Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQIH MUNAKAHAT

“HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Munakahat
Dosen Pengampu : Rahmad Setyawan, S.H.,M.H.

Disusun oleh :

1. Gita Safira (212111210)


2. Afita Puspita Sari (212111212)

KELOMPOK 7 / HES 5F

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Fiqih Munakahat yang berupa makalah
yang berjudulkan “Hak dan Kewajiban Suami Istri ” dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih juga
kami berikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses menyelesaikan makalah ini.
Terutama kepada dosen pengampu mata kuliah FIQH MUNAKAHAT yaitu Bapak Rahmad
Setyawan yang telah membimbing kami untuk mengarahkan kami dalammenyelesaikan makalah
kami dengan sebaik-baiknya. Kami selaku penyusun ingin ikut berpartisipasi dalam penyampaian
tentang makalah “Hak dan Kewajiban Suami Istri”, kami mengharapkan yang bisa kami
sampaikan dapat diterima, mudah untuk dipahami dan mudah untuk dipelajari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi segenap pembaca, dan apabila ada kekurangan atau
kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat kami harapkan dari segenap pembaca
untuk membangun makalah kami agar mencapai kesempurnaan dalam makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4


A. pengertian Hak dan Kewajiban ........................................................................................ 4
B. Hak dan Kewajiban Suami terhadap Istri ......................................................................... 5
C. Hak dan Kewajiban Istri terhadap Suami ....................................................................... 7
D. Hak dan Kewajiban bersama atau kedua belah pihak .................................................... 10
E. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang…………………………...
F. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam…………………….

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan salah satu tiang utama dalam konstruksi sosial dan moral suatu
masyarakat. Dalam Islam, keluarga bukanlah sekadar entitas sosial, tetapi juga merupakan institusi
yang dianggap suci dan menduduki posisi penting dalam kehidupan individu dan komunitas
Muslim. Suami dan istri, sebagai dua komponen esensial dalam struktur keluarga, memegang
peran yang sangat berarti dalam menjaga stabilitas sosial dan keseimbangan emosional dalam
masyarakat. Dalam visi Islam, mereka bukan hanya pasangan hidup, melainkan juga mitra spiritual
yang bersama-sama menjalankan peran, hak, dan kewajiban yang telah ditetapkan dalam ajaran
agama.

Ajaran Islam memiliki akar yang dalam dan nilai-nilai yang kaya dalam membentuk
pemahaman tentang hubungan suami istri. Sejarah panjang dan budaya yang beragam dari dunia
Muslim telah memberikan berbagai perspektif yang memperkaya pandangan ini. Selain itu,
prinsip-prinsip Islam tidak hanya bersifat teoretis, melainkan juga praktis dan relevan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks hubungan suami istri.

Dalam kaitannya dengan hal ini, tujuan dari tulisan ini adalah untuk menguraikan dengan
lebih mendalam hak dan kewajiban suami istri menurut ajaran Islam. Kami akan menjelajahi
prinsip-prinsip yang menjadi panduan bagi pasangan Muslim untuk memahami, menghormati, dan
mempraktikkan hak dan kewajiban mereka dalam hubungan pernikahan. Sebagai hasilnya,
diharapkan bahwa pembaca akan memperoleh wawasan yang lebih komprehensif mengenai
bagaimana Islam meresapi kehidupan keluarga dan bagaimana prinsip-prinsip ini membantu
menciptakan hubungan suami istri yang sehat, berlandaskan keadilan, kasih sayang, dan nilai-nilai
agama. Mari kita merenungkan lebih lanjut tentang prinsip-prinsip ini yang menjadi pilar dalam
menjaga keberhasilan dalam pernikahan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Hak dan Kewajiban?
2. Bagaimana Hak dan Kewajiban Suami terhadap Istri?
3. Bagaimana Hak dan Kewajiban Istri terhadap Suami?
4. Bagaimana Hak dan Kewajiban bersama atau kedua belah pihak?
5. Bagaimana Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1
Tahun 1974?
6. Bagaimana Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka didapatkan tujuan penulisan sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari Hak dan Kewajiban.


2. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban Suami terhadap Istri.
3. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban Istri terhadap Suami.
4. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban bersama atau kedua belah pihak.
5. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang Perkawinan
No. 1 Tahun 1974.
6. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Dan Kewajiban


Dalam bahasa latin, hak disebut dengan ius, sementara dalam bahasa Belanda disebut
dengan recht. Bahasa Prancis menggunakan istilah droit untuk menunjukkan hak. Dalam bahasa
Inggris digunakan istilah law untuk menyebut hak. Adapun secara istilah, pengertian hak adalah
kekuasaan atau wewenang seseorang untuk mendapatkan atau berbuat sesuatu. Namun, dalam
mengatur dan melaksanakan kehidupan suami istri untuk mencapai tujuan perkawinan, agama
mengatur hak-hak dan kewajiban mereka sebagai suami istri. Jadi, yang dimaksud dengan hak di
sini adalah sesuatu yang merupakan hak milik atau dapat dimiliki oleh suami istri yang diperoleh
dari hasil perkawinannya. Hak ini hanya dapat dipenuhi dengan memenuhinya, membayar atau
dapat juga hilang seandainya yang berhak rela apabila haknya tidak dipenuhi oleh pihak lain.
Sedangkan kewajiban berasal dari kata wajib yang berarti keharusan untuk berbuat sesuatu.
Dalam kamus bahasa Indonesia, kewajiban dapat diartikan dengan sesuatu yang diwajibkan,
sesuatu yang harus dilakukan. Jadi yang dimaksud dengan kewajiban dalam hubungan suami-istri
adalah hal-hal yang dilakukan atau diadakan oleh salah seorang suami istri untuk memenuhi hak
dari pihak lain. Kewajiban muncul karena adanya hak yang melekat pada subyek hukum.Yang
dimaksud dengan hak disini adalah apa yang diterima oleh seseorang dari orang lain, sedangkan
yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain.

Hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami dan istri. Suami wajib
melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai
dengan kemampuannya, sedangkan istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Jika
suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah
ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga.
Masing-masing dari pasangan memiliki kewajiban dan hak yang sama besarnya. Sehingga, tatkala
seorang wanita diperintahkan untuk berlaku baik kepada suaminya, menghormati dan selalu
mencari keridhaanya. Maka seorang lelaki juga dituntut untuk melakukan hal yang sama pada
istrinya, berbuat baik kepadanya, bersabar atas istrinya jika trdapat sifat buruk. Ikatan pernikagan
sendiri haruslah didasari oleh rasa cinta, kasih sayang, dan saling menyayangi. Hal ini akan terlihat
terwujud jika tidak ada kerjasama antara kedua pasangan untuk menunaikan kewajiban diri sendiri
dan memenuhi hak pasangannya1.

1
Tim Ulin Nuha Ma’had Aly An-Nur, Fiqih Munakahat (Solo: Faris Desain, 2018), 143.
B. Hak dan kewajiban Suami terhadap Istri
Adapun kewajiban suami terhadap istrinya terdapat dua macam yaitu kewajiban materiil dan
kewajiban non-materiil. Adapun penjelasan kewajiban materiil sebagai berikut :

1. Mahar, atau maskawin adalah harta pemberian dari mempelai lelaki kepada mempelai
perempuan yang merupakan hak istri dan sunnat disebutkan ketika akad nikah berlangsung.
2. Nafkah, seorang suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya baik nafkah lahir
maupun batin. Karena kewajiban suami memberikan nafkah disebabkan oleh tiga hal yaitu
:
a) Hubungan perkawinan yaitu suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya yang taat
baik makanan, pakaian dantempat tinggal. Serta kebutuhan rumah tangga dan
sebagaimananya yang sesuai dengan kemampuannya.
b) Hubungan keluarga yaitu seorang ayah wajib memberikan nafkah kepada anakananknya
atau seorang anak memberikan nafkah kepada ibu apabila ayahnya telah tiada dan begitu
juga kepada cucu apabila ayahnya telah tiada.
c) Hubungan memiliki yaitu apabila memiliki binatang peliharaan maka wajib diberi nafkah
berupa makanan dan dijaga agar tidak diberi beban yang berlebih melebihi
kemampuannya.

Untuk selanjutnya kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya yang tidak bersifat
kebendaan (bukan materi) adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan biologis istri artinya suami dapat menggauli istrinya dengan cara
yang baik, tidak boleh egois tanpa memelihara diri seorang istri.
b. Menjaga dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan
maksiat atau ditimpa oleh suatu kesulitan dan mara bahaya
c. Taat dan patuh kepada suaminya selama suaminya tidak menyuruhnya untuk melakukan
perbuatan maksia2t.

C. Hak dan Kewajiban Istri terhadap Suami


Kewajiban istri terhadap suami mempunyai ikatan yang tidak dapat dipisahkan dengan
kewajiban suami terhadap istri. Adapun kewajiban istri terhadap suami tidak ada yang
berupa materi, namun diantaranya yaitu :
a. Taat kepada Allah dan suami, kewajiban istri yang baik yaitu taat kepada Allah Swt dan
suami secara utuh, baik disaat suami sedang di rumah maupun pada saat suami bepergian.
b. Menjaga kehormatan diri artinya seorang istri selain diperintahkan taat kepada Allah
Swt dan suaminya, istri juga harus menjaga kehormatan dirinya baik disaat suaminya
berada di rumah maupun sedang bepergian.

2
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta 2011), 191.
c. Kewajiban mengurus rumah tangga yaitu apabila seorang istri bertanggung jawab
terhadap kehidupan rumah tangga secara intens.
d. Istri harus memenuhi kemauan suami dalam berhubungan, bahwa seorang istri wajib
mengabulakan ajakan suaminya jika istri menolak maka malaikat mengutuknya karena
tidak akan ada hukuman kecuali adanya kewajiban yang ditinggalkan.
e. Berlaku jujur dan memelihara amanah suami, posisi istri tergantung dengan ridha suami
maka sgala sesuatu yang berhubungan dengan istri harus adanya izin suami dan jika sudah
diberikan izin maka istri wajib memelihara amanah suaminya tersebut3

D. Hak dan Kewajiban Bersama


Dalam Islam terdapat aturan dimana kedua belah pihak mendapatkan hak yang serupa, diantaranya
adalah hak istimta’, berhias, saling mewarisi, dan hak untuk mengklaim anak sebagai nasabnya.

1. Hak Istimta’
Maksud dari hak istimta’ adalah hak untuk bermesraan demi memuaskan syahwat. Hak
ini sama-sama dimiliki oleh kedua belah pihak baik suami ataupun istri. Bermesraan
sebenarnya adalah salah satu dari tujuan pasangan kita dihalalkan, akad nikah membuat
batasan interaksi antara dua orang yang bukan mahrom menjadi terbuka, tanpa sekat
dan bebas akses. Yang menjadi pembeda antara hak istimta’ suami dan istri adalah
suami dapat bermesraan dengan istrinya yang lain, sementara istri hanya boleh
bermesraan dengan suaminya saja. Ia tidak diperbolehkan bermesraan dengan selain
suaminya. Termasuk di antara hak istimta’ itu adalah kebolehan melakukan jima’ atau
hubungan intim. Apabila seorang suami menelantarkan seorang istri lalu hanya
bermesaraan dengan istrinya yang lain, dalam hal ini dia sudah tidak adil dan berdosa.
2. Hak Berhias
Berhias dalam hal ini adalah berpenampilan baik di hadapan pasangan, dan ini adalah
hak yang berlaku bagi keduanya. Ibnu Abbas RA berkata bahwa dirinya juga senang
berhias untuk menyenangkan istrinya. Berhias dalam hal ini adalah seperti
menggunakan kosmetik untuk wajah, memakai parfum, pakaian yang indah, dan
perhiasan seperti kalung, anting dan gelang bagi wanita.
3. Hak Saling Mewarisi
Apabila suami meninggal maka istri memiliki hak waris atasnya begitu pula
sebaliknya. Hal ini selain tertera dalam Quran juga telah menjadi ijma dari para ulama.
4. Hak Dipergauli dengan Baik
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, kadang sebelum menikah seorang lelaki
atau wanita selalu saja memasang ekspektasi yang tinggi dari calon pasangannya.
Kemudian setelah pernikahan terjalin dalam jangka waktu lama, ekpektasi tersebut
ambyar lantaran ternyata yang banyak terlihat justru kekurangan masing-masing. Maka
di sinilah masing-masing pasangan dituntut untuk bersabar menerima dan berupaya

3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, 162
untuk saling melengkapi apa yang kurang. Seorang suami harus bnar-benar bersabar
dalam berinteraksi dengan istrinya, karena seburuk-buruknya manusia pasti ada celah
kebaikannya. Begitupula sang istri pada suami, jika hidup berlandaskan kepada saling
ridho, maka akan terbina rumah tangga yang harmonis. Keduanya dituntut oleh Islam
untuk berusaha menghadirkan komunikasi yang baik, penuh akhlaq dan kebaikan.4

E. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan:

1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat.
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.

Selanjutnya Pasal 32 UU Perkawinan menegaskan:


1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan
oleh suami istri bersama.
Pasal 34 UU Perkawinan menegaskan:
1. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
2. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
3. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama5.

F. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam


Hak dan kewajiban suami dan istri sebenarnya telah diatur oleh kompilasi hukum islam (KHI)
didalam bab VII pasal 77 sampai pasal 83 , dinyatakan sebagai berikut:
Pasal 77

1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan keluarga yang sakinah,
mawadah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
2) Suami istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan
lahir batin antara yang satu dengan yang lain.
3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik
mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasan dan pendidikan agamanya.

4
Firman Arifandi, LL,B.,LL.M. Hak dan Kewajiban Suami Istri. (Jaksel: Rumah Fiqih Publishing 2020), hal 17
5
Aulia Muthiah, Hukum Islam-Dinamika Seputar Hukum Keluarga, 91
4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5) Jika suami atau istri melalaikan kewajibanya, masing-masing dapat mengajukan gugatan
ke pengadilan agama.
Pasal 78

1) Suami istri harus mempunyai kediaman yang sah.


2) Rumah kediaman yang dimaksud oleh ayat (1) ditentukan oleh suami istri bersama.
Pasal 79

1) Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga.
2) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Pasal 80

1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-
hal urusan rumah-tangga yang penting diputuskan oleh suami istri bersama. Suami wajib
melindungi istrinya dan memberikan sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai
dengan kemampuanya.
2) Suami wajib memberikan pendidikan dan kesempatan belajar pengetahuan yang berguna
dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
3) Sesuai dengan penghasilan suami menanggung:
a) Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.
b) Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak. Biaya
pendidikan anak.
c) Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut dalam ayat (4) huruf a dan b di atas
berlaku sesudah ada tamkin dari istrinya.
4) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut
pada ayat (4) huruf a dan b.
5) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyus.
Pasal 81
(tentang tempat kediaman)

1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bekas istri
yang masih dalam masa iddah.
2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan atau
dalam iddah talak atau iddah wafat.
3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari gangguan
pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi
sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat
rumah tangga.
4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta disesuaikan
dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah
tangga maupun sarana penunjang lainnya.
Pasal 82
(kewajiban suami yang beristri lebih dari seorang)

1) Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberi tempat tinggal dan
biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah
keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan.
2) Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu tempat
kediaman.

Pasal 83
(Kewajiban istri terhadap suaminya)

1) Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir dan batin di dalam batas-batas
yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2) Istri menyelanggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-
baiknya.6

6
Firman Arifandi, LL,B.,LL.M. Hak dan Kewajiban Suami Istri. (Jaksel: Rumah Fiqih Publishing 2020), hal 48
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam bahasa latin, hak disebut dengan ius, sementara dalam bahasa Belanda disebut dengan
recht. Bahasa Prancis menggunakan istilah droit untuk menunjukkan hak. Dalam bahasa Inggris
digunakan istilah law untuk menyebut hak. Adapun secara istilah, pengertian hak adalah
kekuasaan atau wewenang seseorang untuk mendapatkan atau berbuat sesuatu. Namun, dalam
mengatur dan melaksanakan kehidupan suami istri untuk mencapai tujuan perkawinan, agama
mengatur hak-hak dan kewajiban mereka sebagai suami istri. Jadi, yang dimaksud dengan hak di
sini adalah sesuatu yang merupakan hak milik atau dapat dimiliki oleh suami istri yang diperoleh
dari hasil perkawinannya. Hak ini hanya dapat dipenuhi dengan memenuhinya, membayar atau
dapat juga hilang seandainya yang berhak rela apabila haknya tidak dipenuhi oleh pihak lain.
Sedangkan kewajiban berasal dari kata wajib yang berarti keharusan untuk berbuat sesuatu.
Dalam kamus bahasa Indonesia, kewajiban dapat diartikan dengan sesuatu yang diwajibkan,
sesuatu yang harus dilakukan. Jadi yang dimaksud dengan kewajiban dalam hubungan suami-istri
adalah hal-hal yang dilakukan atau diadakan oleh salah seorang suami istri untuk memenuhi hak
dari pihak lain. Kewajiban muncul karena adanya hak yang melekat pada subyek hukum.Yang
dimaksud dengan hak disini adalah apa yang diterima oleh seseorang dari orang lain, sedangkan
yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Ulin Nuha Ma’had Aly An-Nur, Fiqih Munakahat (Solo: Faris Desain, 2018), 143.

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta 2011),
191.

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, 162


Firman Arifandi, LL,B.,LL.M. Hak dan Kewajiban Suami Istri. (Jaksel: Rumah Fiqih Publishing
2020), hal 17

Aulia Muthiah, Hukum Islam-Dinamika Seputar Hukum Keluarga, 91

Firman Arifandi, LL,B.,LL.M. Hak dan Kewajiban Suami Istri. (Jaksel: Rumah Fiqih Publishing
2020), hal 48

Anda mungkin juga menyukai