Anda di halaman 1dari 14

FENOMENA HUKUMAN MATI DI

INDONESIA DIKAITKAN DENGAN HAM


Almayda Rahmazani (185160101111033)
Anggiona Dwi Nawang Sasi (185160101111010)
Annisa Rif’atul Ulya (185160100111034)
Binar Rujati (185160101111026)
Dewi Atikasari (185160101111031)
Gabriela Stephanie (185160100111005)
Hilwa Zahwa Nadira (185160100111038)
Insi Madani (185160101111010)
Salsabila Aulia Putri (185160100111011)
Rafael Matthew Pranoto (185160100111020)
Definisi Hukuman Mati
Hukuman Mati adalah suatu
hukuman atau vonis yang
dijatuhkan pengadilan (atau
tanpa poengadilan) sebagai
bentuk hukuman terberat yang
dijatuhkan atas seseorang
akibat perbuatannya.
Terdapat sembilan perbuatan pidana
(delik) yang memuat ancaman hukuman
mati dalam KUHP Indonesia, yaitu:
1. Pasal 104 tentang kejahatan terhadap keamanan negara (makar);
2. Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana;
3. Pasal 111 ayat (2) tentang melakukan hubungan dengan negara asing sehingga
terjadi perang;
4. Pasal 124 ayat (3) tentang pengkhianatan di waktu perang;
5. Pasal 124 (bis) tentang menghasut dan memudahkan terjadinya hum-hara;
6. Pasal 140 ayat (3) tentang pembunuhan berencana terhadap kepala negara
sahabat;
7. Pasal 479 k ayat (2) dan pasal 479 huruf o ayat (2) tentang kejahatan penerbangan;
8. Pasal 444 tentang pembajakan di laut yang mengakibatkan kematian; dan
9. Pasal 365 ayat (4) tentang pencurian dengan kekerasan secara bersekutu
mengakibatkan luka berat atau mati.
Adakah kaitan HAM
dengan Hukuman Mati?
Apakah HAM itu?
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagau makhluk Tuhan dan merupakan anugerah
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Nilai-Nilai yang mendasar dari HAM
1. Kesamaan
Nilai kesamaan berarti keadilan dalam etika politik.
Keadilan di sini berarti keadaan ketika antarmanusia
diperlakukan sama dalam situasi yang sama.
2. Kebebasan
Nilai ini mengandung arti bahwa setiap orang atau
kelompok berhak untuk mengurus dirinya sendiri lepas
dari dominasi pihak lain.
3. Kebersamaan
Pengakuan terhadap solidaritas atau kesetiakawanan
mengharuskan tatanan hukum menunjang sikap sesama
anggota masyarakat sebagai senasib dan
sepenanggungan.
KLASIFIKASI HAK ASASI MANUSIA
Hak Asasi Manusia diklasifikasikan menjadi empat bentuk yang
berbeda, yaitu:
1) Hak sipil
Terdiri dari hak diperlakukan sama di muka hukum, hak bebas dari
kekerasan, hak khusus bagi kelompok masyarakat tertentu, serta hak
hidup dan kehidupan.
2) Hak politik
Terdiri dari kebebasan berserikat dan berkumpul, hak kemerdekaan
mengeluarkan pikiran secara lisan dan tulisan, serta hak
menyampaikan pendapat di muka umum.
3. Hak ekonomi
Terdiri dari hak jaminan sosial, hak perlindungan kerja, hak
perdagangan, dan hak pembangunan berkelanjutan.
Lalu, Apakah
Kaitan HAM
dengan Hukuman
Mati?
Keterkaitan antara hukuman mati dan HAM dapat dilihat dari pengertian hukuman mati itu sendiri.
Hukuman mati adalah suatu hukuman atau vonis terberat yang dijatuhkan oleh pengadilan (atau
tanpa pengadilan) sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas seseorang atas
perbuatannya.
Jika dilihat dalam perspektif kemanusiaan, hukuman mati berarti hukuman yang
dilaksanakan dengan merampas jiwa seseorang yang melanggar ketentuan undang-
undang. Hukuman mati menghilangkan sisi humanisme manusia. Humanisme berkaitan
erat dengan perikemanusiaan, manusiawi, harkat dan martabat manusia, serta HAM
yang kemudian ingin diposisikan ditempat yang tinggi.
Hukuman mati melanggar hak sipil, yakni hak hidup dan kehidupan. Jika pelaku
melakukan kejahatan besar, seperti pembunuhan berencana, terorisme, dan perdagangan obat-
obatan terlarang, maka pelaku dapat dijatuhi hukuman terberat yakni hukuman mati. Disatu sisi
hukuman mati melanggar hak hidup pelaku, tetapi di sisi lain pelanggar HAM perlu diberikan
hukuman agar ada efek jera dalam masyarakat. Hukuman mati telah menimbulkan pro dan
kontra.
Bagaimana pengaturan hukuman mati dalam
Undang-Undang yang berlaku di Indonesia?
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Tindak
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pidana Narkotika.

Di Indonesia pemerintah kolonial


Belanda pada waktu membentuk KUHP pada
tahun 1915 menyimpang dari sikapnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
dinegaranya sendiri, dan mempertahankan tentang Narkotika terdapat dua Pasal
hukuman mati di Indonesia untuk kejahatan- penjatuhan hukuman mati yaitu pasal 113
kejahatan berat. Bahwa menurut surat penjelasan
atas rancangan KUHP diancam dengan ayat (2): “Dalam hal pembuatan
hukuman mati, yaitu: memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
a) kejahatan berat terhadap keamanan negara menyalurkan Narkoba Golongan I
(pasal-pasal 104, 105, 111 ayat 2, pasal 124 ayat 3
dan pasal 129)
b) pembunuhan berencana (pasal-pasal 130 ayat
3, pasal 140 ayat 3, pasal 340 )
c) pencurian dan pemerasan dalam keadaan
memberatkan (pasal 365 ayat4 dan pasal 368
ayat 2)
d) bajak laut, perampokan dipantai,
perampokan ditepi laut dalam air surut, dan
perampokan di sungai, dilakukan dalam
keadaan tersebut dalam pasal 444 KUHP.
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.

Ancaman hukuman mati juga diatur dalam undang-undang hokum pidana diluar KUHP,
yakni salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun pemberatan terhadap
perbuatan atau tindak pidana korupsi hanya terhadap perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi (Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999) saja
yang dikenakan ancaman pidana mati. Sedangkan di dalam tindak pidana korupsi dapat
dikategorikan atau dikelompokkan dalam 7 jenis tindak pidana, yakni:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap – Menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Tindak
Pidana terhadap Hak Asasi Manusia.
Pasal 36: “Setiap orang yang melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, b, c, d, atau e
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling lama 25 (dua puluh lima) tahun dan
paling singkat 10 (sepuluh)tahun”.

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003


tentang Anti Terorisme.
Tindak pidana terorisme diatur dalam Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme.Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2003 ini menggantikan
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme. Pidana denda hanya dikenakan dalam hal
tindak pidana terorisme dilakukan oleh atau atas nama suatu
korporasi dan atau pengurusnya. Pidana pokok yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi hanya dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp 1.000.000.000.000 (satu triliun rupiah).
Apakah hukuman mati melanggar
hak asasi manusia?
Pidana Mati saat ini masih diperdebatkan tentang pro dan kontra dengan
hak asasi manusia yang dilanggar atau tidak.Hal ini bertentangan dengan
UUD 1945 Pasal 28 I ayat (2) tentang hak untuk hidup yang merupakan non-
derogable rights atau hak yang tidak bisa diganggu gugat dan
pembatasannya dalam Pasal 28 J ayat (2).

Hal ini secara eksplisit timbullah permasalahan dalam UU ini untuk dasar
tindak pidana mati. Di mana berdasarkan UU No. 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi Pasal 10 ayat (1) huruf (a) mengatakan; ‘Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk; menguji undang – undang terhadap
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,…’
Apakah hukuman mati melanggar
hak asasi manusia?
KONTRA
PRO
Traktat Ham bahwa ada sejumlah hak asasi
Narkotika, Korupsi dan Teroris masuk ke
yang sangat penting yang tidak diizinkan
dalam kategori kejahatan luar biasa dan
dilakukan pengurangan kewajiban dalam
merupakan bentuk perampasan hak asasi
keadaan darurat sekalipun. Hak tersebut
untuk mendapatkan kehidupan normal.
dikenal dengan istilah non-derogable rights.
Dari catatan amnesty internasional dan
Hak – hak asasi yang digolongkan sebagai
PBB melakukan survey efek jera dari
non-derogable rights adalah Hak hidup,
hukuman mati dampaknya lebih buruk
hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
daripada hukuman seumur hidup.
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku.
Apakah Hukuman Mati sesuai
dengan Pasal 28 I UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945?
Ketika menginterpretasikan suatu pasal harus dilakukan secara sistematik, tidak boleh
menafsirkan hanya satu atau dua pasal saja, melainkan harus secara keseluruhan. Kita harus
melihat pasal hak untuk hidup dalam UUD 1945 dalam suatu sistem, yaitu pada BAB XA.
Ketentuan hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28A sampai Pasal 28I UUD 1945 tunduk
pada pembatasan hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28J UUD 1945. Dalam bagian
penutup bab XA UUD 1945 dijelaskan bahwa: Hak Asasi Manusia ada pembatasannya yang
ditetapkan oleh Undang-undang. Sehingga, hukuman mati tidak bertentangan dengan UUD
1945 karena dalam pelaksanaan hukuman mati terdapat batasan-batasan yang ditetapkan
oleh Undang-undang .

Anda mungkin juga menyukai