Nim: 11920711493
A. Pendahuluan
Provinsi Riau dikenal mayoritas masyarakatnya adalah suku bangsa
Melayu yang berasal dari Semenanjung Melayu. Kebudayaan Melayu yang
dimiliki telah berkembang sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan menemukan
keemasannya pada masa kerajaan-kerajaan Melayu di Provinsi Riau. Kebudayaan
Melayu ini terbagi dua yaitu kebudayaan Melayu Bangsawan dan kebudayaan
Melayu Rakyat. Keduanya sangat kental dengan nuansa Islam yang menjadi
kepercayaan mayoritas suku bangsa Melayu, (Giyarto 2009:35).
Bentuk penyajian Gebane dalam upacara perkawinan di Kampung Pulau ada dua
yaitu posisi duduk di dalam ruangan atau di pentas dan prosesi arak- arakan
pengantin. Bentuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wujud yang
ditampilkan (tampak). Menurut Djelantik (1999:20-21) dalam semua jenis
kesenian, wujud dari apa yang ditampilkan dan dapat dinikmati oleh kita
mengandung dua unsur yang mendasar yaitu bentuk dan struktur. Adapun
penyajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penampilan (suatu
pertunjukan) pagelaran musik. Menurut Djelantik (1999:73) dengan penampilan
dimaksudkan cara penyajian, bagaimana kesenian itu disuguhkan kepada yang
menyaksikannya, penonton, para pengamat, pembaca, pendengar, khalayak ramai
pada umumnya.
Penampilan musik Gebane selalu hadir pada setiap rangkaian acara pesta
perkawinan masyarakat di Rengat khususnya di desa Kampung Pulau.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti dan
mendeskripsikan “Bentuk Penyajian Gebane dalam Upacara Perkawinan di
Kampung Pulau Kecamatan Rengat Riau”.
B. Pembahasan
Bentuk penyajian Gebane pada tata cara perkawinan meliputi: 1)
Berandam, 2) Khatam Al-Qur’an, 3) Cecah Inai, 4) Hari Langsung (Mengarak
pengantin dan bersanding).
1) Penyajian dalam Upacara Berandam
Berandam adalah kegiatan mencukur bulu roma bagian wajah, alis
dan tengkuk calon pengantin wanita dan calon pengantin pria. Upacara
Berandam diiringi dengan kesenian Gebane sebagai rasa syukur dan do’a
restu. Pemain Gebane terdiri dari 4 sampai 7 orang. Pukulan Gebane
dibunyikan secara serentak dan bersama-sama oleh pemain yang terdiri dari
ibu-ibu majelis taklim, mengiringi nyanyian berbahasa Arab dari kitab
Bezanggi (Al-Barzanji). Pemain Gebane dalam posisi duduk setengah
lingkaran menghadap calon pengantin di dalam ruangan. Kostum yang
digunakan adalah baju kurung melayu dengan stelan jilbab. Lagu yang
digunakan adalah Ushalli. Untuk lebih jelasnya adapun syair yang
dinyanyikan dan pola-pola pukulan Gebane pada upacara Berandam dapat
dilihat melalui transkrip di bawah ini:
Berikut adalah syair yang dinyanyikan dalam upacara Berandam.
3) Cecah Inai
Pada waktu yang sama setelah khatam Al-Qur’an dan pertunjukan
Gebane, dilaksanakanlah akad nikah. Setelah sah sebagai suami istri barulah
mereka disandingkan di pelaminan dan melakukan acara Cecah Inai yang
diiringi dengan kesenian Gebane dengan pemain yang sama namun syair
yang digunakan adalah Annal. Untuk lebih jelasnya adapun syair yang
dinyanyikan dan pola-pola pukulan Gebane pada acara Cecah inai dapat
dilihat melalui transkrip di bawah ini:
Syair yang dinyanyikan dalam acara Cecah Inai.
Wakhallaunii wa
khallaaqii Laannii ng’abdu
hadranihi Waal ukhtaaruf
ng’itaaqii Wa inhum
auqaduu naara a Li’is
‘ngaaru wa ikhraaqii
Dan Selain yang diatas, ada juga upacara adat melayu riau yaitu:
1. Merisik-risik
2. Menjarum-menjarum
3. Melamar
4. Mengantar tanda
2. Rombongan tiba di rumah pihak perempuan disambut oleh pihak perempuan kemudian
dilakukan serah terima kain kelambu,uang belanja dan barang bawaan lainnya yang
diawali saling menyorongkan tepak sirih.
