proses selanjutnya merupakan proses pemotongan yang akan menghasilkan
dimensi seperti gambar diatas.
3.1.3

Pembentukan Adonan

Gambar 3.3 Skema pembentukan adonan


Setelah terbetuk dimensi bahan yang hampir menyerupai bentuk kotak,
maka proses yang terakhir adalah dengan membentuk kue nastar tersebut menjadi
bentuk bulat seperti pada gambar diatas.

3.2

Perhitungan pada Alat Pemotong Adonan

3.2.1

Perhitungan Kecepatan Konveyor

Conveyor begerak dengan kecepatan 20 mm/s, sehingga untuk memotong adonan


sepanjang 20 mm, mesin pemotong harus memiliki 1 rotasi per sekon
1 rotasi/sekon x 60 sekon/menit = 60 rpm
V tangensial = r x w
= 0.376 m/s

27

Perencanaan Elemen Mesin

Gambar 3.4 Alat pemotong adonan

3.2.2

Daya Untuk Alat Pemotong


= 2x((12x6)+(3.14x32)x2) + 26x2x2 + (10x1x7+1x6/2x10)

Volume Total

= 46.1 10-5 m3

7883 kg/m3 cast alloy steel dari tabel A-16 buku

deutchman
M

= 3.634 kg

Daya

= m.g.v
= 3.634 kg x 9.8 m/s2 x 0,376 m/s
=14.432 Watt

3.2.3 Daya untuk memotong Adonan


Shear stress dough = 7 Pa = 7 N/m2 (Evan Mitsoulis, Savvas G. Hatzikiriakos,
food and bioproducts processing 8 7 (2009) 124138)
Luasan adonan yang dipotong

= 30cm x 25 cm = 750cm2 = 0.075 m2


28

Perencanaan Elemen Mesin

Untuk memotong adonan dibutuhkan = 7 N/m2 x 0.075 m2 = 0.525 N


Daya memotong adonan

= 0.525 N x 0.376 m/s = 0.1974 Watt

Daya total = 14.432 Watt + 0.1974 Watt= 14.6294 Watt


3.3

Perhitungan pada Alat Pembentuk Adonan

3.3.1 Menghitung tinggi alat pembentuk (h) didapat dari diameter adonan jadi

Gambar 3.5 Pengukuran nilai h pada alat

Volume Adonan
2x(25x20x10)=12500mm3
Volume Selai
10x25x10=2500mm3
Volume total
10000+2500=12500mm3

Volume sebelum bulat = Volume bulat kue nastar


12500 = 4/3 x 22/7 x r3
r3 = 12500x x 7/22
r3 = 2982.95
r = 14.39 mm
D = 14.39x2= 28.78 mm = h

29

Perencanaan Elemen Mesin

Gambar 3.6 Alat pembentuk adonan

3.3.2

Daya Putaran Mesin

Alat Pembentuk membutuhkan kecepatan putar sebesar 120rpm agar adonan


menjadi bulat sempurna
V tangensial = 0.752 m/s
4x25x50 = 5000 cm3
m= 0.005 m3 x 7883 kg/m3 = 39.415 kg
Daya = 39.415 kg x 9.8 m/s2 x 0.752 m/s
= 242.7964 Watt

3.3.3

Daya untuk membentuk Adonan

Shear stress dough = 7 Pa = 7 N/m2 (Evan Mitsoulis, Savvas G. Hatzikiriakos,


food and bioproducts processing 8 7 (2009) 124138)
Luasan adonan yang dibentuk

= 30cm x 20 cm = 600cm2 =0.06 m2

Untuk membentuk adonan dibutuhkan

= 7 N/m2 x 0.06 m2 = 0.42 N

Daya Total

= 242.7964 + 0.42 = 243.2164 Watt

3.3.4

Rekap Hasil Perhitungan

Daya Total = 14.6294 + 243.2164 = 257.8458 Watt


Dalam 1 sekon mesin memproduksi 1 kue nastar

30

Perencanaan Elemen Mesin

1kue/sekon x 60 sekon/ menit x 60 menit/ jam = 3600 kue/jam


3.4

Perencanaan Bevel Gear

Untuk merancang bevel gear ini ditentukan terlebih dahulu beberapa


parameter sebagai berikut
Jenis gear

: Bevel Gear

Sudut Tekan ()

