Anda di halaman 1dari 76

KANTOR WILAYAH

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM


JAWA TENGAH

ANALISIS ISU PELANGGARAN


HAK ASASI MANUSIA
ANGGIAT FERDINAN, S.H., M.H.
Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
KONSEP DASAR PELANGGARAN
HAK ASASI MANUSIA
APA ITU HAK ASASI MANUSIA?
Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
 Perlindungan, Pemajuan,
Penegakan, Pemenuhan Hak
PENGHORMATAN
Asasi Manusia adalah Tanggung
Jawab Negara terutama
Pemerintah.
(Pasal 28i, Undang-undang Dasar Negara PEMENUHAN
Republik Indonesi tahun 1945)

 Pemerintah wajib bertanggung


jawab menghormati, melindungi, PELINDUNGAN
menegakan dan memajukan Hak
Asasi Manusia yang diatur dalam
Undang-undang ini. Peraturan
perundang-undangan lain dan PENEGAKAN
Hukum Internasional tentang
Hak Asasi Manusia yang diterima
oleh Negara Republik Indonesia.
(Pasal 71, Undang-undang No. 39 tahun 1999 PEMAJUAN
tentang Hak Asasi Manusia)
Kewajiban Menghormati Hak Asasi Orang Lain

Setiap individu mempunyai kewajiban menghormati hak asasi orang lain.


Di Indonesia, kewajiban menghormati hak asasi manusia orang lain
terdapat pada Pasal 69 ayat (1) UU HAM yang berbunyi:

“Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral,
etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.”

Kewajiban menghormati hak orang lain tercantum pula dalam UUD 1945
Pasal 28J ayat (1):

“Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”
APA ITU PELANGGARAN HAM ?
Pasal 1 angka 6, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja
maupun tidak disengaja atau kelalaian, membatasi, dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
JENIS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA ?
PELANGGARAN HAM BERAT
 Pasal 7, Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
Pelanggaran HAM berat adalah pelanggaran HAM yang bersifat kejahatan serius, berbahaya
dan mengancam nyawa manusia. Seperti :
• Kejahatan Genosida
• Kejahatan terhadap Kemanusiaan
• Kejahatan Perang
• Kejahatan Agresi

 Pasal 18, Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
• (1) Penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
• (2) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dalam melakukan penyelidikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat

 Pasal 104, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
• (1) Untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk Pengadilan Hak
Asasi Manusia di lingkungan Pengadilan Umum.
• (2) Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan undang-undang
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun.
• (3) Sebelum terbentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), maka kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diadili oleh pengadilan yang berwenang.
PELANGGARAN HAM RINGAN

 Pelanggaran HAM Ringan


Pelanggaran HAM yang tidak mengancam jiwa manusia, namun
berbahaya apabila tidak segera diatasi atau ditanggulangi.
Seperti :
- Kelalaian dalam memberikan pelayanan kesehatan
- Pencamaran lingkungan secara disengaja
- Pencemaran nama baik
- Membatasi orang mengekpresikan dirinya
- Bullying/Penindasan
ISU PELANGGARAN HAM
BIDANG SIPIL DAN POLITIK
DEFINISI
HAK SIPIL DAN POLITIK

 Hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat
dan melekat pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati
keberadaannya oleh negara agar menusia bebas menikmati hak-hak
dan kebebasannya dalam bidang sipil dan politik yang
pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara.
Hak atas
Bantuan
Hukum

Hak atas Hak atas


Kependudukan Informasi
HAK SIPIL
DAN
POLITIK

Hak atas
Hak Turut
Keberagaman
Serta Dalam
dan
Pemerintahan
Pluralisme

Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil And
Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik)
HAK SIPIL POLITIK DALAM UUD NKRI TAHUN 1945

1. Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1) Hak untuk hidup
2. Pasal 28D ayat (1) Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
3. Pasal 28D ayat (3) Hak atas kesempatan sama dalam pemerintahan
4. Pasal 28D ayat (4) dan Pasa 28E ayat (1) Hak atas status kewarganegaraan dan
hak berpindah
5. Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 28I ayat (1) Hak Kebebasan beragama
6. Pasal 28E ayat (2) dan Pasal 28I ayat (1) Hak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya
7. Pasal 28E ayat (3) Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat
8. Pasal 28F Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
9. Pasal 28G ayat (1) Hak atas rasa aman dan bebas dari ancaman
10. Pasal 28G ayat (2) dan 28I ayat (1) Hak Bebas dari penyiksaan
11. Pasal 28G ayat (2) Hak memperoleh suaka politik
12. Pasal 28I ayat (1) Hak untuk tidak diperbudak
13. Pasal 28I ayat (1) Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum
14. Pasal 28I ayat (1) Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
15. Pasal 28I ayat (2) Hak untuk tidak diperlakukan diskriminatif
LINGKUP HAK SIPOL

1. Non-Derogable Rights adalah hak-hak yang bersifat absolut yang tidak


boleh dikurangi pemenuhannya oleh negara pihak, walau dalam keadaan
darurat sekalipun.