6. Menggantung-gantung
8. Berandam
Akad nikah adalah acara sakral dan inti dari suatu upacara
perkawinan.Pelaksanaan akad nikah dipimpin oleh kadhi sebagai petugas pencatat
nikah.Sedangkan mengakadkan mengijabkabulkan pernikahan itu tidak jarang dilakukan
langsung orang tua dari calon pengantin perempuan itu sendiri.Kadhi bersama orang
tua/bapak calon pengantin perempuan terlebih dahulu menanyakan kepada calon
pengantin perempuan apakah ia setuju dinikahkan dengan calon pengantin laki-laki.
Urutan acara yang dilakukan adalah pembacaan khutbah nikah, pembacaan akad nikah,
penyerahan mahar/mas kawin oleh pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan dan
yang terakhir kedua pengantin menyembah kedua orant tua pengantin perempuan dan
keluarga-keluarga yang hadir.
12. Berinai
Dalam adat istiadat melayu Indragiri Hulu khususnya rengat pada suatu upacara
pernikahan antara seorang pria dengan wanita dikenal dengan upacara malam
berinai.Acaraberinai dilaksanakan setelah akad nikah dan pengantin laki-laki dan
rombongan sudah pulang kerumahnya masing-masing.Berinai dilakukan dalm
bilik/kamar pengantin perempuan,boleh juga di ruangan diluar kamar. Dalam
pelaksanaan berinai ini pengantin perempuan berbaring (menelentang) ditempat yang
disediakan.Berinai dilaksanakan oleh mak andam.
Upacara ini dilaksanakan dengan berzanji, hadrah maulud nabi dari pagi sampai siang
menjelang zuhurdi rumah pengantin perempuan. Sesudah shalat zuhur, kedua pengantin
(massing-masing dirumahnya) berdandan /berpakaian pengantin. Sementara pengantin
perempuan berdandan,rombongan penjemput berangkat menuju rumah pengantin laki-
laki.Rombongan penjemput terdiri atas beberapa orang orang tua laki-laki perempuan
beserta beberapa anak-anak remaja untuk membawa :Puan 1 buah,tepak 1 buah,Lilin
susun 8 buah,bungkusan 1 buah. Setelah rombongan penjemput tiba dirumah pengantin
laki-laki,lalu diberi jamuan teh.Setelah selesai jamuan minum,mempelai menyembah
kedua orang tuanya mohon restu untuk berangkat berarak bersama rombongan penjemput
denagn perlengkapan adat diiringi pukulan gebane sampai kediaman pengantin
perempuan.Pengantin laki-laki didampingi/diapit dua orang gading-gading,pembawa
payung,koper pakaian dan sebagianya. Dihalaman rumah pengantin perempuan,pengantin
laki-laki disambut dengan tarian pencak silat,pengantin laki-laki dan rombongan berdiri
menyaksikannya,sementara pengantin perempuan telah duduk di pelaminan menunggu
untuk disandingkan. Setelah pencak silat usia lalu pengantin dipersilahkan masuk ke
rumah diiringi shalawat nabi ditaburi beras kuning,pengantin menuju pelaminan melalui
hamparan kain panjang dan duduk bersanding dengan pengantin perempuan. Setelah
kedua pengantin duduk bersanding lalu dibacakan surat kapal/cendrawasih. Usai
pembacaan surat kapal mak andam menyalakan lilin-lilin tabak. Setelah lilin tabak
menyala dilanjutkan makan suap-suapan oleh kedua pengantin dipandu oleh mak andam.
Setelah pengantin makan suap-suapan,maka para tamu /undangan dipersilahkan makan
bersama.
14. Makan nasi hadap-hadapan
Acara makan nasi hadap-hadapan adalah salah satu rangkaian upacara pernikahan
menurut adat melayu Indragiri Hulu setelah hari langsung/pesta pernikahan.Pada
hakekatnya acara makan nasi hadap-hadapan merupakan forum pertemuan/silaturahmi
antara kedua orang tua kedua pengantin ,yang pada acara hari langsung siang hari
tersebut sesuai dengan adat melayun Indragiri kedua orang tua pengantin laki-laki tidak
hadir mengikuti rombongan danmenyaksikan putranya bersanding dengan pengantin
perempuan.
Setelah hari langsung (pada malam harinya setelah acara makan nasi hadap-
hadapan),diadakan upacara mandi.Kedua pengantin saling bersiram-siraman.Setelah
kedua pengantin mandi maka pengantin perempuan disurukkan diantara kumpulan ibu-
ibu dan nenek-nenek secara terselubung.Pengantin laki-laki disuruh mencari-cari yang
mana istrinya.Apabila terpegang yang bukan istrinya,maka ia harus mencari sampai
bertemu.Bilamana bertemu lalu digendong kekamar pengantin dan kedua pengantin
beristirahat.
Pada kesokan harinya (lazimnya pada sore hari) pihak otang tua pengantin laki-
laki mengantar sehidangan nasi lengkap dengan lauk pauknya kerumah pengantin
perempuan yang diperuntukkan untuk kedua pengantin,biasanya 3 hari berturut-
turut.Yang terkandung dalam hal ini adalah pengantin laki-laki itu hanya berdiam
dirumah belum keluar rumah untuk mencari penghidupan,lagi pula masih ada rasa
sungkan untuk mencari makanan dirumah mertua selama dalam kurun waktu
tersebut.Oleh sebab itu pihak orang tua pengantin laki-laki mengambil perhatian untuk
anaknya tersebut.
17. Menyembah
Tiga atau empat hari setelah hari langsung dilaksanakan pula upacara
menyembah.Kedua pengantin dibawa kerumah pengantin laki-laki.Dirumah pengantin
laki-laki sudah disediakan tempat bersanding.Kedua pengantin bersanding diiringi
dengan pukulan gebane.Selesai disandingkan para hadirin disuguhkan santapan
malam,setelah itu kedua pengantin menyembah kedua orang tua penganrtin laki-laki dan
diikuti oleh para hadirin memberikan doa restu seraya memberikan bingkisan kepada
pengantin.
18. Berkunjung
Pada acara berkunjung ini selain mendapat do'a restu,kedua pengantin diberikan
pula bingkisan oleh keluarga yang dikunjungi.Beberapa makanan yang terkandung dalam
acara berkunjung antara lain :
2. Sebagai pengakuan bahwa pengantin laki-laki secara ikhlas mohon dapat diterima oleh
keluarga pengantin perempuan,demikian sebaliknya pengantin perempuan dapat diterima
oleh pihak pengantin laki-laki dengan segala kekurangan dan kelemahannya.
C. Simpulan dan Saran
Kesenian Gebane merupakan kesenian tradisional masyarakat Kampung
Pulau Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu-Riau dan merupakan ciri
khas ke Islaman oleh masyarakat Indragiri. Kesenian Gebane merupakan jenis
kesenian yang menggunakan alat musik Gebane mengiringi lagu yang syairnya
berasal dari kitab Bezanggi (Al-Barzanji). Bentuk penyajian Gebane dalam
upacara perkawinan di Kampung Pulau adalah berbentuk sajian musik ensambel
Gebane pada tata cara Berandam, Khatam Al-Qur’an, Cecah Inai, Hari Langsung
(Mengarak pengantin dan bersanding).
Pada prosesi, Berandam, Bekhatam dan Cecah inai disajikan dalam
bentuk melingkar atau setengah lingkaran dengan posisi duduk di dalam rumah
mempelai wanita, yang dimainkan oleh ibu-ibu majelis taklim. Khusus untuk
prosesi Arak-arakan dan Bersanding dimainkan oleh bapak-bapak. Syair lagu
yang dinyanyikan pada saat upacara Berandam, Bekhatam, dan Mengarak
Pengantin adalah Ushalli. Pada saat upacara Cecah Inai dan Bersanding syair lagu
yang digunakan adalah Annal. Adapun unsur-unsur yang terkait dalam bentuk
seni pertunjukan meliputi: pemain, kostum, lagu, alat musik, waktu dan tempat
pertunjukan serta penonton.
Mengingat pentingnya Kesenian Gebane bagi masyarakat Kampung
Pulau, hendaknya kesenian Gebane mendapat perhatian dari lembaga yang
berwenang. Dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional serta Departemen
Pariwisata dan Kesenian khususnya untuk menindak lanjuti penelitian ini.
Diharapkan kepada generasi muda di Kampung Pulau agar lebih
menyenangi kesenian mereka sendiri dan belajar memainkan Gebane tersebut,
sehingga dapat mewarisi kepada generasi penerusnya agar tidak punah. Serta
kepada pemerintah daerah agar memperhatikan kesenian yang ada di Kampung
Pulau Kecamatan Rengat agar dilestarikan lagi.
Daftar Rujukan
Azhar. Al, Mailiswin, Bahtaram IB, dkk. 2012. Upacara Adat Melayu Indragiri Hulu.
Indragiri : Dinas Pemuda dan Pariwisata Kabupaten Indragiri Hulu.
Balai Pustaka, 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Inderagiri Hulu. 2012.
Ragam Budaya Indragiri Hulu. Indragiri: Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan
Pariwisata.