: 20 full depth

Velocity Ratio

: 1/2

Diametral pitch

:8

Ntp

: 24

Ntg

: 12

Bahan Pinion : Alloy Steel SAE 311, (dari tabel 10-3 didapat So = 37000
psi, BHN = 212)
Bahan Gear : Alloy Steel SAE 1050 by OQT, (dari tabel 10-3 didapat
So = 35000 psi, BHN = 223)
Perhitungan: Pengecekan kekuatan untuk jumlah gigi kedua roda gigi
Ntp = 24
Ntg = 12
Dari tabel 10.2 hal 548 Machine design, Deutschman, didapatkan :
Yp = 0,337
Yg = 0,245
SoYp = 37000 psi x 0,337 = 12469 psi
SoYg = 35000 psi x 0,245 = 8575 psi
Karena SoYp > SoYg maka perancangan pasangan roda gigi dapat
dinyatakan aman.

Diameter roda gigi (d) :


Ntp
Pinion : d p= P

31

Perencanaan Elemen Mesin

Gear :

d p=

24
=3
8

dg=

Ntg
P

dg=

Perhitungan sudut pitch


dp 3
Tan = d g = 1.5 =2
= arc tan 2
= 63.43
Shaft angle () = + = 90
Maka = 90 63.43 = 26.57
Perhitungan jumlah gigi ekivalen
Ntp
24
'
N tp=
=
=53.65
cos cos 63.43
N ' tg=

Ntg
12
=
=13.41
cos cos 26.57

Perhitungan panjang kerucut (L)


dp
3
Lp=
=
=1.677
2 sin 2sin 63.43
Lg=

12
= 1.5 in
8

dg
1.5
=
=1.676
2 sin 2 sin 26.57

Menentukan lebar gigi (b)


Syarat untuk menentukan aman tidaknya lebar gigi yaitu dengan
persamaan
b L/3,dengan nilai Lp =

1.677 Lg = 1.676 in maka didapatkan nilai

b 0,707in
Perhitungan diameter rata-rata
dp = dp b sin = 3 0,707 sin 63.43 = 2.367 in
dg = dg b sin = 1.5 0,707 sin 26.57 = 1.183 in
Torsi pada poros 1

32

Perencanaan Elemen Mesin

Hp x 63000
np

T1=

dimana: HP = 0.325 hp
(efisiensi transfer daya diasumsikan 100%) , maka
T1=

0.325 x 63000
=341.25lb
60

Gaya Tangensial ( Ft )
2 xT1
Ft=
dp
Ft=

2 x 341.25
=227.5 lb
3

Pitch Line Velocity ( Vp )


. d p. n p
Vp=
12
Vp=

3,14.3 . 60
=47.1 min 3.90 ft /min
12

Gaya aksial dan gaya radial


Frp = Fag = Ft . tan . cos
= 227.5 . tan 20. Cos 63.43 = 37.037 lb
Frg = Fap = Ft . tan . Sin
=227.5 tan 20. Cos 26.57 = 74.05 lb

Gaya Normal Fn
Ft = Fn cos , maka
Ft
227.5
Fn = cos = cos 20 =242.10 lb

Beban Dinamis
Karena Vp berada pada kisaran 0 < Vp < 2000, maka
600+Vp
Fd=
Ft
600
Fd=

600+3.9
227.5=228.97 lb
600

33

Perencanaan Elemen Mesin

Analisa Kekuatan (metode AGMA)

Terhadap patahan:
syarat: T < Sad
T =

AMAN

F t . K o.P. K s. K m
Kv b J

Dari tabel 10.4 hal 555 Machine Design, Deutschman dengan asumsi
power source light shock dan beban uniform, maka didapat Ko = 1,25

Dari fig 11.33 hal 647 Machine Design Deutschman maka didapat Ks =
0,59

Dari tabel 11.3 hal 648 Machine Design, Deutschman dengan asumsi roda
gigi industri dan both member straddle mounted, maka didapat Km=1

Dari fig 10.21 hal 556 Machine Design,Deutschman dengan Vp = 1067,6


ft/min dan kurva 3 (Straight bevel gear), maka didapat Kv =0,95

Dari fig 11.35 hal 648 Machine Design, Deutschman, maka didapatkan J =
0,26
T =

227,5. 1,25 . 8 .0,59 . 1


=7686.29 psi
0,95.0,707 .0,26

Sad =

S at . K l
KT K R

Dari tabel 10.7 hal 559 Machine Design, Deutschman didapat Sat = 25.000
psi

Dari tabel 10.8 hal 561 Machine Design, Deutschman dengan asumsi
number of cycle <10 juta, maka didapatkan KL = 1

Dari hal 561 Machine Design, Deutschma dengan asumsi suhu pelumas
tidak melebihi 250F, maka didapatkan KT = 1

Dari tabel 10.9 hal 562 Machine Design, Deutschman dengan asumsi
kegagalan kurang dari 1 dari 100 spesimen, maka didapatkan K R =1

34

Perencanaan Elemen Mesin

Sad =

25000 .1
=25.000 psi
1.1

Maka dengan nilai Sad = 25000 psi dan t= 7686.29

psi. Dengan

demikian Sad > t, sehingga dinyatakan aman

3.5

Perencanaan Spur Gear

Spesifikasi data perencanaan:


Daya motor

: P = 0,5 HP

Putaran poros 1

: n1 = 45 RPM

Perbandingan kecepatan

: rv = 3/4

Diameter pinion dan Gear

: dp = 3 in ; dg = 4 in.

Diametral Pitch

:8

Sudut Tekan ()

: 200

Bahan Pinion dan Gear

: SAE 2320 Not case hardened and

WQT (S0 = 50000 psi, BHN 225)

Jarak antara kedua pusat rodagigi (C):

3 4
3,5 in
2

Kecepatan keliling (Vp):

Vp

d p dg

. np . d p
12

45 3
35.325 ft min
12

Gaya-gaya yang bekerja pada rodagigi:


Torsi (T):
T

63.000 hp
63.000 0,5

n
45

= 700 lb-in.

Gaya tangensial (Ft):


35

Perencanaan Elemen Mesin

Ft

33000C
33000 3,5

326.963 lb
Vp
35.325

Gaya dinamis (Fd):


Gaya dinamis ditentukan berdasarkan kecepatan kelilingnya, yaitu untuk 0

Vp

Fd

2000 ft /min. maka gaya dinamisnya:

600 V p
600

Ft

600 35.325
326.963 346.21 lb.
600

Perhitungan tebal roda gigi (b):


Ditentukan berdasarkan beban keausan Buckingham:

Fw d p b Q K
Rumus:
Keterangan:
Q

K =

2d g
d p dg

24
1.142
3 4

faktor keausan beban (wear load factor)

Ditentukan berdasarkan sudut tekan dan data materialnya. Direncanakan


pinion dan gear terbuat dari material yang sama, forged carbon steel (SAE
1020 case hardened and WQT), dan sudut tekan = 20 FD (Full Depth)
Dari tabel 10-3 didapat:

Safe static stress : So = 20000 Psi

Kekerasan bahan: BHN = 202


Dari tabel 10-11 didapat: K = 80

Gaya dinamis Fd = Fw (allowable wear load)

b
Sehingga tebal gigi:

Fd
346.21

1.265 in.
d p. Q . K
3 1.14 80

Perhitungan jumlah gigi:

36

Perencanaan Elemen Mesin

9
13
b
P
P

Syarat:

atau

9
13
P
b
b

(P = diametral pitch)

didapat 1,125 < b < 1,625 ; diambil b = 1.265 in

Nt d p P
Jumlah gigi pada pinion dan gear

= 3 8 = 24 Gigi

Pengecekan Rodagigi Dengan Metode Lewis


Fb S b

Persamaan Lewis:

Y
P

Keterangan:
Fb

= beban bending yang diijinkan (lb.)

So = tegangan statik yang diijinkan

faktor bentuk Lewis

= 20.000 psi
Dari tabel 10-2: untuk Nt,g = 32 buah gigi maka Y
= 0.364
Fb 20.000 1.265

maka:

0.364
8

1151.15 lb.

Fb > Fd, maka perencanan roda gigi adalah AMAN.

Pengecekan Rodagigi Dengan Metode AGMA

Tegangan desain maksimum yang diijinkan (Sad):

S ad
Rumus:

S at K L
KT K r

Keterangan:
Sat

tegangan yang diijinkan dari bahan = 55.400 psi

Dari tabel 10-7 dengan kekerasan 225 BHN untuk bahan


steel
KL

faktor umur = 1

37

Perencanaan Elemen Mesin

Dari tabel 10-8 dengan harapan rodagigi dapat dipakai lebih dari
105
putaran
KT

faktor temperatur

= 1, untuk temperatur operasi

dibawah 250F
KR

faktor keamanan atau ketahanan = 1,33

Dari tabel 10-10 dengan kondisi desain normal

S ad
maka:
b

55.400 1
41.654,14 psi
1 1,33

Tegangan pada akar gigi:

t
Rumus:

Ft K 0 P K S K m
Kv b J

Keterangan:
132,1201lb

Ft

gaya tangensial =

Ko

faktor koreksi beban lebih (over load) = 1

Dari tabel 10-4 dengan kondisi light shock dan beban


merata
Ks

faktor koreksi ukuran = 1 untuk spur gear

Km

koreksi distribusi beban = 1,6

Dari tabel 10-5 dengan kondisi face width (b) kurang dari 2
in
Kv

faktor dinamis = 0,908

78

Kv

78

Vp

78
78

35.325
= 8.513

faktor bentuk/geometri = 0,35

Dari gambar 10-22 dengan kondisi Nt,p = 24 gigi dan Nt,g =


32

gigi

38

Perencanaan Elemen Mesin

t
maka:

326.963 1 8 1 1,6
0,908 1 0,35

= 13169.057 psi

Sad > t, maka perencanaan rodagigi AMAN dari


kerusakan.

Pengecekan Keausan Rodagigi Dengan Metode AGMA

c Cp

Ft C o C s C m C f
Cv d b I

Rumus:
Keterangan:

jumlah tegangan kontak (Contact

Cp

koefisien yang tergantung dari sifat

stress number)
elastis bahan.
Dari tabel 10-12, untuk bahan dari steel, Cp
= 2300.
Co

faktor beban lebih = Ko = 1

Cv

faktor dinamis = 0.90815.

Dari gambar 10-27. Dipilih kurva 1 dengan harapan beban dinamis yang
timbul adalah relatif kecil.
Cs

faktor ukuran = 1

AGMA menyarankan berharga > 1 dengan penurunan fatique dan


bertambahnya ukuran rodagigi.
Cm

faktor distribusi beban = 1,3

Dari gambar 10-31 untuk face width dibawah 2 in.


I

faktor geometri = 0,090

Diperoeh dari gambar 10-32b yang merupakan fungsi dari sudut kontak( =
20 FD) dan gear ratio, rv = 0,25
Cf

faktor kondisi permukaan = 1,25

39

Perencanaan Elemen Mesin

maka:

c 2300

326.963 1 1 1,3 1,25


58.537 psi
0,908 1,5 1.265 0,09

Kondisi yang harus dipenuhi untuk evaluasi:


C CH
c S ac L

CT C R

Keterangan:
Sac

= tegangan kontak yang diijinkan = 105.000 psi

Dari tabel 10-14 untuk bahan steel dan BHN = 225


CL

= faktor umur = 1

Gambar 10-33, dengan harapan rodagigi dapat dipakai lebih dari 105 cycle.
CH

= faktor perbandingan kekerasan = 1

Karena material yang digunakan sama (gambar 10-34)


CT

= faktor temperatur = 1, untuk temperatur kerja tidak lebih dari

250F
CR

maka:

= faktor keamanan = 1 untuk kondisi high reliability (tabel 10-16)


1 1
c 105000

1 1

c 105.000 psi

Dengan kondisi tersebut maka perencanaan roda gigi AMAN dari keausan.

Perhitungan Berat Rodagigi


Bahan rodagigi: SAE 2320 Not case hardened and WQT, Alloy Steel
Massa jenis

: = 0,283 lb./in3. (tabel A-16)

Lebar rodagigi : b = 1.265 in


2

Volume pinion : V =

x d x b x 3 x 1.265
=
4
4

= 8.937 in3

40

Perencanaan Elemen Mesin

wp . Vp . g

Berat Pinion

0,283

lb.
m
8.937 in 3 9,81 2 (1 kg)/2,2046 )
3
in
s

= 11.25 N
Volume Gear: V =

Berat Gear :

= 15.88 in3

wg . Vg . g

0,283

x d 2 x b x 4 2 x 1.265
=
4
4

lb.
m
15.88 in 3 9,81 2 (1 kg)/2,2046 )
3
in
s

= 19.99 N

3.6 Perencanaan Poros


3.6.1

Analisa Gaya Arah Vertikal (tampak samping)


F1v

15

F2v

30

RA

15

RB
Gambar 3.7 Analisa gaya poros tampak samping

F V =0 R A + R B =F 1 v + F2v
R A + R B=56.14191 .(1)

41

Perencanaan Elemen Mesin

M A =0 ( F1 v 15 ) + ( F 2 v 45 )( R B 60 ) =0
RB 60 = 1442.12865
RB
Masukkan ke persamaan 1 dan

RB

= 24.035 N
= 24.035 N

R A + R B=56.14191
R A =56.14191 24.035
RA

= 32.1064 N

Diagram Geser

Gambar 3.8 Diagram gesr poros bidang vertikal


Diagram Momen

Gambar 3.9 Diagram momem poros bidang vertikal

3.6.2

Analisa GayaArah Horizontal (tampak atas)

42

Perencanaan Elemen Mesin

F3h

60

15

RA

RB

Gambar 3.10 Analisa gaya poros tampak atas


F H =0 R A + RB =F 3 h
R A + R B=386.687 .(1)
M A =0 ( F3 h 75 ) ( RB 60 )=0
RB 60 = 29001.525
RB
Masukkan ke persamaan 1 dan

RB

= 483.36 N
= 483.36 N

R A + R B=386.687
R A =386.687 483.36
RA

= -96.67175 N (ke atas)

Diagram Geser

43

Perencanaan Elemen Mesin

Gambar 3.11 Diagram geser poros bidang horizontal


Diagram Momen

Gambar 3.12 Diagram momen poros bidang horizontal

Momen Bendding Maksimal


58003.05
4815.96
( 2)+( 2)=4959.16 Nmm=43.89 lbin

M C = M Bv 2+ M Bh2=
Torsi Tersbesar
T=234.585 Nmm = 20.76252122 lbin

3.6.3

Perhitungan Endurance Limits


Endurance limit sendiri adalah besarnya tegangan minimum yang bisa

diterima material ferrous yang akan mengakibatkan kelelahan untuk tahan


terhadap pemakaian hingga 107 putaran, dirumuskan sebagai berikut :
S e=

1
S ' n C R C S C F CW
Kf

Dimana :

Kf bending = 1,3

Faktor untuk poros dengan adanya lubang pasak berbentuk sled


runner.

Sn = 0,5 x 142000 = 71000 psi

44

Perencanaan Elemen Mesin

Faktor endurance limit/fatigue limit material, dengan asumsi


material yang digunakan adalah Cast Iron, maka menggunakan
persamaan Sn = 0,5 x Su.
(Persamaan 3-14 untuk cast iron, Machine Design, hal. 107)

CR = 1 - 0,08(DMF)
Dimana : CR (faktor reduksi kekuatan tehadap kelelahan)
DMF (deviation multiplication factor) = 1,64
dengan asumsi poros dioperasikan pada lingkungan non
corrosive dengan survival rate 95 %
Maka : CR = 1- 0,08(1,64) = 0,8688

CF = 0,79

Faktor kondisi permukaan, dengan asumsi proses pengerjaan


permukaan dengan mesin.
(Gambar 7, Lampiran)

CS = 0,85.
(pers. 3.24, Machine Design hal 110)

CW = 1
Faktor pengelasan, dengan asumsi tidak ada pengelasan.
(tabel 3-3, Machine Design hal 113)

Dari persamaan diatas, didapatkan endurance limits sebesar :


Se=

1
71000 0,8688 0,79 0,85 1
1,3
= 31862.57 psi

3.6.4

Perhitungan Diameter Poros

Berdasarkan persamaan Distortion Energy, diameter minimal poros adalah


sebagai berikut :

[(

S yp 32 2

N D31

2
S yp
3 2
Mr + T
Se
4

]
45

Perencanaan Elemen Mesin

[(

83000 32 2

2
D31

2
83000
3
43.89 +( 20.7622 )
31862.57
4

D 1 3 0.2082
D1 0.605
Dari perhitungan diatas didapatkan, diameter minimal poros I sebesar
0.605

3.7

Perencanaan Bantalan
Data yang perlu diketahui dalam perhitungan bantalan yaitu: putaran poros