Hak-hak yang termasuk ke dalam jenis ini adalah:


1) hak atas hidup (right to life),
2) hak bebas dari penyiksaan (right to be free from torture),
3) hak bebas dari perbudakan (right to be free from slavery),
4) hak bebas dari penahanan karena gagal memenuhi perjanjian utang,
5) hak bebas dari pemidanaan yang berlaku surut,
6) hak sebagai subjek hukum, dan
7) hak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan agama.
LINGKUP HAK SIPOL

2. Derogable Rights adalah hak-hak yang boleh dikurangi atau dibatasi


pemenuhannya oleh negara-negara pihak.

Termasuk jenis hak ini adalah:


1) hak atas kebebasan berkumpul secara damai,
2) hak atas kebebasan berserikat; termasuk membentuk dan menjadi anggota
serikat buruh, dan
3) hak atas kebebasan menyatakan pendapat atau berekspresi; termasuk
kebebasan mencari, menerima dan memberikan informasi dan segala
macam gagasan tanpa memperhatikan batas (baik melalui tulisan maupun
tulisan).
PROSES PERKARA PERADILAN
Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan perlakuan
tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights).
Meliputi :
1. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan,
2. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan,
penangkapan, penahanan, dan penyelidikan di mata
hukum.
3. Hak segera diadili oleh Pengadilan.
4. Hak mengetahui apa yang disangkakan kepadanya pada
awal pemeriksaan.
5. Hak mengetahui apa yang disangkakan kepadanya dalam
bahasa yang dimengerti olehnya.
6. Hak memberikan keterangan secara bebas dihadapan
hakim.
ANALISIS KASUS

Masyarakat Moro-Moro merupakan penduduk yang menempati kawasan


register 45 Mesuji, Lampung. Kawasan yang mereka tempati merupakan
kawasan hutan yang dimiliki oleh PT Sylva Inhutani Lampung (PT. SIL). Negara
menganggap masyarakat Moro-Moro sebagai penduduk ilegal karena
berdiam diatas tanah milik pihak lain. Kehidupan masyarakat Moro-Moro di
atas tanah kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) dimulai di tahun 1996.
Tanah yang terlantar lantas digarap oleh masyarakat Moro-Moro sebagai
lahan untuk hidup dan berpenghidupan. Inilah awal mula muncul persoalan
administrasi kependudukan masyarakat Moro-Moro. Masyarakat Moro-Moro
dicap sebagai “perambah” dan “masyarakat illegal”. Cap atau label tersebut
muncul dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 322/Menhut-II/2004
tentang Pencabutan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
9983/Kpts-II/2002 dan Pemberlakuan Kembali Surat Keputusan No. 93/ Kpts-
II/1997. Akibatnya, masyarakat Moro-Moro tidak hidup sebagai manusia
seutuhnya akibat pengabaian hak asasi manusia, tidak terkecuali hak politik
https://jurnal.jentera.ac.id/index.php/jentera/issue/download/1/1
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/ham/article/view/241
ANALISIS KASUS

Adapun HAK yang dilanggar adalah:


1. Hak untuk tidak mendapatkan perlakuan diskriminatif sebagaimana diatur
dalam Pasal 28 D ayat (1) dan (4), Pasal 28 H ayat (2) UUD 1945, Implikasinya,
ribuan orang selama belasan tahun tidak lagi memiliki KTP dan berbagai
dokumen kependudukan lainnya, seperti KK, akta kelahiran, dsb
2. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dihadapan hukum dan
pemerintahan sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (1), 28 D ayat (1) dan (3),
Pasal 28 I ayat (1) dan (2) UUD 1945, Selama 7 kali pemilihan umum dari
berbagai level mereka tidak dapat ikut serta karena tidak terdaftar sebagai
pemilih akibat persoalan administrasi kependudukan.
3. Hak atas kesehatan sebagaimana diatur dalam Pasal 28 B ayat (2), Pasal 34
ayat (3) UUD 1945, Ratusan anak selama belasan tahun tidak mendapatkan
layanan kesehatan dasar, seperti posyandu, imunisasi, dsb.
4. Hak atas pendidikan sebagaimana yang diatur Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD
1945, Ratusan anak tidak mendapatkan layanan pendidikan dasar yang
memadai.
https://jurnal.jentera.ac.id/index.php/jentera/issue/download/1/1
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/ham/article/view/241
ISU PELANGGARAN HAM
BIDANG EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
DEFINISI
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya adalah hak asasi manusia yang
terkait dengan aspek sosio ekonomi dan budaya, seperti hak
pendidikan, hak atas perumahan, hak atas standar hidup yang layak,
hak kesehatan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya.
Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya diakui dan dilindungi oleh
instrumen-instrumen hak asasi manusia internasional dan regional.
Hak atas
Kesehatan

Hak
Hak atas
Perempuan
Pendidikan
dan Anak
HAK EKONOMI,
SOSIAL BUDAYA

Hak atas
Lingkungan
yang Baik
dan Sehat Hak atas
serta Hak Pekerjaan
atas
Perumahan
yang layak

Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On


Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial Dan Budaya)
PELANGGARAN
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

Pelanggaran Hak-hak ekonomi, budaya, dan sosial terjadi ketika suatu Negara
gagal memenuhi kewajibannya untuk menghormati, melindungi dan
memenuhi hak-hak tersebut. Beberapa contoh:
• Mengusir secara paksa penduduk dari rumahnya (hak atas perumahan
yang layak);
• Fasilitas pengolahan air yang mencemari air minum (hak atas kesehatan);
• Kegagalan untuk memastikan upah yang cukup untuk penghidupan yang
layak (hak untuk bekerja);
• Kegagalan mencegah kelaparan (kebebasan dari kelaparan);
• Penolakan akses terhadap informasi dan layanan terkait kesehatan seksual
dan reproduksi (hak atas kesehatan);
• Memisahkan anak-anak penyandang disabilitas dari sekolah umum (hak
atas pendidikan).
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
DALAM UUD NKRI TAHUN 1945
1. Pasal 27 Ayat (2) Tiap- tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
3. Pasal 28 B (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4. Pasal 28C Ayat (1), Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.
5. Pasal 28D Ayat (2), Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
DALAM UUD NKRI TAHUN 1945

6. Pasal 28E Ayat 1 Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.

7. Pasal 28F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangka pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

8. Pasal 28H Ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.

9. Pasal 28H Ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
DALAM UUD NKRI TAHUN 1945
10. Pasal 28H Ayat (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi
dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-
wenang oleh siapa pun.
11. Pasal 28I Ayat (2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang
bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
12. Pasal 33 (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah adat berdasarkan putusan Putusan MA Nomor 3064 K/Pdt/2010
- Pada tanggal 23 Januari 1973, Thonce Bonay Upuya selaku termohon
kasasi/penggugat memperoleh sebidang tanah yang diserahkan secara adat dari
Bapak Demianus Tanawani, selaku pemilik tanah, dan selaku orang tua kandung
para pemohon kasasi/ para tergugat dengan luas tanah adalah 7.397 m2.
- Penyerahan tanah tersebut didasarkan pada hubungan keluarga antara istri
bapak Demianus Tanawani bernama Yuliana Mundoni, sebagai kakak kandung
Helena Mundoni sebagai istri penggugat. Penggugat dan keluarga mengelola,
merawat, dan memelihara sebidang tanah tersebut, dengan berkebun,
menanam tanaman jangka panjang, dan membangun 1 rumah permanen.
- Tanggal 11 April 1986, bapak Demianus Tanawani mendatangi penggugat untuk
menyaksikan penunjukan batas tanah, dan disaksikan oleh tergugat II dan III.
Kemudian pada tahun 1989 terdapat salah satu program Camat Yapen Selatan,
yakni penertiban administrasi kepemilikan tanah, sehingga pada 1 Agustus 1989
dibuat Surat Pelepasan Tanah yang melegitimasi pelepasan lisan oleh bapak
Demianus Tanawani kepada penggugat.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/contoh-kasus-sengketa-tanah-dan-penyelesaiannya-lt635fb7386f08f/
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah adat berdasarkan putusan Putusan MA Nomor 3064 K/Pdt/2010

- Pada April 2009, para tergugat melakukan pekerjaan pembangunan rumah


tinggal di atas tanah penggugat. Tindakan para tergugat menyebabkan
pembongkaran 1 unit rumah semi permanen milik penggugat yang
menyebabkan kerugian penggugat sebesar Rp25 juta.
- Tindakan para tergugat menyebabkan ancaman yang mengarah pada bentrokan
fisik dan mengganggu ketenangan keluarga dan ketertiban umum. Tindakan para
tergugat juga dapat menyebabkan penggugat menderita kerugian hilangnya
sebagian tanah yang didirikan bangunan dan kehilangan pendapatan dari harga
sewa rumah setiap bulan, sebesar Rp500 ribu x 6 bulan = Rp3 juta.
- Mahkamah Agung berpendapat bahwa objek sengketa adalah tanah adat milik
orang tua pemohon kasasi/para tergugat, yang diberikan kepada termohon
kasasi/penggugat, sebagai hibah tanpa ada satu upacara adat.

https://www.hukumonline.com/klinik/a/contoh-kasus-sengketa-tanah-dan-penyelesaiannya-lt635fb7386f08f/
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah adat berdasarkan putusan Putusan MA Nomor 3064 K/Pdt/2010

- Berdasarkan bukti termohon kasasi/penggugat berupa Keputusan Damai


Peradilan Adat 9 Desember 2009, Peradilan Adat memutuskan tanah adat dibagi
menjadi 2 yaitu sebelah selatan diserahkan kepada Thonce Bonay Upuya, dan
sebelah utara diserahkan kepada Darius Tanawani (tergugat II).
- Selain itu, tanah hanya pinjam pakai dan surat tanah dinyatakan direkayasa,
sebab berdasarkan bukti, surat keterangan pelepasan hak atas tanah tertanggal
1 Agustus 1989 yang diajukan termohon kasasi/penggugat keliru. Isi dari surat
pelepasan adat tersebut cacat hukum karena tanda tangan pemohon kasasi II
dipalsukan oleh termohon kasasi/penggugat. Pelepasan hak harus dibatalkan
karena hak mutlak keluarga Tanawani.
- Timbul konflik suku secara horizontal, maka berdasarkan kearifan lokal,
Keputusan Damai Peradilan Adat 9 Desember 2009 patut dilaksanakan.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/contoh-kasus-sengketa-tanah-dan-penyelesaiannya-lt635fb7386f08f/
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH

Secara umum, sengketa tanah timbul akibat adanya faktor, antara lain:
a) Peraturan yang belum lengkap; b) Ketidaksesuaian peraturan;
c) Pejabat pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan jumlah
tanah yang tersedia; d) Data yang kurang akurat dan kurang lengkap;
e) Keterbatasan SDMyang bertugas menyelesaikan sengketa tanah;
f) Transaksi tanah yang keliru; h) Ulah pemohon hak; h) Adanya penyelesaian
dari instansi lain, sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan.
Secara umum, sengketa pertanahan yang timbul dapat dikelompokkan ke
dalam 4 klasifikasi permasalahan:
1. Pengakuan kepemilikan atas tanah;
2. Peralihan hak atas tanah;
3. Pembebanan hak dan
4. Pendudukan eks tanah partikelir.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/contoh-kasus-sengketa-tanah-dan-penyelesaiannya-lt635fb7386f08f/
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah adat berdasarkan putusan Putusan MA Nomor 3064 K/Pdt/2010
Adapun HAK yang terlanggar dalam permasalahan ini adalah:
1. Hak atas lingkungan yang baik dan sehat, Hak atas perumahan yang layak,
terjadinya perselisihan dalam lingkungan masyarakat adat yang
mengakibatkan terjadi keributan permasalahan tanah yang berujung
terjadinya sengketa tanah;
2. Hak untuk mendapat keadilan, dihadapan hukum semua warga negara
mempunyai kedudukan yang sama
3. Hak memperoleh hidup damai, bentrokan yang terjadi berujung pada
kekerasan fisik dan menganggu ketetiban umum;
Berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa pertanahan di lembaga
peradilan, Pasal 4 Ayat (2) Undang-undang Mahkamah Agung RI mengatur
supaya peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana dan berbiaya ringan. Hal
ini dimaksud agar pihak yang bersengketa maupun warga masyarakat yang
terlibat dalam sengketa tanah tidak dirugikan serta tidak dibebani dengan biaya
yang mahal demi mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang
disengketakan.
ANALISIS ISU

TENAGA KERJA

Satu kasus pelanggaran hak pada tenaga kerja terjadi di perusahaan


tambang nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Morowali Utara di
Sulawesi Tengah. Persoalan ini muncul dikarenakan perusahaan
mengabaikan hak pekerja dimana perusahaan lalai dalam menjaga standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), tidak adanya alat pelindung diri,
hingga pemenuhan hak kesejahteraan pekerja lainnya yang tidak
dipenuhi. Permasalahan ini menjadi faktor para pekerja melakukan aksi
mogok kerja.

https://news.republika.co.id/berita/rokn37377/spn-bentrok-morowali-dipicu-oleh-pelanggaran-hak-tenaga-kerja-oleh-perusahaan
ANALISIS ISU

TENAGA KERJA

Adapun HAK yang dilanggar :


1. Hak memperoleh perlindungan yang mencakup kesejahteraan,
keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja.
2. Hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat serta nilai-nilai agama.

https://news.republika.co.id/berita/rokn37377/spn-bentrok-morowali-dipicu-oleh-pelanggaran-hak-tenaga-kerja-oleh-perusahaan
ANALISIS ISU

PELAYANAN PUBLIK

Kasus dugaan penelantaran terhadap pasien miskin terjadi di Lampung,


pada 20 Januari lalu. Suparman yang berusia 60 tahun diduga dibuang
dari Rumah Sakit Dadi Tjokrodipo, Lampung oleh beberapa oknum
pegawai rumah sakit karena tidak mampu membayar biaya perawatan.
Suparman dibuang ke sebuah gubuk setelah dibawa secara diam-diam
oleh beberapa pegawai rumah sakit dengan menggunakan ambulans.

https://news.republika.co.id/berita/n0xakw/kasus-pembuangan-pasien-merupakan-kejahatan-kemanusiaan
ANALISIS ISU
PELAYANAN PUBLIK

Dalam kasus ini Mantan Kasubbag Umum dan Kepegawaian RSUDDT


Bandar Lampung, Heriyansyah dituntut hukuman penjara 22 karena
bersalah melanggar pasal 306 ayat 2 KUHP junct5o pasal 55 ayat 1 ke 1
KUHP karena telah menelantarkan pasien yang mengakibatkan
kematian.

Dalam kasus ini Mantan Kasubbag Umum dan Kepegawaian RSUDDT


Bandar Lampung, dituntut hukuman penjara 22 karena bersalah
melanggar Pasal 306 ayat (2) KUHP junct5o pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP
karena telah menelantarkan pasien yang mengakibatkan kematian.

https://news.republika.co.id/berita/n0xakw/kasus-pembuangan-pasien-merupakan-kejahatan-kemanusiaan
ANALISIS ISU

PELAYANAN PUBLIK

Adapun HAK yang terlanggar dalam permasalahan ini:


1. Hak atas Kesehatan;
2. Hak bebas dari diskriminasi dalam menerima layanan kesehatan;
3. Hak mendapat jaminan sosial Kesehatan;
ISU PELANGGARAN HAM BIDANG
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DEFINISI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

 Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke
dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Prinsip pembangunan berkelanjutan berdasarkan dimensi
lingkungan atau ekologi
• Melindungi sistem untuk menunjang kehidupan
• Melindungi dan meningkatkan keanekaragaman biotik
• Memelihara atau meningkatkan integritas ekosistem, seperti
mengembangkan dan menerapkan ukuran-ukuran rehabilitasi untuk
ekosistem yang sangat rusak
• Mengembangkan strategi yang preventif adaptif untuk menanggapi
segala ancaman perubahan lingkungan global
PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
2. Prinsip pembangunan berkelanjutan berdasarkan dimensi sosio-
politik
• Mempertahankan skala fisik dari apa pun kegiatan manusia yang
berada di bawah dukungan biosfer
• Mengenali biaya lingkungan dari kegiatan manusia untuk
meminimalisir pemakaian energi dan material untuk kegiatan
ekonomi, menurunkan emisi beracun, serta merehabilitasi
ekosistem yang rusak
• Meyakinkan adanya kesamaan sosio-politik dan ekonomi menuju
pembangunan masyarakat yang berkelanjutan
• Meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan interpretasi
dan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan
• Menjalin kegiatan politik langsung untuk membangun kekuatan
politik agar lebih peduli dan adil terhadap lingkungan
PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
3. Prinsip pembangunan berkelanjutan berdasarkan aspek pemerataan
• Prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan juga harus mengutamakan
pemerataan (equality) dan keadilan sosial. Maksudnya, manfaat dari
pembangunan harus terdistribusi dan dirasakan secara adil di seluruh
lapisan masyarakat, sehingga tidak ada kelompok yang tertinggal atau
justru menderita akibat ketidakmerataan.
• Selain itu, pemerataan juga mencakup keterlibatan atau partisipasi aktif
masyarakat supaya kebijakan dan proyek pembangunan berkelanjutan
dapat sesuai aspirasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
CONTOH PENERAPAN PRINSIP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Mengurangi eksploitasi berlebihan terhadap alam yang berisiko
merusak lingkungan secara luas dan masif.
2. Menggunakan sumber daya alam sesuai dengan daya dukung
lingkungan guna meminimalkan dampak kerusakan lingkungan
yang mungkin terjadi.
3. Pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi
atau prinsip mengelola sumber daya alam dengan biaya yang
murah dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
4. Memanfaatkan energi terbarukan. Beralihnya penggunaan energi
fosil ke sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air
bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya
terbatas serta dampak buruk emisi.
5. Mengutamakan penghematan energi dan pembangunan yang
ramah lingkungan, termasuk di sektor-sektor industri.
ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, telah memberikan ruang yang cukup luas untuk
mengembangkan ekonomi hijau melalui instrumen-instrumen ekonomi
lingkungan.
 Pelaksanaan pembangunan harus memperhatikan 3 prinsip Pembangunan
berkenlanjutan (ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup) sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tanpa penjagaan
kualitas lingkungan hidup yang baik, kemajuan ekonomi dan sosial menjadi
kurang berarti bagi kesejahteraan masyarakat.
 Negara harus dapat memberikan jaminan perlindungan, penghormatan dan
pemenuhan terhadap hak atas lingkungan hidup. Artinya, negara justru
harus berada di garda terdepan untuk mendesak tanggung jawab korporasi
atas kejahatan lingkungan dan kemanusiaan yang telah dilakukan. Ini
mensyaratkan negara tidak boleh tunduk dengan kekuatan korporasi.
ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Contoh Permasalahan Lingkungan Hidup :


1. Tingginya degradasi hutan yang mengakibatkan merosotnya persediaan
air, ancaman banjir, longsor dan menurunnya keanekaragaman hayati;
2. Potensi terjadinya krisis air untuk memenuhi kebutuhan domestik, industri,
dan irigasi;
3. Penurunan kualitas kawasan lindung akibat pengusahaan hutan yang tidak
terkendali;

Bagaimana cara mengurangi terjadinya pelanggaran HAM di bidang


lingkungan hidup?
Masyarakat perlu di dorong melakukan upaya-upaya sederhana menuju
budaya ramah lingkungan (green lifestyle) seperti menghemat penggunaan
listrik dan air, menanam dan memelihara pohon, mengurangi penggunaan
kendaraan bermotor serta menerapkan konsep 3 R (reduce, reuse, dan
recycle) dalam mengelola sampah.
ANALISIS ISU

LINGKUNGAN HIJAU

PT. Rayon Utama Makmur (RUM) merupakan anak perusahaan PT Sri


Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang berlokasi di Plesan, Nguter, Sukoharjo,
sekitar 15 km dari Kota Surakarta. Serat rayon (kapas sintetik) ini untuk
memasok kebutuhan lini bisnis utama Sritex yaitu garmen. Sebagai sebuah
perusahaan yang memasok serat rayon, PT. RUM Sukoharjo ternyata
menghasilkan limbah industri berupa polusi udara yang cukup meresahkan
masyarakat Kabupaten Sukoharjo. Masyarakat beranggapan bahwa PT
RUM memiliki Karbon Disulfida Plant atau tempat produksi Karbon
Disulfida yang sangat berbahaya bagi lingkungan Sukoharjo.
ANALISIS ISU

LINGKUNGAN HIJAU

Pengolahan limbah gas dari proses produksi di PT RUM terindikasi


belum secara maksimal mereduksi kandungan gas H2S sehingga masih
berdampak pada masyarakat di sekitar pabrik. Dalam laporan juga
disebutkan, sifat gas H2S memiliki densitas lebih tinggi (1,393 g/dm3)
daripada densitas udara (1,293 g/dm3) sehingga memungkinkan gas
H2S terhirup oleh masyarakat. Sementara, proses absorpsi di sekitar
chimney (cerobong) belum maksimal sehingga masih banyak gas H2S
yang terbuang ke udara.
ANALISIS ISU

LINGKUNGAN HIJAU
Penyelesaian sengketa hukum lingkungan, menurut UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya
disebut UUPPLH, dapat dilakukan melalui pengadilan ataupun di luar
pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa
(pasal 84 ayat 1). Melalui pengadilan, dapat dilakukan dengan jalur
administratif, perdata maupun pidana. Sedangkan di luar pengadilan, dapat
dilakukan dengan negosiasi, mediasi, konsiliasi maupun arbitrase.

Permasalah PT. Rayon Utama Makmur tidak hanya terjadi di tingkat civitas
akademika, bahkan hingga di masyarakat umum yang senantiasa melakukan
komunikasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo melalui
demonstrasi yang dilakukan di DPRD Kabupaten Sukoharjo. Dalam
menghadapi persoalan berupa sengketa, masyarakat sebenarnya memiliki
suatu kekuatan yang bersifat otonom.
ANALISIS ISU

LINGKUNGAN HIJAU
Oleh karena itu, beberapa gelombang demonstrasi dilakukan oleh
masyarakat Kabupaten Sukoharjo yang menuntut untuk ditutupnya ijin
operasional PT. Rayon Utama Makmur (RUM) Sukoharjo, hingga pada
titik akhir yang tidak bisa memberikan solusi untuk kebaikan Bersama
sehingga paa hari Jum’at, 23 Februari 2018 Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukoharjo resmi menutup ijin operasional PT. Rayon Utama
Makmur (RUM) Sukoharjo.

Widyastuti, F. R., & Absori, S. H. (2018). Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (Studi Kasus PT. Rayon Utama Makmur (RUM) di
Kabupaten Sukoharjo) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
ANALISIS ISU

KELOMPOK RENTAN
Kasus penculikan dan pemerkosaan terhadap anak disabilitas berusia 14
tahun terungkap, setelah orangtua korban melaporkan ke pihak
kepolisian bahwa anaknya menghilang. Menurut para pelaku, korban
dibawa ke salah satu rumah kontrakan di Tangeran, Banten.
Dan karena terpengaruh minuman alkohol korban juga mendapatkan
kekerasan seksual dari ketiga pelaku.

Dari pemeriksaan sementara antara salah satu pelaku dan korban.


Baru satu bulan berkenalan dan berkomunikasi melalui media sosial.
Atas perbuatannya ketiga pelaku dijerat dengan pasal tentang
penculikan serta pasal tentang perlindungan anak dengan ancaman
hukuman 15 tahun penjara.

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4528/kecam-kasus-pemerkosaan-anak-disabilitas-kemenpppa-dorong-orang
-tua-berikan-pengasuhan-terbaik
ANALISIS ISU

KELOMPOK RENTAN

Tiga orang pelaku kasus pemerkosaan terhadap anak perempuan


penyandang disabilitas intelektual telah melanggar pasal 76D UU
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman
pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 81 Ayat (1), (2), (3) dan (6) UU
17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Menjadi Undang-Undang.

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4528/kecam-kasus-pemerkosaan-anak-disabilitas-kemenpppa-dorong-orang
-tua-berikan-pengasuhan-terbaik
ANALISIS ISU

KELOMPOK RENTAN

Tiga orang pelaku kasus pemerkosaan terhadap anak perempuan


penyandang disabilitas intelektual telah melanggar pasal 76D UU
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman
pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 81 Ayat (1), (2), (3) dan (6) UU
17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Menjadi Undang-Undang.

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4528/kecam-kasus-pemerkosaan-anak-disabilitas-kemenpppa-dorong-orang
-tua-berikan-pengasuhan-terbaik
MEKANISME
PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN HAM
DI KANTOR WILAYAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
HUKUM DAN HAM RI NOMOR 23 TAHUN 2022 TENTANG
PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
D
E
F
I
N
I
S
I
PENANGANAN
DUGAAN
PELANGGARAN
HAM
RUANG
LINGKUP
MEKANISME
PENGADUAN
DUGAAN
PELANGGARAN
HAM
POS
PENGADUAN
HAM
MEKANISME
PENGADUAN
MELALUI
POS
PENGADUAN
TATA CARA
DAN SYARAT
PENGADUAN
CARA
MELAKUKAN
PENGADUAN
MEKANISME
DUGAAN
PELANGGARAN
HAM YANG
TIDAK
DIADUKAN
PROSES
PENANGANAN
PENGADUAN
DI KANTOR WILAYAH
TUJUAN DAN
PRINSIP
PEMERIKSAAN
HASIL
PEMERIKSAAN
PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN HAM
TAHUN 2022

KLARIFIKASI PROSES REKOMENDASI/


JENIS KASUS TOTAL INFORMASI
KASUS TELAAH

PENAHANAN IJAZAH
45 45 2 43
PERLINDUNGAN PEREMPUAN &
ANAK 18 18 18 15
PERTANAHAN
11 9 9 9
TURUT SERTA DALAM
PEMERINTAHAN 1 1 1 1
PENGANIAYAAN PADA PROSES
PENYIDIKAN OLEH POLISI 1 1 1 1
PELAYANAN KESEHATAN 1
1 1 1
TOTAL 77 75 32 70
PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN HAM
TAHUN 2023

JENIS KASUS TOTAL KASUS KLARIFIKASI PROSES REKOMENDASI/


INFORMASI
TELAAH

PENAHANAN IJAZAH
3 3 2 1
PERLINDUNGAN PEREMPUAN
DAN ANAK 5 3 3 -
PELAYANAN PUBLIK 2 2 - -
PERTANAHAN 6 4 4 2
HAK TEMPAT TINGGAL 2 1 1 -
HAK INFORMASI YANG BENAR 1 - - -
TOTAL 19 11 10 3
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Tidak diberikan hak bertemu anak kandung pasca perceraian

Bahwa Pelapor dan Terlapor menikah tahun 2006 setelah menikah


tinggal di apartemen milik Pelapor; tahun 2010 Terlapor
mengandung dan ingin melahirkan dan menetap di Indonesia; Maret
2010 pindah ke Indonesia dan Juni 2010 melahirkan anak
perempuan; Di Indonesia Pelapor tinggal di rumah orang tua
Terlapor; Sejak saat itu sering terjadi perselisihan; Pelapor diminta
oleh orang tua Terlapor menjual apartemennya di Belgia untuk
renovasi rumah orang tua Terlapor dan sisa uang penjualan dan
tabungan Pelapor dibelikan tanah di Indionesia; September 2014
Pelapor dan Terlapor resmi bercerai melalui Pengadilan Negeri
dengan putusan hak asuh anak diberikan kepada ibunya tanpa ada
keterangan yang memberikan hak kepada Pelapor untuk dapat
bertemu anak kandung;
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Tidak diberikan hak bertemu anak kandung pasca perceraian
Sejak perceraian tahun 2014 s.d. 2022, Pelapor tidak dapat
bertemu dengan anaknya; Pelapor meminta bantuan Pendeta
untuk melakukan mediasi dengan Terlapor namun tidak ada
hasil. Pelapor melaporkan hal ini kepada Dinas PPA Kabupaten
Sukoharjo namun tidak ada hasil; Juni 2019 Pelapor mengirimkan
surat kepada KPAI Jakarta pelarangan akses bertemu orangtua;
Augustus 2019 datang ke pusat KPAI Jakarta tetapi tdak ada
kelanjutan; November 2021 Pelapor menyampaikan surat
pengaduan ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah; dan telah tindak lanjuti dengan mengundang
Terlapor sebanyak 3 (tiga) kali untuk hadir memberikan penjelasan
dan klarifikasi, akan tetapi tidak hadir dengan alasan sakit; dan
dengan alasan tidak jelas;
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Tidak diberikan hak bertemu anak kandung pasca perceraian
KESIMPULAN:
Permasalahan pelanggaran HAM ini terjadi dipengaruhi oleh 2
(dua) faktor, yaitu:
1) Faktor internal yaitu sifat egois, intoleransi, kurangnya empati,
tidak mempunyai pemahaman HAM, kondisi psikologis pelaku,
keinginan melakukan balas dendam,
2) Faktor eksternal
 Sistem hukum yang lemah dan tidak berjalan
Tidak ada penanganan cepat dan tepat dalam pelanggaran
HAM. Instrumen yang dipergunakan tidak memberikan
kewenangan melakukan upaya paksa sehingga
permasalahan tidak dapat diselesaikan secara tuntas dan
masih menggantung.
 Orang tua yang dominan;
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Penyerobotan tanah karena adanya pembangunan tembok masjid;

Tahun 2000, Pelapor memperoleh tanah hibah dengan Akta Hibah


nomor 57/Kyn/2000, tanah hibah telah disertifikatkan Hak Milik (SHM)
dengan an. Pelapor; Pelapor mendaftarkan tempat belajar mengaji
menjadi sebuah Yayasan atas namanya tanpa bermusyawarah
dengan pengurus masjid lainnya dan memindahkan tempat belajar
mengaji yang semula di Masjid ke rumahnya; Perbuatan Pelapor ini
mengakibatkan perselisihan dengan warga setempat dan Pelapor tidak
diijinkan lagi menjadi salah satu pengurus masjid dimaksud. Tahun
2010 ada pembangunan pagar tembok masjid yang diduga melanggar
batas tanah dari Pelapor; hal ini menambah runcing perselisihan
antara Pelapor dan Terlapor; pembangunan tembok masjid tujuannya
agar binatang ternak warga tidak masuk halaman masjid; Terlapor
diduga melakukan tindakan provokasi kepada warga agar Pelapor
tidak lagi ikut campur dalam hal pengurusan kegiatan Masjid; Januari
2018 telah dilakukan pengukuran ulang oleh BPN
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Penyerobotan tanah karena adanya pembangunan tembok masjid;
Pelapor melaporkan Terlapor ke Polres perihal Tindakan Pengeroyokan;
Kanwil melakukan koordinasi dengan Polres Pati terkait Pengaduan
tersebut dan diperoleh keterangan dari Polres, bahwa pengaduan
Pelapor adalah suatu hal yang minim bukti sehingga tidak dapat
ditindaklanjuti; Pelapor berniat menjual tanah tersebut dengan harga Rp
500.000.000 akan dibeli oleh Ahli waris dari pemberi hibah dengan
harga Rp.150.000.000 dengan harapan agar dikemudian hari tanah
tersebut tidak lagi menjadi masalah. Telah dilakukan pengukuran ulang
dengan menghadirkan oleh BPN sebanyak 3 (tiga) kali dengan hasil
Pembangunan Pagar Tembok masjid tidak melewati batas tanah dari
Pelapor, justru hasil luas tanah yang diukur melebihi dengan apa yang
tercatat pada sertifikat dengan Nomor: 11.11.02.14.1.00243. tetapi
Pelapor tidak mau mengakui hasil dari pengukuran ulang tersebut. Hasil
koordinasi dengan Terlapor bahwa Takmir masjid tidak melarang
Pelapor untuk beribadah di masjid.
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Penyerobotan tanah karena adanya pembangunan tembok masjid;

KESIMPULAN
1) Dari permasalahan ini dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya
Pelapor adalah yang terlanggar HAM;
2) Permasalahan ini dipicu adanya faktor internal dalam diri Pelapor
yaitu sifat egois, keadaan psikologi pelapor, kurangnya empati dan
kurangnya pemahaman HAM;
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Penahanan Ijazah karyawan oleh perusahaan

Pelapor mulai bekerja di Perusahaan 2021; Ijazah Pelapor ditahan oleh


Perusahaan sebagai jaminan selama bekerja; Selama bekerja sering
mendapatkan tindakan kasar seperti: dibentak serta dituduh
memanipulasi nota pembelian bahan bakar; Pelapor dalam
mendapatkan gaji selalu terlambat dan dicicil, dengan alasan kondisi
perusahaan; Adanya kondisi tersebut menjadi alasan Pelapor untuk
berhenti bekerja pada perusahaan dimaksud; Pelapor menginginkan
agar ijazahnya dapat dikembalikan karena dibutuhkan untuk mencari
pekerjaan baru; Pelapor tidak memiliki keberanian untuk mengambil
ijazah dimaksud oleh karena trauma dengan perlakukan Terlapor yang
selalu berbicara kasar;
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Penahanan Ijazah karyawan oleh perusahaan

KESIMPULAN:
1) Perlakuan yang semena-mena oleh pengusaha hingga
mengabaikan hak kesejahteraan karyawan untuk memperoleh upah
kerja terabaikan dengan kondisi di tempat kerja yang tidak kondusif,
perusahaan yang selalu membayarkan gaji terlambat bahkan dicicil
dan sikap yang kurang baik dalam memperlakukan karyawan;
2) Perlu adanya instrument yang mengatur permasalahan penahanan
ijazah yang dilakukan di tempat kerja, dapat berupa peraturan
daerah oleh karena permasalahan ini banyak terjadi di semua
daerah.
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Sengketa tanah waris

Bahwa terdapat tanah seluas 29.105 m2 dimiliki oleh 4 (empat)


masing-masing mempunyai hak ¼ atas tanah tersebut.
Permasalahan muncul setelah 4 (empat) orang ini meninggal;
Terjadi sengketa tanah waris oleh masing-masing ahli waris;
Hingga akhirnya meminta kepada Ketua Pengadilan Tinggi untuk
memediasi dan Ketua PT menindaklanjuti dengan memanggil
kedua belah pihak untuk datang menghadap ke Pengadilan Negeri
di lokus sengketa untuk dilakukan mediasi; Permasalahan ini telah
mendapat putusan pengadilan dari tingkat I hingga upaya hukum
kasasi. Sengketa tanah waris ini belum dapat dilakukan eksekusi
karena di dalam putusan pengadilan tidak menyebutkan obyek
sengketa yang dapat dilakukan eksekusi;
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Sengketa tanah waris

KESIMPULAN
1) Lemahnya system hukum terhadap permasalahan yang terjadi di
masyarakat.
2) Kurang telitinya pejabat yang berwenang dalam melaksanakan
tugasnya sehingga menimbulkan permasalahan;
3) Pengaruh faktor internal para pihak sehingga menimbulkan
permasalahan tidak terselesaikan dengan permufakatan damai;
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai