Anda di halaman 1dari 18

Nama: Irhamdi Firizqi

Nim: 11920711493

UPACARA PERKAWINAN DI KAMPUNG PULAU

KECAMATAN RENGAT RIAU

A. Pendahuluan
Provinsi Riau dikenal mayoritas masyarakatnya adalah suku bangsa
Melayu yang berasal dari Semenanjung Melayu. Kebudayaan Melayu yang
dimiliki telah berkembang sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan menemukan
keemasannya pada masa kerajaan-kerajaan Melayu di Provinsi Riau. Kebudayaan
Melayu ini terbagi dua yaitu kebudayaan Melayu Bangsawan dan kebudayaan
Melayu Rakyat. Keduanya sangat kental dengan nuansa Islam yang menjadi
kepercayaan mayoritas suku bangsa Melayu, (Giyarto 2009:35).

Orang Melayu mengaku identitas kepribadiannya yang utama adalah adat-


istiadat Melayu, bahasa Melayu, dan agama Islam. Desa Kampung Pulau
merupakan salah satu daerah yang letaknya di Kecamatan Rengat Kabupaten
Indragiri Hulu yang hampir seluruh masyarakatnya orang Melayu. Masyarakat
Kampung Pulau mayoritas beragama Islam, mereka menjunjung tinggi adat
istiadat Melayu dan menggunakan bahasa Melayu dalam kehidupan sehari-hari.
Upacara adat Melayu merupakan salah satu budaya yang hampir seluruh
kegiatannya berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan Melayu yang terdiri dari
musik, tari, bahasa, pakaian, dan tata cara pelaksanaannya.
Dari sekian banyak upacara adat dan keramaian lainnya dalam
masyarakat, yang akan dilihat adalah upacara perkawinan. Upacara adalah
kegiatan untuk rasa kebesaran atau melakukan kegiatan adat. Perkawinan adalah
ikatan lahir batin manusia untuk hidup bersama antara seorang pria dan seorang
wanita untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal, bahagia dan
sejahtera. Subekti mengemukakan pendapatnya tentang perkawinan adalah
pertalian yang sah antara laki-laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang
lama.
Perkawinan harus diikuti oleh nilai agama dan adat, karena itu nilai adalah
suatu aturan yang sudah diperoleh sejak dulu dan telah berakar dalam diri
manusia. Pelaksanaan upacara perkawinan di Kampung Pulau selalu menyajikan
musik tradisional yang namanya adalah Gebane. Menurut Banoe (2003:288)
musik merupakan cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke
dalam pola - pola yang dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia. Musik
tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan melodinya menggunakan
bahasa dan gaya daerah setempat. Hampir diseluruh wilayah Indonesia
mempunyai seni musik tradisional yang khas.
Gebane itu sendiri adalah nama alat musik. Termasuk dalam jenis alat
musik membranofon. Musik Gebane biasanya disajikan mengiringi nyanyian-
nyanyian berbahasa Arab yang bernuansa Islami. Kesenian Gebane sudah ada dari
zaman kerajaan Riau. Dahulunya gebane digunakan pada saat makan dan minum
serta untuk menyambut tamu-tamu kerajaan. Gebane merupakan ciri khas ke
Islaman oleh masyarakat Indragiri dan sampai saat ini masih digunakan dalam
upacara adat seperti upacara perkawinan, aqiqah, sunatan, zikir berdah, tari debus,
dan menyambut tamu atau orang “besar” datang.
Kesenian Gebane telah melekat dalam masyarakat. Setiap ada keramaian
misalnya pesta perkawinan, selalu diundang untuk melaksanakan pertunjukan
Gebane, karena orang yang melaksanakan upacara perkawinan diibaratkan
sebagai Raja sehari. Jika tidak ada pertunjukan kesenian Gebane pada upacara
perkawinan maka akan jadi bahan cemo’oh oleh masyarakat, mengapa kesenian
itu tidak ditampilkan.

Bentuk penyajian Gebane dalam upacara perkawinan di Kampung Pulau ada dua
yaitu posisi duduk di dalam ruangan atau di pentas dan prosesi arak- arakan
pengantin. Bentuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wujud yang
ditampilkan (tampak). Menurut Djelantik (1999:20-21) dalam semua jenis
kesenian, wujud dari apa yang ditampilkan dan dapat dinikmati oleh kita
mengandung dua unsur yang mendasar yaitu bentuk dan struktur. Adapun
penyajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penampilan (suatu
pertunjukan) pagelaran musik. Menurut Djelantik (1999:73) dengan penampilan
dimaksudkan cara penyajian, bagaimana kesenian itu disuguhkan kepada yang
menyaksikannya, penonton, para pengamat, pembaca, pendengar, khalayak ramai
pada umumnya.
Penampilan musik Gebane selalu hadir pada setiap rangkaian acara pesta
perkawinan masyarakat di Rengat khususnya di desa Kampung Pulau.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti dan
mendeskripsikan “Bentuk Penyajian Gebane dalam Upacara Perkawinan di
Kampung Pulau Kecamatan Rengat Riau”.

B. Pembahasan
Bentuk penyajian Gebane pada tata cara perkawinan meliputi: 1)
Berandam, 2) Khatam Al-Qur’an, 3) Cecah Inai, 4) Hari Langsung (Mengarak
pengantin dan bersanding).
1) Penyajian dalam Upacara Berandam
Berandam adalah kegiatan mencukur bulu roma bagian wajah, alis
dan tengkuk calon pengantin wanita dan calon pengantin pria. Upacara
Berandam diiringi dengan kesenian Gebane sebagai rasa syukur dan do’a
restu. Pemain Gebane terdiri dari 4 sampai 7 orang. Pukulan Gebane
dibunyikan secara serentak dan bersama-sama oleh pemain yang terdiri dari
ibu-ibu majelis taklim, mengiringi nyanyian berbahasa Arab dari kitab
Bezanggi (Al-Barzanji). Pemain Gebane dalam posisi duduk setengah
lingkaran menghadap calon pengantin di dalam ruangan. Kostum yang
digunakan adalah baju kurung melayu dengan stelan jilbab. Lagu yang
digunakan adalah Ushalli. Untuk lebih jelasnya adapun syair yang
dinyanyikan dan pola-pola pukulan Gebane pada upacara Berandam dapat
dilihat melalui transkrip di bawah ini:
Berikut adalah syair yang dinyanyikan dalam upacara Berandam.

Wa shalli wa sallim sayyidi kulla lamhaatin


Ngalal mushthafaa man bil mang’aa riji
ukrimaa Wanaa laa dunwwa laa yudhahaa wa
rifng’atam Wa bang’daakhtira qil jubbi lirabbi
kullamaa
*Lakalhamdu Yaa Rabbi Lakalhamdu Yaa Mauli
Lakalhamdu Yaa Hasbi ngalahaa dzi lilning’man
Wa sahaada maulaa luulng’a dzhiimu jalaaluh
Wa shalla ngalaihillaahi mananwasallaama

Wa arsaaluhu yadnguu bara yaa liqurbihi


Wa khasshaa shaha fil kauni ayya
taqaddama

*Lakalhamdu Yaa Rabbi Lakalhamdu Yaa Mauli


Lakalhamdu Yaa Hasbi ngalahaa dzi lilning’man
Waaalinwaashhaabinlaayuutsin dhawaa riyyin
Walaa siyyamaasshiddiiqu man qii hiyyimaa
Wanaaruu qihi ngusmaani tsummabni ngummihi
Waawlaa di liissaadaati tsumma manintamaa

*Lakalhamdu Yaa Rabbi Lakalhamdu Yaa Mauli


Lakalhamdu Yaa Hasbi ngalahaa dzi lilning’man
Waatbaa ngihi waannaahijiinaa sabiilahu
Maddaadah rumanhaba shabaa wa tanna
tsamaa Waatbaa ngihi waannaahijiinaa
sabiilahu Maddaadah rumanhaba shabaa wa
tanna tsamaa

*Lakalhamdu Yaa Rabbi Lakalhamdu Yaa Mauli


Lakalhamdu Yaa Hasbi ngalahaa dzi lilning’man
2) Penyajian dalam Acara Khatam Al-Qur’an
Penyajian Gebane dihadirkan setelah calon pengantin wanita
mengkhatamkan Al-Qur’an dan calon pengantin wanita juga ikut serta
menjadi pemain Gebane. Maknanya adalah calon pengantin wanita telah siap
untuk mengarungi kehidupan berumah tangga yang dibekali dengan
pengetahuan keagamaan. Pola pukulan Gebane dan syair yang digunakan
sama dengan pada waktu Upacara Berandam.

3) Cecah Inai
Pada waktu yang sama setelah khatam Al-Qur’an dan pertunjukan
Gebane, dilaksanakanlah akad nikah. Setelah sah sebagai suami istri barulah
mereka disandingkan di pelaminan dan melakukan acara Cecah Inai yang
diiringi dengan kesenian Gebane dengan pemain yang sama namun syair
yang digunakan adalah Annal. Untuk lebih jelasnya adapun syair yang
dinyanyikan dan pola-pola pukulan Gebane pada acara Cecah inai dapat
dilihat melalui transkrip di bawah ini:
Syair yang dinyanyikan dalam acara Cecah Inai.

Anaalmasnguulu bil baaqii


Ng’annud maani waasyaaqii
Wafiihi thaba tamdziiqii
Wais’ngaadii wa ikhraaqii
Nayaaqushaad’ is’ngadii
Wa yahbaabii wayaswaaqii

Laailaahaillallahu Yaahuu muhammad rasuulullaahi Yaa


huu Ilaikum haakadzaa ng’annii

Wakhallaunii wa
khallaaqii Laannii ng’abdu
hadranihi Waal ukhtaaruf
ng’itaaqii Wa inhum
auqaduu naara a Li’is
‘ngaaru wa ikhraaqii

Laailaahaillallahu Yaahuu muhammad rasuulullaahi Yaa


huu Sayat’fii naaruhum nuurun

Adhaa maa bainal anfaaqii


Laailaahaillallahu Yaahuu muhammad rasuulullaahi Yaa
huu

Wa haadzi annaa ru jannaatii


Wa ‘ngainassammaa tirann Yaa
qii

Laailaahaillallahu Yaahuu muhammad rasuulullaahi Yaa


huu Wa haadzi annaa ru jannaatii
Wa ‘ngainassammaa tirann Yaa qii
Laailaahaillallahu Yaahuu muhammad rasuulullaahi Yaa
huu

4) Hari Langsung (Mengarak Pengantin dan Bersanding)

Mengarak pengantin dari rumah pengantin pria menuju rumah pengantin


wanita. Penyajian Gebane dihadirkan sepanjang perjalanan. Pemain terdiri
dari bapak-bapak dan ibu-ibu. Pukulan Gebane dibunyikan secara bersama-
sama. Syair lagu yang dinyanyikan hanya bagian yang tertentu saja yang akan
dinyanyikan berulang-ulang hingga tiba di rumah pengantin wanita. Pukulan
Gebane pun diulang-ulang mengiringi syair lagu dan lebih bersemangat.
Kostum yang digunakan tetap sama yaitu baju kurung dengan stelan jilbab
untuk ibu-ibu, dengan stelan peci ditambah kain songket untuk bapak-bapak.
Setelah pengantin pria tiba dirumah pengantin wanita dan kedua
pengantin duduk disandingkan, pertunjukan Gebane hadir kembali untuk
menghibur kedua pengantin. Penyajian Gebane di dalam ruangan dihadapan
kedua mempelai yang duduk di pelaminan dengan pemain yang sama. Pola
pukulan Gebane dan syair yang digunakan sama dengan pada saat acara
Cecah Inai.

Dan Selain yang diatas, ada juga upacara adat melayu riau yaitu:

Prosesi upacara adat perkawinan Indragiri Hulu

1. Merisik-risik

Merisik-risik adalah awal suatu proses upacara pernikahan menurut adat


melayu Indragiri Hulu khususnya Rengat dan sekitarnya.Merisik-risik dilakukan oleh
seorang kerabat yang dipercaya oleh pihak orang tu si pemuda untuk melakukan
pendekatan kepada seseorang yang dipercaya kebenaran kata-katanya,tentunya yang
mengenal dan sangat dekat serta mengetahui hal ihwal si gadis itu dalam kesehariannya.
Dilakukan untuk mendapat informasi tentang bagaimana akhlak/sikap perilaku si gadis
yang akan dijodohkan dengan si pemuda.Apakah si gadis yang bersangkutan sudah
mempunyai calon suami atau belum.

2. Menjarum-menjarum

Menjarum-jarum adalah pertemuan silaturahmi antara pihak keluarga/ahli waris


sigadis,dalam pertemuan dimana disampaikan hajat dari pihak si pemuda untuk
mempersunting si gadis untuk dijadikan istri.Dalam pertemuan itu maksud yang
disampaikan oleh pihak pemuda belum langsung diterima atau ditolak,biasanya diminta
untuk menunggu selama lebih kurang seminggu ( masa bertangguh). Dalam waktu itu
pihak si gadis secara intern bermusyawarah mencari kesepakatan apakah maksud
keluarga si pemuda diterima atau ditolak.

3. Melamar

Jika pihak keluarga si gadis setuju dijodohkan dengan pemuda tersebut.Maka


diutus beberapa orang yang patut ke pihak orang tua si gadis untuk menyampaikan
lamaran.Setelah lamaran resmi diterima dalam suatu pertemuan maka dalam pertemuan
itu juga disepakati kapan waktunya diresmikan pertunangan(mengantar tanda).

4. Mengantar tanda

Ikatan pertunangan ditandai dengan memberikan sebentuk cincin emas dilengkapi


dengan tepak sirih,susunan sirih yang ditata pada sebuah tempat khusus yang dinamakan
sirih besar dan tambah dengan sepenggodok oleh pihak laki-laki kepada calon pengantin
perempuan tersebut. Penyerahan tanda pertunangan dilaksanakan dalam suatu upacara
yang disebut "mengantar tanda".

5. Menerima antaran ( kain kelambu dan uang belanja)

Upacara ini dilakukan dengan kegiatan :


1. Rombongan pihak laki-laki berangkat menuju rumah pihak perempuan dengan
membawa perlengkapan adat mengantar barang-barang : Sepotong kain untuk bahan
kelambu,benang,jarum tangan dan jarum mesin jahit, sejumlah uang belanja sesuai
kesepakatan, seperangkat pakaian dan perlengkapan pakaian untuk calon pengantin
perempuan.

2. Rombongan tiba di rumah pihak perempuan disambut oleh pihak perempuan kemudian
dilakukan serah terima kain kelambu,uang belanja dan barang bawaan lainnya yang
diawali saling menyorongkan tepak sirih.

6. Menggantung-gantung

Upacara menggantung-gantung dilaksanakan 2 hari-3 hari sebelum dilaksanakan


akad nikah,kegiatan ini berupa menghiasi rumah atau bangunan tempat acara akan
dilangsungkan seperti membuat pentas pelaminan,menggantung tabir,langit-langit,kamar
pengantin serta dekorasi seluruh ruangan rumah dan bagian lain yang ditentukan untuk
upacara perkawinan sesuai dengan ketentuan adat yang dipakai.

7. Mengukus (membuat tabak)

Sehari sebelum dilaksanakan acara berandam,terlebih dahulu dilakukan memasak


pulut yang disebut mengukus untuk membuat tabak.Tabak terbuat dari katu dan bambu
terdiri dari 5 tingkat (untuk Raja).Untuk orang kebanyakan/orang biasa tabak hanya 2-3
tingkat saja.

8. Berandam

Upacara berandam dilaksanakan sebelum pelaksaanaan Ijab Kabul/akad,berandam


dilaksanakanbpada pagi hari didepan tabak yang sudaah disiapkan.Berandam yaitu
mencukur bulu roma dibagian wajah dan tengkukpengantin perempuan.

9. Bertomat (khatam alqur'an)


Khatam Alqur'an dilakukan pada malam akad nikah setelah calon pengantin laki-
laki tiba dirumah calon pengantin perempuan. Khatam Alqur'an yang dilakukan oleh
calon pengantin perempuan didampingi oleh guru yang mengajarnya mengaji dan dua
orang teman sebaya.Mereka duduk diatas tilam didepan tabak dengan latar belakang
pentas pelaminan.Ayat-ayat yang dibaca yaitu surat dhuha sampai dengan surat Al-
fatihah.Kemudian dilanjutkan dengan memukul gebane.Dilanjutkan lagi dengan
pembacaan do'a sebagai penutup.

10. Akad nikah/ijab kabul

Akad nikah adalah acara sakral dan inti dari suatu upacara
perkawinan.Pelaksanaan akad nikah dipimpin oleh kadhi sebagai petugas pencatat
nikah.Sedangkan mengakadkan mengijabkabulkan pernikahan itu tidak jarang dilakukan
langsung orang tua dari calon pengantin perempuan itu sendiri.Kadhi bersama orang
tua/bapak calon pengantin perempuan terlebih dahulu menanyakan kepada calon
pengantin perempuan apakah ia setuju dinikahkan dengan calon pengantin laki-laki.
Urutan acara yang dilakukan adalah pembacaan khutbah nikah, pembacaan akad nikah,
penyerahan mahar/mas kawin oleh pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan dan
yang terakhir kedua pengantin menyembah kedua orant tua pengantin perempuan dan
keluarga-keluarga yang hadir.

11. Cecah inai

Setelah akad nikah dilaksanakan,kedua pengantin didudukkan dipelaminan untuk


menerima cecah inai dari ahli waris atau keluarga dan pemuka adat dalam jumlah
ganjil,yang pada hakikatnya pencecahan inai adalah do'a restu.Cecah inai diawali oleh
penguasa adat kemudian diteruskan oleh ahli waris dan keluarga terdekat dan pemuka
masyarakat.Kegiatan ini dilkukan dengan cara : Merenjiskan/menepukkan tepung tawar
pada kedua telapak tangan kedua pengantin. Setelah itu mencecahkan inai ketelapak
tangan kedua pengantin. Dan terakhir menaburkan beras kunyit kepada kedua pengantin

12. Berinai
Dalam adat istiadat melayu Indragiri Hulu khususnya rengat pada suatu upacara
pernikahan antara seorang pria dengan wanita dikenal dengan upacara malam
berinai.Acaraberinai dilaksanakan setelah akad nikah dan pengantin laki-laki dan
rombongan sudah pulang kerumahnya masing-masing.Berinai dilakukan dalm
bilik/kamar pengantin perempuan,boleh juga di ruangan diluar kamar. Dalam
pelaksanaan berinai ini pengantin perempuan berbaring (menelentang) ditempat yang
disediakan.Berinai dilaksanakan oleh mak andam.

13. Hari langsung / resepsi pernikahan

Upacara ini dilaksanakan dengan berzanji, hadrah maulud nabi dari pagi sampai siang
menjelang zuhurdi rumah pengantin perempuan. Sesudah shalat zuhur, kedua pengantin
(massing-masing dirumahnya) berdandan /berpakaian pengantin. Sementara pengantin
perempuan berdandan,rombongan penjemput berangkat menuju rumah pengantin laki-
laki.Rombongan penjemput terdiri atas beberapa orang orang tua laki-laki perempuan
beserta beberapa anak-anak remaja untuk membawa :Puan 1 buah,tepak 1 buah,Lilin
susun 8 buah,bungkusan 1 buah. Setelah rombongan penjemput tiba dirumah pengantin
laki-laki,lalu diberi jamuan teh.Setelah selesai jamuan minum,mempelai menyembah
kedua orang tuanya mohon restu untuk berangkat berarak bersama rombongan penjemput
denagn perlengkapan adat diiringi pukulan gebane sampai kediaman pengantin
perempuan.Pengantin laki-laki didampingi/diapit dua orang gading-gading,pembawa
payung,koper pakaian dan sebagianya. Dihalaman rumah pengantin perempuan,pengantin
laki-laki disambut dengan tarian pencak silat,pengantin laki-laki dan rombongan berdiri
menyaksikannya,sementara pengantin perempuan telah duduk di pelaminan menunggu
untuk disandingkan. Setelah pencak silat usia lalu pengantin dipersilahkan masuk ke
rumah diiringi shalawat nabi ditaburi beras kuning,pengantin menuju pelaminan melalui
hamparan kain panjang dan duduk bersanding dengan pengantin perempuan. Setelah
kedua pengantin duduk bersanding lalu dibacakan surat kapal/cendrawasih. Usai
pembacaan surat kapal mak andam menyalakan lilin-lilin tabak. Setelah lilin tabak
menyala dilanjutkan makan suap-suapan oleh kedua pengantin dipandu oleh mak andam.
Setelah pengantin makan suap-suapan,maka para tamu /undangan dipersilahkan makan
bersama.
14. Makan nasi hadap-hadapan

Acara makan nasi hadap-hadapan adalah salah satu rangkaian upacara pernikahan
menurut adat melayu Indragiri Hulu setelah hari langsung/pesta pernikahan.Pada
hakekatnya acara makan nasi hadap-hadapan merupakan forum pertemuan/silaturahmi
antara kedua orang tua kedua pengantin ,yang pada acara hari langsung siang hari
tersebut sesuai dengan adat melayun Indragiri kedua orang tua pengantin laki-laki tidak
hadir mengikuti rombongan danmenyaksikan putranya bersanding dengan pengantin
perempuan.

5. Pengantin laki-laki duduk sehidangan bersama bapaknya dan mertuanya,sedangkan ibu


dan ibu mertuanya dihidangkan lain.Yang ikut makan adalah : Pengantin laki-laki, kedua
orang tua pengantin laki-laki, kedua orang tua pengantin perempuan dan keluarga
terdekat.

15. Mandi dan main suruk-surukan

Setelah hari langsung (pada malam harinya setelah acara makan nasi hadap-
hadapan),diadakan upacara mandi.Kedua pengantin saling bersiram-siraman.Setelah
kedua pengantin mandi maka pengantin perempuan disurukkan diantara kumpulan ibu-
ibu dan nenek-nenek secara terselubung.Pengantin laki-laki disuruh mencari-cari yang
mana istrinya.Apabila terpegang yang bukan istrinya,maka ia harus mencari sampai
bertemu.Bilamana bertemu lalu digendong kekamar pengantin dan kedua pengantin
beristirahat.

16. Menagantar nasi

Pada kesokan harinya (lazimnya pada sore hari) pihak otang tua pengantin laki-
laki mengantar sehidangan nasi lengkap dengan lauk pauknya kerumah pengantin
perempuan yang diperuntukkan untuk kedua pengantin,biasanya 3 hari berturut-
turut.Yang terkandung dalam hal ini adalah pengantin laki-laki itu hanya berdiam
dirumah belum keluar rumah untuk mencari penghidupan,lagi pula masih ada rasa
sungkan untuk mencari makanan dirumah mertua selama dalam kurun waktu
tersebut.Oleh sebab itu pihak orang tua pengantin laki-laki mengambil perhatian untuk
anaknya tersebut.

17. Menyembah

Tiga atau empat hari setelah hari langsung dilaksanakan pula upacara
menyembah.Kedua pengantin dibawa kerumah pengantin laki-laki.Dirumah pengantin
laki-laki sudah disediakan tempat bersanding.Kedua pengantin bersanding diiringi
dengan pukulan gebane.Selesai disandingkan para hadirin disuguhkan santapan
malam,setelah itu kedua pengantin menyembah kedua orang tua penganrtin laki-laki dan
diikuti oleh para hadirin memberikan doa restu seraya memberikan bingkisan kepada
pengantin.

18. Berkunjung

Setelah dilaksanakan acara malam menyembah,maka pada keesokan harinya


kedua pengantin menginap/tidur dirumah orang tua laki-laki selama 2 malam 2 hari itu
kedua pengantin didampingi seorang perempuan melakukan kunjungan kerumah
keluarga penganitn laki-laki terdekat (datuk,nenek,dan paman-paman).Selesai sampai
berkunjung ke keluarga pihak laki-laki,kedua pengantin pulang kerumah pengantin
perempuan kembali menginap/tidur dirumah pengantin perempuan.Keesokan harinya
kedua pengantin melakukan kunjungan pula ke keluarga pihak pengantin perempuan.

Pada acara berkunjung ini selain mendapat do'a restu,kedua pengantin diberikan
pula bingkisan oleh keluarga yang dikunjungi.Beberapa makanan yang terkandung dalam
acara berkunjung antara lain :

1. Pengenalan diri kedua pengantin itu kepada ahli warisnya

2. Sebagai pengakuan bahwa pengantin laki-laki secara ikhlas mohon dapat diterima oleh
keluarga pengantin perempuan,demikian sebaliknya pengantin perempuan dapat diterima
oleh pihak pengantin laki-laki dengan segala kekurangan dan kelemahannya.
C. Simpulan dan Saran
Kesenian Gebane merupakan kesenian tradisional masyarakat Kampung
Pulau Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu-Riau dan merupakan ciri
khas ke Islaman oleh masyarakat Indragiri. Kesenian Gebane merupakan jenis
kesenian yang menggunakan alat musik Gebane mengiringi lagu yang syairnya
berasal dari kitab Bezanggi (Al-Barzanji). Bentuk penyajian Gebane dalam
upacara perkawinan di Kampung Pulau adalah berbentuk sajian musik ensambel
Gebane pada tata cara Berandam, Khatam Al-Qur’an, Cecah Inai, Hari Langsung
(Mengarak pengantin dan bersanding).
Pada prosesi, Berandam, Bekhatam dan Cecah inai disajikan dalam
bentuk melingkar atau setengah lingkaran dengan posisi duduk di dalam rumah
mempelai wanita, yang dimainkan oleh ibu-ibu majelis taklim. Khusus untuk
prosesi Arak-arakan dan Bersanding dimainkan oleh bapak-bapak. Syair lagu
yang dinyanyikan pada saat upacara Berandam, Bekhatam, dan Mengarak
Pengantin adalah Ushalli. Pada saat upacara Cecah Inai dan Bersanding syair lagu
yang digunakan adalah Annal. Adapun unsur-unsur yang terkait dalam bentuk
seni pertunjukan meliputi: pemain, kostum, lagu, alat musik, waktu dan tempat
pertunjukan serta penonton.
Mengingat pentingnya Kesenian Gebane bagi masyarakat Kampung
Pulau, hendaknya kesenian Gebane mendapat perhatian dari lembaga yang
berwenang. Dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional serta Departemen
Pariwisata dan Kesenian khususnya untuk menindak lanjuti penelitian ini.
Diharapkan kepada generasi muda di Kampung Pulau agar lebih
menyenangi kesenian mereka sendiri dan belajar memainkan Gebane tersebut,
sehingga dapat mewarisi kepada generasi penerusnya agar tidak punah. Serta
kepada pemerintah daerah agar memperhatikan kesenian yang ada di Kampung
Pulau Kecamatan Rengat agar dilestarikan lagi.
Daftar Rujukan

Azhar. Al, Mailiswin, Bahtaram IB, dkk. 2012. Upacara Adat Melayu Indragiri Hulu.
Indragiri : Dinas Pemuda dan Pariwisata Kabupaten Indragiri Hulu.

Balai Pustaka, 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Banoe , Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta : Kanisius.

Djelantik, A.AM. 1999. ESTETIKA Sebuah Pengantar. Bandung. Masyarakat Seni


Pertunjukan Indonesia.

Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Inderagiri Hulu. 2012.
Ragam Budaya Indragiri Hulu. Indragiri: Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan
Pariwisata.

Giyarto. 2009. Selayang Pandang Riau. Klaten: Intan Parawira.

Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosda


Karya.

Soedarsono, M. R. 2003. Seni Pertunjukan. Yogyakarta. Gadjah Mada University


Press.

Anda mungkin juga menyukai