(n), diameter poros (d). Dan yang dihitung yaitu:

Gaya-gaya pada tumpuan (Fr):


Fr

FH2 FV2

dimana: Fr= gaya radial (lb)


FH= gaya horizontal (lb)
FV= gaya vertical (lb)

Beban ekivalen (P):


P V Fr
dimana: P= beban ekivalen (lb)
V= faktor putaran
1 untuk ring dalam berputar
1,2 untuk ring luar berputar
Fr= gaya radial (lb)

Umur bantalan (L10):


b

6
C 10
L10
P 60 n

dimana: L10 = umur bantalan (jam)

= basic dynamic load rating (lb)

= beban ekivalen (lb)

46

Perencanaan Elemen Mesin

= konstanta yang tergantung dari


type bantalan 3 untuk ball bearing 10/3 untuk roller bearing

= putaran poros (rpm)

Pada gear box ini mengunakan bantalan jenis Deep-Groove Ball Bearing
adapun dimensi bantalan standar SKF sebagai berikut:
B

dimana: D

= diameter luar (in)


d
= diameter dalam (in)

Gambar 3.13 Ball Bearing Single Row

Gambar 3.14 Ball Bearing Double Row

47

Perencanaan Elemen Mesin

Pada analisa perencanaan gearbox ini diambil beberapa asumsi, antara


lain:
1. Umur bearing = 3 tahun, dengan penggunaan mesin 12 jam/hari, 12
bulan/tahun, didapatkan umur kerjanya 13140 jam.
2. Karena jenis roda gigi yang digunakan spur gear semua maka beban
axial untuk semua poros = 0 lb. Sehingga persamaan beban
ekuivalennya :
P XVFr YFa Fs

Di mana : V = 1 untuk ring dalam yang berputar


X = factor beban radial
Fr = beban radial
Y = factor beban axial
Fa = beban axial
Fs = konstanta kondisi beban = 2 (untuk moderate shock
load)

Karena
Sehingga
3.7.1

Fa = 0 ,

Fa
0
VFr

, sehingga X = 1 dan Y = 0

P FsVXFr 2 Fr

Perencanaan Bearing pada Poros


Data awal :

dporos

= 0.605 inch = 16.51 mm

putaran poros (n) = 60 rpm


beban horizontal pada tumpuan A= Ah = 96.67175 N
beban vertikal pada tumpuan A = Av = 32.1064 N
Fr di A = (96.671752 +32.10642)1/2= 101.863 N
beban horizontal pada tumpuan B= Bh = 24.035 N
beban vertikal pada tumpuan B = Bv = 483.36 N
Fr di B = (24.035 2 +483.36 2)1/2= 483.957 N

48

Perencanaan Elemen Mesin

Perhitungan bantalan A :
P = 2Fr = 2 x101.863 = 203.726 N = 45.799 lb
Pemilihan bantalan :
Tipe bearing W6002 dengan C = 4,88 kN = 1097,06 lbf

L10

106
60n
3

106
1097
L10

45.799 60 1092
C 209738.42hr

Perhitungan bantalan B :
P 2 Fr 2 483.957 967.914 N

=217.595 lb

Pemilihan bantalan :
Tipe bearing W6302 dengan C = 9,95 kN = 2,236 lbf
C
L10
P

106
60n
3

2236
106

217.595 60 1092
L10 16561.313hr

L10

3.8

Perencanaan Pasak

Pada sistem ini mengunakan pasak jenis Square Type adapun dimensi pasak
sebagai berikut:

DP

DP = diameter poros

49

Perencanaan Elemen Mesin

w = lebar pasak
L = panjang pasak

Gambar 3.15 Dimensi pasak

Perencanaan Pasak Pada Poros


Diameter poros (DP) = 0.605 in
Torsi poros (T) = 20.762 lb.in
Syp Poros = 83.000 Psi
Tinggi dan Lebar Pasak Tabel 7.7 hal 363 Machine Design, Deutschman,

Lebar Pasak (w) = Tinggi Pasak (w) = 0.1875

Analisa Tegangan akibat Geser


Persamaan 7.21 hal 366 Machine Design, Deutschman
2 xT
0,58 xSyp

wxDxL
N

Dimana

= Torsi (lb.in) = 1680 lb

= Lebar Pasak (in): 0.1875 in

= Diameter Poros (in) : 0.605 in

= Panjang Pasak (in)

