DENGAN SPESIFIKASI :
Disusun oleh:
SYARIF HIDAYATULLAH
NIM 1504102010071
Laporan Tugas Rancangan Elemen Mesin dengan judul : “Desain Ulang Mesin
Penggiling Kopi, Daya : 200 Watt, Putaran Motor : 3000 RPM, Kapasitas : 2 KG
“
NIM : 1504102010071
Diperiksa oleh :
Disahkan/disetujui oleh :
Mengetahui/Menyetujui
ii
KATA PENGANTAR
Tugas yang penulis susun ini adalah Desain Ulang Mesin Penggiling
Kopi Dengan daya 200 watt, putaran 3000 rpm dengan Kapasitas 2 Kg.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan tugas perancangan ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena penulis masih dalam menuntut ilmu. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca dan bapak dosen pembimbing
sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan tugas perancangan di masa akan
datang.
Terima kasih daya ucapkan kepada bapak Sabri, S.T, M.T. untuk
membimbing tugas perancangan ini dan tak lupa pula pada rekan-rekan mesin
2015 yang banyak membantu memberikan referensi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
(Syarif Hidayatullah)
NIM. 1504102010071
iii
DAFTAR ISI
iv
2.4.1. Poros............................................................................................... 9
2.5. Bantalan.................................................................................................... 15
v
4.2.1.1. Gaya tangensial (𝑭𝒕 ) ................................................................... 32
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia industri yang begitu pesat dengan teknologi canggih yang banyak
menggunakan mesin industri yang bekerja secara otomatis sehingga banyak
tenaga kerja yang harus mengaggur karena kegiatan produksi atau pabrik
dilakukan langsung oleh mesin, manusia hanya dibutuhkan sebagai operator guna
menggerakkan mesin tersebut. Akan tetapi masih banyak juga pabrik yang
menggunakan mesin semi otomatis, ini banyak kita dapatkan pada industri
menengah. Hal ini banyak membutuhkan tenaga kerja dan ini merupakan suatu
hal yang positif. Mesin juga mempunyai komponen yang sangat mendukung
antara komponen yang satu dengan komponen lainnya. Jika salah satu komponen
ada yang rusak, maka mesin tersebut tidak dapat difungsikan dengan baik.
vii
Tabel spesifikasi mesin
viii
1.4. Manfaat
ix
BAB ll
DASAR TEORI
Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan
dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang
dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara
umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea
arabica).
Pemrosesan kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang yaitu dari
pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun dengan
tangan kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan sebelum
menjadi kopi gelondong. Proses selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat
derajat yang bervariasi. Setelah penyangraian biji kopi digiling atau dihaluskan
menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat diminum.
Sejarah perkembangan kopi di Indonesia dimulai sejak abad ke 16. Saat itu
Indonesia masih dalam kekuasaan penjajah Belanda. Pada tahun 1696, India
mengirimkan bibit kopi Yemen atau Arabica kepada gubernur Belanda yang
berkuasa di Indonesia saat itu untuk dikembangkan di Indonesia khususnya di
Batavia. Akan tetapi sudah sejak zaman itu pula Kota Batavia atau Jakarta
sekarang ini rentan dengan musibah banjir. Sehingga pada saat itu, biji kopi yang
dikirim dari India tersebut mati karena adanya musibah banjir yang terjadi di Kota
Batavia. Namun setelah itu tetap dilakukan pengiriman bibit yang kedua dan
akhirnya tumbuh dengan baik. Akhirnya pada tahun 1711, hasil biji kopi tersebut
dikirim oleh Belanda ke Eropa. Dalam masa pengembangan 10 tahun lamanya,
ekspor kopi Indonesia telah meningkat sebanyak 60%. Indonesia pun kemudian
dikenal sebagai negara pengeskpor kopi terbesar di dunia setelah negara-negara
Arab dan Ethiopia.
x
Saat ini perkembangan kopi di Indonesia terus mengalami kemajuan yang cukup
signifikan. Beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbaik
dunia. Lampung dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia yang
memiliki jenis kopi robusta. Di Pulau Sumatera saja misalnya kita melihat banyak
jenis kopi berkualitas yang juga sudah dikenal hingga ke mancanegara seperti
misalnya kopi Sidikalang Sumatera Utara, kopi Mandailing dan kopi Gayo Aceh,
kopi Sumatera Selatan dan sebagainya. Di Jawa misalnya juga dikenal kopi
Malang yang mirip dengan yang ada di Lampung, kopi Bali dan masih banyak
lagi jenis kopi yang lainnya. Indonesia sebagai negara kepulauan nusantara
memiliki pesona rasa kopi nusantara yang sangat beragam dan rasanya pun
merupakan rasa yang berstandar kualitas ekspor.
Salah satu keistimewaan kopi yang ada di Indonesia seperti misalnya kopi
Sumatera adalah perawatan dan pengelolaanya dilakukan dengan sangat intensif
sehingga rasa dan aroma yang dihasilkan bisa lebih baik. Selain itu beberapa
daerah di Indonesia juga sudah mulai mengembangkan teknik budidaya tanaman
kopi secara organik. Karena saat ini jenis tanaman organik yang lebih sehat
ternyata lebih diminati oleh para pecinta kopi di tingkat dunia. Ini merupakan cara
yang dilakukan oleh para petani kopi Indonesia untuk mempertahankan daya jual
kopi Indonesia di tingkat dunia.
Dalam sejarah, kopi di Indonesia sudah melewati perjalanan panjang dari awal
masuk hingga tersebar di penjuru nusantara. Beberapa literatur tua dan artikel-
xi
artikel yang telah lebih dulu mengulas tentang sejarah masuknya kopi ke Bumi
Pertiwi menyebutkan bahwa pada tahun 1696 Pemerintah Belanda membawa kopi
dari Malabar, sebuah kota di India, ke Indonesia melalui Pulau Jawa.
Alur tersebut tertulis di salah satu arsip dari kongsi dagang/persekutuan dagang
dari Pemerintah Hindia Timur Belanda, yang lebih dikenal dengan
nama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Di tahun 1707, Gubernur Van
Hoorn mendistribusikan bibit kopi ke Batavia, Cirebon, kawasan Priangan serta
wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Tanaman baru ini akhirnya berhasil
dibudidayakan di Jawa sejak 1714-1715. Sekitar 9 tahun kemudian, produksi kopi
di Indonesia sudah begitu melimpah dan mampu mendominasi pasar dunia.
Bahkan pada saat itu jumlah ekspor kopi dari Jawa ke Eropa telah melebihi
jumlah ekspor kopi dari Mocha (Yaman) ke Eropa.
Tak hanya itu, jika kita menggunakan literatur sebagai salah satu sumber untuk
menyusuri alur sejarah kopi di Indonesia, kita pun dapat menemukan referensi
tentang perjalanan kopi di dalam “Serat Centhini; Tembangraras-Amongrogo”.
Dari karya sastra kuno fenomenal ini, kita akan menemukan implikasi yang
menunjukkan masuknya kopi ke Indonesia melalui Jatinegara, lalu tersebar ke
Tanah Priangan (Jawa Barat), hingga akhirnya penanaman kopi dapat ditemukan
di hampir seluruh wilayah Indonesia mulai dari Sumatera, seluruh pulau Jawa,
Bali, Sulawesi, Flores hingga Papua.
Jejak perkembangan tanaman kopi di tanah air terus berlanjut hingga bertahun-
tahun setelahnya. Eduard Doues Dekker turut mengulas mengenai tekanan yang
dialami oleh petani kopi dalam tulisannya, “Max Havelaar and the Coffee
Auctions of the Dutch Trading Company”. Karya Doues Dekker ini ikut berperan
dalam membantu mengubah opini publik tentang cultivate system.
xii
menjadi sentra produksi kopi terbesar di dunia. Bahkan saat ini, salah satu kota
yang berada di bagian utara dari Pulau Sumatera, tepatnya Dataran Tinggi Gayo
yang berada di Aceh meneguhkan posisinya sebagai sentra produksi kopi arabika
dengan areal lahan paling luas se-Asia.
Rentetan kronologis sejarah tersebut jika kita telusuri sedikit demi sedikit hingga
akhir abad 20 (1900-an) merupakan satu dasar kuat yang meletakkan Indonesia di
posisi saat ini di dunia internasional lewat produksi komoditas kopi. Indonesia
dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah
Brazil, Vietnam dan Kolombia, dan dikenal juga sebagai negara yang menjadi
referensi produksi kopi berkualitas baik.
Menurut anggara dan manini (2011), proses penggilingan biji kopi ini merupakan
salah satu penentu kualitas produknya. Penggilingan biji kopi bertujuan untuk
memperluas permukaan biji kopi. Dengan demikian, proses eksraksinya menjadi
lebih efisien dan cepat. Penggilingan yang baik akan menghasilkan cita rasa dan
aroma dan penampilan yang baik.
xiii
poros tersebut haruslah ada elemen lain sebagai alat untuk menstransmisikan
daya. Elemen mesin yang dimaksud tersebut yaitu:
1. Sabuk (belt)
2. Rantai (chain)
3. Roda gerak (runner)
4. Roda gigi (gear)
Dengan berbagai keunggulan yang disebut di atas, roda gigi tidak selalu di
pilih sebagai alat transmisi yang utama, karena ditinjau dari segi ketelitian,
pemeliharaan, pemasangan dan pembuatanya memerlukan tingkat ketelitian yang
lebih tinggi. Sehingga pemilihan suatu sistem untuk transmisi daya dan putaran
perlu ditinjau terlebih dahulu dari fungsi yang tepat sehingga lebih ekonomis dan
efisien.
Sistem pemindahan (transmisi) daya dan putaran dari suatu poros ke poros
yang lain yang dihasilkan oleh engine ( mesin ) secara umum terbagi dalam dua
kategori, yaitu :
a) Transmisi langsung, yaitu transmisi sebuah roda pada poros yang satu
menggerakkan roda pada poros yang lain secara kontak langsung.
xiv
b) Transmisi tidak lansung, yaitu transmisi yang menggunakan sabuk dan
rantai karena jarak yang jauh antara dua poros.
2.4.1. Poros
Menurut Sularso and Suga (2013) poros adalah bagian yang terpenting
dari setiap mesin. Hampir dari semua mesin meneruskan tenaga bersama dengan
putaran, peranan utama dalam transmisi seperti itu adalah poros. Poros yang
berfungsi dalam sistem transmisi ini dapat diklasifikasikan menurut jenis
pembebanannya, yakni sebagai berikut:
1. Poros transmisi, poros yang mengalami beban punter murni atau puntir dan
lentur.
xv
2. Spindel, poros transmisi yang relatif pendek dan beban utamanya berupa
puntiran.
3. Gandar, poros yang hanya menerima beban lentur saja, dipakai antara roda-
roda
kereta barang, dimana tidak mendapat beban puntir.
Sumber : http://wiliamsatria.blogspot.com/2012/12/perangkat-roda-kereta-
api.html
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros antara
lain:
1. Kekuatan Poros
xvi
terjadi pada poros seperti beban puntir, beban lentur, beban tarik kita dapat
menentukan kekuatan poros yang sesuai. Selain itu kita harus memerhatikan
faktor lainnya seperti kelelahan (fatigue), tumbukan, dan konsentrasi tegangan.
2. Kekakuan Poros
Kekakuan poros erat kaitannya dengan defleksi yang akan terjadi pada
poros. Defleksi yang besar akan menyebabkan getaran serta suara bising yang
dapat berakibat kegagalan pada poros. Untuk itu kita harus menyesuaikan
kekakuan pada poros dengan spesifikasi kerja yang kita inginkan.
4. Bahan Poros
5. Faktor Korosi
xvii
tersebut harus lebih tahan korosi jika dibandingkan dengan poros pada pompa
air tawar.
2.4.2. Pasak
Pemilihan jenis pasak tergantung pada besar kecilnya daya yang bekerja
dan kestabilan bagian-bagian yang disambung. Untuk daya yang kecil, antara naf
roda dan poros cukup diikat dengan baut tanam (set screw).
Bentuknya sama seperti rectangular sunk key, hanya saja lebar dan
tebalnya memiliki dimensi yang sama.
xviii
Pasak jenis ini biasanya digunakan pada poros dengan beban puntir yang
tidak terlalu besar. Pasak woodruff dipasang pada alur pasak yang berbentuk
setengah lingkaran yang terdapat pada permukaan poros dan alur yang
berbentuk persegi panjang yang terdapat pada lubang poros atau lubang hub
dari elemen mesin pasangannya.
Jenis pasak ini umum digunakan untuk mengikat hubungan antara naf roda
dengan poros.
xix
5. Pasak Poros Berbintang (Spline)
Pasak poros bintang mempunyai bentuk yang agak berbeda dengan pasak
lainnya. Pasak poros bintang yang sering juga disebut sebagai spline memiliki
bentuk gerigi atau alur-alur pada permukaan porosnya. Pasak poros bintang
dipasang dengan roda gigi atau elemen mesin lainnya yang mempunyai alur-
alur pada permukaan lubang porosnya. Dengan demikian poros pasak bintang
dan elemen mesin pasangannya akan terikat dan dapat berputar bersama-sama.
xx
2.5. Bantalan
a. Bantalan luncur, dimana pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros
dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian
yang berputar dengan elemen gelinding.
Kedua jenis bantalan juga dapat dibagi lagi berdasarkan arah beban yang
diterimanya, yaitu:
a. Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
b. Bantalan aksial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah sejajar poros.
Kerugian :
Tidak dapat dibawa kemana-mana
Tergantung keadaan listrik
xxi
Gambar. 2.10. Motor listrik
Sumber : ( Lit 2, 2016 )
Motor listrik ini berfungsi sebagai sumber energi (daya) mesin yang
ditransmisikan melalui pulley dan sabuk. Dimana untuk menggerakkan motor
penggerak tersebut diperlukan sumber arus listrik.
Jika P adalah daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan poros, maka berbagai
besar faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam suatu perencanaan.
xxii
BAB lll
DASAR-DASAR PERENCANAAN
1. Kekuatan poros
2. Putaran kritis
3. Korosi
4. Bahan poros
P = 200 W
1 W = 0,001 kW
xxiii
B) Daya perencanaan (𝑷𝒅 )
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 X 𝑃 (kW) ( 3.1 )
Dimana :
P = Daya (kW)
Jika diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan 0,001 untuk
mendapatkan daya kW.
jika momen puntir (disebut juga sebagai moment rencana) adalah T (kg.mm)
maka.
(𝑇/1000)(2𝜋𝑛1 /60)
𝑃𝑑 = 102
Karena adanya putaran poros input, maka momen puntir yang terjadi dapat
ditentukan,
𝑃
𝑇1 = 9,74 𝑥 105 𝑛𝑑 (𝑘𝑔. 𝑚𝑚) ( 3.2)
1
Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu beban poros 𝑑𝑠 (mm),
maka tegangangeser 𝜏 (kg/mm) yang terjadi adalah
xxiv
𝑇 5,1 𝑇
𝜏= 𝜋𝑑3
= ( 3.3 )
( 𝑠) 𝑑𝑠3
16
Dalam perencanaan poros ini, bahan yang dipilih adalah S30C dengan
kekuatan tarik ( 𝜎𝐵 = 48( 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 ), tabel 3.2
𝜎
𝜏𝑎 = 𝑆𝑓 𝐵𝑆𝑓 (𝑘𝑔/𝑚𝑚2 ) ( 3.4 )
1 2
Dimana :
𝑆𝑓1 = Faktor keamanan diambil 6,0 karena menggunakan bahan S-C sesuai
standar ASME.
xxv
𝑆𝑓2 = Faktor konsentrasi tegangan dan kekerasan permukaan diambil 2,0 karena
poros hanya diberi alur pasak
E) Diameter poros
Pada poros input, untuk menghitung diameter poros perlu ditinjau keadaan
momen puntir itu sendiri. Faktor koreksi yang diajukan oleh ASME juga di pakai
di sini. Faktor ini dinyatakan dengan 𝐾𝑡 dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan
secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, 1,5-3,0 jika beban
dikenakan dengan kejutan atau tumbukanbesar.
Diameter poros.
1
5.1 3
𝑑𝑠 = ( 𝜏 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇) ( 3.5 )
𝑎
Dimana :
xxvi
Tabel 3.2. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros.
S30C Penormalan 48
Baja karbon S35C “ 52
Konstruksi S40C “ 55
Mesin S45C “ 58
(JISG S50C “ 62
4501) S55C “ 66
xxvii
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang
memegang peranan cukup penting karena fungsi dan bantalan yaitu untuk
menumpu sabuah poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang
berlebihan. Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros atau elemen
mesin lainya bekerja dengan baik.
xxviii
6006 04ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 05ZZ 07VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6006Z 08VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 Z 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 07ZZ 10VV 50 80 16 1,5 1710 1430
08ZZ
6009Z
Z
10ZZ
6200 6200Z 6200VV 10 30 9 1 400 236
6201 Z 01VV 12 32 10 1 535 305
6202 01ZZ 02VV 15 35 11 1 600 360
6203 02ZZ 6203VV 17 40 12 1 750 460
6204 6203Z 04VV 20 47 14 1,5 100 635
6205 Z 05VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 04ZZ 6206VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 05ZZ 07VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 6206Z 08VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 Z 6209VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 07ZZ 10VV 50 90 20 2 2750 2100
08ZZ
6209Z
Z
10ZZ
6300 6300Z 6300VV 10 35 11 1 635 365
6301 Z 01VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 01ZZ 02VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 02ZZ 6303VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 6303Z 04VV 20 52 15 2 1250 785
6305 Z 05VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 04ZZ 6306VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 05ZZ 07VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 6306Z 08VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 Z 6309VV 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 07ZZ 10VV 50 110 27 3 4850 3650
08ZZ
6309Z
Z
10ZZ
Sumber : Sularso, K. Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta : Pradnya paramita, 1987 hal 143.
xxix
Berikut adalah perhitungan-perhitungan dalam perencanaan bantalan yaitu:
𝑇
𝐹𝑟 = 𝑟 ( 3.6 )
𝑚
Dimana :
𝑟𝑚 = jari-jari poros
T = tegangan puntir
𝑃𝑜 = 𝑋𝑜 𝐹𝑟 + 𝑌𝑜 𝐹𝑎 ( 3.7 )
Dimana :
𝐹𝑎 = gaya aksial (kg), untuk bantalan pendukung poros ini besarnya adalah nol
xxx
Tabel 3.4. Faktor-faktor V,X,Y, dan 𝑿𝒐 ,𝒀𝒐
33,3 1/3
𝑓𝑛 = [ ] ( 3.8 )
𝑛
Dimana :
𝐿ℎ 1/3
(𝑓ℎ ) = [ ] ( 3.9)
500
Dimana :
xxxi
e). Kapasitas normal dinamis spesifik (C) :
𝑓ℎ 𝑥𝑃𝑜
C= ( 3.10)
𝑓𝑛
Tabel 3.5. Jenis Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin Pada Poros dan Pasak
Standard dan Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan
Macam Panas Tarik
(𝒌𝒈/𝒎𝒎𝟐 )
Baja Karbon S30C Penormalan 48 -
Konstruksi S35C “ 52 -
Mesin S40C “ 55 -
(JIS 4501)
Batang baja S35C-D Penormalan 53 Ditarik
yang difinish S45C-D “ 60 dingin,
dingin S55C-D “ 72 digerinda,
dibubut
xxxii
3.4.2. Lebar dan Tinggi Pasak
xxxiii
BAB lV
DESAIN KOMPONEN – KOMPONEN UTAMA DAN KOMPONEN
PENDUKUNG
Dalam perencanaan ini, bahan poros yang digunakan adalah S30C dengan
kekuatan tarik ( 𝜎𝐵 = 48( 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 ).
Tabel 4.1. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros.
xxxiv
Daya (P) = 200 W dengan putaran (n) = 3000 rpm
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 𝑥 𝑃 (𝑘𝑊)
Momen puntir
𝑃𝑑
𝑇1 = 9,74 𝑥 105 (𝑘𝑔. 𝑚𝑚)
𝑛1
0,2
𝑇1 = 9,74 𝑥 105 = 64,93 (𝑘𝑔. 𝑚𝑚)
3000
𝜎
𝐵
𝜏𝑎 = 𝑆𝑓 .𝑆𝑓 (kg/𝑚𝑚2 )
1 2
48
𝜏𝑎 = 6 𝑥 2 = 4 kg/𝑚𝑚2
𝜎𝐵 = 4 kg/𝑚𝑚2 adalah kekuatan tarik untuk bahan poros S30C sesuai dengan
tabel 3.2.
Diameter poros
1/3
5,1
𝑑𝑠 = ( 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇)
𝜏𝑎
5,1 1/3
𝑑𝑠 = ( 4 1,5 𝑥 1,2 𝑥 64,93) = 11,14 𝑚𝑚 ≈ 12 mm
xxxv
Dimana :
𝐾𝑡 = 𝐾𝑡 dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi
sedikit kejutan atau tumbukan, 1,5-3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau
tumbukan besar. Jadi dalam perencanaan ini faktor koreksi momen puntir diambil
sebesar 1,5.
𝑇 = 64,93 yaitu nilai dari momen punter yang sudah dicari dengan rumus :
𝑃𝑑
𝑇1 = 9,74 𝑥 105 (𝑘𝑔. 𝑚𝑚)
𝑛1
Diameter poros diambil menurut standar poros dari tabel 3.3 yaitu 𝑑𝑠 = 12 𝑚𝑚.
( diameter poros disesuaikan juga dengan standar diameter bantalan )
𝑇 5,1 𝑇
𝜏= 𝜋𝑑3
= (kg/𝑚𝑚2 )
( 𝑠) 𝑑𝑠3
16
64,93
𝜏 = 5,1 = 0,191 kg/𝑚𝑚2
123
Oleh karena tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang
diizinkan yaitu : (𝜏<𝜏𝑎 ) : 0,191 kg/𝑚𝑚2 <4 kg/𝑚𝑚2 . Maka perencanaan poros
aman.
Tabel 4.2. Data hasil perencanaan poros didapatkan data sebagai berikut :
xxxvi
4.1.2. Perencanaan pasak
Pemilihan dimensi pasak yang akan dipakai berdasarkan tabel 4.2. diatas
yang disesuaikan dengan diameter poros. Terdapat 1 jenis pasak yang
direncanakan, untuk poros dengan diameter 12 mm. Maka berdasarkan tabel, lebar
dan tinggi pasak yaitu :
xxxvii
4.2. Perhitungan Komponen Pendukung
Berdasarkan tabel 3.3. nomor bantalan pada poros yang digunakan adalah 6001,
karena kapasitas nominal spesifik berpengaruh pada umur bantalan. Dengan
spesifikasi :
Pada poros
Jenis bantalan = Bantalan gelinding
Nomor bantalan = 6001
(D) Diameter luar bantalan = 28 mm
(d) Diameter dalam bantalan = 12 mm
(B) Lebar bantalan = 8 mm
(r) Jari bantalan = 0,5 mm
(C) Kapasitas nominal dinamis spesifik = 400 kg
(𝑐0 ) Kapasitas nominal statis = 229 kg
102 .𝑃
𝐹𝑡 =
𝑑
102 𝑥 0,2
= = 0,17 kg
12
𝐹𝑟 = 𝐹𝑡 tan 𝛼
𝐹𝑟 = 0,17 tan 20° = 0,61 kg
𝑃𝑜 = 𝑋𝑜 . 𝐹𝑟 + 𝑌𝑜 . 𝐹𝑎
= 0,6 x 0,61 + 0,5 x = 0,366 kg
xxxviii
33,3 1/3 33,3 1/3
𝑓𝑛 = [ ] =[3000] = 0,22
𝑛
𝒇𝒉 𝒙 𝑷 𝒐 3,1 𝑥 0,366
C= = = 5,15 kg
𝒇𝒏 0,22
xxxix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari desain ulang mesin penghancur biji kopi dengan kapasitas 2 kg yang
sudah saya buat dapat saya ambil kesimpulan. Bahwa bahan serta hasil dari pada
perencanaan ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Poros
2. Perencanaan Bantalan
Pada poros
Jenis bantalan = Bantalan gelinding
Nomor bantalan = 6001
(D) Diameter luar bantalan = 28 mm
(d) Diameter dalam bantalan = 12 mm
(B) Lebar bantalan = 8 mm
(r) Jari bantalan = 0,5 mm
(C) Kapasitas nominal dinamis spesifik = 400 kg
(𝑐0 ) Kapasitas nominal statis = 229 kg
xl
5.2. Saran
Dalam desain ulang agar dapat diperoleh suatu hasil yang mendekati sama dengan
aslinya perlu di tinjau beberapa faktor, antara lain :
Oleh karena itu di sarankan untuk para perencana selanjutnya agar lebih
memperhatikan faktor-faktor diatas, hal ini demi kesempurnaan dalam
merencanakan suatu perancangan.
xli
DAFTAR PUSTAKA
xlii