Disusun Oleh:
KRISTIANTO WIDYA NUGROHO
15.6.21-201.C.801
Disusun Oleh:
Kristianto Widya Nugroho
15.6.21-201.C.801
Dosen Pengampu
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan lancar tanpa adanya kendala suatu apapun.
1. Bapak Tarsono Dwi Susanto, S.T, M.Pd selaku Dosen Pengampu Matakuliah
Praktek Teknologi Mekanik II yang telah membimbing serta memberikan
dorongan motivasi dalam penyusunan laporan ini.
2. Kedua Orang tua yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
3. Semua rekan-rekan yang mengikuti praktek ini yang tidak bisa disebutkan
satu per satu.
Purwokerto, .................................
Penulis
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Tujuan Praktek...............................................................................2
C. Aplikasi..........................................................................................2
A. Teori Dasar.................................................................................... 3
D. Jenis-Jenis Pembubutan.................................................................7
F. Mekanik Percepatan.......................................................................9
A. Proses Bubut................................................................................19
iv
B. Analisa Data II.............................................................................29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................33
B. Saran.............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mesin bubut pertama kali ditemukan oleh hendy maydillay pada tahun
1800 M di inggris. Mesin bubut yang diciptakan itu masih sederhana dan
tidak begitu rumit dalam penggunaanya sehingga produk-produk yang
dihasilkan juga sederhana.seiring dengan perkembangan zaman maka makin
berkembang pula kebutuhan manusia akan teknologi untuk memudahkan
aktivitas manusia. Mesin bubut sangat bermanfaat bagi manusia karena
beberapa perkakas dapat dibuat dengan menggunakn mesin ini misalnya mur,
baut, serta benda benda berbentuk silindris lainnya.
Mesin bubut mencakup beberapa mesin perkakas yang diproduksi
bentuk silindris,jenis yang paling tua dan paling umum adalah pembubut
yang melepas bahan yang memutar benda kerja dengan pemotongan benda
tunggal. Meskipun mesin ini terutama digunakan untuk pengerjaan
silindris,dapat juga untuk kepentingan lain.permukaan rata dapat dipakai
untuk menyangga benda kerja pada muka atau dalam pencekaman.benda
kerja yang dipasang dengan cara ini dapat di beri pusat,dibor atau diperbesar
lubangnya.
Mengingat bahwa kebutuhan manusia akan berbagai yang serba
canggih pada masa sekarang semakin meningkat dan timbulnya berbagai
persaingan produksi pada masa ini ikut melatar belakangi diciptakannya
beberapa mesin bubut yang dapat melakukan berbagai macam pengerjaan
sesuai dengan bentuk dan fumgsinya masing- masing mulai dari pengerjaan
bubut sederhana sampai kepada pekerjaan bubut yang sangat complek yang
membutuhkan ketelitian tingkat tinggi. Karena semakin banyaknya jenis
mesin bubut dan proses kerjanya semakin membutuhkan ketrampilan operator
yang tinggi dalam mengoprasikan mesin bubut saat ini.
B. Tujuan Praktek
1. Tujuan Umum
1
2
C. Aplikasi
1. Bagi Praktikan
a. Mahasiswa terampil dalam menggunakan mesin bubut dengan efektif
dan efisien.
b. Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis dari mesin bubut.
c. Mahasiswa mampu merencanakan dan menghasilkan suatu produk
dengan mesin bubut.
2. Bagi Industri
a. Dibidang industri otomotif sangat berguna sekali untuk pembuatan
produksi misal poros transmisi,baut,mur,dll.
b. Dapat mempercepat proses produksi dan dapat memproduksi dalam
jumlah banyak dalam waktu yang sedikit.
c. Digunakan sebagai mesin pendukung dan pelengkap dari mesin lain
dalam proses produksi.
BAB II
TEORI DASAR
A. Teori Dasar
Mesin Bubut adalah Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong
benda yang diputar. Mesin ini mempunyai gerak utama berputar dan
berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran benda kerja dengan cara
menyayat benda tersebut dengan suatu penyayat. Posisi benda kerja berputar
sesuai dengan sumbu mesin dan pahat diam bergerak kekenan,kekiri searah
dengan sumbu mesin menyayat benda kerja.
Mesin bubut mendapatkan dayan pada kepala tetap melalui sabuk V
banyak dari motor yang dipasang di bawah dari pengendali pada sisi kepala
tetap salah satu dari 27 kecepatan, yang diatur dalam kemajuan geomertris
yang logis, dapat diperoleh. Dilengkapi dengan pencekam dan rem listrik
untuk start, menghentikan atau menyentakan benda kerja.
Ekor tetap dari pembubbut dapat disetel sepanjang bangku untuk
menampung panjang stok yang berbeda. Dilengkapi dengan pusat yang
dikeraskan,yang dapat digerakan masuk dan keluar oleh penyetel roda dan
dengan ulir pengencang didasarnya yang digunakan untuk penyebarisan
pusatnya dan pembubutan tirus. Sekrup pengarah agak dibawah dan sejajar
terhadap jalur bangku,memenjang dari kepala tetap sedemikian rupa sehingga
dapat diputar balik dan dihubungkan atau dilepas dari kereta luncur selama
oprasi pemotongan. Ulir pengarah hanya untuk pemotong ulir saja dan harus
dipisahkan kalau tidak dipakai untuk mempertahankan ketetapanya. Tepat
dibawah ulir pengarah terdapat batang hantar.
Rakitan luncur mencakup peletakan majemuk, sadel, pahat dan apron.
Karena mendukung dan memandu pahat potong maka harus kaku dan
konstruksi dengan ketetpatan tinggi. Tersedia dua hantaran tangan untuk
memandu pada gerakan arah menyilang. Engkol kanan atas mengendalikan
peletakan majemuk dan arena peletakannya dilengkapi dengan busur derajat
penyetelan putaran, maka dapat ditempatkan dalam berbagai kedudukan sudut
3
4
untuk membuat tirus pendek. Roda tangan kedua digunakan untuk menarik
kembali kedudukan semula setelah ulir pengarah membawa sepanjang
pemotongan. Bagian dari kereta luncuir yang menjulur di depan dari
pembubut disebut apron. Pada permukaan ap[pron dipasangkan berbagai roda
dan tuas kendali.
2. Secara Prinsip
Secara prinsip lain mesin bubut dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, antar lain adalah :
a. Mesin Bubut Centre Lathe
Mesin bubut ini dirancang untuk berbagai macam bentuk dan
yang paling umum digunakan, cara kerjanya benda kerja dipegang
(dicekam) pada poros spindle dengan bantuan chuck yang memiliki
rahang pada salah satu ujungnya, yaitu pada pusat sumbu putarnya,
sementara ujung lainnya dapat ditumpu dengan center lain.
b. Mesin Bubut Sabuk
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan
pembawa sehingga memutar roda gigi yang digerakkan sabuk atau
puli pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan
disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros
ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang
membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan
yang berbentuk ulir.
c. Mesin Bubut Vertical Turning & Boring Milling
Mesin ini bekerja secara otomatis, pada pembuatan benda kerja
yang dibubut dari tangan, pekerjaan yang tidak dilakukan secara
otomatis hanyalah pemasangan batang-batang yang baru dan
6
D. Jenis-Jenis Pembubutan
1. Pembubutan Tepi (Facing)
Pengerjaan benda kerja terhadap tepi penampangnya atau tegak
lurus terhadap sumbu benda kerja.
2. Pembubutan Silindris (Turning)
Pengerjaan benda kerja dilakukan sepanjang garis sumbunya. Baik
pengerjaan tepi maupun pengerjaan silindris posisi dari sisi potong
pahtnya harus terletak senter terhadap garis sumbu dan ini berlaku untuk
semua proses pemotongan pada mesin bubut.
F. Mekanik Percepatan
Poros pembuat ulir (leadscrew) hanya dipakai untuk membuat ulir,
dari kepala tetap, leadscrew ini digerakkan melalui kotak roda gigi (gear
box) apabila mur setegah (half nut)yang mencekam poros itu dihubungkan
oleh tuas penghubung maka poros berulir menggerakkan eretan dengan arah
memanjang.
Mekanisme pengunci digunakan bila mur setengah (half nut)
dihubungkan dengan poros percepatan (feed shaft) memanjang atau melintang
secara tidak tepat, berakibat rusaknya mekanisme, rusaknya mekanisme dapat
dicegah dengan memasang alat pengaman. Poros cacing (worm)
menggerakkan roda gigi cacing (gear rack) yang satu as dengan roda gigi Z₁,
jika engagement lever dipasang pada posisi gerakan memanjang maka roda
gigi Z₂, akan berhubungan dengan roda gigi Z₃ dan karena Z₄ satu as dengan
Z₃ maka Z₄ akan berputar dan membawa landasan (apron) berjalan, bila
engagement lever berada diposisi gerakan melintang maka roda gigi Z₂ akan
berhubungan dengan roda gigi pada spindle sumbu poros berulir melintang
(cross feed screw) sehingga eretan melintang akan berjalan dengan otomatis.
Kotak mekanik penggerak membawa mekanisme yang mengubah
putaran dari poros percepatan menjadi gerakan memanjang dan melintang.
Putaran dari poros percepatan dapat diubah dengan memindahakan ban mesin
yang dapat disetel (drive key) oleh sebab itu kecepatan yang dikehendaki
dapat disetel dengan mudah.
Ekor tetap dari pembubut dapat disetel sepanjang bangku (bed) dari
pembubut untuk menampung panjang stok yang berbeda. Dilengkapi dengan
pusat yang dikeraskan, yang dapat digerakkan masuk dan keluar oleh
penyetel roda, dan dengan ulir pengencang didasarnya yang digunakan untuk
menyetel penyebarisan pusatnya untuk pembubutan tirus.
10
6. Collet
7. Step Collet
8. Lathe dog
9. Turning tool holder
10. Boring Bar
11. Cut of tool
12. Knurling tool
13. Support
14. Taper attachment
1. Tail Stock
Untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian ujung
yang berseberangan dengan penceka (chuck) pada proses pemesinan di
mesin bubut.
2. Lead Screw
Poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan sejajar
dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap.
Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa
dibalik. Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir
pengarah untuk membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai.
12
3. Feed Rod
Terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan
daya dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan
mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang.
4. Carriage
Terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron. Konstruksinya
kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat pemotong.
Dilengkapi dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat dalam arah
melintang. Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan pahat dan
spindle atas untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan.
5. Tool Post
Digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan
menggunakan pemegang pahat.
6. Head Stock
Yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut yang
mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.
b. Pengerjaan Halus
Pengerjaan ini untuk menghasilkan permukaan yang rata.
Untuk itu dapat dipakai pahat lurus dengan tepi potong yang bulat.
Atau pahat hidung persegi. Setelah diasah, tepi potong pahat harus
13
2. Senter
Senter adalah alat yang terbuat dari baja yang dikeraskan dan
digunakan untuk memikul benda kerja yang akan di bubut.
14
9. Pendingin Pahat
Cairan khusus digunakan untuk mengurangi panas dan pahat pada
waktu operasi. Gunanya adalah untuk menaikkan umur dari pahat.
Pendingin yang digunakan ada kalanya air dicampur dengan sabun
ditambah sedikit soda ada baiknya digunakan cairan yang dinamakan
soluble oil (minyak yang dilarut dalam air), yaitu campuran antara emulsol
(semacam pelumas yang larut dalam air ± 10 % dengan air. Juga dipai
minyak bumi dicampur dengan minyak tumbuh-tumbuhan yang disebut
sulphurized oil. Ketentuan-ketentuan didalam pendinginan:
a. Banyak zat cair yang digunakan dalam pembubutan. Misal 10 1/mm
b. Cairan itu harus mengenai dahulu geram yang keluar dari benda,
karena pada geram terjadi panas yang lebih besar.
17
A. Proses Bubut
Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-
bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan
Mesin Bubut. Bentuk dasarnya dapat didefinisikan sebagai:
1. Proses permesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata dengan
benda kerja yang berputar.
2. Proses permesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata dengan
satu pahat bermata potong tunggal (with a single point cutting tool).
3. Proses permesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata dengan
gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu
sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja
Gambar 3.1 Proses Bubut Rata, Bubut Permukaan & Bubut Tirus.
19
20
Gambar 3.2 Panjang permukaan benda kerja yang dilalui pahat setiap
putaran.
dn
V
1000
Dimana:
V= kecepatan potong; m/menit
d= diameter benda kerja; mm
n= putaran benda kerja; putaran/menit
Gambar 3.4 Proses pemesinan yang dapat dilakukan pada mesin bubut : (a)
pembubutan champer (chamfering), (b) pembubutan alur (parting-off), (c)
pembubutan ulir (threading), (d) pembubutan lubang (boring), (e) pembuatan
lubang (drilling), (f) pembuatan kartel (knurling)
Gambar 3.8 Pemegang pahat HSS : (a) pahat alur, (b) pahat dalam, (c)
pahat rata kanan, (d) pahat rata kiri, (e) pahat ulir
26
Keterangan :
Benda kerja :
do = diameter mula ; mm
dm = diameter akhir; mm
lt = panjang pemotongan; mm
Pahat :
χr = sudut potong utama
Mesin Bubut :
a = kedalaman potong, mm
f = gerak makan; mm/putaran
n = putaran poros utama; putaran/menit
27
1. Kecepatan Potong
dn
V ; m/menit
1000
d = diameter rata-rata benda kerja ( (do+dm)/2 ; mm
n = putaran poros utama ; put/menit
π = 3,14
2. Kecepatan Makan
v f f .n ; mm/menit
3. Waktu Pemotongan
lt
tc ; menit
vf
A. Analisa Data I
1. Perhitungan
a. Diketahui:
Diameter awal ( Do) : 25,00 mm
Diameter pengerjaaan ( DI ) : 24.00 mm
Panjang spindle ( Lc ) : 100 rpm
Putaran spindle (n) : 700 rpm
Pemakanan Kasar ( F1 ) : 0,8 mm
Pemakanan Halus ( F2 ) : 0.08 mm
b. Kecepatan potong (Vc)
Vc = π . d . n. ( mm/menit )
= 3,14 . 24mm . 700rpm
= 52752 mm/menit
c. Kecepatan Pemakanan (Vf)
Vf = f . n ( mm/menit )
1) Pemakanan Kasar (Vf1)
Vf 1 = f1 . n ( mm/menit )
= 0,8 . 700
= 560mm/menit
2) Pemakanan Halus (Vf2)
Vf2 = f 2. n
=0,08 . 700
= 56mm/menit
d. Kedalaman Potong (a)
a = Do-Di (mm)
2
= 25-24 =0,50mm
2
=0,50mm
e. Waktu Pemakanan (Mf)
Mf = Lt (menit/mm) → lt = Do + Di =25 + 24 = 49 mm
Vf
= 49
560
= 0.087 menit
2. Gambar Sket
28
29
Ø 25
100
B. Analisa Data II
1. Perhitungan
a. Diketahui:
Diameter awal ( Do) : 24,00 mm
Diameter pengerjaaan ( DI ) : 20.00 mm
Panjang spindle ( Lc ) : 30 rpm
Putaran spindle (n) : 700 rpm
Pemakanan Kasar ( F1 ) : 0,8 mm
Pemakanan Halus ( F2 ) : 0.08 mm
b. Kecepatan potong (Vc)
Vc = π . d . n. ( mm/menit )
= 3,14 . 20mm . 700rpm
= 43960 mm/menit
c. Kecepatan Pemakanan (Vf)
Vf = f . n ( mm/menit )
1) Pemakanan Kasar (Vf1)
Vf 1 = f1 . n ( mm/menit )
= 0,8 . 700
= 560mm/menit
2) Pemakanan Halus (Vf2)
Vf2 = f 2. n
=0,08 . 700
= 56mm/menit
d. Kedalaman Potong (a)
a = Do-Di (mm)
2
= 24-20 = 2 mm
2
= 2 mm
e. Waktu Pemakanan (Mf)
Mf = Lt (menit/mm) → lt = Do + Di =24 + 20 = 44 mm
Vf
30
= 44
560
= 0.078 menit
2. Gambar Sket
Ø 24
Ø 20
30
90
= 560mm/menit
2) Pemakanan Halus (Vf2)
Vf2 = f 2. n
=0,08 . 700
= 56mm/menit
d. Kedalaman Potong (a)
a = Do-Di (mm)
2
= 24-15 = 4,5 mm
2
= 4,5 mm
e. Waktu Pemakanan (Mf)
Mf = Lt (menit/mm) → lt = Do + Di =24 + 15 = 39 mm
Vf
= 39
560
= 0.069 menit
2. Gambar Sket
Ø 24
Ø 20
Ø 15
50 30
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktek ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Praktek pembubutan sangat penting karena sebagai modal awal dalam
mengasah kemampuan serta keterampilan mahasiswa.
2. Laporan ini wajib dipelajari dan dipahami, karena sebagai pedoman
sebelum melakukan praktek.
3. Peralatan yang lengkap sangat penting di dalam praktek.
B. Saran
1. Periksa alat-alat yang akan digunakan terlebih dahulu sebelum memulai
praktek.
2. Gunakan alat-alat didalam praktek sesuai dengan fungsinya.
3. Rapikan dan kembalikan alat-alat praktek setelah digunakan.
4. Bersihkan tempat kerja secara rutin setelah praktek selesai.
33
DAFTAR PUSTAKA