Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

“KASUS BIDAN DALAM KODE ETIK”

OLEH :

LANI AFRIANI POHAN

NIM : P07524421022

KELAS / PROD : 1A / D4 KEBIDANAN MEDAN

DOSEN PENGAMPU

MELVA SIMATUPANG, SST, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES MEDAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MEDAN

TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul "Kasus
Kepala Bayi Putus Saat Melahirkan" dapat diselesaikan dengan baik.

Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Dan Hukum
Kesehatan. Pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dan dukungan
dari semua pihak oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada Ibu
Melva Simatupang, SST, M. Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Dan Hukum
Kesehatan.

Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan umumnya dan saya sendiri pada
khususnya. . Semoga Allah senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin…

Aek Kanopan,17 Februari 2022

DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………………….. …………....           

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….       

   

BAB I   : Pendahuluan

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….           
B. Tujuan…………………………………………………………………………………           
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….        

BAB II  : Pembahasan

A. Pengertian Etik Dan Kode Etik………………………………………………………


B. Contoh Kasus pelanggaran kode Etik Bidan………………………………………...
C. Analisis Kasus Pelanggaran Kode Etik Bidan……………………………………….
D. Peraturan dan Ancaman bagi pelanggar Kode Etik kebidanan………………………

           

BAB III:  Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………………..………......................             
B. Saran……………………………………………………………………………………             

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….             

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
 Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup kegiatan bidan
sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat,  bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai
pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan. Agar
mempunyai etika yang baik dalam pendidikannya, bidan dididik etika dalam mata kuliah Etika Profesi
namun semuanya mata kuliah tidak ada artinya jika peserta didik tidak mempraktekannya dalam
kehidupannya di masyarakat.
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika. Hal ini tentu akan sangat
menguntungkan, baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena akan mudah mendapatkan relasi
dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan percaya pada bidan. Etika dalam pelayanan kebidanan
merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga
membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi
dalam memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan
intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya
meliputi persalinan di rumah, kelahiran SC,dan sebagainya.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan akuntabilitas
serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga
perkembangan praktik berdasarkan evidence based (fakta yang ada) sehingga berbagai dimensi etik dan
bagaimna kedekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami.

1.2  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian serta maksud dari Etik & Profesi.
2.    Untuk mengetahui contoh kasus yang melanggar Kode Etik Kebidanan.
3.    Untuk Mengetahui Solusi Dari  kasus Pelanggaran Kode Etik Kebidanan

1.3  Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan Etik & Profesi ?        
2.    Apa sajakah contoh kasus yang melanggar Kode Etik Kebidanan ?
3.    Bagaimana solusi penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kode etik bidan?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etik dan Profesi

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994).
Penyimpangan mempunyai konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang bidan
dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi kesehatan memiliki etika profesi, namun
demikian etika dalam kebidanan mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang
bidan bertanggung jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil
keputusan sendiri yang berhubungan dengan tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini
seorang bidan harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui  ilmunya
dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia juga
mempengaruhi munculnya masalah atau penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi atau ilmu
pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejagatan ini dapat dibendung, pasti akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi
juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS,
RB, institusi kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri mempunyai tanggung jawab yang lebih besar
karena harus mempertanggung  jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek
mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

  Kode Etik Profesi


            Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktek dalam bidang profesinya baik yang berhubungan
dengan klien/pasian, keluarga, masyarakat teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan
bahwa kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu-satunya dalam menyelesaikan masalah
etik. Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum. Benar/salah pada
penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi.

  Malpraktek
 Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara
harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau
“tindakan”, sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Meskipun arti
harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan
yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan
adalah “kelalaian dari seseorang dokter atau bidan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang
yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle
de Los Angelos, California, 1956). Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik
adalah :
1.  Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan.
2.  Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya (negligence)
3.  Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

  Undang-undang tentang aborsi


 Abortus secara medis adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum jani mampu hidup diluar rahim yaitu
sebelum 20 minggu. Aborsi juga berarti penghentian kehamilan setelah tertanamnya ovum yang telah
dibuahi dalam rahim sebelum usia janin mencapai 20 minggu.
Penguguran kandungan merupakan tindakan pidana kejahatan terhadap kemanusiaan. Tidak ada batas
umum kehamilan yang boleh digugurkan.

Dasar hukum abortus adalah sebagai berikut :

A. KUHP BAB XIX 299


1. KHUP pasal 299 ayat 1, ayat 2, ayat 3 Mengambil keuntungan dari pengguguran kandungan sebagai
mata pencarian / profesi pidana paling lama 4 tahun atauhaknya untuk melakukan mata pencaraian itu
dicabut.
2. KHUP pasal 346  : Mengugurkan atau mematika kandungan atau menyuruh orang lain untuk itu
pidana paling lama 4 Tahun.
3. KHUP PASAL 347 : Mengugurkan atau mematika tanpa persetujuan pidana penjara 12 tahun
4. KHUP pasal 348 : Sengaja menggurkan kandungan dengan persetujuan  pidana penjara 5,6tahun
5. KHUP pasal 349 : seorang dokter / bida dan apoteker yang membantu melakukan kejahatan maka
pidana tersebut di emban 1/3 dan dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.

B. UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 23 TAHUN 1992


                 1. Pasal 15 ayat 1
                 2. Pasal 15 ayat 2
                 3. Pasal 15 ayat 3
                4. Pasal 80 ayat 1
                5. Pasal 66 ayat 2
                6. Pasal 66 ayat 3

Contoh Kasus ABORSI :


KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21), warga Dusun
Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah berusaha menggugurkan janin
yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangsang oleh bidan puskesmas.
Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi hasil hubungannya dengan
Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri. Sayangnya, janin yang dikandung
tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil hubungan gelap yang dilakukan Novila dan
Santoso.
Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang istri bekerja menjadi tenaga
kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap tinggal sendirian di rumahnya. Karena itulah ketika
bertemu dengan Novila yang masih kerabat bibinya di Ponorogo, Santoso merasa menemukan pengganti
istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menjadi perselingkuhan hingga membuat Novila hamil 3
bulan.
Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk menggugurkan janin tersebut atas
persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya mendatangi Endang Purwatiningsih (40), yang sehari-hari
berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri. Keputusan itu diambil setelah
Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap menerima jasa pengguguran kandungan dengan
cara suntik.
Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan Santoso dan Novila dengan alasan keamanan. Namun
akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp2.100.000. Kedua pasangan mesum tersebut
menyetujui harga yang ditawarkan Endang setelah turun menjadi Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan
Endang yang diketahui bertugas di salah satu puskesmas di Kediri melakukan aborsi.
Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat penahan rasa nyeri Oxytocin
Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh Novila. Menurut
pengakuan Endang, pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami kontraksi dan mengeluarkan
sendiri janin yang dikandungnya.
"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah disuntik. Hal itu sudah
pernah dia lakukan kepada pasien lainnya," terang Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Didit Prihantoro di
kantornya, Minggu (18/5/2008).
Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami kontraksi hebat. Bahkan
ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh Santoso menuju rumahnya, Novila terjatuh dan
pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya terus mengelurkan darah.
Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas Puncu. Namun karena kondisi
korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas medis di ruang gawat darurat
tak sanggup menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia pada hari Sabtu pukul 23.00 WIB.
Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di rumah sakit. Setelah
mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas membekuk Endang di rumahnya tanpa
perlawanan. Di tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas menemukan sisa-sisa obat yang
disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut Santoso diamankan di Mapolres Kediri karena
dianggap menyebabkan kematian Novila.
Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget dengan kehamilan yang
dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum memiliki suami ataupun pacar. Karena itu ia meminta
kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku. Akibat perbuatan tersebut,
Endang diancam dengan pasal 348 KUHP tentang pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi
mengingat profesinya sebagai tenaga medis atau bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan UU
Kesehatan nomor 23 tahun 1992. Belum diketahui secara pasti sudah berapa lama Endang membuka
praktik aborsi tersebut.

