Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTEK TEKNOLOGI MEKANIK II


BUBUT RATA DAN BUBUT PERMUKAAN

Disusun Dalam Rangka Meningkatkan Proses Perkuliahan


Praktek Teknologi Mekanik II Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto

Disusun Oleh:
KRISTIANTO WIDYA NUGROHO
15.6.21-201.C.801

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNIK WIWOROTOMO
PURWOKERTO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTEK TEKNOLOGI MEKANIK II


BUBUT RATA DAN BUBUT PERMUKAAN

Diajukan Dalam Rangka Meningkatkan Proses Perkuliahan


Praktek Teknologi Mekanik II Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto

Disusun Oleh:
Kristianto Widya Nugroho
15.6.21-201.C.801

Laporan Praktek Teknologi Mekanik II ini telah disetujui dan disahkan


Pada tanggal: ...........................................

Mengetahui & Disetujui,

Dosen Pengampu

Tarsono Dwi Susanto, ST., M.Pd.


NIDN. 0610127202

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan lancar tanpa adanya kendala suatu apapun.

Pembuatan laporan ini merupakan hasil dari proses belajar baik di


perkuliahan maupun pada saat praktek. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Tarsono Dwi Susanto, S.T, M.Pd selaku Dosen Pengampu Matakuliah
Praktek Teknologi Mekanik II yang telah membimbing serta memberikan
dorongan motivasi dalam penyusunan laporan ini.
2. Kedua Orang tua yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
3. Semua rekan-rekan yang mengikuti praktek ini yang tidak bisa disebutkan
satu per satu.

Dengan terselesaikannya Laporan ini penulis berharap semoga hasilnya


dapat menjadi manfaat bagi pembaca dan penulis sendiri. Akhir kata penulis
menyadari dalam penyusunan kerja Laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun guna melengkapi laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.

Purwokerto, .................................

Penulis

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Tujuan Praktek...............................................................................2

C. Aplikasi..........................................................................................2

BAB II TEORI DASAR

A. Teori Dasar.................................................................................... 3

B. Prinsip Kerja Mesin Bubut.............................................................4

C. Jenis-Jenis Mesin Bubut.................................................................4

D. Jenis-Jenis Pembubutan.................................................................7

E. Bagian-Bagian Utama Mesin Bubut..............................................9

F. Mekanik Percepatan.......................................................................9

G. Komponen Utama Mesin Bubut..................................................12

H. Alat Bantu Pada Mesin Bubut......................................................13

BAB III PEMBAHASAN

A. Proses Bubut................................................................................19

B. Parameter Yang Diatur Dalam Proses Bubut...............................20

C. Geometri Pahat Bubut..................................................................23

D. Perencanaan dan Perhitungan Proses Bubut................................26

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

A. Analisa Data I...............................................................................28

iv
B. Analisa Data II.............................................................................29

C. Analisa Data III............................................................................31

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................33

B. Saran.............................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mesin bubut pertama kali ditemukan oleh hendy maydillay pada tahun
1800 M di inggris. Mesin bubut yang diciptakan itu masih sederhana dan
tidak begitu rumit dalam penggunaanya sehingga produk-produk yang
dihasilkan juga sederhana.seiring dengan perkembangan zaman maka makin
berkembang pula kebutuhan manusia akan teknologi untuk memudahkan
aktivitas manusia. Mesin bubut sangat bermanfaat bagi manusia karena
beberapa perkakas dapat dibuat dengan menggunakn mesin ini misalnya mur,
baut, serta benda benda berbentuk silindris lainnya.
Mesin bubut mencakup beberapa mesin perkakas yang diproduksi
bentuk silindris,jenis yang paling tua dan paling umum adalah pembubut
yang melepas bahan yang memutar benda kerja dengan pemotongan benda
tunggal. Meskipun mesin ini terutama digunakan untuk pengerjaan
silindris,dapat juga untuk kepentingan lain.permukaan rata dapat dipakai
untuk menyangga benda kerja pada muka atau dalam pencekaman.benda
kerja yang dipasang dengan cara ini dapat di beri pusat,dibor atau diperbesar
lubangnya.
Mengingat bahwa kebutuhan manusia akan berbagai yang serba
canggih pada masa sekarang semakin meningkat dan timbulnya berbagai
persaingan produksi pada masa ini ikut melatar belakangi diciptakannya
beberapa mesin bubut yang dapat melakukan berbagai macam pengerjaan
sesuai dengan bentuk dan fumgsinya masing- masing mulai dari pengerjaan
bubut sederhana sampai kepada pekerjaan bubut yang sangat complek yang
membutuhkan ketelitian tingkat tinggi. Karena semakin banyaknya jenis
mesin bubut dan proses kerjanya semakin membutuhkan ketrampilan operator
yang tinggi dalam mengoprasikan mesin bubut saat ini.

B. Tujuan Praktek
1. Tujuan Umum

1
2

a. Mengetahui prinsip dasar / prinsip kerja dari mesin bubut.


b. Mengetahui nama-nama komponen pada mesin bubut.
c. Dapat mengetahui alat-alat bantu pada mesin bubut.
d. Dapat mengetahui jenis pengerjaan yang dikerjakan dengan mesin
bubut.
e. Mengetahui jenis-jenis pahat yang bisa digunakan pada mesin bubut.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengoprasikan mesin bubut untuk menghasilkan
produk.
b. Mahasiswa dapat memfungsikan mesin bubut dengan benar / sesuai
buku petunjuk.
c. Mahasiswa dapat membuat benda kerja sesuai yang diinginkan /
direncanakan.

C. Aplikasi
1. Bagi Praktikan
a. Mahasiswa terampil dalam menggunakan mesin bubut dengan efektif
dan efisien.
b. Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis dari mesin bubut.
c. Mahasiswa mampu merencanakan dan menghasilkan suatu produk
dengan mesin bubut.
2. Bagi Industri
a. Dibidang industri otomotif sangat berguna sekali untuk pembuatan
produksi misal poros transmisi,baut,mur,dll.
b. Dapat mempercepat proses produksi dan dapat memproduksi dalam
jumlah banyak dalam waktu yang sedikit.
c. Digunakan sebagai mesin pendukung dan pelengkap dari mesin lain
dalam proses produksi.
BAB II
TEORI DASAR

A. Teori Dasar
Mesin Bubut adalah Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong
benda yang diputar. Mesin ini mempunyai gerak utama berputar dan
berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran benda kerja dengan cara
menyayat benda tersebut dengan suatu penyayat. Posisi benda kerja berputar
sesuai dengan sumbu mesin dan pahat diam bergerak kekenan,kekiri searah
dengan sumbu mesin menyayat benda kerja.
Mesin bubut mendapatkan dayan pada kepala tetap melalui sabuk V
banyak dari motor yang dipasang di bawah dari pengendali pada sisi kepala
tetap salah satu dari 27 kecepatan, yang diatur dalam kemajuan geomertris
yang logis, dapat diperoleh. Dilengkapi dengan pencekam dan rem listrik
untuk start, menghentikan atau menyentakan benda kerja.
Ekor tetap dari pembubbut dapat disetel sepanjang bangku untuk
menampung panjang stok yang berbeda. Dilengkapi dengan pusat yang
dikeraskan,yang dapat digerakan masuk dan keluar oleh penyetel roda dan
dengan ulir pengencang didasarnya yang digunakan untuk penyebarisan
pusatnya dan pembubutan tirus. Sekrup pengarah agak dibawah dan sejajar
terhadap jalur bangku,memenjang dari kepala tetap sedemikian rupa sehingga
dapat diputar balik dan dihubungkan atau dilepas dari kereta luncur selama
oprasi pemotongan. Ulir pengarah hanya untuk pemotong ulir saja dan harus
dipisahkan kalau tidak dipakai untuk mempertahankan ketetapanya. Tepat
dibawah ulir pengarah terdapat batang hantar.
Rakitan luncur mencakup peletakan majemuk, sadel, pahat dan apron.
Karena mendukung dan memandu pahat potong maka harus kaku dan
konstruksi dengan ketetpatan tinggi. Tersedia dua hantaran tangan untuk
memandu pada gerakan arah menyilang. Engkol kanan atas mengendalikan
peletakan majemuk dan arena peletakannya dilengkapi dengan busur derajat
penyetelan putaran, maka dapat ditempatkan dalam berbagai kedudukan sudut

3
4

untuk membuat tirus pendek. Roda tangan kedua digunakan untuk menarik
kembali kedudukan semula setelah ulir pengarah membawa sepanjang
pemotongan. Bagian dari kereta luncuir yang menjulur di depan dari
pembubut disebut apron. Pada permukaan ap[pron dipasangkan berbagai roda
dan tuas kendali.

B. Prinsip Kerja Mesin Bubut


Poros spindle akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa
sehingga memutar roda gigi pada poros spindle.Melalui roda gigi
penghubung,putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir.oleh klem
berulir,putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan
yang membawa pahat.akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang
berbentuk ulir.
Pada mesin bubut ini benda kerja dijepit pada kepala tetap atau yang
biasa disebut dengan cakar tiga,kemudian benda kerja tersebut berputar
bersama kepala tetap danpahatnya yang mendekat untuk menyayat benda
kerja tersebut.

C. Jenis-Jenis Mesin Bubut


1. Secara Dimensi
Jenis mesin bubut pada garis besarnya dilihat dari dimensinya
dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat kelompok) :
a. Mesin Bubut Ringan.
Mesin bubut ini dimaksudkan untuk latihan dan pekerjaan
ringan. Bentuk peralatannya kecil dan sederhana. Dipergunakan untuk
mengerjakan benda-benda kerja yang berukuran kecil. Mesin ini
terbagi atas mesin bubut bangku dan model lantai, konstruksinya
merupakan gambaran mesin bubut bangku dan model lantai,
konstruksinya merupakan gambaran mesin bubut yang besar dan
berat.

b. Mesin Bubut Sedang (Medium Lathe)


5

Konstruksi mesin ini lebih cermat dan dilengkapi dengan


penggabungan peralatan khusus. Oleh karena itu mesin ini digunakan
untuk pekerjaan yang lebih banyak variasinya dan lebih teliti. Fungsi
utama adalah untuk menghasilkan atau memperbaiki perkakas secara
produksi.
c. Mesin Bubut Standar (Standard Lathe)
Mesin ini dibuat lebih berat, daya kudanya lebih besar daripada
yang dikerjakan mesin bubut ringan dan mesin ini merupakan standar
dalam pembuatan mesin-mesin bubut pada umumnya.
d. Mesin Bubut Meja Panjang (Long Bed Lathe)
Mesin ini termasuk mesin bubut industri yang digunakan untuk
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan panjang dan besar, bahan roda gigi
dan lainnya.

