Anda di halaman 1dari 21

NAMA : HASRIANI HASRAN

KELAS : XII MIPA 2


GURU MAPEL : AMRULLAH, S.PD.I
PERCERAIAN MENURUT

HUKUM ISLAM
 Sebab-sebab putusnya perkawinan diatur dalam pasal 38
undang – undang nomor 1 tahun 1974
 Undang Undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
Jo. Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 Tentang
pelaksanaan Undang undang No 1 Tahun 1974, akan
tetapi di dalamnya tidak ditemukan interpretasi
mengenai istilah perceraian
 Alasan - alasan untuk bercerai secara tegas telah diatur
di dalam pasal 19 Undang-undang No 1 Tahun 1974,
yang menyebutkan :
1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang
pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah
pihak.
2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan,
bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun
sebagai suami istri
 Pasal 114 KHI : Putusnya perkawinan akibat perceraian
dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan
perceraian
 Alasan-alasan perceraian (Pasal 116 KHI) :
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,
pemadat, penjudi dsb yang sukar disembuhkan
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun
berturut-turut tanpa ijin meninggalkan pihak lain dan tanpa
alasan yang sah atau hal lain di luar kemampuannya
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat yang membahayakan pihak lain
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit
dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya
sebagai suami atau isteri
f. Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi
dalam rumah tangga
PERCERAIAN DAPAT TERJADI DENGAN
CARA
1. Talak
2. Khulu’
3. Fasakh
4. Li’an
5. Ila’
TALAK
 Talak dari bahasa Arab dari kata thalaqo berarti
melepaskan , sedangkan yang dimaksud disini adalah
melepaskan ikatan perkawinan
 Adapun talak menurut istilah syariat Islam ialah
melepaskan atau membatalkan ikatan pernikahan
dengan lafadz tertentu yang mengandung arti
menceraikan
 Sabda Rasul : "Perbuatan halal yang paling dibenci
oleh Allah adalah thalaq".
 Pasal 117 KHI: talak adalah ikrar suami dihadapan
sidang pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab
putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 129, 130 dan 131
HUKUM TALAK
 Nadab atau sunnah, yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah
tidak dapat dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga
kemudaratan yang lebih banyak akan timbul
 Mubah, bila memang perlu terjadi perceraian dan tidak ada
pihak - pihak yang dirugikan dengan perceraian itu sedangkan
manfaatnya juga ada kelihatannya
 Wajib, yaitu perceraian yang mesti dilakukan oleh hakim
terhadap seseorang yang telah bersumpah untuk tidak
menggauli istrinya sampai masa tertentu, sedangkan ia tidak
mau pula membayar kafarat sumpah agar ia dapat bergaul
dengan istrinya
 Haram, talak itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam
keadaan haid atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli
BEBERAPA CARA MENTHALAQ

1. Thalaq dengan ucapan yang sharih (jelas)


2. Thalaq dengan ucapan tetapi secara kinayah (sindiran)
3. Thalaq dengan tulisan (melalui surat)
4. Thalaq dengan isyarat yang dapat dipahami oleh orang lain
5. Thalaq dengan mengirim utusan
6. Thalaq dengan keputusan hakim
JENIS DAN HUKUM THALAQ

1. Thalaq Sunni, yaitu thalaq yang dijatuhkan me-


nurut tuntunan syara’. Misalnya suami menthalaq
isteri yang sudah dicampurinya dengan satu thalaq
waktu suci dan tidak mencampurinya diwaktu suci
tersebut. (pasal 121 KHI)
2. Thalaq Bid’i (thalaq yang dibenci), artinya thalaq
yang bertentangan dengan syara’. Misalnya seorang
laki-laki menceraikan isterinya dengan thalaq tiga
dalam satu kalimat, atau dengan tiga kali thalaq yang
terpisah-pisah dalam satu waktu dan tempat, atau
menthalaq isteri pada saat isteri sedang haid
(menstruasi), nifas, atau waktu suci padahal
malamnya ia disetubuhi. (pasal 122 KHI)
JENIS DAN BILANGAN THALAQ
1. Thalaq satu, yaitu suami masih bisa kembali
(merujuk) kepada isterinya sebelum masa
iddah habis. ( pasal 118 KHI )
2. Thalaq dua, yaitu suami masih bisa kembali
(merujuk) kepada isterinya sebelum masa
iddah habis. (pasal 119 KHI)
3. Thalaq tiga, yaitu suami tidak boleh kembali
(merujuk) sebelum bekas isterinya dinikahi
orang lain dan telah dicerai secara sukarela
(pasal 120 KHI )
THALAQ DIANGGAP TIDAK JATUH BERDASARKAN
PENDAPAT SEBAGIAN BESAR ULAMA APABILA :
1. Suami dalam keadaan marah
2. Suami dalam keadaan mabuk
3. Dalam keadaan dipaksa atau terpaksa
4. Suami bergurau tanpa dibarengi niat menthalaq
5. Dijatuhkan tanpa sadar
6. Karena keliru atau tidak sengaja
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN YANG PUTUS KARENA TALAK (PASAL
149 KHI):

a) Memberi mut’ah yang layak kepada mantan isteri.


Bisa berupa uang atau benda, kecuali mantan isteri
ditalak qabla ad-dukhul
b) Memberi nafkah selama isteri dalam masa iddah,
c) Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan
separo
d) Memberi biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang
belum berusia 21 tahun
e) Mantan suami berhak untuk merujuk mantan isterinya
yang masih dalam masa iddah
f) Mantan isteri selama masa iddah wajib menjaga
dirinya agar tidak menerima pinangan dan tidak
menikah dengan pria lain.
KHULUK
 Talak khulu‘ atau talak tebus ialah perceraian atas
persetujuan suami istri dengan jatuhnya talak satu
kepada istri dengan tebusan harta atau uang dari pihak
istri yang menginginkan cerai dengan cara khulu‘
 Adapun syarat sahnya khulu‘ ialah sebagai berikut :

 Perceraian dengan khulu‘ itu harus dilaksanakan dengan


kerelaan dan persetujuan suami istri
 Besar kecilnya jumlah uang tebusan harus ditentukan
dengan persetujuan bersama antara suami istri
FASAKH
 Arti fasakh ialah merusakkan atau membatalkan. Ini berarti bahwa
perkawinan itu diputuskan/ dirusakkan atau permintaan salah satu pihak
oleh hakim Pengadilan Agama
 Adapun alasan-alasan yang diperbolehkan seorang istri menuntut fasakh
di pengadilan ialah :
a. Suami sakit gila
b. Suami menderita penyakit menular yang tidak mungkin untuk sembuh
c. Suami tidak mau atau kehilangan kemampuan untuk melakukan
hubungan
d. Suami jatuh miskin hingga tidak mampu memberi nafkah pada istrinya
e. Istri merasa tertipu baik dalam nasab, kekayaan atau kedudukan suami
f. Suami pergi tanpa diketahui tempat tinggalnya dan tanpa berita,
sehingga tidak diketahui hidup atau mati dan waktunya sudah cukup
lama.
RUJUK
 syarat-syarat rujuk :
1. Mantan isteri yang ditalak itu sudah pernah
dicampuri
2. Dilakukan dalam masa iddah
3. Harus disaksikan oleh 2 orang saksi
4. Talak yang dijatuhkan oleh suami tidak disertai
iwald dari pihak isteri
5. Persetujuan dari isteri yang akan dirujuk
 Seorang suami dapat merujuk isterinya yang dalam
masa iddah
 Putus perkawinannya karena talak, kecuali talak tiga,
atau talak yang dijatuhkan qabla ad dukhul
 Putus perkawinannya bukan karena khuluk atau dengan
cara Li’an
 Rujuk yang dilakukan tanpa persetujuan isteri, maka
statusnya tidak sah berdasarkan putusan PA
 Rujuk harus dibuktikan dengan Kutipan Pendaftaran
Rujuk (KPR) dan bila bukti itu hilang atau rusak
sehingga tak dapat digunakan lagi, maka bisa dimintakan
duplikatnya pada instansi yang mengeluarkan
MASA MENUNGGU (MASA IDDAHNYA)

1. Iddah bagi perempuan yang dithalaq dan masih


menstruasi (normal) secara periodik, yaitu 3 kali
menstruasi (suci)
2. Iddah bagi perempuan yang telah manupause
(berhenti) atau belum menstruasi, yaitu 3 bulan.
3. Iddah bagi perempuan yang ditinggal mati
suaminya, yaitu 4 bulan 10 hari, kecuali bila ia
hamil maka iddahnya melahirkan kehamilannya.
4. Iddah bagi perempuan yang hamil, yaitu sampai
melahirkan kehamilannya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai