Misra Netti
1,2,3
Program Studi Hukum Keluarga, Institut Agama Islam Lukman Edy Pekanbaru, Indonesia
e-mail: misranetti@yahoo.co.id
ABSTRAK. Perkawinan adalah suatu ikatan yang menimbulkan suatu hak dan kewajiban bagi
suami dan istri. Salah satu cara membangun dan menjaga keharmonisan rumah tangga adalah
pelaksanaan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Keharrmonisan rumah tangga mustahil bisa
tercapai tanpa adanya kesadaran dan kepedulian dalam melaksanakan kewajiban untuk
mewujudkan hak pasangannya. Bila terjadi ketimpangan dimana hak lebih ditekankan atau lebih
luas dari kewajiban atau sebaliknya niscaya akan tercipta ketidak adilan. Jenis penelitian ini adalah
kepustakaan library research yang membutuhkan data-data kualitatif dengan metode conten
analysis. Hasil penelitian menunjukan bahwa : kewajiban suami sekaligus hak bagi istri itu berupa
kewajiban materi yaitu Mahar dan nafkah dan kewajiban berupa non materi yaitu seorang suami
wajib untuk memperlakukan dan mempergauli istri dengan cara yang ma’ruf (baik). Kewajiban
suami akan gugur apabila istri melakukan nusyuz dan sebaliknya suami yang nusyuz, istri berhak
mengajukan ke pengadilan agama apabila suami melalaikan kewajibannya selama dua tahun
berturut-turut. Sedangkan kewajiban suami pasca perceraian suami berkewajiban juga memberikan
nafkah kepada istri selama masa iddah.
ABSTRACT. Marriage is a bond that gives rise to rights and obligations for husband and wife. One way to build
and maintain household harmony is the implementation of the rights and obligations between husband and wife. It is
impossible to achieve domestic harmony without awareness and concern in carrying out obligations to realize the
rights of their partners. If there is an imbalance where rights are emphasized or are broader than obligations or vice
versa, injustice will inevitably be created. This type of research is library research which requires qualitative data with
content analysis method. The results of the study show that: the husband's obligations as well as the rights of the wife
are in the form of material obligations, namely dowry and maintenance and non-material obligations, namely a
husband is obliged to treat and associate his wife in a good manner. The husband's obligation will be invalid if the
wife performs nusyuz and vice versa, the husband is nusyuz, the wife has the right to apply to the religious court if
the husband neglects his obligations for two consecutive years. While the husband's obligations after the divorce, the
husband is also obliged to provide a living for his wife during the iddah period.
Tirmidzi). Hadis ini menunjukan bahwa perempuan (calon isteri) karena pernikahan
sebaik apupun seorang suami di kantor, (Bigha, 1994).
dalam pergaulan sesama temannya tidak Pemberian mahar kepada calon istri
akan dianggap baik dalam agama, sebab letak merupakan ketentuan Allah SWT. bagi calon
kebaikan suami itu terletak bagaimana ia suami sebagaimana tertulis dalam al-Qur’an
memperlakukan keluarganya dengan baik, surat an-Nisa’ ayat 4: Artinya : “berikanlah
selain itu suami adalah pemimpin bagi istri maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
ataupun keluarganya yang memiliki akal nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.
fikiran dan tenaga yang kuat. “Jika istri kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu
menyusui anaknya dua tahun, maka suami sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,
memberikan makan dan sandang.” Hal ini Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
membuktikan bahwa hak dan kewajiban makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”
suami dan istri memiliki keseimbangan dan Di dalam tafsir Ath Thabari
keserasian dalam berumah tangga. Seketika menjelaskan bahwa perintah memberikan
suami keluar rumah, yang harus selalu mahar yang terkandung dalam surat an-Nisa’
diingat oleh suami adalah rumah merupakan ayat 4 ini merupakan perintah Allah SWT,
ladang rezekinya. Semakin ulet, rajin seorang yang dituju langsung kepada para suami
suami mencari nafkah dan berbicara baik dengan mahar yang ditentukan untuk
kepada istri serta memperlakukan istri diberikan kapada istri (Jarir Ath-
dengan cara yang ma’ruf, maka semakin Thabari, 2009). Pemberian mahar tidak
banyak ladang rezeki kepadanya. semua dibayarkan secara tunai ketika akad
nikah dilangsungkan, ada juga sebagian
METODE suami yang menunda pembayaran mahar
Penelitia ini menggunakan metode istrinya ataupun membayarnya dengan
kualitatif dengan reseac pustataka dan sistem cicil, dan ini dibolehkan dalam Islam
pencarian di internet serta kitab tentang hak- dengan syarat adanya kesepakatan dari kedua
hak dan kewajiwajiban suami Istri, dalam belah pihak, sebagaimana yang disebutkan
tataran hukum keluarga yang meliputi dalam hadis Nabi yang berbunyi, “ Sebaik-
konsep hak dan kewajiban suami istri baik baik mahar adalah mahar yang paling murah
dalam al-Qur’an dan maupun dalam Hadis (ringan).” (H.R. al-Hakim: 2692, beliau
nabi, hak dan kewajiban suami istri salah mengatakan “Hadist ini shahih berdasarkan
satu suami istri melakukan kedurhakan, lalai syarat Bukhari Muslim,”)
dalam kewajibannya (Nusyuz), dan hak- Sayyid Sabiq menambahkan bahwa
kewajiban suami dan istri pasca perceraian. perempuan diberikan mahar dan suami
Data-data diperoleh dari sumber sekunder diwajibkan memberikan mahar kepadanya
dan primer yang dioleh secara analisis bukan kepada ayahnya. Karena mahar itu
deskriptik. harta yang berhak didapatan oleh seorang
istri yang harus diberikan oleh suami, baik
HASIL DAN PEMBAHASAN karena akad maupun persetubuhan hakiki.
Hak dan Kewajiban Suami terhadap Istri Sebagian mazhab Hanafi mendefinisikannya
Isteri memiliki berbagai hak materi juga sebagai suatu yang didapatkan seorang
yang berupa mahar dan nafkah, serta hak perempuan akibat akad pernikahan ataupun
non materi, yaitu: hubungan baik, perlakuan persetubuhan (Sabiq, 1987).
yang baik, dan keadilan. Mahar pemberian wajib dari suami,
Kewajiban suami terhadap istri bukan pemberian ganti rugi, tanpa melihat
Kewajiban suami yang bersifat materi. besar dan kecilnya jumlah mahar sebagai
Mahar suatu kewajiban bagi laki-laki terhadap
Menurut Mustafa diibul Bigha, mahar perempuan, hal ini selaras dengan prinsip
adalah harta benda yang harus diberikan syariat bahwa seorang perempuan sama
oleh seorang laki-laki (calon suami) kepada sekali tidak dibebankan kewajiban baik
Pertama, tidak berpuasa sunnah yang banyak di harapkan oleh suami istri
kecuali seizin suami. Termasuk hak-hak terwujudnya keluarga yang harmonis,
suami atas isterinya untuk tidak puasa tanpa tentram, nyaman dan tujuan dari pernikahan
seizin suaminya, walaupun ia melakukanya itu akan mudah terwujud, kehidupan
dengan rasa lapar dan haus, maka tidak akan berkeluarga bagaikan hidup di taman-taman
diterima puasanya. Kedua, mengikuti tempat syurgawi, saling nasehat menasehati dalam
tinggal suami. Setelah menikah biasanya yang kebaikan, apababila melakukan kesalahan
jadi permasalahan suami adalah tempat ataupun kekhilafan ditegur dengan cara yang
tinggal, karena kebiasaan orang Indonesia bijaksana.
pada masa-masa awal menikah suami istri Hak dan Kewajiban Bersama
masih ikut di rumah orang tua salah satu Hak dan kewajiban suami isteri diatur
pasangan lalu kemudian mencari tempat secara tuntas dalam UU perkawinan dalam
tinggal sendiri. Semestinya seorang istri satu bab, yaitu Bab IV yang materinya secara
harus mengikuti dimana suami bertempat esensial tampaknya telah sejalan dengan apa
tinggal, entah itu di rumah orang tuanya atau yang digariskan dalam kitab-kitab fiqih.
tempat kerjanya. Karena ini merupakan Sedangkan kewajiban bersama dilakukan
perbuatan yang harus dipatuhi dan sebagai berikut: 1) Suami-istri wajib
merupakan kewajiban seorang istri menciptakan keluarga sakinah, mawadah,
mengikuti dimana suami bertempat tinggal, warahmah yang bahagia; 2) Suami-istri wajib
sebagaimna firman Allah SWT Q.S Ath- saling cinta-mencintai, hormat menghormati,
Thalaaq: 6. Ketiga, taat dan patuh kepada memberi bantuan lahir-batin; dan 3) Suami-
suaminya selama suaminya tidak isteri wajib mengasuh, memelihara anak-
menyuruhnya untuk melakukan perbuatan anak mereka baik mengenal pertumbuhan
maksiat. Kewajiban mematuhi suami ini jasmani, maupun rohani kecerdasan
dapat dilihat dari firman Allah SWT dalam pendidikan agama.
surat an-nisa’ ayat 34 Tidak mengizinkan Dari penjelasan di atas bahwa Al-
masuk kedalam rumah orang yang dibenci Qur’an telah memberikan petunjuk dan
suaminya Hal ini untuk mencegah berbagai rumus kepada pasangan suami istri tentang
kerusakan dan menjauhkan kecurigaan yang bagaimana semestinya untuk membangun
menjadi penyebab hancurnya rumah tangga. dan membina sebuah rumah tangga yang
Keempat, menjaga diri saat suami tak ada. harmonis, mewujudkan sakinah, mawaddah
Seorang wanita yang sudah menikah dan dan rahmah itu, tentu caranya tidak lain
memulai berumah tangga maka harus adalah dengan cara menjalankan kewajiban
membatasi tamu-tamu yang datang kerumah. masing-masing sebagai suami dan istri.
Ketika ada tamu lawan jenis maka yang Hak dan Kewajiban Suami Istri, Salah
harus dilakukan adalah tidak menerimanya Satunya dalam Keadaan Nusyuz
masuk ke dalam rumah kecuali jika ada Kata nusyuz dalam bahasa Arab
suami yang menemani dan seizin suami. merupakan bentuk mashdar (akar kata) ”
Karena perkara yang dapat berpotensi
mendatangkan fitnah, haruslah dihindari. ﻧﺸﻮﺯﺍ –ﻳﻨﺸﺰ –ﻧﺸﺰ ” (Munawwir. 1994)
(Q.S an-Nisa’ ayat: 34); Kelima, memberikan
yang berarti duduk kemudian berdiri, berdiri
kasih sayang dan sikap yang menyenangkan
dari, menonjol, menentangn atau durhaka.
kepada suami dan menjauhkan dirinya dari
Dalam konteks pernikahan, makna nusyuz
segala sesuatu perbuatannya yang tidak
yang tepat untuk digunakan adalah
disenangi oleh suaminya.
menentang atau durhaka.” Sebab makna
Hak dan Kewajiban suami dan istri
inilah yang paling mendekati dengan
telah dijalankan sebagaimana mestinya,
persoalan rumah tangga.
paham akan keberadaan tugasnya masing-
Sedangkan dalam artian etimologi,
masing, saling tolong menolong, saling
melengkapi antara satu dengan yang lainnya, menurut wahbah az-zuhairy nusyuz adalah
ketidak patuhan salah satu pasangan
maka kehidupan rumah tangga seperti ini
terhadap apa yang seharusnya dipatuhi, dan
atau rasa benci terhadap pasangannya. Ada dua bentuk nusyuz yang datang
Dengan kata lain tidak taatnya suami atau dari istri yaitu: nusyuz perbuatan dan nustuz
istri kepada aturan yang telah di ikat oleh perkataan. Pertama, nusyuz perbuatan
perjanjian yang telah terjadi dengan sebab seperti: 1) Enggan berhias didepan suami,
ikatan perkawinan tanpa alasan yang sedangkan suami menginginkannya, dan
dibenarkan oleh syara’. suami memfasilitasnya; 2) Durhaka kepada
Dapat disimpulkan bahwa nusyuz itu suami dan enggan melayani suami ditempat
adalah pelanggaran komitmen bersama tidur tanpa alasan yang syar’i, misalnya sakit
terhadap apa yang menjadi kewajiban dalam atau capek karna seharian mengurus rumah
rumah tangga. Adanya tindakan nusyuz ini tangga; 3) Istri keluar rumah tanpa izin
merupakan pintu pertama untuk kehancuran suami kecuali ada hal syar’I ada hajat atau
rumah tangga. Untuk itu, demi kelanggengan kepentingan yang mendesak ‘ Minta izin
rumah tangga sebagaimana yang menjadi suami adalah kataan seorang istri kepada
tujuan pernikahan, maka suami ataupun istri suaminya”; 4) Tidak mau pindah rumah yang
mempunyai hak yang sama untuk menegur telah disediakan suami; dan 5) Tidak mau
masing-masing pihak yang ada tanda-tanda melaksanakan apa yang diperintahkan
melakukan nusyuzitu. Nusyuz tidak hanya suaminya dalam batas-batas tertentu sebagai
berlaku bagi perempuan atau istri tetapi tugas seorang istri.
suami bisa juga melakukan nusyuz. Bahkan Kedua, Nusyuz perkataan, misalnya:
justru peluang seorang suami lebih besar. Istri tidak sopan kepada suami seperti
Dengan demikian ketidakpatuhan memaki-maki suami dengan kata-kaya yang
kedurhakaan pembangkangan terhadap kasar misalnya bodoh, tolol dan sebagainya.
sesuatu yang memang tidak wajar untuk istri menjawab tidak sopan apabila di pangil
dipatuhi, seperti suami menyuruh istri untuk oleh suami sedangkan suaminya berbicara
berbuat maksiat kepada Allah, dan istri santun kepadanya
menuntut suami diluar batas kemampuannya Nusyuz Laki-Laki Atau Suami
maka sikap seperti ini tidak dikategorikan Allah SWT berfirman dalam surat an-
sebagai nusyuz. Nisa’ ayat 128, dalam ayat ini menjelaskan
Dapat dipahami bahwa nusyuz itu bahwa nusyuz: yaitu meninggalkan
hukumnya haram karena menyalahi sesuatu kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak
yang telah ditetapkan agama melalui al-quran isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin
dan hadist Nabi. Dalam hubunganya kepada suaminya. nusyuz dari pihak suami ialah
allah pelakunya berhak atas dosa dari allah bersikap keras terhadap isterinya, tidak mau
dan dalam hubunganya dengan suami dan menggaulinya dan tidak mau memberikan
rumah tangga merupakan suatu pelanggaran haknyanya kepada istri. Dan ayat ini juga
terhadap kehidupan suami istri. Atas menjelaskan cara mengatasi nusyuznya
perbuatan itu si pelaku mendapat ancaman. suami.
Jenis nusyuz Ada 2 bentuk nusyuz suami yaitu
Nusyuz Perempuan Atau Istri nusyuz perkataan dan nusyuz perbuatan.
Dalail al-Qur’an mengenai nusyuz perempuan ini Pertama, Nusyuz perkataan dari suami
ada misalnya pada surat an-nisa’ ayat: 34 mesalnya: 1) Menghina sitri; 2) Membentak-
Dari ayat ini menjelaskan bahwa: bentak istri yang telah menjalankan tugasnya
seorang istri harus patuh dan taat kepada sebagai istri; dan 3) Menjelekjelekan istri
suami karena suami di beri kelebihan dari dengan kata “anti khobihatun kamu jelek”
allah yaitu sebagai pemimpin bagi kaum padahal istrinya mempunyai kelebihan yang
wanita, dalam ayat ini juga menjelaskan lain, “walaa tukhobbih jangan menjelek
kekhawatiran yaitu adanya nusyuz dari pihak jelekkan. Kedua, nusyuz perbuatan: 1)
istri, nusyuz istri datang dari segi perbuatan Mengabailan hak-hak istri atas dirinya sepeti
atau bisa juga datang dari perkataan, dan tidak memberikan nafkah lahir dan batin; 2)
langkah-langkah mengatasi seorang istri itu Berfoya-foya dengan wanita lain (selingkuh);
berbuat nustuz. 3) Menganggap rendah istrinya; 4) Tidak
pejudi dan lain sebagainya yang sukar diperintahkan untuk wajib membayar
disembuhkan; 2) Salah satu pihak pemeliharaan (nafkah). Jika suami
meninggalkan pihak lain tanpa alasan yang menghindari kewajibannya untuk memberi
sah atau karena hal lain diluar nafkah selama 1 bulan atau batas
kemampuannya; 3) Salah satu pihak kompensasi yang telah ditentukan, maka
mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun dikenakan hukuman penjara 3-12 bulan dan
atau hukuman yang lebih barat setelah denda sebanyak 100-1000 dinar (Mahmood,
perkawinan berlangsung; 4) Salah satu pihak 1987). Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa
melakukan kekejaman atau penganiayaan negara Tunisia ini cenderung lebih
berat yang membahayakan pihak lain; 5) menghargai perempuan dan anak-anak serta
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau melindungi para istri.
penyakit dengan akibat dapat menjalankan Sedangkan di indonesia bahwa
kewajibannya sebagai suami istri; 6) Antara konsekwensi bagi suami yang melalaikan
suami istri terus menerus terjadi perselisihan kewajiabannya maka seorang istri bisa
dan pertangkaran dan tidak ada harapan mengajukan cerai gugat ke Pengadilan yang
akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; diajukan oleh istri jika ditinggal suami selama
dan 7) Suami melangar taklik talak. 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak
Dari beberapa alasan yang bisa lain dan tanpa alasan yang sah atau karena
diajukan untuk melakukan perceraian yang hal lain yang diluar kemampuannya yang
dilakukan istri, maka perbuatan seperti ini otomatis suami tidak memberikan nafkahnya
dapat dikategorikan sebagai unsur- unsur kepada keluarga. Maka istri berhak
nusyuz suami. Hal seperti ini saja tidak mengajukan cerai gugat kepada pengadilan
cukup karena tidak ada bentuk kejelasan agama. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
bagaimana bentuk pengaturan yang dapat di jelaskan juga di Kompilasi Hukum Islam
diakui dimuka hukum untuk menjamin hak- Bab XVI Pasal 116 butir a.
hak bagi perempuan yang tertindas dan Dapat dipahami bahwa langkah untuk
diperlakukan semena-mena oleh suaminya. mengatasi nusyuz suami tidak
Tidak adanya akibat hukum bagi suami yang berkepanjangan dan tidak mendatangkan
nusyuz sehingga menimbulkan kelalaian kemudharatan yang paling besar bagi istri
dalam menjalankan kewajibannya. Berbeda maka ada sebuah trobosan bagi hukum
aturan yang ada di negara Tunisia bahwa keluarga Indonesia untuk memberikan efek
apabila seorang suami melakukan kelalaian jera bagi suami yang melalaikan kewajiban
terhadap kewajiiban suami terhadap istri seperti yang dilakukan oleh Negara Tunisia
maka suami mendapat sanksi hukum yaitu bukan hanya sekedar cerai gugat ke
Jika dalam waktu kompensasi tidak dapat pengadilan saja. Sehingga bisa mengurangi
memberikan nafkah juga, maka hakim akan angka perceraian di pengadilan agama.
menceraikan. Lebih jauh lagi, pada pasal 53 Antara suami istri saling mengintrospeksi
A Code of Personal Status 1956-19811 diri, saling memperbaiki diri, dan merubah
menyebutkan bahwa setiap suami diri keaarah yang baik, untuk merajuk
kembali hubungan yang awalnya rusak akan
1 pasal 53 A Code of Personal Status 1956-1981.
menjadi baik.
1Any person ordered to pay maintenance or compensation under Hak dan Kewajiban Ketika Istri
article 31 or 32 of this Code who deliberately avoids to pay it Beriddah
for one month shall be liable to punishment with imprisonment Menikah awalnya merupakan sebuah
between three to twelve months and fine between one hundred to cita-cita luhur yang bertujuan untuk
one thousand dinars. Negara Tunisia merupakan Negara membangun sebuah rumah tangga bahagia
berpenduduk mayoritas agama Islam mutlak
memberlakukan ketentuan hal nafkah istri dengan berdasarkan koridor agama, kemudian
menggunakan prinsip-prinsip mazhab Maliki. terealisasi dibawah legalitas hukum normatis
Undang-undang hukum Keluarga yang pertama dan hukum agama. Pada akhirnya menjadi
kali berlaku 1di Tunisia, yang mayoritasnya pengikut sebuah persoalan panjang ketika maghligai
Mazhab Maliki, adalah Code Of Personal Status rumah tangga menemukan kebekuan dari
(Majallat al-ahwal AL-syakhsiyah)
baik maharnya telah ditentukan atau belum. hanyalah hak bagi perempuan yang suaminya
Juga kepada istri yang ditalak sebelum ada hak rujuk.
sempat dicampuri apabila maharnya belum Pada hakekatnya, Allah SWT
ditentukan. Keadaan seperti itu mewajibkan menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan, hal
suami memberi mut’ah kepada istri yang tersebut terbukti dalam memberian ukuran
baru dicerainya. Sedangkan wanita yang mut’ah sangat elegan, dengan memberikan
dicerai sebelum dicampuri sedang maharnya ketentuan yang sangat bijaksana, agar
telah ditentukan, maka ia masih berhak pemberian mut’ah diberikan dengan kadar
menerima separo mahar. Dengan demikian yang patut (makruf) sesuai dengan
ia tidak perlu diberi mut’ah lagi. kemampuan suami.
Sebagaimana yang telah dijelaskan Q.S al-
Baqarah: 237. KESIMPULAN
Sebagian ulama berpendapat, bahwa Berdasarkan penjelasan yang telah
ketentuan (nash) diatas keumumnya disampaikan, dapat disimpulkan bahwa hak
mencakup wanita manapun yang diceraikan, dan kewajiban suami dan istri dalam bingkai
dengan ketentuan sampai yang diceraikan hukum keluarga meliputi berbagai aspek.
sebelum campur sekalipun, juga masih Berdasarkan fikih, terdapat hak dan
berhak menerima separo mahar, mut’ah itu kewajiban yang berkaitan dengan materi dan
tetap wajib diberikan kepadanya, disamping non-materi bagi suami dan istri. Selain itu,
separo mahar yang telah ada ketentuannya. dalam konteks nusyuz, terdapat konsekuensi
Mut’ah yang wajib diberikan kepada wanita bagi suami dan istri yang melanggar
yang diceraikan sesudah campur, merupakan kewajibannya. Setelah perceraian, hak dan
ijma’, sebagaimana dijelaskan dalam surat al- kewajiban suami dan istri masih berlaku
Baqarah: 241 sebagai berikut: Artinya: kepada dalam beberapa situasi, tergantung jenis
wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah thalak yang dilakukan. Namun, terdapat
diberikan oleh suaminya) mut'ah menurut yang perbedaan pendapat antara Imam Malik dan
ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang Imam Syafi'i mengenai kewajiban nafkah
yang bertakwa.” pasca perceraian.
Sedangkan wanita yang diceraikan Dalam konteks isu perceraian di depan
sebelum campur, sementara maharnya pengadilan, disarankan agar suami dan istri
belum ditentukan, maka mereka menerima tetap menjalankan hak dan kewajiban
mut’ah, berdasarkan surat al-Baqarah: 236. mereka dengan baik sebelum
Adapun perempuan yang dalam masa mempertimbangkan perceraian. Perceraian
iddah raj’i atau iddah hamil berhak juga seharusnya menjadi pilihan terakhir setelah
mendapatkan nafkah, sebagaimana firman segala upaya untuk mempertahankan
Allah SWT dalam surat ath-Thalaq: 6. perkawinan telah dilakukan. Dalam
Menurut Sayyid Sabiq tentang talak bain, menghadapi permasalahan dalam rumah
para ahli fiqh berbeda pendapat tentang hak tangga, penting bagi suami dan istri untuk
nafkahnya jika tidak dalam keadaan hamil, 10 selalu mawas diri dan belajar dari
menjelaskan ada 3 pendapat yaitu: 1) pengalaman tersebut, sehingga dapat
Menurut Malik bin Syafi’i berhak memberikan yang terbaik bagi keluarga.
mendapatkan rumah tetapi tidak berhak Selain itu, ada kebutuhan untuk memiliki
mendapatkan nafkah, berdasarkan firman aturan yang mengikat dalam hal hak dan
Allah dalam surat at-Thalaq: 6; 2) Berhak kewajiban suami dan istri, seperti yang ada di
mendapatkan nafkah dan rumah, karena negara Tunisia, untuk memberikan pedoman
secara hukum memberikan tempat tinggal yang lebih jelas dalam menjalankan
maka dengan sendirinya wajib memberikan kewajiban dalam perkawinan.
nafkah karena adanya kewajiban memberi
tempat tinggal dalam talak perempuan hamil;
3) Tidak berhak nafkah dan tempat tinggal,
dengan alasan tempat tinggal dan nafkah