Analisis Kasus :

       Pada kasus di atas dijelaskan  bahwa terjadi suatu aborsi tetapi jenis aborsi illegal. Kasus diatas
berawal dari pasangan yang melakukan hubungan gelap (perselingkuhan) yang mengakibatkan si wanita
hamil. Pria dan wanita sepakat untuk menggugurkan kandungan yang berumur 3 bulan itu ke bidan.
Bidan menyanggupi untuk melakukan aborsi tersebut dengan imbalan Rp 2.000.000,00.
       Semua tenaga kesehatan wajib mengucap sumpah janji ketika lulus dari pendidikan. Salah satu isi
sumpah janji tersebut yaitu untuk melaksanakan tugas sabaik-baiknya menurut undang-undang yang
berlaku.  Tetapi pada kasus ini bidan E melanggar sumpah tersebut. Bidan dengan sengaja memberikan
suntikan oxytocin duradril 1,5 cc yang dicampur dengan cynano balamin. Hal ini mengakibatkan
perdarahan hebat pada wanita tersebut dan berakhir dengan kematian.
Kasus aborsi di atas termasuk kasus pidana, karena adanya aduan dari ayah korban yang meminta
kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku. Kasus ini mengakibatkan
bidan E terjerat pasal 348 KUHP tentang pembunuhan dan melanggar Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 atau pada Undang-undang yang baru yaitu Undang-undang Kesehatan
No 36 tahun 2009.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 bidan E bisa dijerat dengan
Pasal 80 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), sedangkan menurut pembaharuan Undang
Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 dijerat dengan pasal 194 dengan ketentuan dipidana
dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

Peraturan/Regulasi
      Aborsi menurut pandangan hukum di Indonesia :
a. Menurut KUHP dinyatakan bahwa ibu yang melakukan aborsi, dokter atau bidan atau dukun yang
membantu melakukan aborsi, dan orang yang mendukung terlaksananya aborsi akan mendapat hukuman.
Pasal 348
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2.  Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.

b.  Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Pasal 15
1.  Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu.
2.  Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
  Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
  Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai
dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
  Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
  Pada sarana kesehatan tertentu.
Pasal 80
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah)
c.  Pembaharuan Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, dijelaskan
pula tentang aborsi.
Pasal 75
1.  Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2.  Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
  Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
  Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan;
  Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling
dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang.
  Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
       Malpraktik aborsi yang tidak aman dan ilegal masih banyak dilakukan di sekitar kita, bahkan oleh
tenaga kesehatan sekalipun. Sebagai contoh dari kasus di atas, diketahui bahwa seorang bidan dengan
sengaja telah melakukan praktik aborsi kepada salah satu pasiennya, dimana bidan itu sadar betul kalau
tindakan tersebut adalah bukan kewenangannya. Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi.
Risiko yang mungkin timbul antara lain perdarahan, infeksi pada alat reproduksi, rupture uteri, bahkan
bisa sampai terjadi kematian. Pasal-pasal yang mengatur tentang tindakan aborsi pun tidak sedikit,
dengan berbagai ancaman hukuman, namun hal ini tidak menyurutkan niat para oknum tenaga kesehatan
untuk tetap melakukan praktik aborsi yang ilegal.

B.   Saran
       Semua tenaga kesehatan, baik dokter, bidan ataupun yang lainnya harus memahami betul apa yang
menjadi kewenangannya dan apa pula yang bukan menjadi kewenangan dari profesinya. Peraturan
perundang-undangan yang telah disusun sedemikian rupa dan diadakan pembaharuan, janganlah hanya
dianggap sebagai peraturan tertulis semata, namun harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.

DAFTAR PUSTAKA
Kansil, CST, 1991. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia; Rineka Cipta; Jakarta
Puji Heni ,Wahyuni, 2009. Etika profesi Kebidanan; Fitramaya; Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai