Ancaman hukuman mati juga diatur dalam undang-undang hokum pidana diluar KUHP,
yakni salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun pemberatan terhadap
perbuatan atau tindak pidana korupsi hanya terhadap perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi (Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999) saja
yang dikenakan ancaman pidana mati. Sedangkan di dalam tindak pidana korupsi dapat
dikategorikan atau dikelompokkan dalam 7 jenis tindak pidana, yakni:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap – Menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Tindak
Pidana terhadap Hak Asasi Manusia.
Pasal 36: “Setiap orang yang melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, b, c, d, atau e
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling lama 25 (dua puluh lima) tahun dan
paling singkat 10 (sepuluh)tahun”.
Hal ini secara eksplisit timbullah permasalahan dalam UU ini untuk dasar
tindak pidana mati. Di mana berdasarkan UU No. 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi Pasal 10 ayat (1) huruf (a) mengatakan; ‘Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk; menguji undang – undang terhadap
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,…’
Apakah hukuman mati melanggar
hak asasi manusia?
KONTRA
PRO
Traktat Ham bahwa ada sejumlah hak asasi
Narkotika, Korupsi dan Teroris masuk ke
yang sangat penting yang tidak diizinkan
dalam kategori kejahatan luar biasa dan
dilakukan pengurangan kewajiban dalam
merupakan bentuk perampasan hak asasi
keadaan darurat sekalipun. Hak tersebut
untuk mendapatkan kehidupan normal.
dikenal dengan istilah non-derogable rights.
Dari catatan amnesty internasional dan
Hak – hak asasi yang digolongkan sebagai
PBB melakukan survey efek jera dari
non-derogable rights adalah Hak hidup,
hukuman mati dampaknya lebih buruk
hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
daripada hukuman seumur hidup.
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku.
Apakah Hukuman Mati sesuai
dengan Pasal 28 I UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945?
Ketika menginterpretasikan suatu pasal harus dilakukan secara sistematik, tidak boleh
menafsirkan hanya satu atau dua pasal saja, melainkan harus secara keseluruhan. Kita harus
melihat pasal hak untuk hidup dalam UUD 1945 dalam suatu sistem, yaitu pada BAB XA.
Ketentuan hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28A sampai Pasal 28I UUD 1945 tunduk
pada pembatasan hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28J UUD 1945. Dalam bagian
penutup bab XA UUD 1945 dijelaskan bahwa: Hak Asasi Manusia ada pembatasannya yang
ditetapkan oleh Undang-undang. Sehingga, hukuman mati tidak bertentangan dengan UUD
1945 karena dalam pelaksanaan hukuman mati terdapat batasan-batasan yang ditetapkan
oleh Undang-undang .