MERANCANG
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
DJOKO SUWITO
AGUNG PRIJO BUDIJONO
WAHYU DWI KURNIAWAN
FIRMAN YASA UTAMA, Dkk
TEKNIK MERANCANG-V1 i
TEKNIK MERANCANG
Penulis
Djoko Suwito
Agung Prijo Budijono
Wahyu Dwi Kurniawan
Firman Yasa Utama
dkk
Editor
…
TEKNIK MERANCANG-V1 i
Teknik Merancang
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
ii TEKNIK MERANCANG-V1
KATA PENGANTAR
Buku ini berjudul ”Teknik Merancang” berbasis life skill. Pengembangan buku
ajar ini diarahkan sedemikian rupa, sehingga materi pembelajaran yang terkandung
didalamnya didesain berdasarkan pembelajaran berbasis kontekstual, dimana peserta
didik dapat menganlisis perancangan suatu mesin sesuai kebutuhan. Untuk
penyelesaian buk ajar ini tidak lepas dari motivasi dan bimbingan serta bantuan dari
berbagai pihak baik berbentuk moral maupun spiritual. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang telah mendanai penerbitan dan tim
LP3M Unesa yang telah memfasilitasi selama proses penyusunan buku ini.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, sehingga dapat
menyempurnakan buku ini di edisi berikutnya. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
kita semua Aamiin.
Halaman RPS ini cukup ditimpa dengan RPS yang telah anda buat dan judul “Rencana
Pembelajaran Semester (RPS)” di atas dapat diganti warna putih.
iv TEKNIK MERANCANG-V1
DAFTAR ISI
TEKNIK MERANCANG-V1 v
BAB I
Menghitung Daya dan Menentukan Motor penggerak pada mesin tepat
guna.
A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat cakupan materi Bab ini.
2. Tujuan Pembelajaran.
a. Tujuan Pembelajaran Sesuai dengan RPS
B. Materi
1. Subbab Materi 1
1. 1. Pengertian Merancang mesin
Merancang mesin merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
menghasilkan suatu mekanisme mesin yang bertujuan untuk menghasilkan
suatu output yang telah direncanakan. Dalam proses merancang ini tidak ada
suatu ketentuan yang baku yang harus diikuti oleh setiap perancang. hanya saja
perancang harus tetap memperhatikan rumusan dan teori yang sudah di
tetapkan sebelumnya pada komponen–komponen yang digunakan pada mesin
yang akan dibuat, Setiap perancang akan memiliki prosesnya sendiri untuk
mencapai tujuan.
Dalam perencanaan dan pembuatan suatu mesin tentu harus ditinjau dari
torsi, gaya dan daya yang dibutuhkan supaya mekanisme kerja mesin sesuai
dengan yang dikehendaki agar menghasilkan produk yang bagus. Selain itu,
dari segi kontruksi harus memudahkan manusia sebagai operator untuk
meningkatkan efisiensi kerja dan produktifitas kerja. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merancang suatu alat atau mesin sederhana diantaranya:
✓ Bahan baku yang akan diolah
✓ Kapasitas produksi yang diinginkan
✓ Material yang akan dipakai tersedia di pasaran
✓ Biaya yang telah disediakan untuk pembuatan alat tersebut
✓ Konsumsi bahan bakar maupun komsumsi daya yang dipakai minimum
✓ Keamanan dan kenyamanan operator dalam penggunaannya
Dengan memperhatikan beberapa poin di atas, mekanisme produksi
akan tercapai optimalisasi dalam penggunaan proses produksi.
1. 2. Mekanisme mesin tepat guna
Di lapangan sudah banyak terciptanya mesin – mesin produksi sederhana
yang berhasil dibuat, khususnya mesin teknologi serbaguna yang dipakai para
UKM (usaha kecil menengah). Ada beberapa contoh UKM yang telah membuat
sebuah alat sederhana yang dimana alat tersebut sangat membantu dalam
proses produksi, selain itu juga dengan adanya alat sederhana tersebut,
kapasitas produksi yang diinginkan dapat tercapai dan terwujud.
Adapun jenis -jenis mekanisme sederhana yang sangat umum digunakan
oleh para pelaku pengusaha adalah :
a. Mekanisme Potong
Mekanisme potong biasanya digunakan pada proses pemotongan
pohong, klontong krupuk, kentang dan masih banyak bahan baku lain yang
membutuhkan proses memotong dalam proses produksinya.
TEKNIK MERANCANG-V1 1
Gambar 2.1 Mesin pemotong
b. Mekanisme Aduk
Mekanisme aduk/campur biasanya digunakan pada mesin peniris
minyak, pengaduk pakan ternak, mesin perontok padi dan mesin lain yang
menggunakan cara diaduk dalam mengolah bahan baku.
2 TEKNIK MERANCANG-V1
1. 3. Pembebanan pada mesin tepat guna
Pada penerapan kehidupan sehari-hari gaya memiliki berbagai
karakteristik yang dilihat dari sisi penggunaannya. ada umumnya ada 3 tipe
gaya yakni 1) gaya yang diberikan secara bertahap, 2) secara kontinyu dan 3)
secara kejut, seorang perancang haruslah mempertimbangkan karakteristik
gaya dalam merancang suatu mesin atau peralatan, karena dari sini dapat
diketahui bagaimana mekanisme mesin atau peralatan yang akan kita rancang
nanti. Adapun sekilas penjelasan tentang karakteristik gaya pada
penerapannya adalah sebagai berikut :
a. Beban bertahap
Beban bertaharap merupakan metode pembebanan yang sering terjadi
pada : Mesin-mesin potong, dan mesin pencacah.. Pada mesin tersebut
motor yang bergerak kemudian diberi beban secara bertahap sehingga
menyebabkan motor tersebut menerima tekanan dengan gaya yang
sama namun bertahap.
b. Beban kontinyu
Adalah beban ketika mesin yang sudah beroperasi dalam keadaan tanpa
beban kemudian diberikan beban namun secara kontinyu, sehingga
menyebabkan putaran menurun namun torsinya naik.
c. Beban kejut
Beban yang terjadi ketika mesin yang belum beroperasi (motor belum
digerakkan) diberi beban. Pada kondisi ini terkadang motor tidak dapat
bekerja karena torsi yang dibutuhkan kurang, sehingga memerlukan
transmisi untuk menurunkan kecepatan motor dan menaikkan torsi. Hal
ini terjadi pada mesin-mesin angkut seperti becak motor, conveyor, dan
sejenisnya.
1. 4. Torsi pada Mesin
a. Torsi
Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi
torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan yang
biasa digunakan untuk menghitung energi yang dihasilkan dari benda
yang berputar pada porosnya. Adapun perumusan torsi adalah sebagai
berikut. Apabila suatu benda berputar dan mempunyai besar gaya
sentrifugal sebesar F, benda berputar pada porosnya dengan jari-jari
sebesar b, dengan data tersebut torsinya adalah:
T = F x d (N.m) (Frick, 1991:35)
dimana:
T = Torsi benda berputar (N.m)
F = adalah gaya sentrifugal dari benda yang berputar (N)
d= adalah jarak benda ke pusat rotasi (m)
Karena adanya torsi inilah yang menyebabkan benda berputar
terhadap porosnya, dan benda akan berhenti apabila ada usaha
melawan torsi dengan besar sama dengan arah yang berlawanan.
b. Metode mencari torsi menggunakan alat bantu
1. 6. Daya
Daya merupakan Laju Energi yang dihantarkan selama melakukan usaha
dalam periode waktu tertentu. Satuan SI (Satuan Internasional) untuk Daya
yaitu Joule / Sekon (J/s) = Watt (W). Satuan Watt dipakai untuk penghormatan
kepada seorang ilmuan penemu mesin uap yang bernama James Watt. Satuan
daya lainnya yang sering dipakai yaitu Daya Kuda atau Horse Power (hp), 1 hp
= 746 Watt. Daya adalah besaran skalar, karena Daya hanya mempunyai nilai,
tidak memiliki arah.
4 TEKNIK MERANCANG-V1
Dalam Fisika, Daya disimbolkan dengan Persamaan Berikut :
P=W/t
Persamaan di datas juga bisa dirubah ke rumus daya menjadi :
P = (F.s) / t
P=F.v
Hasil tersebut didapatkan karena Rumus Usaha (W) = Gaya (F) dikali Jarak (s)
dibagi Waktu (t)
Rumus Kecepatan (v) = jarak (s) dibagi waktu (t)
Keterangan
P = Daya ( satuannya J/s atau Watt )
W = Usaha ( Satuannya Joule [ J ] )
t = Waktu ( satuannya sekon [ s ] )
F = Gaya (Satuannya Newton [ N ] )
s = Jarak (satuannya Meter [ m ] )
v = Kecepatan (satuannya Meter / Sekon [ m/s ] )
Dengan berdasarkan persamaan fisika di atas, dapat disimpulkan bahwa
semakin besar laju usaha, maka semakin besar pula laju daya. Jika semakin
lama waktunya, laju daya akan semakin kecil.
1. 7. Motor Penggerak
a. Motor elektrik
Motor elektrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini
digunakan untuk, misalnya, memutar impeller pompa, fan atau blower,
menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dan lain-lain. Motor listrik
digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri. Motor
listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan
bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri.
Dalam memahami sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang
dimaksud dengan beban motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga
putar/ torque sesuai dengan kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya
dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok (BEE India, 2004):
1) Beban torque konstan adalah beban dimana permintaan keluaran
energinya bervariasi dengan kecepatan operasinya namun torque
nya tidak bervariasi. Contoh beban dengan torque konstan adalah
conveyors, rotary kilns, dan pompa displacement konstan.
2) Beban dengan variabel torque adalah beban dengan torque yang
bervariasi dengan kecepatan operasi. Contoh beban dengan variabel
torque adalah pompa sentrifugal dan fan (torque bervariasi sebagai
kwadrat kecepatan).
3) Beban dengan energi konstan adalah beban dengan permintaan
torque yang berubah dan berbanding terbalik dengan kecepatan.
Contoh untuk beban dengan daya konstan adalah peralatan-
peralatan mesin.
TEKNIK MERANCANG-V1 5
b. Motor bakar
6 TEKNIK MERANCANG-V1
Adapun perumusan torsi adalah sebagai berikut. Apabila suatu benda
berputar dan mempunyai besar gaya sentrifugal sebesar F, benda berputar
pada porosnya dengan jari-jari sebesar b, dengan data tersebut torsinya
adalah:
T = F x r (N.m) (Frick, 1991:35)
dimana:
T = Torsi benda berputar (N.m)
F = adalah gaya sentrifugal dari benda yang berputar (N)
r = adalah jarak benda ke pusat rotasi (m)
Karena adanya torsi inilah yang menyebabkan benda berputar terhadap
porosnya, dan benda akan berhenti apabila ada usaha melawan torsi
dengan besar sama dengan arah yang berlawanan.
Untuk menghitung nilai gaya dan torsi yang dibutuhkan pada mesin tepat
guna dilakukan dengan cara melakukan simulasi. Ada dua simulasi disini
yakni 1) simulasi dengan menggunakan percobaan sederhana, dan 2)
simulasi dengan menggunakan mesin yang sudah ada, kedua cara tersebut
akan dijelaskan caranya pada contoh kasus.
d. Menghitung kecepatan putar proses produksi (n)
Kecepatan putar proses produksi adalah, nilai kecepatan putar yang
dibutuhkan suatu mesin untuk melakukan suatu proses produksi. Nilai
kecepatan putar tergantung pada kapasitas produksi dan jenis beban yang
dialami oleh mesin. Dalam menghitung nilai kecepatan putar pada mesin
tepat guna, terdapat 2 cara yakni 1) dengan melakukan perhitungan, dan 2)
dengan merujuk pada mesin yang sudah ada di pasaran, kedua cara
tersebut akan dijelaskan pada contoh kasus yang ada
e. Menghitung nilai daya (P)
Daya adalah kecepatan melakukan kerja pada suatu mesin. Daya sama
dengan jumlah energi yang dihabiskan per satuan waktu. Dalam sistem SI,
satuan daya adalah joule per detik (J/s), atau watt. Setelah mengetahui nilai
Torsi dan Kecepatan putar maka Nilai daya dapat dihitung
Pada mesin tepat guna, yang dihitung ada 2 yakni :
1) Daya nominal
Daya nominal adalah nilai daya hasil dari perkalian antara nilai torsi dan
kecepatan putar proses produksi yang dibutuhkan oleh mesin tepat
guna, dengan rumus sebagai berikut :
2𝜋. 𝑛 . 𝑇 (Robert L.Mott, 2009:339)
𝑃=
60.1000
Keterangan:
P = daya yang diperlukan (kW)
n = kecepatan putar (rpm)
T = torsi (Nm)
2) Daya rencana
Sedangkan untuk daya rencana adalah Nilai daya nominal yang
dikalikan dengan safetry factor yang akan digunakan untuk memilih
motor penggerak Nominal. Untuk nilai safety factor dapat dilihat di tabel
7.1 pada buku Robert L. Mott.
TEKNIK MERANCANG-V1 7
f. Menentukan motor penggerak sesuai daya yang direncanakan
Untuk menentukan penggunaan jenis motor adalah langkah paling akhir
pada tahap perancangan, karena spesifikasi motor akan didapat dari berapa
daya yang dibutuhkan dalam proses produksi suatu mesin tersebut. Jika
angka daya yang keluar tidak sama dengan tersedianya motor di pasar,
maka angka yang mendekati dan lebih besar yang akan dipakai.
Penggunaan nilai daya motor lebih besar dari daya rencana adalah
supaya jika nanti mesin menerima beban yang lebih maka mesin tetap
bekerja dengan baik, untuk memastikannya dilakukan dengan
pengecheckan nilai kapasitas terhadap daya yang terpasang.
Pada lampiran modul ini sudah disediakan katalog motor penggerak yang
sudah sesuai dengan pasaran, katalog tersebut adalah katalog motor listrik.
1. 9. Membaca Nameplate pada motor listrik
Ada banyak macam dan jenis motor listrik. Setiap motor listrik entah itu
motor pompa, 1 phase, 3 phase dan masih banyak lagi pasti mempunyai
spesifikasi yang berbeda-beda. Untuk memudahkan kita dalam
penggunaannya, dipasanglah Nameplate yang berisikan tentang spesifikasi
motor listrik agar kita bisa mengetahui cara kerja motor tersebut. Juga, agar kita
tidak salah dalam pemasangannya.
B. Contoh Kasus
Merujuk dari berbagai macam jenis mekanisme di atas coba diselesaikan
masing-masing mekanisme hingga didapat spesifikasi dan komponen apa saja
yang dibutuhkan untuk membuat suatu mesin tersebut, sehingga di dapat sebuah
perhitungan torsi, daya, putaran dan jenis motor yang di gunakan.
Contoh Kasus 1 : Mesin Pemotong Singkong
Seorang Penjual keripik singkong memesan sebuah Mesin Perajang Singkong,
dengan spesifikasi permintaan :
1) Kapasitas 300 buah singkong / jam
2) Ketebalan potong singkong yang diinginkan 2mm
3) Diameter rata-rata keripik singkong 70mm
TEKNIK MERANCANG-V1 9
Gambar 2.10 mekanisme mesin pemotong singkong
2. Menghitung nilai gaya (F)
Untuk mengetahui gaya pemotongan yang diperlukan pisau agar dapat
memotong singkong dengan baik maka perlu diadakan percobaan yang
nantinya dijadikan acuan gaya pemotongan. Untuk mencari besarnya nilai F
dapat dilakukan dengan eksplorasi mengunakan pisau dengan tali yang diikat
pada ujung pisau. Tali tersebut diberi beban sehingga didapatkan besar gaya
potong dengan dikalikan besarnya faktor konverensi.
10 TEKNIK MERANCANG-V1
Setelah menyiapkan alat dan bahan, kemudian berikut adalah langkah-
langkah dalam melakukan simulasi gaya potong :
(8) Data yang ditulis di atas nilai gaya ambil nilai gaya yang tertinggi , dari
contoh kasus di atas nilai yang terbesar yaitu 6 Kgf.
(9) Kemudian dikonfersikan ke satuan SI, menjadi satuan newton (N).
Dengan persamaan sebagai berikut :
F=mxg
TEKNIK MERANCANG-V1 11
Keterangan :
F = gaya potong dalam newton (N)
m = massa / berat untuk memotong dalam (kg)
g = percepatan gravitasi Bumi (9,8 m/s2)
Sehingga nilai F didapat sebagai berikut :
𝐹 =𝑚𝑥𝑔
𝐹 = 6 𝑘𝑔𝑥 9,8 𝑚/𝑠 2
𝑭 = 𝟓𝟖, 𝟖 𝑵𝒆𝒘𝒕𝒐𝒏
3. Menghitung nilai torsi (T)
Simulasi perhitungan nilai gaya potong F didapat bahwa,
Nilai gaya potong = 58,8 newton
Jarak titik tumpu dengan lengan kuasa = 28 cm → 0,28 m
Selanjutnya masukan data di atas pada persamaan di bawah ini:
T=Fxr (Frick, 1991:35)
Keterangan :
T = Besar torsi yang digunakan muntuk memotong singkong (Nm)
F = Gaya potong singkong (N)
r = Jarak titik tumpu dengan lengan kuasa / panjang pisau (m)
𝑇=𝐹𝑥𝑟
𝑇 = 58,8 𝑁 𝑥 0,28 𝑚
𝑻 = 𝟏𝟔, 𝟒𝟔 𝑵𝒎
4. Menghitung kecepatan putar proses produksi (N)
Dalam menghitung kecepatan putar proses produksi pada mesin pemotong
singkong, ada beberapa data – data yang harus dicari terlebih dahulu,:
(1) Ketebalan dan Panjang singkong (lb)
Panjang Singkong
Jumlah Pot. per singkong =
Ketebalan Potong
300mm
= = 150 potong
2mm
12 TEKNIK MERANCANG-V1
(3) Menghitung jumlah putaran disk per singkong
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑡. 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑜𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑠𝑘 (𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑜𝑛𝑔) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑠𝑎𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑘
150 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔
= = 50 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛/𝑏𝑢𝑎ℎ
3
(4) Menghitung jumlah putaran disk sesuai Kapasitas mesin yang diinginkan
Diketahui bahwa kapasitas mesin pemotong singkong yang diinginkan
adalah 300 singkong, sehingga
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 (300 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑜𝑛𝑔) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑥 300 𝑏𝑢𝑎ℎ
= 50 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛/𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑥 300𝑏𝑢𝑎ℎ
= 15000 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
(5) Menghitung waktu produksi yang dibutuhkan
Mesin pemotong singkong yang dirancang ini beropreasi selama 1 jam
dengan waktu jeda 2 detik, sehingga
(6) Menentukan putaran proses produksi (rpm)
Jumlah putaran (300 singkong)
n=
t (Waktu produksi untuk 300 singkong)
15000putaran
n=
50,1menit
n = 299,4 rpm → 𝟑𝟎𝟎𝐫𝐩𝐦
5. Menghitung nilai daya (P)
(1) Daya nominal
Setelah mengetahui nilai Torsi dan Putaran pada proses produksi yang
dibutuhkan, kemudian dihitung nilai daya yang dibutuhkan yang disebut
Daya nominal, dengan rumus sebagai berikut :
(Robert L.Mott, 2009:339)
2𝜋. 𝑛 . 𝑇
𝑃 =
Keterangan:
60.1000
P = daya yang diperlukan (kW)
n = putaran disk / pisau potong (rpm)
T = torsi untuk memotong singkong (Nm)
Perhitungan daya (P) menjadi:
2𝜋. 𝑛 . 𝑇
𝑃=
60.1000
2.3,14 . 299,4 𝑟𝑝𝑚 . 16,46 𝑁𝑚
𝑃=
60 det/menit. 1000
30948.62
𝑃=
60000
𝑷 = 𝟎, 𝟓𝟏𝟔 𝒌𝑾
t = waktu spesifikasi − waktu jeda
(2) Daya rencana
= 3600 − 2 detik . (300 − 1)
TEKNIK MERANCANG-V1 13
= 3600 − 592 detik
= 3008 detik → 50,1menit
Daya rencana didapat berdasarkan tabel 7.1 pada buku Robert L. Mott.
Dengan asumsi motor bekerja selama 5 jam, dan disamakan dengan
generator, mesin perkakas, mesin pengaduk dll.
Sehingga;
(Sularso dan Kiyokatsu Suga,
𝑃𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 𝐹𝑐 . 𝑃
1997:238)
𝑃𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 1,1 𝑥 0,516 𝑘𝑊
𝑃 = 𝟎, 𝟓𝟕𝟔 𝒌𝑾
6. Menentukan motor penggerak
Berdasarkan data katalog motor FUJITA yang ada pada lampiran modul ini yang
digunakan untuk memilih motor, daya output motor yang mendekati nilai daya
recana adalah motor elektrik fujita single phase dengan model ML8024 adalah
dengan spesifikasi sebagai berikut:
Output motor (P) = 0.75 Kw → 750 watt
Putaran (n) = 1400 rpm
Voltage / Arus = 220 V / 5,22 A
Effisiensi = 71 %
Power factor = 0,92
14 TEKNIK MERANCANG-V1
𝟑𝟗𝟎, 𝟔𝟐𝟓 𝒔𝒊𝒏𝒈𝒌𝒐𝒏𝒈 = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
• Output motor (P) = 0.75 Kw → 750 watt
• Putaran (n) = 1400 rpm
✓ Kapasitas maksimum mesin dengan daya motor yang terpasang adalah
390 singkong
TEKNIK MERANCANG-V1 15
Gambar 2.18 mekanisme mesin pengaduk pakan ternak
2. Menghitung Nilai Gaya (F)
Seperti yang dijelaskan pada uraian materi untuk menentukan gaya yang
bekerja pada mesin tepat guna dapat dilakukan dengan simulasi menggunakan
mekanisme serupa atau menggunakan mesin yang sudah ada. Pada contoh
kasus mesin pengaduk pakan ternak ini dengan cara mengambil data pada
mesin yang sudah ada seperti pada gambar mesin pengaduk pakan ternak
dibawah ini :
16 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.20 peletakan beban pada mesin pengaduk
(3) Lepaskan sabuk, sprocket dan gear yang terhubung pada motor mesin
pengaduk
(4) Kaitkan neraca pegas/digital pada transmisi yang terhubung diujung
poros pengaduk, pada kasus ini terdapat sebuah sprocket pada ujung
mesin pengaduk, dengan jarak titik penarikan menuju titik tengan poros
adalah 6cm
(5) Lalu Tarik kebawah sehingga poros pengaduk berputar
𝑇 = 𝐹𝑥𝑟
𝑇 = 548,6𝑁 𝑥 0,0762𝑚
𝑻 = 𝟒𝟏, 𝟖 𝑵𝒎
4. Menghitung kecepatan putar proses produksi
Pada kasus mesin pengaduk pakan ternak ini untuk mencari kecepatan
putar proses produksi yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cara mencari
referensi data Internet, karena mesin pengaduk pakan ternak ini sudah sangat
umum. Adapaun caranya sebagai berikut :
Langkah dalam mencari data kecepatan putar di Internet :
(1) Membuka browser yang ada pada komputer anda dan masuk pada halaman
google search
(2) Masukan kata kunci
Dalam kasus ini kata kunci yang dimasukan dapat berupa :
a. “mesin pengaduk pakan ternak” (untuk kata kunci Bahasa Indonesia)
b. “Ribbon mixer” ((untuk kata kunci Bahasa Inggris)
Gambar 2.22 pencarian data mesin pengaduk pakan ternak melalui website
google
c. Atau untuk lebih memudahkan tinggal ditambahkan kata rpm dalam
masing-masing kata kuncinya seperti :“ribbon mixer rpm”, “rpm mesin
pengaduk pakan ternak”, sehingga akan muncul tampilan seperti
dibawah ini :
18 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.23 pencarian data mesin pengaduk pakan ternak melalui website
google menggunakan kata kunci yang lebih detail
Ketika masuk dalam halaman pencarian ini maka akan ditemukan banyak sekali
hasil penelitian, perancangan, maupun penjualan mesin pengaduk pakan ternak,
perlu diingat yang dicari disini adalah data kecepatan putar proses produksi
bukan kecepatan motor, sehingga kita perlu mencari satu-persatu tiap link yang
menampilkan data kecepatan putar proses produksi. Seperti link dibawah ini :
TEKNIK MERANCANG-V1 19
Sehingga daya yang dibutuhkan untuk proses 328,13 Watt
(2) Menghitung Daya rencana
Daya rencana didapat berdasarkan tabel 7.1 pada buku Robert L. Mott.
Dengan asumsi motor bekerja selama 5 jam, dan disamakan dengan
generator, mesin perkakas, mesin pengaduk dll.
Sehingga;
Prencana = Fc . p (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:238)
Prencana = 1,1 . 328,13
Prencana = 360,943 watt → 0,360 kW
6. Menentukan motor penggerak
Berdasarkan data motor FUJITA yang saya gunakan untuk memilih motor, daya
output motor yang mendekati nilai daya recana adalah motor elektrik fujita
single phase dengan model ML8014 dengan spesifikasi sebagai berikut:
P output motor = 0.55 Kw → 550 watt
Putaran = 1400 rpm
Voltage / Arus = 220 V / 5,22 A
Effisiensi = 68 %
Power factor = 0,92
Gambar 2.25 Pemilihan motor penggerak pada mesin pengaduk melalui katalog
motor FUJITA
Setelah mendapat spesifikasi daya motor kemudian dilakukan Pengecheckan
nilai daya yang terpasang terhadap kapasitas , sehingga didapat nilai kapasitas
maksimum yang dapat diterima oleh mesin.
Kapasitas maksimum 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 Kapasitas maksimum 100 𝐾𝑔
= → = 𝟎,𝟑𝟔𝟎 𝐤𝐖
𝐃𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐚𝐲𝐚 𝐑𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚 𝟎,𝟓𝟓 𝐤𝐖
TEKNIK MERANCANG-V1 21
Fb . Lb = Fk. Lk
Gambar 2.27 Mekanisme gaya pada pengepresan sari brem metode manual
22 TEKNIK MERANCANG-V1
maka luas penampang (A)
A = P x l = 0.42 m x 0.22 cm = 0.924 m2.
F = Fb = 3185 N
Maka tekanan yang dihasilkan,
P = F/A = 3185N/ 0.0924 m2 = 34469.6 N/ m2= 34469.6 Pa
TEKNIK MERANCANG-V1 23
3) Gaya ulir (screw)
24 TEKNIK MERANCANG-V1
3. Menghitung nilai Torsi
Diketahui :
Jari-jari (r) = 17.5 mm = 0.0175 m dan gaya ulir (Fulir) = 3681 N, maka
T = r x Fulir
= 0.0175 x 3681
= 64.4 Nm
4. Menentukan Kecepatan proses produksi
Karena pada awal sudah direncanakan bahwa mesin pengepress sari brem
menggunakan sistem screw dengan kecepatan putar ulir (n) 70rpm, sehingga
nilai tersebut digunakan sebagai nilai kecepatan proses produksi
5. Menghitung Nilai Daya
(1) Daya transmisi ulir
Dari hasil perhitungan didapat torsi = 64.4 Nm dan putaran yang
dikehendaki (n) = 70 rpm, maka
2𝜋𝑛 2𝑥 3.14 𝑥 70
ω = 60 = 60
= 7.3 rad/s
P = T.ω
= 64.4 Nm x 7.3 rad/s = 470.12 watt = 470 watt
Daya hasil dari perhitungan screw perlu dikalikan dengan efisiensi karena
untuk mendapatkan daya penggerak mula yang diperlukan. Dalam hal ini
efisiensi telah direncanakan sebesar 0.85, maka
P = η x Pulir
100
= 85 x 470 watt
= 494.86 watt = 495 watt.
Selain itu untuk kebutuhan daya besar kemungkinan terjadi pada saat
start maupun setelah start, sehingga sering kali diperlukan faktor koreksi.
Hal tersebut ada pada tabel di bawah ini :
Table 2.3 Faktor koreksi
TEKNIK MERANCANG-V1 25
6. Menentukan motor penggerak
Melihat hasil perhitungan untuk mesin press manual daya yang
dibutuhkan adalah 0.594 Kw atau setara dengan 0.79 hp. Dalam perencanaan
mesin press semi otomatis akan digunakan motor dengan daya 1 hp atau
setara dengan 746 watt. Untuk mendapatkan tekanan yang dihasilkan dalam
penggunaan motor dengan daya 1 hp. Maka daya motor tersebut perlu dibagi
dengan efisiensi mekanis yaitu 0.85, maka
100
P = Pmotor x η = 746 watt x 85 = 877.6 watt = 878 watt.
Sehingga torsi ulir, dimana :
2𝜋𝑛 2𝑥 3.14 𝑥 70
ω = 60 = 60
= 7.3 rad/s
P = T.ω
𝑃 878 𝑤𝑎𝑡𝑡
T =𝜔= 7.3 𝑟𝑎𝑑/𝑠
= 120 𝑁𝑚
Sehingga gaya ulir,
T = r x Fulir
𝑇
Fulir = 𝑟
120
= 0.0175 = 6872.79 N = 6873 N.
Untuk tekanan yang dihasilkan,
Diketahui :
Diameter panci (d) = 38 cm = 0.38 m
Jari-jari (r) = d/2 = 0.38/2 = 0.19 m
Maka,
𝐴 = 𝜋𝑟 2 = 3.14 x (0.192) m = 3.14 x 0.0361 m2 = 0.1133 m2
𝐹 6873
𝑃= 𝐴
= 0.1133
= 60660 𝑁/𝑚2 = 60660 Pa = 0.6 bar
26 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.33 Pemilihan motor penggerak mesin pengepress sari brem pada
katalog Marathon Motor
Jadi dari hasil perancangan mesin pengepress sari brem, didapat
✓ Gaya ulir yang dibutuhkan untuk pengepressan sebesar , F = 3681 Newton
✓ Torsi , T = 64,4 Nm
✓ Kecepatan putar proses produksi yang dibutuhkan, ditentukan n = 70 rpm
✓ Daya rencana P = 0.796 HP
✓ Dipiih motor penggerak motor, Farm Duty / Agricultural Model No.
5KCR49N04935 dengan spesifikasi :
✓ P output motor = 1HP → 745,6 Watt
✓ Putaran = 1800 rpm
2. Subbab Materi 2
2.1. Pengertian transmisi
Sistem transmisi adalah sistem konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari
mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda untuk diteruskan
ke penggerak akhir. Konversi ini mengubah kecepatan putar yang tinggi menjadi
lebih rendah tetapi lebih bertenaga, atau sebaliknya. Sebuah mesin biasanya
terdiri dari tiga bagian utama yang saling bekerja bersama. Ketiga bagian itu
adalah penggerak, sistem penerus daya (transrnisi daya) dan bagian yang
digerakkan. Bagian penggerak dalam sebuah mesin umumnya berupa motor
listrik atau motor bakar yang memiliki modus gerak berupa putaran. Elemen yang
berputar dalam hal ini adalah poros. Pada bagian yang digerakkan, disinilah
fungsi mesin itu terlihat. Modus gerak bisa berupa putaran ataupun gerak linier
bolak balik tergantung pada fungsi dari mesin itu. Untuk rnenghubungkan antara
TEKNIK MERANCANG-V1 27
bagian penggerak dan bagian yang digerakkan terdapat sistem penerus daya
atau sistem transmisi daya.
2.2.Perencanakan sistem transmisi
Berikut alur dalam perencanaan sistem transmisi :
1. Menghitung rasio
Rasio (r) adalah perbandingan putaran antara sumber tenaga dengan
unit produksi (putaran motor : putaran unit produksi). Ada 2 kategori
perbandingan rasio :
a. Kategori rasio rendah berkisar antara 1:1 sampai 1:7, dengan rasio
rendah perancang lebih mudah dalam menentukan jenis transmisi yang
akan digunakan. Kebanyakan jenis transmisi yang dipilih yaitu transmisi
pulley-belt atau chain-sprocket karena lebih mudah dalam
perancangannya.
b. Kategori ekstrem/tinggi berkisar antara 1:10 sampai 1:50, rasio
perbandingan ini biasanya diatasi dengan jenis transmisi gearbox
meskipun transmisi pulley-belt atau chain-sprocket juga dapat
digunakan namun membutuhkan banyak susunan dan membutuhkan
dimensi yang besar pula.
2. Menentukan Jenis transmisi yang akan digunakan dengan beberapa
pertimbangan
a. Mengenal macam-macam jenis beban
1) Beban kontinyu yaitu dalam proses produksi, beban atau gaya yang
dibutuhkan untuk menggerakkan unit produksi cenderung konstan
(tetap) mulai bahan masuk sampai bahan jadi.
2) Beban bertahap yaitu dalam proses produksi, gaya yang
dibutuhkan mesin berubah-ubah karena perubahan bentuk dan
kontur dari bahan yang diproduksi. Gaya yang paling besar
dijadikan patokan untuk menentukan torsi mesin.
3) Beban kejut yaitu dalam proses produksi, unit produksi sudah
dimasuki bahan sehingga kekuatan awal yang dikeluarkan mesin
merupakan gaya yang dibutuhkan. Mesin dengan proses seperti ini
tidak diijinkan terjadi slip.
b. Karakteristik Transmisi pulley-belt
Transmisi pulley-belt merupakan jenis transmisi felxibel yang
dapat di gunakan dengan mudah mentransmisi torsi dan gerakan
berputar dari suatu komponen ke komponen lainnya, dimana belt
28 TEKNIK MERANCANG-V1
tersebut dililitkan pada pulley yang melekat pada poros yang akan
berputar. Pulley-belt digunakan pada jarak antara proses dengan motor
penggerak yang relatif jauh sehingga membutuhkan dimensi yang
relative besar. Pada perancangan mesin TTG jenis belt yang biasa
digunakan yaitu V- belt. Karakteristik transmisi ini yaitu biasa bekerja
pada rasio rendah, sangat cocok digunakan pada putaran tinggi >200
rpm, memiliki efisiensi berkisar antara 90%-94%(lesson pulley katalog :
43), bekerja pada beban kecil (kecuali timing belt), memungkinkan
adanya slip, lebih mudah konstruksinya, baik digunakan untuk penurun
putaran awal karena putaran dari motor listrik > 1200 rpm dan biaya
yang relativ murah.
c. Karakteristik Transmisi chain-sprocket
Transmisi chain-sprocket sama halnya dengan transmisi pulley-
belt merupakan jenis transmisi flexible hanya beda komponen yang
digerakkan yaitu antar sprocket (roda gigi) yang dililit dengan chain
(rantai) sebagai pengganti belt. Dalam penggunaannya transmisi jenis
ini digunakan untuk mentransmisi daya dengan jarak yang jauh
sehingga membutuhkan dimensi yang besar pula. Karakteristik
transmisi ini yaitu biasa bekerja pada beban yang berat dengan rasio
rendah, paling cocok digunakan pada putaran yang rendah <200 rpm
dan tidak diijinkan terjadinya slip dengan kecepatan antara 4-10 m/s
(dibawah rentang nilai lebih aman), memiliki efisiensi berkisar antara
92%-98%(katalog Tsubaki: 27), menimbulkan bunyi karena gesekan
rantai dengan sprocket, perlu adanya pelumasan dan mudah dalam
konstruksinya namun membutuhkan biaya mahal dengan perawatan
yang lebih intens daripada transmisi pulley-belt.
d. Karakteristik Transmisi kopling
Kopling (Clutch) adalah alat yang digunakan untuk
menghubungkan dua poros pada kedua ujungnya dengan tujuan untuk
mentransmisikan daya mekanis. Kopling biasanya tidak mengizinkan
pemisahan antara dua poros ketika beroperasi. Dalam perancanaan
mesin teknologi tepat guna (TTG) kopling yang digunakan adalah jenis
kopling statis dimana penggunaannya digunakan untuk menyambung
antara 2 poros yang bekerja. Sebagai contoh kopling dapat digunakan
untuk menggantikan jenis transmisi dengan rasio 1:1.
TEKNIK MERANCANG-V1 29
e. Dalam pemilihan susunan transmisi perlu ada beberapa pertimbanga:
• Pertimbangan jenis beban yang bekerja
Perhatikan jenis beban yang bekerja pada mesin dan sesuaikan
dengan karakteristik pada beberapa jenis transmisi yang akan
direncanakan.
• Pertimbangan luaran dimensi mesin
Dimensi mesin teknologi tepat guna (TTG) kebanyakan tidak
terpengaruh pada komponen lain dan perancang bebas dalam
menentukan dimensi mesin sehingga transmisi pulley dan sprocket
yang menghendaki dimensi besar dapat digunakan.
• Pertimbangan berdasarkan rasio penurunan kecepatan
Pemilihan jenis transmisi sangat bergantung pada rasio puataran
yang diinginkan, hindari penurunan rasio yang ekstrim jika memilih
transmisi pulley sprocket. Periksa karakteristik jenis transmisi.
• Pengecekan susunan transmisi berdasarkan daya output motor dan
daya yang dibutuhkan
Tahap ini diperlukan untuk memperiksa apakah daya yang
dikeluarkan oleh unit penggerak (motor) sudah memenuhi kebutuhan
yang direncanakan. Pengecekan berdasarkan efisiensi transmisi
dengan rumus :
Jika (Pf) lebih kecil dari (Pout) maka susunan transmisi dapat diterima
Dimana : Pf = daya motor yang dibutuhkan
Pd = daya rencana
= efisiensi transmisi
Pout = daya output motor
30 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.1. Contoh Gambar Skema Susunan Transmisi
4. Menghitung komponen transmisi dan pemilihan sesuai pasaran
Dalam modul ini perancang dianggap tidak memanufaktur komponen
transmisi sendiri. Komponen transmisi hasil hitungan disesuaikan dengan
komponen yang tersedia di pasaran. Untuk menentukan komponen tersebut
maka diperlukan katalog dari berbagai macam transmisi. Periksalah bebrapa
katalog yang ada di media informasi. Contohnya katalog pemilihan pulley
“lesson”, katalog pemilihan sabuk “oleostatik”, katalog pemilihan rantai
sprocket “hitachi roller chain” dan katalog gear sprocket “CAT”.
5. Spesifikasi susunan transmisi
Pada tahap ini menghasilkan informasi data spesifikasi susunan
transmisi secara detail guna memberikan informasi untuk perencanaan
tahap selanjutnya. Pada tahap ini seluruh informasi tentang jenis dan tipe
dari tiap-tiap komponen harus diberikan dengan jelas beserta ukuran dari
komponen tersebut untuk bahan dalam perancangan komponen
selanjutnya.
D. Contoh kasus
Kasus 1 : Mesin perajang singkong Diketahui :
Seseorang memesan sebuah Mesin Perajang Singkong, dengan spesifikasi :
1. Kapasitas 300 buah singkong / jam (mesin bekerja 5 jam sehari)
2. Mekanisme potong menggunakan Disk/Cakram
3. Gaya yang digunakan untuk memotong beban adalah 58,8 N
TEKNIK MERANCANG-V1 31
4. Daya, putaran, dan Torsi yang direncanakan secara berurutan sebesar (0,567
kW, 300 rpm dan 16,46 Nm)
5. Daya dan putaran motor sebesar (0,75 kW dan 1400 rpm)
Langkah-langkah pekerjaan
1. Menghitung rasio penurunan kecepatan
Untuk mendapatkan rasio penurunan yaitu perbandingan putaran output motor
(1400 rpm) : putaran yang direncankan (300 rpm)
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 1400
𝑟= = = 4,67
𝑛𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 300
Jadi didapatkan rasio atau penurunan kecepatan yaitu 4,6 kali sehingga
perbandingan kecepatannya adalah 1 : 4
2. Menentukan jenis transmisi
a) Pertimbangan jenis beban yang bekerja, beban yang bekerja tergolong
beban kejut dan gaya yang dibutuhkan ringan maka semua jenis transmisi
dapat digunakan. (Saya pilih transmisi pulley)
b) Pertimbangan dimensi, luaran dimensi mesin yang diinginkan tidak
tergantung luasan maka semua jenis transmisi dapat digunkan. (Saya pilih
transmisi pulley)
c) Pertimbangan rasio penurunan kecepatan, didapatkan rasio penurunan
1:4 yang masih tergolong rasio rendah maka sebaiknya menggunakan
transmisi pulley atau sprocket. (Saya pilih transmisi pulley)
d) Pengecekan hasil susunan transmisi, efisiensi jenis transmisi pulley
adalah 90% sehingga dilakukan pengecekan daya motor yang dibutuhkan
(Pf) terhadap daya motor yang sudah dipilih (Pout). Jika (Pf) > (Pout) maka ganti
susunan transmisi.
Efisiensi (η) untuk transmisi sabuk V = 90 %
Sehingga dapat dihitung daya motor yang dibutuhkan (Pf):
Pf = Pd x
100
= 0,567 kW x
90
= 0,63 kW
= 0,63 kW 0,75kW (aman)
32 TEKNIK MERANCANG-V1
3. Gambar skema susunan transmisi
TEKNIK MERANCANG-V1 33
2. Menentukan jenis transmisi
a) Pertimbangan jenis beban yang bekerja, beban yang bekerja tergolong
beban kejut dan gaya yang dibutuhkan tergolong berat maka semua jenis
transmisi sprocket paling cocok digunakan pada unit produksi.
b) Pertimbangan dimensi, luaran dimensi mesin yang diinginkan tidak
tergantung luasan maka semua jenis transmisi dapat digunkan.
c) Pertimbangan rasio penurunan kecepatan, didapatkan rasio penurunan
1:20 yang tergolong rasio tinggi maka sebaiknya menggunakan transmisi
gearbox. Dalam kasus ini jenis transmisi dapat dikombinasi sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik masing-masing jenis transmisi.
Dari pertimbangan diatas, saya memilih 2 jenis transmisi yaitu mulai dari
transmisi gearbox dengan perbandingan 1:10 dan pada unit produksi saya
pilih transmisi sprocket dengan perbandingan 1:2. Untuk menyambung 2
poros antara motor dengan gearbox saya gunakan kopling flexibel sebagai
penyambung daya dari motor listrik ke gearbox.
Karena pada contoh kasus ini membutuhkan beberapa data dari
transmisi gearbox sebagai reducer, maka kita ambil contoh sebuah reducer
dengan rasio 1:10, efisiensi 86 %, diameter poros 1,33”.
d) Pengecekan hasil susunan transmisi, efisiensi jenis transmisi gearbox
rasio 1:10 adalah 86%(katalog gearbox) dan efisiensi transmisi sprocket
adalah 92% sehingga dilakukan pengecekan daya motor yang dibutuhkan
(Pf) terhadap daya motor yang sudah dipilih (Pout). Jika (Pf) > (Pout) maka ganti
susunan transmisi.
Efisiensi (η) untuk transmisi gearbox = 86 %
Efisiensi (η) untuk transmisi sprocket = 92 %
Sehingga dapat dihitung daya motor yang dibutuhkan (Pf):
Pf = Pd x
100 100
= 0,385 kW x x
86 92
= 0,48 kW
= 0,48 kW 0,55kW (aman)
34 TEKNIK MERANCANG-V1
3. Gambar skema susunan transmisi
TEKNIK MERANCANG-V1 35
Subbab Materi 2
Perencanaan transmisi pulley-belt
Dalam merencanakan transmisi pulley-belt dibutuhkan beberapa informasi
data awal untuk menyusun, yaitu :
✓ Spesifikasi motor penggerak (putaran, torsi, dan daya)
✓ Lama mesin beroperasi
✓ Putaran yang dingginkan
Dengan beberapa data awal tersebut, dalam merencanakan transmisi pulley-
belt ikuti langkah-langkah dibawah ini :
1) Menentukan jenis sabuk
Sebelum menentukan jenis sabuk, tentukan faktor koreksi (fc) jenis
transmisi dengan melihat tabel faktor koreksi. Dengan melihat jenis beban pada
mesin, jenis penggerak dan lama mesin beroperasi.
36 TEKNIK MERANCANG-V1
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:165)
Setelah didapat besar faktor koreksi (fc), hitung daya rencana (Pd) dengan
cara daya rencana (Pd) = daya motor (Pout) X faktor koreksi (fc). Lalu pilih jenis
sabuk V berdasarkan besar daya rencana (Pd) dan putaran output penggerak
(n1) menggunakan diagram pemilihan tipe sabuk V.
TEKNIK MERANCANG-V1 37
Gambar 2.4 Diagram Pemilihan Tipe Sabuk V
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:164)
2) Menghitung ukuran puli penggerak (dp) dan puli yang digerakkan (Dp) kemudian
pemilihan disesuaikan dengan ukuran pulley yang tersedia di pasaran
Pemiihan ukuran puli penggerak (dp) yang dianjurkan tersedia dalam tabel
dibawah :
Tabel 2.2. Pemilihan Diameter Pulley Penggerak (dp) (satuan mm)
(Dp − dp)2
L = 2C + 1,75 (Dp + dp) +
4C
dimana :
C = jarak anatar poros
Dp = diamater pulley besar
dp = diameter pulley kecil
(Robert L. Mott, 2009: 242)
Pilih panjang sabuk yang ada di katalog pemilihan sabuk yang sesuai
dengan hasil hitungan. Dengan panjang sabuk yaang diketahui cari jarak antar
2 poros yang sebenarnya menggunakan rumus :
B + B 2 − 32( Dp − dp) 2
C= (Robert L. Mott, 2009: 242)
16
Dimana mencari nilai B menggunakan rumus :
B = 4L - 6,28(Dp + dp) (Robert L. Mott, 2009: 242)
TEKNIK MERANCANG-V1 39
Gambar 2.5. Diagram Nilai Faktor Koreksi Sudut Kontak
(Robert L. Mott, 2009: 248)
TEKNIK MERANCANG-V1 41
Jadi didapatkan rasio atau penurunan kecepatan yaitu 4,6 kali sehingga
perbandingan kecepatannya adalah 1 : 4
2. Menentukan jenis transmisi
a) Pertimbangan jenis beban yang bekerja, beban yang bekerja tergolong
beban kejut dan gaya yang dibutuhkan ringan maka semua jenis transmisi
dapat digunakan. (Saya pilih transmisi pulley)
b) Pertimbangan dimensi, luaran dimensi mesin yang diinginkan tidak
tergantung luasan maka semua jenis transmisi dapat digunkan. (Saya pilih
transmisi pulley)
c) Pertimbangan rasio penurunan kecepatan, didapatkan rasio penurunan
1:4 yang masih tergolong rasio rendah maka sebaiknya menggunakan
transmisi pulley atau sprocket. (Saya pilih transmisi pulley)
d) Pengecekan hasil susunan transmisi, efisiensi jenis transmisi pulley
adalah 90% sehingga dilakukan pengecekan daya motor yang dibutuhkan
(Pf) terhadap daya motor yang sudah dipilih (Pout). Jika (Pf) > (Pout) maka ganti
susunan transmisi.
Efisiensi (η) untuk transmisi sabuk V = 90 %
Sehingga dapat dihitung daya motor yang dibutuhkan (Pf):
Pf = Pd x
100
= 0,567 kW x
90
= 0,63 kW
= 0,63 kW 0,75kW (aman)
42 TEKNIK MERANCANG-V1
3. Gambar skema susunan transmisi
TEKNIK MERANCANG-V1 43
Memilih faktor koreksi (fc) berdasarkan tabel faktor layanan dibawah ini :
44 TEKNIK MERANCANG-V1
✓ Dari diagram pemilihan tipe sabuk diatas dapat dipilih sabuk V tipe A
(11) Menghitung ukuran puli penggerak (dp) dan puli yang digerakkan (Dp)
kemudian disesuaikan dengan ukuran pulley yang tersedia di pasaran.
• Pemiihan ukuran puli penggerak tersedia di tabel dibawah :
TEKNIK MERANCANG-V1 45
• Memilih ukuran pulley hasil hitungan yang tersedia di pasaran sesuai
pada katalog pulley
Dp = 15 inchi / 367,5 mm
46 TEKNIK MERANCANG-V1
(12) Menghitung panjang keliling sabuk, jarak antar 2 sumbu, dan memilih
sabuk yang ada di pasaran berdasarkan hasil hitungan.
• Untuk menghitung panjang keliling sabuk (L) kita harus memperkirakan
nilai jarak antar 2 sumbu (C) dengan acuan berikut:
Dp C 3( Dp + dp)
dp = 3,7 inchi / 91 mm
Dp = 15 inchi / 367 mm sehingga saya mencoba menentukan nilai C =
500 mm
(Dp − dp)2
L = 2C + 1,57 (Dp + dp) +
4C
(367 mm - 91 mm) 2
= 2 . 500 mm + 1,57 (367 mm + 91 mm) +
4. 500 mm
= 1000 mm + 1258,35 mm + 38,08 mm
= 2296,438 mm
Gambar 2.8. Pemilihan Panjang Keliling Sabuk pada Katalog
Pada tabel sabuk (oleostatik) ukuran panjang standar sabuk-v
tersedia ukuran paling mendekati 2311 mm atau 91 inchi.
B = 4L - 6,28(Dp + dp)
= 4 . 2311 - 6,28(367 + 91)
= 9244 - 2876,24
= 6367,76
TEKNIK MERANCANG-V1 47
B + B 2 − 32( Dp − dp) 2
C=
16
6367,76 + (6367,76) 2 − 32(367 − 91) 2
=
16
6367 ,76 + 40548367 ,42 − 2437632
=
16
6367 ,76 + 38110735 ,42
=
16
6367 ,76 + 6173,38
=
16
= 783,8 mm 784 mm
(13) Menghitung sudut kontak pada pulley yang dirancang.
Dp − dp
= 180 o − 2 sin -1
2C
367 − 91
= 180 o − 2 sin −1
2.784
= 180 o − 2 sin −1 (0,17 )
= 180 o − 23
= 157 o
(14) Menentukan faktor koreksi sabuk.
Menentukan faktor koreksi sudut kontak (Cθ) dan faktor koreksi sabuk
(CL) menggunakan diagram pemilihan faktor kosreksi, sebagai berikut :
48 TEKNIK MERANCANG-V1
0,04
𝐶𝜃 = 0,92 + ×7
10
𝐶𝜃 = 0,92 + 0,028
𝐶𝜃 = 0,948
θ = 157o , Cθ = 0,948
Garis hitam merupakan nilai CL pada kasus ini pilih garis 3V sesuai sabuk V
L = 2311 mm = 91 inchi
Melalui interpolasi didapatkan nilai CL sebagai berikut :
0,12
𝐶𝐿 = 0,96 + × 41
50
𝐶𝐿 = 0,96 + 0,0948
𝐶𝐿 = 1,05
L = 2311 mm = 91 inch , CL = 1,05
(15) Menghitung Kapasitas daya transmisi satu sabuk
Po = C .C L .Pd
Po = 0,948. 1,05 . 0,75 kW
= 0,746 kW
TEKNIK MERANCANG-V1 49
(17) Melakukan pengecekan terhadap
a) Kecepatan sabuk
dp . nmotor
vb =
60
0,091 m . 3,14 .1400 rpm
=
60
= 6,66 m/s
vb = kecepatan sabuk yang diijinkan < 4000 ft/mnt = 20 m/s
Ternyata vb < 20 m/s, baik.
b) Putaran terpasang
50 TEKNIK MERANCANG-V1
Contoh kasus ini juga dapat dilihat pada aplikasi youtube dengan kata kunci “merancang
transmisi” untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai contoh kasus diatas supaya
lebih mudah untuk dipelajari.
3. Subbab Materi
TEKNIK MERANCANG-V1 51
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:196)
2) Menghitung daya rencana
Daya rencana didapatkan dari daya ouput dari penggerak motor atau lanjutan
dari transmisi sebelumnya kemudian kalikan dengan faktor koreksi yang sudah
didapat. Besar daya rencana dapat dihitung dengan rumus :
daya rencana (Pd) = daya output (Pout) X faktor koreksi (fc)
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:196)
3) Memilih tipe rantai
Sebelum menghitung ukuran transmisi chain-sprocket, langkah awal adalah
memilih tipe rantai yang sesuai berdasarkan nilai daya rencana, rangkaian yang
direncanakan dan putaran inputan. Setelah mendapatkan nomor rantai yang sesuai
akan didapatkan informasi jumlah gigi minimum dan ukuran pitch (jarak bagi rantai).
Memilih tipe rantai yang sesuai dengan melihat diagram pemilihan tipe nomor rantai.
52 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.9. Diagram Pemilihan Tipe Nomor Rantai
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:194)
4) Menentukan jumlah gigi sprocket kecil dan pemilihan sesuai katalog
Berdasarkan diagram pemilihan tipe nomor rantai akan didapatkan tipe nomor
rantai dengan spesifikasi jumlah gigi sprocket kecil minimum yang dianjurkan.
Contohnya keterangan yang mengartikan 13T = jumlah gigi minimum 13 gigi. Dalam
buku perencanaan elemen mesin mekanis (Robert L Moot : 261) jumlah gigi minimum
yang dianjurkan yaitu 17 gigi. Periksa katalog sprocket untuk mendapatkan
spesifikasi sprocket yang ingin dirancang, hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan sprocket harus sesuai dengan nomor rantai yang sudah dipilih dan pilih
diameter dalam sprocket sesuai ukuran poros penggerak.
1 𝑍2 + 𝑍1 𝑍2 + 𝑍1 2 8(𝑍2 − 𝑍1 )2
𝐶 = [𝐿 − + √[𝐿 − ] − ]
4 2 2 4𝜋 2
D. Contoh Kasus
Mesin Pengaduk Pakan Ternak
Diketahui : Seseorang memesan sebuah Mesin Pengaduk Pakan Ternak, dengan
spesifikasi :
TEKNIK MERANCANG-V1 55
1. Kapasitas 100 kg tiap proses (mesin bekerja 5 jam sehari)
2. Mekanisme pengadukan berbentuk ulir pita bolak-balik semi otomatis
3. Gaya yang digunakan untuk mengaduk beban adalah 548,6 N
4. Daya, putaran, dan Torsi yang direncanakan secara berurutan sebesar (0,385
kW, 75 rpm dan 32,9 Nm)
5. Penggerak motor listrik Fujita ML8014 dengan Daya dan putaran motor sebesar
(0,55 kW dan 1400 rpm)
Langkah-langkah pekerjaan :
1. Menghitung rasio penurunan kecepatan
Untuk mendapatkan rasio penurunan yaitu perbandingan putaran output motor
(1400 rpm) : putaran yang direncankan (75 rpm)
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 1400
𝑟= = = 18,67 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 20)
𝑛𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 75
Jadi didapatkan rasio atau penurunan kecepatan yaitu 18,67 kali dengan
perbandingan rasio 1 : 20
2. Menentukan jenis transmisi
a) Pertimbangan jenis beban yang bekerja, beban yang bekerja tergolong beban
kejut dan gaya yang dibutuhkan tergolong berat maka semua jenis transmisi
sprocket paling cocok digunakan pada unit produksi.
b) Pertimbangan dimensi, luaran dimensi mesin yang diinginkan tidak tergantung
luasan maka semua jenis transmisi dapat digunkan.
c) Pertimbangan rasio penurunan kecepatan, didapatkan rasio penurunan 1:20
yang tergolong rasio tinggi maka sebaiknya menggunakan transmisi gearbox.
Dalam kasus ini jenis transmisi dapat dikombinasi sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik masing-masing jenis transmisi.
Dari pertimbangan diatas, saya memilih 2 jenis transmisi yaitu mulai dari
transmisi gearbox dengan perbandingan 1:10 dan pada unit produksi saya pilih
transmisi sprocket dengan perbandingan 1:2. Untuk menyambung 2 poros
antara motor dengan gearbox saya gunakan kopling flexible statis sebagai
penyambung daya dari motor listrik ke gearbox.
Karena pada contoh kasus ini membutuhkan beberapa data dari transmisi
gearbox sebagai reducer, maka kita ambil contoh sebuah reducer dengan rasio
1:10, efisiensi 86 %, diameter poros 1,33”.
d) Pengecekan hasil susunan transmisi, efisiensi jenis transmisi gearbox rasio
1:10 adalah 86%(periksa katalog gearbox) dan efisiensi transmisi sprocket
56 TEKNIK MERANCANG-V1
adalah 92% sehingga dilakukan pengecekan daya motor yang dibutuhkan (Pf)
terhadap daya motor yang sudah dipilih (Pout). Jika (Pf) > (Pout) maka ganti
susunan transmisi.
Efisiensi (η) untuk transmisi gearbox = 86 %
Efisiensi (η) untuk transmisi sprocket = 92 %
Sehingga dapat dihitung daya motor yang dibutuhkan (Pf):
Pf = Pd x
100 100
= 0,385 kW x x
86 92
= 0,48 kW
= 0,48 kW 0,55kW (aman)
3. Gambar skema susunan transmisi
TEKNIK MERANCANG-V1 57
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data dari transmisi halus,
penggerak motor listrik bekerja untuk mesin pengaduk nilainya faktor
koreksinya sebesar 1,0.
2) Menghitung daya rencana
daya rencana (Pd) = daya output (Pout) X faktor koreksi (fc)
= 0,473 kW X 1,0 = 0,473 kW
3) Memilih tipe rantai
Memilih tipe rantai yang sesuai dengan melihat diagram pemilihan tipe
nomor rantai.
58 TEKNIK MERANCANG-V1
Berdasarkan daya rencana sebesar 0,473 kW dengan putaran input 140
rpm, didapatkan tipe rantai yaitu rantai nomor 40 (13T). kemudian tinjau
ukuran lengkap rantai no 40 pada katalog untuk mengetahui ukuran lengkap
rantai. Jarak bagi / pitch dari rantai rol nomor 40 adalah 12,7 mm (1/2”).
TEKNIK MERANCANG-V1 59
Gambar 2.10. Pemilihan Sprocket Kecil pada Katalog
5) Menghitung jumlah gigi sprocket besar (sesuai katalog)
Mencari jumlah gigi sprocket besar (Z2) dengan rumus :
Z 2 = Z1 x rasio
= 17 x 1,87
= 31,79
= 32 Hasil hitungan didapatkan banyak gigi sprocket
besar adalah 32 (Z2 = 32) kemudian sesuaikan dengan katalog sprocket
yang sama dengan pemilihan sprocket kecil
60 TEKNIK MERANCANG-V1
Z1
N2 = N1 x
Z2
17
= 140 x
32
= 74,375
Putaran output 74 rpm (tidak dapat digunakan) maka ganti pemilihan
sprocket besar supaya putaran yang didapatkan sesuai. Kita coba
menggunakan jumlah gigi 30.
Z1
N2 = N1 x
Z2
17
= 140 x
30
= 79,33
Putaran output 79 rpm (dapat digunakan)
Jadi jumlah gigi yang dapat digunakan adalah 30 gigi (Z2 = 30/32)
TEKNIK MERANCANG-V1 61
Z1 + Z2 (Z2 − Z1) 2
L = 2C + +
2 4 2 C
Masukkan nilai C = 40
Z1 + Z2 (Z2 − Z1) 2
L = 2C + +
2 4 2 C
17 + 30 (30 − 17 ) 2
= 2 . 40 + +
2 4 2 40
= 80 + 23,5 + 56,85
= 160,35 x jarak bagi (P)
= 160,35 x 12,7 mm
= 2036, 5 mm (160 mata rantai)
Jadi didapatkan Panjang rantai (L) yang dibutuhkan adalah 2036,5 mm
(160 mata rantai). Pemilihan rantai dari katalog sangat sukar dalam bentuk
ukuran sebenarnya melainkan dalam bentuk mata rantai (pitch), sesuai
katalog rantai tsubaki diplih rantai dengan nomor RS40 sejumlah 160 mata
rantai dengan ukuran seperti pada gambar.
62 TEKNIK MERANCANG-V1
1 𝑍2 + 𝑍1 𝑍2 + 𝑍1 2 8(𝑍2 − 𝑍1 )2
𝐶 = [𝐿 − + √[𝐿 − ] − ]
4 2 2 4𝜋 2
Karena rumus diatas masih dalam bentuk nominal maka Masukkan nilai
L dalam satuan jarak bagi = 160 x jarak bagi
1 𝑍2 + 𝑍1 𝑍2 + 𝑍1 2 8(𝑍2 − 𝑍1 )2
𝐶 = [𝐿 − √
+ [𝐿 − ] − ]
4 2 2 4𝜋 2
1 30 + 17 30 + 17 2 8(30 − 17)2
𝐶 = [160 − + √[160 − ] − ]
4 2 2 4(3,14)2
1 1352
𝐶 = [136,5 + √18632,25 − ]
4 39,4384
1
𝐶 = [136,5 + √18632,25 − 34,28]
4
1
𝐶 = [136,5 + √18597,97]
4
1
𝐶 = [136,5 + 136,37]
4
𝐶 = 68,22 𝑋 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑔𝑖
𝐶 = 68,22 𝑋 12,7 = 866,394 𝑚𝑚
Sehingga didapatkan nilai jarak antar sumbu poros adalah (C) = 68,22 x
jarak bagi = 866,394 mm
11) Menghitung sudut kontak sprocket
Syarat dari besar suduk kontak 𝜃1 >1200 jika kurang maka susunan tidak
dapat diterima. Hitung sudut kontak dengan rumus :
(𝐷2 − 𝐷1 )
𝜃1 = 180 − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2𝐶
(139,43 − 76,71)
𝜃1 = 180 − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2 𝑥 866,394
𝜃1 = 180 − 4,6 = 1750 (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝜃1 > 1200 )
Karena sudut kontak θ1 memenuhi syarat maka θ2 dapat dihitung dengan
rumus :
(𝐷2 − 𝐷1 )
𝜃2 = 180 + 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2𝐶
(139,43 − 76,71)
𝜃2 = 180 + 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2 𝑥 866,394
𝜃2 = 180 + 4,6 = 1850
TEKNIK MERANCANG-V1 63
30226
𝑣=
60000
𝑣 = 0,5 𝑚⁄𝑠 < 4 − 10 𝑚⁄𝑠 (𝑎𝑚𝑎𝑛)
Karena kecepatan rantai < 4 m/s maka susunan transmisi sprocket dapat
digunakan karena masih aman dalam pengoperasiannya sesuai dengan
karakteristik transmisi sprocket.
64 TEKNIK MERANCANG-V1
Contoh kasus ini juga dapat dilihat pada aplikasi youtube dengan kata kunci “merancang
transmisi” untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai contoh kasus diatas supaya
lebih mudah untuk dipelajari.
4. Subbab Materi
Perencanaan kopling
Dalam merencanakan kopling perlu beberapa informasi berupa data awal
supaya kopling dapat digunakan sesuai kebutuhan. Adapun beberapa data awal yaitu
:
✓ Besar diameter poros penggerak (motor listrik/motor torak)
TEKNIK MERANCANG-V1 65
✓ Besar diameter poros yang digerakkan (bisa poros gearbox, pulley, sprocket,
atau poros unit produksi)
✓ Torsi penggerak
Perencanaan kopling untuk mesin TTG yang banyak digunakan adalah jenis
kopling flens flexible statis karena kopling felxibel memiliki keunggulan mengijinkan
terjadinya sedikit ketidaklurusan aksial, radial, dan angular. Kopling jenis ini
digunakan untuk poros yang dihubungkan tidak benar-benar satu sumbu atau tidak
segaris antara kedua poros. Kopling ini dapat meredam getaran sewaktu proses
transmisi dan juga dapat mengurangi tumbukan.
Setelah didapat ukuran diatas dapat dipilih ukuran kopling yang sesuai dengan
kasus yang diinginkan. Pilih kopling sesuai dengan katalog yang tersedia di pasaran.
Setelah didapatkan kopling yang sesuai kebutuhan maka berikan informasi tentang
ukuran secara mendetail untuk memudahkan membuat gambar desain. Jika
dibutuhkan memilih kopling dinamis silahkan merujuk pada buku perencenaan
elemen mesin (Robert L Moot, Sularso Kyokatsu, J.S Khurmi Gupta) atau melihat
contoh kasus pada jurnal dari media informasi.
66 TEKNIK MERANCANG-V1
D. Contoh Kasus Mesin Pengaduk Pakan Ternak
Langkah-langkah pekerjaan
1. Memilih kopling
Diketahui diameter poros motor sebesar 19 mm
Karena membutuhkan transmisi gearbox maka kita ambil contoh ukuran poros
gearbox sebesar 1,33” = 32 mm
Dari data diatas maka lihat katalog kopling flens flexible untuk
menyambung kedua poros tersebut.
68 TEKNIK MERANCANG-V1
5. Subbab Materi
6.1. Pengertian Transmisi
Sistem transmisi adalah sistem konversi torsi dan kecepatan (putaran)
dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda untuk diteruskan ke
penggerak akhir. Konversi ini mengubah kecepatan putar yang tinggi menjadi
lebih rendah tetapi lebih bertenaga, atau sebaliknya. Sebuah mesin biasanya
terdiri atas tiga bagian utama yang saling bekerja bersama. Ketiga bagian itu
adalah penggerak, sistem penerus daya (transmisi daya) dan bagian yang
digerakkan. Bagian penggerak dalam sebuah mesin umumnya berupa motor
listrik atau motor bakar yang memiliki modus gerak berupa putaran. Elemen yang
berputar dalam hal ini adalah poros. Pada bagian yang digerakkan, di sinilah
fungsi mesin itu terlihat. Modus gerak bisa berupa putaran ataupun gerak linier
bolak balik bergantung fungsi mesin itu. Untuk menghubungkan antara bagian
penggerak (motor) dan bagian yang digerakkan (unit produksi) terdapat sistem
penerus daya atau sistem transmisi daya.
TEKNIK MERANCANG-V1 69
c) Beban kejut yaitu dalam proses produksi, unit produksi sudah
dimasuki bahan sehingga kekuatan awal yang dikeluarkan mesin
merupakan gaya yang dibutuhkan. Mesin dengan proses seperti ini
tidak diijinkan terjadi slip.
2) Macam – macam transmisi roda gigi berdasarkan letak poros.
Dalam menyusun transmisi roda gigi pada suatu mesin perlu
memperhatikan desain letak poros pada mesin yang telah direncanakan.
a) Poros saling sejajar satu sama lain.
Roda gigi sejajar adalah roda gigi yang gigi-giginya berjajar
pada dua batang silindris (bidang jarak bagi). Kedua bidang silindris
tersebut bersinggungan dan satu menggelinding pada yang lain
dengan sumbu yang sejajar.
Gambar 2.1 Roda gigi lurus (Spur Gear) dengan sumbu poros yang
sejajar.
b) Poros saling memotong.
Roda gigi berpotongan adalah roda gigi yang letak gigi-giginya
berjajar pada dua bidang kerucut atau satu bidang silindris dengan
satu bidang datar melingkar. Kedua bidang tersebut bersinggungan
dan yang satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu
berpotongan tegak lurus. Contoh roda gigi dengan poros
berpotongan
Gambar 2.2 Roda gigi kerucut lurus (Spur Bevel gear) dengan
sumbu poros yang berpotongan.
c) Poros saling menyilang.
Roda gigi bersilangan adalah roda gigi yang gigi-giginya
berjajar pada dua bidang silindris atau dua bidang kerucut atau satu
bidang silindris dengan satu bidang ulir. Untuk pasangan roda gigi -
ulir, perputaran roda gigi diatur oleh pergerakkan ulir yang
disebabkan perputaran poros ulir, serta sumbu roda gigi menyilang
sumbu poros ulir. Contoh roda gigi dengan poros bersilangan:
70 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.3 Roda gigi cacing (Worm Gear) dengan sumbu poros
yang menyilang.
Sudut poros
Gambar 2.5 Sudut poros pada roda gigi kerucut lurus (Spur Bevel
Gear)
Gigi dari roda gigi kerucut lurus mempunyai gigi yang berbentuk
lurus dan terletak pada sepanjang bagian permukaan berbentuk kerucut.
Untuk roda gigi kerucut lurus jenis ini mempunyai konstruksi yang
sederhana dibanding jenis roda gigi kerucut lainnya.
Transmisi roda gigi kerucut lurus ini dapat digunakan pada mesin
konstruksi umum yang sederhana sampai sedang, baik dalam menerima
TEKNIK MERANCANG-V1 71
beban maupun putaran. Karakteristik dari roda gigi kerucut ini sama
seperti karakteristik roda gigi lurus hanya saja mempunyai perbedaan
pada letak porosnya.
5) Karakteristik Transmisi Roda Gigi Cacing pada Gearbox (Worm Gear)
Penggunaan transmisi roda gigi cacing merupakan salah satu cara
yang sangat efisien untuk mendapatkan rasio torsi yang tinggi dan
kecepatan putar yang rendah. Roda gigi cacing mampu mencapai lebih
dari 1:100. Kerugian dari roda gigi cacing adalah adanya gesekan yang
menjadikan roda gigi cacing memiliki efisiensi yang rendah sehingga
membutuhkan pelumasan.
Output
Input
Gambar 2.8 Input dan output pada gearbox roda gigi cacing.
72 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.9 Diss-Assembly Worm Gearbox
Keterangan Gambar:
1. Rumah (case): berfungsi sebagai rumah gear box.
2. Roda gigi cacing (worm wheel): bekerja sama dengan gear wheel
yang berfungsi sebagai merubah/merunkan kecepatan putaran
(input).
3. Poros masukan (input shaft): berfungsi sebagai penerus dari putaran
(input) dan beban (input) ke transmisi roda gigi cacing.
4. Roda gigi (gear wheel): bekerja sama dengan worm wheel berfungsi
sebagai merubah/merunkan kecepatan putaran (input) yang
nantinya akan diteruskan ke output shaft.
5. Poros keluaran (output shaft): berfungsi sebagai penerus beban
(output) dan putaran (output) dari transmisi roda gigi cacing.
6. Tutup poros (shaft cover): berfungsi sebagai tumpuan bearing dan
poros sekaligus menjadi penutup rumah gearbox.
7. Bantalan (input bearing): berfungsi sebagai penumpu poros
berbeban sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman dan umur pakai panjang.
8. Sil oli (oil seal): berfungsi sebagai penahan oli agar tidak keluar.
9. Pengukur oli (oil gauge): berfungsi sebagai lubang untuk mengatur
kadar oli pada gearbox.
10. Penutup oli (oil plug): berfungsi sebagai penutup lubang masuknya
oli.
11. Pasak (key): berfungsi sebagai penyambung poros dan roda gigi.
12. Baut (bolt): berfungsi sebagai pengunci antara penutup poros
dengan rumah gearbox.
Untuk animasi Diss-Assembly Worm Gearbox bisa didapatkan
pada kode QR (Quick Response) atau di website berikut ini.
Keterangan: Dis-Assembly Worm Gearbox
Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=2I
lXDxGns2g
6) Dalam pemilihan susunan transmisi perlu ada beberapa pertimbangan:
a) Pertimbangan jenis beban yang bekerja.
Perhatikan jenis beban yang bekerja pada mesin dan sesuaikan
dengan karakteristik di beberapa jenis transmisi yang akan
direncanakan.
b) Pertimbangan luaran dimensi mesin.
TEKNIK MERANCANG-V1 73
Dimensi mesin teknologi tepat guna (TTG) kebanyakan tidak
terpengaruh pada komponen lain dan perancang bebas dalam
menentukan dimensi mesin sehingga transmisi roda gigi atau
gearbox yang menghendaki dimensi lebih ringkas dapat digunakan.
c) Pertimbangan berdasarkan rasio penurunan kecepatan.
Pemilihan jenis transmisi sangat bergantung pada rasio puataran
yang diinginkan, hindari penurunan rasio yang ekstrim jika memilih
transmisi roda gigi atau gearbox. Periksa karakteristik jenis transmisi.
d) Pengecekan susunan transmisi berdasarkan daya output motor dan
daya yang dibutuhkan.
Tahap ini diperlukan untuk memperiksa apakah daya yang
dikeluarkan oleh unit penggerak (motor) sudah memenuhi kebutuhan
yang direncanakan. Pengecekan berdasarkan efisiensi transmisi
dengan rumus:
Pf = Pd x
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:238)
Jika (Pf) lebih kecil dari (Pout) maka susunan transmisi dapat diterima
Dimana : Pf = daya motor yang dibutuhkan
Pd = daya rencana
= efisiensi transmisi
Pout = daya output motor
74 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.10 Contoh Gambar Skema Susunan Transmisi
A. Contoh Kasus
Kasus 1: Mesin Penyangrai Kopi Semi Otomatis dengan Kapasitas 5 Kg
Diketahui:
Seseorang memesan sebuah mesin penyangrai kopi, dengan spesifikasi:
1. Kapasitas 5 kg biji kopi
2. Mekanisme penyangraian menggunakan tabung sebagai unit produksi
menyangrai biji kopi yang diputar oleh motor melalui transmisi
3. Gaya yang digunakan untuk memutar tabung unit produksi adalah 16 kg
4. Daya dan Putaran dan Torsi yang direncanakan secara berurutan sebesar
(0,059 kw dan 60 rpm dan 96 kgcm/9,414 nm)
5. Daya dan putaran motor sebesar (0,09 hp/0,067 kw dan 180 rpm)
TEKNIK MERANCANG-V1 75
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 180
𝑟= = =3
𝑛𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 60
Jadi didapatkan rasio atau penurunan kecepatan yaitu 3 kali sehingga
perbandingan kecepatannya adalah 1 : 3
2. Menentukan Jenis Transmisi
a) Pertimbangan jenis beban yang bekerja, beban yang bekerja tergolong
beban kontinyu dan gaya yang dibutuhkan ringan maka semua jenis transmisi
dapat digunakan. (Saya pilih transmisi roda gigi lurus)
b) Pertimbangan dimensi, luaran dimensi mesin yang diinginkan tidak
bergantung luasan, maka semua jenis transmisi dapat digunakan (akan di
pilih transmisi roda gigi lurus).
c) Pertimbangan rasio penurunan kecepatan, didapatkan rasio penurunan
1:3 yang masih tergolong rasio rendah maka sebaiknya menggunakan
transmisi roda gigi lurus (akan di pilih transmisi roda gigi lurus).
d) Pengecekan hasil susunan transmisi, efisiensi jenis transmisi roda gigi
lurus adalah 98% sehingga dilakukan pengecekan daya motor yang
dibutuhkan (Pf) terhadap daya motor yang sudah dipilih (Pout). Jika (Pf) > (Pout)
maka ganti susunan transmisi.
Efisiensi (η) untuk transmisi roda gigi = 96 %
Sehingga dapat dihitung daya motor yang dibutuhkan (Pf):
Pf = Pd x η
= 0,059 kW x 100/96
= 0,061 kW
= 0,061 kW < 0,09 kW (Aman)
Langkah-Langkah Pekerjaan:
1. Menghitung Rasio Penurunan Kecepatan
Untuk mendapatkan rasio penurunan yaitu perbandingan putaran output
motor (1400 rpm) : putaran yang direncankan (250 rpm).
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 1500
𝑟= = = 6 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 6)
𝑛𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 250
Jadi didapatkan rasio atau penurunan kecepatan yaitu 6 kali dengan
perbandingan rasio 1 : 6
Untuk menurunan kecepatan dari putaran motor penggerak ke putaran
yang direncanakan akan menggunanakan dua jenis transmisi yaitu transmisi
pulley dan transmisi roda gigi kerucut.
Pada transmisi pulley akan mendapatkan rasio 1 : 3 dari putaran output
motor yang rasio putarannya akan ditransmisikan oleh transmisi pulley dan akan
dilanjutkan ke transmisi roda gigi kerucut.
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 1500
𝑟= = = 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 2)
𝑛𝑝𝑢𝑙𝑙𝑒𝑦 750
Sedangkan pada roda gigi kerucut akan mendapatkan rasio putaran input
dari transmisi pulley sebesar 3 : 6 atau 1 : 3 yang akan di teruskan langsung ke
putaran rencana.
𝑛𝑝𝑢𝑙𝑙𝑒𝑦 750
𝑟= = = 3 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 3)
𝑛𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑖𝑔𝑖 250
6. Subbab Materi N
Perencanaan Transmisi Roda Gigi Lurus
Dalam merencanakan transmisi roda gigi lurus dibutuhkan beberapa informasi
data awal untuk menyusun, yaitu:
✓ Spesifikasi motor penggerak (putaran, torsi, dan daya), jika data input langsung
dari motor penggerak. Jika lanjutan dari transmisi lain, maka diperlukan data
berupa putaran output, daya output, dan torsi output dari transmisi sebelumnya.
✓ Putaran yang dingginkan.
✓ Jarak sumbu poros transmisi roda gigi yang direncanakan
✓ Jenis bahan roda gigi.
Dengan beberapa data awal tersebut, dalam merencanakan transmisi roda gigi
lurus ikuti langkah-langkah berikut ini:
1) Menentukan Faktor Beban Lebih, KO
Dengan memperhatikan jenis penggerak dan mesin yang digerakkan,
tentukan factor beban lebih, KO, dengan menggunakan tabel 2.1 dasarnya adalah
pembebanan tingkat kejutan dan pembebanan tumbuk.
Tabel 2.1 faktor beban lebih (KO), yang disarankan
Mesin yang digerakkan
Sumber daya Seragam Kejutan Kejutan Kejutan berat
ringan sedang
Seragam 1,00 1,25 1,50 1,75
Kejutan ringan 1,20 1,40 1,75 2,25
78 TEKNIK MERANCANG-V1
Kejutan sedang 1,30 1,70 2,00 2,75
(Robert L. Mott, 2009: 242)
Setelah didapat besar faktor koreksi (fc), hitung daya rencana (Pd) dengan
cara daya rencana (Pd) = daya motor (Pout) X faktor koreksi (fc).
2) Menentukan Sebuah Percobaan untuk Diameter Jarak Bagi pada Roda Gigi
Kecil (d’1) dan Roda Gigi Besar (d’2).
Untuk menentukan diameter jarak bagi sementar gunakanlah rumus
dibawah ini.
a. Diameter jarak bagi roda gigi kecil (d’1)
2𝑥𝑎
𝑑′1 =
1+𝑖
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:222)
b. Diameter jarak bagi roda gigi besar(d’2).
2𝑥𝑎𝑥𝑖
𝑑′2 =
1+𝑖
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:222)
Dimana:
𝑑′ 1 : diameter jarak bagi sementara pada roda gigi kecil (pinyon)
𝑑′ 2 : diameter jarak bagi sementara pada roda gigi besar
𝑎 : jarak sumbu poros roda gigi yang direncanakan
𝑖 : perbandingan reduksi (rasio kecepatan transmisi roda gigi)
Bila bahan yang digunakan untuk roda gigi dari baja maka manfaatkan
gambar 2.13 di bawah ini untuk memberikan petunjuk awal. Gunakanlah factor
beban lebih (Ko) untuk mendapatkan daya perancangan (Pdes) jika daya
perancangan belum diketahui.
TEKNIK MERANCANG-V1 79
3) Mentukan modul roda gigi (m)
Dalam menentukan modul roda gigi gunakanlah gambar 2.14 Diagram
pemilihan modul di bawah ini.
Gambar 2.14 Diagram pemilihan modul roda gigi lurus (Sularso dan Kiyokatsu
Suga, 1997:378)
4) Menentukan jumlah gigi pada roda gigi (Z)
Setelah mendapatkan nilai modul (m) roda gigi dan diameter jarak bagi
sementara (d’) hitunglah jumlah gigi (Z) pada roda gigi.
Gunakanlah rumus berikut ini:
𝑑′
𝑍=
𝑚
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:230)
Dimana:
𝑍 : Jumlah gigi pada roda gigi
𝑑′ : diameter jarak bagi sementara
𝑚 : Modul roda gigi
5) Menghitung diameter jarak bagi (roda gigi standar)
Gunakanlah hasil perhitungan jumlah roda gigi (Z) untuk menentukan hasil
diameter jarak bagi (roda gigi standar) dengan rumus sebagai berikut.
𝑑0 = 𝑧 𝑥 𝑚
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:222)
Dimana:
𝑑0 : diameter jarak bagi (roda gigi standar)
𝑧 : jumlah gigi pada roda gigi
𝑚 : Modul roda gigi
6) Menghitung jarak sumbu poros transmisi roda gigi (𝑎)
80 TEKNIK MERANCANG-V1
𝑎
Gambar 2.15 Jarak antara dua sumbu poros
Hitunglah jarak sumbu poros sesuai dengan diameter jarak bagi (roda gigi
standar) yang telah didapatkan. Gunakanlah persamaan sebagai berikut.
𝑑01 + 𝑑02
𝑎=
2
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:233)
Dimana:
𝑑01 : diameter jarak bagi roda gigi kecil
𝑑02 : diameter jarak bagi roda gigi besar
𝑚 : Modul roda gigi
Gambar 2.16 Skema Susunan Transmisi Roda Gigi Lurus Mesin Penyangrai
Kopi
TEKNIK MERANCANG-V1 83
Daya motor penggerak mesin sebesar 0,067 (kurang dari 0,2 kW) dan
putaran motor sebesar 180 rpm (kurang dari 200 rpm), nilai modul (m) yang
didapat adalah 1.
4) Mentukan jumlah gigi pada roda gigi kecil (Z1) dan roda gigi besar (Z2)
a) Jumlah gigi pada roda gigi kecil (Z1):
𝑑′1
𝑍1 =
𝑚
30 𝑚𝑚
𝑍1 =
1
𝒁𝟏 = 𝟑𝟎 𝒎𝒎
b) Jumlah gigi pada roda gigi besar (Z2):
𝑑′2
𝑍2 =
𝑚
90 𝑚𝑚
𝑍1 =
1
𝒁𝟏 = 𝟗𝟎 𝒎𝒎
5) Menghitung diameter jarak bagi roda gigi kecil (d01) dan roda gigi besar (d02)
(roda gigi standar).
Gunakanlah hasil perhitungan jumlah roda gigi (Z) untuk menentukan
hasil diameter jarak bagi (roda gigi standar) dengan rumus sebagai berikut.
a) Diameter jarak bagi roda gigi kecil (d01) :
𝑑01 = 𝑧1 𝑥 𝑚
𝑑01 = 30 𝑚𝑚 𝑥 1
𝒅𝟎𝟏 = 𝟑𝟎 𝒎𝒎
b) Diameter jarak bagi roda gigi besar (d02) :
𝑑02 = 𝑧2 𝑥 𝑚
𝑑02 = 90 𝑥 1
𝒅𝟎𝟐 = 𝟗𝟎 𝒎𝒎
5. Spesifikasi Perhitungan Susunan Transmisi Roda Gigi yang Telah Didapatkan
pada Mesin Penyangrai Kopi.
84 TEKNIK MERANCANG-V1
a. Modul pahat (m) :1
o
b. Sudut tekan pahat (a ) : 20o
c. Jumlah gigi roda gigi kecil (Z1) : 30 gigi
d. Jumlah gigi roda gigi besar (Z2) : 90 gigi
e. Jarak sumbu poros (a) : 60 mm
f. Diameter jarak bagi roda gigi kecil (d01) : 30 mm
g. Diameter jarak bagi roda gigi besar (d02) : 90 mm
h. Bahan roda gigi kecil : baja karbon S45C
i. Bahan roda gigi besar : besi cor FC30
Spesifikasi roda gigi yang telah didapatkan maka dapat memilih roda gigi yang
ada di pasaran sesuai katalog. Berikut katalog roda gigi.
TEKNIK MERANCANG-V1 85
c. Pemilihan berdasarkan jumlah gigi(z).
Hasil perhitungan didapatkan jumlah gigi roda gigi kecil (z1) 30 dan jumlah
gigi roda gigi besar (z2) 90. Dalam katalog dipilih jumlah gigi 30 dan 90.
Dari pemilihan roda gigi lurus yang berdasarkan dari hasil perhitungan maka
diperoleh spesifikasi pemilihan roda gigi dari katalog yang sesuai dengan nomor
katalog KSSAY1-30 untuk roda gigi kecil dan KSSAY1-90 untuk roda gigi kecil.
Untuk mendapatkan katolog yang lebih jelas bisa didapatkan pada kode QR
(Quick Response) atau di website berikut ini.
Keterangan: kode QR katalog roda
gigi lurus (Spur Gear)
Sumber:
https://www.khkgears.co.jp/worl
7. Subbab Materi N
d/Indonesia.html
86 TEKNIK MERANCANG-V1
5. Jenis bahan roda gigi.
Dengan beberapa data awal tersebut, dalam merencanakan transmisi roda gigi
kerucut ikuti langkah-langkah di bawah ini:
1. Menentukan rasio putaran (i)
𝑛1
𝑖=
𝑛2
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:179)
Dimana:
𝑛1 : diameter jarak bagi roda gigi kecil
𝑛2 : diameter jarak bagi roda gigi besar
𝑖 : rasio putaran
Langkah-langkah pekerjaan:
1. Menghitung rasio penurunan kecepatan
Untuk mendapatkan rasio penurunan yaitu perbandingan putaran output motor
(1500 rpm) : putaran yang direncankan (250 rpm)
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 1500
𝑟= = = 6 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 6)
𝑛𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 250
Jadi didapatkan rasio atau penurunan kecepatan yaitu 6 kali dengan
perbandingan rasio 1 : 6
Untuk menurunan kecepatan dari putaran motor penggerak ke putaran yang
direncanakan akan menggunanakan dua jenis transmisi yaitu transmisi pulley dan
transmisi roda gigi kerucut.
Pada transmisi pulley akan mendapatkan rasio 1:3 dari putaran output motor
yang rasio putarannya akan ditransmisikan oleh pulley dan akan dilanjutkan ke
transmisi roda gigi kerucut.
88 TEKNIK MERANCANG-V1
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 1500
𝑟= = = 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 2)
𝑛𝑝𝑢𝑙𝑙𝑒𝑦 750
Sedangkan pada roda gigi kerucut akan mendapatkan rasio putaran input dari
transmisi pulley sebesar 3 : 6 atau 1 : 3 yang akan di teruskan langsung ke putaran
rencana.
𝑛𝑝𝑢𝑙𝑙𝑒𝑦 750
𝑟= = = 3 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 3)
𝑛𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑖𝑔𝑖 250
2. Menentukan jenis transmisi
a. Pertimbangan jenis beban yang bekerja, beban yang bekerja tergolong
beban kontinyu dan gaya yang dibutuhkan tergolong berat maka semua jenis
transmisi roda gigi paling cocok digunakan pada unit produksi. (akan pilih
transmisi pulley dan roda gigi)
b. Pertimbangan dimensi, luaran dimensi mesin yang diinginkan tidak
tergantung luasan akan tetapi mengubah arah gaya dari horizontal ke vertikal.
Menggunakan transmisi pulley dan transmisi roda gigi kerucut dengan sudut
poros 90o untuk merubah arah gaya. Jarak sisi kerucut (R) yang direncanakan
pada roda gigi kerucut adalah 105 mm dan Jarak bagi diameter pada ujung
luar (p) yang direncanakan adalah 6.
c. Pertimbangan rasio penurunan kecepatan, didapatkan rasio penurunan 1
: 6 yang tergolong rasio rendah maka sebaiknya menggunakan transmisi
pulley. Dalam kasus ini jenis transmisi dapat dikombinasi sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik masing-masing jenis transmisi. Pertimbangan
diatas, saya memilih 2 jenis transmisi yaitu mulai dari transmisi pulley dengan
perbandingan 1 : 2 dan pada unit produksi saya pilih transmisi roda gigi
kerucut dengan perbandingan 1 : 3.
d. Pengecekan hasil susunan transmisi, efisiensi transmisi pulley adalah 90%
dan efisiensi jenis transmisi roda gigi adalah 96% sehingga dilakukan
pengecekan daya motor yang dibutuhkan (Pf) terhadap daya motor yang
sudah dipilih (Pout). Jika (Pf) > (Pout) maka ganti susunan transmisi.
Efisiensi (η) untuk transmisi pulley = 90 %
Efisiensi (η) untuk transmisi roda gigi = 96 %
Sehingga dapat dihitung daya motor yang dibutuhkan (Pf):
Pf = Pd x η
100 100
= 3,35 kW x 90 x 96
= 3,87 kW
= 3,87 kW < 4,1 kW (Aman)
3. Gambar skema susunan transmisi
TEKNIK MERANCANG-V1 89
Gambar 2.17 Skema susunan transmisi pada mesin pencabut bulu ayam
c. Pemilihan berdasarkan diameter jarak bagi ujung luar, jumlah gigi dan
modul.
Pemilihan berdasarkan diameter jarak bagi ujung luar dapat dilihat
pada catalog dengan kolom C.
92 TEKNIK MERANCANG-V1
Dari hasil perhitungan yang telah didapat nilai diameter jarak bagi
roda gigi besar dan kecil adalah 180 dan 60. Maka didapatkan baris dari
katalog sebagai berikut.
TEKNIK MERANCANG-V1 93
Untuk mendapatkan katolog yang lebih jelas bisa didapatkan pada
kode QR (Quick Response) atau di website berikut ini.
Keterangan: kode QR katalog
roda gigi kerucut (Bevel Gear)
Sumber:
https://www.khkgears.co.jp/w
orld/Indonesia.html
8. Subbab Materi N
Pemilihan transmisi gearbox
94 TEKNIK MERANCANG-V1
Poros input
Worm gearbox
Motor
Gambar 2.18 Putaran pooros input worm gearbox langsung dari motor elektrik.
Setelah mendapatkan data putaran input (n1) dan putaran output (n2)
maka didapatkan rasio sebagai berikut.
𝑛1
𝑖=
𝑛2
Dimana:
𝑖 : rasio
𝑛1 : putaran input
𝑛2 : putaran output
Setelah mendapatkan dn nilai rasio (i) yang dibutuh pada gearbox maka
dilanjutkan memilih jenis gearbox yang sesuai dengan desain mesin yang
direncanakan.
2. Menentukan jenis gearbox.
Pada dasarnya worm gearbox mempunyai berbagai jenis yang dapat
disesuaikan dengan penggunaannya. Jenis – jenis worm gearbox sebagai
berikut:
TEKNIK MERANCANG-V1 95
3) Tipe C, menunjukkan posisi poros output berada di sebelah kiri dan
kanan
Poros input
2) Tipe B, menunjukkan poros input roda gigi cacing tunggal, dengan posisi
penggerak di bawah
Poros input
3) Tipe K, menunjukkan poros input roda gigi cacing tunggal, dengan posisi
poros input penggerak horisontal dan yang posisi poros output
digerakkan vertikal.
Poros output
Poros intput
96 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.24 Worm gearbox tipe K
Langkah-langkah pekerjaan:
1. Menghitung rasio penurunan kecepatan
TEKNIK MERANCANG-V1 97
Untuk mendapatkan rasio penurunan yaitu perbandingan putaran output
motor (1400 rpm) : putaran yang direncankan (250 rpm)
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 1400
𝑟= = = 20
𝑛𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 70
Jadi didapatkan rasio atau penurunan kecepatan yaitu 20 kali dengan
perbandingan rasio 1 : 20
Untuk menurunan kecepatan dari putaran motor penggerak ke putaran yang
direncanakan akan menggunanakan dua jenis transmisi yaitu transmisi roda gigi
lurus (Spur gear) dan worm gearbox.
Pada worm gearbox akan mendapatkan putaran input sebesar 1400 rpm
dari putaran output motor dan akan menghasilkan putaran output sebesar 140
rpm. Berikut rasio perbandingannya:
𝑛𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 1400
𝑟= = = 10 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 10)
𝑛 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑔𝑒𝑎𝑟𝑏𝑜𝑥 140
Sedangkan pada roda gigi lurus (spur gear) akan mendapatkan putaran
input dari putaran output worm gearbox sebesar 140 rpm. dan akan
menghasilkan putaran output dari roda gigi lurus (spur gear) sebesar 70 rpm.
Berikut rasio perbandingannya:
𝑛𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑔𝑒𝑎𝑟𝑏𝑜𝑥 140
𝑟= = = 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 (1 ∶ 2)
𝑛𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑠𝑝𝑢𝑟 𝑔𝑒𝑎𝑟 70
98 TEKNIK MERANCANG-V1
Gambar 2.26 Skema susunan transmisi pada mesin pencacah plastik (tampak
depan)
Gambar 2.27 Skema susunan transmisi pada mesin pencacah plastik (tampak
samping)
TEKNIK MERANCANG-V1 99
Poros input
Worm gearbox
b) Poros output
Terlihat pada gambar 2.26 skema susunan transmisi (tampak
samping) letak poros berada disebelah kiri. Jenis worm gearbox yang
cocok digunakkan adalah worm gearbox dengan poros output sebelah
kanan (dari poros input).
Worm gearbox
Poros output
Dari pertimbangan pemilihan jenis worm gearbox yang sesuai
dengan desain mesin, di dapatkan tipe worm gearbox pada catalog
yang ada di pasaran sebagai berikut:
Pada tabel diatas adalah tipe ukuran dimensi MA-MAO 80. Rasio
putaran yang dipilih sebesar 10 dan putaran input sebesar 1500 rpm
(mendekati 1400 rpm) dengan kapasitas daya input, torsi output dan
efesiensi secara berurutan sebesar 5,24 kW, 310 Nm dan 92%.
Dari beberapa pertimbangan pemilihan worm gearbox yang
disesuaikan dengan spesifikasi mesin pencacah plastik yang direncanakan,
didapatkan jenis dan tipe worm gearbox pada katalog yang ada dipasaran.
Jenis tersebut adalah MAB(P) dengan tipe dimensi MA-MAO 80.
Untuk melihat katolog yang lebih jelas bisa didapatkan pada kode QR
(Quick Response) atau di website berikut ini.
Keterangan: kode QR katalog
Worm Gearbox
Sumber:
https://www.makishinko.com/pa
ge/products_wrg_index.html
Sedangkan jika terdapat gaya aksial maka dipilih jenis bantalan yang mampu
menahan gaya rudial dan aksial. Gambar dibawah ini memperlihatkan sebuah skematik
poros yang ditumpu di dua titik dan gaya-gaya apa saja yang dialaminya.
Dalam gambar diatas, sproket yang digerakkan meneruskan daya dan putaran
dari sproket penggerak ke poros. Di dua titik terdapat bantalan yang menyangga poros.
Beban pada poros akibat sproket berupa tarikan di rantai sisi atas dan torsi. Kedua
beban ini selain diteruskan ke poros juga didistribusikan ke bantalan, Karena gaya pada
sproket hanya
Derupa tarikan dalam arah radial poros maka gaya-gaya pada bantalan juga
berupa gaya radial. Dalam konstruksi poros itu tidak ada gaya aksial. oleh karena itu
jenis bantalan yang cocok dipilih adarah bantalan yang mampu menahan beban
radial.Selain sproket, elemen mesin lain yang juga memberikan gaya radial pada poros
dan bantalan antara lain sabuk+puli, rodagigi lurus dan berat dari elemen, sedangkan
elemen mesin seperti rodagigi miring,rodagigi cacing, dan rodagigi kerucut memberikan
kombinasi gaya radial dan gaya aksial pada poros. Sebagai bahan panduan dalam
memilih jenis bantalan, tabel l dibawah ini berisi karakteristik umum dari berbagai jenis
bantalan.
Tabel 1
Beban Aksial Bekerja sejajar dengan sumbu poros. Beban ini dihasilkan dari
komponen seperti rodagigi miring, cacing dan rodagigi cacing dan rodagigi kerucut.
Beban aksial juga dapat berasal dari berat poros apabila poros berada dalam posisi
vertikal.
3. Hubungan Beban - Umur Bantalan Hubungan antara beban dan umur bantalan
dimanfaatkan untuk menghitung besarnya parameter basic dynamic load rating (C).
Parameter ini did finisikan sebagai beban yang diterima oleh bantalan ketika
mencapai umur L1s = 1.000.000 putaran.
4. Jenis beban yang bekerja pada bantalan. Ada dua jenis beban yang bekerja pada
bantalan yaitu beban radial dan beban aksial. Jika sebuah bantalan hanya menerima
beban radial maka jenis bantalan yang dipilih yaitu bantalan radial, sedangkan jika
kedua beban bekerja pada bantalan maka dipilih jenis bantalan yang mampu
menahan beban radial dan beban aksial.
5. Umur desain
2. Data Bearing
Pemilihan jenis bearing dari katalog melibatkan pertimbangan kapasitas
membawa beban (load canying capacity) dan geometri bearing, Bearing Standar
tersedia dalam berbagai kelas, yaitu :
Sebagai contoh bantalan dengan nomor seri 6205 (lihat tabel 5), digit kedua (angka
2) menandakan bantalan seri 200, kelas ringan. Dua digit terakhir 05 dikalikan dengan
5 sama dengan 25 merupakan diameter dalam bantalan atau diameter poros dalam
satuan milimeter (mm).
Berbagai jenis bantalan seri 200 dan 300 ditunjukkan dalam table 7 dan 8 dibawah ini.
Keterangan :
Didefinisikan sebagai beban yang dapat ditahan oleh bearing tanpa menyebabkan
terjadinya deformasi plastik pada komponen. Jika beban berlebih maka kejadian yang
Didefinisikan sebagai beban yang diterima oleh bearing ketika mencapai umur L1s =
1.000.000 putaran.
Contoh soal 1
Sebuah katalog memperlihatkan basic dynamic load rating sebuah ball bearing
sebesar 7.050 lb untuk umur sebesar 1.000.000 - putaran. Berapakah umur L10 yang
diharapkan, jika bearing itu dikenai beban 3.500 Ib.
Jawab:
Contoh soal2
Berdasarkan data-data diatas, pilih jenis bantalan yang sesuai dan hitung umur
bantalan itu ?
Jawab:
Dalam memilih jenis bantalan untuk keperluan itu, data penting pertama yang harus
diperhatikan adalah berapa besar beban yang harus ditahan oleh bantalan. Beban yang
harus ditahan oleh bantalan A sebesar 244,86Ib. Dengan beban sebesar itu basic
dynamic load rating dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
• P2=2M,86lb.
• L1= 1.000.000putaran
• L2 = 500 rpm, yang harus dikonversikan menjadi satuan putaran.
Menurut tabel 7-4, untuk aplikasi otomotif umur desain yang dapat dipilih berada
dalam selang 1.500 - 5.000 jam. Dalam kasus ini dipilih umur tertinggi yaitu sebesar
5.000 jam. Dengan demikian jumlah putaran yang dialami oleh bantalan yang berputar
500 rpm selama 5.000 jam adalah :
Untuk umur desain bantalan sebesar 150 juta putaran dan beban pada bantalan
itu 244,86Ib maka besar basic dynamic load rating adalah :
Walaupun heban yang dapat ditahannya lebih tinggi (1.320 lb lebih besar daripada
1.301 lb) akan tetapi bantalan dengan nomor 6202 ini tidak dapat dipilih. Mengapa
demikian ? hal ini karena diamerer dalam bantalan hanya sebesar 15 mm. Padahal
diameter minimum poros yang diperlukan sebesar 15,875 mm. Oleh karena itu nomor
bantalan yarig dapat dipilih selain mampu menahan beban juga harus memenuhi
nomor 6203 lebih diinginkan dalam hal ini. Sedangkan untuk seri 300, jenis bantalan
yang dapat dipilih berdasarkan beban yang bekerja adalah nomor 6300. Bantalan
dengan nomor ini memiliki data:
Berdasarkan beban, nomor bantalan 6300 sudah memenuhi syarat, sedangkan jika
ditinjau dari diameter lubang dalam nomor 6300 ini tidak memenuhi syarat. Agar
memenuhi kedua persyaratan maka bantalan dengan nomor 6303 dipilih. Data penting
yang dimiliki oleh nomor bantalan ini adalah:
Diameter lubang dalam = 17 mm (lebih besar dari 15,875 mm).
Basic dynamic load rating, C = 2.360lb (lebih besar dari 1.301
lb).
Pemilihan bantalan dalam penjelasan diatas berlaku untuk segmen poros di titik A
(bantalan A). Dengan demikian diameter poros di titik A harus disesuaikan dengan jenis
bantalan rerpilih yairu sebesar l7 mm.
Untuk bantalan di titik B dapat dipilih dan disamakan dengan jenis bantalan di titik A.
Untuk menjamin tingkat keamanan poros yang tinggi dan kemudahan dalam
pembuatannya maka jenis bantalan B sama dengan bantalan A. Harap diingat bahwa
diameter poros minimum yang diperoleh dalam perancangan poros berlaku untuk
seluruh segmen dalam poros itu. Artinya di titik-titik lain sepanjang poros tidak
disarankan memiliki diameter kurang dari 15,875 mm. Oleh karena itu memilih bantalan
yang sama untuk segmen poros di titik B cukup beralasan.
Terbukti bahwa semakin kecil beban yang bekerja pada bantalan maka bantalan itu
berumur lebih panjang. Seperti yang disebutkan pada soal bahwa poros berputar pada
500 rpm. Dengan putaran sebesar itu maka umur bantalan jika dinyatakan dalam satuan
waktu yaitu:
Poros yang ada dalam mesin pencetak briket betperan untuk mengubah gerak
rotasi (berputar) menjadi gerak bolak balik (naik turun).Mekanisme "slider-crank" yang
terdapat pada mesin itu membuat gerak rotasi poros berubah menjadi gerak bolak-balik
penekan. Akibat pengaruh dari penekan selama mesin beroperasi, poros akan
menerima gaya tekan yang diteruskan melalui engkol yang ada pada poros itu. Gaya
tekan yang terjadi pada poros selain menghasilkan momen lentur juga menyebabkan
torsi. Berdasarkan posisi dalam mesin, poros ini termasuk dalam jenis poros horisontal.
Poros yang dipunyai oleh mesin pengiris singkong diletakkan secara vertikal. Di
ujung bagian atas dari poros terpasang sebuah piringan sebagai tempat duduknya pisau
pengiris. Beban yang berasal dari proses pengirisan, diteruskan oleh piringan ke poros
menjadi beban torsi' Dengan demikian, perancangan poros akan lebih difokuskan pada
beban torsi.
Walaupun beban untuk memotong nata de coco tidak terlampau besar, tetapi tetap
saja ada momen lentur yang terjadi pada poros. Tekanan pada nata de coco dari
serangkaian pisau menghasilkan tekanan balik pada poros. Tekanan ini yang
menyebabkan poros mendapatkan momen lentur. Dalam pemasangannya, poros
horisontal disangga oleh dua bantalan dikedua ujungnya dan diputar oleh sebuah motor
listrik melalui transmisi puli-sabuk. Selain momen lentur, akibat daya dan putaran yang
diteruskan ke poros dari motor Iistrik maka poros juga menerima torsi.
Arang granular yang dilumat di dalam mesin dilakukan oleh piringan pelumat yang
dibaut pada flens poros. Pelumatan yang terjadi pada piringan lebih menghasilkan
beban torsi pada poros. Di ujung lain dari poros terpasang puli yang meneruskan
putaran dari motor listrik sebagai sumber penggerak. Akibat daya dan putaran yang
diteruskan dari motor listrik, pada puli terdapat beban torsi. Selain itu tarikan sabuk pada
puli akan menyebabkan lenturan pada poros. Dengan demikian poros ini akan
menerima beban torsi dan momen lentur.
3. Material poros.
A. Poros yang Menerima Beban Momen Puntir (torsi) saja Yang membedakan poros
dengan as dalam sistem transmisi daya adalah jika poros selama beroperasi
menerima beban berupa torsi dan beban-beban lainnya, sedangkan as tidak
menerima beban berupa torsihanya jenis beban lain. Poros yang menerima beban
torsi artinya jikamengalami kegagalan maka tegangan yang menyebabkan
kegagalan itu adalah . tegangan geser. Tegangan geser yang ditimbulkan oleh torsi
adalah sebesar :
Dari persamaan diatas, data atau variabel yang perlu diketahui untuk menghitung
diameter as adalah :
1. Momen lentur (M1).
2. Faktor keamanan (FS).
3. Kekuatan mulur (Sr) untuk material as.
Akibat momen lentur dan momen puntir pada poros memunculkan kombinasi
tegangan norTnal dan tegangan geser. Tegangan kombinasi ini hasil penjumlahan
vektor tegangan normal dan tegangan geser. Diameter poros pun merupakan hasil
perhitungan dari kombinasi kedua tegangan itu.
Karena menghitung gaya F, dan F2 relatif surit maka di definisikan gaya lainnya
yang merupakan selisih dari gaya F1 dan F1. Selisih dari kedua gaya ini sama
dengan hasir pembagian dari torsi terhadap diameter puli sebagai berikut :
puli-sabuk ini, maka bisa dipastikan bahwa poros yang mengandung puli akan
menerima beban berupa momen lentur dan momen puntir.
Besarnya gayapadaporos akibat gaya-gaya pada sabuk datar lebih besar daripada
gay a- gay a pada sabuk-V.
Sisi tegang pada rantai sangat bergantung pada arah putaran sproket.
Pada gambar I0 diatas, sproket kecil yang berperan sebagai penggerak berputar
berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Dengan kondisi seperti itu, rantai di
sisi atas akan mengalami "tegangan". Akan tetapi jika sproket kecil berputar searah
putaran jarum jam, maka sisi tegang akan berada di bagian bawah. Untuk
keperluan pemakaian, disarankan agar sisi tegang selalu berada di sisi atas untuk
keamanan dalam pemakaian.
Gaya tarik (R) yang bekerja pada rantai di sisi tegang searah dengan
arah rantai itu. Gaya itu juga merupakan gaya tangensial yang bekerja pada
sproket. Jika sproket kecil memiliki diameter sebesar Dadan diameter sproket besar
adalah Ds, kemudian pada sproket itu terdapat torsi yang berasal dari daya dan
putaran penggerak, maka gaya tangensial (gaya tarik) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan dibawah ini.
Gaya tangensial pada sproket A atau sproket B bernilai sama. Gaya tangensial
pada sproket A tergantung pada torsi dan diameter di sproket A, sedangkan gaya
TEKNIK MERANCANG-V1 131
tangensial di sproket B dipengaruhi oleh torsi dan diameter sproket B. Gaya tarik
yang bekerja pada rantai ini menyebabkan lenturan pada poros dimana sproket itu
terpasang. Dengan demikian, akibat gaya itu poros selain menerima beban torsi
yang menghasilkan tegangan geser juga mengalami tegangan norrnal di bagian
dalamnya akibat momen lentur.
Contoh soal:
Poros yang ada pada gambar 12 menerima daya dan putaran yang diteruskan
melalui rantai-sproket. Sproket itu memiliki diameter pitch 160 mm. Daya dan putaran
yang ditransmisikan masing- masing sebesar 5 hp dan 500 rpm. Rancanglah bentuk
poros dan hitung diameter minimum poros yang diperlukan.
Jawab:
Poros yang diinginkan dari soal diatas merupakan jenis porosyang menerima
beban kombinasi momen lentur dan momen puntir. Kedua momen itu berasal dari gaya-
gaya yang terdapat pada sproket. Beban yang ada pada sproket selanjutnya
ditransmisikan ke poros. Untuk rnemudahkan dalam analisis gaya, poros itu
diperlihatkan dari pandangan atas.
Dari pandangan atas, gaya pada sproket terlihat bekerja menuju ke atas, sedangkan
gaya-gaya reaksi tumpuan bantalan diasumsikan juga bekerja ke atas. Kemudian untlrk
lebih memudahkan daiam mengevaluasi gaya-gaya di reaksi tumpuan, dimeilsi poros
ditengkapi dengan menentukan jarak antar rnasing-rnasing elemen yang terpasang
pada poros.
Beban yang bekerja pada sproket terdiri dari gaya tangensial dan torsi. Gaya
tangensial ini juga merupakan gaya radial pada poros yang nantinya menghasilkan
momen lentur. Besarnya gaya tangensial dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 4-20. Akan tetapi sebelumnya torsi atau momen puntir harus dihitung
TEKNIK MERANCANG-V1 133
terlebih dahulu. Besarnya torsi ini tergantung pada daya dan putaran yang
ditransmisikan ke poros.
Distribusi momen lentur di setiap titik sepanjang poros digambarkan melalui diagram
momen lentur berikut ini :
Terlihat bahwa momen lentur terbesar terjadi di terdapat bantalan artinya di titik
itulah letak titik kritik poros, dengan mengasumsikan poros dibuat dari baja St 37
Dari hasil perhitungan diatas, diameter minimum poros yang disarankan adalah
sebesar 15,875 mm. Bila kita memilih lebih besar dari angka itu maka semakin
meningkatkan faktor keamanannya. Akan tetapi hal itu menjadi tidak ekonomik karena
dengan menggunakan poros berdiameter makin besar maka harga poros semakin
mahal. Menggunakan poros berdiameter besar memang tidak ekonomik tetapi apabila
memang diperlukan karena alasan teknik maka hal itu harus dilaksanakan. Sebagai
contoh: di titik A sebagaimana yang diinginkan oleh sistem transmisi harus dipasang
bantalan. Dalam memilih bantalan selain rnemperhitungkan beban yang terjadi juga
harus memperhatikan ukurannya. Artinya diameter poros dimana akan dipasang
bantalan harus menyesuaikan dengan ukuran bantalan yang tersedia di pasaran,
demikian.iuga harus disesuaikan dengan kemampuan beban yang manrpu ditahannya.
Stolk, Jac. dan Kros, C. 1981. Elemen Konstruksi Bangunan Mesin. Jakarta:
Erlangga.
Sularso dan Suga, Kiyokatsu. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.