SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Islam Bandung
Oleh
NPM : 10040013178
Dibawah Bimbingan
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NPM : 10040013178
Tangerang, Banten
Apabila dikemudian hari temukan baik seluruh atau sebagian dari skripsi tersebut
terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Unisba.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan
dari siapa pun juga, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Amrul Fikri
i
LEMBAR PENGESAHAN
Bandung, 31 Juli 2017
Menyetujui,
Pembimbing
Diketahui Oleh:
Dekan Fakultas Hukum
ii
MOTO
Ketika kamu terjatuh, bangkitlah, ketika terjatuh lagi bangkitlah, dan ketika kamu
(Amrul Fikri)
iii
ABSTRAK
Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration
and Use of Outer Space, Including the Moon and other Celestial Bodies 1967
(The Outer Space Treaty) merupakan perjanjian yang dibentuk oleh negara –
negara peserta perjanjian untuk mengatur kegiatan penggunaan dan pemanfaatan
ruang angkasa beserta benda – benda langit lainnya. Ruang angkasa memiliki
sumber daya alam yang terbatas antara lain orbit, yaitu sumber daya alam yang
merupakan jalur – jalur untuk pengorbitan satelit. Menurut The Outer Space
Treaty, kegiatan penggunaan serta pemanfaatan benda – benda langit pada
dasarnya secara eksklusif hanya untuk tujuan damai saja, sehingga bentuk
kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan militer merupakan pelanggaran atas
perjanjian ini. Pada prakteknya terdapat beberapa negara yang melakukan
kegiatan keruangangkasaan yang ditujukan untuk kepentingan militer. Skripsi ini
membahas permasalahan hukum dari kegiatan keruangangkasaan yang dilakukan
untuk tujuan militer.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu
dengan teori-teori hukum dalam praktek pelaksanaannya, penelitian yang
menggunakan sumber data sekunder dengan bahan hukum primer yaitu Treaty on
Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer
Space, Including the Moon and other Celestial Bodies 1967 disingkat Outer
Space Treaty 1967 dan bahan hukum sekunder yaitu buku-buku, dokumen, hasil-
hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan media online.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan manusia di
ruang angkasa telah diatur didalam berbagai instrumen hukum ruang angkasa
internasional. Lebih spesifiknya untuk pengaturan tentang kegiatan penggunaan
dan pemanfaatan benda – benda langit yang ditujukan untuk kepentingan militer
telah diatur didalam The Outer Space Treaty. Merujuk kepada aturan – aturan
yang ditetapkan oleh hukum ruang angkasa internasional, kegiatan
keruangangkasaan yang dilakukan oleh India terdapat ketidaksesuaian dengan
regulasi yang terdapat didalam The Outer Space Treaty dengan meluncurkan
satelit GSAT-7 yaitu satelit yang diperuntukan untuk membantu komunikasi,
navigasi, serta pemetaan wilayah yang ditujukan untuk kepentingan militer India,
dengan demikian kegiatan tersebut termasuk kegiatan yang ditujukan untuk
kepentingan militer walaupun bersifat non-agresif.
Kata Kunci: Hukum Ruang Angkasa, The Outer Space Treaty, Satelit
Militer
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,
karena atas limpahan kebaikan, rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan,
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang
sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S1) pada Bagian Hukum
skripsi ini penulis menyadari bahwa untuk memenuhi persyaratan sidang skripsi
ini masih jauh dari sempurna, yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan
kurangnya pengetahuan penulis.Oleh karena itu dengan besar hati penulis bersedia
menerima segala saran dan kritik yang bertujuan untuk kesempurnaan Skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan
yang sangat berharga dan untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
v
dosen pembimbing dan wakil dekan 1 fakultas hukum universitas bandung yang
Serta terima kasih yang teramat tulus dan sebesar – besarnya kepada yang
tercinta kedua orang tuaku Bapak RIDWAN dan Ibu SISDA BRISMA, serta
kakak dan adik dari penulis yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada
penulis baik secara Materil maupun Imateril, tanpa dukungan dari keluarga
penulis tidak akan bisa menjadi sosok seperti sekarang ini, memang penulis belum
bisa membalas semua yang telah kalian berikan, tapi penulis akan selalu berusaha
1. Bapak Prof. Dr. H. Edi Setiadi, SH., MH. Selaku Rektor Universitas Islam
Bandung
2. Bapak Prof. Dr. Nandang Sambas, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas
Hukum Internasional.
4. Ibu Dr. Hj. Lina Jamilah, S.H, M.H, selaku wakil Dekan II Fakultas
vi
6. Ibu Frency Siska, S.H., M.H. selaku dosen dan pembimbing mengaji saya.
perkuliahan.
10. Kepada Grup Band Hordy Jones, terimakasih telah mewarnai dan
11. Kepada semua teman – teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis dan
membantu penulis dalam masa kuliah dan saat penulisan skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelsaikan skripsi ini yang
vii
Akhirnya tiada kata yang sempurna kecuali Allah SWT. Penulis berharap
dapat membalas apa yang telah mereka berikan, perlihatkan, dan ajarkan, semoga
semua yang telah mereka berikan kepada penulis mendapat keridhoan dan balasan
Wassalamamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................8
E. Kerangka Pemikiran..................................................................................9
F. Metodologi Penelitian.................................................................................15
1. Metode Pendekatan..............................................................................15
2. Spesifikasi Penelitian...........................................................................15
3. Sumber Data........................................................................................16
................................................................................................................................18
ix
1. Tinjauan umum mengenai Kedaulatan Negara dalam hukum
Internasional...................................................................................................21
3. Hal – hal yang Diatur Dalam The Outer Space Treaty 1967...............52
1. Definisi Satelit.....................................................................................54
x
2. Layanan dan Sistem Satelit..................................................................67
1. Pedoman Dasar....................................................................................72
2. Klasifikasi Penggunaan.......................................................................73
3. Alokasi Kapasitas................................................................................74
D. Satelit GSAT-7........................................................................................77
BAB V PENUTUP.................................................................................................94
xi
A. Simpulan..................................................................................................94
B. Saran........................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................96
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah udara dan ruang angkasa kini telah menjadi suatu sumber daya yang
penting bagi kehidupan manusia baik bidang ekonomi, politik, sosial budaya
and the Return of Objects Launched into Outer Space 1968, yang
1
disingkat Rescue Agreement 1968, instrumen hukum ini mengatur
pada benda – benda langit1. Namun didalam kebebasan untuk melakukan akses
pada benda – benda langit di ruang angkasa, negara manapun tidak dapat
Space Treaty dalam pasal 1 yang berbunyi “eksplorasi dan penggunaan ruang
angkasa termasuk benda – benda langit lainnya, harus dilaksanakan demi ke-
2
Ruang angkasa merupakan warisan bersama umat manusia. Dengan
manusia.
bersama oleh umat manusia, dengan adanya The Outer Space Treaty 1967 negara-
negara terikat untuk melindungi sumber daya ini dengan melakukan eksplorasi
ruang angkasa hanya untuk tujuan damai 3. Ruang angkasa memiliki sumber daya
ruang yaitu berupa orbit yang dapat dimanfaatkan oleh umat manusia untuk
jurnalnya tentang orbit dan ketinggiannya terdapat 3 jenis orbit4 antara lain :
Orbit Polar
Orbit Stasioner
Orbit Eliptikal
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia orbit merupakan jalan yang dilalui
oleh benda langit dalam peredarannya mengelilingi benda langit lain yang lebih
besar gaya gravitasinya. Orbit inilah yang merupakan tempat dimana satelit –
2
The Outer Space Treaty, art.11.
3
Ibid, Preamble, para.2.
4
Husni Nasution, “Orbit Satelit Dan Ketinggiannya”, Berita Dirgantara, No.1, Maret 2001.
3
Merujuk kepada kamus besar Bahasa Indonesia, satelit adalah bintang
siarah5 yang mengedari bintang siarah yang lebih besar, misalnya bulan yang
mengedari bumi. Satelit alami adalah salah satu benda ruang angkasa yang telah
ada (bukan buatan manusia) yang mengorbit suatu plane, sedangkan satelit buatan
adalah salah satu benda ruang angkasa buatan manusia yang mengorbit suatu
planet yang dalam pembuatannya memiliki jenis dan fungsi tertentu dengan tujuan
macam, antara lain satelit pemantau yang digunakan untuk tujuan militer bagi
satelit pada dasarnya harus menjamin penggunaan ruang angkasa untuk tujuan
damai.6 Berikut ini adalah bunyi dari pasal 4 The Outer Space Treaty :
“States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the Earth any
objects carrying nuclear weapons or any other kinds of weapons of mass
destruction, install such weapons on celestial bodies, or station such weapons in
outer space in any other manner.
The Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the
Treaty exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases,
installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct
of military manoeuvres on celestial bodies shall be forbidden. The use of military
personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be
prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful
exploration of the Moon and other celestial bodies shall also not be prohibited”.
Maksud dari pasal tersebut adalah negara – negara pihak traktat berjanji
tidak akan menempatkan diorbit sekeliling bumi benda – benda yang membawa
senjata nuklir atau senjata perusak masal lainnya, memasang senjata tersebut pada
5
Wiktionary, Siarah, merupakan planet yang mengitari matahari dan mendapat cahayanya,
diakses dari https://id.wiktionary.org/wiki/siarah, pada tanggal 8 April 2017 pukul 21:08.
6
The Outer Space Treaty, art.4.
4
benda – benda langit atau menempatkan sebjata tersebut dengan cara – cara lain di
ruang angkasa. Bulan dan benda – benda langit lainnya harus digunakan oleh
semua negara pihak traktat secara eksklusif untuk tujuan – tujuan damai.
melakukan percobaan segala jenis senjata dan tindakan manuver militer pada
benda – benda langit harus dilarang. Penggunaan personil militer untuk penelitian
ilmiah untuk maksud – maksud damai lainnya tidak boleh dilarang. Penggunaan
setiap peralatan atau fasilitas yang diperlukan untuk tujuan eksplorasi di bulan dan
penggunaan benda – benda langit yang secara eksklusif hanya untuk tujuan –
tujuan damai. Oleh karena itu satelit yang diterbitkan oleh suatu Negara apabila
untuk penelitian ilmiah ataupun untuk maksud – maksud damai tidak dilarang.
Yang merupakan pelarangan atas akses benda – benda langit dalam hal ini ialah
segala bentuk penggunaan benda – benda langit dengan maksud – maksud atau
melanggar isi dari traktat tersebut dengan muluncurkan satelit yang dimaksudkan
India merupakan anggota dari the outer space treaties 1967 9, meskipun
5
India telah menorehkan beberapa terobosan teknologi yang signifikan dan secara
seri satelit yang mereka usung ke orbit antara lain satelit seri GSAT 11. Diantara
seri – seri satelit yang telah ISRO luncurkan, seri satelit GSAT-7 yang
2013 silam merupakan satelit komunikasi canggih yang dibangun oleh ISRO
untuk menyediakan berbagai spektrum layanan dari bit rate suara rendah ke bit
wilayah laut yang luas termasuk tanah India13. Pengguna satelit yang dimaksud
dilakukan oleh angkatan laut India guna memantau wilayah India serta untuk
membantu komunikasi antara angkatan laut, kapal selam, pesawat udara serta
menjelaskan apa yang dimaksud dengan peaceful purposes dalam kegiatan yang
10
National Geographic Indonesia, “India Melaju dengan Ambisi Luar Angkasa”, diakses dari
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/06/india-melaju-dengan-ambisi-luar-angkasa, pada
tanggal 25 Maret 2017 pukul 20:11.
11
ISRO Satelit Center, “SALIENT FEATURES OF GSAT-7”, diakses dari
http://www.isac.gov.in/communication/index.jsp, pada tanggal 25 Maret 2017 pada pukul 20:35
12
Departement of Space ISRO, “GSAT-7”, diakses dari http://isro.gov.in/Spacecraft/gsat-7, pada
tanggal 25 Maret 2017 pukul 21:01.
13
Ibid.
14
Indian Navy, “Navy gets a boost with Launch of First Dedicated Defence Satellite”, diakses
dari https://www.indiannavy.nic.in/content/navy-gets-boost-launch-first-dedicated-defence-
satellite, pada pukul 21:31.
6
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis sangat tertarik untuk
7
B. Identifikasi Masalah
Internasional ?
C. Tujuan Penelitian
Angkasa Internasional.
India.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat Teoritis
8
terkait dengan satelit yang digunakan untuk tujuan militer yang ada di
India. Dengan demikian pembaca atau calon peneliti lain akan semakin
Manfaat Praktis
E. Kerangka Pemikiran
dalam penggunaan satelit yang ditujukan untuk militer menurut The Outer Space
Treaty 1967. Oleh karena itu, agar proses penulisan hukum terarah, penulis
seluruh kaidah dan asas yang mengatur hubungan yang melintasi batas-batas
internasional) tersebut dapat terjadi baik hubungan yang diadakan negara dengan
15
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional , Alumni, Bandung: 2003, hlm.5.
9
dengan negara sebagai subjek hukum internasional ataupun dengan subjek hukum
suatu instrumen hukum untuk dapat mengawasi dan membatasi setiap tindakan
subjek hukum internasional. Salah satu instrumen hukum internasional itu adalah
multilateral hal ini tergantung dari tujuan dibentuknya perjanjian itu sendiri,
masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh satu negara ataupun fenomena itu
negara-negara yang terikat dalam perjanjian tersebut, namun juga akibat dari
internasional.
dan pemanfaatan benda – benda langit, tanggung jawab negara atas benda – benda
16
Ibid, hlm.117.
10
langit yang diluncurkan, registrasi terhadap benda – benda langit yang
internasional.
hak dan kewajiban - kewajiban yang timbul dari segala aktivitas yang tertuju
kepada ruang angkasa dan di ruang angkasa – dan aktivitas itu demi kepentingan
terrestrial dan non-terrestrial, di manapun aktivitas itu dilakukan 17. Ruang angkasa
merupakan traktat yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur hak, kewajiban, dan
penggunaan ruang angkasa, termasuk bulan dan benda – benda langit lainnya.
demi untuk kemanfaatan dan kepentingan semua negara tanpa memandang tingkat
Traktat ini juga dibuat untuk membebankan kepada setiap negara untuk
17
John C. Cooper, Aerospace Law Subject Matter and Terminology, JALC, 2003, hlm. 89.
11
Terdapat pula beberapa konvensi yang mengatur tentang ruang angkasa (corpus
1975
1967
tentang kegiatan penggunaan dan pemanfaatan ruang angkasa untuk tujuan damai
keamanan internasional serta untuk memajukan kerja sama dan saling pengertian
18
The Outer Space Treaty, art.3.
12
Ketika sebuah benda – benda langit buatan manusia antara lain satelit yang
masalah dalam aturan yang terdapat didalam The Outer Space Treaty 1967. Hal
yang menjadi masalah adalah ketika benda – benda langit yaitu satelit buatan
damai, antara lain untuk kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa
wujud Space Tourism, space tourism adalah wahana dimana seseorang atau
larangan penggunaan ruang angkasa untuk tujuan militer, yang dimaksud dengan
benteng – benteng militer, melakukan percobaan segala jenis senjata dan tindakan
manuver militer terhadap benda – benda langit. 20 Setiap objek yang diluncurkan
oleh suatu negara harus didaftarkan kepada Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa
– bangsa.21 Negara – negara yang meluncurkan benda – benda langit yang dapat
19
Pebri Tuwanto, “Komersialisasi Ruang Angkasa dalam Space Tourism”,
https://www.academia.edu/19387324/Space_Tourism_Sebagai_Wujud_Komersialisasi_Ruang_An
gkasa, diakses 22 Mei 2017, pukul 14:13 WIB.
20
Lapan, op.cit, hlm.14.
21
Convention on Registration of Objects Launched into Outer Space 1975. Art.2.
13
menyebabkan kerusakan serius harus mempertimbangkan supaya secepat
kerugian tersebut.22
bertujuan untuk pemantauan wilayah laut dan darat serta komunikasi antara
angkatan laut, kapal selam, angkatan udara meliputi angkatan darat India pula.
Hal – hal tersebut diatas merupakan sebuah manuver militer yang dimaksudkan
didalam pasal 4 The Outer Space Treaty. Negara India merupakan anggota dari
Dengan demikian aspek hukum yang terkait didalam The Outer Space
“Bulan dan benda – benda langit lainnya harus digunakan oleh semua
Negara Pihak Traktat secara eksklusif untuk tujuan – tujuan damai. Mendirikan
melakukan percobaan segala jenis senjata dan tindakan manuver militer pada
Negara – negara saling berlomba – lomba untuk menjadi yang terkuat diruang
22
Convention on International Liability for Damage Caused by Space Objects 1972. Art.21.
23
The Outer Space Treaty, art.4.
14
dilakukan dan dengan tujuan militer haruslah dilarang untuk menghindari
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Pendekatan
bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum
2. Spesifikasi Penelitian
3. Sumber Data
24
Ibid.
15
Menurut Soerjono Soekanto, data sekunder di bidang hukum
yaitu: bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier.
Space 1975
16
c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk
sebagainya.
BAB II
17
A. Hukum Ruang Angkasa sebagai Hukum Internasional
25
Titik Triwulan Tutik, 2006. Pengantar ilmu Hukum, PT Prestasi Pustakaraya : Jakarta, 2006,
hlm 112.
18
diadakan negara dengan negara maupun negara dengan subjek hukum
secara horizontal. Satu negara atau organisasi internasional maupun subjek hukum
internasional lainnya berelasi satu sama lain. Negara merupakan subjek hukum
internasional dalam arti klasik dan telah demikian halnya sejak lahirnya hukum
pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya (teaching of the most
26
Lihat Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional.
19
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota
bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional, entah itu termuat dalam satu
covenant, dan sebagainya. Secara yuridis semua istilah ini tidak mempunyai arti
tertentu, dengan perkataan lain secara umum dapat disimpulkan memiliki makna
yang sama.27
Internasional
27
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional , Alumni, Bandung: 2003,
hlm.117-119.
20
kebijakan dan kegiatan dalam menjalankan kebijakan dan kegiatan
28
Nkambo Mugerwa, Subjects of International Law, New York, 1968, hlm. 253, dalam Boer
Mauna, op.cit, hlm. 24.
29
kedaulatan yang bersifat eksternal (Westphalian dan International legal sovereignty),
lihat Husni Syam, http://husnisite.wordpress.com/2012/04/14/pengaruh-globalisasi-terhadap-
kedaulatan-negara/.
30
kedaulatan yang bersifat internal (Interdependence dan domestic sovereignty), lihat Husni
Syam, http://husnisite.wordpress.com/2012/04/14/pengaruh-globalisasi-terhadap- kedaulatan-
negara/.
21
Disamping itu, kedaulatan juga memiliki pengertian negatif dan positif.31
a. Pengertian negatif
yang bersangkutan.
b. Pengertian positif
31
Jean Charpentier, Institution Internationales, 13 Edition, Momentos Dallozz, Paris,
1997, hlm. 25-26, dalam Boer Mauna, op.cit, hlm. 25.
32
Boer Mauna, op.cit, hlm.25.
22
suatu negara ketika mengikatkan diri dalam suatu organisasi
tindakan.
33
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Rajawali, Jakarta, 1991,
hlm.174.
34
Priyatna Abdurrasyid, Hukum Ruang Angkasa Nasional Penempatan dan Urgensinya,
Rajawali Pers, Jakarta, 2007, hlm 183.
23
b. T.May Rudy, hukum ruang angkasa adalah hukum yang ditujukan
tertuju pada ruang angkasa dan demi seluruh umat manusia, untuk
udara ini. Istilah yang ia gunakan ialah “Droit Aerien” dan dipakainya
35
T. May Rudy, Hukum Internasional 2, Refika Aditama, Bandung, 2001, hlm. 51.
36
John C. Cooper, Aerospace Law Subject Matter and Terminology, JALC, Netherlands, 2003,
hlm. 89.
24
tahun 50-an dan sesudahnya ialah misalnya istilah “Luchtrecht,
buatannya yang pertama maka timbullah istilah hukum yang lebih luas
lagi, yakni Air and Space Law, Lucht en Ruimte Recht atau Hukum
ruang.
untuk ilmu hukum ini dipakai istilah “Hukum Angkasa”, “Air and
37
Stephen Gorove, Jurnal of Space Law, Oxford, Mississipi, 1995, hlm. 18.
25
hukum ruang angkasa yakni hukum yang mengatur ruang yang hampa
dengan segala isinya. Tata surya kita secara geografis yuridis dapat
26
Dalam definisi yang terakhir itu ruang angkasa dipandang
1955 oleh Research Studies Institutes pada Maxwell Air Force Base,
dilakukan manusia.
41
Priyatna Abdurrasyid, supra note 3, hlm. 15
27
kondisi bagaimana lahirnya hukum ini, selain itu hukum ruang
angkasa juga bersifat klasik jika dilihat dari karakteristik pokok rezim
pertama Sputnik I oleh Uni Soviet pada bulan Oktober 1957, dan
sangat menentukan.
42
Boer Mauna, Hukum Internasional : Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, PT. Alumni, Bandung, 2008, hlm. 438.
43
Yuri Gagarin merupakan astronot pertama dalam sejarah manusia yang melakukan perjalanan
ke ruang angkasa yang berasal dari Uni Soviet
28
angkasa.44 Hukum Udara dan Ruang Angkasa merupakan bagian
komponen dari Hukum Angkasa, untuk itu perlu diteliti apa-apa saja
yakni:45
angkasa.
hukum yang relatif muda, oleh para ahli hukum maupun masyarakat
44
Ibid, hlm.23.
45
Priyatna Abdurrasyid, Hukum Antariksa Nasional, Rajawali Pers, Jakarta, 1989, hlm. 4-5.
29
yang timbul dari ditemukannya dimensi ruang angkasa hingga
sumber daya alam, darat, dan laut, serta siaran radio dan televisi
46
Raida L. Labing, Perkembangan Pembangunan Hukum nasional Tentang Hukum Dirgantara,
BPHN, Jakarta, 1999, hlm.31.
30
untuk berdiri sendiri, sama tingginya dengan negara lain atas
alamnya.
yang baru dikenal dan yang paling menonjol ialah luas yang pada
mengarah ke arah yang lebih jauh , yakni ruang angkasa (outer space).
mengorbitkan Sputnik I.
47
Priyatna Abdurrasyid, supra note 18, hlm. 30.
31
Prinsip kebebasan dalam Space Treaty 1967 itu terangkum
dalam kalimat :
dibenarkan.
delimitasi ruang udara dan ruang angkasa. Antara lain Schater Air
Cooper.49
48
Outer Space Treaty, Treaty on Principles Governing the Activity in the Exploration and Use
for Outer Space, Including Moon and Other Celestial Bodies.
49
Priyatna Abdurrasyid, loc.cit.
32
sebagaimana tertera dalam pasal 38 Statuta Mahkamah Pengadilan
dikatakan bahwa ruang angkasa dimulai pada saat tidak ada reaksi
33
maksimum udara dimana gelombang radio tidak dapat menembus
berdasarkan teori berkisar 150 mil sampai 300 mil dari permukaan
bumi.
3. Teori Outer Space Treaty 1967. Teori ini memberi batas antara
orbit suatu satelit atau suatu space objects. Pembatasan teori outer
orbit pada waktu tertentu. Menurut teori ini, ruang angkasa dimulai
4. Teori GSO (Geo Stationary Orbit). Teori ini dipakai oleh negara-
preferential rights atas GSO. Ide ini diusulkan pada sidang ke-22
34
atas kekayaan alam ruang angkasa bagi negara- negara
khatulistiwa.
hukum atas pesawat ulang alik. Di satu sisi tunduk pada hukum
angkasa dapat dilihat dari proses kerja pesawat ulang alik pada saat
komersial biasa. Dari proses kerja pesawat ini dapat diambil teori
adalah batas ruang udara berlaku pada saat tangki luar bahan bakar
35
9. Instrumen Hukum Ruang Angkasa (Corpus Juris Spatialis)
Use of Outer Space, Including Moon and other Celestial Bodies 1967 (
50
I,H,Ph. Diederiks – Verschoor, Persamaan dan Perbedaan Antara Hukum Udara dan Hukum
Ruang Angkasa, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hlm. 10.
36
umat manusia dan harus dieksplorasi dan digunakan bagi keuntungan
serta kepentingan semua negara ( Pasal I). Definisi yang lebih spesifik
tidka berhasil disepakati dalam Outer Space Treaty 1967 ini. Adapun
aktivitas keruangangkasaan.51
wilayah ruang angkasa itu di dalam Pasal 2 Outer Space Treaty 1967
yang secara khusus terdapat adanya suatu larangan bagi semua negara ,
51
Ibid, hlm.11.
37
semua negara yang tidak dapat dikuasai secara sepihak dengan alasan
1968
Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal 3 Desember 1968. Hal ini
38
Space Agency dan the European Organisation for the Exploitation of
negara mana pun, maka setiap negara pihak yang berada dalam posisi
1975
39
masyarakat ilmiah melakukan kajian-kajian di seluruh dunia mengenai
angkasa.
sistem sukarela ini berjalan cukup baik dan hal ini terlihat dari hampir
40
negara atau lebih bersama-sama berpartisipasi dalam suatu peluncuran
1981, lebih dari 30 negara telah menandatangani konvensi ini. Hal ini
41
f. Convention on International Liability for Damage Caused by
bumi, yang membawa dampak buruk bagi negara yang lain karena
membicarakan hal tersebut dalam forum PBB karena telah ada contoh-
contoh kejadian yang nyata dan tidak dapat disangkal lagi oleh
masyarakat internasional.
Space Objects”, setelah lebih dari lima negara (yang merupakan syarat
42
Konvensi yang didasari oleh beberapa Pasal Space Treaty
benda-benda angkasa.
(damage).
usaha hukum yang berlaku mutlak tanpa pembuktian yang ketat. Dan
52
Dikjiratmi S., Analisis Mekanisme Penanganan Bencana Benda Antariksa Bermuatan Nuklir
di Indonesia, Laporan Tahap Akhir Program Intensif Riset Untuk Penelitian dan Perekayasa
LPND dan LPD, LAPAN, Jakarta, 2010, hlm.4.
43
g. Agreement Governing the Activities of States on the Moon and
disepakati sekitar tahun 1970 oleh UNCOPOUS. Pada saat itu, negara
pembagian yang adil dari manfaat dari eksplorasi sumber daya alam
bulan dan benda langit lainnya. Pada bulan Juli 1972, delegasi
44
kesepakatan tentang penggunaan sumber daya alam bulan th. Dalam
Pasal I menyatakan:53
"The natural resources of the Moon and other celestial bodies shall
be the common herritage of mankind."
Berarti bahwa: “ Sumber daya alam yang terdapat di Bulan dan
benda langit lainnya akan menjadi warisan bersama umat manusia”
sebuah pasal tentang sumber daya alam bulan, mendukung prinsip the
bagian dari masalah yang jauh lebih besar dari proses eksplorasi dan
nyata PBB.
53
The Agreement Governing the Activities of the States of the Moon and Other Celestial Bodies,
1979, Art.1.
45
Dari ke-5 instrumen hukum ruang angkasa, The Outer
india maka instrumen hukum yang digunakan antara lain The Outer
of Outer Space, Including Moon and other Celestial Bodies 1967 ( The
46
terbaginya dua kutub ini, maka kemudian terjadi persaingan di
teknologi.
(IGY) karena para peneliti mengetahui bahwa pada kurun waktu itu
dengan satelit Vanguard yang hanya bisa membawa beban seberat 3,5
47
ditafsirkan pula oleh public bahwa Uni Sovyet telah mampu untuk
48
pemanfaatan ruang angkasa untuk tujuan damai (the peaceful uses of
Atmosphere, in Outer Space, and Under Water, atau yang lebih sering
Exploration and Use of Outer Space, incuding the Moon and Other
Celestial Bodies 1967 atau yang sering disingkat dengan Outer Space
49
Space (resolution 1962 (XVIII)). Dengan demikian Negara-negara
kewajiban yang timbul dari segala aktivitas yang tertuju kepada ruang
dilakukan55.
a. Lingkup Wilayah
54
Francis Lyall, Space Law A Treaties, Ashgate Publishing Limited, England, 2009, hlm.2.
55
John C. Cooper, Aerospace Law – Subject Matter and Terminology, Recueil des course,
JALC, 2003, hlm. 89.
50
of all countries, irrespective of their degree of economic or scientific
development, and shall be the province of all mankind”
diatas, lingkup wilayah yang diatur didalam The Outer Space Treaty
b. Lingkup Personal
56
The Outer Space Treaty, art.1, para.1.
57
Ibid, art.2.
51
dipertanggungjawabkan maka yang dapat terlibat di dalam pelaksanaan
11. Hal – hal yang Diatur Dalam The Outer Space Treaty 1967
menyebutkan bahwa :
“The Moon and other celestial bodies shall be used by all States
Parties to the Treaty exclusively for peaceful purposes. The
establishment of military bases, installations and fortifications, the
testing of any type of weapons and the conduct of military manoeuvres
on celestial bodies shall be forbidden. The use of military personnel
for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be
prohibited. The use of any equipment or facility necessary for
peaceful exploration of the Moon and other celestial bodies shall also
not be prohibited”59
Yang berarti, bulan serta benda – benda langit lainnya harus
untuk tujuan – tujuan damai. Didalam pasal ini juga melarang negara
58
Ibid, art.14.
59
Ibid, art.4.
52
e. Benteng – benteng militer
tidak memiliki batas. Namun di ruang angkasa terdapat objek – objek terkait yang
1. Definisi Satelit
bintang siarah yang lebih besar, misalnya bulan yang mengedari bumi.
fungsi tersendiri.
a. Satelit Alami
53
Satelit alami adalah salah satu benda ruang angkasa yang telah ada
bila dilihat dari bumi, bentuk bulan akan berubah-ubah, hal ini disebut
60
Husni Nasution, “Orbit Satelit Dan Ketinggiannya”, Berita Dirgantara, No.1, Maret 2001.
54
Dapat mengontrol kecepatan rotasi suatu planet karena efek
ultraviolet.
b. Satelit Buatan
fungsinya :
55
Satelit Meteorology : berfungsi untuk menyelidiki
surya dan alam semesta secara lebih bebas tanpa dipengaruhi oleh
semesta.
Satelit LEO (Low Earh Orbit) yaitu satelit yang bergaris edar
56
Satelit MEO (Medium Earth Orbit) yaitu satelit yang bergaris
bumi, yaitu satu hari. Contoh satelit ini adalah satelit palapa
dan intelsat.
57
Three Axiz Body Stabillized merupakan pengontrolan posisi
bumi.
seperti sayap besar yang diberi nama panel surya, setiap panel
58
surya tersusun atas banyak sel yang lebih kecil sel surya
dibuat dari bahan yang disebut silikon. Panel surya hanya akan
59
BAB III
komentar dari pasal – pasal yang terdapat didalam The OST, yang lebih spesifik
lagi menerangkan tentang isi yang terkandung didalam pasal 4 yang berbunyi :
“States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the Earth any
objects carrying nuclear weapons or any other kinds of weapons of mass
destruction, install such weapons on celestial bodies, or station such weapons in
outer space in any other manner.
The Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the
Treaty exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases,
installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct
of military manoeuvres on celestial bodies shall be forbidden. The use of military
personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be
prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful
exploration of the Moon and other celestial bodies shall also not be prohibited”.
61
Stephan Hobe (ed.), Cologne Commentary on Space Law, Carl Heyman Verlag, 2009,hlm.72.
60
perjanjian tersebut, 'isu utamanya adalah memastikan bahwa ruang angkasa dan
benda angkasa disediakan khusus untuk tujuan damai'. Sedangkan ruang angkasa
ditemukan untuk keperluan militer, Perang Dingin yang sedang berlangsung dan
melarang senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya di ruang angkasa'".
61
Yang artinya adalah ada dalam Pasal IV ayat 2 Perjanjian
dari makna yang dikaitkan dengan istilah 'untuk tujuan damai' dalam
62
tidak agresif diizinkan oleh kalimat 1, otorisasi eksplisit semacam itu
Satelit Komunikasi
Broadband telah menjadi prioritas utama abad ke-21, dan dipercaya bahwa
lingkungan yang memupuk inovasi teknologi dan layanan, dan memicu perubahan
adopsi dan penggunaan broadband pada dekade berikutnya dan seterusnya akan
didorong oleh sejauh mana layanan dan aplikasi pendukung broadband yang tidak
hanya tersedia, namun juga relevan dan terjangkau bagi konsumen. Dan
63
Sehubungan dengan perkembangan tersebut, International
Broadband ITU. Laporan pertama dalam seri yang diluncurkan pada 2012
berfokus pada aspek kebijakan, peraturan dan ekonomi broadband yang mutakhir.
Bidang dan tema terkait lainnya akan dibahas oleh laporan selanjutnya termasuk
dukungan broadband. Selain itu, serangkaian studi kasus akan melengkapi sumber
daya yang sudah tersedia oleh ITU ke semua jenis pembacanya yang berbeda,
dan Keterbatasan)
dikuasai daratan dan pulau, dan ekonomi dalam masa transisi. Ada
64
Ibid.
64
hubungan erat antara ketersediaan infrastruktur broadband berskala
e-trade.
medan atau jarak. Satelit bisa memberikan solusi dengan berbagai cara
- backhaul dan last mile via wireless, warung internet, atau langsung
ke rumah.
yang luas dengan cakupan global, regional atau nasional. Tidak ada
65
Sebuah generasi baru dari aplikasi yang membutuhkan banyak
65
Ibid, hlm.4.
66
tidak terlihat kecuali untuk aplikasi real-time yang memerlukan
Karena latensi disebabkan oleh jarak antara satelit dan bumi, satelit di
lebih tinggi seperti band Ka. Namun, dengan teknologi yang lebih
layanan satelit tetap (FSS) untuk layanan internet kecepatan tinggi dan
67
persyaratan terkait lainnya didefinisikan dalam Volume 1 Peraturan Radio ITU
dalam Pasal 1 yang membahas persyaratan dan definisi.
Fixed-satellite service:
Layanan komunikasi radio antara stasiun bumi pada posisi tertentu, bila satu atau
lebih satelit digunakan; Posisi yang diberikan mungkin merupakan titik tetap
tertentu atau titik tetap dalam area tertentu; Dalam beberapa kasus, layanan ini
mencakup tautan satelit-ke-satelit, yang mungkin juga dioperasikan dalam dinas
antar satelit; Layanan satelit tetap mungkin juga mencakup link feeder untuk dinas
komunikasi radio ruang angkasa lainnya.
Layanan mobile-satellite:
Layanan komunikasi radio:
- antara stasiun bumi bergerak dan satu atau lebih stasiun antariksa, atau
antar stasiun ruang angkasa
Digunakan oleh layanan ini; atau
- antara stasiun bumi bergerak dengan satu atau lebih stasiun ruang
angkasa.
Layanan ini mungkin juga mencakup link feeder yang diperlukan untuk
pengoperasiannya.
Layanan penyiaran satelit:
Layanan komunikasi radio dimana sinyal yang dikirim atau dipancarkan ulang
oleh stasiun ruang angkasa ditujukan untuk penerimaan langsung oleh masyarakat
umum. Dalam dinas siaran-satelit, istilah "penerimaan langsung" mencakup
penerimaan individu dan penerimaan masyarakat.
Pelayanan radio determinasi:
Suatu dinas komunikasi radio untuk tujuan penentuan radiodeterminasi yang
melibatkan penggunaan satu atau lebih stasiun ruang angkasa. Layanan ini
mungkin juga mencakup link feeder yang diperlukan untuk pengoperasiannya.
Sumber daya
68
Negara-negara Anggota ITU telah membentuk sebuah
berikut ini:
komunikasi radio
Frequency Register.
berbunyi:69
69
Constitution of the International Telecommunication Union, Use of the Radio-Frequency
Spectrum and of the Geostationary-Satellite and Other Satellite Orbits, art.44.
69
Untuk itu, mereka harus berusaha menerapkan kemajuan teknis
alam yang terbatas dan harus digunakan secara rasional, efisien dan
negara-negara tertentu.
70
ada, dengan mayoritas penugasan tersebut dicatat dengan indikasi
yang relevan.
70
Dr. Hamadoun I. Touré (ed.), op.cit,hlm.28.
71
Ibid, hlm.30.
71
K. Norma, Pedoman Dan Prosedur Untuk Komunikasi Satelit Di India
harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sementara operasi dari tanah India
beroperasi dengan satelit dari tanah India harus diformulasikan oleh masing-
juga sesuai dengan Pasal-2, 3 dan 4 dari Norma Komunikasi Satelit, Pedoman dan
Prosedur ini. Misalnya, dalam kasus Penyiaran (TV dan Suara), kondisi akan
diatur oleh RUU Penyiaran yang dapat disahkan oleh Parlemen. Demikian pula
dalam kasus GMPCS72, persyaratan lisensi operasi akan ditentukan oleh kebijakan
dari Norma Komunikasi, Petunjuk dan Prosedur Komunikasi Satelit ini harus
berlaku.73
1. Pedoman Dasar
yaitu, kegiatan ini harus berbasis 'untuk keuntungan' dan pada saat
72
Global Mobile Personal Communication by Satellite, merupakan suatu sistem satelit yang
menyediakan layanan telekomunikasi langsung ke pengguna (user) menggunakan jaringan satu
satelit atau lebih.
73
ISRO, India’s Space Policy, Article 1, Diakses dari
http://www.isro.gov.in/sites/default/files/article-files/indias-space-policy-0/satcom-ngp.pdf, pada
tanggal 20 Juli 2017 pukul 20:02.
72
bersamaan sesuai dengan kebijakan Pemerintah di sektor pengguna
terkait.74
1) Telekomunikasi
2) Penyiaran
Pertahanan
masa depan oleh sektor ini diharapkan cukup besar. Juga Security
74
Ibid, hlm.2.
73
terhadap kapasitas yang ada dan yang direncanakan di satelit
komunikasi satelit.
74
lain) adalah hak Pihak yang telah mengambil alih kapasitas untuk
disewakan.
75
Ibid, hlm.4.
75
b. Otorisasi oleh Wireless Planning and Coordination Wing (WPC)
76
ditempatkan di Departemen Luar Angkasa. Setelah persetujuan
L. Satelit GSAT-7
untuk memberikan spektrum layanan yang luas dari suara tingkat bit rendah ke
wilayah samudra yang luas termasuk daratan India. Desain payload GSAT-7
Mission Communication
76
Department of Space Indian Indian Space Research Organisation, GSAT-7, diakses dari
http://www.isro.gov.in/Spacecraft/gsat-7, pada tanggal 05 Juni 2017 pukul 21:52.
77
Ibid.
77
Satelit GSAT-7 diluncurkan pada tanggal 30 Agustus 2013 dengan durasi
misi lebih dari 7 tahun mengorbit di 74oE Geo Stationary Orbit, satelit ini
diluncurkan bersama roket Ariane 5 ECA di Kourou, French Guiana, yang terletak
Berdasarkan dari tajuk berita yang diterbitkan oleh situs resmi angkatan
laut India yang berjudul “India's First Dedicated Satellite for Armed Forces
“The Indian Armed Forces in general and Indian Navy in particular got another
shot in the arm on 29 Sep 13 when India's first dedicated defence satellite GSAT-
7 was launched by the Ariane-5 launch vehicle of Arianespace, French Guiana.
The Ariane-5 rocket took off from Kourou at 2am IST and precisely placed GSAT-
7 into the intended Geosynchronous Transfer Orbit (GTO) after a flight of 34
minutes 25 seconds duration. As planned, Isro's Master Control Facility (MCF)
at Hassan in Karnataka started getting the signals five minutes prior to the
separation of GSAT-7 from Ariane-5.The solar panels of the satellite have been
deployed and they are generating power. Initial checks have indicated normal
health of the satellite. The present orbit of the satellite will be raised to
Geostationary Orbit of about 36,000km altitude through three orbit raising
manoeuvres by the firing of GSAT-7's Liquid Apogee Motor (LAM).
The multi-band communication satellite named "Rukmini" will help Navy keep an
eye on the Indian Ocean region (IOR) spread across 2,000 nautical miles of an
area. It would proovide real-time inputs to Indian Navy Ships, Submarines and
Aircraft. Additionally, The Indian Army, too, will get vital inputs about over-the-
land movements.
The satellite is essentially a geo-stationary communication satellite possessing
real-time input capability to the units at sea and on shore. With the help of the
shore based Operational centres, Rukmini, weighing 2,625kgs will also help the
Navy to keep an eye over both Arabian Sea and Bay of Bengal. It will also cover
an area spread from Persian Gulf to Malacca Strait and will thus cover an area
equivalent to almost 70% of the IOR.
78
The "over-the-sea use" Rukmini, with UHF, S, Ku and C-band transponders, is to
be followed by GSAT-7A with the IAF and Army sharing its "over-the-land use"
bandwidth”.78
Dalam berita yang diterbitkan oleh situs resmi angkatan laut India
dinyatakan bahwa Angkatan Bersenjata India dan Angkatan Laut India secara
khusus mendapat kesempatan lain pada tanggal 29 September 2013 ketika satelit
Roket Ariane-5 lepas landas dari Kourou pada pukul 2 dini hari dan
sinyal lima menit sebelum pemisahan GSAT-7 dari Ariane-5. Panel surya satelit
kesehatan satelit yang normal. Orbit satelit saat ini akan dinaikkan ke Orbit
Angkatan Laut mengawasi kawasan Samudera Hindia (IOR) yang tersebar di area
2.000 mil laut. Ini akan memberi masukan secara real-time ke Kapal Angkatan
78
Indian Navy, Navy gets a boost with Launch of First Dedicated Defence Satellite, diakses dari
https://www.indiannavy.nic.in/content/navy-gets-boost-launch-first-dedicated-defence-satellite,
pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 10:40.
79
Laut India, Kapal Selam dan Pesawat Terbang. Selain itu, Angkatan Darat India
bantuan pusat operasional berbasis Pantai, Rukmini dengan berat 2.625 kg juga
akan membantu Angkatan Laut untuk mengawasi Laut Arab dan Teluk Benggala.
Ini juga akan mencakup wilayah yang tersebar dari Teluk Persia hingga Selat
Malaka dan dengan demikian akan mencakup area yang setara dengan hampir
dan C-band, diikuti oleh GSAT-7A dengan IAF dan Army membagikan
militer terdapat hukum nasional yang mengatur tentang kegiatan tersebut yaitu
80
1. Sains antariksa;
2. Penginderaan jauh;
4. Peluncuran; dan
pihak.81
antara lain:82
Antariksa;
81
Ibid, Pasal 7, ayat 2.
82
Ibid, Pasal 8.
81
4. Melakukan kegiatan yang dapat mengancam Keamanan dan
Benda Antariksa.
82
BAB IV
ANALISA TERHADAP PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN RUANG
merupakan wilayah tanpa batas yang memiliki sumber daya alam yang terbatas
kegiatan manusia di ruang angkasa dapat berupa eksplorasi ruang angkasa hingga
pada benda – benda langit. Namun didalam kebebasan untuk melakukan akses
pada benda – benda langit di ruang angkasa, tidak ada negara yang dapat
telah diatur didalam The OST yang menentukan kebolehan serta larangan bagi
hanya dapat dilakukan sesuai UN Charter (Piagam PBB) dan prinsip – prinsip
83
Didalam pasal 2 The OST disebutkan bahwa :
“Outer space, including the Moon and other celestial bodies, is not subject to
national appropriation by claim of sovereignty, by means of use or occupation, or
by any other means.”
Merujuk kepada pasal tersebut, ruang angkasa termasuk bulan dan benda –
benda langit lainnya, tidak dapat dijadikan kepemilikan nasional dengan cara
lainnya.
karena ruang angkasa memiliki sumber daya alam terbatas yang harus dijaga
bersama oleh umat manusia, dengan adanya The OST negara-negara terikat untuk
melindungi sumber daya alam ini dengan melakukan eksplorasi ruang angkasa
hanya untuk tujuan damai. Sumber daya yang dimaksud antara lain berupa orbit
yang dapat dimanfaatkan oleh umat manusia untuk menempatkan satelit – satelit
buatan.
orbit telah diatur didalam pasal 4 The OST, dalam paragraf pertama pasal 4 The
“States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the Earth any
objects carrying nuclear weapons or any other kinds of weapons of mass
destruction, install such weapons on celestial bodies, or station such weapons in
outer space in any other manner”
tidak boleh menempatkan benda disekitar orbit bumi yang membawa senjata
84
nuklir atau senjata lain yang dapat menyebabkan kehancuran masal, melakukan
instalasi senjata dibenda – benda ruang angkasa, ataupun di stasiun ruang angkasa.
yang berada di ruang angkasa, kata “celestial bodies” telah mencakup dari benda
senjata saja, berdasarkan atas pasal 4 paragraf 1 The OST, negara – negara tetap
komunikasi, navigasi, meteorologi, geodetik, dan satelit lain ke ruang angkasa dan
“The Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the
Treaty exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases,
installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct
of military manoeuvres on celestial bodies shall be forbidden. The use of military
personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be
prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful
exploration of the Moon and other celestial bodies shall also not be prohibited”.
Dari paragraf 2 diatas dapat diartikan bahwa Bulan dan benda langit
lainnya harus digunakan oleh semua Negara Pihak pada perjanjian secara
eksklusif untuk tujuan damai. Pembentukan basis militer, instalasi dan basis
pertahanan, pengujian semua jenis senjata dan pelaksanaan manuver militer pada
ilmiah atau untuk tujuan damai lainnya tidak boleh dilarang. Penggunaan
85
peralatan atau fasilitas yang diperlukan untuk eksplorasi damai di Bulan dan
Berdasarkan pasal 4 tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa salah satu
kegiatan yang dilarang dilakukan menurut The OST antara lain manuver militer,
menurut military factory definisi dari manuver militer 83 itu sendiri dapat berupa
sebuah gerakan untuk menempatkan kapal, pesawat terbang, atau pasukan darat
dalam posisi menguntungkan terhadap musuh, dapat juga berarti latihan taktis
yang dilakukan di laut, di udara, di tanah, atau di peta dalam simulasi perang,
agar bisa menuntaskan misi. Manuver militer juga dapat dibedakan menjadi 2
jenis, manuver militer agresif dan manuver militer non agresif yang menimbulkan
perbedaan antara kegiatan penggunaan ruang angkasa untuk tujuan militer yang
83
Military Factory, Manuever, diakses dari https://www.militaryfactory.com/dictionary/military-
terms-defined.asp?term_id=3203, pada tanggal 22 juli 2017.
84
Ditandai dengan atau cenderung terhadap serangan, serangan, invasi, atau sejenisnya yang
tidak beralasan; Militan maju atau mengancam.
85
The Outer Space Treaty, Art.4.
86
instalasi militer
kepentingan militer negara – negara peluncur, satelit diatas sifatnya tidak agresif
atau menyerang negara – negara lain namun fungsi satelit diatas memberikan
86
Lihat https://www.academia.edu/20025536/SATELIT, satelit Samos merupakan satelit buatan
Amerika Serikat berfungsi untuk mengintai dan mengetahui pangkalan – pangkalan militer lawan.
Sedangkan satelit Vela berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya percobaan nuklir secara diam –
diam oleh negara lain.
87
Lihat http://www.isro.gov.in/Spacecraft/gsat-7, satelit GSAT-7 adalah satelit komunikasi
canggih yang dibangun oleh ISRO untuk memberikan spektrum layanan yang luas dari suara
tingkat bit rendah ke komunikasi data tingkat bit yang tinggi.
88
Ibid.
87
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan yang tujuannya untuk
meskipun penggunaan benda – benda langit dengan tujuan militer yang bersifat
pasif. Selanjutnya, ungkapan “for peaceful purposes only” sama seperti yang
The OST pasal 4 paragraf 2, dan faktanya bahwa pasal 4 The OST disusun
perjanjian The OST untuk mewujudkan demilitarisasi atas bulan dan benda –
benda langit lainnya melalui pasal 4 The OST.90 Namun didalam pasal 4 The OST
tidak menyebutkan bahwa kegiatan yang menyangkut tentang ruang angkasa yang
The OST yang pada dasarnya dapat menimbulkan kerusakan, keamanan jalur orbit
satelit lain dan dapat memicu konflik antara negara serta memicu keresahan
masyarakat internasional.
89
Stephan Hobe (ed.), Cologne Commentary on Space Law, Carl Heyman Verlag, 2009,hlm.72.
90
Ibid, hlm.82, no.46.
88
dan lain sebagainya. Penggunaan dan pemanfaatan ruang angkasa ditujukan bukan
hanya untuk negara – negara maju yang memiliki dana untuk mencapai ruang
ruang angkasa termasuk bulan dan benda – benda langit lainnya harus dilakukan
ekonomi atau sains yang dimiliki oleh suatu negara dan ruang angkasa merupakan
tinggi untuk mendorong satelit – satelit yang sudah berkembang untuk dapat
melakukan transmisi dari ruang angkasa ke bumi yang dapat berupa satelit sumber
daya alam, satelit navigasi, satelit komunikasi, satelit meteorologi dan satelit
lainnya.
perdamaian dan keamanan internasional.91 The OST tidak melarang kepada negara
– negara pihak untuk meluncuran berbagai macam satelit ke orbit bumi. Namun
apabila maksud dari tujuan peluncuran satelit ditujukan untuk kepentingan militer
maka haruslah dilarang, karena peluncuran untuk tujuan militer merupakan suatu
tindakan manuver militer menimbang definisi dari manuver militer itu sendiri.
91
The Outer Space Ttreaty, pasal 3.
89
O. Implementasi Pengaturan Kegiatan Keruangangkasaan Yang Ditujukan
Bangsa dan diratifikasi oleh negara – negara pihak yang menyetujui atas
perjanjian ruang angkasa tersebut. Oleh karena itu India sebagai negara peserta
hendaknya mematuhi prinsip – prinsip yang terkandung didalam The OST. India
yang tergolong sebagai pendatang baru dalam kompetisi ruang angkasa, program
telah meraih perhatian global ketika mengirim probe tanpa awaknya yang
memasuki orbit mars pada tahun 2014. India tidak hanya menjadi negara asia
yang melakukan misi antar planet, tapi hal itu dilakukan dengan rendah sebesar
92
National Geographic, India Melaju dengan Ambisi Luar Angkasa, diakses dari
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/06/india-melaju-dengan-ambisi-luar-angkasa, pada
tanggal 22 Juli 2017.
90
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah India dalam
program ruang angkasanya telah menyalahi aturan yang terkandung didalam The
“States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the Earth any
objects carrying nuclear weapons or any other kinds of weapons of mass
destruction, install such weapons on celestial bodies, or station such weapons in
outer space in any other manner.
The Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the
Treaty exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases,
installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct
of military manoeuvres on celestial bodies shall be forbidden. The use of military
personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be
prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful
exploration of the Moon and other celestial bodies shall also not be prohibited”.
Berdasarkan pasal diatas dapat diartikan bahwa setiap negara peserta yang
meratifikasi traktat tersebut tidak boleh menempatkan benda disekitar orbit bumi
yang membawa senjata nuklir atau senjata lain yang dapat menyebabkan
ataupun di stasiun ruang angkasa. Bulan dan benda langit lainnya harus digunakan
oleh semua Negara Pihak pada perjanjian secara eksklusif untuk tujuan damai.
Pembentukan basis militer, instalasi dan basis pertahanan, pengujian semua jenis
senjata dan pelaksanaan manuver militer pada benda angkasa harus dilarang.
Penggunaan personil militer untuk penelitian ilmiah atau untuk tujuan damai
lainnya tidak boleh dilarang. Penggunaan peralatan atau fasilitas yang diperlukan
untuk eksplorasi damai di Bulan dan benda langit lainnya juga tidak boleh
dilarang.
91
Pengaturan yang terdapat didalam pasal 4 The Outer Space Treaty telah
manuver militer pada benda – benda langit. Sebagaimana yang telah dipaparkan
kapal, pesawat terbang, atau pasukan darat dalam posisi menguntungkan terhadap
musuh, dapat juga berarti latihan taktis yang dilakukan di laut, di udara, di tanah,
atau di peta dalam simulasi perang, dapat juga berarti operasi kapal, pesawat
dengan mendapatkan informasi yang diperoleh melalui satelit yang dapat berupa
negara yang dilewati oleh orbit satelit, dengan kata lain kegiatan menempatkan
dibedakan menjadi 2 jenis, manuver militer agresif dan manuver militer non
agresif.
92
Kegiatan keruangangkasaan yang dilakukan oleh India dengan
adalah manuver militer non-agresif karena sifat dari satelit ini tidak menyerang
satelit yang ditujukan untuk militer tersebut bertujuan untuk membantu angkatan
laut India mengawasi kawasan samudera hindia beserta kapal selam, pesawat
India.
Bunyi dalam pasal 4 The OST “The Moon and other celestial bodies shall
be used by all States Parties to the Treaty exclusively for peaceful purposes” atau
penggunaan bulan dan benda – benda langit lainnya harus steril dari kegiatan –
kegiatan yang berbau militer, segala kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan
militer, dalam bentuk kegiatan militer yang agresif maupun kegiatan militer yang
masyarakat internasional.
umum. Salah satu dari prinsip umum tersebut adalah prinsip pacta sun servanda
yang bermakna dimana suatu perjanjian harus ditaati, karena apabila tidak
93
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah penulis uraikan, maka dapat ditarik
kesimpulan :
94
manuver militer non-agresif yang telah diatur didalam pasal 4 The
P. Saran
95
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Rajawali.
AK, S., Utama, M., & Idris, A. (2012). Hukum Udara Dan Ruang Angkasa.
Palembang.
96
Labing, R. L. (1999). Perkembangan Pembangunan Hukum nasional Tentang
Lyall, F., & Larsen, P. B. (2009). Space Law A Treatise. Farnham: Ashgate.
97
2. Jurnal, Makalah dan Laporan Penelitian
3. Undang – Undang
Agreement Governing the Activities of States on the Moon and Other Celestial
Bodies 1979
4. Lain - lain
dari http://www.isac.gov.in/communication/index.jsp
98
Departement of Space ISRO. (t.thn.). GSAT-7. Dipetik Maret 25, 2017, dari
http://isro.gov.in/Spacecraft/gsat-7
Indian Navy. (t.thn.). Navy gets a boost with Launch of First Dedicated Defence
https://www.indiannavy.nic.in/content/navy-gets-boost-launch-first-
dedicated-defence-satellite
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/06/india-melaju-dengan-
ambisi-luar-angkasa
Soft Ilmu. (t.thn.). Pengertian, Fungsi, dan Macam – Macam Satelit. Dipetik
Macam-Macam-Cara-Kerja-Satelit-Adalah.html
United Nations Office For Disarmament Affairs. (t.thn.). Dipetik Maret 25, 2017,
dari http://disarmament.un.org/treaties/t/outer_space
https://id.wiktionary.org/wiki/siarah
99