Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

“Perkembangan Studi Perbandingan Hukum Dan Pemahaman Sistem


Hukum Pidana Di Indonesia Dengan Negara Korea”

Nama Anggota Kelompok 1 :

RISKA DAMAYANTI ( H1A119094 )


TRIATIN NDUNDUNG ( H1A119116 )
SAKRIL MPOULO ( H1A119330 )
M. FATWAN ADLIANSYAH ( H1A119483 )
NAMIRAH ( H1A119504 )
NANDA CITRA SUSANTO ( H1A119505 )
NURUL ZHAUJIAH ( H1A119511 )
ONAL RANGGATAMA ( H1A119514 )
HUKUM PIDANA

Hukum pidana Indonesia adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan


perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana di Indonesia, serta
menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.
Larangan dalam hukum pidana secara khusus disebut sebagai tindak pidana. Muljanto
mengatakan bahwa Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku
di suatu Negara.
Perbandingan hukum dan Pemahaman Sistem hukum Di Indonesia
Hukum pidana nasional yang berlaku di
Indonesia hingga saat ini adalah Perbandingan adalah salah satu sumber pengetahuan yang sangat penting.
merupakan sistem hukum warisan dari Perbandingan dapat dikatakan sebagai suatu teknik, disiplin, pelaksanaan dan
masa penjajahan kolonial Belanda. metode di mana nilai-nilai kehidupan manusia, hubungan dan aktivitasnya
Walaupun sudah banyak perubahan, dikenal dan dievaluasi. Perbandingan hukum pidana (Comparative Law)
namun bagaimanapun juga sistem mempunyai peran yang sangat penting serta mempunyai banyak manfaat baik
hukum tersebut disusun sesuai dengan secara teoritis maupun secara praktis, yaitu dapat mendukung perkembangan
ideologi penjajah yang sudah pasti tidak ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana pada khususnya, serta dapat
sesuai dengan ideologi serta kebudayaan memberi masukan positif dalam usaha pembaruan hukum pidana nasional.
bangsa Indonesia. Studi perbandingan hukum pidana sangat dibutuhkan terutama dalam
menyusun hukum pidana nasional yang baru, yaitu dengan menggali
puncakpuncak kebudayaan daerah berupa hukum pidana adat yang
mempunyai nilai tinggi dan universal dan dengan memilih serta mengambil
unsur-unsur hukum pidana negara lain yang lebih maju yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia, maka dengan demikian hukum pidana nasional
yang baru, yang berkualitas dan up to date, diharapkan dapat terwujud.
PERKEMBANGAN PERBANDINGAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA DAN KOREA

Hukum pidana Korea sudah dikodifikasikan sebagaimana terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Korea (Criminal Code of The Republic of Korea yang selanjutnya disebut CC saja) yang diundangkan berdasarkan
Undang-Undang No. 239 tanggal 18 September 1953. Hukum Pidana Indonesia dikodifikasikan dalam KUHP
(Undang-undang No. 1 Tahun 1946 jo. Undang-undang No. 73 Tahun 1958).
1. Sistematika Hukum Pidana (KUHP) Indonesia berbeda dengan sistematika CC Korea.
• - Sistematika KUHP(INDONESIA) terdiri dari tiga buku, yaitu:
• * Buku I yang memuat Ketentuan Umum
• * Buku II yang memuat Kejahatan
• * Buku III yang memuat Pelanggaran
2. Sedangkan CC (KOREA) terdiri dari dua buku saja, yaitu:
• * Buku pertama : Ketentuan-ketentuan Umum
• * Buku Kedua : Ketentuan-ketentuan Khusus yang memuat tindak pidana
Jika diperbandingkan sistematika KUHP dengan CC, maka perbedaan yang sangat mencolok yang dapat dilihat
dalam hal ini adalah bahwa CC tidak membedakan antara Kejahatan dengan Pelanggaran, sedangkan KUHP
masih membedakannya. Kejahatan dan Pelanggaran dalam CC disatukan dalam satu buku, dalam hal ini buku
kedua yang memuat tindak pidana.
Perbandingan Hukum Pidana Indonesia dengan Korea Dalam hal Perbarengan Dan
Pengulangan

a. Tempat
• Menurut sistematika KUHP (INDONESIA) perbarengan diatur
dalam Bab VI Buku I (Ketentuan Umum), sedangkan pengulangan
ada yang diatur dalam Buku II (pasal 486 sampai dengan 488) dan
ada pula yang diatur pada tindak pidana yang bersangkutan.
• Menurut sistematika CC (KOREA) perbarengan diatur dalam Buku
I Bagian II seksi V (perbarengan tindak pidana) pasal 37 sampai
dengan 40. Selain daripada itu ada juga yang diatur tersendiri
dalam Pasal 19. Pengulangan diatur dalam Buku I Bagian II seksi IV
(pengulangan tindak pidana) pasal 35 sampai dengan 36.
Lanjutan
B. Bentuk perbarengan

Baik bangunan perbarengan-tindakan, maupun perbarengan-ancaman-pidana


sama-sama dianut oleh KUHP dan CC.
Perbarengan tindakan yang berupa:
1) Perbarengan tindakan tunggal (concursus idealis)
2) Perbarengan tindakan jamak (concursus realis)
3) Perbarengan berupa tindakan berlanjut.
Berturut-turut tercantum dalam Pasal 40, 37, dan 19 CC perbarengan ancama
pidana sebagai kelanjutan dari adanya perbarengan tindak-pidana diatur dengan
suatu system atau stelsel untuk penerapannya.
Sistem yang digunakan oleh KUHP dan CC tersebut ialah:
a) Sistem penyerapan (sistem absorsi)
b) Sistem penjumlahan (sistem kumulasi)
c) Sistem antara
Hanya bervariasi caranya sehubungan dengan perbedaan jenis/macam ancaman
pidana yang dugunakan oleh KUHP dan CC.
Lanjutan

C. Delik Tertinggal

Yang diatur dalam Pasal 71 KUHP mengenai delik tertinggal dianut


pula dalam CC sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 39 ayat (1).
Dengan demikian kedua-duanya sama-sama memperhitungkan pidana
yang sudah dijatuhkan kepada tindak pidana yang tertinggal yang akan
diadili, seolah-olah perkara tersebut bersamaan diadili.
Lanjutan
d. Jenis-jenis pengulangan
Secara umum ada dua jenis pengulangan yang dikenal dalam hukum
pidana yaitu:
• 1. Pengulangan umum (tidak dipersoalkan jenis/macam tindak
pidana yang diulangi)
• 2. Pengulangan khusus (tindak pidana yang diulangi itu sejenis
atau sama).
Dari kedua jenis pengulangan tersebut yang dianut KUHP adalah jenis yang
kedua (pengulangan khusus), karena dalam Pasal 486 sampai dengan 488
dikelompokkan jenis-jenis tindak pidana yang dipandang sejenis yang
dimasukkan dalam kategori pengulangan apabila dilakukan dalam tenggang
waktu lima (5) tahun. Yang dianut oleh CC adalah pengulangan umum, karena diatur dalam
ketentuan umum dan tidak dipersoalkan tentang tindak pidana yang terjadi apakah sejenis atau
tidak (Pasal 35 ayat 1).
SISTEM HUKUM PIDANA DI INDONESIA

Indonesia mempunyai 2 (dua) sistem hukum pidana, yaitu hukum pidana yang
berasal dari negara barat tepatnya dari Belanda yang dikenal dengan nama Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan hukum pidana adat.
1. KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di
Indonesia. KUHP yang sekarang diberlakukan adalah KUHP yang bersumber dari
hukum kolonial Belanda, yakni Wetboek van Strafrecht voor Nederlands-Indië.
2. HUKUM ADAT: Keberadaan hukum pidana adat pada masyarakat merupakan
pencerminan kehidupan masyarakat tersebut dan pada masing-masing daerah
memiliki hukum pidana adat yang berbeda-beda sesuai dengan adat istiadat
yang ada di daerah tersebut dengan ciri khas tidak tertulis dan terkodifikasi,
Beberapa daerah mempunyai system hukum adat yang sudah di legal
formalkan.
SISTEM HUKUM PIDANA PRANCIS

Perancis merupakan suatu negara yang menganut sistem hukum pidana civil
law yang telah memberi otoritas hukum bagi penyelesaian suatu tindak
pidana melalui mediasi yang dikenal dengan victimoffender mediation (VOM).
Peran serta lembaga VOM dalam proses mediasi penyelesaian suatu tindak
pidana diatur dalam sistem hukum pidana Perancis. Lembaga ini dapat
diterapkan baik kepada pelaku tindak pidana dewasa maupun remaja yang
bertujuan untuk menyelesaikan suatu tindak pidana melalui kesepakatan
setelah adanya syarat yang telah dipenuhi oleh pelaku, yaitu suatu pengakuan
bersalah, sikap korban yang mendukung dimungkinkannya dilakukan bersifat
material, termasuk mewajibkan VOM untuk membuat laporan atas hasil yang
dicapai kepada penuntut umum sebagai dasar untuk menentukan kasus
tersebut ke jenjang penuntutan atau akan menghentikan kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai