DAMAI
Laporan Magang
Disusun oleh:
Muhammad Fikri
NIM : 6311191015
CIMAHI – BANDUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Penyusun
(ttd)
Muhammad Fikri
NIM : 6311191015
Disetujui Pembimbing
Dosen Pembimbing,
(ttd)
NID. 412185285
NID :
SURAT PERNYATAAN
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar, tanpa paksaan, sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya dan sebenar-benarnya. Apabila dikemudian hari terdapat
pihak-pihak di tengah masyarakat akademik yang mempersoalkan naskah Laporan
Magang saya, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan aturan
akademik dan etika ilmiah yang berlaku di lingkungan perguruan tinggi.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Hukum Penulis,
(ttd)
(ttd)
Aliesa Amanita,S.H.,M.Kn. Muhammad Fikri
NID :.......................... NIM : 6311191015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan laporan magang saya. Laporan
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan syarat kelulusan mahasiswa hukum
(S1). Praktek ini merupakan salah satu upaya untuk mengetahui bahwa proses hukum tidak
hadir tanpa izin dari anggota TNI dan saya berharap praktek ini akan banyak manfaat bagi
saya sebagai mahasiswa dan pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang terkait dengan praktik yang telah memberikan dukungan moral dan bimbingan
kepada kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph.D selaku Rektor Umum Universitas Achmad
Yani
2. Aliesa Amanita, S.H., M.Kn. sebagai ketua program studi Ilmu Hukum
4. Kolonel Korps Marinir (KH) Marimin, S.H., M.M., MH selaku Pangdam II-08 Bandung
5. Kapten Lisma, S.H. yang telah membimbing kami selama magang di Oditurat Militer II-08
Bandung
6. Orang tua dan teman-teman yang mendukung proses latihan sampai akhir.
Struktur laporan magang ini telah disusun dengan baik, namun tentunya masih banyak
kekurangan. Jadi jika ada kritik atau saran yang membangun bagi penulis, penulis akan
dengan senang hati menerimanya.
Muhammad Fikri
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
(PENJELASAN KASUSNYA)
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
bertumpu pada sistem pertahanan global, di mana sistem pertahanan global, yang terdiri
dari seluruh rakyat (sumber daya manusia), tanah provinsi, dan sumber daya nasional
lainnya, serta didukung dukungan pemerintah, disiapkan dan dilaksanakan secara holistik,
terpadu, terkendali. tata krama. dan metode pengendalian. solusi berkelanjutan. dan
TNI dalam hal ini adalah garda terdepan untuk mengatasi rintangan, kesulitan,
diperlukan angkatan bersenjata yang kuat untuk mengatasi segala rintangan HTAG
rintangan (hambatan, kesulitan, ancaman, gangguan). Itu datang dari dalam dan luar.
Angkatan bersenjata Indonesia meliputi angkatan darat, angkatan laut dan angkatan
udara.1
Menurut Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia No. 34 Tahun 2004, TNI dibagi
menjadi 3 dimensi, yaitu TNI-AD, TNI-AU dan TNI-AU, Standar atau aturan yang ketat
bagi anggota militer diperlukan untuk mencegah personel militer melanggar perlindungan
nama baik TNI. Standar tersebut lebih kuat dan lebih sulit daripada standar hukum di
publik non-militer lainnya. Standar yang tercantum di sini dalam bentuk hukum disiplin
militer dan hukum pidana militer Peraturan yang mengikat tentara KUHP dan KUHP
1
Rizki Oktaphiady,Proses Penyidikan Tindak Pidana Militer Terhadap Anggota TNI yang Tidak Hadir Dalam
Tugas di POMDAM II/Sriwijaya, (Palembang,2021).Hlm 5-6.
untuk mengatur perilaku anggota militer untuk anggota yang melanggar akan dikenakan
THTI adalah ketidakhadiran seorang anggota militer tanpa izin atasan langsungnya
pada tempat dan waktu yang telah ditentukan oleh dinas, jika ketidakhadiran itu
berlangsung sekurang-kurangnya satu hari atau 24 jam dalam waktu damai dan tidak
lebih dari 30 hari. Tindak pidana THTI merupakan tindak pidana yang dilakukan secara
khusus oleh oknum militer karena melawan hukum dan melawan hukum khususnya
hukum pidana militer. THTI telah diatur dalam Pasal 86 KUHPM, khususnya: pertama,
(a). Dengan batas atas pidana penjara selama satu tahun empat bulan, jika ketidakhadiran
dalam waktu damai paling sedikit satu hari dan tidak lebih dari tiga puluh hari.
(b). Dengan hukuman penjara tidak lebih dari dua tahun delapan bulan, jika
Jika ia memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 26
Tahun 1997, ia dapat dipidana dengan hukum pidana, selama ketidakhadirannya tidak
lebih dari 30 hari dan tidak ada hal-hal yang memberatkan. Jika hal-hal yang
diselesaikan dengan hukum pidana. Hal-hal yang memberatkan, yang diatur dalam 88
KUHP:
1) Ancaman pidana maksimum yang diatur dalam Pasal 86 dan 87 KUHP adalah dua kali
lipat:
1. Jika pada saat melakukan kejahatan itu, tidak lebih dari lima tahun telah berlalu sejak
pelaku menjalani seluruh atau sebagian dari hukuman yang dijatuhkan kepadanya dengan
keputusan, karena desersi atau ketidakhadiran dengan sengaja tanpa izin, atau sejak
hukuman itu dijatuhkan. batal sama sekali baginya, atau jika perbuatan itu tidak
2. Jika dua orang atau lebih, masing-masing secara terpisah, dalam melakukan salah satu
kejahatan yang disebutkan dalam pasal 86 dan 87, pergi bersama-sama atau sebagai
6. Jika dia melakukan pelanggaran dengan menggunakan kapal angkatan laut, pesawat
7. Pada saat melakukan tindak pidana dengan membawa binatang yang digunakan untuk
2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 atau Pasal 87, tindak pidana
desersi dalam keadaan damai disertai dua keadaan atau lebih pada ayat (1) angka 1
sampai dengan 7, maka pidana maksimum yang diatur dalam ayat ini ditambah.
setengahnya.2
Perbuatan seorang anggota militer di bidang hukum dan disiplin, seorang komandan
militer yang melibatkan anggota yang melakukan kejahatan atau pelanggaran serius
disiplin militer, dengan Polisi Militer menangani keamanan. Di sisi lain, sebagai
2
Rizki Oktaphiady,Proses Penyidikan Tindak Pidana Militer Terhadap Anggota TNI yang Tidak Hadir Dalam
Tugas di POMDAM II/Sriwijaya, (Palembang,2021).Hlm 5-6.
ANKUM, komandan unit hanya memiliki tugas yang akan dia lakukan di unit dan
Oleh karena itu berdasarkan uraian latar belakang diatas maka menarik kesimpulan
seorang tentara nasional atau anggota militer yang terikat hukum dinas yang terlibat
dalam kasus Tidak Hadir Tanpa Ijin dimasa damai (tidak terjadi perang ) menjadi
permasalahan utama karena yang dimana anggota militer tesebut telah melanggar dari
1. Bagaimana implementasi KUHPM terhadap anggota milliter yang tidak hadir tanpa
ijin?
2. Apa saja Faktor penyebab dan upaya penanggulangan tindak pidana THTI dalam
waktu damai ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui implementasi KUHPM terhadap anggota militer yang tidak hadir
tanpa ijin
2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan tindak pidana THTI dalam waktu damai
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
3
R. Sianturi, 2004, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Cet.2, Alumni Ahaem-petehaem, Jakarta, hlm.18.
khususnya pada penelitian mengenai implementasi masalah-masalah yang terkait
2. Bagi Instansi
penelitian secara lebih jauh terhadap ilmu hukum yang berkaitan dengan upaya
penegakan hukum tidak hadir tanpa ijin yang dilakukan oleh militer
3. Bagi Masyarakat
Bagi Masyarakat dan anggota militer baik semua matra Tentara Nasional
Indonesia yang mana diharapkan penelitian ini memberi dampak positif dan
anggota militer lebih paham mengenai apa saja yang dilanggar dan diatur oleh
A. Metode Pendekatan
1. Yuridis Normatif adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang
ini
B. Spesifikasi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian ini dilakukan
undangan dan bertujuan untuk memberikan gambaran tentang objek yang bermasalah
dalam penelitian. Data diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi, analisis,
catatan lapangan, disusun oleh peneliti di lokasi penelitian, bukan berupa angka-angka
C. Tahap Penelitian
1. Penelitian Kepustakaan
2. Penelitian Lapangan
1. Studi Dokumen
berdasarkan data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang
sampai pada dokumen- dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah. Adapun data
sckunder tersebut memiliki ciri-ciri umum, sebagai berikut: data sckunder pada
umumnya ada dalam keadaan siap terbuat (readymade); bentuk maupun isi data
sekunder telah dibentuk dan diisi oleh penelitipeneliti terdahulu; dan data sekunder
dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan tempat.4
2. Studi Lapangan
yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti
untuk memperoleh data primer. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan
sistematika terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala pada objek
penelitian.
b. Wawancara merupakan suatu proses atau dialog secara lisan antara pewancara dan
peneliti.
diteliti. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia.
Metode analisis data adalah kegiatan analisis data yang telah diolah pada
uraian di atas. Menganalisis data tergantung pada sifat data yang dikumpulkan oleh
penulis. Analisis data yang diperoleh secara sistematis, selanjutnya dianalisis secara
normatif kualitatif, karena data yang diteliti sendiri merupakan bentuk penelitian yang
4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009). Hlm. 13-14.
mengacu pada norma-norma hukum yang terkandung dalam berbagai peraturan
A. Tempat Pelaksanaan
B. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksaan magang ini terhitung mulai tanggal 04 April 2022 sampai dengan
04 Mei 2022
BAB II
DAMAI
prajurit TNI berpangkat Kapten ke bawah atau yang dipersamakan. Dan juga
b. Mereka sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf c yang
c. Mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh Pengadilan
Militer;
(2) Selain mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Oditurat Militer II-08 Bandung berkedudukan di Ibu Kota daerah provinsi Jawa
Barat yaitu di Bandung dengan daerah hukum meliputi seluruh daerah di Jawa Barat
3. Lanal Cirebon
Perwira :5
Bintara :6
Tamtama : 1
PNS : 11
Jumlah : 23 Personil
VISI
MISI
yaitu Bandung dengan daerah hukum meliputi seluruh daerah di Jawa Barat kecuali
ORJEN TNI
WAKIL
KAOTMIL
WAKIL
UNSUR
KAURTAUD
PIMPINAN
UNSUR PELAYANAN
KAPOK ORMIL
UNSUR PEMBANTU PIMPINAN
KA UPT
UNSUR PELAKSANA
Militer II-08 Bandung yang berada di Jl. LLRE Martadinata St No. 59, Citarum, Bandung
Wetan, Kota Bandung Jawa Barat sebagai syarat kelulusan Program Strata satu (S1) di
program Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Achmad
Yani. Penulis dapat mengetahui proses penyelesaian berkas perkara dan mengetahui system
pembagian tugas pokok dari setiap bagian yang dilaksanakan di Oditurat Militer II-08
Bandung.
7 8
6
1 KA/WAKA OTMIL KASILAHKARA
KAUR TAUD
2 4
.
KASITUT
3
10
9 KASIMINKARA
5
12
ANKUM/PAPERA
DILMIL
11
Keterangan :
1. Oditurat Militer menerima berkas perkara dari penyidik POM yang diterima oleh
Kaurtaud
2. Kaurtaud mencatat dalam agenda surat masuk kemudian diteruskan kepada Kaotmil
3. Kaotmil memberikan petunjuk kepada kasilahkara untuk meneliti syarat formil dan
4. Oditur militer pengolah melalui kasilahkara menyerahkan konsep Bapat, SPH dan
5. Setelah mendapat persetujuan dari kaotmil selanjutnya konsep Bapat,SPH dan Keppera,
maupun Kepkumlin dan Keptuppera diserahkan Kembali kepada Oditur Militer pengolah
untuk perbaikan
6. Oditur Militer pengolah menyerahkan Bapat, SPH dan Keppera, maupun Kepkumlin dan
setelah ada putusan selanjutnya otmil akan menindaklanjuti sesuai amar putusan
8. Oditur militer melalui kaurtaud menerima keppera dari paperea, ataupun Juknis kumplin
9. Kaurtaud meneruskan keppera dari papera, ataupun juknis kumlin maupun tuppera dari
12. Untuk juknis kumplin maupun tuppera oleh oditur militer melalui kaurtaud dikirimkan ke
1) Kaurtaud bertugas mencatat dalam agenda surat masuk dan juga mencatatnya kedalam
buku bantuan
2) Kaurtaud bertugas membuat surat disposisi, kemudian surat tersebut diserahkan kepada
3) Kaurtaud bertugas mencatat agenda surat keluar yang dikeluarkan dari pihak Oditurat
Militer
dan materil
2) Situt bertugas untuk melakukan eksekusi terhadap terdakwa yang sudah menjalani
putusan siding
3) Situt bertuga untuk mengitung jangka waktu tahanan yang diberikan kepada terdakwa
1) Siminkara bertugas untuk mencatat perkara yang telah diputus oleh pengadilan Militer
diselesaikan
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Implementasi KUHPM terhadap anggota milliter yang tidak hadir tanpa ijin
Setiap anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) wajib tunduk dan patuh pada setiap
ketentuan hukum yang berlaku padanya, yaitu Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Militer (KUHPM) dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 tentang Hukum Disiplin
Militer, serta peraturan-peraturan lainnya. undang-undang lain yang mengikatnya, seperti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan undang-
undang lainnya. Peraturan tersebut berlaku bagi setiap prajurit Tentara Nasional
Indonesia (TNI), baik tantama, bintara maupun perwira. Semua ketentuan ini berlaku
sama tanpa ada pengecualian.
Anggota Tentara Nasional Indonesia yang dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi
negara yang tidak memenuhi atau memenuhi ketentuan tersebut di atas, akan diproses
secara hukum sebagai tersangka tindak pidana militer. Adapun salah satu kejahatan
militer yaitu kejahatan murni atau disebut “zuiver militaire delict”, yaitu kejahatan yang
hanya dilakukan oleh orang militer, karena khusus untuk militer. Jenis kejahatan militer
murni diatur dalam Pasal 87 KUHP yaitu (1). Meninggalkan layanan dalam waktu 30
(tiga puluh) hari, (2). Tinggalkan tugas yang diperintahkan, dan (3). Melarikan diri dari
satuan tugas selama pertempuran baik sengaja maupun tidak sengaja tanpa izin
komandan. Adapun hukumannya, diatur dalam Pasal 85 KUHP, bahwa seorang prajurit
dipidana dengan hukuman disiplin, penjara, dan pemecatan dari dinas militer.
Ketentuan Pasal 85 Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) berbunyi:
Militer, yang kesalahannya menyebabkan ketidakhadirannya tanpa izin diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, jika ketidakhadiran dalam waktu
damai sekurang-kurangnya satu hari dan paling lama tiga puluh hari;
2. Dengan pidana penjara paling lama satu tahun, jika ketidakhadiran itu dalam waktu
damai, karena kelalaiannya seluruhnya atau sebagian dari perjalanan ke suatu tempat
yang terletak di luar pulau tempat ia berada sekarang yang diketahuinya atau patut patut
diduganya ada perintah untuk itu;
3. Dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan jika ketidakhadiran
selama perang tidak lebih dari empat hari;
4. Dengan pidana penjara paling lama dua tahun, jika ketidakhadiran selama perang
disebabkan oleh kelalaiannya seluruhnya atau sebagian dari usaha perjalanan yang
diperintahkan olehnya seperti disebutkan dalam angka 2, atau kegagalan bertemu
musuh.
Pelanggaran Hukum Disiplin Absen Tanpa Izin (THTI) diatur dalam Pasal 86
KUHPM yang menyatakan bahwa: Tentara yang dengan sengaja tidak hadir tanpa izin
diancam dengan:
- 1, Dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan, jika ketidakhadiran
dalam waktu damai paling sedikit satu hari dan paling lama tiga puluh hari.
- Kedua, dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika
ketidakhadiran selama perang tidak lebih dari empat hari.
Pada dasarnya pelanggaran hukum disiplin THT adalah perbuatan atau perbuatan
yang termasuk dalam kejahatan militer karena diatur dalam Pasal 86 KUHP, namun
dalam Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin
Prajurit ABRI. Dinyatakan bahwa pelanggaran hukum disiplin tidak murni adalah setiap
perbuatan yang merupakan tindak pidana yang sifatnya sangat ringan sehingga dapat
diselesaikan dengan hukum disiplin militer.
Dari uraian di atas, dalam penjatuhan setiap anggota yang melanggar aturan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pelanggaran disiplin dan melakukan tindak pidana dengan
hukuman ringan kurang dari 3 bulan. Semua pelanggaran atau tindak pidana ringan
dalam penyelesaiannya dilakukan oleh Ankum dan tidak dilanjutkan di pengadilan
militer
4.2 Faktor penyebab dan upaya penanggulangan tindak pidana THTI dalam waktu
damai
a. Faktor penyebab Tindak pidana THTI
1. Memiliki masalah pribadi
Masalah dalam keluarga menjadi salah satu penyebab anggota TNI melakukan
tindak pidana THTI. Karena bagi seorang prajurit, rumah merupakan tempat
istirahat, pelepas penat dan dahaga setelah menjalankan tugas dinasnya. Nah, jika
seorang prajurit berselisih atau bertengkar dengan istrinya ketika pulang ke rumah,
tentu dia tidak akan tahan dengan kondisi itu dan dia akan meninggalkan rumah
untuk menenangkan diri dalam beberapa hari. Masalah yang biasanya terjadi
adalah kecemburuan istri, istri tidak pengertian, hal-hal kecil lainnya. Sambil
keluar rumah untuk menenangkan diri, selama itu seorang prajurit tidak masuk
dinas. untuk menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga terjadi Tindak Pidana
Absensi Tanpa Izin..
2. Keperluan Yang Mendesak
Jika ada kepentingan yang sangat mendesak, prajurit segera meninggalkan
kesatuannya tanpa memperhatikan tata cara perizinan untuk menyelesaikan
kepentingannya yang sangat mendesak. Kepentingan yang mendesak misalnya
keluarganya yang sakit di desa, ada masalah di keluarga besar di desa, ia
membutuhkan uang tambahan sehingga harus bekerja di luar dinas resminya, maka
ia meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya. Pelaku melakukan tindak pidana
tanpa izin karena mendapat dari orang biologis yang menyatakan bahwa ibunya
sakit keras di desa, mendapat kabar tersebut dan langsung keluar desa karena kabar
bahwa ibunya sakit.
3. Mental
Tindakan absensi tanpa izin ini terjadi ketika ada beberapa prajurit yang tidak
siap mental untuk menjalankan tugas dan tugasnya, terutama yang hidupnya
terlibat dalam dinas militer, terutama yang bertugas di batalyon atau unit tempur.
Latih persiapan Anda dalam situasi apa pun. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Panglima Angkatan Bersenjata. Tatang Sulaiman (PAGDAM
IM 2016) berpesan kepada seluruh prajurit TNI melalui spanduk yang ditempel di
seluruh jajaran KODAM IM: “Kalau kita berperang jangan tanya. Kita pasti
perang, makanya belajar, belajar, belajar”. Ini telah disampaikan. Setiap prajurit
membutuhkan banyak energi, terutama dalam latihan tempur, dan ia harus terus-
menerus melakukan latihan tempur ketika lelah, lelah, atau bahkan sakit di tempat
latihan.
4. Ekonomi (Keuangan)
Masalah keuangan ini sangat berpengaruh terhadap prajurit untuk memenuhi
tugas dan tanggung jawabnya dalam pekerjaannya, gaji prajurit tidak jauh lebih
tinggi dari gaji PNS, gajinya dapat memperkaya diri sendiri dan uang masuk. Jika
seorang prajurit berasal dari keluarga kaya dengan kehidupan yang mewah dan
segala kebutuhannya, dia tidak peduli dengan kehidupan seorang prajurit yang
murah, bahkan jika dia mencari uang untuk menambah penghasilannya untuk
masuk. dari pekerjaan mereka sehingga para prajurit tidak melakukan hal-hal buruk
di sana. Tidak ada kesepakatan.
Pelanggaran mangkir ini dilakukan karena prajurit tersebut belum banyak
memenuhi kebutuhan finansial dan kemewahannya, oleh karena itu ia
meninggalkan dinas untuk mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi
kebutuhannya, semua kebutuhan karena penghasilan bulanannya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhannya. ingin Satu bulan kehidupan diperlukan. Dhini Aryanthi
juga mengatakan bahwa memang benar jika melihat gaji TNI cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, gaji tidak cukup jika gaji digunakan untuk
liburan atau kesenangan. dan membeli barang-barang mahal sebagai fashion.
menggunakan. hidup.
5. Lingkungan
Kehidupan seorang prajurit TNI sangat berbeda dengan kehidupan masyarakat
sipil atau PNS lainnya, dan ia adalah seorang prajurit untuk memenuhi tugas dan
tanggung jawabnya sebagai PNS. Dan sampai Anda sakit dan berlatih sampai Anda
mati, karena seluruh cara menjadi seorang prajurit adalah dengan "berlatih,
berlatih, berlatih. Tenang saja." Dia benar-benar perlu berlatih dan berpikir keras
untuk bisa sukses dalam pertempuran dan yah "Lebih baik pulang daripada mati di
medan perang", yang artinya | Dalam pertempuran, prajurit harus maju berperang
dengan segenap jiwa dan raganya hingga titik darah penghabisan untuk
mengalahkan musuh.
b. Upaya penanggulangan Tindak Pidana THTI
1. Meningkatkan efektifitas pengawasan melekat atau pengawasan internal sebagai
salah satu fungsi komando dari Komandan Satuan
Mencegah kegiatan kriminal yang tidak sah memiliki dampak yang signifikan
pada setiap unit prajurit. Dalam upaya ini, peran utama adalah komandan unit,
komandan adalah komandan tertinggi dari unit mana pun, dan komandan
melibatkan memastikan bahwa anggota selalu menghormati hukum. Anda
sepenuhnya bertanggung jawab atas para prajurit di bawah komando Anda.
Berlaku untuk TNI. Mencegah anggota tidak hadir tanpa izin. Karena komandan
setiap unit adalah direktur yang memiliki hak untuk menghukum di bawah hukum
militer (Ankum), ia memiliki wewenang untuk menghukum mereka yang
melanggar hukum, termasuk mereka yang tidak datang tanpa izin.
2. Melaksanakan Tugas Penyidikan
Pelaksanaan kejahatan ini diatur oleh undang-undang, khususnya undang-
undang tentang pengadilan militer tahun 1997, yang menyatakan bahwa inspektur
di militer adalah kriminal (ANKUM), atasan polisi militer. dan jaksa. Omong-
omong, asisten penyidik adalah semua unit Provo dari unit mereka sendiri di
kepolisian Provo. Pengawas dengan otoritas kriminal memiliki hak untuk
melakukan penyelidikan terhadap bawahannya. Personil militer dipimpin oleh
inspektur polisi militer dan jaksa, yang menerima laporan pelaksanaan penyidikan
dari inspektur polisi militer dan jaksa yang menangani kasus tersebut. Berkas
penyidikan polisi militer dan kejaksaan untuk menangkap tersangka anggota THTI
di bawah komando ANKUM. Untuk kepentingan penyidikan, Kepala Bagian
Pidana berwenang menahan tersangka paling lama 20 (dua puluh) hari dengan
surat keputusan dan dapat diperpanjang setiap 30 (tiga) hari. maksimal 180 hari.
(seratus delapan puluh) hari jika diperlukan untuk keperluan pemeriksaan.
Penyidik manapun dapat menangkap dan menahan tersangka THTI untuk
menjalani proses penyidikan, penangkapan dan penahanan ini sangat penting
dalam kasus THTI karena sebagian besar pelaku berniat melarikan diri.
3. Melaksanakan Tugas Penuntutan.
Di Lingkungan Pengadilan Melakukan Pendaftaran Militer. Penuntut Umum
Militer sebagai Penerbit Umum di Peradilan, Penuntut Militer sebagai Penerbit
Umum, Jaksa Penuntut Umum adalah aplikasi tertinggi. di Lingkungan Militer
serta pimpinan tertinggi dan penanggung jawab Oditurat yang mengendalikan
pelaksanaan tugas dan. kewenangan Oditurat. Dalam hal tindak pidana tidak hadir
tanpa izin berupa pidana penjara. paling lama satu tahun empat bulan, berat atau
beratnya diukur dengan jumlah hari dan motif melakukan. tindak pidana tidak
hadir tanpa izin. izin. Penuntut Umum dalam melakukan suatu tindakan sangat
memperhatikan kemanfaatan dan keadilan bagi pelaku. kejahatan yang dilakukan
sesuai dengan akta tersebut..
4. Menindak tegas prajurit TNI yang terlibat perkara pidana dengan ketentuan hukum
yang berlaku serta menghindarkan proses penyelesaian yang berlarut-larut..
Seorang Hakim yang menjalankan kekuasaan kehakiman di Pengadilan Militer
disebut Hakim Militer, di. Pengadilan Tinggi Militer disebut Hakim Tinggi Militer,
dan di Pengadilan Militer Utama disebut Hakim Militer Pratama. Pengadilan
Militer memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara tindak pidana tidak
hadir tanpa izin. Terdakwa adalah Kapten TNI ke bawah. Pengadilan Tinggi
Militer apabila bersidang pada tingkat. pertama akan memeriksa dan memutus
perkara pidana THTI yang terdakwanya adalah TNI berpangkat. Mayor ke atas,
maka Pengadilan Tinggi Militer juga bertugas untuk memeriksa dan memutus pada
tingkat banding. Perkara pidana THTI yang telah diputus oleh Pengadilan Militer
di wilayah hukumnya. yang diajukan banding. Pengadilan Militer Utama bertugas
memeriksa dan memutus banding atas perkara pidana yang telah diputus pada
tingkat pertama oleh Pengadilan Tinggi Militer yang dimohonkan banding.
Sehingga hakim dalam perkara mengadili pelaku tindak pidana tidak hadir tanpa
izin yaitu dengan menjatuhkan sanksi pidana penjara yang sesuai bagi terdakwa
dengan berbagai pertimbangan. Hakim akan menilai seadil-adilnya dengan tujuan
mendidik yang bersangkutan agar dapat mewujudkan dan kembali ke jalan yang
benar untuk menjadi seorang prajurit dan warga negara yang baik sesuai dengan
falsafah Pancasila dan Sapta Marga..
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Penegakan hukum pelanggaran disiplin absensi tanpa izin atau THTI mengacu pada
hukum yang berlaku yaitu KUHAP, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 tentang
Hukum Disiplin Militer dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan
Militer. THTI merupakan jenis kejahatan yang begitu ringan sifatnya bagi anggota TNI
yang melanggar sehingga penindakannya dilimpahkan kepada Ankum. THTI hampir
sama dengan desersi, perbedaan antara ketidakhadiran tanpa izin dan desersi adalah niat
pelaku dan waktu ketidakhadiran. Pada umumnya penegakan hukum THTI dengan
tindak pidana desersi sama dengan proses penegakannya, hanya saja jika ada anggota
TNI yang melakukan kedua pelanggaran tersebut sekaligus maka hukumannya paling
berat dari kedua pasal tersebut yaitu Pasal Ketidakhadiran Tanpa Izin (THTI) atau Pasal
kejahatan desersi. Rumusan kedua pasal tersebut terdapat dalam KUHPM pasal 85, 86
dan 87. Dalam hal ini pasal yang paling berat adalah pasal tentang tindak pidana desersi.
Perbedaan mendasar antara THTI dan Desersi adalah dalam hal waktu. THTI adalah
tindakan tidak masuk dinas lebih dari 3 hari dan kurang dari 29 hari, sedangkan desersi
adalah pergi
2. Tindak pidana tidak hadir tanpa izin (THTI) di masa damai terjadi karena disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Memiliki Masalah Pribadi
2) Keperluan yang Mendesak
3) Mental
4) Ekonomi (Keuangan)
5) Lingkungan
3. Upaya untuk menanggulangi tindak pidana absen tanpa izin (THTI) di masa damai
dilakukan melalui upaya-upaya berikut:
1) Meningkatkan efektivitas pengawasan inheren atau pengendalian intern sebagai salah
satu fungsi komando Komandan Satuan
2) Melaksanakan Tugas Investigasi
3) Melaksanakan Tugas Penuntutan
4) Menindak tegas prajurit TNI yang terlibat kasus pidana dengan ketentuan hukum yang
berlaku dan menghindari proses penyelesaian yang berlarut-larut.
5.2 Saran
4. Perlu diadakannya pembinaan terpadu yang lebih komprehensif untuk mengatasi dan
meminimalir pelanggaran disiplin oleh Prajurit TNI.
5. Hendaknya prajurit TNI benar-benar menghayati peran dan tugasnya sebagai prajurit
yang mengutamakan disiplin dalam setiap aspek hidupnya sesuai dengan tanggungjawab
yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA