“Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral,
etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.”
Kewajiban menghormati hak orang lain tercantum pula dalam UUD 1945
Pasal 28J ayat (1):
“Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”
APA ITU PELANGGARAN HAM ?
Pasal 1 angka 6, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja
maupun tidak disengaja atau kelalaian, membatasi, dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
JENIS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA ?
PELANGGARAN HAM BERAT
Pasal 7, Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
Pelanggaran HAM berat adalah pelanggaran HAM yang bersifat kejahatan serius, berbahaya
dan mengancam nyawa manusia. Seperti :
• Kejahatan Genosida
• Kejahatan terhadap Kemanusiaan
• Kejahatan Perang
• Kejahatan Agresi
Pasal 18, Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
• (1) Penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
• (2) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dalam melakukan penyelidikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat
Pasal 104, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
• (1) Untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk Pengadilan Hak
Asasi Manusia di lingkungan Pengadilan Umum.
• (2) Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan undang-undang
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun.
• (3) Sebelum terbentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), maka kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diadili oleh pengadilan yang berwenang.
PELANGGARAN HAM RINGAN
Hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat
dan melekat pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati
keberadaannya oleh negara agar menusia bebas menikmati hak-hak
dan kebebasannya dalam bidang sipil dan politik yang
pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara.
Hak atas
Bantuan
Hukum
Hak atas
Hak Turut
Keberagaman
Serta Dalam
dan
Pemerintahan
Pluralisme
Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil And
Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik)
HAK SIPIL POLITIK DALAM UUD NKRI TAHUN 1945
1. Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1) Hak untuk hidup
2. Pasal 28D ayat (1) Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
3. Pasal 28D ayat (3) Hak atas kesempatan sama dalam pemerintahan
4. Pasal 28D ayat (4) dan Pasa 28E ayat (1) Hak atas status kewarganegaraan dan
hak berpindah
5. Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 28I ayat (1) Hak Kebebasan beragama
6. Pasal 28E ayat (2) dan Pasal 28I ayat (1) Hak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya
7. Pasal 28E ayat (3) Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat
8. Pasal 28F Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
9. Pasal 28G ayat (1) Hak atas rasa aman dan bebas dari ancaman
10. Pasal 28G ayat (2) dan 28I ayat (1) Hak Bebas dari penyiksaan
11. Pasal 28G ayat (2) Hak memperoleh suaka politik
12. Pasal 28I ayat (1) Hak untuk tidak diperbudak
13. Pasal 28I ayat (1) Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum
14. Pasal 28I ayat (1) Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
15. Pasal 28I ayat (2) Hak untuk tidak diperlakukan diskriminatif
LINGKUP HAK SIPOL
Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya adalah hak asasi manusia yang
terkait dengan aspek sosio ekonomi dan budaya, seperti hak
pendidikan, hak atas perumahan, hak atas standar hidup yang layak,
hak kesehatan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya.
Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya diakui dan dilindungi oleh
instrumen-instrumen hak asasi manusia internasional dan regional.
Hak atas
Kesehatan
Hak
Hak atas
Perempuan
Pendidikan
dan Anak
HAK EKONOMI,
SOSIAL BUDAYA
Hak atas
Lingkungan
yang Baik
dan Sehat Hak atas
serta Hak Pekerjaan
atas
Perumahan
yang layak
Pelanggaran Hak-hak ekonomi, budaya, dan sosial terjadi ketika suatu Negara
gagal memenuhi kewajibannya untuk menghormati, melindungi dan
memenuhi hak-hak tersebut. Beberapa contoh:
• Mengusir secara paksa penduduk dari rumahnya (hak atas perumahan
yang layak);
• Fasilitas pengolahan air yang mencemari air minum (hak atas kesehatan);
• Kegagalan untuk memastikan upah yang cukup untuk penghidupan yang
layak (hak untuk bekerja);
• Kegagalan mencegah kelaparan (kebebasan dari kelaparan);
• Penolakan akses terhadap informasi dan layanan terkait kesehatan seksual
dan reproduksi (hak atas kesehatan);
• Memisahkan anak-anak penyandang disabilitas dari sekolah umum (hak
atas pendidikan).
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
DALAM UUD NKRI TAHUN 1945
1. Pasal 27 Ayat (2) Tiap- tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
3. Pasal 28 B (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4. Pasal 28C Ayat (1), Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.
5. Pasal 28D Ayat (2), Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
DALAM UUD NKRI TAHUN 1945
6. Pasal 28E Ayat 1 Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
7. Pasal 28F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangka pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
8. Pasal 28H Ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
9. Pasal 28H Ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA
DALAM UUD NKRI TAHUN 1945
10. Pasal 28H Ayat (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi
dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-
wenang oleh siapa pun.
11. Pasal 28I Ayat (2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang
bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
12. Pasal 33 (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah adat berdasarkan putusan Putusan MA Nomor 3064 K/Pdt/2010
- Pada tanggal 23 Januari 1973, Thonce Bonay Upuya selaku termohon
kasasi/penggugat memperoleh sebidang tanah yang diserahkan secara adat dari
Bapak Demianus Tanawani, selaku pemilik tanah, dan selaku orang tua kandung
para pemohon kasasi/ para tergugat dengan luas tanah adalah 7.397 m2.
- Penyerahan tanah tersebut didasarkan pada hubungan keluarga antara istri
bapak Demianus Tanawani bernama Yuliana Mundoni, sebagai kakak kandung
Helena Mundoni sebagai istri penggugat. Penggugat dan keluarga mengelola,
merawat, dan memelihara sebidang tanah tersebut, dengan berkebun,
menanam tanaman jangka panjang, dan membangun 1 rumah permanen.
- Tanggal 11 April 1986, bapak Demianus Tanawani mendatangi penggugat untuk
menyaksikan penunjukan batas tanah, dan disaksikan oleh tergugat II dan III.
Kemudian pada tahun 1989 terdapat salah satu program Camat Yapen Selatan,
yakni penertiban administrasi kepemilikan tanah, sehingga pada 1 Agustus 1989
dibuat Surat Pelepasan Tanah yang melegitimasi pelepasan lisan oleh bapak
Demianus Tanawani kepada penggugat.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/contoh-kasus-sengketa-tanah-dan-penyelesaiannya-lt635fb7386f08f/
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah adat berdasarkan putusan Putusan MA Nomor 3064 K/Pdt/2010
https://www.hukumonline.com/klinik/a/contoh-kasus-sengketa-tanah-dan-penyelesaiannya-lt635fb7386f08f/
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah adat berdasarkan putusan Putusan MA Nomor 3064 K/Pdt/2010
Secara umum, sengketa tanah timbul akibat adanya faktor, antara lain:
a) Peraturan yang belum lengkap; b) Ketidaksesuaian peraturan;
c) Pejabat pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan jumlah
tanah yang tersedia; d) Data yang kurang akurat dan kurang lengkap;
e) Keterbatasan SDMyang bertugas menyelesaikan sengketa tanah;
f) Transaksi tanah yang keliru; h) Ulah pemohon hak; h) Adanya penyelesaian
dari instansi lain, sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan.
Secara umum, sengketa pertanahan yang timbul dapat dikelompokkan ke
dalam 4 klasifikasi permasalahan:
1. Pengakuan kepemilikan atas tanah;
2. Peralihan hak atas tanah;
3. Pembebanan hak dan
4. Pendudukan eks tanah partikelir.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/contoh-kasus-sengketa-tanah-dan-penyelesaiannya-lt635fb7386f08f/
ANALISIS ISU
SENGKETA TANAH
Sengketa tanah adat berdasarkan putusan Putusan MA Nomor 3064 K/Pdt/2010
Adapun HAK yang terlanggar dalam permasalahan ini adalah:
1. Hak atas lingkungan yang baik dan sehat, Hak atas perumahan yang layak,
terjadinya perselisihan dalam lingkungan masyarakat adat yang
mengakibatkan terjadi keributan permasalahan tanah yang berujung
terjadinya sengketa tanah;
2. Hak untuk mendapat keadilan, dihadapan hukum semua warga negara
mempunyai kedudukan yang sama
3. Hak memperoleh hidup damai, bentrokan yang terjadi berujung pada
kekerasan fisik dan menganggu ketetiban umum;
Berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa pertanahan di lembaga
peradilan, Pasal 4 Ayat (2) Undang-undang Mahkamah Agung RI mengatur
supaya peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana dan berbiaya ringan. Hal
ini dimaksud agar pihak yang bersengketa maupun warga masyarakat yang
terlibat dalam sengketa tanah tidak dirugikan serta tidak dibebani dengan biaya
yang mahal demi mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang
disengketakan.
ANALISIS ISU
TENAGA KERJA
https://news.republika.co.id/berita/rokn37377/spn-bentrok-morowali-dipicu-oleh-pelanggaran-hak-tenaga-kerja-oleh-perusahaan
ANALISIS ISU
TENAGA KERJA
https://news.republika.co.id/berita/rokn37377/spn-bentrok-morowali-dipicu-oleh-pelanggaran-hak-tenaga-kerja-oleh-perusahaan
ANALISIS ISU
PELAYANAN PUBLIK
https://news.republika.co.id/berita/n0xakw/kasus-pembuangan-pasien-merupakan-kejahatan-kemanusiaan
ANALISIS ISU
PELAYANAN PUBLIK
https://news.republika.co.id/berita/n0xakw/kasus-pembuangan-pasien-merupakan-kejahatan-kemanusiaan
ANALISIS ISU
PELAYANAN PUBLIK
LINGKUNGAN HIJAU
LINGKUNGAN HIJAU
LINGKUNGAN HIJAU
Penyelesaian sengketa hukum lingkungan, menurut UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya
disebut UUPPLH, dapat dilakukan melalui pengadilan ataupun di luar
pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa
(pasal 84 ayat 1). Melalui pengadilan, dapat dilakukan dengan jalur
administratif, perdata maupun pidana. Sedangkan di luar pengadilan, dapat
dilakukan dengan negosiasi, mediasi, konsiliasi maupun arbitrase.
Permasalah PT. Rayon Utama Makmur tidak hanya terjadi di tingkat civitas
akademika, bahkan hingga di masyarakat umum yang senantiasa melakukan
komunikasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo melalui
demonstrasi yang dilakukan di DPRD Kabupaten Sukoharjo. Dalam
menghadapi persoalan berupa sengketa, masyarakat sebenarnya memiliki
suatu kekuatan yang bersifat otonom.
ANALISIS ISU
LINGKUNGAN HIJAU
Oleh karena itu, beberapa gelombang demonstrasi dilakukan oleh
masyarakat Kabupaten Sukoharjo yang menuntut untuk ditutupnya ijin
operasional PT. Rayon Utama Makmur (RUM) Sukoharjo, hingga pada
titik akhir yang tidak bisa memberikan solusi untuk kebaikan Bersama
sehingga paa hari Jum’at, 23 Februari 2018 Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukoharjo resmi menutup ijin operasional PT. Rayon Utama
Makmur (RUM) Sukoharjo.
Widyastuti, F. R., & Absori, S. H. (2018). Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (Studi Kasus PT. Rayon Utama Makmur (RUM) di
Kabupaten Sukoharjo) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
ANALISIS ISU
KELOMPOK RENTAN
Kasus penculikan dan pemerkosaan terhadap anak disabilitas berusia 14
tahun terungkap, setelah orangtua korban melaporkan ke pihak
kepolisian bahwa anaknya menghilang. Menurut para pelaku, korban
dibawa ke salah satu rumah kontrakan di Tangeran, Banten.
Dan karena terpengaruh minuman alkohol korban juga mendapatkan
kekerasan seksual dari ketiga pelaku.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4528/kecam-kasus-pemerkosaan-anak-disabilitas-kemenpppa-dorong-orang
-tua-berikan-pengasuhan-terbaik
ANALISIS ISU
KELOMPOK RENTAN
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4528/kecam-kasus-pemerkosaan-anak-disabilitas-kemenpppa-dorong-orang
-tua-berikan-pengasuhan-terbaik
ANALISIS ISU
KELOMPOK RENTAN
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4528/kecam-kasus-pemerkosaan-anak-disabilitas-kemenpppa-dorong-orang
-tua-berikan-pengasuhan-terbaik
MEKANISME
PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN HAM
DI KANTOR WILAYAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
HUKUM DAN HAM RI NOMOR 23 TAHUN 2022 TENTANG
PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
D
E
F
I
N
I
S
I
PENANGANAN
DUGAAN
PELANGGARAN
HAM
RUANG
LINGKUP
MEKANISME
PENGADUAN
DUGAAN
PELANGGARAN
HAM
POS
PENGADUAN
HAM
MEKANISME
PENGADUAN
MELALUI
POS
PENGADUAN
TATA CARA
DAN SYARAT
PENGADUAN
CARA
MELAKUKAN
PENGADUAN
MEKANISME
DUGAAN
PELANGGARAN
HAM YANG
TIDAK
DIADUKAN
PROSES
PENANGANAN
PENGADUAN
DI KANTOR WILAYAH
TUJUAN DAN
PRINSIP
PEMERIKSAAN
HASIL
PEMERIKSAAN
PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN HAM
TAHUN 2022
PENAHANAN IJAZAH
45 45 2 43
PERLINDUNGAN PEREMPUAN &
ANAK 18 18 18 15
PERTANAHAN
11 9 9 9
TURUT SERTA DALAM
PEMERINTAHAN 1 1 1 1
PENGANIAYAAN PADA PROSES
PENYIDIKAN OLEH POLISI 1 1 1 1
PELAYANAN KESEHATAN 1
1 1 1
TOTAL 77 75 32 70
PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN HAM
TAHUN 2023
PENAHANAN IJAZAH
3 3 2 1
PERLINDUNGAN PEREMPUAN
DAN ANAK 5 3 3 -
PELAYANAN PUBLIK 2 2 - -
PERTANAHAN 6 4 4 2
HAK TEMPAT TINGGAL 2 1 1 -
HAK INFORMASI YANG BENAR 1 - - -
TOTAL 19 11 10 3
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Tidak diberikan hak bertemu anak kandung pasca perceraian
KESIMPULAN
1) Dari permasalahan ini dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya
Pelapor adalah yang terlanggar HAM;
2) Permasalahan ini dipicu adanya faktor internal dalam diri Pelapor
yaitu sifat egois, keadaan psikologi pelapor, kurangnya empati dan
kurangnya pemahaman HAM;
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Penahanan Ijazah karyawan oleh perusahaan
KESIMPULAN:
1) Perlakuan yang semena-mena oleh pengusaha hingga
mengabaikan hak kesejahteraan karyawan untuk memperoleh upah
kerja terabaikan dengan kondisi di tempat kerja yang tidak kondusif,
perusahaan yang selalu membayarkan gaji terlambat bahkan dicicil
dan sikap yang kurang baik dalam memperlakukan karyawan;
2) Perlu adanya instrument yang mengatur permasalahan penahanan
ijazah yang dilakukan di tempat kerja, dapat berupa peraturan
daerah oleh karena permasalahan ini banyak terjadi di semua
daerah.
CONTOH KONKRIT PERMASALAHAN HAM
Sengketa tanah waris
KESIMPULAN
1) Lemahnya system hukum terhadap permasalahan yang terjadi di
masyarakat.
2) Kurang telitinya pejabat yang berwenang dalam melaksanakan
tugasnya sehingga menimbulkan permasalahan;
3) Pengaruh faktor internal para pihak sehingga menimbulkan
permasalahan tidak terselesaikan dengan permufakatan damai;
TERIMA KASIH