2. Secara Prinsip
Secara prinsip lain mesin bubut dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, antar lain adalah :
a. Mesin Bubut Centre Lathe
Mesin bubut ini dirancang untuk berbagai macam bentuk dan
yang paling umum digunakan, cara kerjanya benda kerja dipegang
(dicekam) pada poros spindle dengan bantuan chuck yang memiliki
rahang pada salah satu ujungnya, yaitu pada pusat sumbu putarnya,
sementara ujung lainnya dapat ditumpu dengan center lain.
b. Mesin Bubut Sabuk
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan
pembawa sehingga memutar roda gigi yang digerakkan sabuk atau
puli pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan
disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros
ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang
membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan
yang berbentuk ulir.
c. Mesin Bubut Vertical Turning & Boring Milling
Mesin ini bekerja secara otomatis, pada pembuatan benda kerja
yang dibubut dari tangan, pekerjaan yang tidak dilakukan secara
otomatis hanyalah pemasangan batang-batang yang baru dan
6

menyalurkan produk-produk yang telah dikerjakan, oleh sebab itu satu


pekerja dapat mengawasi beberapa buah mesin otomatis dengan
mudah.
d. Mesin Bubut Facing Lathe
Sebuah mesin bubut terutama digunakan untuk membubut
benda kerja berbentuk piringan yang besar. Benda-benda kerjanya
dikencangkan dengan cakar-cakar yang dapat disetting pada sebuah
pelat penyeting yang besar, tidak terdapat kepala lepas.
e. Mesin Bubut Turret
Mesin bubut turret mempunyai ciri khusus terutama
menyesuaikan terhadap produksi. “Keterampilan pekerja” dibuat pada
mesin ini sehingga memungkinkan bagi operator yang tidak
berpengalaman untuk memproduksi kembali suku cadang yang
identik. Kebalikannya, pembubut mesin memerlukan operator yang
sangat terampil dan mengambil waktu yang lebih lama untuk
memproduksi kembali beberapa suku cadang yang dimensinya sama.
Karakteristik utama dari mesin bubut jenis ini adalah bahwa pahat
untuk operasi berurutan dapat disetting dalam kesiagaan untuk
penggunaaan dalam urutan yang sesuai. Meskipun diperlukan
keterampilan yang sangat tinggi untuk mengunci dan mengatur pahat
dengan tepat tapi satu kali sudah benar maka hanya sedikit
keterampilan untuk mengoperasikannya dan banyak suku cadang
dapat diproduksi sebelum pensettingan dilakukan atau diperlukan
kembali.

f. Mesin Bubut Turret Jenis Sadel


Mempunyai turret yang dipasangkan langsung pada sadel yang
bergerak maju mundur dengan turret.
g. Mesin Bubut Turret Vertikal
Mesin bubut vertikal adalah sebuah mesin yang mirip Freis
pengebor vertikal, tetapi memiliki karakteristik pengaturan turret
untuk memegang pahat. Terdiri atas pencekam atau meja putar dalam
kedudukan horizontal, dengan turret yang dipasangkan diatas rel
penyilang sebagai tambahan, terdapat paling tidak satu kepala
7

samping yang dilengkapi dengan turret bujur sangkar untuk


memegang pahat. Semua pahat yang dipasangkan pada turret atau
kepala samping mempunyai perangkat penghenti masing-masing,
sehingga panjang pemotongan dapat sama dalam daur mesin yang
berurutan. Pengaruhnya adalah sama seperti bubut turret yang berdiri
pada ujung kepala tetap. Dan mempunyai segala ciri yang diperlukan
untuk memudahkan pemuat, pemegang dan pemesinan dari suku
cadang yang diameternya besar dan berat. Pada mesin ini hanya
dilakukan pekerjaan pencekaman.

D. Jenis-Jenis Pembubutan
1. Pembubutan Tepi (Facing)
Pengerjaan benda kerja terhadap tepi penampangnya atau tegak
lurus terhadap sumbu benda kerja.
2. Pembubutan Silindris (Turning)
Pengerjaan benda kerja dilakukan sepanjang garis sumbunya. Baik
pengerjaan tepi maupun pengerjaan silindris posisi dari sisi potong
pahtnya harus terletak senter terhadap garis sumbu dan ini berlaku untuk
semua proses pemotongan pada mesin bubut.

3. Pembubutan Alur (Grooving)


Pembubutan yang dilakukan di antara dua permukaan.
4. Pembubutan Tirus (Champering)
Adapun caranya sebagai berikut :
a. Dengan memutar compound rest
b. Dengan menggeser sumbu tail stock
c. Dengan menggunakan taper attachment.
5. Pembubutan Ulir (Threading)
Bentuk ulir didapat dengan cara menggerinda pahat menjadi bentuk
yang sesuai dengan menggunakan referensi mal ulir (thread gauge). Atau
bisa juga menggunakan pahat tertentu ukurannya yang sudah di jual di
pasaran, biasanya untuk ulir-ulir standar.
6. Pembubutan Drilling
Membuat lubang awal pada benda kerja
7. Pembubutan Boring
Memperbesar lubang pada benda kerja.
8

8. Pembubutan Kartel (Knurling)


Membuat profil atau grif pegangan pada benda kerja seperti pada
pegangan tang,obeng agar tidak licin.
9. Pembubutan Reaming
Memperhalus lubang pada benda kerja. Hal ini dilakukan untuk
hasil pembubutan dalam atau pengeboran di atas mesin bubut. Pada
tingkatan tertentu dibutuhkan kehalusan sesuai ketentuan. Untuk kegiatan
tersebut dipergunakan alat Reamer. Benda berlubang yang akan dihaluskan
dikepit pada cekam kepala tetap, sementara reamer dipasang pada hower
dan dijepit di senter kepala lepas. Pada saat proses penghalusan, posisi
kepala lepas didekatkan sehingga reamer dapat masuk ke lubang benda
kerja. Selanjutnya, mesin dinyalakan dan putaran reamer digerakkan
memasuki lubang sehingga geriginya bergesek dengan dinding lubang.
Pada saat itulah terjadi proses penghalusan dinding lubang.

