Anda di halaman 1dari 17

KEWAJIBAN NAFKAH SUAMI TERHADAP ISTRI MENURUT

BERBAGAI AGAMA YANG ADA DI INDONESIA

A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan ikatan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan untuk menjalani kehidupan berumah tangga, sejak disahkannya
ikatan tersebut maka dari masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban
yang tidak mereka miliki sebelumnya.
Yang dimaksud dengan hak adalah apa-apa yang diterima oleh
seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban
adalah apa yang harus dilakukan seseorang terhadap orang lain.1 Didalam
hukum keluarga, hak suami merupakan kewajiban bagi istri, sebaliknya
kewajiban suami merupakan hak bagi istri. Salah satu kewajiban suami
terhadap istri didalam Islam adalah nafkah.
Leksikon ini akan menjelaskan secara singkat tentang kewajiban
nafkah suami terhadap istri menurut berbagai agama yang ada di Indonesia,
yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu dan Penghayat
kepercayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kewajiban nafkah suami terhadap istri menurut berbagai
agama yang ada di Indonesia?
2. Mengapa suami diwajibkan memberikan nafkah terhadap istri?

1
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,(Jakarta: PrenadaMedia, 2014), 159.

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui kewajiban nafkah suami terhadap istri menurut berbagai
agama yang ada di Indonesia
2. Mengetahui sebab diwajibkannya nafkah suami terhadap istri

D. Manfaat Pembahasan
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang hak dan
kewajiban suami dan istri secara umum, khususnya tentang kewajiban
nafkah suami terhadap istri.

E. Studi Pustaka

Sejauh penelusuran peneliti belum ditemukan penelitian tentang kewajiban


nafkah suami terhadap istri menurut berbagai agama yang ada di Indonesia
Tetapi ada beberapa penelitian yang terkait dengan kewajiban nafkah suami
terhadap istri, yaitu:

Nasution (2015) ”Perspektif Filsafat Hukum Islam Atas Hak Dan


Kewajiban Suami Istri Dalam Perkawinan”. Penelitian ini menjelaskan bahwa
suatu permasalahan tentang distribusi dalam rumah tangga dari pada penelitian
ini menggunakan metode hukum Islam Normatif dengan hasil bahwa hukum
Islam pada zaman dahulu tidak bisa disamakan dengan keadaan sekarang,
hukum Islam tidak bersifat kaku, tidak dengan usul fiqih dan kaidah-kaidah
fiqih yang telah ditentukan oleh ulama-ulama terdahulu. HukumIslam elastis
terhadap zaman yang berubah-rubah, dengan bermaksud menyesuaikan pada
kondisi yang terjadi di zaman sekarang untuk mempermudah memberikan
putusan hukum terhadap peristiwa pada masyarakat umumnya. Maka dari itu,

2
hukum Islam memberi kemudahan bagi ummat agar bisa melaksanakan syariat
dengan mudah. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pada
zaman sekarang pendistribusian nafkah dalam rumah tangga tidak hanya
berpatok lagi terhadap suami saja, namun istri juga ikut bekerj atau berkarir
diluar untuk menambah kebutuhan rumah tangga.

Widodo (2011) “Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga


Miskin Di Daerah Pesisir”. Penelitian ini menjelaskan bahwa tentang
kehidupan masyarakat pada bagian pesisir yang kemiskinan. Semakin tahun di
daerah pesisir ini menghadapi berbagai permasalahan yang menyebabkan
kemiskinan. Sebagaimana, mayoritas mata pencaharian di daerah ini ialah di
dasar laut yaitu sebagai nelayan, ada dua bagian nelayan yaitu nelayan besar
dan nelayan kesil. Kebanyakan pekerjaan ini yang menjalankan ialah laki-laki,
ada juga mata pencaharian pertanian dalam bentuk persawahan dan perkebunan.
Disimpulkan bahwa pekerja wanita khususnya para istri yang sudah berumah
tangga ialah pmayoritas pekerja dibanding para laki-laki atau suami.
Sebagaimana pada kali ini, dunia kerja tidak lagi membedakan antara pekerja
wanita dan laki-laki, bahwasannya pekerjaan laki-laki sudah bisa di andal
terhadap wanita

Mamahit (2013) “Hak Dan Kewajiban Suami Isteri Akibat Perkawinan


Campuran Ditinjau Dari Hukum Positif Indonesia”. Penelitian ini menjelaskan
bahwa perkawinan ialah perjanjian suci membentuk keluarga antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan. Dimana juga perkawinan merupakan suatu
peristiwa yang penting dalam kehidupan bersama antara sesama manusia yang
berlainan jenis untuk mewujudkan kesatuan rumah tangga dalam kehidupan
suami istri. Dalam pasal 1 UU Nomor 1 tahun 1974 mengatakan bahwa
3
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
sejahtera berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagai
negara yang telah merdeka dan berdaulat penuh, menciptakan suatu sistem
hukum nasional yang berorientasi dan berkiblat pada Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945. Dengan kehadiran Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, maka kedudukan suami-isteri lebih diperhatikan terutama
dalam hak dan kewajiban yang seimbang. Apabila seorang perempuan dan
seorang laki-laki berkata sepakat untuk melakukan perkawinan satu sama lain
ini berarti mereka saling berjanji akan taat pada peraturan-peraturan hukum
yang berlaku mengenai kewajiban dan hakhak masing-masing pihak selama dan
sesudah hidup bersama itu berlangsung, dan mengenai kedudukannya dalam
masyarakat dari anak-anak keturunannya

F. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Nafkah
Kata Nafkah atau Nafaqah berasal dari kata ‫ انفق‬dalam bahasa arab
secara etimologi mengandung arti ‫ نقص وقل‬yang berarti berkurang. Juga
berarti ‫ فنى وذهب‬yang berarti hilang atau pergi. Bila kata ini dihubungkan
dengan perkawinan mengandung arti: sesuatu yang dikeluarkannya dari
hartanya untuk kepentingan istrinya sehingga menyebabkan hartanya
menjadi berkurang.289.
Menurut sayyid sabiq, bahwa yang dimaksud dengan nafkah adalah
memenuhi kebutuhan makan, tempat tinggal (dan kalau ia seorang yang

2
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,(Jakarta: PrenadaMedia, 2014), 165.

4
kaya maka pembantu rumah tangga dan pengobatan istri juga termasuk
nafkah).3
2. Kewajiban nafkah suami terhadap istri
a. Kewajiban nafkah suami terhadap istri didalam agama Islam
Suami diwajibkan memberi nafkah terhadap istrinya
berdasarkan firman Allah Swt:

‫ض َومِبَا َأْن َف ُقوا ِم ْن‬ َ ‫َّل اللَّهُ َب ْع‬


ٍ ‫ض ُه ْم َعلَ ٰى َب ْع‬ ‫ال َق َّوامو َن علَى الن ِ مِب‬
َ ‫ِّساء َا فَض‬
َ َ ُ ُ ‫الر َج‬ ِّ
ِ ‫الصاحِل ات قَانِتات حافِظَات لِْلغَي ِ مِب‬ ِ‫هِل‬
ُ‫ب َا َحف َظ اللَّه‬ ْ ٌ َ ٌ َ ُ َ َّ َ‫ف‬  ۚ ‫َْأم َوا ْم‬
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. [An-Nisâ/4:34]

Nafkah atau belanja yang harus diberikan suami kepada istri


antara lain untuk memenuhi kebutuhan makan, tempat tinggal,
pembantu rumah tangga, pengobatan (kesehatan). Madzhab Hanafi
berpendapat bahwa kewajiban nafkah suami meliputi makanan
daging, sayur mayur, buah-buahan, minyak zaitun dan samin serta
segala kebutuhan yang diperlukan sehari-hari dan sesuai dengan
keadaan (standar) umum. Berbeda dengan madzhab Hanafi, Madzhab
Syafi’I menetapkan jumlah nafkah bukan diukur dengan jumlah
kebutuhan, tetapi disesuaikan dengan kemampuan suami. Jika suami
orang yang kaya maka jumlah nafkah yang harus dibayar setiap
harinya adalah dua mud (6 ons gandum/beras), dan bagi suami yang
3
M. Dahlan R, Fikih Munakahat, (Yogyakarta: Deepublish, 2015),89.

5
tidak mampu, dia wajib membayar nafkah sebanyak satu mud (3 ons
gandum/beras).4
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata,”Memberi nafkah kepada
keluarga merupakan perkara yang wajib atas suami. Syari’at
menyebutnya sebagai sedekah, untuk menghindari anggapan bahwa
para suami yang telah menunaikan kewajiban mereka (memberi
nafkah) tidak akan mendapatkan balasan apa-apa. Mereka mengetahui
balasan apa yang akan diberikan bagi orang yang bersedekah. Oleh
karena itu, syari’at memperkenalkan kepada mereka, bahwa nafkah
kepada keluarga juga termasuk sedekah (yang berhak mendapat
pahala, Pen). Sehingga tidak boleh memberikan sedekah kepada selain
keluarga mereka, sebelum mereka mencukupi nafkah (yang wajib)
bagi keluarga mereka, sebagai pendorong untuk lebih mengutamakan
sedekah yang wajib mereka keluarkan (yakni nafkah kepada keluarga,
Pen) dari sedekah yang sunnat.”5
b. Kewajiban nafkah suami terhadap istri didalam agama Kristen
Nafkah atau pemenuhan nafkah biasanya dikaitkan dengan laki-
laki atau suami (bukan istri) asumsi ini tidaklah tepat sebenarnya, jika
kita melihat rujukan Firman Tuhan :
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan
perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah
Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya,  maka
terkutuklah  tanah  karena engkau; dengan bersusah payah  engkau
akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu6

4
Khaeron Sirin, Perkawinan Madzhab Indonesia, (Yokyakarta: Deepublish, 2016),86.
5
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, (),
6
http://wartakristenministry.blogspot.com/2018/01/nafkah-dalam-kristen.html

6
Firman diatas memiliki makna bahwa manusia tidak menjadi
mudah lagi mencari rejeki atau nafkah ketika telah menjauh dari
keintiman dengan tuhan yang pemberi kehidupan, karena awalnya
semua kebutuhan manusia telah dipenuhi allah ditaman eden sehingga
manusia tidak perlu lagi mencari nafkah kehidupan, hubungan
manusia yang rusak akan menjadi kesulitan tersendiri ketika
komunikasi manusia dengan tuhan telah rusak, pada ayat tersebut
diatas jelas tidak terungkap perintah tuhan untuk manusia laki-laki
mencari nafkah mutlak untuk istrinya, hanya untuk mencari rejeki
didunia karena kesalahan manusia melanggar perintah allah maka
tidak gampang lagi ketika mencari rejeki karena sejatinya kebutuhan
manusia telah disediakan tuhan namun manusia telah melanggar
perintah tuhan. jelas tidak ada perintah dan tertulis dan dapat
dimaknai dengan jelas jika :” suami mencari nafkah untuk istri/
keluarganya”.7
pandangan umum jika suami mutlak memberi nafkah istri dan
keluarganya sesungguhnya merupakan faham yang berasal dari ajaran
lain diluar alkitabiah yang berasimilasi dan terus kemudian menjadi
merasuk dalam alam sadar kita ketika secara umum yang bukan
merupakan ajaran alkitab namun secara tidak sadar itu menjadi
terbiasa seolah-olah ajaran itu sama dengan ajaran kekristenan, karena
ajaran kekristenan ialah ajaran kasih.8
Meskipun didalam al-Kitab tidak diterangkan tentang
kewajiban nafkah suami, tapi pada umumnya keluarga suamilah yang
banyak menghidupkan keluarga, karena suami sebagai kepala rumah

7
Ibid.
8
Ibid.

7
tangga, namun dalam perjalanannya perlu adanya kesepakatan berdua.
Didalam efesus 5:22-23: “Hai istri tunduklah kepada suamimu seperti
kepada tuhan”. Karena suami adalah kepala istri sama seperti kristus
adalah kepala jemaat, dialah yang menyelamatkan tubuh. Juga
didalam 1 petrus 3:7:”demikian juga kamu hai suami-suami hiduplah
bijaksana dengan istrimu sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah
mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan,
supaya doamu jangan terhalang”.

c. Kewajiban nafkah suami terhadap istri didalam agama Katolik


Didalam agama Katolik seorang suami tidak ada kewajiban
memberi nafkah terhadap istrinya akan tetapi secara etika seorang
laki-laki harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun bilamana ada peristiwa laki-laki tidak bisa memenuhi
kebutuhan keluarganya maka istri membantunya. Karena masing-
masing berperan sama dalam suatu kehidupan perkawinan.
d. Kewajiban nafkah suami terhadap istri didalam agama Hindu
Kewajiban suami terhadap istrinya menurut manava
dharmasastra  IX.2,3,9 dan 11 adalah:
1) Suami wajib melindungi istri dan anak-anak serta
memperlakukan istri dengan wajar dan hormat. Wajib
memelihara kesucian hubungannya dengan saling
mempercayai sehingga terjamin kerukunan dan keharmonisan
rumah tangga.
2) Suami hendaknya menyerahkan harta kekayaannya dan
menugaskan istrinya untuk mengurusnya juga urusan dapur,
8
upacara agama dalam rumah tangga dan dalam upacara-upacara
yang besar bersama suaminya.
3) Suami berusaha menjamin kehidupan istrinya serta memberikan
nafkah, terutama bila dalam suatu urusan atau ketika ia harus
melaksanakan tugas ke luar daerah.
4) Suami wajib membahagiakan istrinya dan mengusahakan agar
antara mereka sama-sama menjamin kesucian pribadi dan
keturunannya dengan tidak selingkuh serta menjauhkan diri dari
segala unsur lain yang mengakibatkan perceraian.
5) Suami hendaknya selalu merasa puas dan bahagia bersama
istrinya karena bila dalam rumah tangga suami istri selalu
merasa puas, maka rumah tangga itu akan terpelihara
kelangsungannya.
6) Suami wajib menjalankan Dharma Grhastha denganbaik,
Dharma kepada keluarga (Kula Dharma), terhadap masyarakat
dan bangsa (Vamsa Dharma) serta wajib mengawinkan putra-
putrinya pada waktunya.
7) Suami berkewajiban melaksanakan Sraddha, Pitrapuja kepada
leluhurnya, memelihara anak cucunya serta melaksanakan
Yajna. Demikian antara lain tugas dan tanggung jawab suami
sebagai Bapak atau sebagai kepala rumah tangga. Bila
dilaksanakan dengan baik, kelangsungan dan kebahagiaan
rumah tangga atau keluarga akan dapat diwujudkan.9
e. Kewajiban nafkah suami terhadap istri didalam agama Buddha

9
http://balidewatapost.blogspot.com/2014/08/kewajiban-suami-istri-menurut-weda-dan.html

9
Di dalam agama Buddha tidak dibahas hak seorang suami, yang
ada hanyalah kewajiban seorang suami sebagai kepala keluarga.
Dalam Mangala Sutta terdapat sebuah bait yang bunyinya sebagai
berikut :

“Matapitu Upatthanam Puttadarassa Sangaho


Anakula Ca Kammanta Etammangalamuttamam”

artinya:
Menyokong dan merawat ayah dan ibu Membahagiakan anak dan istri
Pekerjaan yang bebas dari keruwetan Itulah Berkah utama
(Khuddaka Patha halaman 3)

Seorang suami sebagai kepala keluarga wajib memiliki


penghasilan yang secukupnya agar dapat memenuhi segala kebutuhan
keluarganya. Ia wajib membahagiakan anak dan isterinya di samping
menyokong dan merawat kedua orang tuanya yang masih hidup.
Kepada orang tua dan leluhur yang sudah meninggal maka ia wajib
melakukan Pattidana (Melakukan perbuatan-perbuatan jasa yang
kemudian dilimpahkan kepada para almarhum tersebut)

Agar seorang suami tidak dibenci oleh isterinya maka ia wajib


rajin bekerja agar tidak jatuh miskin, wajib memelihara kesehatan
agar tidak sakit-sakitan, wajib menghindarkan minuman keras agar
tidak mabuk-mabukan, wajib banyak belajar agar tidak bodoh, wajib
bersikap telaten dan perduli agar tidak mengabaikan isterinya, jangan

10
terlalu sibuk dan dapat membagi waktunya untuk isteri, wajib
berhemat dan tidak meng-hambur-hamburkan uang (Jataka V, 433).10

f. Kewajiban nafkah suami terhadap istri didalam agama Konghuchu


Bagi pemeluk agama Konghuchu seoarng suami wajib memberi
nafkah terhadap istrinya, nafkah lahir maupun batin. Didalam agama
konghuchu tidak ada aturan khusus tentang wajibnya nafkah suami
terhadap istrinya, seorang suami hanya diwajibkan memberi nafkah
sebagaimana seorang suami memberi nafkah terhadap seorang istri.

g. Kewajiban nafkah suami terhadap istri didalam agama Penghayat


Suami diwajibkan memberi nafkah terhadap istrinya menurut
penganut agama penghayat, akan tetapi tidak diatur secara rinci
didalam hukum adat dan tradisi.

G. Metode dan Teknik Penelitian


1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Pustaka (Library Research)
yaitu penelitian yang terfokus pada pengumpulan data dan meneliti
buku-buku kepustakaan dan karya-karya dalam bentuk lain.
2. Jenis Data
Dalam penulisan leksikon ini diperlukan berbagai jenis data,
adapun jenis data yang penulis sajikan dalam leksikon ini adalah jenis
data yang memuat berbagai hal, diantaranya adalah:
a. Pengertian nafkah

10
https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/tuntunan-perkawinan-dan-hidup-berkeluarga-dalam-agama-
buddha/

11
b. Kewajiban nafkah suami terhadap istri
3. Sumber Data
Sumber data yang ada di leksikon ini terdiri dari dua jenis,
yaitu: data primer dan sekunder. Sumber data primer yang menjadi
acuan leksikon ini adalah Hukum Perkawinan Islam di Indonesia
karya Amir Syarifuddin. Sedangkan sumber data sekunder leksikon
ini adalah Perkawinan madzhab Indonesia karya Khoeron sirin.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun beberapa teknik yang bisa digunakan untuk
mengumpulkan data satu sama lain mempunyai fungsi yang berbeda
dan hendaknya dipergunakan secara tepat dengan tujuan penelitian.
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah:
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen, atau menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku, majalah, catatan harian. Data-data dalam penelitian
ini merupakan dari sumber primer dan sumber sekunder.11

b. Wawancara/Interview
Interview atau yang sering juga disebut wawancara atau
kuisioner lisan adalahsebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.12

11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 156.
12
Ibid., 155.

12
5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis


data deskriptif kualitatif. Maksudnya adalah proses analisis yang
didasarkan pada kaidah deskriptif dan kaidah kualitatif. Kaidah
deskriptif adalah bahwa proses analisis dilakukan terhadap seluruh
data yang telah didapatkan dan diolah yang kemudian hasil dari
analisa tersebut disajikan secara keseluruhan. Sedangkan kaidah
kualitatif adalah proses analisis tersebut ditujukan untuk
mengembangkan teori dengan jalan membandingkan teori bandingan
dengan tujuan untuk menemukan teori baru yang dapat berupa
penguat terhadap teori lama, maupun melemahkan teori yang telah ada
tanpa menggunakan rumus statistik.13
metode ini digunakan sebagai upaya untuk mendeskripsikan dan
menganalisis secara sistematis terhadap kewajiban nafkah suami
menurut berbagai agama yang ada di Indonesia.

H. Analisis Data
1. Analisis tentang kewajiban nafkah suami terhadap istri menurut
berbagai agama yang ada di Indonesia
Pada dasarnya semua agama yang ada di Indonesia
menganjurkan kepada setiap pemeluknya untuk memberikan nafkah
terhadap istrinya, meskipun anjuran tersebut ada yang bersifat wajib
dan ada yang tidak wajib. Agama Islam sendiri termasuk agama yang
mewajibkan nafkah suami terhadap istrinya.

13
Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 41.

13
Hukum Islam ada 5 yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan
haram. Wajib adalah suatu perintah yang harus dikerjakan , dimana
orang yang meninggalkannya berdosa.14 Sunnah ialah suatu perintah
yang apabila dilaksanakan maka akan diberi pahala, sedang jika
ditinggalkan tidak akan disiksa. Mubah ialah suatu hukum, dimana
Allah Swt memberikan kebebasan kepada orang mukallaf untuk
memilih antara mengerjakan suatu perbuatan atau meninggalkannya.
Makruh adalah suatu larangan syara’ terhadap suatu perbuatan, tetapi
larangan tersebut tidak bersifat pasti, lantaran tidak ada dalil yang
menunjukkan atas keharaman perbuatan tersebut. Haram ialah
larangan Allah yang pasti terhadap suatu perbuatan, baik ditetapkan
dengan dalil yang qath’i maupun dalil zhanni.
Menurut pendapat Ibnu Hajar Al-Asqalani, hukum nafkah
suami terhadap istri adalah wajib. Artinya, jika suami tidak
memberikan nafkah terhadap istrinya maka dia akan mendapatkan
dosa atau siksa.
Sedangkan menurut agama hindu, seorang suami harus
menjamin kehidupan istrinya. Bahkan didalam agama hindu seorang
suami wajib memberikan semua uang hasil jerih payahnya kepada
sang istri untuk dikelola.
Jika didalam agama Islam baik suami maupun istri sama-sama
mempunyai hak dan kewajiban,maka berbeda dengan agama budha,
seorang suami hanya mempunyai kewajiban yang kemudian menjadi
hak istri, suami tidak mempunyai hak dan begitu pula istri tidak punya
kewajiban. Salah satu kewajiban suami adalah membahagiakan istri
dengan memenuhi segala kebutuhannya, lahir maupun batin.
14
Saefullah Ma’sum, dll. Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016),33-61.

14
Didalam agama Konghuchu dan agama Penghayat nafkah
suami diwajibkan, tapi tidak dijelaskan secara rinci nafkah apa saja
yang diwajibkan. Dalam pelaksanaanya, mereka mengikuti aturan
pemerintah dan adat istiadat setempat.
Sementara agama Kristen dan Katolik sama-sama tidak
mewajibkan nafkah suami terhadap istri. Namun secara etika dan
kebudayaan di Indonesia, suami tetap harus bekerja untuk menghidupi
keluarganya, jika ada kesepakatan diantara suami dan istri bahwa
yang mencari nafkah adalah istri karena suatu sebab, maka hal itu
diperbolehkan karena memang didalam agama kristen dan katolik
tidak mewajibkan nafkah suami terhadap istri.

2. Analisis tentang sebab diwajibkannya nafkah suami terhadap istri


Berdasarkan firman Allah Swt didalam al-Qur’an surat An-
Nisa’ ayat 34, disebutkan bahwa seorang laki-laki diberikan kekuatan
lebih dibandingkan perempuan. Oleh karena itu laki-laki dijadikan
pemimpin bagi kaum wanita dan wajib memberikan nafkah terhadap
keluarganya. Alasan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang terdapat
pada agama-agama lainnya.
Didalam agam Hindu dan Budha, suami diwajibkan
membahagiakan istrinya, supaya dalam berjalannya waktu tidak
terdapat masalah didalam keluarga, maka suami wajib memberikan
nafkah yang cukup, karena suami merupakan kepala keluarga.
Sebagai kepala keluarga suami juga harus memelihara kelangsungan
keluarganya. Sedangkan agama Konghuchu dan Penghayat
mewajibkan nafkah karena ikut aturan pemerintah
I. Penutup
15
1. Kesimpulan
a. Menurut agama Islam, Hindu dan Budha, nafkah suami wajib
berdasarkan keterangan yang ada didalam kitab suci mereka
masing-masing. Sedangkan menurut agama Konghuchu dan
Penghayat Kewajiban nafkah berdasarkan peraturan pemerintah
dan budaya. Sementara agama Kristen dan Katolik, tidak terdapat
peraturan khusus mengenai kewajiban Nafkah.
2. Saran
Berdasarkan penjelasan yang telah ditulis pada leksikon ini,
maka penulis akan menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1) Kepada para suami, hendaknya memberikan nafkah karena itu
adalah tanggungjawab seorang suami terhadap istri (meskipun
didalam sebagian agama tidak diwajibkan) supaya hubungannya
dengan istri menjadi harmonis.
2) Kepada para istri, hendaknya tidak terlalu berlebihan didalam
meminta haknya terhadap suami. Bahkan jika diperlukan istri
dapat membantu suami didalam menghidupi keluarga.

Daftar Pustaka

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,


2014

16
M. Dahlan R, Fikih Munakahat, Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Khaeron Sirin, Perkawinan Madzhab Indonesia, Yokyakarta: Deepublish, 2016.

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, ,

http://wartakristenministry.blogspot.com/2018/01/nafkah-dalam-kristen.html

http://balidewatapost.blogspot.com/2014/08/kewajiban-suami-istri-menurut-weda-
dan.html

https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/tuntunan-perkawinan-dan-hidup-
berkeluarga-dalam-agama-buddha/

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:


Rineka Cipta, 2006.

Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia,


2002), 41.

Saefullah Ma’sum, dll. Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016)

17

Anda mungkin juga menyukai