Anda di halaman 1dari 22

PEMERIKSAAN KADAR GULA DALAM DARAH

LANDASAN TEORI
Gula merupakan salah satu sumber karbohidrat terpenting. Salah satu bentuk gula
sederhana atau monosakarida yang sering dikonsumsi adalah glukosa. Banyak sekali jenis
makanan yang mengandung glukosa, bukan hanya sebagai pemberi rasa manis, tetapi glukosa
juga sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Kadar glukosa
dalam darah umumnya berada pada batas 72 – 144 mg/dL. Saat mengonsumsi karbohidrat,
glukosa darah akan meningkat sementara dan biasanya pada pagi hari berada pada level
terendah (Mufti T H, 2015). Kadar normal glukosa darah dipertahankan oleh hormon
metabolisme, salah satunya adalah insulin yang disekresikan oleh pankreas. Regulasi kadar
glukosa darah oleh insulin yang terganggu dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa
darah yang terlalu tinggi dan biasanya akan berujung menjadi suatu penyakit metabolik yaitu
Diabetes Mellitus (DM).

Kadar gula darah merupakan suatu parameter yang menunjukkan kondisi hiperglikemia
ataupun hipoglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan atau kondisi kadar gula darah
(glukosa) dalam darah tinggi, sedangkan hipoglikemia menunjukkan keadaan kadar gula
darah rendah. Penyebab terjadinya hiperglikemia adalah adanya defisiensi insulin. Dalam
keadaan hiperglikemia, kapasitas sekresi insulin menjadi lemah sehingga produksi insulin
semakin berkurang. Menurut World Health Organization (WHO) dalam kondisi
hiperglikemia kadar gula darah memiliki rentang nilai antara 100-126 mg/dL dan termasuk
kedalam keadaan toleransi abnormal glukosa. Keadaan hiperglikemia dapat menjadi suatu
kondisi diabetes apabila tidak terjadi penurunan kadar gula darah dalam beberapa kali
pengecekan. Hiperglikemia merupakan suatu kondisi medis yang ditunjukkan dengan
peningkatan kadar gula darah melebihi batas normal. Kondisi hiperglikemia pada masa kritis
memiliki resiko kematian yang tinggi dan efek negatif antara lain gagal jantung, stroke, dan
gangguan atau gagal fungsi organ lainnya. Hiperglikemia yang berkepanjangan juga menjadi
suatu tanda khas penyakit diabetes melitus.(PERKENI, 2015).
ALAT DAN BAHAN
 Test strip chip
 Multicheck meter
 Alkohol
 Kapas
 Lancet / jarum
 Puncture (Autoclick Launching Device)

CARA KERJA / METODE PEMERIKSAAN

1. Cuci tangan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi dengan alat yang ada
2. Keluarkan test strip dan chip gula darah dari dalam botol (test strip dan chip gula darah
biasanya berwarna hijau)
3. Siapkan alat multicheck meter dan alat penusuk (Autoclick Launching Device)
4. Siapkan jarum penusuk yang masih baru dan steril, kemudian masukkan kedalam alat
penusuk. (perlu di perhatikan bahwa jarum penusuk hanya bisa digunakan sekali pakai
saja)
5. Tarik bagian belakang alat penusuk agar proses auto click jarum bisa berjalan sempurna
6. Pasang chip gula darah dan test strip pada alat multicheck meter
7. Buka tutup botol alkohol dan basahi kapas secukupnya dengan alkohol
8. Pilih ujung jari yang akan ditusuk sebaiknya jangan menggunakan ibu jari dan
kelingking, lalu bersihkan ujung jari menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan
alkohol
9. Tusuk jari menggunakan Autoclick Launching Device, lalu tunggu sampai jari
mengeluarkan darah dengan menekan jari
10. Basahi test strip dengan darah anda pada ujungnya, setelah itu alat pengukur akan bekerja
dengan ditandai munculnya hitungan waktu sampai menunjukkan hasil dari pengukuran.
Sambil menunggu hasil bersihkan jari yang ditusuk tadi menggunaka kapas alkohol
11. Setelah hitungan waktu mundur selesai angka yang menunjukkan kadar gula darah total
dalam diri anda akan muncul.
INTERPRETASI HASIL

Pada contoh kali ini hasil tes gula darah menunjukkan angka 92 dan berdasarkan table bahwa
kadar gula darah 92 temasuk dalam kategori ideal.

KESIMPULAN
Kadar glukosa dalam darah umumnya berada pada batas 72 – 144 mg/dL . Kadar gula
darah merupakan suatu parameter yang menunjukkan kondisi hiperglikemia ataupun
hipoglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan atau kondisi kadar gula darah (glukosa)
dalam darah tinggi, sedangkan hipoglikemia menunjukkan keadaan kadar gula darah rendah.
Penyebab terjadinya hiperglikemia adalah adanya defisiensi insulin.
DAFTAR PUSTAKA
Mufti, T., Dananjaya, R. dan Yuniarti, L. 2015. Perbandingan Peningkatan Kadar Glukosa Darah
Setelah Pemberian Madu, Gula Putih, dan Gula Merah Pada Orang Dewasa Muda yang
Berpuasa. Prosding Pendidikan Dokter. pp. 69– 75.
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, PERKENI,
Jakarta.

Dosen Pengampu Mahasiswi

YULINA DWI HASTUTY, S.Kep, M.BioMed LANI AFRIANI POHAN


Nip. 19780701 2000 03 2001 Nim. P07524421022
KOMPRES PANAS DAN DINGIN

LANDASAN TEORI
Kompres dibedakan menjadi dua yaitu kompres hangat dan dingin (Sulistyo 2013:85).
Pemberian kompres hangat dapat dilakukan pada area pembuluh darah besar, tujuan kompres
hangat adalah memberikan rangsangan pada hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh.
Hipotalamus akan memberikan sinyal hangat yang selanjutnya menuju hipotalamus untuk
merangsang area preoptik sehingga agar sistem efektor dapat dikeluarkan. Setelah sistem
efektor mengeluarkan sinyal, maka pengeluarn panas tubuh akan melakukan dilatasi
pembuluh darah perifer dan seseorang mengeluarkan keringat (Potter & Anne Griffin Perry,
2011)

Sedangkan kompres dingin merangsang vasokonstriksi dan shivering sehingga


pembuluh darah menjadi lebar dan keadaan suhu tubuh menjadi normal. Selain itu proses
normalnya suhu tubuh karena pemberian kompres dingin terjadi karena adanya penangkapan
sinyal oleh hypothalamus melalui sumsum tulang sehingga tubuh mencapai normal (Susanti,
2012). Penelitian Kurniawan (2018) mengenai kompres dingin didapatkan hasil bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kompres dingin terhadap suhu tubuh pasien sepsis
dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr Kariadi Semarang.

Kompres hangat adalah Tindakan yang dilakukan dengan memberikan cairan hangat
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi rasa nyeri, atau mencegah terjadinya
spasme otot, dan memberikan rasa hangat, dengan tujuan untuk memperlancar sirkulasi
darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri (Uliyah & Hidayah 2008, dalam jurnal Fajriyah
dan Winarsih, 2013). Kompres hangat merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh
yang memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri (Andormoyo,
2013).
ALAT DAN BAHAN
-1 baki dan pengalas
-1 kain kompres / washlap
-1 baskom berisi air dingin dan air hangat
-1 handuk kecil kering

CARA KERJA / METODE PEMERIKSAAN

Kompres Dingin :
1. Melakukan tahap pengkajian
2. Melakukan tahap prainteraksi
3. Melakukan cuci tangan enam Langkah
4. Melakukan tahapan orientasi kepada pasien dan memberitahukan tujuan dan
persetujuan Tindakan
5. Menggunakan APD
6. Basahi kain kompres atau washlap pada baskom yang berisi air dingin, kemudian
peras washlap
7. Setelah itu letakkan kain washlap pada daerah tubuh pasien yang terdapat memar atau
rasa sakit, lalu timpa Kembali washlap dengan satu kain kering tunggu hingga 5-10
menit. Lakukan berulang kali jika kain kompres sudah dirasa tidak dingin lagi
8. Lakukan Tindakan tersebut berulang kali sampai pasien sudah merasa nyerinya
berkurang

Kompres Hangat :

1. Melakukan tahap pengkajian


2. Melakukan tahap prainteraksi
3. Melakukan cuci tangan enam Langkah
4. Melakukan tahapan orientasi kepada pasien dan memberitahukan tujuan dan
persetujuan Tindakan
5. Menggunakan APD
6. Basahi kain kompres atau washlap pada baskom yang berisi air hangat yang suhunya
kira-kira 40℃, kemudian peras washlap
7. Setelah itu letakkan kain washlap pada daerah tubuh pasien seperti dahi, lalu timpa
Kembali washlap dengan satu kain kering tunggu hingga 5-10 menit. Lakukan
berulang kali jika kain kompres sudah dirasa tidak hangat lagi
8. Lakukan Tindakan tersebut berulang kali sampai pasien sudah merasa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Andormoyo, Sulityo. (2013) Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :Ar= Ruzz Media
Kurniawan, T. (2018). Kompres dingin dan aliran udara dingin menurunkan suhu tubuh pada pasien
sepsis dengan hipertermi di ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Nuniek Nizmah Fajriyah, Aida Tyas Kartika Sani, Winarsih. (2013). Efektifitas Kompres Hangat
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Gout. Vol V, No 2, September.
Potter, P. A., & Anne Griffin Perry. (2011). Fundamental Keperawatan (7th ed.). Elsevier
Sulistyo, A. 2013. Konsep & Proses keperawatan Nyeri.Yogyakarta : Ar- Ruzz Media.
Susanti, N. (2012). Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat Pada Penataleksanaan Demam. Sainstis,
1(1), 55–64.
Referensi video : https://youtu.be/ovsyTdCA6MU

Dosen Pengampu Mahasiswi

YULINA DWI HASTUTY, S.Kep, M.BioMed LANI AFRIANI POHAN


Nip. 19780701 2000 03 2001 Nim. P07524421022
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

LANDASAN TEORI
Tekanan darah adalah daya yang di perlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh manusia. Darah dengan lancar
beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta zat lain
yang di perlukan untuk kehidupan sel-sel di dalam tubuh (Moniaga, 2012).

Menurut Gunawan (2007) dalam Suri (2017) istilah “tekanan darah” berarti tekanan
pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di
bedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik
adalah tekanan darah ketika menguncup (kontraksi) sedangkan, tekanan darah diastolik
adalah tekanan darah ketika mengendor kembali (rileksasi).

Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Bayi dan anak-anak secara normal
memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan usia dewasa. Tekanan darah juga
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika sedang beristirahat (Sutanto, 2010).

ALAT DAN BAHAN

- Stetoskop
- Sphygmomanometer

CARA KERJA / METODE PEMERIKSAAN

1. Pasien yang diperiksa boleh memilih posisi duduk atau berbaring


2. Selanjutnya tensimeter dikaitkan pada salah satu lengan atas atau dua jari diatas
lipatan siku
3. Kemudia stetoskop diletakkan di arteri bronhialis yang berada pada lipatan siku
4. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan tensimeter dinaikkan dengan cara
memompa sampai sekitar 140 mmHg. Jika pasien terdapat riwayat hipertensi maka
sampai 160 mmHg atau sampai jarum terlihat tidak bergerak sesaat
5. Setelah dirasa jarum pada tensimeter sudah tidak bergerak lagi tekanan pada
tensimeter pelan-pelan diturunkan berlawanan dengan arah jarum jam
6. Pada saat denyut nadi mulai terdengar maka dibaca tekanan yang terlihat pada jarum
tensimeter atau nama lainnya sistol (bunyi denyut nadi yang kuat yang pertama kali
terdengar)
7. Tetap turunkan tekanan sampai terdengar bunyi diastole atau bunyi nadi yang terakhir
yang paling kuat
8. Dan didapatlah hasil dari tekanan darah pasien

INTERPRETASI HASIL

Didapat hasil dari tekanan darah pasien yaitu 110/80 mmHg dimana tekanan sistolnya yaitu
110 mmHg dan tekanan diastolnya 80 mmHg dan dapat disimpulkan tekanan darah pasien
yaitu normal.

KESIMPULAN
Tekanan darah adalah suatu kekuatan yang dihasilkan darah terhadap setiap luas dinding
pembuluh darah. Tekanan darah maksimal (systole) adalah tekanan pada dinding arteri pada
saat ventrikel memompa darah melalui kutub aorta. Pada saat ventrikel rileks, darah yang
tetap dalam arteri menimbulkan tekanan minimum (diastolic).