E. Bagian-Bagian Utama Mesin Bubut


Bagian-bagian utama dari mesin bubut adalah :
1. Alas/ Landasan (Bed) Mesin
Yang di maksud alas mesin adalah kerangka utama mesin bubut,
yang diatas kerangka tersebut dan kepala lepas bertumpu serta bergerak,
adapun alur ala mesin (bed) berbentuk V; datar atau rata.
2. Kepala Tetap (Head Stock)
Dibagian sebelah kiri dari alas mesin bubut terdapat kepala tetap.
Didalam kepala tetap, spindel utama terpasang dalam bantalan, fungsinya
untuk memindahkan putaran ke benda kerja, spindle harus terpasang kuat
dan terbuat dari baja yang kuat, pada umumnya bagian dalam spindel
dibuat berlubang.
3. Kepala Lepas (Tail Stock)
Bagian dari mesin bubut yang letaknya disebelah kanan dari mesin
bubut, yang berfungsi untuk menopang benda kerja yang panjang. Pada
saat mengerjakan benda berukuran panjang, kemungkinan bengkok sangat
besar sehingga harus ditopang pada kedua ujung, yaitu di kepala tetap dan
kepala lepas ini.
4. Eretan
9

Eretan adalah alat yang digunakan untuk melakukan proses


pemakanan pada benda kerja dengan cara menggerakkan kekiri dan
kekanan sepanjang meja. Eretan utama akan bergerak sepanjang meja
sambil membawa eretan lintang dan eretan atas dan dudukan pahat.

F. Mekanik Percepatan
Poros pembuat ulir (leadscrew) hanya dipakai untuk membuat ulir,
dari kepala tetap, leadscrew ini digerakkan melalui kotak roda gigi (gear
box) apabila mur setegah (half nut)yang mencekam poros itu dihubungkan
oleh tuas penghubung maka poros berulir menggerakkan eretan dengan arah
memanjang.
Mekanisme pengunci digunakan bila mur setengah (half nut)
dihubungkan dengan poros percepatan (feed shaft) memanjang atau melintang
secara tidak tepat, berakibat rusaknya mekanisme, rusaknya mekanisme dapat
dicegah dengan memasang alat pengaman. Poros cacing (worm)
menggerakkan roda gigi cacing (gear rack) yang satu as dengan roda gigi Z₁,
jika engagement lever dipasang pada posisi gerakan memanjang maka roda
gigi Z₂, akan berhubungan dengan roda gigi Z₃ dan karena Z₄ satu as dengan
Z₃ maka Z₄ akan berputar dan membawa landasan (apron) berjalan, bila
engagement lever berada diposisi gerakan melintang maka roda gigi Z₂ akan
berhubungan dengan roda gigi pada spindle sumbu poros berulir melintang
(cross feed screw) sehingga eretan melintang akan berjalan dengan otomatis.
Kotak mekanik penggerak membawa mekanisme yang mengubah
putaran dari poros percepatan menjadi gerakan memanjang dan melintang.
Putaran dari poros percepatan dapat diubah dengan memindahakan ban mesin
yang dapat disetel (drive key) oleh sebab itu kecepatan yang dikehendaki
dapat disetel dengan mudah.
Ekor tetap dari pembubut dapat disetel sepanjang bangku (bed) dari
pembubut untuk menampung panjang stok yang berbeda. Dilengkapi dengan
pusat yang dikeraskan, yang dapat digerakkan masuk dan keluar oleh
penyetel roda, dan dengan ulir pengencang didasarnya yang digunakan untuk
menyetel penyebarisan pusatnya untuk pembubutan tirus.
10

Sekerup pengarah adalah poros panjang yang diulir dengan baik,


terletak agak dibawah dan sejajar terhadap jalur bangku, memanjang dari
kepala tetap sampai ke ekor kepala tetap. Dihubungkan dengan roda gigi
kepada kepala tetap dengan cara sedemikian sehingga dapat diputar balik dan
dipasangkan pada rakitan kereta luncur selama operasi pemotongan. Ulir
pengarah hanya untuk memotong ulir saja dan harus dipisahkan kalau tidak
dipakai untuk mempertahankan ketepatannya. Tepat dibawah ulir pengarah
adalah batang hantaran yang menstransmisikan daya dari kotak pengubah
cepat untuk menggerakkan mekanisme apron untuk daya hantaran melintang
dan memanjang kalau diperlukan untuk megubah kecepatan ulir pengarah
atau batang hantaran dilakukan dalam kotak roda gigi pengubah cepat yang
terletak pada ujung kepala tetap dari pembubut. Untuk itu hanya perlu
menggerakkan tuas yang menjulur pada kotak toda gigi.
Rakitan kereta luncur mencakup perletakan majemuk, sadel, pahat dan
apron. Karena mendukung dan memandu pahat pemotong, maka harus kaku
dan dikonstruksi dengan ketepatan tinggi. Tersedia dua hantaran tangan untuk
memandu pahat pada gerakan arah menyilang. Roda tangan yang atas atau
engkol tangan mengendalikan gerakkan dari perletakkan majemuk dan arena
perletakkannya dilengkapi dengan busur derajat penyetel putaran, maka dapat
ditempatkan dalam berbagai kedudukan sudut untuk membuat tirus pendek.
Roda tangan yang ketiga digunakkan untuk menggerakan kereta luncur
disepanjang landasan, biasanya untuk menarik kembali ke kedudukan mula
setelah ulir pengarah membawanya sepanjang pemotongan. Bagian dari
kereta luncur yang menjulur didepan dari pembubut disebut apron, yaitu
merupakan dinding ganda dicor yang berisi kendali, roda gigi dan mekanisme
lain untuk menghantar kereta luncur dan peluncur menyilang dengan tangan
atau daya. Pada permukaan apron dipasangkan berbagai roda dan tuas
kendali. Alat – alat kelengkapan mesin bubut adalah :
1. Drive plate
2. Face plate
3. Independent chuck
4. Universal chuck
5. Collet drawbar
11

6. Collet
7. Step Collet
8. Lathe dog
9. Turning tool holder
10. Boring Bar
11. Cut of tool
12. Knurling tool
13. Support
14. Taper attachment

G. Komponen Utama Mesin Bubut


Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama
antara lain: meja mesin, headstock, tailstock, compound slide, cross slide,
toolpost, leadscrew dan lain-lain.

Gambar 2.1 Komponen Utama Mesin Bubut

1. Tail Stock
Untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian ujung
yang berseberangan dengan penceka (chuck) pada proses pemesinan di
mesin bubut.
2. Lead Screw
Poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan sejajar
dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap.
Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa
dibalik. Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir
pengarah untuk membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai.
12

3. Feed Rod
Terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan
daya dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan
mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang.
4. Carriage
Terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron. Konstruksinya
kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat pemotong.
Dilengkapi dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat dalam arah
melintang. Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan pahat dan
spindle atas untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan.
5. Tool Post
Digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan
menggunakan pemegang pahat.
6. Head Stock
Yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut yang
mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.

H. Alat Bantu Pada Mesin Bubut


1. Pahat Bubut
Untuk setiap pengerjaan pembubutan di perlukan pahat yang tepat,
misalnya untuk pengerjaan kasar (roughing), halus (finishing), permukaan
(facing), bor, ulir dan lain-lain. Pahat-pahat yang umum dipakai, biasanya
sudah dibuat standard, antara lain :
a. Pengerjaan Kasar
Dalam pengerjaan kasar pahat-pahat harus memakan material
dalam waktu singkat, karenanya pahat harus berbentuk tegap dan
mantap. Permukaan dapat berbentuk lurus atau lengkung. Dilihat dari
kedudukan pemotongannya, pahat ini dibedakan menjadi pahat kanan
dan kiri.

b. Pengerjaan Halus
Pengerjaan ini untuk menghasilkan permukaan yang rata.
Untuk itu dapat dipakai pahat lurus dengan tepi potong yang bulat.
Atau pahat hidung persegi. Setelah diasah, tepi potong pahat harus
13

diolesi dengan minyak/oli untuk penambah kerataan benda kerja yang


akan dihasilkan. Permukaan yang rata berguna untuk mengurangi
gesekan-gesekan dengan bagian yang bergerak.
c. Pengerjaan Permukaan
Untuk pengerjaan permukaan dan untuk mengilangkan sudut-
sudut yang tajam dapat dipergunakan pahat sisi. Tepi potong sekunder
pahat ini menyebabkan geram tidak dapat keluar dengan bebas,
karenanya pahat ini harus digerakkan dengan arah dari pusat ke arah
luar benda kerja. Pahat sisi ini dapat dibagi dua yaitu, pahat sisi kiri
dan pahat sisi kanan.
d. Pengerjaan Bentuk Khusus
Untuk pengerjaan bentuk-bentuk tertentu yang sudah
distandarkan, dapat dipakai pahat dengan bentuk tepi potong yang
sesuai dengan hasil yang diinginkan misalnya pahat potong, pahat ulir,
pahat bor, dan lain-lain.

Gambar 2.2 Pahat Bubut

2. Senter
Senter adalah alat yang terbuat dari baja yang dikeraskan dan
digunakan untuk memikul benda kerja yang akan di bubut.
14

Gambar 2.3 Senter pada Mesin Bubut

3. Pembawa dan Pelat Pembawa


Pembawa adalah alat yang berfungsi membawa benda kerja untuk
ikut berputar sewaktu membubut, alat ini terbuat dari baja tuang dan
mempunyai baut ikat, benda kerja yang akan di bubut dimasukan bagian
ujungnya pada lubang pembawa kemudian dijepit dengan baut tadi, bentuk
alat ini ada yang berujung lurus dan ada yang berujung bengkok dan
pemakaiannya tergantung dari bentuk pelat pembawa mesin bubut.

Gambar 2.4 Pelat Pembawa

4. Cakra Penjepit (Pelat Genggam)


Cakra penjepit/pelat genggam/ cekam ada dua macam yaitu, cekam
yang mempunyai rahang 4 buah (biasanya tidak otomatis, diputar satu
persatu) yang berfungsi untuk menjepit benda kerja yang berbentuk segi
empat, tidak teratur, bulat atau penjepitan benda kerja tidak harus di
tengah-tengah, pada cekam ini terdapat garis-garis melingkar yang
gunanya untuk memudahkan atau mempercepat pengaturan letak benda
15

kerja ditengah-tengah sehingga titik tengahnya segaris dengan garis senter


mesin. Sedangkan cekam berahang 3 yang memutar sendiri secara
otomatis. Alat ini berbentuk bundar dan mempunyai rahang untuk penjepit
benda kerja. Pada jenis cekam 3 rahang dapat bergerak otomatis atau
memusat sendiri jika salah satu kuncinya di putar. Cekam ini khusus untuk
membubut atau menjepit benda bulat atau bersegi 3; 6; 9 yang sama sisi.

Gambar 2.5 Cakra Penjepit

5. Kollet atau Tang Penjepit


Untuk menjepit benda kerja yang sudah halus dan bulat (karena
diameternya kecil sehingga sulit untuk dijepit oleh cekam atau pembawa)
maka digunaka kollet (collet) atau tang penjepit dinamakan juga tanduk
penambat. Bentuknya bulat panjang, lehernya tirus dan berlubang,
ujungnya berulir dan kepalanya. Di belah menjadi tiga bagian dan
ukurannya bermacam-macam.
6. Penyangga Tetap dan Penyangga Jalan
Penyangga tetap adalah alat yang digunakan untuk menyokong atau
menunjang benda kerja yang dibubut jika bagian yang dibubut itu panjang.
Penyangga jalan berfungsi sama, hanya tetapi perbedaannnya bahwa
penyangga jalan pemasanggannya pada eratan dan ikut bergerak sepanjang
jalannya pahat pada alas mesin. Kerja penyangga jalan adalah menahan
benda kerja agar tidak melengkung dan tidak bergetar karena adanya
tekanan pahat yang menyayat.
7. Poros Bantu (Mandrel)
16

Untuk membubut bagian luar benda kerja yang pendek dan


berlubang dipergunakan poros bantu untuk menyangga agar benda kerja
tersebut dapat dikerjakan tanpa banyak pengaturan atau penyetelan. Poros
bantu ini berupa batang bulat yang dipasang/dimasukan kedalam lubang
benda kerja. Bentuknya tirus atau lurus dan bagian ujungnya ada yang
berulir dan ada pula yang tidak.
8. Kartel
Kartel adalah suatu alat yang digunakan untuk membuat alur-alur
atau gerigian kecil pada benda kerja, benda yang dibuat alur-alur ini
dimaksudkan agar tidak licin dan terdapat pada batang penarik atau
pemutar yang dipegang oleh tangan. Alat ini terdiri dari tangkai dan
sepanjang gigi, gigi tersebut terpasang pada bagian muka tangkai, dan
dibuat dari baja yang dikeraskan, hasil pengkartelan ini ada yang lurus atau
serong (belah ketupat), ukuran kehalusan alurnya atau giginya didalam
banyak alut tiap inci adalah kartel kasar. Sebelum di kartel benda kerja
harus dibubut halus dengan ukuran ± 0,5 mm lebih kecil dari ukuran
seharusnya, dimana selisih ukuran ini akan sama besarnya dengan
pengembagan bagian yang dikertel itu sehingga bila benda kerja telah
dikartel akan berukuran sesuai dengan yang dikehendaki.

9. Pendingin Pahat
Cairan khusus digunakan untuk mengurangi panas dan pahat pada
waktu operasi. Gunanya adalah untuk menaikkan umur dari pahat.
Pendingin yang digunakan ada kalanya air dicampur dengan sabun
ditambah sedikit soda ada baiknya digunakan cairan yang dinamakan
soluble oil (minyak yang dilarut dalam air), yaitu campuran antara emulsol
(semacam pelumas yang larut dalam air ± 10 % dengan air. Juga dipai
minyak bumi dicampur dengan minyak tumbuh-tumbuhan yang disebut
sulphurized oil. Ketentuan-ketentuan didalam pendinginan:
a. Banyak zat cair yang digunakan dalam pembubutan. Misal 10 1/mm
b. Cairan itu harus mengenai dahulu geram yang keluar dari benda,
karena pada geram terjadi panas yang lebih besar.
17

c. Mulai pendinginan begitu mulai membubut, jangan ditunggu dulu


karena dapat menyebabkan keretakan pada pahat.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Proses Bubut
Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-
bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan
Mesin Bubut. Bentuk dasarnya dapat didefinisikan sebagai:
1. Proses permesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata dengan
benda kerja yang berputar.
2. Proses permesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata dengan
satu pahat bermata potong tunggal (with a single point cutting tool).
3. Proses permesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata dengan
gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu
sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja

Gambar 3.1 Proses Bubut Rata, Bubut Permukaan & Bubut Tirus.

19
20

Proses bubut permukaan/surface turning adalah proses bubut yang


identik dengan proses bubut rata ,tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus
terhadap sumbu benda kerja. Proses bubut tirus/taper turning sebenarnya
identik dengan proses bubut rata di atas, hanya jalannya pahat membentuk
sudut tertentu terhadap sumbu benda kerja. Demikian juga proses bubut
kontur, dilakukan dengan cara memvariasi kedalaman potong sehingga
menghasilkan bentuk yang diinginkan.
Walaupun proses bubut secara khusus menggunakan pahat bermata
potong tunggal, tetapi proses bubut bermata potong jamak tetap termasuk
proses bubut juga, karena pada dasarnya setiap pahat bekerja sendiri-sendiri.
Selain itu proses pengaturannya (seting) pahatnya tetap dilakukan satu
persatu.

B. Parameter Yang Diatur Dalam Proses Bubut


Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar
spindel (speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut).
Faktor yang lain seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga
memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah
bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada mesin bubut.
Kecepatan putar n (speed) selalu dihubungkan dengan spindel (sumbu
utama) dan benda kerja. Karena kecepatan putar diekspresikan sebagai
putaran per menit (revolutions per minute, rpm), hal ini menggambarkan
kecepatan putarannya. Akan tetapi yang diutamakan dalam proses bubut
adalah kecepatan potong (Cutting speed atau V) atau kecepatan benda kerja
dilalui oleh pahat/ keliling benda kerja (lihat Gambar 3.2). Secara sederhana
kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan
dengan kecepatan putar atau :
21

Gambar 3.2 Panjang permukaan benda kerja yang dilalui pahat setiap
putaran.
dn
V 
1000

Dimana:
V= kecepatan potong; m/menit
d= diameter benda kerja; mm
n= putaran benda kerja; putaran/menit

Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diamater benda


kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja faktor
bahan benda kerja dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan
potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut kecepatan potong ditentukan
berdasarkan bahan benda kerja dan pahat. Harga kecepatan potong sudah
tertentu, misalnya untuk benda kerja Mild Steel dengan pahat dari HSS,
kecepatan potongnya antara 20 sampai 30 m/menit.
Gerak makan, f (feed) , adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap
benda kerja berputar satu kali, sehingga satuan f adalah mm/putaran. Gerak
makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material
pahat, bentuk pahat, dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan.
Gerak makan biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman
potong a. Gerak makan tersebut berharga sekitar 1/3 sampai 1/20 a, atau
sesuai dengan kehaluasan permukaan yang dikehendaki.
22

Gambar 3.3 Gerak makan (f) dan kedalaman

Kedalaman potong a (depth of cut), adalah tebal bagian benda kerja


yang dibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong
terhadap permukaan yang belum terpotong (lihat Gambar 3.3). Ketika pahat
memotong sedalam a , maka diameter benda kerja akan berkurung 2a, karena
bagian permukaan benda kerja yang dipotong ada di dua sisi, akibat dari
benda kerja yang berputar.
Beberapa proses pemesinan selain proses bubut pada Gambar 3.1
dapat dilakukan juga di mesin bubut proses pemesinan yang lain, yaitu bubut
dalam (internal turning), proses pembuatan lubang dengan mata bor (drilling),
proses memperbesar lubang (boring), pembuatan ulir (thread cutting), dan
pembuatan alur (grooving/ parting-off). Proses tersebut dilakukan di mesin bubut
dengan bantuan peralatan bantu agar proses pemesinan bisa dilakukan.
23

Gambar 3.4 Proses pemesinan yang dapat dilakukan pada mesin bubut : (a)
pembubutan champer (chamfering), (b) pembubutan alur (parting-off), (c)
pembubutan ulir (threading), (d) pembubutan lubang (boring), (e) pembuatan
lubang (drilling), (f) pembuatan kartel (knurling)

C. Geometri Pahat Bubut


Geometri pahat bubut terutama tergantung pada material benda kerja
dan material pahat. Terminologi standar ditunjukkan pada Gambar 3.5. Untuk
pahat bubut bermata potong tunggal, sudut pahat yang paling pokok adalah
sudut beram (rake angle), sudut bebas (clearance angle), dan sudut sisi
potong (cutting edge angle). Sudut-sudut pahat HSS yang diasah dengan
menggunakan mesin gerinda pahat (Tool Grinder Machine). Sedangkan bila
pahat tersebut adalah pahat sisipan yang dipasang pada tempat pahatnya,
geometri pahat dapat dilihat pada Gambar 3.6. Selain geometri pahat tersebut
pahat bubut bisa juga diidentifikasikan berdasarkan letak sisi potong (cutting
edge) yaitu pahat tangan kanan (Right- hand tools) dan pahat tangan kiri
(Left-hand tools), lihat Gambar 3.7.
24

Gambar 3.5 Geometri Pahat Bubut HSS

Gambar 3.6 Geometri Pahat Bubut Sisipan (Insert)


25

Gambar 3.7 Pahat tangan kanan dan pahat tangan kiri

Pahat bubut di atas apabila digunakan untuk proses membubut


biasanya dipasang pada pemegang pahat (Tool holder). Pemegang pahat
tersebut digunakan untuk memegang pahat dari HSS dengan ujung pahat
diusahakan sependek mungkin agar tidak terjadi getaran pada waktu
digunakan untuk membubut (lihat Gambar 3.8).

Gambar 3.8 Pemegang pahat HSS : (a) pahat alur, (b) pahat dalam, (c)
pahat rata kanan, (d) pahat rata kiri, (e) pahat ulir
26

D. Perencanaan dan Perhitungan Proses Bubut

Elemen dasar proses bubut dapat dihitung dengan menggunakan


rumus-rumus dan Gambar 3.9 berikut :

Gambar 3.9 Proses Bubut

Keterangan :
Benda kerja :
do = diameter mula ; mm
dm = diameter akhir; mm
lt = panjang pemotongan; mm
Pahat :
χr = sudut potong utama
Mesin Bubut :
a = kedalaman potong, mm
f = gerak makan; mm/putaran
n = putaran poros utama; putaran/menit
27

1. Kecepatan Potong
dn
V  ; m/menit
1000
d = diameter rata-rata benda kerja ( (do+dm)/2 ; mm
n = putaran poros utama ; put/menit
π = 3,14
2. Kecepatan Makan
v f  f .n ; mm/menit

3. Waktu Pemotongan
lt
tc  ; menit
vf

4. Kecepatan Penghasilan Beram


Z  A.v ; cm3/menit
Perencanaan proses bubut tidak hanya menghitung elemen dasar
proses bubut, tetapi juga meliputi penentuan/pemilihan material pahat
berdasarkan material benda kerja, pemilihan mesin, penentuan cara
pencekaman, penentuan langkah kerja/ langkah penyayatan dari awal benda
kerja sampai terbentuk benda kerja jadi, penentuan cara pengukuran dan alat
ukur yang digunakan.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

A. Analisa Data I
1. Perhitungan
a. Diketahui:
Diameter awal ( Do) : 25,00 mm
Diameter pengerjaaan ( DI ) : 24.00 mm
Panjang spindle ( Lc ) : 100 rpm
Putaran spindle (n) : 700 rpm
Pemakanan Kasar ( F1 ) : 0,8 mm
Pemakanan Halus ( F2 ) : 0.08 mm
b. Kecepatan potong (Vc)
Vc = π . d . n. ( mm/menit )
= 3,14 . 24mm . 700rpm
= 52752 mm/menit
c. Kecepatan Pemakanan (Vf)
Vf = f . n ( mm/menit )
1) Pemakanan Kasar (Vf1)
Vf 1 = f1 . n ( mm/menit )
= 0,8 . 700
= 560mm/menit
2) Pemakanan Halus (Vf2)
Vf2 = f 2. n
=0,08 . 700
= 56mm/menit
d. Kedalaman Potong (a)
a = Do-Di (mm)
2
= 25-24 =0,50mm
2
=0,50mm
e. Waktu Pemakanan (Mf)
Mf = Lt (menit/mm) → lt = Do + Di =25 + 24 = 49 mm
Vf

= 49
560
= 0.087 menit

2. Gambar Sket

28
29

Ø 25
100

B. Analisa Data II
1. Perhitungan
a. Diketahui:
Diameter awal ( Do) : 24,00 mm
Diameter pengerjaaan ( DI ) : 20.00 mm
Panjang spindle ( Lc ) : 30 rpm
Putaran spindle (n) : 700 rpm
Pemakanan Kasar ( F1 ) : 0,8 mm
Pemakanan Halus ( F2 ) : 0.08 mm
b. Kecepatan potong (Vc)
Vc = π . d . n. ( mm/menit )
= 3,14 . 20mm . 700rpm
= 43960 mm/menit
c. Kecepatan Pemakanan (Vf)
Vf = f . n ( mm/menit )
1) Pemakanan Kasar (Vf1)
Vf 1 = f1 . n ( mm/menit )
= 0,8 . 700
= 560mm/menit
2) Pemakanan Halus (Vf2)
Vf2 = f 2. n
=0,08 . 700
= 56mm/menit
d. Kedalaman Potong (a)
a = Do-Di (mm)
2
= 24-20 = 2 mm
2
= 2 mm
e. Waktu Pemakanan (Mf)
Mf = Lt (menit/mm) → lt = Do + Di =24 + 20 = 44 mm
Vf
30

= 44
560
= 0.078 menit

2. Gambar Sket
Ø 24

Ø 20
30
90

C. Analisa Data III


1. Perhitungan
a. Diketahui:
Diameter awal ( Do) : 24,00 mm
Diameter pengerjaaan ( DI ) : 15.00 mm
Panjang spindle ( Lc ) : 50 rpm
Putaran spindle (n) : 700 rpm
Pemakanan Kasar ( F1 ) : 0,8 mm
Pemakanan Halus ( F2 ) : 0.08 mm
b. Kecepatan potong (Vc)
Vc = π . d . n. ( mm/menit )
= 3,14 . 15mm . 700rpm
= 32970 mm/menit
c. Kecepatan Pemakanan (Vf)
Vf = f . n ( mm/menit )
1) Pemakanan Kasar (Vf1)
Vf 1 = f1 . n ( mm/menit )
= 0,8 . 700
31

= 560mm/menit
2) Pemakanan Halus (Vf2)
Vf2 = f 2. n
=0,08 . 700
= 56mm/menit
d. Kedalaman Potong (a)
a = Do-Di (mm)
2
= 24-15 = 4,5 mm
2
= 4,5 mm
e. Waktu Pemakanan (Mf)
Mf = Lt (menit/mm) → lt = Do + Di =24 + 15 = 39 mm
Vf

= 39
560
= 0.069 menit

2. Gambar Sket
Ø 24

Ø 20
Ø 15

50 30
90
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktek ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Praktek pembubutan sangat penting karena sebagai modal awal dalam
mengasah kemampuan serta keterampilan mahasiswa.
2. Laporan ini wajib dipelajari dan dipahami, karena sebagai pedoman
sebelum melakukan praktek.
3. Peralatan yang lengkap sangat penting di dalam praktek.

B. Saran
1. Periksa alat-alat yang akan digunakan terlebih dahulu sebelum memulai
praktek.
2. Gunakan alat-alat didalam praktek sesuai dengan fungsinya.
3. Rapikan dan kembalikan alat-alat praktek setelah digunakan.
4. Bersihkan tempat kerja secara rutin setelah praktek selesai.

33
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Susanto, Tarsono. 2010. Modul Praktikum Permesinan (Turning Process).


Purwokerto: STT Wiworotomo.
Sentot Wijanarka, B. Teknik Permesinan Dasar, BAB 2.

Anda mungkin juga menyukai