Syp

= Kekuatan Yield (psi) : 83000

= Faktor keamanan : 2

L=

2 xTxN
wxDx 0.58 xSyp
L =0.015 in

Analisa Tegangan akibat kompresi


Persamaan 7.21 hal 366 Machine Design, Deutschman
50

Perencanaan Elemen Mesin

4 xT
Syp

wxDxL
N

Dimana :
T

= Torsi (lb.in)

= Lebar Pasak (in)

= Diameter Poros (in)

= Panjang Pasak (in)

Syp

= Kekuatan Yield (psi)

= Faktor keamanan

4 xTxN
wxD Syp

4 x 20.762 x 2
0.1875 x 0.605 x 83000
L = 0.0077 in

Pemilihan PanjangPasak
L akibat Geser = 0.015 in L akibat kompresi = 0.0077in.
Dari hasil ini disimpulkan bahwa gaya yang diterima pasak terlalu kecil membuat
dimensi hasil perhitungannya kecil pula. Sehingga dipilih panjang pasak sebesar 1
in, sebagai pasak yang sudah lebih dari cukup menahan gaya-gaya yang ada
Material Pasak

= AISI 1040 N

Syp

= 50.000 psi

Panjang

= 1 in.

51

Perencanaan Elemen Mesin

BAB IV
KESIMPULAN
4.1

Daya Mesin Total


Daya Total untuk Pemotong Adonan = 14.6294 Watt
Daya Total untuk Membentuk Adonan = 243.2164 Watt
Daya Total = 257.8458 Watt

4.2

Produksi Kue Nastar


Dalam 1 sekon mesin memproduksi 1 kue nastar
1kue/sekon x 60 sekon/ menit x 60 menit/ jam = 3600 kue/jam

4.3

Spesifikasi Alat

4.3.1

Dimensi Spur Gear


Diameter pinion dan Gear

: dp = 3 in ; dg = 4 in.

Diametral Pitch

:8

Sudut Tekan ()

: 200

Bahan Pinion dan Gear

: SAE 2320

4.3.2 Dimensi Bevel Gear


Sudut Tekan ()

= 20 full depth

= 63.43
= 26.57
Diametral pitch

=8

Tebal

= 17.9578 mm

Panjang kerucut

= 42.5958 mm

Diameter Pinion

= 76.2 mm

Diameter rata-rata

= 60.1218 mm

Ntp

= 24

Bahan Pinion

= Alloy Steel SAE 311


52

Perencanaan Elemen Mesin

4.3.3

4.3.4

4.3.5

Diameter Gear

= 38.1 mm

Diameter rata-rata

= 30.0482 mm

Ntg

= 12

Bahan Gear

= Alloy Steel SAE 1050

Dimensi Alat Pemotong


Jari2 Putaran

= 120 mm

Diameter Lingkaran kecil

= 60 mm

Tebal

= 20 mm

Panjang batang

= 260 mm

Tebal batang

= 20 mm

Lebar Batang Pisau

=100 mm

Panjang Pisau

= 60 mm

Material Alat

= Cast alloy steel

Dimensi Alat Pembulat


Panjang Balok

= 500 mm

Lebar Balok

= 250 mm

Tebal Balok

= 40 mm

Material Alat

= Cast alloy steel

Dimensi Poros
Panjang Poros

= 750 mm

Diameter poros

= 15.367 mm

Material Alat

= Cast iron

53

Perencanaan Elemen Mesin

4.3.6

4.4

Dimensi Pasak
Panjang

= 25.4 mm

Lebar

= 4.7625 mm

Material Pasak

= AISI 1040 N

Spesifikasi Motor
Daya

= 0,5 hp

Fasa

= 3 fasa, 60Hz

Kebutuhan Putaran

= 45 rpm

Gambar 4.1 Spesifikasi Motor Penggerak

54

Perencanaan Elemen Mesin

DAFTAR PUSTAKA
1. Deutschman, Aaron. 1975. Machine Design Theory and Practice. New
York : Macmillan Publisher
2. Evan Mitsoulis, Savvas G. Hatzikiriakos. 2009. Food and bioproducts
processing
3. Sato, G Takeshi. N Sugiarto. 1981. Menggambar Mesin Menurut Standart
ISO. Jakarta. Pradya Paramita.

55

Anda mungkin juga menyukai