Nilai normal tekanan darah ( fundamental of nursing) :

- Bayi : 65 – 115/42 – 80mmHg


- 7 tahun : 87 – 117/48 – 64 mmHg
- 10 -19 tahun : 124 – 136/77 – 84mmHg
- Dewasa : 120/80mmHg
- Usila : 140 – 160/80 – 90mmHg

DAFTAR PUSTAKA

Moniaga, V. dan Pangemanan, D. H. C. (2012) “Pengaruh senam bugar lansia terhadap tekanan
darah penderita hipertensi di bplu senja cerah paniki bawah hal. 1–6. Manado : Universitas
Samratulangi Manado.

Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolestrol,
dan Diabetes. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Referensi video : https://youtu.be/6Vw2uWMZly0

Dosen Pengampu Mahasiswi


YULINA DWI HASTUTY, S.Kep, M.BioMed LANI AFRIANI POHAN
Nip. 19780701 2000 03 2001 Nim. P07524421022

PENGUKURAN SUHU TUBUH

LANDASAN TEORI

Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan menggunakan termometer.
Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu, yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu
dari tubuh bagian dalam dan besarnya selalu dipertahankan konstan, sekitar ± 1ºF (± 0,6º C)
dari hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami demam. Sedangkan suhu kulit berbeda
dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk panas
yang berlebihan di dalam tubuh, suhu kulit akan meningkat. Sebaliknya, apabila tubuh
mengalami kehilangan panas yang besar maka suhu kulit akan menurun (Guyton & Hall,
2012).

Suhu tubuh yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Pada pagi hari suhu akan mendekati
35,5°C, sedangkan pada malam hari mendekati 37,7°C. Pengukuran suhu di rektum juga akan
lebih tinggi 0,5°-l°C, dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5°C lebih tinggi
dibandingkan suhu aksila (Sherwood, 2014).

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ada beberapa yaitu laju metabolisme basal
semua sel tubuh, laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk
kontraksi otot yang disebabkan oleh menggigil, metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
hormon tiroksin (dan sebagian kecil hormon lain, seperti hormon pertumbuhan dan
testosteron) terhadap sel, metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin,
norepinefrin, dan perangsangan simpatis terhadap sel dan metabolisme tambahan yang
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri, terutama bila suhu
tubuh didalam sel meningkat, metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan,
absorbsi, dan penyimpanan makanan (efek termogenik makanan) (Guyton & Hall, 2012).
Sebagian besar pembentukan panas di dalam tubuh dihasilkan organ dalam, terutama di
hati, otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini dihantarkan dari
organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian dibuang ke udara dan
lingkungan sekitarnya (Guyton & Hall, 2012).

Oleh karena itu, laju hilangnya panas hampir seluruhnya ditentukan oleh dua faktor
yaitu seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni
dari dalam inti tubuh ke kulit dan seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit
ke lingkungan (Guyton & Hall, 2012).

Untuk mengetahui berapa suhu tubuh digunakan alat termometer. Alat pengukur suhu
tubuh ini banyak jenisnya yaitu termometer air raksa, termometer digital, termometer
berbentuk strip (Nusi et al., 2013).

ALAT DAN BAHAN

Menggunakan thermometer air raksa :


- Handscoon
- Alcoholswab
- Thermometer air raksa

Menggunakan thermometer digital :


- Handscoon
- Alcoholswab
- Thermometer digital

CARA KERJA / METODE PEMERIKSAAN

Pemeriksaan dengan thermometer air raksa :


1. Pastikan suhu thermometer air raksa dibawah 35℃ atau kibaskan thermometer jika
belum stabil.
2. Kemudian bersihkan ujung thermometer air raksa menggunakan alcohol swab
3. Lalu lakukan pengukuran suhu tubuh pada bagian ketiak (aksila) pasien dengan cara
menjepit thermometer air raksa diketiak.
4. Kemudian tunggu selama 3-5 menit hingga air raksa naik
5. Setelah 5 menit thermometer air raksa akan menunjukkan suhu tubuh pasien. Agar
lebih akuran lakukan pemeriksaan pada kedua ketiak setelah dapat hasil dari
pengukuran kedua ketiak hitunglah rata-ratanya dan itulah hasil akurat dari
pemeriksaan suhu tubuh (karena pada bagian aksila kurang akurat sehingga
dilakukan pada kedua ketiak)
6. Dan terakhir bersihkan thermometer air raksa lalu simpan kembali pada tempatnya.
Pemeriksaan menggunakan thermometer digital :
1. Bersihkan ujung thermometer digital terlebih dahulu menggunakan alcohol swab
2. Sebelum memasukkan kedalam mulut hidupkan terlebih dahulu thermometer lalu
masukkan thermometer kedalam mulut pasien,
3. Lalu tunggu sampai thermometer berbunyi dan lepas thermometer dari mulut pasien
dan hasil suhu tubuh pasien akan terlihat pada thermometer digital
4. Dan terakhir bersihkan Kembali thermometer digital tersebut menggunakan
alkoholswab dan simpan pada tempatnya.

INTERPRETASI HASIL

Hasil suhu tubuh pasien yang didapatkan pada pemeriksaan menggunakan thermometer
air raksa setelah dicari rata-rata dari hasil suhu pada ketiak kanan dan kiri yaitu 36℃.
Hasil suhu tubuh pasien yang didapatkan pada pemeriksaan menggunakan thermometer
digital yaitu 36℃.

KESIMPULAN

Suhu tubuh yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Pada pagi hari suhu akan mendekati
35,5°C, sedangkan pada malam hari mendekati 37,7°C. Pengukuran suhu di rektum juga akan
lebih tinggi 0,5°-l°C, dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5°C lebih tinggi
dibandingkan suhu aksila Alat pengukur suhu tubuh ini banyak jenisnya yaitu termometer air
raksa, termometer digital, termometer berbentuk strip.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton A, Hall J. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC; 2012.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Nusi et al.,2013:191-192

Sumber video : https://youtu.be/a9FWgaIBrRY

Dosen Pengampu Mahasiswi


YULINA DWI HASTUTY, S.Kep, M.BioMed LANI AFRIANI POHAN
Nip. 19780701 2000 03 2001 Nim. P07524421022

PENGGUNAAN ALAT USG DOPLER

LANDASAN TEORI

Ultrasonografi Doppler merupakan suatu alat yang menggunakan gelombang suara


untuk dapat mengetahui aliran darah di pembuluh darah. Ultrasonografi Doppler merupakan
alat yang sama dengan ultrasonografi biasa, namun pada ultrasonografi biasa hanya dapat
menampilkan gambar dari pantulan gelombang suara dari organ yang diperiksa, sedangkan
ultrasonografi Doppler memiliki efek Doppler. Dengan memanfaatkan efek Doppler,
ultrasonografi tersebut dapat mendeteksi arah aliran darah dan juga kecepatan relatif aliran
darah tersebut. Selama pemeriksaan ultrasonografi Doppler, sebuah alat seukuran sabun
batang (transducer) berfungsi sebagai pengirim gelombang suara sekaligus penerima
gelombang suara yang dipantulkan oleh organ padat yang diperiksa, termasuk sel-sel darah
merah. Transduser tersebut diaplikasikan pada kulit di atas organ yang akan diperiksa.
Adanya pergerakan dari sel-sel darah merah menyebabkan perubahan frekuensi gelombang
suara yang dipantulkan dan diterima transducer (disebut dengan efek Doppler). Proses
ultrasonografi Doppler biasanya diawali dengan mengoleskan jel pada permukaan kulit
bagian tubuh yang akan dipindai. Selanjutnya, perangkat genggam yang disebut transduser,
akan diletakkan di atas permukaan kulit untuk memulai pemindaian. Perangkat ini kemudian
akan mengirimkan gelombang suara yang kemudian akan diperkuat melalui mikrofon.

Prinsip kerja ultrasonografi Doppler didasarkan pada efek Doppler. Bila obyek
merefleksikan gelombang ultrasonik maka berpindah mengubah frekuensi pantulan, sehingga
membuat frekuensi lebih tinggi. jika merupakan perpindahan menuju/mendekati probe dan
frekuensi lebih rendah jika merupakan perpindahan menjauhi probe. Seberapa banyak
frekuensi yang diubah tergantung pada seberapa cepat obyek berpindah. Ultrasonografi
Doppler mengukur perubahan dalam frekuensi pantulan untuk dihitung seberapa cepat obyek
berpindah.

Doppler menggunakan frekuensi sebesar 2,25 MHz yang digunakan untuk mendeteksi
detak jantung janin usia 16 minggu, frekuensi dibangkitkan oleh oscilator kemudian
dipancarkan oleh transmitter ke media pengukuran dan hasil pengukuran diterima kembali
oleh reciever, lalu sinyal masuk ke preamp untuk dikuatkan kemudian disaring melalui filter
dan dikuatkan oleh amplifier (penguat akhir). Kemudian output dari amplifier masuk ke ADC
(analog to digital converter) dirubah menjadi data digital. Kemudian ditampilkan jumlah
detakan jantung janin yang terukur melalui display dan speaker.

ALAT DAN BAHAN

- Doppler
- Pelumas / jel pelumas

CARA KERJA / METODE PEMERIKSAAN

1. Tekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan Doppler


2. Beri jel pada tranduser
3. Letakkan tranduser pada objek
4. Settingan volume agar detak jantung janin terdengar melalui speaker
5. Hitung detak jantung janin selama 1 menit
6. Detak janin akan ditampilkan pada display

INTERPRETASI HASIL
Pada pemeriksaan ini diketahui DJJ janin yaitu 155 dan denyut tersebut termasuk
normal karena detak jantung janin yang normal itu berkisar 120-160 kali permenit.

KESIMPULAN

Pemeriksaan ultrasonografi Doppler sebaiknya dilakukan dengan peralatan USG real-


time dapat menggunakan cara transabdominal dan/atau transvaginal. Frekuensi gelombang
ultrasonik yang digunakan pada transduser (probe) sebaiknya disesuaikan dengan keperluan.
Pemeriksaan ultrasonografi Doppler terhadap janin hanya dilakukan bilamana ada alasan
medik yang jelas. Informasi diagnostik yang diperlukan sebaiknya diperoleh melalui
pemaparan ultrasonik yang serendah mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Chudleigh T, Thilaganathan B. Evaluating the pregnancy using USG in obstetric ultrasound how, why
and when. Edisi ke-3. Philadelphia: Elsevier Health Scienth Deph; 2004. hlm. 176- 83.

Nemescu D, Berescu A, Rotariu C. Variation of safety indices during in the learning curve for color
Doppler assessment of the fetal heart. Med Ultrason. 2015;17(4):469-74.

Sumber video : https://youtu.be/9VxDn5h-yk8


Dosen Pengampu Mahasiswi

YULINA DWI HASTUTY, S.Kep, M.BioMed LANI AFRIANI POHAN


Nip. 19780701 2000 03 2001 Nim. P07524421022

PENGGUNAAN VAKUM EKSTRAKSI DAN SUCTION

LANDASAN TEORI

Kehamilan merupakan pertemuan antara sel telur dengan sel spermatozoa (konsepsi) yang
diikuti dengan perubahan fisiologis dan psikologis. Pada saat sesesorang hamil sebaiknya
dilakukan pengawasan melalui penerapan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin, dan
hubungan keduanya sehingga dapat direncanakan pertolongan persalinan yang tepat
(Mitayani 2012:2).

Persalinan dibagi menjadi tiga yaitu persalinan normal, persalinan anjuran dan persalinan
buatan. Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga
dari luar, misalnya Ekstraksi Vakum. Ekstraksi Vakum adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negatif (Vakum) pada kepalanya. Alat ini
dinamakan Ekstraktor vakum atau ventouse. (Mitayani 2013:107)

Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum, mulamula dipelajari
oleh Young (1706) dari Inggris, yang kemudian secara berturutturut dikembangkan oleh ahli-
ahli obstretri di negara-negara Erofa dalam bentuk yang bermacam-macam dan ekstraktor
vakum yang bermacam-macam ini ternyata kurang populer dalam pemakaiannya, karena
banyak hambatanhambatan teknik. Akhirnya pada tahun 1952-1954 Tage Malmstrom dari
Gothenburg, Swedia menciptakan ekstraktor vakum yang setelah mengalami percobaan-
percobaan dan modifikasi dalam bentuknya, dan sejak tahun 1956 menjadi sangat populer
dipakai dalam klinik-klinik obstetri sampai saat ini. (Wiknjosastro,dkk 2014)

Menurut data WHO persalinan buatan dengan ekstarksi vakum berkisar pada angka 38 %
sedangkan jenis persalinan normal pervagina masih menduduki angka tertinggi dari tiga jenis
persalinan yaitu berkisar 62 % pada presentase belakangan-kepala. Sekalipun kejadian
persalinan buatan dengan vakum masih sedikit tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan
angka kematian ibu 90 %. Hal ini disebabkan salah satunya karena terjadinya pendarahan.
Dampak lainnya yang disebabkan oleh vakum yaitu, pada bayi terbentunya kaput (kulit
kepala anak yang menonjol) segera setelah bayi lahir, trauma jalan lahir dan infeksi sehingga
perlu dilakukan asuhan keperawatan yang cepat dan tepat agar ibu dan bayi yang dilahirkan
selamat dan sehat. Berdasarkan data dari RSUD Dr.H.Moch Anshari Saleh Banjarmasin pada
tahun 2015, dari 10 besar kasus terbanyak di Ruang Nifas persalinan dengan Vakum
menduduki peringkat keenam dengan persentase 5%. Angka kejadian kasus dengan proses
persalinan Vakum Ekstraksi padatahun 2016 sebanyak 44% kasus. Pada tahun 2017 yang
melahirkan dengan Vakum Ekstraksi sebanyak 18 kasus dari bulan Januari sampai Mei 2017.
(Rekam Medik RSUD Dr.H.Moch Anshari Saleh Banjarmasin).

ALAT DAN BAHAN

1. buah vakum dengan manometer


2. Beberapa mangkuk (terbuat dari besi) dengan diameter 30, 40, 50, dan 60 mm.
3. Selang karet
4. Rantai besi
5. Pompa tangan

CARA KERJA / METODE PEMERIKSAAN

1. Instruksikan kepada asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas
dan persiapan untuk menolong bayi sudah tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi
vakum.
3. Masukkan tangan ke wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, lalu bersihkan
darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan. Lepaskan secara terbalik
dan rendam dalam larutan tersebut
4. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah
melewati introitus pasangkan pada kepela bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak
terpasang pada bagian yang tidak rata atau moulage di daerah ubun-ubun kecil)
5. Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari
tengah dan telunjuk tangamn lain lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok
untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit antara mangkok
dan kepala.
6. Setelah hasil pemeriksaan baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan
penahan mangkok tetap pada posisinya.
7. Instruksikan asistenuntuk menurunkan tekanan secara bertahap.
8. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) -2 (malmstroom)setelah dua menit, naikkan
hingga skala 60 (silastik)atau -6 (malstroom) dan tunggu 2 menit.
9. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme)pasien
harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dan lipat siku agar
tekanan abdomen menjadi lebih kuat.
10. Pada fase acme (puncak)dari his, minta klien untuk mengedan secara simultan
lakukan penarikan dengan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar
menarik pengait. Ibu jari tangan dalam pada mangkuk , telunjuk dan jari tengah pada
kulit kepala bayi)
11. Bila belum berhasil dalam tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi
(pada pasien dengan pertineum yang kaku) dilakukan saat kepala mendorong
perineum dan tidak masuk kembali saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan
tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.

INTERPRETASI HASIL
 Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau kurang
dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesare
 Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang pada
belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
 Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada
pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu dilakukan tarikan
ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada serviks. Tarikan tidak boleh
terlalu kuat untuk menghindari robekan serviks. Disamping itu mangkuk tidak boleh
terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan
otak.

KESIMPULAN

Ekstraksi Vacum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum dari Malstrom. Alat-alat ekstraksi
vacum terdiri dari mangkok (cup), rantai penghubung, pipa penghubung, botol dan pompa
pengisap. Indikasi pemakaian ekstrasi vakum adalah: Kelelahan ibu, Partus tak maju, Gawat
janin yang ringan, Toksemia gravidarum dan Rupture uteri iminens Kontra Indikasi antara
lain : Ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh mengejan, panggul sempit, bukan presentasi
belakang kepala, presentasi muka atau dahi dan kepala belum masuk pintu atas panggul.

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedik

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2009.

Angsar D.M. Ilmu Bedah Kebidanan: Ekstraksi Vakum dan Forsep. Jakarta: PT Bina
Pustaka, 2010.
Dosen Pengampu Mahasiswi

YULINA DWI HASTUTY, S.Kep, M.BioMed LANI AFRIANI POHAN


Nip. 19780701 2000 03 2001 Nim. P07524421022

Anda mungkin juga menyukai