Anda di halaman 1dari 108

PEDOMAN PELATIHAN

PMI
Pedoman Pelatihan PMI

DAFTAR ISI
Daftar isi....................................................................................................... i
BAB I : Pendahuluan
A. Umum ..................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ..................................................... 1
C. Dasar ...................................................... 1
D. Ruang Lingkup dan Tata Urut Penulisan .................... 2
E. Pengertian Pokok ...................................................... 2
BAB II : Pengorganisasian Pelatihan
A. Umum ...................................................... 3
B. Pengorganisasian Pelatihan ........................................... . 3
BAB III : Ketentuan Umum Pelatihan
A. Umum ...................................................... 4
B. Macam Pelatihan di PMI ...................................................... 5
C. Penyelenggaraan Pelatihan ........................................... 5
D. Mekanisme Penyelenggaraan Pelatihan ................................ 6
E. Kurikulum, Silabus dan Modul ........................................... 6
F. Standard Pelatihan ...................................................... 7
BAB IV : Ketentuan Umum Pelatih
A. Jenis Pelatih ...................................................... 9
B. Persyaratan Umum Pelatih PMI ........................................... 9
C. Pelatih PMI ..................................................... 9
D. Kedudukan Pelatih ...................................................... 9
E. Jenjang Pelatih ...................................................... 10
BAB V : Ketentuan Umum Peserta Pelatihan
A. Kriteria / Kualifikasi ...................................................... 15
B. Hak Peserta ...................................................... 17
C. Kewajiban Peserta ...................................................... 17
D. Peranan Peserta ...................................................... 17
BAB VI : Merenvanakan Pelatihan
A. Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan ................................ 18
B. Menetapkan Tujuan Pelatihan ................................ 19
C. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Merencanakan Pelatihan 20
D. Evaluasi ...................................................... 20
BAB VII : Melaksanakan Pelatihan
Tahap-tahap Pelasanaan Pelatihan ........................................... 21
BAB VIII : Metode Pelatihan
A. Metode Buka Otak ...................................................... 24
B. Metode Ceramah ...................................................... 25
C. Metode Curah Pendapat...................................................... 27
D. Metode Diskusi ...................................................... 29
E. Metode Tanya Jawab ...................................................... 35
F. Metode Kotak Terbuka ...................................................... 37
G. Metode Peragaan ...................................................... 39
H. Praktek ...................................................... 40
I. Skenario Simulasi ...................................................... 41
J. Metode Bermain Peran ...................................................... 42
K. Metode Kunjungan Lapangan ........................................... 44

i
Pedoman Pelatihan PMI

L. Metode Permainan ..................................................... 45


M. Metode Bercerita dan Bermain .......................................... 46
N. Pedoman Untuk memilih Metode ............................... 47
BAB IX : Media Pelatihan
A. Umum ..................................................... 49
B. Media Pelatihan Visual ..................................................... 49
C. Media PelatihanAudio Visual .......................................... 54
D. Lagu dan Puisi ..................................................... 56
BAB X : Sertifikat dan Atribut
A. Umum ..................................................... 58
B. Sertifikat ..................................................... 58
C. Piagam Penghargaan ..................................................... 59
D. Atribut ..................................................... 60
BAB XI : Monitoring, Evaluasi dan Supervisi
A. Umum ..................................................... 62
B. Manfaat Monitoring, Evaluasi dan Supervisi .................... 62
BAB XII : Penutup ..................................................... 64

LAMPIRAN 1 Monitoring dan Evaluasi sebelum Pelatihan .................... 65


LAMPIRAN 2 Monitoring dan Evaluasi Saat Pelatihan .................... 68
LAMPIRAN 3 Analisis Kebutuhan .................... 77

Daftar Isi
ii
Pedoman Pelatihan PMI

BAB I
PENDAHULUAN

A. UMUM Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) PMI


tahun 2004-2009, bahwa PMI bertanggung jawab
memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat secara
merata dan bermutu. Hal ini menjadi suatu keharusan
bagi PMI di setiap jajaran untuk melaksanakan pelatihan
yang berorientasi pada kualitas. Upaya mencapai
kualitas yang baik, maka diperlukan adanya standarisasi
pelatihan dengan menggunakan instrumen pelatihan
yaitu Kurikulum/Silabus dan Modul.

Standarisasi ini tidak akan mempunyai efek untuk


peningkatan kualitas SDM PMI, apabila tidak disertai
dengan perbaikan manajemen pelatihan. Dengan
demikian, maka diharapkan PMI Pusat, Daerah, Cabang
dapat membenahi manajemen pelatihan yang ada di
daerahnya masing-masing.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas perlu


beberapa perbaikan dan pengembangan dari sistem
pelatihan antara lain :
1. Diterapkannya Pelatihan berbasis kompetensi.
2. Tidak ada lagi sebutan Pelatih tingkat Cabang,
Pelatih tingkat Daerah, Pelatih tingkat Pusat,
Pelatih PMR, Pelatih KSR-TSR. Tetapi disebut
”Pelatih PMI bidang .....sesuai bidang
masing-masing”.
3. Evaluasi pelatihan dilakukan pada setiap tahap
pelatihan yaitu; sebelum, selama, dan setelah
pelatihan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Pedoman ini disusun dengan maksud untuk


memperoleh kesamaan pola dan langkah bagi
Pengurus PMI di semua tingkat organisasi dalam
rangka menyiapkan dan membina Pelatih dan
Peserta Pelatihan SDM di lingkungan PMI sehingga
lebih berkualitas.
2. Tujuan yang ingin dicapai, ialah agar tercapai
kesamaan pola pikir, efektif dan efisiensi dalam
penyelenggaraan pendidikan / pelatihan di
lingkungan PMI.

C. DASAR 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga


Perhimpunan Palang Merah Indonesia hasil Munas
PMI XVIII tahun 2004.
2. Garis – garis kebijaksanaan dan Rencana Strategi
PMI 2004 – 2009.

Bab 1 – Pendahuluan
1
Pedoman Pelatihan PMI

I. Pendahuluan
D. RUANG LINGKUP DAN
II. Pengorganisasian Pelatihan
TATA URUT PENULISAN
III. Ketentuan Umum Pelatihan
IV. Ketentuan Umum Pelatih
V. Ketentuan Umum Peserta Pelatihan
VI. Merencanakan Pelatihan
VII. Melaksanakan Pelatihan
VIII. Metode Pelatihan
IX. Media Pelatihan
X. Sertifikat dan AtributEvaluasi,
XI. Monitoring, Evaluasi dan Supervisi
XII. Penutup

1. Pedoman :
E. PENGERTIAN POKOK
Petunjuk yang harus dijadikan pegangan bagi
Pengurus, Pembina dan Pelatih PMI untuk
menyelanggarakan suatu fungsi utama atau fungsi
teknis PMI.

2. Pelatihan :
Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan pengajaran, latihan dan bimbingan
peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan
bagi peranannya di masa yang akan datang.

3. Pelatih :
Seseorang yang mempunyai kemampuan
memfasilitasi, mendidik dan untuk melatih para
anggota PMR, KSR, TSR, Staf dan Pengurus PMI
maupun anggota masyarakat umum, agar mereka
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
Kepalangmerahan yang dibutuhkan.

Bab 1 – Pendahuluan
2
Pedoman Pelatihan PMI

BAB II
PENGORGANISASIAN PELATIHAN

A. UMUM Supaya pelatihan dapat terlaksana secara baik,


maka perlu dibentuk panitia penyelenggara, pemilihan
fasilitator, pemilihan Pelatih Utama, pelatih, asisten
pelatih, nara sumber dan pemilihan peserta pelatihan.

B. PENGORGANISASIAN “Struktur organisasi pelatihan akan


PELATIHAN disampaikan menyusul melalui surat edaran
setelah selesai proses restrukturisasi Markas
Pusat PMI”

Bab 2 – Pengorganisasian Pelatihan


3
Pedoman Pelatihan PMI

BAB III
KETENTUAN UMUM PELATIHAN

A. Umum Orientasi kepalangmerahan merupakan sesi khusus yang


wajib untuk diikuti oleh seluruh SDM PMI sebelum
sepenuhnya terlibat dan berperan sesuai dengan kapasitas
dan fungsinya dalam kegiatan organisasi PMI.

ANGGOTA PMI

Pengurus Staff Relawan


Orientasi Kepalangmerahan

Pelatihan Pelatihan
ORTALA Management Teknis Pelayanan
Perkantoran

Orientasi kepalangmerahan ini didesain sedeminkian


rupa untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang
tepat kepada seluruh unsur PMI terkait keorganisasian, etik
dan norma-norma (Standard Orientasi Kepalangmerahan
mengacu pada standard kurikulum, silabus dan modul
yang sudah ditentukan). Khusus untuk pengurus setelah
mengikuti orientasi kepalangmerahan wajib untuk mengikuti
orientasi tata laksana Organisasi.
Setelah mengikuti Orientasi kepalangmerahan SDM
PMI (Pengurus, staf, Relawan, PMR) berhak untuk bergabung
dan ikut serta dalam setiap kegiatan pelatihan peningkatan
kapasitas SDM serta Kapasitas Organisasi dan pelayanan PMI
dengan syarat dapat memenuhi criteria yang telah ditentukan
( Kriteria pelatih dan peserta, dapat dibaca di hal 15 )
Secara umum pelatihan untuk SDM PMI sebagai sarana
peningkatan kapasitas terbagi dalam 2 bidang yakni Pelatihan
Teknis,dan Pelatihan manajemen..
Agar sasaran pelatihan dapat tercapai secara efektif
dan efisien, perlu diusahakan pelbagai usaha dan kegiatan
yang melibatkan pengurus, Pembina dan pelatih PMI yang
terdapat pada pelbagai tingkat organisasi PMI sampai
diranting dalam kegiatan pelatihan. Pelatihan dilaksanakan
secara berkesinambungan, dengan teratur dan terencana.
Pelatihan yang diselenggarakan dilingkungan PMI meliputi :

Bab 3 – Ketentuan Pelatihan

4
Pedoman Pelatihan PMI

B. Macam Pelatihan di PMI 1. Pelatihan Teknis :


a. Pertolongan Pertama
b. Perawatan Keluarga
c. Pelatihan Kesehatan Remaja
d. Pelatihan Dukungan Psikologi (Phsycological Support)
e. Pelatihan CBFA
f. Pelatihan Ambulans
g. Pelatihan Water and Sanitation
h. Orientasi Kepalangmerahan
i. Pelatihan Diseminator
j. Pelatihan PERTAMA
k. Pelatihan KBBM
l. Pelatihan Logistik
m. Pelatihan Tanggap Darurat ( Satgana )
n. Pelatihan Manajemen Bencana
o. Pelatihan PRA / VCA
p. Pelatihan ATCPA
2. Pelatihan Manajemen
a. Pelatihan Monev
b. Pelatihan Kehumasan
c. Pelatihan Pengembangan Sumber Daya
d. Pelatihan Proses Perencanaan Proyek
e. Pelatihan Manajemen Markas
f. Pelatihan Kepemimpinan

3. Pelatihan PMR :
a. Pelatihan anggota PMR Mula.
b. Pelatihan anggota PMR Madya.
c. Pelatihan anggota PMR Wira.
d. Orientasi Pembina PMR

4. Pendidikan Dan Latihan KSR :


Pendidikan & Latihan KSR tingkat Dasar.

Catatan : Untuk Pelatihan Spesialisasi KSR dapat melihat


Manajemen Relawan ( lihat hal 11 ).

C. Penyelenggara Pelatihan
Cabang Cabang-Cabang

Daerah

Pusat Daerah-Daerah

Penentuan Pengumuman
Pelatih

Bab 3 – Ketentuan Pelatihan

5
Pedoman Pelatihan PMI

Penyelenggara Pelatihan
1. Pelatihan Teknis kepalangmerahan, Pelatihan Pelatih dan
Pelatihan manajemen di PMI dapat dilaksanakan oleh PMI
Pusat, PMI Daerah maupun PMI Cabang, dengan
ketentuan memenuhi standar penyelenggaraan pelatihan
di PMI.
2. Bagi PMI Cabang / Daerah yang akan mengadakan
pelatihan, namun tidak memiliki tenaga Pelatih yang
memiliki kompetensi sesuai yang diharapkan, maka PMI
Cabang / Daerah tersebut dapat mendatangkan Pelatih
dari Cabang atau Daerah lainnya yang telah mempunyai
Pelatih sesuai standar yang dibutuhkan.
3. Bagi PMI Cabang / Daerah yang akan mengadakan
pelatihan, namun tidak memiliki media / sarana pelatihan
dan kapasitas pendanaan serta pendukung lainnya, maka
PMI Cabang / Daerah tersebut dapat mengirimkan,
pesertanya yang telah memenuhi kriteria pada pelatihan
yang diadakan oleh Cabang / Daerah lainnya.

Mekanisme Penyelenggaraan Pelatihan PMI


D. Mekanisme
Penyelenggaraan Pelatihan 1. PMI Cabang dan PMI Daerah boleh menerima pendaftaran
peserta dari wilayah lain dengan ketentuan :
a. PMI cabang menginformasikan kepada PMI Daerah
untuk selanjutnya disebarluaskan kepada PMI Cabang
lain di Daerahnya.
b. PMI Daerah menginformasikan kepada PMI Pusat
untuk selanjutnya disebarluaskan kepada PMI Daerah
di Seluruh Indonesia.
c. Apabila ada PMI Cabang / Daerah yang berminat untuk
mengikuti Pelatihan di Cabang atau Daerah lainnya,
maka harus menyampaikan keikutsertaannya kepada
PMI Cabang / Daerah penyelenggara dengan tembusan
kepada PMI Pusat.

2. Mekanisme penugasan pelatih :

a. Apabila PMI Cabang memerlukan dukungan tenaga


Pelatih PMI Cabang lainnya, maka penyampainnya
harus melalui PMI Daerah di wilayahnya
b. Apabila PMI Daerah memerlukan dukungan tenaga
Pelatih PMI Daerah lainnya, maka penyampainnya
harus melalui PMI Pusat

E. Kurikulum, Silabus, Modul


dan Manual Kurikulum yang dikembangkan dan digunakan dalam
Pelatihan PMI adalah Kurikulum yang Berbasis Kompetensi,
merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan ( kompetensi ) tugas
– tugas dengan standar performan tertentu, sehingga hasilnya

Bab 3 – Ketentuan Pelatihan

6
Pedoman Pelatihan PMI

dapat dirasakan oleh peserta latih, berupa penguasaan


terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum yang
berbasis kompetensi diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan
minat peserta latih agar dapat melakukan sesuatu dalam
bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan
penuh tanggung jawab.

Kurikulum, Silabus tersebut meliputi : Pokok Bahasan,


Sub Pokok Bahasan, Tujuan Pembelajaran, Metode, Waktu,
Media, dan Referensi.

Modul meliputi : Pokok Bahasan, Sub Pokok Bahasan ( jika


ada ), Tujuan Pembelajaran, waktu, media, metode, proses
pembelajaran ( pengantar, kegiatan belajar, Latihan /
Evaluasi, Referensi dan Kunci Materi.

Modul hanya diperuntukkan bagi Fasilitator / Pelatih, yang


akan lebih memudahkan Pelatih / Fasilitator untuk memahami
materi dan menyampaikan materi secara lebih terarah sesuai
alur serta pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Sehingga Modul juga dapat disebut sebagai Panduan bagi
Pelatih / Fasilitator dalam menyampaikan suatu materi
pembelajaran berdasarkan per Pokok Bahasan / Sub Pokok
Bahasan.

Manual adalah kumpulan dan bahan materi secara lengkap


setiap Pokok Bahasan dari sebuah Pelatihan, merupakan
referensi bagi Pelatih, Fasilitator, SDM PMI atau pihak lain
untuk mempelajarinya.

Kurikulum/silabus, modul dan manual untuk macam


pendidikan & pelatihan tersebut telah disusun & diatur pada
buku Standarisasi Kurikulum Pelatihan PMI.

F. Standard Pelatihan
SERTIFIKAT
Output
Input Proses Nilai
Kriteria
Peserta
Pelatih Kurikulum Kapasitas - +

Methode
Media X Lulus
- +

+ -

X Ikut Serta
Pelatihan
Kirim Peserta
ke daerah lain

Bab 3 – Ketentuan Pelatihan

7
Pedoman Pelatihan PMI

1. Input
Pada tahap ini benar – benar harus diperhatikan adanya
kriteria peserta yang akan mengikuti pelatihan secara jelas.
Sehingga perlu diadakan seleksi terhadap calon peserta
pelatihan.

Hanya yang memenuhi kriteria saja yang


berhak mengikuti pelatihan

Kriteria Peserta dapat dilihat di halaman ...


2. Proses
Dalam hubungannya dengan proses pelatihan, maka hal –
hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pelatih harus memenuhi kompetensi yang dibutuhkan
b. kurikulum/silabus,modul serta manual tersedia dan
sesuai standar Pelatihan PMI
c. Tersedia Sarana dan Prasarana pelatihan.
d. PMI Cabang / Daerah / Pusat mempunyai sumber daya
pendukung (dana, OC) untuk melaksanakan pelatihan

3. Output
Penilaian terhadap peserta Pelatihan apakah lulus atau
tidak . Bagi yang tidak lulus maka dapat diberi kesempatan
mengulang pada pelatihan yang sama di masa mendatang.
Sehingga pelatihan disebut sesuai standar apabila terpenuhi
input(positif), proses (positif), dan Output (positif)

Bab 3 – Ketentuan Pelatihan

8
Pedoman Pelatihan PMI

BAB IV
KETENTUAN UMUM PELATIH

A. JENIS PELATIH Jenis Pelatih yang ada dilingkungan PMI, yaitu :

1. Pelatih yang diangkat oleh Pengurus PMI setempat,


karena profesionalismenya.
Pelatih tersebut telah menguasai pengetahuan
keterampilan dan sikap tertentu yang diperlukan oleh
kalangan relawan PMI.
Kepada yang bersangkutan perlu diberi pemahaman
tentang kepalangmerahan, yang dapat diberikan melalui
program Orientasi.

2. Pelatih yang diangkat oleh Pengurus PMI setempat


setelah yang bersangkutan mengikuti pendidikan pelatih
yang diselenggarakan oleh pengurus PMI setempat, dan
dinyatakan lulus untuk menjadi Pelatih sesuai bidang
pelatih Pendidikan / Pelatihan yang diikuti.

Setiap Pelatih harus mempunyai kompetensi

B. PERSYARATAN UMUM Untuk menjadi pelatih PMI, seseorang harus


PELATIH PMI memenuhi syarat yang ditentukan oleh PMI. Persyaratan
Umumnya adalah :

1. Harus memenuhi salah satu ketentuan Pelatih yang


termasuk dalam salah satu jenis pelatih diatas.
2. Diangkat dengan Surat Keputusan oleh PMI setempat (
Pengurus Pusat / Pengurus Daerah / Pengurus Cabang )
dan berlaku selama 3 tahun.
3. Dalam melaksanakan tugasnya harus menjunjung tinggi
nama baik PMI.
4. Mengikuti ketentuan organisasi PMI.

C. PELATIH PMI Penyebutan pelatih dilingkungan PMI adalah berdasarkan


pembidangan sesuai kompetensi yang dimiliki, misalnya :

1. Pelatih PMI bidang Pertolongan Pertama


2. Pelatih PMI bidang TMS
3. dst

Tidak ada lagi penyebutan pelatih PMR,pelatih


KSR,pelatih Cabang,pelatih Daerah,pelatih Pusat

D. KEDUDUKAN PELATIH Seluruh komponen SDM PMI berhak untuk meningkatkan


kompetensi dalam rangka peningkatan kapasitas organisasi
PMI.
Sebagai Pelatih PMI, yang bersangkutan tercatat pada
Markas PMI setempat sesuai tingkat organisasi.

Bab 4 – Ketentuan Umum Pelatih


9
Pedoman Pelatihan PMI

E. JENJANG PELATIH Staf dan Relawan yang telah mengikuti Pelatihan Pelatih
PMI, harus mengikuti penjenjangan Pelatih pada bidang
materi yang dipilihnya, yakni :
1. Asisten Pelatih
2. Pelatih, dan
3. Pelatih Utama

Secara singkat dalam gambar di bawah ini:

Seleksi Pelatih Utama


Pelatih
Utama
Pelatih

Asisten
Pelatihan
Pelatih
Pelatih

Pelatihan Teknis
Pelaku

Penjelasan

a. Peran Asisten Pelatih


1. Asisten Pelatih
1. Membantu pelatih dalam penyampaian materi
minimal 25 % dari total kurikulum.
2. Membantu pelatih dalam mencapai tujuan pelatihan.
3. Melaksanakan arahan dari pelatih untuk
mensukseskan proses pelatihan.
4. Melakukan pendampingan pada peserta selama
pelatihan dalam rangka pemanauan perkembangan
KAP peserta pelatihan.
b. Syarat dan Kriteria

Untuk menjadi Asisten Pelatih minimal memenuhi


syarat telah mengikuti pelatihan pelatih dan
dinyatakan lulus yang dibuktikan dengan sertifikat.

Syarat Untuk menjadi Asisten pelatih harus memenuhi


Kriteria umum dan kriteria khusus sebagai berikut:
2. Kriteria umum
a). Bagi TSR PMI, Telah mengikuti orientasi dan
melaksanakan pelayanan kepalangmerahan
sekurang-kurangnya 10 kali yang dibuktikan
dengan catatan penugasan.

Bab 4 – Ketentuan Umum Pelatih


10
Pedoman Pelatihan PMI

b). Bagi KSR PMI, Telah mengikuti Orientasi, Pelatihan


Dasar dan memiliki salah satu spesialisasi serta
telah mengabdi dan melakukan pelayanan
kepalangmerahan sekurang-kurangnya 10X
dibuktikan dengan catatan penugasan.
c). Bagi Staf PMI, telah mengikuti orientasi
kepalangmerahan dan aktif mengorganisir
kegiatan pelayanan kepalangmerahan.
d). Bersedia untuk mengabdi di PMI sekurang-
kurangnya 3 tahun sejak pelatihan
e). Bersedia untuk dimobilisasi oleh PMI sewaktu-
waktu dibutuhkan
f). Mendapat rekomendasi keikutsertaan Pelatihan
pelatih dari PMI Cabang - PMI Daerah - PMI Pusat
g). Memenuhi kriteria khusus kepesertaan pelatihan
pelatih.

3. Kriteria khusus

Kriteria khusus keikutsertaan dalam pelatihan


pelatih akan ditentukan selanjutnya oleh masing-
masing divisi sesuai dengan jenis dan kebutuhan
pelatihan pelatih.

c. Hak Asisten Pelatih


1. Ditugaskan oleh PMI sesuai dengan kompetensinya.
2. Memberikan saran terkait peningkatan kualitas
pelatihan.
3. Sesuai dengan kompetensinya berhak untuk
meningkatkan kapasitasnya dan menjadi Pelatih
setelah melaksanakan minimal 10 X pendampingan
pelatihan dan memenuhi standard minimum penilaian
kualitas Pelatih.
4. Menerima fasilitas pelatihan (honor, akomodasi,
transportasi, konsumsi).
d. Kewajiban Asisten pelatih
1. Melaksanakan tugas melatih sesuai kompetensinya.
2. Mematuhi peraturan organisasi PMI.
3. Menjaga nama baik dan citra organisasi PMI, dengan
berpegang pada prinsip Dasar gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional.
4. Menyesuaikan diri dan mematuhi peraturan, tata
tertib ditempat diadakanya pendidikan/pelatihan
seperti di sekolah / Perguruan tinggi / Instansi lain
dan di masyarakat.

Sesuai dengan kompetensinya (keahlian dan


keterampilan) seorang Asisten Pelatih dapat menjadi
pelatih.

Bab 4 – Ketentuan Umum Pelatih


11
Pedoman Pelatihan PMI

2. Pelatih
a. Peran Pelatih
1. Bertanggung jawaba penuh terhadap penyampaian
materi.
2. Mengupayakan tercapainya tujuan pelatihan.
3. Memberikan arahan kepada asisten pelatih untuk
mensukseskan proses pelatihan.
b. Syarat dan Kriteria
Syarat untuk menjadi pelatih harus memenuhi Kriteria
sebagai berikut:
1. Telah mengabdikan diri sekurang-kurangnya 1 tahun
sejak pelatihan pelatih.
2. Melaksanakan 10 X pendampingan dan memenuhi
standard minimum penilaian kualitas dibuktikan
dengan catatan pendampingan pelatih.
3. Bersedia mengabdikan keahlian dan ketrampilannya
sekurang-kurangnya 3 tahun sejak dinyatakan
sebagai pelatih
4. Dinyatakan layak sebagai pelatih oleh PMI dibuktikan
dengan sertifikasi Pelatih
c. Hak Pelatih
1. Dimobilisasi oleh PMI sesuai dengan kompetensinya
jika dibutuhkan
2. Memberikan saran terkait peningkatan kualitas
pelatihan
3. Memberikan penilaian terhadap penilaian kualitas
pelatih pendamping
4. Berhak untuk ikut serta dalam seleksi pelatih inti.
5. Menerima fasilitas pelatihan (honor, akomodasi,
transportasi, konsumsi).
d. Kewajiban
1. Melaksanakan tugas melatih sesuai kompetensinya.
2. Mematuhi peraturan organisasi PMI.
3. Menjaga nama baik dan citra organisasi PMI, dengan
berpegang pada prinsip Dasar gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional.
4. Menerapkan kurikulum/silabus, modul yang telah
distandarisasikan PMI
5. Mengevaluasi peserta, materi, metoda dan media
serta proses pelatihan.
6. Menyesuaikan diri dan mematuhi peraturan, tata tertib
ditempat diadakanya pendidikan/pelatihan seperti di
sekolah / Perguruan tinggi / Instansi lain dan di
masyarakat.
7. Memberikan arahan dan bimbingan kepada Asisten
Pelatih dalam rangka mencapai tujuan pelatihan.
8. Mengendalikan seluruh proses pelatihan sesuai
dengan kompetensinya.

Bab 4 – Ketentuan Umum Pelatih


12
Pedoman Pelatihan PMI

3. Pelatih Utama 9. Menentukan kelulusan peserta


Pelatih utama dibentuk oleh Markas Pusat PMI dan
berkedudukan di Markas Pusat PMI sesuai dengan analisis
kebutuhan. Penugasan Pelatih inti diatur sepenuhnya oleh
Markas Pusat PMI.

a. Peran Pelatih Utama


1. Bertanggung jawab penuh terhadap penyampaian
materi pada pelatihan pelatih sesuai dengan
kompetensinya.
2. Mengupayakan tercapainya tujuan pelatihan pelatih.
3. Memberikan arahan kepada pelatih untuk
mensukseskan proses pelatihan.

b. Syarat Pelatih Utama


1. Telah mengabdikan keahlian dan ketrampilannya
sebagi pelatih sekurang-kurangnya 2 tahun dan
telah melakukan pelatihan sekala cabang
(minimal 5x), daerah (minimal 3x), regional
(minimal 1x) dan nasional (minimal 2x) sejak
dinyatakan menjadi pelatih.

2. Bidang pelatihan yang diikuti pada skala regional dan


nasional adalah sama sesuai dengan kompetensinya.

3. Bersedia mengabdikan ketrampilan dan keahliannya


minimal 3 tahun sejak dinyatakan sebagai Pelatih
Utama.

4. Dinyatakan lulus seleksi Pelatih Utama dan dibuktikan


dengan sertifikasi sebagai Pelatih Utama oleh Markas
Pusat PMI.

c. Hak Pelatih Utama


1. Dimobilisasi untuk pelatihan pelatih oleh PMI Pusat
sesuai dengan kompetensinya.
2. Mengikutiu pelatihan sekala internasional.
3. Memberikan saran terkait peningkatan.
kualitas pelatihan sesuai kompetensinya.
4. Mendapatkan Pelatihan tambahan untuk
meningkatkan ketrampilan dan keahlian sebagai
Pelatih Utama.
5. Menerima fasilitas pelatihan (honor, akomodasi,
transportasi, konsumsi).

d. Kewajiban Pelatihan Utama


1. Melaksanakan tugas melatih pada pelatihan pelatih
sesuai kompetensinya.
2. Mengedalikan seluruh proses pelatihan pelatih yang
sesuai dengan kompetensinya.
3. Memberikan arahan
2. Mematuhi peraturan organisasi PMI.

Bab 4 – Ketentuan Umum Pelatih


13
Pedoman Pelatihan PMI

3. Menjaga nama baik dan citra organisasi PMI, dengan


berpegang pada prinsip Dasar gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional.
4. Menerapkan kurikulum/silabus, modul yang telah
distandarisasikan PMI
5. Mengevaluasi peserta, materi, metoda dan media serta
proses pelatihan.
6. Menyesuaikan diri dan mematuhi peraturan, tata tertib
ditempat diadakanya pendidikan/pelatihan seperti di
sekolah / Perguruan tinggi / Instansi lain dan di
masyarakat.
7. Memberikan arahan dan bimbingan kepada Pelatih dalam
rangka mencapai tujuan pelatihan pelatih dan pelatihan
lainnya yang sesuai dengan kompetensinya.
8. Mensupervisi pelatihan sesuai kompetensinya yang
4. Standar Kualifikasi Pelatih ditugaskan oleh PMI Pusat.
pada Pelatihan Teknis PMI :

Untuk menjadi Pelatih pada suatu Pelatihan Teknis,minimal


memenuhi kualifikasi sbb :
1. Lulus pelatihan pelatih sesuai dengan
kompetensinya.
2. Memiliki sertifikat pelatih.
5. Standar Kualifikasi Pelatih 3. Bagi Asisten pelatih harus didampingi oleh pelatih
pada Pelatihan Pelatih PMI sesuai dengan kompetensinya.
: 4. Direkomendasikan oleh PMI setiap tingkatan
pelaksana pelatihan dengan diketahui oleh PMI
setingkat di atasnya.

Bab 4 – Ketentuan Umum Pelatih


14
Pedoman Pelatihan PMI

BAB V
KETENTUAN UMUM PESERTA PELATIHAN

A. Kriteria / Kualifikasi Untuk menjadi Pelatih pada suatu Pelatihan Pelatih,


minimal memenuhi kualifikasi sbb :
1. Bersertifikasi/ Terdaftar sebagai pelatih utama
2. Ditunjuk atau rekomendasi PMI Pusat.

1. Peserta Pelatihan Pengurus, staff dan relawan PMI, berhak untuk


Teknis bergabung dan ikut serta dalam setiap kegiatan
pelatihan peningkatan kualitas SDM serta Kapasitas
Organisasi dan pelayanan PMI dengan syarat dapat
memenuhi criteria yang telah ditentukan.

Untuk mengikuti pelatihan teknis kepalangmerahan


seperti PP, PK, TMS, PSP, Kesja, dll, syarat-syarat yang
perlu dipenuhi adalah :

a. Telah terdaftar sebagai anggota PMI


b. Telah mengikuti pelatihan dasar (kepalangmerahan)
c. Bersedia mengabdi dan membantu tugas – tugas
kepalangmerahan minimal untuk 3 tahun kedepan
d. Memenuhi Kriteria khusus

Kriteria khusus keikutsertaan dalam


pelatihan teknis akan ditentukan selanjutnya
oleh masing-masing bidang sesuai dengan
jenis dan kebutuhan pelatihan pada saat itu.

2. Peserta Pelatihan Untuk mengikuti pelatihan manajemen seperti


Manajemen Manajemen Markas, Proyek Planning Process, Monev,
Keuangan,dll, syarat-syarat yang perlu dipenuhi adalah :
a. Telah terdaftar sebagai anggota PMI
b. Telah mengikuti Orientasi kepalangmerahan
c. Bersedia mengabdi dan membantu tugas – tugas
kepalangmerahan minimal untuk 3 tahun kedepan
d. Memenuhi Kriteria khusus

Kriteria khusus keikutsertaan dalam


pelatihan Manajemen akan ditentukan
selanjutnya oleh masing-masing bidang
sesuai dengan jenis dan kebutuhan
pelatihan pada saat itu.

Bab 5 – Ketentuan Umum Peserta Pelatihan

15
Pedoman Pelatihan PMI

3. Peserta Pelatihan Untuk mengikuti Pelatihan Pelatih, syarat-syarat yang


Pelatih perlu dipenuhi, minimal sbb :

a Aktif dalam kegiatan PMI dan kepalangmerahan


(Telah melakukan kegiatan dan pelayanan dan atau
kegiatan kepalangmerahan minimal 10 kali)
b Memiliki sertifikat pelatihan spesialisasi.
c Telah mengabdi di PMI minimal 2 tahun
d Memenuhi criteria
e Bersedia dan wajib mengabdi untuk minimal 3 tahun
kedepan setelah mengikuti Pelatihan Pelatih
f Mendapat recomendasi dari PMI Cabang dan atau
PMI Daerah
g Mempunyai sikap kepemimpinan
h Berkelakuan baik dan berbadan sehat ( dengan surat
keterangan sah )
i Lulus seleksi yang diadakan oleh Markas PMI
setempat.
j Memenuhi Kriteria khusus

Kriteria khusus keikutsertaan dalam


pelatihan Pelatih akan ditentukan
selanjutnya oleh masing-masing bidang
sesuai dengan jenis dan kebutuhan
pelatihan pada saat itu.

4. Peserta Pelatihan Khusus untuk Pelatihan Relawan PMI di masyarakat


Relawan PMI di terkait dengan program – program PMI, persyaratan
Masyarakat yang perlu dipenuhi sbb :

a Bersedia mengikuti orientasi


b Berdomisili di desa tersebut dan tidak sering
meninggalkan tempat untuk waktu lama
c Diterima oleh masyarakat setempat
d Mempunyai penghasilan tetap
e Bersedia bekerja untuk masyarakat Lingkungannya.
f Bersedia menjaga nama baik organisasi PMI.
g Memenuhi Kriteria khusus

Kriteria khusus keikutsertaan dalam


pelatihan akan ditentukan selanjutnya oleh
masing-masing bidang sesuai dengan jenis
dan kebutuhan pelatihan pada saat itu.

5. Peserta Pelatihan PMR, Untuk mengikuti Pelatihan PMR, KSR dan Orientasi bagi
KSR dan Orientasi TSR TSR kriterianya dapat dilihat pada pedoman PMR dan
Relawan PMI. Dapat ditambahkan persyaratan lain ( bila
itu terkait untuk kepentingan muatan lokal ) di Cabang /
Daerahnya masing – masing.

Bab 5 – Ketentuan Umum Peserta Pelatihan

16
Pedoman Pelatihan PMI

B. Hak Peserta Hak-hak peserta pelatihan PMI, adalah:

1. Menerima pelajaran sesuai kurikulum / silabus yang


telah ditentukan.
2. Menanyakan tentang materi pelajaran yang belum
dimengerti.
3. Menanggapi dan memberi saran terhadap isi materi
pelatihan.
4. Memperoleh sertifikat kelulusan, bila yang
bersangkutan berhasil menyelesaikan pendidikan /
pelatihan dengan baik.
5. Mendapatkan fasilitas pelatihan antara lain: referensi
pelatihan, konsumsi akomodasi, transportasi sesuai
ketentuan penyelenggara pelatihan.
6. Memberikan evaluasi terhadap penyelengaraan
pelatihan dengan menggunakan form yang telah
dipersiapkan

C. Kewajiban Peserta 1. Memenuhi persyaratan sebagai calon peserta


pelatihan
2. Mengikuti seluruh program pelatihan agar tujuan
pelatihan berhasil guna dan berdaya guna
3. Mematuhi semua peraturan yang ditetapkan selama
proses pelatihan.
4. Berpartisipasi aktif dalam upaya pencapaian tujuan
pelatihan
5. Membuat rencana kerja tindak lanjut dan atau
menindaklanjuti hasil pelatihan

D. Peranan Peserta 1. Masing-masing peserta mengkaji maksud dan tujuan


pelatihan serta aktif dalam proses pelatihan
2. Peserta dapat berdialog / berdiskusi secara rasional
dan efektif dengan para Pelatih / Fasilitator.
3. Tiap peserta tanpa ragu-ragu dapat mengutarakan
pengalaman-nya atau pandangannya sendiri dalam
setiap diskusi.
4. Mengembangkan diri, secara terbuka untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap sesuai materi yang diajarkan.

Bab 5 – Ketentuan Umum Peserta Pelatihan

17
Pedoman Pelatihan PMI

BAB VI
MERENCANAKAN PELATIHAN

A. Mengidentifikasi Memfokuskan pengetahuan keterampilan, dan sikap


Kebutuhan Pelatihan yang diperlukan untuk melakukan tugas dengan baik
dari kesenjangan yang ada.

Bila kebutuhan pelatihan yang memadai sudah


diidentifikasi, maka akan lebih mudah bagi pelatih dan
peserta pelatihan untuk menyepakati tujuan, metode
dan evaluasi pelatihan, agar proses pelatihan menjadi
lebih mudah.

Pelatihan yang tidak memperhitungkan kebutuhan


akan pelatihan adalah sia-sia, membuang-buang
sumber daya dan dana serta hanya membuat pelatih
dan penyelenggara dikritik, karena kebutuhan
Langkah - langkah peserta, masyarakat dan atau organisasi tetap tidak
pengidentifikasian terpenuhi.
kebutuhan peserta
pelatihan

Langkah 1 Cari tahu apa peran dari peserta pelatihan yang


diharapkan yakni pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dibutuhkan untuk melakukan peran mereka.
Perhatikan juga tujuan kegiatan, siapa yang menjadi
sasaran dan apa yang selama ini sudah dikerjakan atau
sudah dipahami peserta pelatihan.

Langkah 2 Temukan kinerja para peserta. Kaji ulang apa yang


mereka bisa kerjakan, serta cari tahu apa potensi
mereka.

Langkah 3 Kumpulkan Informasi tentang kesenjangan yang ada


dan apa yang perlu mereka pelajari.

Langkah 4 Tentukan apakah kesenjangan yang ada dapat diatasi


dengan pelatihan. Hal ini menjadi dasar untuk
menentukan tujuan, isi, metode pelatihan, media
pelatihan dan metode penilaian.

1. Langkah-langkah ini penting untuk mengembangkan


program pelatihan yang efektif dan sukses
2. Khusus untuk pelatihan PMR, KSR tingkat dasar,
pelaksanaan pelatihan ditujukan untuk menarik
minat calon anggota sehingga penilaian kebutuhan
pelatihan lebih sederhana (tidak harus mengikuti
langkah-langkah tersebut di atas)

Bab 6 – Merencanakan Pelatihan


18
Pedoman Pelatihan PMI

Mengidentifikasi dan
menggambarkan
kesenjangan pelaksanaan
kegiatan
Menentukan
sebab
kesenjangan

Mengidentifikasi kesenjangan
tersebut
disebabkan kurangnya
pengetahuan dan ketrampilan

Menentukan apakah
pelatihan
adalah solusi yang
tepat
Ya Tidak

Pelatihan

Setelah Mengidentifikasi kebutuhan


pelatihan, tetapkan tujuan untuk pelatihan.

B. MENETAPKAN TUJUAN Dengan menetapkan tujuan dapat membantu untuk :


PELATIHAN 1. Menyusun rencana pelatihan (tujuan pelatihan,
metode pelatihan, media pelatihan)
2. Menyiapkan tim pelatih yang memiliki kompetensi
dan kualifikasi untuk pelatihan yang terkait
3. Membuat kriteria penilaian.
4. Menyediakan informasi yang diperlukan peserta
pelatihan
5. Mengevaluasi efektifitas pelatihan.
6. Membantu peserta pelatihan untuk merencanakan
proses belajar.
7. Mengetahui bagaimana cara dan kapan peserta
pelatihan dapat mencapai tujuannya.

Tujuan merupakan sumber arah. Tanpa tujuan


tersebut, maka pelatihan hanya sekedar maksud
baik dan proses belajar sangat tergantung pada
kesempatan

Bab 6 – Merencanakan Pelatihan


19
Pedoman Pelatihan PMI

C. HAL-HAL YANG PERLU 1. Membuat kerangka acuan pelatihan


DIPERHATIKAN DALAM 2. Tujuan pelatihan secara keseluruhan
MERENCANAKAN 3. Pengetahuan dan pengalaman Pelatih.
PELATIHAN 4. Latihan yang diperlukan oleh para peserta
5. Hasil yang diperlukan dari pelatihan
6. Jadwal pelatihan, pertimbangkan fleksibilitas waktu
pelatihan
7. Panitia pelaksana pelatihan
8. Administrasi pelatihan (undangan kepada peserta,
pelatih, dll)
9. Akomodasi dan tempat pelatihan (harus disesuaikan
dengan kebutuhan pelatihan)
10. Sumberdana pelatihan
11. opik-topik yang harus dicakup. Untuk masing-
masing topik, lihat rencana pelatihan yang di
usulkan.
12. Metode pelatihan yang paling sesuai. Variasi dalam
suatu metoda dapat menstimulir semangat para
peserta.M
13. ateri pelatihan (Akan lebih mudah kalau disusun
daftar materinya)
14. Media pelatihan yang akan digunakan
15. Bila direncanakan peragaan atau kunjungan
lapangan, persiapkan semuanya sebelum pelatihan
dimulai.
16. Pengaturan ruangan kelas, tempat duduk, (diatur
sedemikian rupa sehingga peserta merasa nyaman
dalam berpartisipasi aktif dalam pelatihan). Contoh
terlampir
17. Pengaturan penerangan ruang yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan

Bila melatih masyarakat, dilakukan didekat


rumah, akan memungkinkan peserta tetap dapat
meneruskan kehidupan keluarganya

D. EVALUASI Evaluasi adalah proses pengumpulan data yang


sistematis untuk mengukur efektivitas program pelatihan
(The Trainer’s lybrary, 1998)
Kegiatan evaluasi dilakukan baik pada:
a. sebelum pelatihan
b. saat pelatihan berlangsung
c. setelah pelatihan.

Alat yang digunakan untuk evaluasi terlampir.

Bab 6 – Merencanakan Pelatihan


20
Pedoman Pelatihan

BAB VII
MELAKSANAKAN PELATIHAN

A. TAHAP-TAHAP 1. Registrasi peserta


PELAKSANAAN PELATIHAN 2. Pembukaan
3. Perkenalan, harapan, norma dst
4. Pre-test
5. Penjelasan umum pelatihan
6. Penyampaian materi
7. Evaluasi
8. Post-test
9. Penutupan

1. Registrasi peserta Hal-hal yang harus dipersiapkan:


a. Daftar registrasi peserta
b. Daftar/ checklist persyaratan peserta, seperti (pas
photo, surat tugas, CV atau biodata peserta, dll)
c. Surat pernyataan peserta
d. Materi pelatihan
e. Daftar pengaturan penginapan (jika menginap)
f. Dll

Acara pembukaan bisa dilaksanakan baik di dalam


2. Pembukaan ruangan maupun di luar ruangan sesuai dengan sifat
pelatihan. Kegiatan dalam pembukaan, meliputi:
a. Pembukaan dari panitia diawali oleh protokol yang
menyampaikan agenda acara pembukaan (agenda
acara pembukaan disesuaikan dengan jenis
pelatihan di setiap tingkatan organisasi PMI)
b. Laporan panitia pelaksana pelatihan
c. Sambutan-sambutan
d. Pembukaan secara resmi
e. Penyematan tanda peserta
f. Doa dan penutup

Acara yang dilaksanakan adalah:


3. Perkenalan, harapan,
norma, KAP a. Perkenalan
Acara perkenalan dilaksanakan diantara peserta,
pelaksana dan pelatih pelatihan. Acara ini bertujuan
untuk menciptakan suasana lebih akrab sebelum
pelatihan dimulai
b. Harapan
Harapan peserta baik yang terkait dengan materi
maupun penyelenggaraan pelatihan
c. Norma
Penyepakatan aturan main pelatihan antara peserta
pelatihan dan penyelenggara pelatihan.
4. Pre-test
Evaluasi yang yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta terhadap
seluruh materi pelatihan yang akan disampaikan

Bab 7 – Melaksanakan Pelatihan


21
Pedoman Pelatihan

5. Penjelasan umum Penyampaian kerangka acuan pelatihan dan laporan


pelatihan hasil pre-test, serta kesepakatan-kesepakatan seputar
pelaksanaan pelatihan

6. Penyampaian materi Penyampaian materi sesuai ketentuan kurikulum/


silabus, modul berdasarkan jadwal yang sudah dibuat.

7. Evaluasi Evaluasi yang dilaksanakan selama pelatihan bertujuan


untuk mengetahui perkembangan pelatihan apakah
memenuhi tujuan pelatihan. Jenis evaluasi selama
pelatihan, meliputi:
a. Evaluasi hasil, meliputi:
1). Pre-test
2). Post Test
3). Test harian untuk setiap topik materi pelatihan
b. Evaluasi reaksi, meliputi:
1). Evaluasi harian pelaksanaan pelatihan
2). Evaluasi akhir pelaksanaan pelatihan
3). Evaluasi perkembangan peserta

Pada akhir pelatihan, pelatih mengadakan rapat bersama


untuk menentukan kelulusan peserta

Evaluasi yang dilaksanakan di akhir pelatihan untuk


mengetahui perkembangan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan peserta pelatihan setelah mengikuti
pelatihan.
8. Post-test
Dengan adanya perbandingan hasil pre-test dan post-
test, kemampuan peserta pelatihan dapat diketahui
apakah meningkat atau tidak

Kegiatan pelatihan diakhiri dengan acara penutupan


yang meliputi :
a. Laporan penyelenggara pelatihan
b. Kesan dan pesan peserta
9. Penutupan c. Kesan dan pesan pelatih sekaligus menyampaikan
hasil umum penilaian terhadap peserta.
d. Sambutan-sambutan
e. Pelepasan tanda peserta sebagai tanda berakhirnya
pelatihan.
f. Doa dan Tutup.

Acara pembukaan dan penutupan dapat


disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-
masing Cabang dan Daerah dengan tetap
memperhatikan ketentuan di atas.

Bab 7 – Melaksanakan Pelatihan


22
Pedoman Pelatihan PMI

BAB VIII
METODE PELATIHAN

METODA PELATIHAN Pada pendidikan (pelatihan) untuk orang dewasa


(andragogik), setiap Pelatih harus dapat menggunakan
pendekatan partisipatif, yaitu para peserta dituntut aktif
dalam proses pembelajaran, sedang Pelatih membantu
memobilisasi dan memfasilitasi, agar para peserta dapat aktif
berperan serta. Andragogik atau pendidikan kritis merupakan
proses yang menuntut kesetaraan antara pelatih dan
peserta, pelatih harus menyadari bahwa materi pembelajaran
sebagian besar sudah dimiliki peserta, maka pelatih dituntut
untuk dapat mengelola dan menggali pengetahuan dari
peserta tersebut.

Gordon Pine dan Peter Horne Menjelaskan 9 (sembilan)


prinsip pendidikan orang dewasa :

1. Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi dalam diri


peserta dan didorong aktif oleh diri peserta itu sendiri;
2. Belajar adalah penemuan jati diri dan relevansi
gagasannya;
3. Belajar adalah akibat daro pengalamannya;
4. Belajar adalah proses kooperatif;
5. Belajar adalah proses evolusioner;
6. Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses
peningkatan;
7. Belajar itu emosional seperti halnya proses intelektual;
8. Salah satu sumber terkaya dari belajar adalah peserta itu
sendiri;
9. Proses pemecahan masalah dan belajar adalah sangat
unik dan bersifat individual.

Pendidikan orang dewasa juga suka disebut sebagai


pendidikan kritis, namun pendidikan kritis juga dapat dipakai
untuk pendidikan anak-anak atau remaja, hanya
pendekatannya yang berbeda, yakni untuk anak-anak dan
remaja pada metoda penyampaian yang disesuaikan dengan
tugas perkembangannya, maka metoda bermain sambil
belajar merupakan pendekatan yang baik dalam
penyelenggaraan pelatihan yang sasarannya anak-anak atau
remaja.Pada pelatihan yang dikelola oleh PMI sasarannya
meliputi semua usia, misalnya untuk PMR sasarannya adalah
anak-anak dan remaja.

Bab 8 – Metode Pelatihan


23
Pedoman Pelatihan PMI

A. METODA BUKA OTAK

OTAK
PIKIR/KRITIS

OTAK EMOSI

OTAK HIDUP

Dalam upaya membangun proses pembelajaran yang efektif


dan efesien, suapaya materi atau pesan yang disampaikan
dapat dengan mudah diterima oleh peserta adalah dengan
memperhatikan peta otak pada manusia. Untuk
menghasilkan pelatihan yang berkualitas, efektif dan efesien
adalah dengan mengoptimalkan fungsi otak.
Otak secara fungsional terbagi pada tiga bagian :
1. OTAK HIDUP atau Primitive brain atau secara awam
biasa disebut batang otak, yakni otak yang berfungsi
pusat pengatur kehidupan (hidup dan mati)
2. OTAK EMOSI atau Intermediate brain atau limbic system
yang berfungsi sebagai pengatur emosi,
3. OTAK PIKIR/KRITIS atau Rational brain atau neocortex
atau korteks selebri yang berfungsi untuk
mengembangkan intelektual (pengetahuan).

Dalam mengoptimalkan proses pelatihan, maka harus


disesuaikan dengan mengoptimalkan fungsi otak, karena
kalau tidak terjadi keharmonisan antara satu bagian otak
dengan bagian otak yang lain, maka proses pelatihan akan
tidak efektif. Karena bila materi hanya diterima oleh batang
otak (Primitive Brain) saja, maka proses pelatihan sesering
apapun maka akan sia-sia, begitu pula bila hanya mampu
diterima hingga Intermadiate Brain. Yang optimal adalah bila
materi pelatihan mampu diterima oleh Rational Brain
(intellectual tesks).

Cara agar materi mampu diterima, ditangkap dan tersimpan


dalam korteks selebri (Rational Brain) apabila limbic system
(intermediate brain/emosi) dapat berfungsi dengan baik

Bab 8 – Metode Pelatihan


24
Pedoman Pelatihan PMI

apabila dalam keadaan senang, bahagia, rileks (emosi


positif) tetapi sebaliknya apabila dalam keadaan tertekan,
takut, malu, hawatir dan perasaan negative lainnya (emosi
negative) maka materi tidak akan sampai ke korteks selebri,
sehingga pesan/materi hanya dapat didengar tetapi tidak
dapat ditangkap dan diolah oleh otak.

Metoda ceramah merupakan suatu presentasi verbal.


Pelajaran (materi) diberikan (disampaikan) secara lisan oleh
seorang pelatih mengenai topic-topik tertentu dengan sedikit
atau tanpa partisipasi dari para peserta pelatihan.
Yang banyak berbicara adalah pelatihnya
Berceritera bukan merupakan cara
Pelatihan yang efektif dan hanya
Mendengarkan bukan merupakan
Cara belajar yang baik
B. CERAMAH
1. Metoda ceramah digunakan untuk :
a. bila tujuannya hanya memberikan informasi.
b. bila untuk mengarahkan kegiatan para peserta
pelatihan.

2. Kelebihan metoda ceramah:


a. Pelatih dapat merencanakan bagaimana dia akan
melaksanakan sesi tersebut jauh-jauh hari
sebelumnya.
b. Pelatih dapat memberikan banyak sekali informasi
dalam waktu singkat.
c. Pelatih dapat melatih banyk orang dalam sekali
ceramah.
d. Tidak memerlukan banyak biaya dan waktu.

3. Kekurangan metoda ceramah:


a. Partisipasi peserta biasanya kurang
b. Para peserta biasanya sulit untuk mencatat sambil
mengdengarkan pada saat yang bersamaan.
c. Metoda ini tidak bias digunakan untuk mengubah
sikap orang.
d. Para peserta bias menjadi bosan dan melamun kalau
ceramahnya tidak menstimulir.
e. Metoda ini sulit digunakan dalam pelatihan praktek.
f. Dengan metoda ini sulit untuk mengetahui
pemahaman peserta atas informasi yang diberikan.
g. Para peserta mungkin tidak dapat belajar kalau
pelatihannya tidak mempunyai keterampilan
berceramah dengan baik.

4. Cara untuk menggunakan metoda ceramah dengan baik


adalah sebagai berikut :
a. Batasi waktu + 20 menit, kalau ceramahnya bersifat
non-partisipatif (monolog).
b. Dorong peserta agar berpartisipasi dengan

Bab 8 – Metode Pelatihan


25
Pedoman Pelatihan PMI

mengajukan pertanyaan.
c. Biarkan peserta mengajukan pertanyaan.
d. Gunakan metoda-metoda lain untuk menyertai
ceramah, seperti media pelatihan (misalnya; diagram,
model), ini meningkatkan ingatan para peserta
tentang informasi/pesan yang diberikan.
e. Berikan hanya informasi yang bermanfaat pada para
peserta.
f. Minimisasi jumlah inti ceramah. Ini akan
meningkatkan pemahaman peserta tentang ceramah
yang diberikan.
g. Berikan hanya contoh-contoh yang relevan dengan
para peserta.
h. Kalau mungkin dan memadai, beri peserta
rangkuman cerama tersebut.

5. Cara mengadakan ceramah:


a. Mulailah dengan menarik perhatian peserta.

Berbicara dengan suara cukup keras (sesuai dengan


situasi dan kondisi ruangan dan sound system), jelas
dengan menggunakan kata-kata dan ekspresi yang
sederhana serta terdengar menarik.

Kalau baru pertama kali berjumpa dengan peserta,


setelah mengucapkan salam, mulailah dengan saling
memperkenalkan diri. Mulailah dengan memperkenalkan
diri sendiri, yang diikuti dengan memperkenalkan diri
para peserta.

Contoh :
Ucapkanlah salam “selamat pagi atau asalamu’alaikum”,
“Nama saya Bambang”
“Saya bekerja sebagai guru di SMUN I”
“Saya belajar P3K, enam tahun yang lalu”
“Saya belajar untuk menjadi pelatih P3K, dua tahun yang
lalu”
“Dan sekarang saya senang berada di disini untuk
berbagi pengalaman dengan seluruh peserta”
“Dan sekarang akan sama-sama belajar lebih banyak
tentang P3K”

Sebelum anda memberikan materi dengan ceramah


harus jelas tujuan pembelajaran dan sesuaikan dengan
jenis dan latar belakang pendidikan peserta yang akan
mengikuti ceramah. Cari tahu apa yang telah peserta
ketahui dan apa sikap peserta terhadap topic yang akan
anda sampaikan.
b. Agar tidak membingungkan
1) Beritahukan topic ceramah kepada mereka
2) Tanyakan kepada mereka, apakah topic itu penting
dan mengapa topic itu penting.

Bab 8 – Metode Pelatihan


26
Pedoman Pelatihan PMI

3) Sampaikan secara singkat apa yang akan anda cakup


dalam ceramah.
4) Sajikan kepada mereka fakta :
- Mintalah peserta untuk menjelaskan beberapa fakta.
- Gunakan alat bantu supaya mereka memahami fakta
tersebut.
- Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan fakta.
- Ulangi menjelaskan hal-hal yang penting.
5) Jelaskan kepada peserta bagaimana cara masalah
tersebut dipecahkan.
6) Berikan ceramah, selangkah demi selangkah secara
urut. Mulailah dari AWAL dan BUKAN dari AKHIR.
7) Uraikan bagian demi bagian.
8) Jelaskan bagaimana satu hal bias mengarah ke hal
lain, seperti bagaimana kondisi yang tidak higienis
bias mengakibatkan timbulnya diare.
9) Periksalah apakah mereka telah belajar dengan cara
melakukan penilaian.
10) Bila mungkin, lakukan juga praktekan.

RANGKUMAN
Metoda ceramah merupakan metoda pelatihan yang
paling efektif, yang walaupun begitu, biasa digunakan.

c. Untuk meningkatkan manfaat


1) Berbicaralah degan suara yang sesuai dan jelas.
2) Gunakan bahasa yang sederhana sesuai dengan
kemampuan peserta.
3) Pastikan bahwa para peserta mendengarkan dengan
melihat wajah mereka dan mengajukan pertanyaan
kepada mereka.
4) Perlambat kecepatan berkata agar peserta sempat
mencatat.

RANGKUMAN
Metoda ceramah (yang monoton) merupakan metoda
pelatihan yang paling tidak efektif, walaupun begitu
biasanya sering digunakan, Metoda ceramah saja tidaklah
mencukupi, metoda ini harus digunakan bersama dengan
metoda-metoda pelatihan lainnya.
C. CURAH PENDAPAT
Curah pendapat adalah metoda pembelajaran yang
bertujuan agar peserta bisan dengan cepat
mengumpulkan banyak ide, dan menstimulus setiap
peserta untuk mencari ide. Bagi pelatih yang baik tidak
akan mengkritik setiap ide yang sampaikan peserta,
malahan sebaiknya semua ide itu dicatat, setelah itu
dilakukan penyeleksian bersama-sama antara pelatih dan
peserta.

1. Metoda curah pendapat terbaik digunakan untuk :

Bab 8 – Metode Pelatihan


27
Pedoman Pelatihan PMI

a. Pada waktu memulai sesi,


b. Bila menghadapi masalah yang tampaknya sulit untuk
dipecahkan.
c. Bila kelompok (peserta) membutuhkan perubahan
focus.
d. Pada waktu hubungan saling mempercayai telah
terjalin antara pelatih dan peserta
(komunikasi/interaksi bebas antara pelatih dan
peserta).
e. Bila pelatih mampu mengatur proses curah pendapat.

2. Kelebihan metoda curah pendapat:

a. Metode ini merupakan cara yang baik untuk


mengumpulkan ide sebanyak mungkin dalam mencari
solusi.
b. Mendorong terjadinya komunikasi yang bebas di
kalangan peserta.
c. Lebih banyak ide yang akan timbul.
d. Memungkinkan peserta mengekspresikan idenya
tanpa ancaman kritik.
e. Menstimulir cara berpikir kreatif para peserta.
f. Memungkinkan peserta berpartisipasi dalam kegiatan
memecahkan masalah.
g. Mendorong peserta yang pemalu untuk berbicara.

3. Kekurangan metoda curah pendapat:

a. Bila penjelasannya tidak jelas dari awal, para peserta


bisa mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka.
b. Peserta mungkin tidak bebas berpartisipasi kalau
peserta lain atau pelatih mengkritik ide-ide mereka.
c. Waktu akan terbuang percuma bila prosesnya tidak
terkendali.
d. Mungkin tidak efektif bila pesertanya terlalu banyak.
e. Metoda ini akan efektif bila pesertanya mempunyai
latar belakang yang sama atau seimbang.
f. Mungkin akan sulit untuk melaksanakannya karena
membutuhkan response dan pencatatan yang cepat.
g. Peserta mungkin akan bingung kalau curah pendapat
ini tidak diikuti dengan diskusi atau penjelasan.

4. Cara untuk menggunakan metoda curah pendapat


dengan baik adalah :

a. Sambut dengan baik semua ide peserta


b. Jangan membiarkan peserta lain mengkritik atau
mendukung pendapat peserta lainnya, karena ini
akan membatasi berkembangnya curah pendapat.
c. Jangan terlalu mencemaskan mutu ide-ide yang

Bab 8 – Metode Pelatihan


28
Pedoman Pelatihan PMI

timbul, ide yang terbaik bisa timbul manakala dari


curah pendapat menghasilkan banyak sekali ide.
d. Putuskan bersama-sama peserta, mana ide yang
terbaik untuk memecahkan masalah.

5. Yang harus dilakukan pelatih bila menggunakan metoda


curah pendapat:
a. Identifikasi masalah yang timbul dan beritahu peserta
tentang perlunya diadakan curah pendapat.
b. Jelaskan apa yang harus mereka lakukan selama
kegiatan berlangsung.
c. Tuliskan dengan jelas yang memungkinkan para
peserta dapat melihat hal-hal yang diajukan oleh
peserta lainnya.
d. Beritahu kepada peserta yang akan dikerjakan
dengan daftar ide tersebut sesudahnya.
e. Ijinkan peserta untuk memberikan konstribusi singkat
untuk memancing respons yang cepat.
f. Motivasi peserta agar kreatif dan mau menyatakan
ide-ide yang timbul dalam benaknya.
g. Hindari mengevaluasi respons.
h. Gabungkan dan sempurnakan ide-ide yang timbul
selama curah pendapat berlangsung.
i. Cari tahu bagaimana saran-saran terbaik bisa
dilaksanakan.
j. Bantulah mengevaluasi pengalaman peserta.

RANGKUMAN

Curah pendapat adalah satu kegiatan yang bergerak cepat.


Jangan terlalu mencemaskan mutu ide yang dating. Ide-ide
terbaik akan timbul manakala curah pendapat menghasilkan
banyak sekali ide. Ide yang disajikan adalah asli, yang mana
peserta tidak mempunyai waktu untuk mengubahnya dengan
merenungkannya. Ide ini lebih mewakili perasaan dan
pemikiran yang sebenarnya dari para peserta.

Dalam metoda ini, para peserta pelatihan yang lebih banyak


berpendapat dibandingkan dengan pelatihnya. Sebaiknya
diadakan dalam bentuk diskusi kelompok baik kecil ataupun
besar.
D. DISKUSI
6. Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan peluang bagi setiap


peserta untuk mendapat atau memberi masukan dalam
sesi kelompok kecil beranggotakan 3 sampai 6 anggota
dan diadakan dalam waktu singkat.

a. Diskusi kelompok kecil digunakan untuk :


1) Pada waktu ingin mencakup banyak topic dalam

Bab 8 – Metode Pelatihan


29
Pedoman Pelatihan PMI

waktu yang bersamaan. Berikan tugas yang berbeda-


beda antara kelompok yang satu dengan yang lain
untuk mencakup materi yang lebih banyak. Sebagai
contoh, pada waktu mendiskusikan sebuah topik
seperti diare dan dehidrasi, pada cara menjernihkan
dan membersihkan diri.
2) Setelah sesi curah pendapat

b. Kelebihan metoda diskusi kelompok kecil :


1) Terdapat lebih banyak peluang untuk interaksi pribadi
2) Lebih banyak informasi yang dapat dicakup dalam
waktu singkat
3) Bila dikendalikan dengan baik dapat menghemat
waktu.
4) Setiap orang dapat berpartisipasi dalam diskusi.
5) Bisa digunakan untuk menstimulir parstisipasi
peserta.
6) Memupuk pemikiran kreatif.

c. Kekurangan metoda diskusi kelompok kecil:


1) Bila instruksi diberikan tidak jelas, maka tujuannya
kemungkinan tidak dapat tercapai.
2) Bila tidak dibimbing dengan baik, diskusi bisa terlalu
berkepanjangan.
3) Sebagian anggota kelompok mungkin kurang
berpartisipasi, bila ada salah satu peserta yang terlalu
mendominasi jalannya diskusi.
4) Mungkin tidak bermanfaat bila peserta tidak
mempunyai informasi latar belakang yang cukup.
5) Mungkin berakibat sebagian peserta mendominasi
yang lain.
6) Bila ruang sesi tersebut cukup luas, mungkin bisa
menimbulkan masalah.
7) Bila pelatih tidak mengikuti perkembangan kelompok,
topic diskusi bisa melebar dan masuk pada topic lain.

d. Cara mengelola metoda diskusi kelompok kecil dengan


baik :

1) Jelaskan tugas secara jelas dan sistematis.


2) Batasi waktu diskusi dan ajak semua orang untuk
menyepakatinya.
3) Biarkan masing-masing kelompok untuk memilih
seorang pemimpin diskusi dan seorang pencatat.
4) Bimbing proses diskusi secara bijaksana.
5) Masing-masing kelompok harus mempresentasikan
hasil diskusi kepada seluruh peserta melalui juru
bicara kelompok.
6) Memberikan kesempatan bagi setiap orang dalam
kelompok untuk memberikan masukan.
7) Pelatih harus memberikan rangkuman akhir diskusi.

Bab 8 – Metode Pelatihan


30
Pedoman Pelatihan PMI

7. Diskusi kelompok besar (Disko Besar)

Diskusi ini melibatkan peserta antara 7 sampai 15 orang.


Metoda ini menyedi akan peluang berkembangnya
berbagai pandangan, seringkali bias membuat para
peserta memperluas cakrawala pribadinya. Ini
merupakan satu kesempatan bagi seluruh komponen
diskusi untuk saling berinteraksi. Metoda ini sangat tepat
untuk mendapatkan pemikiran dari semua atau sebagian
besar peserta.

a. Kelebihan metoda Disko Besar

1) Memberikan peluang bagi seluruh komponen diskusi


untuk saling bertukar pengetahuan, pendapat, ide
dan opini secara bebas dan terarah.
2) Bisa menggali pemikiran-pemikiran baru yang
cemerlang.
3) Membantu mengembangan keterampilan komunikasi
yang baik dan argumentative.
4) Memungkinkan peserta untuk mencermati semua
pendapat dan ide yang mengemuka.
5) Para peserta dapat berpartisipasi aktif dalam setiap
sesinya.
6) Membantu peserta meningkatkan sikap.
7) Metoda yang untuk mengevaluasi pemahaman
materi. Memungkinkan
8) Memungkinkan peserta untuk memecahkan
permasalahan sendiri, sehingga dapat menumbuhkan
bagaimana kelak mereka bias memecahkan
permasalahannya sendiri di tengah-tengah
masyarakat tanpa kehadiran pelatih.
9) Peserta dapat menerima banyak informasi yang
berkaitan dengan topic.
10) Bisa menghemat waktu, bila pengelolaan diskusi
dikelola dengan baik.
11) Topik yang banyak dapat diselesaikan dalam waktu
yang bersamaan sesuai dengan jumlah kelompoknya.

b. Kekurangan metoda Disko Besar


1) Bisa makan waktu sangat lama dan tidak dapat
kesimpulan bila salah kelola.
2) Bisa dikuasai oleh sebagian peserta saja.
3) Topik diskusi bisa menyimpang
4) Mungkin bisa kurang bermanfaat bila pelatih tidak
memiliki informasi yang sama.
5) Peserta yang pasif akan asik dengan kepasifannya.

c. Cara untuk mengelola Disko Besar dengan baik


1) Kemas topic dengan sangat menarik (topic yang
“seksi”).

Bab 8 – Metode Pelatihan


31
Pedoman Pelatihan PMI

2) Sampaikan pengantar topic dengan bahasa yang


menarik untuk mendapat respon dari peserta.
3) Sesuaikan topic dengan pengalaman peserta.
4) Pilihlah topic yang memerlukan argumentasi.
5) Bimbinglah peserta dari waktu ke waktu dalam
diskusi.
6) Aturlah agar setiap pendapat tetap terarah pada topic
yang dibahas.
7) Sediakan materi yang cukup sebelum diskusi.

d. Cara mengelola Disko Besar


1) Tulislah topic yang akan didiskusikan.
2) Awali dengan perkenalan bila merupakan kelompok
baru atau baru diperbaharui dan menyampaikan
secara singkat pengalaman yang berkaitan dengan
topic.
3) Susunlah struktur organisasi diskusi melalui pemilihan
secara demokratis dan dengan kesadaran sendiri.
Setidaknya terdiri dari; Ketua kelompok, Sekretaris
dan atau presentator (juru bicara).
4) Tuliskan tugas serta tahapan-tahapan diskusi secara
sistematis, Diantaranya; Ketua bertugas memimpin
jalannya diskusi dan mengatur penyampaian
pendapat dari setiap peserta dll. Sekretaris membuat
rangkuman hasil diskusi serta menyiapkan bahan
presentasi.
5) Pelatih menyampaikan arahan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam diskusi, lalu persilakan pada
ketua kelompok untuk memimpi diskusi.
6) Pelatih memberikan arahan dan bimbingan agar
diskusi tidak keluar dari topic dan sesuai dengan
waktu yang disediakan.
7) Pelatih harus memastikan bahwa setiap kelompok
sudah membuat rangkuman hasil diskusi.
8) Pelatih dapat membantu ketua kelompok dalam
menengahi perbedaan pendapat antar peserta yang
mengarah kepada ketidak harmonisan diskusi.
9) Ingatkan hal-hal yang belum terbahas dalam diskusi.
10) Lakukan koreksi pada peserta diskusi dengan bijak
dan sopan.
11) Berikan dorongan dan pancingan pada peserta yang
pasif agar dapat berpartisipasi aktif.

8. Diskusi Panel

Diskusi Panel adalah diskusi yang mengadirkan para


Panelis (Pembicara, Pembanding dan Penyanggah) yang
akan menguraikan satu topic dari berbagai sisi dan
disiplin keilmuan yang terkait erat dengan topic diskusi.
Selain Pembicara juga dihadirkan Pembicara Pembanding
yang memberikan pemikiran dari sisi yang berbeda dan
Pembicara Penyanggah adalah pembicara yang

Bab 8 – Metode Pelatihan


32
Pedoman Pelatihan PMI

menyanggah atas uraian atau materi yang disampaikan


oleh para pembicara dengan argument atau opini yang
berbeda. Unsur penting lain dalam diskusi panel adalah
Moderator, Notulis dan Tim Perumus.

Bila diskusi panel diselenggarakan dalam rangkaian


sebuah pelatihan, maka dapat dilakukan dengan
membuat kelompok diskusi dan hasil diskusinya
disampaikan secara panel. Kemudian ditanggapi oleh
seluruh peserta, baik berupa pertanyaan, klarifikasi,
sanggahan, informasi atau penyataan (pendapat).

a. Manfaat diskusi panel, dapat digunakan untuk :


1) Mengidentifikasi dan menjajagi sebuah permasalahan
atau isu.
2) Memberikan pemahaman pada peserta tentang suatu
masalah.
3) Mempertimbangkan untung riginya suatu tindakan.

b. Kelebihan diskusi panel :


1) Dapat menyelesaikan persoalan atau isu secara
konprehensif dari berbagai sudut pandang.
2) Memberikan wawasan yang luas tentang sebuah
persoalan.
3) Membiasakan peserta dengan perbedaan pendapat,
mendapat kritikan, sanggahan dan berargumentasi.
4) Membiasakan peserta yang menjadi panelis
presentasi di hadapan peserta lain yang lebih banyak.
5) Didapatkan hasil diskusi yang direkap oleh tim
perumus.
6) Didapatkannya simpulan yang jelas terhadap topic
yang dibahas.

c. Kekurangan diskusi panel


1) Tujuan diskusi tidak tercapai karena panelis ke luar
dari sub topic yang dipercayakan.
2) Bila terjadi perbedaan pendapat yang ekstrim dan
kaku bisa menjadi hambatan untuk mendapatkan
simpulan.
3) Bila moderator tidak mampu mengendalikan jalannya
diskusi.
4) Peserta tidak semuanya dapat berpartisipasi aktif.
5) Metode ini hanya dapat dilaksanakan dalam kelompok
diskusi yang besar.
6) Waktu yang dibutuhkan untuk metode ini perlu waktu
lebih lama dari metoda diskusi lainnya

d. Cara pengelolaan diskusi panel dengan baik


1) Persiapkan penyelenggaraan diskusi panel secara
terencana dan serius,
2) Jadikan panelis yang kemampuannya sesuai dengan
sub topic yang akan dibahasnya.

Bab 8 – Metode Pelatihan


33
Pedoman Pelatihan PMI

3) Jadikan moderator, notulen dan tim perumus yang


memahami topic bahasan, dinamis, tegas dan dapat
mengatur jalannya diskusi.
4) Berikan bahan bacaan atau makalah dari setiap
panelis pada peserta agar dapat dipelajari, atau
diberikan tugas baca sebelumnya.
5) Pembawa acara atau pelatih dapat mempersilakan
moderator dan notulis maju ke podium untuk
memulai dan mengatur jalannya diskusi.
6) Moderator mempersilakan satu persatu para panelis
menempati tempat yang telah disediakan. Sambil
mempersilakan maju satu persau, moderator
membacakan biodata panelis.
7) Moderator bersama-sama dengan panelis
menyepakati waktu atau lamanya presentasi, dan
waktu yang disediakan untuk Tanya jawab.
8) Moderator memulai jalannya diskusi dengan
membacakan tujuan yang ingin dicapai dari diskusi
panel.
9) Kemudian mempersilakan satu persatu panelis
mempresentasikan materinya.
10) Setelah itu buka forum tanya jawab, diatur dalam
beberapa sesi dengan membatasi jumlah penanya
dan pertanyaannya.
11) Moderator mempersilakan notulen untuk menbacakan
pertanyaan yang disampaikan peserta.
12) Moderator mempersilakan pada panelis untuk
menjawab atau menanggapi pertanyaan yang
disampaikan oleh peserta.
13) Setelah pertanyaan dijawab medorator berhak
menanyakan respon atas jawaban tersebut pada
penanya.
14) Moderator berhak mengarahkan penanya yang arah
pertanyaannya tidak focus pada materi yang
didiskusikan dan bertele-tele.
15) Moderator mempersilakan notulis untuk
menyampaikan catatan penting selama diskusi
berlangsung.
16) Moderator mengakhir diskusi dan mempersilakan
pelatih atau pembawa acara untuk mengambil alih
proses diskusi.
17) Pelatih atau pembawa acara meminta pada forum
untuk menskor diskusi maksimal 15 menit untuk
memberikan kesempatan pada tim perumus untuk
menyempurnakan rumusannya.
18) Pelatih atau pembawa acara mempersilakan tim
perumus untuk menyampaikan rumusan hasil diskusi
panel.
19) Pelatih atau pembawa acara menutup acara.

Bab 8 – Metode Pelatihan


34
Pedoman Pelatihan PMI

Alur diskusi panel dalam pelatihan

PANELIS/
“PESERTA”

PESERTA
PELATIH

RANGKUMAN

Dalam metoda pelatihan ini, para peserta yang justru lebih


banyak berbicara dibanding pelatih. Pelatih baru
menyampaikan arahannya bila diperlukan. Bila
penyelenggaraannya dengan baik maka partisipasi aktif
peserta dalam pelatihan akan optimal. Pastikan terjadi
diskusi tiga arah dengan tibal balik antara pelatih, peserta
dan “panelis”.

Adapun hal-hal penting metoda ini adalah :


1. Diskusi dapat dilakukan dengan Disko besar
2. Terangkan dengan jelas topic dan tujuan
pembahasannya
3. Moderator/pelatih harus mengarahkan agar semua
peserta dapat berpartisipasi aktif.
4. Perhitungkan waktu dengan tepat agar tujuan tercapai.
5. Pastikan dalam diskusi masih dalam koridor materi
pembahasan.
6. Pujilah ide-ide baik yang mengemuka, agar peserta lain
termotivasi untuk berpendapat.
7. Tugaskan seluruh peserta untuk membuat rangkuman
sendiri-sendiri
8. Bila ada kekeliruan, lakukan koreksi yang baik dan
beradab tidak membuat peserta enggan berpendapat
lagi.
E. METODA TANYA JAWAB
Metoda Tanya Jawab adalah pelatih bertanya pada peserta
atau pada setiap peserta, lalu mencatat setiap jawaban yang
disampaikan oleh setiap peserta, atau pelatih meminta
peserta untuk bertanya lalu pelatih menjawab. Pelatih harus
mampu mengemas setiap pertanyaan dengan berbagai
macam bentuk pertanyaan, apalagi bila tidak ada atau sedikit
peserta yang merespon. Maka kepiawaian pelatih dalam
mengubah-ubah pertanyaan dan memancing respon peserta.

1. Metode ini digunakan untuk :


e. Mengkaji ulang secara cepat tingkat pemahaman
peserta.
f. Memulai diskusi
g. Mendapat perhatian atau memancing kesiapan

Bab 8 – Metode Pelatihan


35
Pedoman Pelatihan PMI

peserta.
h. Mengajak peserta agar berperan aktif selama sesi
yang diadakan.
i. Mengetahui apa yang telah peserta ketahui dengan
topik yang dibahas.
j. Mengukur kecenderungan respon peserta terhadap
topic yang dibahas.
k. Melatih peserta untuk belajar bertanya dan menjawab
dengan baik.
l. Mengetahui tingkat pemahaman peserta tentang topic
pembahasan.
m. Melakukan pelatihan dengan pendekatan individual.

2. Kelebihan Tanya Jawab


n. Pemahaman peserta dapat diketahui dalam waktu
singkat.
o. Dapat menstimulir perhatian dan partisipasi aktif
peserta.
p. Dapat mengklasifikasikan tingkat pemahaman peserta.
q. Dapat mengarahkan konsentrasi peserta sesuai
keinginan pelatih.

3. Kekurangan Tanya Jawab


r. Peserta yang tidak ada keberanian menyampaikan
pendapat tidak akan berpartisipasi aktif.
s. Bila prosesnya tidak diarahkan, maka bisa berlarut-
larut (memakan waktu lama).
t. Bisa menimbulkan prustasi, bila salah persepsi dari
tujuan pertanyaan.
u. Akan muncul kehawatiran dari peserta bila bertanya
atau menjawab dianggap tidak sesuai dengan topic.
v. Kadang-kadang akan sulit memilih pertanyaan yang
sesuai dengan tingkat pemahaman peserta.
w. Kalau lepas control akan menjadi debat kusir.
x. Bisa menjadikan peserta tidak berpikir kritis.
y. Peserta tidak siap dengan jawaban dan pertanyaan
yang disampaikan secara spontan.

4. Cara menggunakan Metoda Tanya Jawab


z. Ajukan pertanyaan sederhana pada peserta dengan
pola (random) agar seluruh peserta siaga dan
memperhatikan.
aa. Sebutkan pertanyaannya, diam sejenak dan tunjuk
atau sebutkan nama peserta yang diminta menjawab.
bb. Bersabarlah dan tunggu sampai para peserta
menjawab.
cc. Gunakan umpan balik positif, cari kebaikan atau
manfaat dari setiap jawaban yang diberikan.
dd. Catatlah setiap jawaban yang diberikan.
ee. Beri pujian buat peserta yang dinilai memberikan
jawaban dengan baik.
ff. Kembali tanyakan pertanyaan yang sama ke peserta

Bab 8 – Metode Pelatihan


36
Pedoman Pelatihan PMI

yang lain, terutama peserta yang nampak pasif.


5. Teknik menjawab pertanyaan
gg. Jangan berpura-pura tahu segalanya, bila memang
tidak tahu atau tidak siap dengan jawabannya,
pertanyaan tersebut dapat dimintakan jawaban dari
seluruh peserta dengan cara yang lugas.
ee. Jawablah dengan sederhana dan ringkas.
ff. Jawablah hanya hal-hal yang ditanyakan.
gg. Jangan menjawab pertanyaan yang tidak relevan
dengan topic.

Jangan terlalu sering menggunakan metoda ini, karena


biasanya akan memakan waktu yang banyak dan dapat
menyeret pembahasan pindah ke topic yang lain. Akhiri
penggunaan metoda ini dengan lugas, tegas dan ringkas.

RANGKUMAN

Pelatih menggunakan metoda Tanya jawab secara aktif


untuk mendapatkan jawaban dari peserta dengan
mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Ini cara
cepat untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta, dapat
menggiring konsentrasi peserta untuk terlibat langsung
dalam proses pelatihan. Dengan menggunakan metoda ini
pelatih harus sabar dan jangan terlalu memaksakan peserta
untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.
Persiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana tapi
memancing pendapat yang banyak, dan berikan umpan balik
positif atas setiap pertanyaan.
Tujuan utama metoda ini adalah untuk membantu peserta
berfikir dengan cepat dan mampu menyampaikan pendapat
dengan tepat, jelas dan tegas. Dan bila ternyata ada
pertanyaan dari peserta dan pelatih tidak menguasainya,
maka jangan mereka-reka jawaban, tapi mintalah pendapat
peserta lain dan jangan malu untuk mengakui kekurangan
tersebut.

F. METODA KOTAK TERBUKA


Metoda ini digunakan pada waktu berhadapan dengan
peserta yang sangat pasif, malu untuk berbicara tentang hal-
hal yang dianggapnya sensitive, misalnyanya PSM (Penyakit
Menular Seksual). Mintalah peserta itu untuk menulis
pertanyaan di atas kertas tanpa nama dan menaruhnya di
dalam kotak. Kemudian bila sudah terkumpul, pelatih akan
mengambil dan membahasnya dengan seluruh peserta.
Untuk memancing pertanyaan dengan sejujurnya tanpa
membuat malu dan menjaga kerahasiaan yang bertanya.

1. Metoda Kotak Terbuka digunakan untuk :


a. Mendapatkan pertanyaan yang sejujurnya, terutama
untuk pertanyaan yang dianggap saru (tidak sopan)
b. Memberikan kesempatan pada peserta yang tidak sempat

Bab 8 – Metode Pelatihan


37
Pedoman Pelatihan PMI

menyampaikan gagasannya secara lisan.


c. Menggali pertanyaan sebanyak-banyaknya dari peserta.
d. Mengaktifkan peserta dan kepasifan.
e. Menghemat waktu dan pertanyaan disampaikan secara to
the point

2. Kelebihan metoda Kotak terbuka


f. Memberikan keleluasaan bagi peserta untuk
mengungkapkan pertanyaan.
g. Kerahasiaan masing-masing peserta terjaga, terutama
bila ada pertanyaan yang saru.
h. Setiap peserta berkesempatan menuliskan pertanyaan
sebanyak-banyaknya.
i. Dapat dihimpun dalam waktu yang singkat.
j. Mudah dilakukan penyortiran pertanyaan yang sesuai
dengan yang tidak sesuai.
k. Mudah dikaji kecenderungan pertanyaan peserta.

3. Kelemahan metoda kotak terbuka


l. Membuka peluang menjadi sarana surat kaleng
m. Bila peserta tidak memahami instruksi, akan diabaikan
oleh peserta.
n. Bila pertanyaan bias akan menimbulkan salah
pemahaman.
o. Tidak bisa dilakukan pendekatan individu.
p. Sulit mengidentifikasi peserta yang aktif dan tidak.

4. Cara Mengelola metoda kotak terbuka


q. Siapkan Kotak surat yang terbuat dari kardus atau
semacamnya.
r. Berikan instruksi pada peserta untuk menuliskan
pertanyaan di atas kertas tanpa identitas.
s. Pelatih menghapiri peserta agar memasukan lembar
pertanyaannya ke kotak.
t. Setelah terkumpul, kocok dahulu lalu ambil satu persatu
dan baca pertanyaannya.
u. Atau skor waktu maksimal 5 menit untuk menyortir atau
mengklasifikasikan pertanyaan.
v. Baca pertanyaan dan jawablah atau dilempar ke forum.
w. Sampaikan kesimpulan sesuai dengan kecenderungan
pertanyaan.

RANGKUMAN

Metoda kotak terbuka ini sangat baik untuk mengukur


kecenderungan pemahaman peserta terhadap permasalahan
yang akan, sedang atau sudah dibahas. Hanya bila tidak
dikelola dengan baik maka akan memakan waktu banyak dan
menjadi ajang kritik tidak sehat dan bahkan saling
menghujat, selain akan banyak pertanyaan yang terbuang
percuma. Sebaiknya gunakan metoda ini untuk melakukan
evaluasi atau untuk mencairkan kejenuhan metoda Tanya

Bab 8 – Metode Pelatihan


38
Pedoman Pelatihan PMI

G. METODA PERAGAAN jawab.


Peragaan merupakan suatu keterampilan praktis yang
disajikan oleh seorang Pelatih (instruktur), untuk
mempelajari keterampilan. Terlebih dahulu peserta harus
dibekali pengetahuan teoritik, untuk memahami tahap-tahap
memeragakannya.
Dalam pelatihan keterampilan, para peserta harus
memperhatikan tiga hal :

KOMUNIKASI
BERPIKIR

MEMPERAGA
KAN

1. Metoda peragaan digunakan untuk :


a. Menterapkan teori ke dalam praktek
b. Mengetahui kemampuan praktek
c. Pelatihan yang menuntuk kemampuan keterampilan
d. Memantapkan pemahaman teori
e. Membiasakan perserta dengan melakukan sendiri

2. Kelebihan metoda peragaan


a. Memperagaan akan lebih mudah diingat dalam
memperagakan kembali.
b. Merupakan gambar nyata yang mendekati kejadian yang
sesungguhnya.
c. Menggabungkan antara pemahaman kognitif, afektif dan
psikomotor.
d. Melibatkan semua peserta, sehingga semua peserta
dapat berpartisipasi aktif.
e. Mudah mengevaluasinya secara visual.
f. Dapat digunakan untuk mengevaluasi procedure
operasional.

3. Kekurangan metoda peragaan


a. Memerlukan waktu lama
b. Peragaan tidak dapat diperagan secara seragam.
c. Peraga berikutnya mudah meniru dari peraga
sebelumnya.
d. Tidak dapat dilakukan oleh kelompok besar.
e. Perlu waktu untuk
4. Cara mengelola metoda peragaan
a. Siapkan alat bantu yang diperlukan
b. Pelatih harus sudah betul-betul menguasai materi yang

Bab 8 – Metode Pelatihan


39
Pedoman Pelatihan PMI

akan diperagakan.
c. Pastikan tempat peragaan memadai.
d. Jelaskan keterkaitan materi dengan peragaan.
e. Jelaskan langkah-langkah peragaan
f. Beri tugas seluruh peserta untuk menjadi pengamat atas
peragaan.
g. Lakukan peragaan dengan perlahan-lahan, bila perlu
sertai dengan penjelasan/narasi.
h. Setelah selesai, mintalah tanggapan peserta dengan
ditunjuk secara acak.
i. Buatlah kelompok untuk memperagakan ulang.
j. Sediakan waktu yang cukup agar tiap-tiap kelompok
berlatih.
k. Minta tiap-tiap kelompok untuk memperagakan.
l. Lakukan kilas balik dengan minta peserta atau kelompok
untuk menyampaikan tanggapannya.
m. Tutuplah dengan memberikan kesimpulan.

H. PRAKTEK Metoda praktek sangat berkaitan dengan metoda peragaan,


karena praktek adalah kelanjutan dari peragaan yang sudah
dicontohkan oleh pelatih, selanjutnya tatkala peserta
mempraktekkannya dengan gambaran dari pelatihnya
tersebut. Praktek dapat mencakup keterampilan, tertulis atau
lisan.

1. Kegunaan metode praktek, untuk :


a. Pelatihan yang menuntut keterampilan
b. Pelatihan yang memelukan gambaran riil yang akan
dihadapi.
c. Pelatihan fisik
d. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
e. Menguji standar operasional
f. Melatih kecepatan merespon segala situasi darurat.

2. Kelebihan Praktek
g. Bila dilakukan secara berkelompok dapat menumbuhkan
kebersamaan antar peserta.
h. Dapat melibatkan seluruh peserta secara aktif.
i. Dapat menggairahkan konsentrasi peserta.
j. Dapat dirasakan bagaimana realisasinya dari sebuah
teori.
k. Materi akan lebih kuat diingat oleh peserta, karena
melibatkan kognitif, afektif dan psikomotor.
l. Bila ternyata dilapangan dituntut untuk melakukan, maka
tidak akan gamang, ragu, hawatir dan takut untuk
melakukannya.

3. Kekurangan Praktek
m. Tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat
n. Peserta yang sulit memahami, cenderung akan prustasi.
o. Dalam pelaksanaan sulit didapatkan praktek dengan
sempurna.

Bab 8 – Metode Pelatihan


40
Pedoman Pelatihan PMI

4. Cara menggunakan metoda praktek


p. Siapkan synopsis atau kasus lengkap dengan
pemerannya yang akan dipraktekkan
q. Buat kasus dengan berbagai macam sasaran dengan
arah materi yang sesuai.
r. Pastikan bahwa semua peserta telah memahami kasus
yang diberikan.
s. Biarkan masing-masing kelompok yang akan mengatur
pemeran dari peranan yang dibutuhkan dalam kasus.
t. Peserta atau kelompok lain yang menjadi pengamat
terhadap praktek yang sedang diperagakan.
u. Sebelum memeragakan, peserta atau kelompok yang
akan memeragakan membacakan kasus yang akan
diperagakannya.
v. Lalu peserta atau kelompok memeragakan sesuai dengan
pemahamannya terhadap kasus tersebut.
w. Setelah peragaan selesai, minta tanggapan dari peserta
atau kelompok lain.
x. Kemudian jelaskan oleh pelatih maksud sebenarnya dari
kasus tersebut.
y. Akhiri dengan kesimpulan dari praktek tersebut

I. SKENARIO SIMULASI
Metode scenario simulasi adalah sebuah metoda untuk
membaerikan gambaran nyata yang konprehensif yang
dimungkinkan akan dirasakan di lapangan, dengan suasana,
situasi dan kondisi yang disesuaikan dengan tuntutan
lapangan nantinya. Dalam prakteknya simulasi dapat
dilakukan tanpa memberitahu peserta atau kelompok
tentang situasi dan kondisinya.

1. Metoda Skenario Simulasi digunakan untuk :


a. Mengkaji ulang pengetahuan, sikap dan keterampilan
peserta secara individu ataupun kelompok.
b. Menilai tingkat keterampilan dan kemajuan peserta dalam
merencanakan tindak lanjut.
c. Mencari tahu kemampuan peserta dalam
menghubungkan antara teori dan praktek.
d. Mengkonsolidasikan dan meningkatkan keterampilan
peserta dengan materi yang telah diberikan selama
pelatihan.
e. Mengkaji secara mandiri setiap peserta terhadap
kemampuan dirinya akan materi setelah mencoba
mensimulasikan.
f. Mengevaluasi dipertengahan proses pelatihan.

2. Kelebihan metoda Skenario Simulasi :


g. Mudah mengidentifikasi respons peserta terhadap situasi
dan kondisi proses simulasi, sehingga dapat dijadikan
umpan balik sebagai tolok ukur pemahaman peserta
terhadap materi.

Bab 8 – Metode Pelatihan


41
Pedoman Pelatihan PMI

h. Keterlibatan penuh dan partisipasi aktif semua peserta.


i. Belajar yang menyenangkan.
j. Suatu metoda yang efektif untuk penilaian diri dan
kelompok.

3. Kekurangan metoda Skenario Simulasi :


a. Memerlukan waktu yang lama.
b. Memerlukan ruangan khusus.
c. Tidak dapat dilakukan secara spontan.
d. Salah memahami naskah scenario.
e. Membutuhkan biaya besar, karena diperlukan alat
peraga.
f. Bisa memancing emosi negative.

4. Cara untuk menggunakan metoda scenario


simulasi yang baik adalah :
a. Tentukan tujuan dan materi yang akan dinilai.
b. Tentukan focus dan pokok cerita dalam scenario.
c. Berikan instruksi yang jelas kepada peserta yang akan
berperan.
d. Masing-masing peserta yang menjadi pemeran harus
mendapat instruksi yang jelas.
e. Untuk memastikan pelatihan ini bermanfaat, pelatih
harus mengkaji ulang peragaan peserta dengan diskusi di
antara peserta, sehingga ada umpan balik dan penguatan
dalam proses belajar.
f. Batasi waktu masing-masing scenario
g. Adakan gladi bersih sebelum dilakukan peragaan.
J. METODA BERMAIN PERAN
Metoda bermain peran adalah metoda pelatihan dimana
masalah diuraikan secara global (garis besarnya saja),
dibahas, diperankan lalu dibahas lagi. Dalam metoda ini
setiap peserta harus memerankan satu peranan tertentu
dalam kehidupan nyata.

1. Metoda Bermain Peran digunakan untuk :


a. Melatih keterampilan peserta.
b. Meningkatkan interaksi antar peserta secara lebih
intensif.
c. Melatih peserta untuk mengamati yang bermain peran.
d. Menumbuhkan percaya diri peserta.
e. Memberikan banyak topic pada peserta.
f. Menyajikan subjek yang sulit dipahami melalui ceramah.
g. Menciptakan hubungan antara apa yang sedang
diajarkan dan situasi kehidupan sesungguhnya.

2. Kelebihan Metoda Bermain Peran


a. Pelatih bida mendapatkan wawasan yang mendalam
tentang sikap, nilai-nilai dan persepsi peserta.
b. Para peserta mampu melatih dirinya dalam situasi yang
mirip dengan situasi yang sebenarnya.
c. Dapat memberikan percaya diri peserta pada waktu

Bab 8 – Metode Pelatihan


42
Pedoman Pelatihan PMI

menghadapi situasi yang sebenarnya.


d. Peserta dapat bekerja secara mandiri begitu mengetahui
peranan adan aturan mainnya.
e. Bermanfaat bilamana pelatih menginginkan melatih
keterampilan dalam mengambil keputusan dan menyusun
rencana.
f. Dapat memelihara minat peserta dalam sessi pelatihan.
g. Menjadi ajang berinteraksi antar sesame peserta.
h. Meningkatkan daya imajinasi peserta.
i. Menguatkan daya ingat peserta terhadap materi yang
disampaikan.

3. Kekurangan Metoda Bermain Peran


a. Mempermalukan peserta, bila peserta tidak mampu
memainkan dengan baik.
b. Tidak dianggap serius oleh peserta, bila hanya dianggap
hanya sekedar permainan.
c. Memakan waktu yang cukup lama.
d. Tujuan sessi tidak akan tercapai bila terjadi salah
persepsi.
e. Bisa jadi tidak semua peserta dapat berpartisipasi aktif
dalam permainan.

4. Cara menggunakan Metoda Bermain Peran :


a. Berikan instruksi dengan singkat dan jelas.
b. Biarkan peserta yang menentukan sendiri peranannya
secara sukarela.
c. Jelaskan tujuan dari sessi ini dengan metoda bermain
peran.
d. Pastikan setiap pemeran memahami relevansi masing-
masing situasi bermain peran.
e. Beritahukan pada pemeran tentang peranan apa yang
harus diperannkannya.
f. Sediakan waktu yang cukup.
g. Kendalikan proses bermain peran.
h. Pastikan bahea pemeran mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
i. Simak kembali dalam proses belajar tersebut.
j. Bahas permainan peran tersebut dan berikan umpan
balik.
k. Hentikan permainan peran tersebut begitu ada masalah
(keluar dari tujuan), lalu berikan koreksi dan lanjutkan
hingga selesai.
l. Berikan tugas pada peserta lain untuk menjadi pengamat
permaninan peran tersebut.

Bermain Peran yang dilakukan dengan baik


merupakan sumber kesenangan baik bagi pelatih
maupun peserta.

Bab 8 – Metode Pelatihan


43
Pedoman Pelatihan PMI

K. METODA KUNJUNGAN
LAPANGAN Metoda Kunjungan Lapangan akan memberikan pengalaman
langsung bagi peserta dengan menyadari kelebihannya dan
kekurangannya bila disesuaikan dengan teori yang
dipelajarinya.

Sebagi contoh : lakukan kunjungan ke Unit Gawat Darurat


(UGD) di rumah sakit terdekat, untuk memperkenalkan
kepada para peserta korban kecelakaan yang dilayani UGD
dengan situasi sebenarnya. Pastikan bahwa pengalaman ini
relevan dengan situasi dimana peserta akan bekerja.

1. Metoda Kunjungan Lapangan dapat digunakan


untuk :
a. Mengetahui situasi sebenarnya dari materi yang diberikan
pada peserta.
b. Memberikan pengalaman sesunggunya terhadap situasi
yang akan dihadapi peserta.
c. Menjembatani antara teori dengan kenyataannya.
d. Menganalisa kesesuaian antara teori dan praktek.
e. Membiasakan peserta dengan situasi yang akan
dihadapinya nanti.

2. Kelebihan metoda kunjungan lapangan :


a. Seluruh peserta dapat dilibatkan kesertaannya.
b. Peserta mampu menerapkan dan mengembangkan
dirinya secara bersamaan.
c. Dapat kontak langsung dengan realita.
d. Mampu meningkatkan percaya diri peserta.
e. Mampu menjembatani kontak antara peserta dengan
masyarakat.
f. Peserta dihadapkan pada permasalahan secara langsung.
g. Dapat dijadikan alat untuk memperkenalkan,
menyimpulkan atau membuat rangkuman kegiatan.

3. Kekurangan Metoda Kunjungan Lapangan


a. Kesulitan untuk mendapatkan fasilitas atau lokasi untuk
kunjungan lapangan yang benar-benar sesuai dengan
tuntutan materi.
b. Memerlukan waktu yang lama untuk mempersiapkan dan
malekasanakan metoda ini.
c. Tidak semua peserta dapat memperhatikan atau
berkesempatan memperhatikan pengalaman tersebut
dengan serius.
d. Perlu dana yang besar.
e. Data yang didapatkan tidak akurat dengan kondisi yang
sebenarnya.
f. Dapat menimbulkan salah persepsi bagi masyarakat.
g. Sulit menghubungkan dengan tujuan belajar secara
spontan.

Bab 8 – Metode Pelatihan


44
Pedoman Pelatihan PMI

L. METODA PERMAINAN
Metode permainan adalah sebuah metode yang menuntut
menjadikan bermain menjadi media pembelajaran, atau untuk
mengarahkan pada tujuan pembelajaran dengan mengikuti
sebuah permainan.

1. Metoda Permainan dapat dugunakan untuk :


a. Mencairkan suasana pelatihan.
b. Menghindari agar peserta tidak jenuh.
c. Melibatkan seluruh peserta dalam proses pelatihan.
d. Menarik perhatian peserta pelatihan.
e. Menghancurkan pembatas antara peserta dan pelatih.
f. Menyiapkan agar peserta siap menerima materi dengan
konsentrasi intelektual (Otak piker).

2. Kelebihan Metoda Permainan


a. Bisa digunakan untuk menerapkan dan
mengembangkan keterampilan, seperti mendengarkan
dan mengamati.
b. Dapat memberikan pengalaman yang realistic tentang
situasi pelayanan.
c. Bisa memotovasi peserta.
d. Bisa meningkatkan partisipasi aktif peserta.
e. Bisa digunakan dalam “pembentukan suasana” pada
awal sessi.
f. Bisa mengurangi kebosanan dan kejenuhan.
g. Bisa membangkitkan kreatifitas dan inovasi.

3. Kekurangan Metoda Permainan


a. Mungkin instruksinya sulit dipahami.
b. Perlu waktu yang lama.
c. Sebagian permainan bisa tidak sesuai dengan budaya
setempat.
d. Mudah menimbulkan prustasi jika gagal terus.
e. Sulit menghubungkan antara permainan dengan topic
atau situasi kehidupan yang sesungguhnya.
f. Sulit merumuskan rangkuman dari permainan secara
memadai.

4. Cara menggunakan metoda permainan dengan


baik :
a. Berikan instruksi yang jelas.
b. Berikan kesempatan pada peserta untuk mengkaji dan
mempersiapkan diri.
c. Permainan dapat dilakukan dalam beberapa ronde
(tahapan).
d. Kaitkan permainan dengan topic dan nilai budaya.
e. Sediakan umpan balik yang memadai.
f. Tulis hasil permainan pada papan tulis, sebagai bahan
diskusi.

Bab 8 – Metode Pelatihan


45
Pedoman Pelatihan PMI

Contoh :

Topik : PESAN BERANTAI

Tujuan : Informasi dari sumbernya langsung adalah


lebih baik, akurat dan
bertanggung jawab.

Aturan Permainan : Bisikan sebuah pesan dari peserta


sumber informasi, kemudian dia sampaikan pada peserta
yang lainnya secara berantai (minimal 7 orang), kemudian
yang terakhir menerima harus menyampaikan dengan suara
nyaring pada seluruh peserta.

M. METODA BERCERITERA DAN


DRAMA Metoda berceritera adalah menyampaikan materi melalui
alur cerita yang mengalir sehingga menjadi sebuah kisah
yang mengandung pesan-oesan tertentu dan dapat
diperankan dalam sebuah drama atau secara lisan (monolog)
atau mendongeng.

1. Metoda Berceritera dan Drama dapat digunakan


untuk :
a. Menyampaikan pesan secara tidak langsung pada
peserta, terutama bila pesertanya anak-anak.
b. Memberikan suasana baru bagi peserta.
c. Menyampaikan pesan dengan detil.
d. Mengawali sessi sebelum masuk pada materi pokok.
e. Melibatkan perasaan atau emosi peserta.

2. Kelebihan Metoda Berceritera dan Drama


a. Membuka kesempatan peserta untuk secara kritis menilai
situasi atau topic yang dihadapkan.
b. Membangun motivasi peserta untuk membentuk dan
mengubah sikap.
c. Membantu peserta menghubungkan apa yang telah
mereka terima dengan keyakinan menurut kultur/budaya.
d. Peserta dapat menunjukkan hal-hal yang baik dan buruk
tentang keyakinan menurut kultur.
e. Mengembangkan kreatifitas peserta.

3. Kekurangan Metoda Berceritera dan Drama


a. Membutuhkan banyak imajinasi denganekspresi yang
tepat
b. Membutuhkan banyak pengalaman yang relevan dengan
topic atau bacaan untuk mampu mengembangkan cerita
yang menarik.
c. Bila cerita tidak menarik, maka peserta akan jenuh.
d. Bila cerita tidak terkait dengan topic maka akan
membingungkan.
e. Bila cerita terlalu banyak didramatisir, maka akan akan

Bab 8 – Metode Pelatihan


46
Pedoman Pelatihan PMI

menjemukan.
f. Tidak bisa menggapai emosi seluruh peserta.
g. Akan ada sebagian peserta yang tidak memperhatikan.

4. Cara menggunakan Metoda Berceritera dan Drama :


a. Mempersiapkan ceritera dan drama yang berkaitan
dengan topic.
b. Untuk drama, lakukan latihan dan gladi resik.
c. Peserta harus mengikuti seluruh isi cerita atau drama
d. Bila melibatkan peserta, lakukan persiapan dan
bimbingan supaya dapat menyesuaikan dengan isi
ceritera.

Contoh :

Topik : “Kehidupan social”

Isi Ceritera :
Di banyak Negara orang diharapkan dan didorong untuk
bekerjasama. Orang juga diharapkan untuk berpartisipasi
dalam perayaan, tetapi pada saat yang bersamaan terjadi
musibah, maka perlu menunjukkan simpati kepada mereka
yang berduka atau menghadapi penderitaan. Untuk
mengajarkan tentang konsekuensi anti social, sebuah
ceritera yang umum diceriterakan. Inti cerita bisa disingkat
sebagai “Yidak ada orang yang bisa hidup sendirian”
N. PEDOMAN UNTUK MEMILIH
METODA Metoda pelatihan yang dipilih pelatih akan menentukan
seberapa banyak yang akan diperoleh peserta dari
pelatihan tersebut. Di bawah ini adalah rangkuman
mengenai metoda pelatihan dan seberapa efektifkah dari
kebutuhan peserta dalam pengetahuan, keterampilan atau
menerapkan sikap yang baik.

No. Metoda Pengetahuan Keterampilan Sikap


1 Buka Otak +++ +++ +++
2 Ceramah ++ - -
3 Curah + - -
Pendapat
4 Diskusi + ++ ++
5 Tanya + - ++
Jawab
6 Peragaan ++ + ++
7 Praktek + ++ +
8 Simulasi + +++ +++
9 Bermain +/- ++ +++
Peran
10 Kunjungan + ++ ++
Lapangan
11 Permainan + + ++
12 Ceritera ++ ++ +
dan

Bab 8 – Metode Pelatihan


47
Pedoman Pelatihan PMI

Drama

Catatan :
_ : Tidak efektif
+/- : Mungkin effektif, mungkin tidak
+ : Efektif
++ : Sangat efektif
+++ : Paling efektif

Bab 8 – Metode Pelatihan


48
Pedoman Pelatihan PMI

Bab 8 – Metode Pelatihan


49
Pedoman Pelatihan PMI

BAB IX
MEDIA PELATIHAN

A. Umum Pada hakikatnya pelatihan adalah suatu proses


komunikasi. Dimana disitu diharapkan terjadinya suatu
transfer informasi antara pelatih dan yang dilatih. Agar
terjadi proses transformasi tersebut, proses yang
terjadi harus efektif dan efisien. Agar tidak terjadi
kesesatan dalam proses komunikasi dalam pelatihan
perlu digunakan sarana yang membantunya yang
disebut dengan media. Dalam proses pelatihan, media
ini biasa kita sebut dengan media pelatihan.

Media pelatihan meliputi semua hal yang membantu


peserta untuk belajar. Media tersebut bisa berbentuk
media pelatihan visual (apa yang bisa dilihat peserta),
atau media pelatihan audio (apa yang bisa didengar
peserta) dan media pelatihan audio visual (apa yang
bisa dilihat dan didengar) .
Media pelatihan harus dapat memotivasi diskusi
sekitar pengalaman dan realita peserta juga harus
dipertimbangkan dampak budaya dan tradisi belajar
yang efektif seharusnya:

1. Menitikberatkan hal-hal pokok yang akan dipelajari,


tidak terlalu rinci bila tidak terlalu penting.
2. Menyajikan satu fokus yang menjadi perhatian.
3. Sederhana.
4. Penggunaan diagram dan simbol harus dijelaskan
dengan benar.

B. Media pelatihan Visual Media pelatihan visual adalah media pelatihan yang
dapat ditangkap oleh indra penglihatan sehingga bisa
dilihat oleh peserta. Menurut karakteristiknya, media
visual terbagi dalam projected (penampilannya perlu
proyeksi) dan non projected (tidak perlu diproyeksikan).
Contoh media pelatihan visual yaitu: Ilustrasi, Overhead
Projector (OHP), Papan Tulis dan Flipchart.

B.1. Ilustrasi Ilsutrasi bisa berupa gambar, foto atau simbol yang
digunakan untuk membantu menjelaskan situasi
tertentu.
1. Ilustrasi bisa digunakan bila:
a. Menginginkan suatu keterangan dapat dipahami
secara jelas.
b. Peserta membutuhkan satu gambaran mental
mengenai satu topik.
c. Peserta pelatihan tidak dapat membaca dan
menulis.

Bab 9 – Media Pelatihan


50
Pedoman Pelatihan PMI

2. Kelebihan ilustrasi
a. Peserta lebih mudah belajar dengan melihat
ilustrasinya.
b. Lebih mempunyai daya tarik bagi peserta bila
dibuat dengan jelas.
3. Kekurangan
a. Peserta mungkin tidak memahami ilustrasi
tersebut.
b. Bila tidak direncanakan dengan baik ilustrasi
dapat mengcaukan pesan yang akan
disampaikan.
c. Ukurannya mungkin terlalu kecil untuk bisa dilihat
oleh semua peserta
d. Perlu disesuaikan dengan kondisi dan budaya
setempat.
4. Cara menggunankan ilustrasi dengan baik:
a. Terangkan dengan jelas pesan yang sedang anda
coba sampaikan.
b. Ilustrasi harus sederhana, menunjukkan hal-hal
penting dan tidak rinci.
c. Ilustrasi harus diberi judul.
d. Ukuran harus memadahi sehingga setiap orang
bisa melihat ilustrasi tersebut.
e. Ilustrasi tersebut haris berhubungan dengan cara
peserta dalam memahami sesuatu.

B.2. Overhead Projector 1. Kelebihan


(OHP) a. Bisa mempersiapkan materi sebelumnya sehinga
menghemat waktu sesi.
b. Bisa membuat salinan materi ketransparansi.
c. Bisa mempersiapkan transparansi sendiri.
d. Menjiplak gambar atau diagram.
e. Pelatih bisa menghadap kepeserta pada waktu
melakukan presentasi, ini memudahkan pelatih
mengendalikan kelas.
f. Transparansi bisa menimbulkan minar dan
mengawali diskusi diantara para peserta.
g. Memungkinan peserta melihat gambar visual dari
gambar yang disajikan.
2. Kekurangan
a. Peserta mungkin menemui kesulitan untuk
menyimpan transparansi.
b. OHP sulit dijinjing kemana-mana.
c. Mungkin menganggu perhatian peserta bila tidak
digunakan dengan baik (misalnya : tulisannya
kecil, berbayang-bayang.
d. Penggunakan OHP tergantung pada ketersediaan
listrik.
3. Cara menggunakan dengan baik
a. Untuk menghidari kekacauan perhatian peserta,
nyalakan dan matikan sesuai keperluan.
b. Jangan berdiri didepan projector, ataru posisinya

Bab 9 – Media Pelatihan


51
Pedoman Pelatihan PMI

agara rendah, untuk meminimalisasi menutupi


layar dari penglihatan peserta.
c. Pelatih tidak memusatkan perhatian pada
membaca dan menghadap punggungnya kepada
peserta karena hal ini bisa menutupi layar dari
peserta.
d. Hindari penggunaan alat tulis berwarna warni
yang sulit dibaca diatas transparansi.
e. Gunakan pena yang tepat untuk transparansi.

B.3. Papan Tulis 1. Kelebihan


a. Bisa digunakan untuk menulis sambil memberikan
ceramah.
b. Bisa digunakan untuk menggambar, membuat
diagram atau ilustrasi
c. Pelatih bisa menulis kapan saja pada waktu sesi
pelatihan.
d. Alat tulisnya mudah digunakan, mudah dihapus
dan mudah diperoleh.
e. Biaya murah.
2. Kekurangan
a. Peserta mungkin terasa agak kurang jelas
melihatnya.
b. Peserta mungkin tidak termotivasi untuk belajar
karena papan tulis mengingatkan peserta akan
pengalaman belajar secara tradisional diwaktu
sekolah.
c. Kontak anatara peserta dan pelatih mungkin
hilang karena pelatih lebih memusatkan perhatian
pada menulis pada papan tulis.
d. Mungkin tidak efektif bila tulisannya buruk.
e. Gambar dan informasi tidak bisa disimpan untuk
digunakan lagi sewaktu-waktu kelak.
f. Mungkin membingungkan peserta bila papn
tulisnya penuh dengan tulisan.
3. Cara menggunakan dengan baik
a. Sediakan kain atau penghapus untuk
membersihkan papan tulis.
b. Sediakan papan tulis dalam jumlah cukup.
c. Pastikan papn tulis tersebut bersih.
d. Mulailah menulis pada bagan paling atas.
e. Tulislah secara jelas, dengan huruf yang besar
agar terbaca.

B.4. Flipchart Flipchrat adalah kertas yang besar yang digantungkan


pada tiang atau kuda-kuda, sehingga dapat dibalik-balik
kebelakang dan kedepan.
Flipchart dapaat digunkaan untuk memperlihatkan untuk
memperlihatkan lembaran-lembaran yang sudah
dipersiapkan sebagai rangkupan pada satu sesi
pelatihan.

Bab 9 – Media Pelatihan


52
Pedoman Pelatihan PMI

1. Alat bantu flipchart dapat digunakan untuk.


a. Menunjukkan struktur dan sesi pelatihan sehingga
peserta belajar mengertahui kearah mana mereka
menuju.
b. Menunjukkan susuanan hal-hal pokok dan untuk
menarik perhatian pada kata-kata, kalimat dan
hal-hal utama yang sedang didiskusikan.
c. Mengumpulkan dan memperlihatkan, hal-hal
pokok dan pendapat dari peserta.
d. Memperlihatkan diagram, bagan, dan grafik.
2. Kelebihan
a. Sederhan untuk digunakan serbaguna dan murah.
b. Lembaran-lewmbarannya bisa dilepaskan dan
diperlihatkan kesekeliling ruangan.
c. Bisa digunkan untuk mengungkapan dan
menyusun informasi.
d. Bisa dengan mudah dikerjakan oleh para peserta
(misalnya bekerja dalam kelompok) untuk
dipresentasikan.
e. Sebagian orang merasa lebih mudah untuk
menulis diatas kertas.
f. Memungkina pelatih untuk cepat siap dalam
sesinya dan membangkitkan partisipasi.
g. Memungkina para peserta untuk mencakup bagan
sebelumnya tanpa memerperlihatkan yang
berikutnya, dengan menggunakan lembaran
kosong.
3. Kekurangan
a. Ukurannya sangat membatasi jumlah informasi
yang bisa dituangkan dalam satu lembar.
b. Dapat membuat diagram/tulisan terlalu kecil
untuk dilihat.
c. Sipenyaji mungkin harus memalingkan muka dari
hadapan para peserta pada waktu menulis.
d. Sebagian orang merasa sulit bila harus menulis
diatas kerta pada flipchart.
e. Tidak bisa memperbaiki kesalahan dengan
mudah.
4. Cara menggunakan dengan baik
a. Jangan menuagkan terlalu banyak informasi pada
satu lembar kertas.
b. Batasi setiap lembar pada satu ide utama saja.
c. Buatlah tulisan diagram dengan tebal dan cukup
besar sehingga tetap dapat dilihat meski dari
belakang.
d. Buatlah tulisan/diagram secara berwarna-warni
untuk membuat hal-hal penting jadi tamapk lebih
jelas dan membuat diagram serta grafik lebih
bermakna.
e. Pertimbangkan pengaturan dan tatanannya,
gunakan simbol dan ilustrasi.
f. Pastikan tersedia kertas dalam jumlah cukup.

Bab 9 – Media Pelatihan


53
Pedoman Pelatihan PMI

g. Pastikan bahwa kuda-kuda atau tiang untuk


flipchart cukup kuat dan staabil.
h. Perlu disediakan spidol besar beberapa warna.
i. Sediakan isolasi dan paku payung.

Media pelatihan Audio adalah media pelatihan yang


B. Media pelatihan Audio dapat ditangkap oleh indra pendengaran sehingga bisa
didengar oleh peserta. Contoh media pelatihan Audio,
yaitu: Radio dan Tape Recorder.

B.1. Radio 1. Kelebihan


a. Siaran dapar menjangkau pendengar dalam
waktu singkat.
b. Radio terjangkau harganya, bersifat ekonomis
dan praktis (dibawa)
c. Realistis, aktual dan kritis
d. Mengatasi ruang dan waktu, adanya sistem
belajar jarak jauh
e. Radio dapat menyajikan laporan in the spot
2. Kekurangan
a. Tidak mampu menciptakan interaksi secara
spontan
b. Siaran mudah digangu oleh cuaca/ gelombang
lainnya
c. Sifat komunikasinya one way communication
d. Feed back dari pendengar tidak ada (tertunda)
e. Rendahnya kemampuan memindahkan pesan
yang sifatnya rumit, sebab daya tangkap
pendengaran manusia lebih rendah dibanding
daya penglihatanya.
3. Cara menggunakan dengan baik
a. Atur dan ujilah alat tersebut sebelum digunakan
b. Persiapkan listrik/ baterai yang diperlukan.
c. Persiapkan peserta dengan menjelaskan apa yang
akan diperdengarkan dan apa yang harus mereka
cerna
d. Hubungkan materi siaran dengan materi
pelatihan.

B.2. Tape Recorder 1. Kelebihan


a. Dapat membantu peserta pelatihan dalam
memahami materi (mereproduksi isi materi).
b. Pengoperasiannya mudah dan telah
memasyarakat
c. Harganya ekonomis, tergantung model dan
mereknya
d. Tugas pelatih lebih ringan, hanya sekali
memogram untuk selamanya

2. Kekurangan
a. Butuh waktu tersendiri untuk memrogram materi

Bab 9 – Media Pelatihan


54
Pedoman Pelatihan PMI

b. Memerlukan anggaran yang terencana


c. Diperlukan ketrampilan khusus dalam
menentukan program pelatihan

3. Cara menggunakan dengan baik


a. Pilihlah bahan rekaman yang sesuai dengan
tujuan
b. Mempersiapkan peserta didik untuk diatur sesuai
dengan tugas masing-masing
c. Memperhitungkan lamanya rekaman (waktu yang
dibutuhkan)
d. Menyediakan ruangan yang luas, tenang dan
situasi yang memungkinkan

C. Media pelatihan Audio Media pelatihan Audio Visual adalah media pelatihan
Visual yang dapat ditangkap oleh baik itu indra penglihat
maupun indra pendengaran sehingga bisa dilihat
sekaligus didengar oleh peserta. Contoh media pelatihan
Audio Visual, yaitu: Video, Film, dan LCD.

C.1. Video 1. Kelebihan


a. Dibutuhkan pelatihan yang minimum bagi Pelatih
untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan
video.
b. Mungkin membantu dalam teknik-teknik
pelatihan.
c. Peserta dapat melihat dirinya sendiri
sebagaimana yang dilihat oleh orang lain.
d. Membantu peserta untuk mengevaluasi diri.
e. Pelatih dapat membandingkan kemampuan awal
peserta dan kemampuan peserta pada akhir sesi.

2. Kekurangan
a. Membutuhkan televisi
b. Peralatannya sangat mahal
c. Peralatan tersebut tidak mudah dibawa kemana-
mana
d. Penggunaan video tergantung pada ada tidaknya
tenaga listrik
e. Peralatan mungkin rusak walau tenaga listrik ada

3. Cara menggunakan dengan baik


a. Atur dan ujilah alat tersebut sebelum digunakan
b. Tonton video sebelum diperlihatkan kepada para
peserta.
c. Persiapkan peserta dengan menjelaskan apa yang
akan dipertunjukkan dan apa yang harus mereka
amati
d. Hubungkan materi video dengan materi
pelatihan.
e. Video seharusnya tidak terlalu panjang masa
putarnya sebab peserta bisa menjadi bosan atau

Bab 9 – Media Pelatihan


55
Pedoman Pelatihan PMI

bahkan tertidur.
f. Buat rangkuman pada akhir pertunjukan video
dan tindaklanjuti dengan pemberian tugas.

C.2. Film 1. Kelebihan


a. Bila film tersebut berhubungan dengan topik yang
dibicarakan, maka peserta bisa memahaminya
secara lebih baik, dan dapat merasakan apa yang
dialami orang lain lewat film tersebut.
b. Film bisa menarik perhatian peserta dan
memotivasi mereka untuk belajar.
c. Film bisa merubah situasi kelas yang monoton.
d. Film bisa membuat peserta lebih mengingat ide
dan hal-hal pokok dalam waktu yang lebih lama
e. Film bisa menjadi titik awal suatu diskusi yang
lebih stimulatif.
2. Kekurangan
a. Film mungkin tidak mudah tersedia
b. Bila mutu film tersebut tidak baik, akan sulit bagi
peserta untuk mengikutinya
c. Mungkin bisa menimbulkan harapan-harapan
yang tidak realistik
d. Peralatan yang digunakan biasanya mahal dan
sulit dipelihara
e. Peralatan yang digunakan tidak mudah dijinjing
kemana-mana
f. Tergantung pada tersedianya tenaga listrik

3. Cara menggunakan dengan baik


a. Kaji ulang film tersebut sebelumnya untuk
memastikan relevansinya dengan topik
b. Beri keterangan singkat tentang film tersebut dan
soroti pokok-pokok yang penting.
c. Buat garis besar tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan pada waktu menonton film
d. Setelah pertunjukan film, akhiri dengan diskusi
dan rangkuman

C.3. LCD Media pelatihan yang menggabungkan kemampuan


(Liquid Crystal Display) digital dengan peralatan komputer. Dengan alat ini,
memudahkan penyaji untuk menyajikan data dalam
bentuk audio visual. Saat ini, LCD semakin praktis dan
efisien untuk digunakan karena kapasitas dan fasilitasnya
yang semakin beragam

1. Kelebihan
a. Bisa mempersiapkan materi sebelumnya sehinga
menghemat waktu sesi.
b. Bisa menampilkan bermacam-macam bentuk
data.
c. Tampilan materi bisa menarik perhatian peserta.
d. Peserta mudah mendapatkan copy materi baik

Bab 9 – Media Pelatihan


56
Pedoman Pelatihan PMI

dalam bentuk soft copy ataupun hardcopy.


e. Pelatih bisa menghadap kepeserta pada waktu
melakukan presentasi, ini memudahkan pelatih
mengendalikan kelas.
f. Bisa dipakai kapan saja asal peralatan
pendukungnya tersedia
g. Memungkinan peserta melihat gambar visual dan
audio dari gambar yang disajikan.
h. Dengan semakin berkembangnya terknologi,
LCDpun semakin canggih dan praktis untuk
dibawa kemana-mana
i. Tampilan materi jelas dilihat oleh peserta, bisa
disesuaikan dengan luas tempat pelatihan

2. Kekurangan
a. Memerlukan peralatan pendukung, seperti
komputer, layar projektor, listrik untuk
penggunaannya.
b. Memerlukan pelatihan khusus untuk
menggunakannya
c. Memerlukan perawatan khusus
d. Peralatan yang dipakai relatif mahal dan rentan
bagi orang yang tidak bisa menggunakannya
e. Memerlukan computer dengan spesifikasi yang
cocok dengan LCD-nya
3. Cara menggunakan dengan baik
b. Persiapkan peralatan pendukung dengna baik
sebelum sesi pelatihan dimulai.
c. Persiapkan materi sebelum pelatihan dimulai,
sesuaikan dengan konteks dan peserta pelatihan
d. Periksa tampilan LCD semaksimal mungkin agar
seluruh peserta bisa melihatnya dengan jelas
e. Jangan berdiri didepan projector, atur posisi
pembicara untuk meminimalisasi menutupi layar
dari penglihatan peserta.
f. Persiapkan copy handout materi ke peserta agar
memudahkan mereka mengikuti isi materi selama
pelatihan
g. Persiapkan data-data pendukung yang berkaitan
dengan pelatihan agar bisa diperlihatkan kepada
peserta

D. Lagu dan Puis Para peserta pelatihan dapat mendengarkan kata-kata


(syair) di dalam lagu atau puisi, serta melihat ekspresi
penyanyi atau orang yang bercerita atau merasakan
keterlibatan emosi mereka sendiri. Lagu/ puisi bisa
digunakan di berbagai tahapan dalam sesi pelatihan.
Keduanya telah terbukti banyak menciptakan daya tarik
dan karenanya berguna bagi orang dewasa yang ingin
belajar terutama dalam melatih anggota masyarakat.
Lagu dan puisi dapat digunakan untuk menekankan
suatu tema yang penting. Keduanya mendorong

Bab 9 – Media Pelatihan


57
Pedoman Pelatihan PMI

timbulnya suasana yang santai dan ramah,


meningkatkan penyampaian pesan bagi masyarakat dan
berguna dalam pelatihan bagi mereka yang tidak bisa
membaca atau menulis.

1. Kelebihan
a. Merupakan penyampaian pesan kepada
masyarakat
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat
c. Mudah dipelajari dan memperlancar proses
belajar
d. Bisa digunakan kapan saja
e. Bila peserta mengenal lagu/ puisinya, mereka
akan mengingat pesan-pesannya
f. Biasanya akan diterima secara budaya
2. Kekurangan
a. Pesan-pesannya mungkin tidak jelas
b. Pesan-pesannya bisa kabur, kalau pelatih tidak
menjelaskan penjelasan
c. Kata-kata yng digunakan dalam lagu mungkin
tidak bisa dipahami dengan mudah
d. Mungkin ada yang tersinggung oleh pesan-pesan
dalam lagu tersebut terutama bila tidak
mempunyai konteks kultural
3. Cara menggunakan dengan baik
a. Kaitkan pesan dalam lagu/ puisi dengan topik dan
konteks budaya
b. Hindari memberi terlalu banyak pesan dalam
lagu/ puisi
c. Kata -kata dalam lagu tersebut ditulis di papan
tulis atau kertas untuk memperlacar proses
belajar
d. Pastikan pengulangan lagu/ puisi untuk
meningkatkan daya ingat peserta terhadap pesan
tersebut
e. Lagu/ puisi tersebut harus menarik

"Ajak Peserta pelatihan untuk menyanyi atau beri


permainan yang menyenangkan"

Bab 9 – Media Pelatihan


58
Pedoman Pelatihan PMI

BAB X
SERTIFIKAT DAN ATRIBUT

A. UMUM Setiap yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan


pelatihan PMI maka akan mendapatkan bukti
keterlibatannya dalam bentuk :

1. Sertifikat, atau
2. Piagam Penghargaan

B. SERTIFIKAT 1. Sertifikat sebagai bukti atau surat kelulusan dari


sebuah proses pelatihan secara penuh sebagai
peserta.
2. Peserta yang telah mengikuti Pelatihan PMI akan
mendapat sertifikat yang ditandatangani oleh
Pengurus PMI sesuai tingkat organisasi.
1. Kegunaan Sertifikat :
a. Sebagai bukti bahwa peserta telah mengikuti dan
memenuhi standar pelatihan.
b. Merupakan jaminan kepada pihak lain bahwa
mereka menerima materi dari pelatih yang
memenuhi kualifikasi.
c. Merupakan faktor yang dapat memotivasi pemilik
sertifikat agar selalu mengembangkan
kemampuannya.
d. Menunjukkan kredibilitas dan profesionalisme
PMI.
3. Ketentuan mengeluarkan sertifikat Pelatihan
a. Menggunakan berbagai teknik penilaian untuk
memastikan peserta yang memenuhi syarat
kelulusan.
b. Panitia mengajukan kepada pengurus PMI sesuai
tingkatannya.
c. Sertifikat yang diberikan kepada peserta
pelatihan yang sifatnya teknis haruslah
mempunyai masa berlaku selama 3 tahun.
d. Sertifikat harus ditanda tangani oleh pengurus
dan pejabat terkait yang telah ditentukan.
e. Semua sertifikat yang diberikan kepada peserta
harus terdaftar (nomoring) di Markas PMI
setempat.
f. Pembaharuan sertifikat oleh pengurus setempat
harus ditentukan dan diketahui para pemegang
sertifikat.
g. Pengurus harus menarik lagi Sertifikat yang
diberikan apabila disalahgunakan, dalam hal ini
harus diketahui para pemegang sertifikat.

Bab 10 – Sertfikat dan Atribut


59
Pedoman Pelatihan PMI

4. Syarat Sertifikat Pelatihan


a. Sertifikat harus diperbaharui setelah masa
berlaku berakhir (3 tahun).
b. Untuk memperpanjang masa berlaku sertifikat
harus mengikuti penyegaran yang
diselenggarakan oleh PMI sesuai tingkatannya.
Dengan ketentuan tercatat aktif dalam kegiatan
kepalangmerahan selama 2 tahun terakhir
dibawah supervisi organisasi PMI.
c. Bila sertifikat hilang, maka perlu ada surat
keterangan kehilangan yang ditandatangi yang
bersangkutan dan diketahui oleh pengurus PMI
setempat, sebagai syarat untuk dikeluarkan
sertifikat pengganti dengan nomor yang sama.
d. Bila sertifikat rusak, maka harus diserahkan
kepada pengurus untuk dikeluarkan sertifikat
pengganti dengan nomor yang sama.
e. Bentuk sertifikat

“Bentuk Sertifikat akan diatur tersendiri oleh


Pengurus Pusat ( akan disampaikan
menyusul)”

1. Piagam Penghargaan sebagai bukti keterlibatan


C. PIAGAM PENGHARGAAN
secara aktif dari sebuah proses pelatihan secara
penuh sebagai pelaksana, Narasumber atau peserta
pelatihan non teknis.
2. Pelaksana, Narasumber atau peserta pelatihan non
teknis. yang telah mengikuti Pelatihan PMI akan
mendapat Piagam Penghargaan yang ditandatangani
oleh Pengurus PMI sesuai tingkat organisasi.
3. Kegunaan Piagam Penghargaan :
a. Sebagai bukti bahwa pelaksana, Narasumber
atau peserta pelatihan non teknis. telah
mengikuti dan memenuhi standar pelatihan.
b. Merupakan jaminan kepada pihak lain bahwa
mereka telah terlibat langsung dalam pelatihan
yang memenuhi kualifikasi.
c. Merupakan faktor yang dapat memotivasi pemilik
Piagam Penghargaan agar selalu
mengembangkan kemampuannya.
d. Menunjukkan kredibilitas dan profesionalisme
PMI.
4. Ketentuan mengeluarkan Piagam Penghargaan
Pelatihan
a. Menggunakan berbagai teknik penilaian untuk
memastikan pelaksana, Narasumber atau peserta
pelatihan non teknis yang memenuhi syarat.
b. Panitia mengajukan kepada pengurus PMI sesuai
tingkatannya.

Bab 10 – Sertfikat dan Atribut


60
Pedoman Pelatihan PMI

c. Piagam Penghargaan harus ditanda tangani oleh


pengurus dan pejabat terkait yang telah
ditentukan.
d. Semua Piagam Penghargaan yang diberikan
kepada peserta harus terdaftar (nomoring) di
Markas PMI setempat.
e. Pembaharuan Piagam Penghargaan oleh
pengurus setempat harus ditentukan dan
diketahui para pemegangnya.
f. Pengurus harus menarik lagi Piagam
Penghargaan yang diberikan apabila
disalahgunakan, dalam hal ini harus diketahui
para pemegangnya.
5. Syarat Piagam Penghargaan Pelatihan
a. Bila Piagam Penghargaan hilang, maka perlu ada
surat keterangan kehilangan yang ditandatangani
yang bersangkutan dan diketahui oleh pengurus
PMI setempat, sebagai syarat untuk dikeluarkan
Piagam Penghargaan pengganti dengan nomor
yang sama.
b. Bila Piagam Penghargaan rusak, maka harus
diserahkan kepada pengurus untuk dikeluarkan
Piagam Penghargaan pengganti dengan nomor
yang sama.
c. Bentuk Piagam Penghargaan.

“Bentuk Piagam Penghargaan akan diatur


tersendiri oleh Pengurus Pusat ( akan
disampaikan menyusul)”

D. ATRIBUT 1.Pakaian Dinas Harian ( PDH )


a. Pria : Baju Kemeja lengan pendek memakai lidah
dipundak dan saku dada kiri kanan dengan tutup,
dilengkapi dengan atribut
b. Celana Biru Dongker
c. Wanita : Memakai Blus. Sama dengan kemeja
Pria, Rok model biasa panjang hingga lutut berwarna
biru dongker.bagi wanita berbusana muslim lengan
bajunya panjang dan berjilbab warna putih.

2. Pin
Bentuk pin terdiri dari :
a. Untuk asisten pelatih: pin bulat warna dasar
hijau bertuliskan asisten pelatih.
b. Untuk Pelatih : Pin bulat warna dasar kuning
bertuliskan Pelatih
c. Warna Dasar coklat untuk pelatih Utama.

3. Lencana :
a. Dibuat dari plastik dengan warna dasar biru dongker,

Bab 10 – Sertfikat dan Atribut


61
Pedoman Pelatihan PMI

berbentuk bundar dengan ukuran garis tengah 4 cm.


b. Gambar logo PMI di tengah dengan tulisan Palang
Merah Indonesia dilingkar atas dan tuisan Pelatih di
lingkar bawah dan garis tepi melingkar di atas dan di
bawah tulisan warna putih.
c. Dipakai sewaktu menjalankan tugas sebagai Pelatih
PMI pada dada sebelah kiri / di atas saku baju pakaian
seragam Pelatih PMI.

4. Badge :
Dibuat dari kain dengan disablon atau dibordir, warna
dasar putih berbentuk bundar dengan lambang PMI di
gtengah dan bertuliskan Pelatih dan Palang Merah
Indonesia dan ukuran garis tengah 10 cm. Dipakai
sebagai tanda pengenal Pelatih PMI.

5. Tanda Lokasi
Tanda lokasi yaitu dimana Pelatih itu bernaung. Dibuat
dari kain berwarna dasar putih berbentuk lengkung,
dengan garis tepi hitam, misalnya Pelatih yang
bernaung di PMI Cabang Kab. Bandung, ditulis Kab.
Bandung, Pelatih yang bernaung di PMI Daerah Jawa
Timur, ditulis Jawa Timur, sedangkan Pelatih yang
bernaung di bawah Markas Besar PMI, ditulis Markas
Besar PMI. Ini juga dipakai sebagai tanda pengenal PMI
tempat bernaungnya Pelatih PMI yang bersangkutan.

6. Nama Dada :
Dibuat dari plastik berwarna hitam berbentu persegi
panjang dengan tulisan nama, berukuran 8 x 2 cm.

7. Topi / pet :
a. Dibuat dari kain katun berwarna biru dongker.
Dipakai sebagai tanda pengenal Pelatih PMI dan juga
sebagai tutup kepala apabila berada di luar ruangan atau
di lapangan ketika bertindak sebagai Pelatih PMI.

Bab 10 – Sertfikat dan Atribut


62
Pedoman Pelatihan PMI

BAB XI
MONITORING, EVALUASI DAN SUPERVISI

A. Umum Setiap Program pelatihan harus dilengkapi dengan


evaluasi monitoring dan supervisi, guna memperoleh
masukan bagi pengembangan program berikutnya
maupun untuk mengetahui seberapa jauh yang telah
dapat diserap oleh peserta pelatihan. Khusus untuk
penyelenggara pelatihan, dilakukan evaluasi terhadap
laporan penyelenggaraan pelatihan.

Pelaksanaan evaluasi harus dilaksanakan


secara utuh dan maksimal. Untuk itu
tahapan evaluasi pelatihan harus
direncanakan dengan baik.

B. Manfaat evaluasi, a. Membantu menentukan kemampuan alumni


monitoring dan supervisi : pelatihan sehubungan dengan standar yang telah
ditentukan sebelumnya.
b. Membantu Pelatih dan alumni pelatihan mengetahui
apakah tujuan telah tercapai.
c. Memastikan bahwa alumni pelatihan akan mampu
melaksanakan tugas/praktek karena telah memenuhi
standar yang diperlukan.
d. Mendorong alumni pelatihan untuk bekerja lebih
keras.
e. Memberikan umpan balik kepada alumni pelatihan
mengenai apa yang diperlukan untuk ditingkatkan
atau dimodifikasi.

f. Mampu mengarahkan pelaksanaan tindak lanjut


sesuai dengan tujuan semestinya

g. Melakukan identifikasi terhadap masalah yang


dihadapi oleh alumni pelatihan di lapangan

h. Melakukan pendampingan terhadap alumni pelatihan


dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilannya

Alumni pelatihan harus dilibatkan dan menyepakati


metode evaluasi, monitoring dan supervisi yang
digunakan. Dengan demikian, mereka bia menghargai
kegiatan tersebut dan melakukan tindakan korektif bila
ada hal-hal yang tidak beres. Mereka tidak akan merasa
bahwa mereka telah diperlakukan secara tidak adil.
Alumni pelatihan harus sepenuhnya memahami tujuan
evaluasi, monitoring dan supervisi tersebut.

Bab 11 – Monitoring, Evaluasi dan Supervisi


63
Pedoman Pelatihan PMI

Evaluasi pasca pelatihan (post training evaluation)


yang juga merupakan evaluasi kinerja (performance
evalution) berguna untuk mengukur kinerja peserta
latih sesudah pelatihan. Informasi dari evaluasi ini
juga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
perbaikan mutu penyelenggaraan pelatihan
berikutnya.

Untuk mengetahui efektifitas dan keberhasilan


pelatihan adalah dengan mengetahui tindak lanjut
setelah pelatihan diselenggarakan. Cara yang mudah
adalah dengan memantau sejauh mana peserta
menindaklanjut RTL (Rencana tindak lanjut) yang
sudah dibuat saat pelatihan. Hal ini dapat dilakukan
dengan :

1. Supervisi ke masing-masing peserta dengan


sistem acak (random).
2. Monitoring dengan meminta setiap peserta
menyampaikan laporan tertulis atas kegiatan
yang dilaksanakan pasca pelatihan sesuai dengan
RTL yang dibuatnya.

3. Evaluasi pasca pelatihan yang dilaksanakan


minimal 3 bulan setelah pelatihan

Bab 11 – Monitoring, Evaluasi dan Supervisi


64
Pedoman Pelatihan PMI

BAB XII
PENUTUP

Pedoman ini menggambarkan secara garis Besar, bagaimana sebaiknya melaksanakan


pelatihan. Disadari sepenuhnya bahwa, dalam penyelenggaraan pelatihan dilingkungan
PMI mulai dari Tahap perencanaan sampai dengan Evaluasi memerlukan berbagai
kompoen yang saling menunjang dan saling terkait

Oleh karenanya diharapkan segenap Pengurus, Staff, Pembina, Pelatih dan Relawan
dapat memperoleh manfaat sebesar mungkin dari buku Pedoman ini

Semoga Tuhan YME selalu melimpahkan PetunjukNya.

Bab 11 – Penutup
65
Pedoman Pelatihan PMI

LAMPIRAN 1

MONEV. SEBELUM PELATIHAN

A. Monev. Persiapan Awal.

1. Menetapkan komite dan menyusun kerangka acuan (term of refference = TOR)

2. Memilih dan menetapkan lokasi (kota) dan tempat pelatihan dengan


mempertimbangkan:

a. Kemudahan transportasi bagi panitia, peserta dan fasilitator

b. Mempunyai asrama yang dapat menampung seluruh peserta, panitia dan


fasilitator (1 kamar untuk maksimal 3 orang).
c. Mempunyai ruangan belajar yang terdiri dari 1 ruangan untuk pleno dan 4-5
ruangan kecil untuk diskusi.
d. Mempunyai meja, kursi, flipchart, white-board, OHP, sound-system dan bahan
pendukung lainnya.
e. Pelayanan konsumsinya memadai

f. Mempunyai sarana komunikasi

3. Menetapkan waktu pelaksanaan

4. Menyusun jadwal pelatihan

5. Menetapkan peserta

6. Menetapkan fasilitator pelatihan.

7. Membuat dan mengirim surat undangan untuk mengikuti pelatihan, yang berisi,
antara lain:

a) Penjelasan singkat tentang tujuan pelatihan.

b) Peserta yang diundang untuk mengikuti pelatihan

c) Waktu dan tempat pelatihan

d) Peserta diwajibkan mengikuti seluruh proses pelatihan (sudah harus hadir


paling lambat 2 jam sebelum acara pembukaan).

e) Uraian tentang biaya transport yang akan ditanggung oleh panitia.

f) Hal-hal yang perlu dibawa peserta, antara lain Surat Tugas, Pas- foto dan
lain-lainnya yang dianggap perlu.

g) Jadwal pelatihan.

Lampiran 1 - Monev Sebelum Pelatihan


66
Pedoman Pelatihan PMI

8. Menghitung kebutuhan materi pelatihan (buku saku dan modul pelatihan) dan
sertifikat pelatihan

Kegiatan nomor 9 dan 11 sebaiknya sudah diselesaikan paling lambat 2 minggu


sebelum pelatihan.

9. Mengadakan pertemuan dengan para fasilitator untuk mendiskusikan penggunaan


buku pedoman fasilitator, modul dan buku saku.

10. Menjelaskan kepada para fasilitator bahwa mereka harus menyediakan waktu
untuk menfasilitasi seluruh proses pelatihan.

11. Meminta kesediaan pejabat terkait (dari persyarikatan atau dinas kesehatan
setempat) untuk memberikan pengarahan dan membuka/menutup pelatihan.

Kegiatan nomor 12 sampai dengan 15 harus sudah diselesaikan paling lambat 1


minggu sebelum pelatihan.

12. Mengecek kesediaan pejabat terkait untuk memberikan pengarahan dan


membuka/menutup pelatihan.

13. Memastikan bahwa materi pelatihan dan Sertifikat Pelatihan sudah tersedia dalam
jumlah yang cukup sesuai jumlah peserta latih

14. Mengecek untuk memastikan kedatangan peserta sesuai undangan pelatihan

15. Pengadaan bahan-bahan pendukung pelatihan

a) formulir biodata peserta dan fasilitator

b) jadwal pelatihan

c) pre test dan post test

d) formulir kemajuan peserta

e) kuesioner evaluasi harian

f) kuesioner evaluasi penyelenggaraan pelatihan

g) kelengkapan peserta (papan nama, alat tulis, dll)

h) Alat / bahan praktek lab (kaca sediaan, reagensia, dahak, dll)

Lampiran 1 - Monev Sebelum Pelatihan


67
Pedoman Pelatihan PMI

B. Monev. Persiapan Menjelang Pelatihan

Satu hari sebelum pelatihan, panitia harus sudah berada dilokasi pelatihan untuk
melakukan pengecekan terhadap hal-hal berikut:

16. Materi pelatihan dan kelengkapan peserta (papan nama, alat-tulis dll)
17. sudah disiapkan untuk tiap peserta

18. Kamar untuk peserta, panitia dan fasilitator sudah siap untuk digunakan

19. Ruangan belajar dan sekretariat sudah siap untuk digunakan, seperti:

a) satu ruangan yang cukup luas untuk menampung semua peserta, fasilitator,
panitia dan para undangan
b) lima ruangan yang lebih kecil untuk diskusi kelompok dan dalam setiap
ruangan harus tersedia:
- meja dan kursi untuk peserta dan fasilitator

- flipchart, dan white board

- pencahayaan dan ventilasi yang memadai

- bebas dari kebisingan.

c) Ruangan untuk sekretariat panitia.

20. Persiapan konsumsi untuk peserta dan panitia yang sudah tiba ditempat pelatihan

21. Persiapan untuk acara pembukaan

a) Kesiapan pejabat terkait (dari persyarikatan atau dinas kesehatan setempat)


untuk memberikan pengarahan dan membuka/menutup pelatihan.
b) Susunan acara pembukaan.
c) Kesiapan pembawa acara
d) Kesiapan ruangan, seperti sound-system, spanduk dll.

Lampiran 1 - Monev Sebelum Pelatihan


68
Pedoman Pelatihan PMI

LAMPIRAN 2

MONEV. SAAT PELATIHAN

A. Pre Test dan Pos Test

Pre test dan pos test adalah media evaluasi untuk mengukur keberhasilan
pelatihan, maka materi evaluasinya adalah mencakup seluruh materi yang
akan atau sudah diberikan kepada peserta dengan soal yang sama antara pre
test dan post test. Bentuk soal pre dan post test adalah pilihan ganda. Soal-
soal untuk post test sama dengan pre test.

1. Pre Test

Pre test dilaksanakan pada awal pelatihan.


Hasil analisa pre test berguna untuk memberikan informasi tentang tingkat
pengetahuan peserta latih sebelum pelatihan, supaya fasilitator dapat:
- menentukan peserta mana yang harus lebih diberi perhatian.
- menentukan prioritas pembahasan materi pembelajaran terutama pada
pelatihan penyegaran karena waktu yang tersedia hanya singkat.

2. Post test

Post test dilaksanakan pada akhir pelatihan.


Hasil analisa post test berguna untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan
pembelajaran. Informasi dari hasil kegiatan post test ini dapat digunakan untuk:
- memperbaiki mutu penyelengaraan pelatihan angkatan berikutnya
- umpan balik kepada atasan langsung masing-masing peserta latih untuk
kepentingan bimbingan selanjutnya.

B. Evaluasi Sessi

1. Evaluasi Sessi Pelatihan

Setiap sessi peserta latih diminta untuk mengisi lembar evaluasi sessi anonym
(tanpa identitas). Kuesioner ini harus segera dikompilasi untuk memperbaiki sessi
berikutnya dan menjadi bahan evaluasi (untuk dianalisa) pada evaluasi harian
fasilitator.

Contoh lembar evaluasi sessi :

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


69
Pedoman Pelatihan PMI

EVALUASI SESSI
PELATIHAN ……………………………………..

Berilah tanda rumput (√) atau beri informasi yang diminta bila diperlukan :

1. Apakah anda merasa bahwa sessi ini bermanfaat ?


Ya …………………………………
Tidak …………………………………

2. Bagian mana dari sessi ini yang menurut anda paling menarik ?
……………………..……………………………………………………….
………………………………………………………………………………

3. Bagian mana dari sessi ini yang menurut anda paling sulit ?
………………………………………………………………………………

4. Apa yang anda usulkan agar dilakukan sehubungan dengan kesulitan


tersebut ?
………………………………………………………………………………

5. Apa yang menurut anda seharusnya dilaksanakan dengan cara lain untuk
memperlancar proses belajar ?
………………………………………………………………………………

C. Evaluasi Harian

1. Evaluasi Harian Pelatihan

Setiap hari setelah pembahasan materi, peserta latih diminta untuk mengisi
kuesioner harian. Kuesioner ini harus segera di kompilasi (oleh anggota Panitia)
dan merupakan bahan diskusi (untuk di analisa) pada pertemuan harian
fasilitator.

Contoh Evaluasi Harian Pelatihan:

EVALUASI HARIAN PELATIHAN

Hari / Tanggal: ………………………………

1. Bagaimana pendapat anda terhadap proses pembelajaran yang digunakan pada


hari ini?
……………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Saran anda untuk perbaikan:
……………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
2. Apa yang masih belum anda mengerti dari bahan pembelajaran hari ini?
……………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
3. Berilah tanda rumput ( ) pada kotak yang sesuai!

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


70
Pedoman Pelatihan PMI

Yang dinilai Sangat Baik Cukup Kurang Sangat


baik kurang
1. Ruang Belajar
2. Fasilitas Asrama
3. Kualitas Makanan
4. Pelayanan Panitia
5. Bimbingan Fasilitator

Bila ada, sampaikan saran anda untuk perbaikan:


……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………

2. Evaluasi Harian Lokakarya

Lokakarya merupakan pelatihan yang mempunyai tujuan yang berbeda dari


pelatihan biasa, maka alat evaluasinyapun dibuat tersendiri.

Contoh :

EVALUASI SESSI LOKAKARYA

Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda dengan ketentuan
sebegai berikut :

SANGAT TIDAK SETUJU : 1


TIDAK SETUJU : 2
SETUJU : 3
SANGAT SETUJU : 4

A. Tujuan Sessi ini

2. Saya diberi informasi yang cukup tentang tujuan pelatihan sebelum


pelatihan dimulai :
1 2 3 4

3. Pelatihan berhasil meningkatkan pertukaran informasi dan berbagi ide :


1 2 3 4

4. Pelatihan mencakup topic-topik yang saya butuhkan :


1 2 3 4

B. Menyusun Rencana Sessi Pelatihan

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


71
Pedoman Pelatihan PMI

Saya merasa bahwa program tersebut, disusun dengan mempertimbangkan


apa yang menurut peserta pelatihan penting untuk dipelajari :
1 2 3 4

C. Metoda Pelatihan

Saya merasa bahwa metoda pelatihan pada lokakarya ini :

1. Ceramah 1 2 3 4
2. Diskusi 1 2 3 4
3. Peragaan 1 2 3 4
4. Curah Pendapat 1 2 3 4
5. Bermain peran / Simulasi 1 2 3 4
6. Tanya jawab 1 2 3 4
7. Berceritera 1 2 3 4
8. Kunjungan lapangan 1 2 3 4
9. Penggunaan materi rujukan 1 2 3 4
10. Media pelatihan 1 2 3 4
11. Bahasa yang digunakan 1 2 3 4

Tuliskan komentar anda :


……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
D. Suasana Pelatihan

1. Suasana sessi ini membantu saya belajar dengan serius:


1 2 3 4

2. Sessi ini memupuk tim kerja dan kerjasama antar peserta pelatihan:
1 2 3 4

E. Pelatih

1. Pelatih mempunyai pengetahuan yang memadai :


1 2 3 4

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


72
Pedoman Pelatihan PMI

2. Pelatih berkomunikasi dengan baik :


1 2 3 4

3. Pelatih bersifat terbuka, jujur dan adil kepada semua :


1 2 3 4

Tuliskan komentar anda :


…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..

F. Manfaat

Topik-topik yang tersusun dibawah ini cukup bermanfaat :


a. …………………………………………… 1 2 3 4
b. …………………………………………… 1 2 3 4
c. …………………………………………… 1 2 3 4
d. …………………………………………… 1 2 3 4
e. dan seterusnya
G. Manajemen Waktu

1. Waktu yang disediakan untuk menjelaskan tujuan lokakarya sudah cukup :


1 2 3 4

2. Waktu yang disediakan untuk umpan balik sudah cukup :


1 2 3 4

3. Waktu yang disediakan untuk materi sudah cukup :


1 2 3 4

4. Waktu yang disediakan setiap sessi sudah cukup :


1 2 3 4

5. Waktu yang disediakan untuk praktek sudah cukup :


1 2 3 4

6. Waktu yang disediakan untuk kunjungan lapangan sudah cukup :


1 2 3 4

7. dan seterusnya
H. Gairah Sessi

1. Sessi hari ini yang kurang menarik menurut pendapat saya adalah :

……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..

2. Sessi hari ini yang sangat menarik adalah :

……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


73
Pedoman Pelatihan PMI

D. Pengamatan Kemajuan Peserta

Ini dilaksanakan pada saat peserta-latih menyelesaikan soal-soal latihan modul, evaluasi akhir modul dan praktek
studi kasus.
Maksud dari pengamatan ini, yaitu:
- untuk mendorong peserta-latih menyelesaikan semua latihan dalam modul
- untuk mendorong fasilitator memeriksa semua pekerjaan peserta-latih
- untuk mengidentifikasi peserta-latih yang masih perlu mendapat perhatian.
Pengamatan dilakukan oleh fasilitator dengan menggunakan Formulir Kemajuan Peserta seperti yang terdapat pada
lampiran. Cara penggunaan formulir tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam Buku Pedoman Fasilitator.
FORMULIR KEMAJUAN PESERTA
Nama Fasilitator: ………………………………. Hari/Tanggal: ………………………………

Berilah tanda rumput ( ) pada kotak yang sesuai bila peserta telah menyelesaikan latihan dengan benar, table disesuaikan
dengan modul pelatihan.

Nama Modul – 1 Modul - 2 Modul – 3


peserta Lat Lat Lat Lat Prak Lat Lat Lat Lat Lat Lat Lat Lat Lat Lat Lat Lat Prak Prak Prak Lat-
-1 -2 -3 Akhir tek -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 Akhir -1 -2 -3 tek-1 tek-2 tek-3 Akhir

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


74
Pedoman Pelatihan PMI

E. Pertemuan Monitoring Harian

Master of Training (MOT) perlu melakukan pertemuan dengan fasilitator setiap


hari selesai pembahasan materi. Pertemuan ini penting untuk mengetahui:
- apakah kegiatan pelatihan sudah berjalan baik (sesuai dengan rencana),
- apakah ada masalah yang berhubungan dengan proses penyelenggaraan
maupun dari materi pelatihan.
Sebagai bahan masukan dapat digunakan hasil evaluasi awal (pre test), analisa
kuesioner harian, hasil pengamatan fasilitator terhadap kemajuan peserta dan
hasil pengamatan MOT pada proses pembelajaran.
Bila ada masalah, perlu didiskusikan pemecahannya. Bila pemecahan masalah
tersebut perlu disampaikan kepada semua peserta, maka harus disampaikan
pada pertemuan pleno pagi hari berikutnya.

Untuk memudahkan identifikasi masalah tersebut diatas, berikut ini beberapa


contoh pertanyaan yang dapat didiskusikan pada pertemuan harian:
- Apakah fasilitator memeriksa hasil kerja seluruh peserta latih?
- Apakah peserta aktif mengajukan pertanyaan?
- Apakah semua peserta sudah mampu mengerjakan latihan-latihan soal?
- Apakah waktu yang tersedia cukup untuk membahas pertanyaan-
pertanyaan peserta latih.
- Apakah ada keluhan dan saran perbaikan baik dari peserta maupun dari
fasiltator terhadap penyelenggaraan pelatihan.

F. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Pada akhir pelatihan, peserta latih diminta untuk mengisi kuesioner Evaluasi
Penyelenggaraan Pelatihan.Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan berguna
sebagai masukan untuk memperbaiki mutu penyelenggaraan pelatihan
angkatan berikutnya.

Contoh kuesioner Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan :

EVALUASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN


“SOSIALISASI PENANGGULANGAN TB”

A. Berilah tanda rumput (  ) pada kotak yang paling mendekati dengan pendapat
anda terhadap pernyataan-pernyataan dibawah ini:
dengan
Setelah menyelesaikan pelatihan ini, dengan
sangat cukup kurang
Saya mampu: baik
baik
1. menjelaskan garis besar konsep Islam
tentang kesehatan.
2. menjelaskan peran PMI dalam
penanggulangan TBC dengan strategi
DOTS
3. menjelaskan peran dan tugas Relawan PMI
dalam penanggulangan TBC dengan
strategi DOTS.

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


74
Pedoman Pelatihan PMI

4. menjelaskan masalah TBC di dunia dan di


Indonesia
5. menjelaskan program Penanggulangan TBC
6. menjelaskan kuman TBC dan cara
penularannya
7. menjelaskan akibat yang terjadi bila
penderita tidak diobati
8. menjelaskan cara pencegahan TBC
9. menjelaskan cara penemuan penderita TBC
10. menjelaskan pengobatan penderita TBC
11. menjelaskan pemantauan penderita TBC
12. menjelaskan pengawasan menelan obat
TBC
13. Menjelaskan pengertian komunikasi efektif
14. menerapkan teknik teknik komunikasi
efektif
15. melakukan konseling penderita TBC
16. menjadi penyuluh
17. menjadi PMO

B. Lingkarilah angka yang paling sesuai dengan penilaian anda, dan berikan komentar:

1. Seberapa tepat metode yang digunakan dalam pelatihan ini?

1 2 3 4 5
sama sekali tepat sekali
tidak tepat
Komentar anda:
…………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

2. Seberapa puas anda dengan materi yang digunakan dalam pelatihan ini?

1 2 3 4 5
sama sekali puas sekali
tidak puas
Komentar anda:
…………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

3. Seberapa puas anda dengan fasilitator?

1 2 3 4 5
sama sekali puas sekali
tidak puas

Komentar anda:
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

4. Seberapa puas anda dengan ruang kelas / ruang diskusi dan akomodasi?

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


75
Pedoman Pelatihan PMI

1 2 3 4 5
sama sekali puas sekali
tidak puas

Komentar anda:
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………

5. Faktor-faktor apa dalam lingkungan kerja anda yang mungkin dapat


menghambat hal-hal yang telah dipelajari dalam pelatihan ini.
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………

C. Berilah tanda rumput (  ) pada kotak yang paling mendekati dengan pendapat
anda sehubungan dengan materi yang dipelajari dan tugas anda:
sangat Sebagian tidak
Modul berguna
berguna berguna berguna
Modul 1: PMI dan Penanggulangan
TBC
Modul 2: Tuberkulosis dan
Penanggulangannya
Modul 3: Komunikasi Efektif

D. Berilah tanda rumput (  ) pada kotak yang sesuai:


Waktu yang tersedia

Jenis kegiatan terlalu terlalu


cukup
singkat banyak
1. Membagi pengetahuan dan pengalaman sesama
peserta latih dalam diskusi kelompok
2. Diskusi perorangan dengan fasilitator tentang tugas
mengerjakan latihan-latihan dalam modul
3. Interaksi dengan fasilitator atau peserta lain diluar
jadwal pelajaran (diluar kelas)
4. Pelatihan ini secara keseluruhan

E. Apakah anda mempunyai komentar lain atau saran untuk memperbaiki pelatihan
ini? Sebutkan!
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………

Lampiran 2 – Monev Saat Pelatihan


76
Pedoman Pelatihan PMI

LAMPIRAN 3

Pertanyaan untuk Analisis Kebutuhan

Dalam melaksanakan analisis kebutuhan, tujuannya adalah menentukan sifat masalah


yang sebenarnya, sebab-sebabnya dan apa yang dilakukan untuk mengatasi maslah
itu. Untuk itu, serangkaian pertanyaan yang harus anda jawab, adalah :

Apakah anda telah menentukan……..

Ya Tidak
1. Apakah latar belakangnya?
a. Siapa yang mengajukan permintaan?
b. Apa yang mendorong permintaan itu?
c. Kelompok/ bagian apa yang terpengaruh
d. Siapa yang membutuhkan pelatihan?(jika dipertimbangkan)
2. Kinerja apa yang mengalami kesenjangan?
a. Apakah detailnya
b. Apakah input kinerja itu?
c. Apakah output kinerja (standard)?
d. Apakah pekerjaan yang nyata?
e. Apakah deskripsi biaya atau akibatnya?
f. Seberapa pentingya itu?
3. Apakah system penghargaan diikutsertakan?
a. Apakah anggota/ pegawai/ volunteer mendapat penghargaan
secara teratur?
b. Bagaimana mereka menerimanya?
c. Apakah mereka tahu apa yang harus dikerjakan dan kapan
mengerjakan?
d. Apakah penghargaan itu berkaitan dengan tugas/ fungsi?
e. Apakah penghargaan tersebut disampaikan tepat waktu?
4. Apakah termasuk faktor motivasi/ insentif?
a. Apakah melaksanakan kerja dengan efektif mengarah kepada
hasil/ outcome yang memuaskan bagi pegawai/ anggota/
volunteer?
b. Apakah ada outcome yang tidak memuaskan bagi pekerjaan
yang jelek?
c. Apakah ada tekanan dalam melaksanakan tugas?
d. Apakah standard pelaksanaan konflik, tidak jelas atau tidak
ada?
e. Apakah kebanggaan diri berkaitan dengan pelaksanaan tugas?
5. Apakah faktor desain pekerjaan organisasi dimasukkan?
a. Apakah persaingan tanggung-jawab mencegah/ menghambat
kinerja yang baik?
b. Apakah terjadi kekurangan prosedur/ metode yang cocok?
c. Apakah ada ketidaksepakatan tentang metoda/ prosedur yang
cocok?
d. Dapatkah pekerjaan diubah untuk meningkatkan kinerja?
e. Apakah ada struktur pelaporan organisasi, rantai komando dan
arus pekerjaan yang jelas?
6. Apakah faktor lingkungan termasuk di dalamnya?

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


77
Pedoman Pelatihan PMI

a. Apakah banyak waktu terbuang?


b. Apakah para pegawai/ anggota/ pengurus menunggu untuk
output yang dihasilkan orang lain?
c. Apakah banyak gangguan ketika bekerja?
d. Apakah lingkungan merupakan tempat yang ramai/ kacau?
e. Apakah perabot, alat-alat, perlengkapan dan pasokan diatur
dengan baik dan aman?
f. Apakah alat-alat dan perlengkapan sesuai?
g. Apakah tersedia tempat kerja yang nyaman?
7. Apakah termasuk kurangnya kemampuan dan pengetahuan?
a. Apakah pegawai/ anggota/ pengurus mengetahui bagaimana
dan kapan mereka mulai bekerja?
b. Apakah mereka mampu bekerja?
c. Apakah pada masa lalu mereka mampu melaksanakan
pekerjaannya?
d. Apakah mereka lupa bagaimana mengerjakan pekerjaannya?
e. Apakah mereka membutuhkan ketrampilan yang harus dimiliki
melalui pelatihan?
f. Apakah kecepatan bekerja begitu kritis sehingga merintangi
penggunaan alat Bantu?
g. Pekerjaan/ tugas/ fungsi apa yang paling berpengaruh?
8. Siapakah peserta?
a. Dapatkah anda mengidentifikasikan pekerjaan atau nama (title
pekerjaan yang berpengaruh?
b. Dapatkah anda mengidentifikasi jumlah orang pada setiap
pekerjaan?
c. Dapatkah anda mengadakan penilaian terhadap latar belakang
pengalaman setiap segmen dalam pelatihan, pendidikan dan
pekerjaan?
d. Dapatkah anda menggambarkan perasaan peserta terhadap
kesenjangan, topic dan isu?
e. Dapatkah anda menggambarkan sikap peserta terhadap diklat?

E. Meneliti Kesenjangan

Tahap pertama suatu analisis kebutuhan ditujukan/ diutamakan untuk menentukan


secara tepat, apakah kesenjangan itu? Anda harus yakin melaksanakan investigasi
terhadap kedua hal ini:
a. Objek sumber data
b. Subjek sumber data

a. Objek Sumber Data, meliputi:


1. Output pekerjaan yang nyata
2. Bukti-bukti pekerjaan/ aktivitas
3. Stakeholder atau surat-surat dari elemen terkait yang berkaitan dengan
keluhan
4. Catatan tentang pegawai/ pengurus/ anggota baru?
5. Catatan kehadiran (untuk pegawai/ staff)
6. Catatan keselamatan kerja
7. Catatan kuantitatif lainnya tentang pelaksanaan kerja
8. Catatan deskriptif lainnya tentang pelaksanaan kerja

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


78
Pedoman Pelatihan PMI

b. Subjek Sumber Data, meliputi:


1. Pimpinan organisasi
2. Atasan pegawai
3. Orang yang mengusulkan pelatihan
4. Pemakai/ output pelatihan
5. Pelatih
6. Divisi terkait pelatihan/ penentu metode kerja
7. Penilai hasil kerja
8. Fasilitator pelatihan

Meneliti sebab kesenjangan

Anda juga harus menentukan sebab-sebab utama adanya kesenjangan pelaksanaan


kerja di lingkungan organisasi, untuk menentukan apakah pelatihan adalah solusi yang
perlu direkomendasikan.

Sumber Utama Informasi

Permasalahan/ Kondisi Sumber Utama Informasi


Masalah pelaksanaan kerja saat sekarang Pemakai atau evaluator aktivitas
Prosedur atau metoda baru/ perubahan Dokumen metoda dan prosedur (baru
berubah, yang ada sekarang) ahli
pelatihan pelaksana local
Sistem baru, peralatan baru pada awal Tenaga ahli terkait
operasi
Teknologi baru Dokumen teknologi yang diusulkan
Pelatihan awal untuk pekerjaan sekarang Ahli pelatihan, pelaksana tugas, evaluator
atau pekerjaan yang diubah sampai populasi perubahan
Sistem baru yang belum dicoba Ahli/ pelatih

Investigasi Peserta
Sumber-sumber untuk memeriksa calon peserta pelatihan, yaitu:
1. Catatan umum organisasi
2. Catatan umum kepegawaian
3. Pelatih sebelumnya
4. Atasan dalam organisasi
5. Riwayat pekerjaan
6. Peserta itu sendiri, dll

F. Teknik pengumpulan data

Teknik yang biasa dipakai untuk mengumpulkan data, antara lain:


1. Interview pribadi
2. Survey melalui telepon
3. Survey melalui media cetak
4. Review dokumen
5. Review secara langsung output kerja

Contoh tahapan pengumpulan data.


Tahap I : Anda menemui pihak yang membutuhkan pelatihan. Tujuannya untuk
mengetahui tentang permasalahan yang dihadapi dan ingin mengetahui
mengapa pelatihan diperlukan

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


79
Pedoman Pelatihan PMI

Tahap II : Interview beberapa anggota organisasi tersebut, untuk memperoleh


informasi masalah. Bisa dari berbagai unsure/ bagian yang mewakili
kepentingan organisasi tersebut
Tahap III: Teliti pula pihak-pihak lain yang ada kaitannya dengan bagian yang
membutuhkan pelatihan tersebut
Tahap IV: Adakan survey terhadap pihak lain yang berkaitan

G. Laporan Analisis Kebutuhan

Pada akhir analisis, ada diwajibkan menyusun laporan yang berkaitan dengan apa yang
anda peroleh berupa temuan dan rekomendasi anda. Dalam laporan, akan dijelaskan
apakah diperlukan pelatihan atau tidak, sebagai pemecahan yang lebih baik. Laporan
hasil analisis dapat dijadikan sebagai sumber dokumen yang berharga untuk
pengembangan kegiatan selanjutnya.

Format laporan hasil analisis kebutuhan pelatihan

a. Pendahuluan
1. Pernyataan Masalah
2. Latar belakang
3. Pengujian awal
4. Prosedur untuk analisis kebutuhan

b. Temuan
1. Identifikasi permasalahan
2. Sebab-sebab permasalahan
3. Hasil/ akibat permasalahan

c. Alternatif pemecahan
1. Penjelasan tentang pemecahan
 No action
 Pelatihan
 Tindakan tapi bukan termasuk pelatihan
2. Perbandingan pemecahan
3. Masalah yang terkait dengan pemecahan tersebut

d. Rekomendasi Pemecahan
1. Deskripsi pemecahan secara mendetail
2. Ratio untuk pemilihan pemecahan
3. Populasi yang dipengaruhi oleh hasil keputusan

e. Lingkup proyek dan Jadwal


1. Deskripsi lingkup proyek
2. Deskripsi hambatan yang dihadapi oleh proyek
3. Sumberdaya yang diperlukan (tenaga/ dana/ sarana)
4. Jadwal yang diperkirakan

f. Lampiran-lampiran
1. Biaya pelaksanaan analisis kebutuhan
2. Alat-alat pengumpulan data
3. Data mentah

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


80
Pedoman Pelatihan PMI

PETUNJUK TEKNIS

TENTANG
PENYELENGGARAAN DIKLAT
SDM
PALANG MERAH INDONESIA

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


81
Pedoman Pelatihan PMI

PETUNJUK TEKNIS
TENTANG
PENYELENGGARAAN DIKLAT SDM PALANG MERAH INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan kapasitas SDM1 PMI dilaksanakan salah satunya melalui pendidikan
dan pelatihan (diklat), yang dirancang sesuai dengan kebutuhan orgasisasi,
sehingga SDM PMI dapat melaksanakan fungsi manajemen dan pengembangan
organisasi, serta pelayanan teknis kepalangmerahan.

Karakteristik penugasan yang berbeda namun


saling berkaitan antara Pengurus, Pegawai,
dan Relawan PMI tentunya memerlukan
manajemen penyelenggaraan diklat yang
dapat memenuhi kompetensi. Untuk itu diklat
diselenggarakan dengan tahapan analisa
kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi yang tertuang
dalam petunjuk teknis ini.

B. Tujuan
Memberikan acuan bagi PMI Pusat dan Daerah2 dalam hal penyelenggaraan diklat
SDM PMI yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

BAB II
PENYELENGGARAAN DIKLAT SDM PMI

A. Diklat SDM PMI dilaksanakan disetiap tingkatan PMI sesuai dengan jenis dan
jenjang diklat.
B. Unit Diklat disetiap tingkatan mengkoordinir penyelenggaraan diklat SDM PMI,
bekerja sama dengan Unit Kerja terkait.
C. Dalam pelaksanaan tugasnya, Unit Diklat dapat melibatkan SDM PMI di setiap
tingkatan, maupun pihak eksternal sesuai dengan ketentuan organisasi.
D. Dalam pelaksanaan tugasnya, Unit Diklat bertanggung jawab kepada Pengurus
PMI melalui Kepala Markas/Direktur RS PMI dan Direktur UDD PMI.
E. Proses penyelenggaraan diklat meliputi analisa kebutuhan, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Hal ini akan diuraikan secara terinci
pada bab selanjutnya.
F. Diklat SDM PMI dapat berupa pendidikan, pelatihan, kursus dan magang

1
SDM PMI terdiri dari Pengurus, Pegawai, Relawan
2
PMI Daerah terdiri dari PMI Propinsi, Kota, dan Kabupaten

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


82
Pedoman Pelatihan PMI

G. Setiap kelas pembelajaran maksimal terdiri dari 35 orang peserta untuk


memaksimalkan daya serap peserta terhadap materi diklat, dan memaksimalkan
peran pelatih dalam proses peningkatan kompetensi peserta. Apabila jumlah
peserta melebihi dari ketentuan, maka dibagi menjadi beberapa kelas pararel,
atau dilaksanakan dalam beberapa angkatan.
H. Pelatih adalah Pelatih PMI yang telah mengikuti Pelatihan Pelatih, atau pelatih
dari eksternal.
I. Kurikulum diklat sebagaimana kurikulum nasional standard diklat PMI yang telah
ditetapkan, dan muatan lokal sesuai kebutuhan diwilayah tersebut.
J. Sertifikat dan piagam penghargaan sebagaimana ketentuan yang berlaku.
K. Apabila dalam pelaksanaan diklat memerlukan sumber daya dari pihak lain, maka
diterapkan mekanisme koordinasi dan administrasi yang berlaku.

BAB III
ANALISA KEBUTUHAN DIKLAT SDM PMI

A. Unit diklat disetiap tingkatan mengkoordinir proses analisa kebutuhan diklat,


bekerjasama dengan Biro Kepegawaian dan Unit Kerja terkait.
B. Tahapan analisa kebutuhan diklat sebagai berikut:
1. Analisa kebutuhan diklat dilaksanakan 1 tahun sekali di masing-masing
tingkatan PMI, yang hasilnya digunakan untuk menentukan prioritas diklat
pada tahun berikutnya. Peninjauan ulang dan revisi dapat dilakukan setiap 3
bulan.
2. Unit Diklat mengumpulkan data tentang program pengembangan organisasi
dan pelayanan PMI yang akan dilaksanakan tahun selanjutnya
3. Unit Diklat menyusun kuesioner Analisa Kebutuhan Diklat untuk Pegawai,
Relawan, dan Unit Kerja ditingkatan masing – masing sebagaimana terlampir
untuk diisi dan dikembalikan kepada unit Diklat pada triwulan 2 .
4. Unit Diklat bersama dengan Unit Kerja terkait mengidentifikasi prioritas
(jenis dan jenjang diklat yang dibutuhkan) serta sumber daya diklat
berdasarkan hasil kuesioner, program pengembangan organisasi dan
pelayanan PMI
5. Unit Diklat menyusun draf program kerja diklat untuk tahun yang akan
datang, berdasarkan hasil identifikasi prioritas dan sumber daya Diklat
kepada Kepala Markas/Direkyur RS PMI dan Direktur UDD untuk selanjutnya
dimintakan persetujuan kepada Pengurus Pusat pada triwulan 3
6. Unit Diklat membuat katalog dan kalender diklat tahunan, berdasarkan
program kerja yang telah disetujui oleh Kepala Markas/Direktur RS PMI dan
Direktur UDD pada awal triwulan 4.

BAB IV
PERENCANAAN DIKLAT SDM PMI

A. Unit diklat disetiap tingkatan mengkoordinir proses perencanaan diklat,


bekerjasama dengan Biro Kepegawaian, Divisi Relawan dan Unit Kerja terkait.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


83
Pedoman Pelatihan PMI

B. Perencanaan dilakukan untuk setiap diklat yang akan dilaksanakan, berdasarkan


pada hasil analisa kebutuhan diklat.
C. Perencanaan diklat meliputi perencanaan untuk diklat yang diselenggarakan oleh
PMI dan perencanaan mengikuti diklat yang diselenggarakan oleh institusi.
D. Tahapan perencanaan untuk diklat yang diselenggarakan oleh PMI:
1. Mengidentifikasi jenis diklat yang dapat diselenggarakan oleh PMI, dengan
mempertimbangkan aspek ketersediaan media, tempat, kompetensi pelatih,
perlengkapan, materi diklat, serta kompetensi Unit Diklat dalam
menyelenggarakan pelatihan tersebut.
2. Menentukan tujuan diklat, mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai
dalam suatu pelatihan.
3. Menyusun kurikulum, sebagaimana Juknis Pengembangan Kurikulum.
4. Menyusun jadwal diklat dengan mengacu pada kurikulum. Setiap topik atau
sub topik dalam silabus disusun secara berurutan dan berkesinambungan
sesuai dengan tahapan perkembangan kompetensi yang akan dicapai,
dengan alur topik atau sub topik yang terkait kompetensi umum diberikan
diawal pelatihan, dilanjutkan dengan yang terkait kompetensi khusus, dan
diakhiri dengan yang terkait kompetensi pendukung.
5. Menentukan kriteria peserta yang meliputi kriteria umum dan kriteria
khusus. Kriteria umum mencakup hal-hal administratif dan bersifat pilihan
sedangkan kriteria khusus mencakup hal-hal spesifik dan wajib dipenuhi oleh
peserta, menyusun formulir pendaftaran, surat pernyataan peserta,
kesediaan mengikuti pelatihan, pembinaan paska pelatihan, dan pendataan.
6. Menyusun kriteria dan uraian tugas pelatih dan panitia, sebagai dasar
mengidentifikasi pelatih dan panitia yang berkompetensi melaksanakan tugas
tersebut. Contoh kriteria dan uraian tugas terlampir.
7. Menyeleksi pelatih, sebagaimana Juknis Pembinaan Pelatih.
8. Mengidentifikasi panitia, minimal terdiri dari Penasehat dari unsur Pengurus,
Penanggung Jawab dari unsur Sekretaris atau Kepala Markas/Direktur RS PMI
dan UDD, Pelaksana dari unsur Kepala Markas, pegawai, atau relawan untuk
menangani hal-hal terkait administrasi kesekretariatan, keuangan, dan
transportasi.
9. Mengidentifikasi lokasi dengan mengacu pada kebutuhan pelatihan. Standard
minimal suatu lokasi diklat adalah akomodasi untuk seluruh peserta, ruang
pertemuan, tempat untuk makan, tempat untuk olahraga, dan kamar mandi
yang berada dalam satu lokasi, serta kemudahan akses air dan sanitasi,
fasilitas kesehatan, jaringan komunikasi, dan transportasi.
10. Menyiapkan media, metode, dan perlengkapan pendukung sebagaimana
tercantum dalam kurikulum.
11. Menyusun rencana anggaran yang mengacu pada kebutuhan SDM, sarana, dan
prasarana diklat, sebagaimana contoh terlampir.
12. Menyusun kerangka acuan untuk pelatih, panitia, dan peserta yang
memberikan gambaran tentang tujuan pelatihan, proses pelatihan, jabaran
tugas, hasil yang akan dicapai, serta hak dan kewajiban sebagaimana contoh
terlampir.
13. Mengajukan memo dan konsep surat edaran kepada Kepala Markas/Dierktur
RS PMI tentang rencana pelaksanaan diklat, dengan melampirkan dokumen

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


84
Pedoman Pelatihan PMI

kerangka acuan, kurikulum, jadwal, dan anggaran. Contoh memo dan konsep
surat terlampir.
14. Mendistribusikan memo atau surat edaran sebagaimana ketentuan yang
berlaku pada Juknis Surat Menyurat PMI.
15. Memproses pendaftaran dan seleksi peserta, sebagaimana alur terlampir.
16. Melakukan briefing kepada pelatih dan panitia yang mencakup uraian tugas,
proses pelatihan, kurikulum, media, metode, penilaian, administrasi
kesekretariatan, dan keuangan.
17. Berkoordinasi dengan pelatih, panitia, dan PMI yang menjadi tuan rumah
penyelenggaraan diklat.

E. Tahapan perencanaan mengikuti diklat yang diselenggarakan institusi:


1. Menentukan jenis diklat dan institusi terkait yang dapat menyelenggarakan
diklat yang dibutuhkan oleh PMI, dalam hal ini dapat berupa pelatihan,
kursus, magang maupun pendidikan formal (sekolah) didalam dan luar
negeri.
2. Menentukan tujuan diklat.
3. Menentukan kriteria peserta.
4. Menyusun kerangka acuan.
5. Menyusun anggaran.
6. Mengajukan memo dan konsep surat edaran kepada Kepala Markas/Direktur
RS PMI dan Direktur UDD tentang rencana keikutsertaan diklat, dengan
lampiran dokumen kerangka acuan, informasi pelatihan dari institusi
penyelenggara, jadwal, dan anggaran.
7. Memproses pendaftaran dan seleksi peserta.
8. Berkoordinasi dengan institusi penyelenggaran diklat dan calon peserta.

BAB V
PELAKSANAAN DIKLAT SDM PMI

A. Unit Diklat mengkoordinir pelaksanaan diklat SDM PMI, bekerjasama dengan Biro
Kepegawaian, Divisi Relawan dan Unit Kerja terkait.
B. Pelaksanaan orientasi untuk Pengurus, diklat Pegawai dan Relawan akan
dijabarkan pada bab selanjutnya.
C. Tahapan pelaksanaan diklat SDM PMI secara garis besar sbb:
1. Panitia melakukan pendaftaran peserta.
2. Pembukaan diklat, sebagai berikut:
a. Protokoler upacara pembukaan diklat sebagaimana yang berlaku di PMI
dan daerah tersebut.
b. Diklat dibuka oleh Pengurus PMI, atau Pimpinan di wilayah tersebut.
3. Perkenalan yang terdiri dari perkenalan peserta, pelatih, dan panitia,
penyusunan harapan peserta terhadap diklat ini, dan kesepakatan norma
selama diklat (hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan peserta, pelatih,
dan panitia), dan penjelasan mengenai diklat ini a.l. kepanitiaan,
perlengkapan, materi, fasilitas, hasil yang akan dicapai.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


85
Pedoman Pelatihan PMI

4. Pre test (tes awal), yang secara rinci akan dijelaskan pada Bab Pemantauan
dan Evaluasi.
5. Penyampaian materi sebagaimana yang tercantum dalam jadwal dengan
alur:
a. Topik atau sub topik yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi
umum diberikan diawal, dengan tujuan untuk refresh (mengingat
kembali) materi yang telah diperoleh pada diklat sebelumnya dan
keterkaitan materi tersebut pada diklat saat ini. Metode yang dapat
diterapkan adalah presentasi, diskusi, curah pendapat dengan
memberikan contoh atau fakta yang berkaitan langsung dengan diklat
ini. Misal: Pada diklat spesialisasi Logistik, peserta mendiskusikan
penggunaan lambang PMI untuk petugas logistik.
b. Topik atau sub topik yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi
khusus diberikan pada pertengahan diklat, dengan tujuan meningkatkan
kompetensi-kompetensi tertentu yang akan dicapai selama diklat ini.
Metode yang dapat diterapkan a.l. presentasi, curah pendapat, diskusi,
simulasi.
c. Topik atau sub topik yang berkaitan dengan pencapaian kompentesi
pendukung diberikan pada akhir diklat, dengan tujuan untuk melengkapi
kompetensi peserta dalam mendukung pelaksanaan tugas. Kompetensi
pendukung dapat juga diberikan pada diklat yang terpisah karena
pertimbangan waktu, ketersediaan pelatih atau perlengkapan, yang
bentuknya bisa berupa kursus atau diklat penyegaran. Misal: materi
Bahasa Inggris sebagai kompetensi pendukung untuk petugas logistik
diberikan terpisah dari diklat spesialisasi logistik karena memerlukan
kursus diluar PMI.

6. Tes harian, yang secara rinci akan dijelaskan pada Bab Pemantauan dan
Evaluasi.
7. Evaluasi peserta terhadap pelaksanaan diklat, yang secara rinci akan
dijelaskan pada Bab Pemantauan dan Evaluasi.
8. Evaluasi harian antara pihak penyelenggara, tim pelatih, dan panitia yang
secara rinci akan dijelaskan pada Bab Pemantauan dan Evaluasi.
9. Post test (tes akhir), yang secara rinci akan dijelaskan pada Bab Pemantauan
dan Evaluasi.
10. Penutupan sebagaimana mekanisme pembukaan.

BAB VI
PELAKSANAAN ORIENTASI UNTUK PENGURUS PMI

A. Orientasi untuk Pengurus terdiri dari orientasi kepalangmerahan dan orientasi


terkait lainnya
B. Orientasi pengurus dikoordinir oleh Unit Diklat bekerjasama dengan Divisi
Kelembagaan tingkat pusat
C. Orientasi di tingkat Provinsi/Kabupaten Kota dikoordinir oleh Unit Diklat
bekerjasama dengan Divisi Kelembagaan disetiap tingkatan, dengan tahapan:
1. Orientasi Kepalangmerahan bertujuan:

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


86
Pedoman Pelatihan PMI

a. Meningkatkan pengetahuan Pengurus tentang Gerakan Palang Merah dan


Bulan Sabit Merah Internasional, serta Perhimpunan Nasional Palang
Merah Indonesia.
b. Sebagai dasar dalam menentukan dan mengembangkan rencana strategis
serta kebijakan kepengurusan.
2. Materi Orientasi Kepalangmerahan mencakup Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional, 7 Prinsip Dasar Gerakan, Lambang, Kode
Perilaku, Panduan Keselamatan, Perhimpunan Nasional Palang Merah.
3. Orientasi wajib diikuti oleh seluruh Pengurus PMI disetiap tingkatan.
4. Orientasi dapat dilaksanakan sebelum pelantikan pengurus disuatu daerah,
atau penggabungan beberapa daerah.
5. Orientasi dapat dilaksanakan minimal 1 kali dalam suatu periode
kepengurusan, dan dapat dilakukan penyegaran pada saat Musyawarah Kerja
maupun pertemuan lainnya.
6. Unit Diklat disetiap tingkatan melakukan pendataan PMI yang akan
melaksanakan Orientasi.
7. Jika suatu daerah bersedia melaksanakan Orientasi di daerah masing-masing,
maka Unit Diklat didaerah tersebut mengkoordinir pelaksanaan Orientasi.
8. Jika pelaksanaan Orientasi merupakan gabungan dari beberapa daerah, maka
Unit Diklat yang setingkat diatasnya mengkoordinir dan mengumumkan
waktu dan tempat pelaksanaan Orientasi.
9. Pelatih Orientasi adalah Pengurus yang setingkat diatasnya, dan dapat
mengundang nara sumber dari pihak internal dan eksternal PMI.

BAB VII
PELAKSANAAN DIKLAT UNTUK PEGAWAI PMI

A. Diklat untuk Pegawai berbentuk Orientasi Kepalangmerahan, Diklat Jabatan,


Diklat Spesialisasi dan Pelatihan Pelatih
B. Orientasi Kepalangmerahan untuk pegawai dikoordinir oleh Unit Diklat
bekerjasama dengan Biro Kepegawaian dan Divisi Kelembagaan disetiap
tingkatan, dengan tahapan:
1. Orientasi Kepalangmerahan bertujuan meningkatkan pengetahuan Pegawai
tentang Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta
Perhimpunan Nasional Palang Merah Indonesia.
2. Materi Orientasi Kepalangmerahan mencakup Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional, 7 Prinsip Dasar Gerakan, Lambang, Kode
Perilaku, Panduan Keselamatan, Perhimpunan Nasional Palang Merah
3. Materi orientasi juga meliputi materi orientasi pegawai yaitu pengetahuan
dan pemahaman pegawai dalam hal struktur, jabatan, jabaran tugas, hak
dan kewajiban serta aturan kepegawaian PMI.
4. Pelatih Orientasi adalah disseminator PMI dan dapat mengundang nara
sumber dari pihak internal dan eksternal PMI.
5. Orientasi dilaksanakan setiap triwulan 1 dan triwulan 3
6. Setelah melalui proses perencanaan dan persetujuan Kepala Markas, maka
Unit Diklat mengumumkan jadwal pelaksanaan Orientasi dan membuka
pendaftaran.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


87
Pedoman Pelatihan PMI

7. Biro Kepegawaian mendata dan mengkoordinir pegawai yang akan mengikuti


Orientasi. Misal: pegawai yang direkrut pada triwulan 1 dan 2 maka
mengikuti Orientasi triwulan 3
8. Biro Kepegawaian menyerahkan daftar peserta orientasi kepada Unit Diklat.
9. Unit Diklat bekerjasama dengan Biro Kepegawaian dan Divisi Kelembagaan
melaksanakan Orientasi Kepalangmerahan.

C. Diklat Jabatan dikoordinir oleh Unit Diklat bekerjasama dengan Biro


Kepegawaian disetiap tingkatan, dengan tahapan:
1. Diklat Jabatan bertujuan:
a. Meningkatkan kompetensi pegawai dalam hal kepemimpinan, pembinaan
dan pengembangan organisasi serta SDM PMI.
b. Meningkatkan kompetensi pegawai dalam hal mengelola markas/institusi
baik secara administrasi dan manajemen.
c. Meningkatkan kompetensi pegawai dalam hal pengelolaan program PMI.
d. Diklat jabatan dilaksanakan kepada pegawai yang telah atau akan
menduduki jabatan
2. Setelah melalui proses perencanaan dan persetujuan Kepala Markas, maka
Unit Diklat mengumumkan jadwal pelaksanaan diklat.
3. Biro Kepegawaian mengidentifikasi dan menghubungi pegawai yang akan
mengikuti diklat.
4. Biro Kepegawaian memfasilitasi para pegawai untuk melakukan pendaftaran
keikutsertaan diklat kepada Unit Diklat.
5. Pelaksanaan diklat sesuai dengan kurikulum PMI.

D. Diklat Spesialisasi mengacu pada ketentuan Bab Pelaksanaan Diklat untuk


Relawan PMI.
E. Pelatihan Pelatih mengacu pada ketentuan Bab Pelaksanaan Diklat untuk
Relawan PMI.

BAB VIII
PELAKSANAAN DIKLAT UNTUK RELAWAN PMI

A. Diklat untuk PMR


1. Diklat PMR terdiri dari Orientasi Kepalangmerahan dan Diklat Dasar PMR.
2. Orientasi Kepalangmerahan untuk anggota PMR dikoordinir oleh Unit Diklat
bekerjasama dengan Divisi Relawan PMI Kota/Kabupaten dan Unit PMR,
dengan tahapan:
a. Orientasi Kepalangmerahan bertujuan meningkatkan pengetahuan
anggota PMR tentang Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional, Perhimpunan Nasional Palang Merah Indonesia, dan Palang
Merah Remaja.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


88
Pedoman Pelatihan PMI

b. Materi Orientasi sebagaimana tercantum dalam kurikulum


kepalangmerahan PMR.
c. Peserta Orientasi adalah anggota PMR.
d. Pelatihan adalah Pelatih PMI Bidang Diseminasi Kepalangmerahan, yang
ditugaskan oleh PMI Kota/Kabupaten.
e. Jika memerlukan pelatih yang masih berada diwilayah kerjanya, maka
Unit Diklat dapat mengajukan kepada pihak tersebut. Namun jika
memerlukan pelatih yang berada diluar wilayah kerjanya, maka dapat
dikoordinasikan dengan PMI yang setingkat diatasnya sesuai mekanisme
yang berlaku
f. Orientasi dilaksanakan setelah proses pendaftaran anggota PMR, dan
dapat diintegrasikan dengan waktu diklat dasar PMR.
g. Unit Diklat membuka pendaftaran Orientasi bagi anggota PMR, format
terlampir.
h. Unit Diklat bersama dengan Divisi Relawan mengidentifikasi Unit PMR
yang bersedia melaksanakan Orientasi di Unit PMR masing-masing dan
gabungan.
i. Jika Orientasi dilaksanakan di Unit PMR masing-masing, maka Unit Diklat
menugaskan pelatih untuk memfasilitasi proses dan memantau
pelaksanaan Orientasi.
j. Jika pelaksanaan Orientasi merupakan gabungan Unit-Unit PMR, maka
Unit Diklat mengkoordinir dan mengumumkan pelaksanaan Orientasi.

3. Diklat Dasar PMR dikoordinir oleh Unit Diklat bekerjasama dengan Divisi
Relawan, PB, Kesehatan PMI Kota/Kabupaten, dan Unit PMR, dengan
tahapan:
a. Diklat Dasar PMR bertujuan mengembangkan karakter kepalangmerahan
anggota PMR dengan pendekatan sebaya sehingga dapat melaksanakan
Tri Bakti PMR.
b. Materi diklat meliputi Kepalangmerahan, Kepemimpinan, Kesiapsiagaan
Bencana, Pertolongan Pertama, Donor Darah Sukarela, Kesehatan
Remaja dan Remaja Sehat Peduli Sesama.
c. Kurikulum diklat mengacu pada kurikulum terbitan PMI.
d. Peserta adalah anggota PMR yang telah mengikuti Orientasi.
e. Pelatih adalah pelatih PMI sesuai kompetensinya yang ditugaskan oleh
PMI Kota/Kabupaten.
f. Jika memerlukan pelatih yang masih berada diwilayah kerjanya, maka
Unit Diklat dapat mengajukan kepada pihak tersebut. Namun jika
memerlukan pelatih yang berada diluar wilayah kerjanya, maka dapat
dikoordinasikan dengan PMI yang setingkat diatasnya sesuai mekanisme
yang berlaku.
g. Diklat dapat dilaksanakan oleh masing-masing Unit PMR maupun
penggabungan Unit PMR.
h. Unit Diklat bersama dengan Divisi Relawan mengidentifikasi Unit PMR
yang bersedia melaksanakan diklat dasar di Unit PMR masing-masing dan
gabungan.
i. Jika diklat dilaksanakan oleh masing-masing Unit PMR maka:

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


89
Pedoman Pelatihan PMI

1) Diklat dapat dilaksanakan secara bertahap melalui beberapa kali


pertemuan rutin minimal 2 jam pelajaran setiap pertemuan, dan
disesuaikan dengan kalender pendidikan.
2) Unit PMR mengajukan kalender diklat PMR dan permohonan
kebutuhan pelatih PMI kepada PMI Kota/Kabupaten.
j. Jika diklat dilaksanakan gabungan Unit-Unit PMR, maka:
1) Unit Diklat mengkoordinir pelaksanaan diklat gabungan.
2) Diklat gabungan dapat dilaksanakan secara bertahap melalui
beberapa kali pertemuan minimal 2 jam pelajaran setiap
pertemuan, dan disesuaikan dengan kalender pendidikan.
3) Unit Diklat dapat bekerjasama dengan salah satu Unit PMR sebagai
panitia dan tempat penyelenggaraan diklat.
4) Unit Diklat mengumumkan kalender pelaksanaan diklat gabungan
yang meliputi waktu, tempat, dan topik kepada Unit PMR melalui
surat edaran, leaflet, maupun media pengumuman lainnya.

4. Untuk menambah kompetensi dalam melaksanakan Tri Bakti PMR, anggota


PMR dapat mengikuti pelatihan pendukung yang diselenggarakan oleh PMI
maupun instansi eksternal, a.l.: jurnalis, penulisan populer, drama, dan
lainnya.

B. Diklat untuk KSR


1. Diklat KSR terdiri dari Orientasi Kepalangmerahan, Diklat Dasar KSR, Diklat
Spesialisasi, Pelatihan Pelatih.
2. Orientasi Kepalangmerahan untuk anggota KSR dikoordinir oleh Unit Diklat
bekerjasama dengan Divisi Relawan PMI Kota/Kabupaten, dengan tahapan:
a. Orientasi Kepalangmerahan bertujuan meningkatkan pengetahuan
anggota KSR tentang Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional, Perhimpunan Nasional Palang Merah Indonesia, dan Korps
Sukarela.
b. Materi Orientasi sebagaimana tercantum dalam kurikulum diklat dasar
KSR dengan topik Gerakan dan PMI.
c. Peserta Orientasi adalah anggota KSR.
d. Pelatih adalah Pelatih PMI Bidang Diseminasi Kepalangmerahan, yang
ditugaskan oleh PMI Kota/Kabupaten.
e. Jika memerlukan pelatih yang masih berada diwilayah kerjanya, maka
Unit Diklat dapat mengajukan kepada pihak tersebut. Namun jika
memerlukan pelatih yang berada diluar wilayah kerjanya, maka dapat
dikoordinasikan dengan PMI yang setingkat diatasnya sesuai mekanisme
yang berlaku.
f. Orientasi dilaksanakan setelah proses pendaftaran anggota KSR, dan
dapat diintegrasikan dengan waktu pelaksanaan diklat dasar KSR.
g. Unit Diklat membuka pendaftaran Orientasi, format terlampir.
h. Unit Diklat bersama dengan Divisi Relawan mengidentifikasi Unit KSR
yang bersedia melaksanakan Orientasi secara mandiri dan gabungan.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


90
Pedoman Pelatihan PMI

i. Jika Orientasi dilaksanakan di Unit KSR masing-masing, maka Unit Diklat


menugaskan pelatih untuk memfasilitasi proses dan memantau
pelaksanaan Orientasi.
j. Jika pelaksanaan Orientasi merupakan gabungan Unit-Unit KSR, maka
Unit Diklat mengkoordinir dan mengumumkan pelaksanaan Orientasi.

3. Diklat Dasar KSR dikoordinir oleh Unit Diklat bekerjasama dengan Divisi
Relawan, Penanggulangan Bencana, dan Kesehatan PMI Kota/Kabupaten,
dengan tahapan:
a. Diklat Dasar KSR bertujuan meningkatkan kompetensi anggota KSR agar
dapat melakukan pelayanan teknis dasar kepalangmerahan di bidang
kesehatan dan penanggulangan bencana.
b. Kurikulum diklat mengacu pada kurikulum terbitan PMI.
c. Peserta adalah anggota KSR yang telah mengikuti Orientasi.
d. Pelatih adalah pelatih PMI sesuai kompetensinya, yang ditugaskan oleh
PMI Kota/Kabupaten.
e. Jika memerlukan pelatih yang masih berada diwilayah kerjanya, maka
Unit Diklat dapat mengajukan kepada pihak tersebut. Namun jika
memerlukan pelatih yang berada diluar wilayah kerjanya, maka dapat
dikoordinasikan dengan PMI yang setingkat diatasnya sesuai mekanisme
yang berlaku.
f. Lokasi pelaksanaan diklat di Markas PMI, gedung Pusat Pendidikan
Pelatihan (Pusdiklat) PMI atau instansi, Unit KSR, atau bumi
perkemahan.
g. Diklat dapat dilaksanakan oleh masing-masing Unit KSR maupun
penggabungan Unit KSR.
h. Unit Diklat bersama dengan Divisi Relawan mengidentifikasi Unit KSR
yang bersedia melaksanakan diklat dasar di Unit KSR masing-masing dan
gabungan.
i. Jika diklat dilaksanakan oleh masing-masing Unit KSR maka:
1) Diklat dapat dilaksanakan secara bertahap melalui beberapa kali
pertemuan rutin minimal 2 jam pelajaran setiap pertemuan, untuk
mencapai total jam pelajaran sesuai kurikulum.
2) Unit KSR mengajukan kalender diklat dasar KSR dan permohonan
kebutuhan pelatih PMI kepada PMI Kota/Kabupaten.

j. Jika diklat dilaksanakan gabungan Unit-Unit KSR, maka:


1) Unit Diklat mengkoordinir pelaksanaan diklat gabungan.
2) Diklat gabungan dapat dilaksanakan secara bertahap melalui
beberapa kali pertemuan minimal 2 jam pelajaran setiap pertemuan
untuk mencapai total jam pelajaran sesuai kurikulum.
3) Unit Diklat dapat bekerjasama dengan salah satu Unit KSR sebagai
panitia dan tempat penyelenggaraan diklat.
4) Unit Diklat mengumumkan kalender pelaksanaan diklat gabungan
yang meliputi waktu, tempat, dan topik kepada Unit KSR melalui
surat edaran, leaflet, maupun media pengumuman lainnya.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


91
Pedoman Pelatihan PMI

4. Diklat Spesialisasi dikoordinir oleh Unit Diklat PMI Propinsi atau PMI Pusat,
bekerjasama dengan Unit Kerja terkait, dengan tahapan:
a. Diklat spesialisasi bertujuan meningkatkan kompetensi pegawai, anggota
KSR, TSR, dan DDS dalam bidang tertentu sebagai pelaku pelayanan
kepalangmerahan dan pengembangan organisasi.
b. Kurikulum diklat mengacu pada kurikulum diklat spesialisasi terbitan
PMI.
c. Peserta terdiri dari unsur Pegawai Pusat/Propinsi/Kota/Kabupaten yang
telah mengikuti Orientasi Kepalangmerahan dan atau Diklat Jabatan,
dan relawan yaitu anggota KSR yang telah mendapatkan 25 poin
penugasan, anggota TSR yang telah mendapatkan 25 poin penugasan,
DDS yang telah melakukan 1 kali donor darah.
d. Pelatih adalah pelatih PMI sesuai kompetensinya, yang ditugaskan oleh
PMI Propinsi atau PMI Pusat.
e. Jika memerlukan pelatih yang masih berada diwilayah kerjanya, maka
dapat mengajukan kepada pihak tersebut. Namun jika memerlukan
pelatih yang berada diluar wilayah kerjanya, maka dapat
dikoordinasikan dengan PMI setingkat diatasnya sesuai mekanisme yang
berlaku.
f. Diklat spesialisasi dapat dilaksanakan oleh masing-masing PMI Propinsi
maupun penggabungan PMI Propinsi.
g. Diklat spesialisasi dapat dilaksanakan di gedung pusdiklat PMI maupun
institusi.
h. Pada triwulan 3, Unit Diklat PMI Propinsi menginformasikan kepada Unit
Diklat PMI Pusat mengenai kalender diklat spesialisasi yang akan
dilaksanakan di wilayahnya masing-masing.
i. Pada akhir triwulan 3, Unit Diklat PMI Pusat mengidentifikasi PMI
Propinsi yang dapat menyelenggarakan diklat spesialisasi secara mandiri,
dan yang akan bergabung.
j. Jika diklat dilaksanakan oleh masing-masing PMI Propinsi, maka
dikoordinir Unit Diklat PMI Propinsi dengan tahapan:
1) Mengidentifikasi jenis diklat spesialisasi yang dibutuhkan
diwilayahnya, dengan mengacu pada Bab III Analisa Kebutuhan
Diklat SDM PMI dan Bab IV Perencanaan Diklat SDM PMI.
2) Mengkoordinasikan kepada Unit Diklat PMI Pusat a.l. kurikulum
nasional dan muatan lokal, pelatih, dan sumber daya.
3) Mengirimkan surat kepada PMI Kota dan Kabupaten diwilayahnya,
tembusan kepada PMI Pusat tentang pemberitahuan diklat
spesialisasi, yang dilengkapi dengan kalender diklat dan kerangka
acuan.
4) Peserta adalah utusan dari PMI Kota dan Kabupaten diwilayah
tersebut.
5) Dapat membuka pendaftaran peserta dari Propinsi lain dengan
ketentuan:
a) Jumlah peserta yang berasal dari PMI Propinsi lain maksimal 25%
dari total peserta, dan diutamakan yang berada dalam satu
wilayah regional.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


92
Pedoman Pelatihan PMI

b) Mengirimkan surat pemberitahuan kepada PMI Pusat, untuk


selanjutnya oleh PMI Pusat akan disebarluaskan kepada PMI
Propinsi di seluruh Indonesia atau yang berada di regional
tersebut.
c) PMI Propinsi yang berminat dapat menyampaikan
keikutsertaannya kepada PMI penyelenggara dengan tembusan
kepada PMI Pusat.

k. Jika diklat dilaksanakan gabungan antara PMI Propinsi, maka dikoordinir


Unit Diklat PMI Pusat dengan tahapan:
1) Mengidentifikasi jenis diklat spesialisasi yang dibutuhkan dengan
mengacu pada Bab III Analisa Kebutuhan Diklat SDM PMI dan Bab IV
Perencanaan Diklat SDM PMI, dengan pertimbangan:
a) Menjadi kebutuhan nasional atau suatu regional.
b) Adanya sarana dan prasarana yang hanya tersedia di PMI Pusat
atau regional.
2) Mengirimkan surat kepada PMI Propinsi tentang pemberitahuan
diklat spesialisasi, yang dilengkapi dengan kalender diklat dan
kerangka acuan.
3) Peserta adalah utusan PMI Pusat dan Propinsi seluruh Indonesia atau
regional, dengan komposisi jumlah peserta yang seimbang antar PMI
Propinsi.
4) Dapat membuka pendaftaran peserta dari Perhimpunan Nasional
lain dengan ketentuan:
a) Jumlah peserta yang berasal dari Perhimpunan Nasional lain
maksimal 25% dari total peserta, dan diutamakan yang berada
dalam satu wilayah regional.
b) Mengirimkan surat pemberitahuan kepada IFRC.
c) Perhimpunan Nasional yang berminat dapat menyampaikan
keikutsertaannya kepada PMI Pusat dengan tembusan kepada
IFRC.

5. Pelatihan Pelatih dikoordinir oleh Unit Diklat PMI Pusat, dengan tahapan:
a. Pelatihan Pelatih bertujuan meningkatkan kompetensi Pegawai, anggota
KSR, TSR, dan DDS sebagai pelatih PMI.
b. Peserta adalah utusan PMI Pusat dan Propinsi seluruh Indonesia atau
regional, dengan komposisi jumlah peserta yang seimbang antar PMI
Propinsi.
c. Peserta terdiri dari unsur Pegawai Pusat/Propinsi/Kota/Kabupaten yang
telah mengikuti Orientasi Kepalangmerahan, Diklat Jabatan dan atau
Diklat Spesialisasi, serta relawan (anggota KSR, TSR, dan DDS) yang telah
mengikuti Diklat Spesialisasi.
d. Kurikulum mengacu pada kurikulum Pelatihan Pelatih terbitan PMI.
e. Pelatih adalah Pelatih Utama dan Pelatih, yang ditugaskan oleh PMI
Pusat sesuai mekanisme penugasan yang berlaku.
f. Diklat dapat dilaksanakan di gedung pusdiklat PMI maupun institusi.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


93
Pedoman Pelatihan PMI

g. Pada triwulan 3, Unit Diklat PMI Pusat menginformasikan kepada Unit


Diklat PMI Propinsi mengenai jadwal dan tempat Pelatihan Pelatih untuk
setahun kedepan.
h. Unit Diklat PMI Propinsi melakukan seleksi peserta, yang berkoordinasi
dengan Unit Diklat PMI Kota dan Kabupaten.
i. Unit Diklat PMI Propinsi mendaftarkan peserta kepada Unit Diklat PMI
Pusat.
j. Unit Diklat PMI Pusat melakukan seleksi ulang terhadap peserta, dan
mengumumkan peserta yang lolos seleksi.
C. Diklat untuk TSR
1. Diklat TSR terdiri dari Orientasi Kepalangmerahan dan Orientasi terkait
lainnya, Diklat Spesialisasi dan Pelatihan Pelatih Orientasi Kepalangmerahan
mengacu pada Bab Pelaksanaan Diklat untuk Relawan PMI.
2. Diklat Spesialisasi mengacu pada Bab Pelaksanaan Diklat untuk Relawan PMI.
3. Pelatihan Pelatih mengacu pada Bab Pelaksanaan Diklat untuk Relawan PMI.

D. Diklat untuk Donor Darah Sukarela


1. Diklat DDS terdiri dari Orientasi Kepalangmerahan, Diklat Spesialisasi dan
Pelatihan Pelatih
2. Orientasi Kepalangmerahan mengacu pada Bab Pelaksanaan Diklat untuk
Relawan PMI.
3. Diklat Spesialisasi mengacu pada Bab Pelaksanaan Diklat untuk Relawan PMI.
4. Pelatihan Pelatih mengacu pada Bab Pelaksanaan Diklat untuk Relawan PMI.

BAB IX
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. Pemantauan penyelenggaraan diklat


1. Pemantauan dilaksanakan secara terus menerus selama proses diklat
berlangsung.
2. Pemantauan bertujuan untuk memutuskan kebijakan jangka pendek dan
sebagai masukan pada saat dilaksanakan evaluasi.
3. Aspek pemantauan a.l. proses yang sedang berlangsung, tingkat
perkembangan diklat termasuk SDM dan perlengkapan yang terlibat,
akuntabilitas, permasalahan yang timbul, solusi jangka pendek, dan hasil
yang dicapai.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


94
Pedoman Pelatihan PMI

4. Metode pemantauan a.l. pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.


5. Media pemantauan a.l. daftar pertanyaan dan dokumen diklat sebagaimana
contoh terlampir.
6. Tahapan pelaksanaan pemantauan sbb:
a. Unit Diklat disetiap tingkatan mengusulkan tim pemantauan kepada
Kepala Markas, yang terdiri dari unsur internal PMI a.l. Pengurus, Kepala
Markas, Unit Diklat, unit kerja terkait, tim pelatih, dan panitia.
b. Unit Diklat mengkoordinir tim pemantauan yang telah disetujui, a.l.
penyiapan administrasi surat menyurat, kerangka acuan, anggaran,
metode dan media, jabaran tugas tim, jadwal pemantauan.
c. Unit Diklat dan Tim Pemantauan membuat laporan keseluruhan hasil
pemantauan dan menyerahkan kepada Kepala Markas/Direktur RS PMI
dan Direktur UDD.
d. Hasil laporan pemantauan dapat digunakan sebagai masukan pada saat
evaluasi, dan menjadi bagian dari laporan penyelenggaraan diklat
sebagaimana Bab Pelaporan dan Pendataan.

B. Evaluasi penyelenggaraan diklat


1. Evaluasi dilaksanakan setiap akhir tahun program
2. Evaluasi bertujuan untuk memutuskan kebijakan jangka panjang dan
menjadi masukan pada saat menentukan strategi diklat yang akan datang
maupun strategi pengembangan kapasitas organisasi dan pelayanan.
3. Unit Diklat mengkoordinir tim evaluasi sebagaimana tahapan proses tim
pemantauan
4. Jenis evaluasi diklat yaitu:
a. Evaluasi reaksi
1) Bertujuan untuk mengukur reaksi kepuasan peserta diklat terhadap
diklat yang diikuti berdasarkan persepsi dan yang dirasakan peserta.
2) Hasil evaluasi menjadi masukan Unit Diklat, pelatih, dan panitia
dalam hal perbaikan pelayanan, fasilitas, penyesuaian metode diklat
dan sikap pelatih
3) Aspek yang diukur a.l. metode, pelatih, fasilitas, kepanitiaan
4) Metode pengumpulan data adalah pengisian kuisioner
5) Media pengumpulan data adalah kuesioner sebagaimana contoh
terlampir
6) Sasaran evaluasi adalah peserta diklat.
7) Pelaksana adalah Unit Diklat, pelatih, dan panitia.
8) Waktu pelaksanaan:
a) Setiap hari setelah materi terakhir, seluruh peserta mengisi
lembar evaluasi reaksi harian.
b) Hasil kompilasi evaluasi reaksi harian dipresentasikan oleh
peserta yang bertugas pada keesokan harinya sebelum materi
dimulai.
c) Pada hari terakhir menjelang penutupan, seluruh peserta
mengisi lembar evaluasi reaksi akhir.
d) Hasil evaluasi reaksi dibahas oleh tim evaluasi setiap hari dan
pada akhir penyelenggaraan diklat.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


95
Pedoman Pelatihan PMI

b. Evaluasi pembelajaran
1) Bertujuan untuk mengukur peningkatan kompetensi peserta Diklat
2) Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menentukan intervensi materi
Diklat, pendampingan kepada peserta dan penugasan paska
pelatihan.
3) Aspek yang diukur adalah nilai pengetahuan, keterampilan, dan
sikap peserta selama diklat.
4) Metode pengumpulan data adalah pengamatan dan formal tes
(tertulis, lisan, praktik) yang terdiri dari pre-test (tes awal), tes
harian, dan post-test (tes akhir).
5) Media pengumpulan data adalah lembar pengamatan dan soal tes.
6) Sasaran evaluasi adalah peserta diklat.
7) Pelaksana adalah Unit Diklat dan pelatih.
8) Tahapan pelaksanaan:
a) Pre-test
(1) Dilaksanakan diawal diklat, sebelum seluruh materi
diberikan kepada peserta.
(2) Isi soal mewakili seluruh materi diklat yang mengacu pada
kurikulum.
(3) Bentuk soal pilihan ganda minimal 10 soal dan essay
minimal 5.
(4) Total maksimal nilai adalah 100.
b) Tes harian
(1) Dilaksanakan setelah setiap topik materi selesai diberikan
(2) Isi soal dikelompokkan berdasarkan pokok bahasan.
(3) Bentuk tes a.l. tes tertulis pilihan ganda minimal 10 soal,
essay minimal 5 soal, atau praktik.
(4) Total nilai maksimal adalah 100
c) Post-test
(1) Dilaksanakan diakhir diklat, setelah seluruh pokok bahasan
materi diberikan kepada peserta
(2) Soal Post Test mengacu pada soal pre test.
(3) Total nilai maksimal adalah 100.
d) Pengamatan Pengetahuan, Keterampilan, Sikap
(1) Review materi, yakni peserta secara berkelompok
memimpin seluruh peserta melakukan pengulangan materi
hari sebelumnya dengan meode bermain peran, kuis,
bernyanyi, pembuatan poster, dan mtode lainnya. Selama
proses ini tidak ada penilaian, namun pelatih memberikan
umpan balik dan pengamatan terhadap hasil review.
(2) Pelatih dan peserta mengisi lembar peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap berdasarkan
pengamatan dan penilaian diri. Bentuk lembar ini a.l.
formulir, pohon KAP (Knowledge, Attitude, Practice).
(3) Hasil pengamatan akan mendukung penilaian test.

9) Standard Minimal Kelulusan

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


96
Pedoman Pelatihan PMI

Standar minimal kelulusan adalah nilai kelulusan minimal peserta


pelatihan yang dapat dinyatakan lulus pelatihan. Pembahasan lebih
lanjut terkait hal ini mengacu pada Juknis Sertifikasi.
c. Evaluasi perilaku/kinerja/pelayanan
1) Bertujuan untuk mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku baru sebagai dampak dari suatu diklat dapat
diterapkan dalam perilaku kerja atau pelayanan, dan berpengaruh
secara signifikan terhadap pencapaian sasaran individu dan
organisasi.
2) Hasil penilaian dapat digunakan sebagai masukan dalam promosi
jabatan, penilaian pegawai, strategi peningkatan kompetensi SDM
PMI dan penugasan pelayanan
3) Aspek yang diukur adalah peningkatan kinerja peserta diklat di
lingkungan kerja atau penugasan sebagai penerapan hasil diklat.
4) Metode pengumpulan data adalah dokumentasi penilaian hasil
pelaksanaan RKTL (rencana kerja tindak lanjut) pelatihan
5) Media pengumpulan data adalah lembar RKTL
6) Sasaran evaluasi adalah atasan, peserta diklat, rekan setingkat,
bawahan.
7) Pelaksana adalah Tim Evaluasi yang terdiri dari Unit Diklat
bekerjasama dengan Unit Kerja Terkait
8) Tahapan pelaksanaan:
a) Pada akhir diklat, peserta mengisi RKTL tentang tindakan yang
akan dilakukan peserta dalam menerapkan hasil diklat yang
telah diikuti dilingkungan kerja atau penugasan masing-masing,
sebagaimana format terlampir.
b) Unit Diklat menyerahkan RKTL peserta kepada tim evaluasi.
c) Tim evaluasi mengidentifikasi korelasi peningkatan kinerja atau
pelayanan dengan pelaksanaan RKTL, sebagai bahan
rekomendasi dalam promosi jabatan, penilaian pegawai,
strategi peningkatan kompetensi SDM PMI dan penugasan
pelayanan
d) Waktu pelaksanaan evaluasi yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
atau 12 bulan setelah diklat diselenggarakan.
d. Evaluasi hasil
1) Bertujuan untuk mengukur keberhasilan program diklat dari sudut
pandang organisasi maupun dampak program diklat terhadap
lingkungan kerja atau pelayanan, yang disebabkan karena adanya
peningkatan kompetensi dan motivasi peserta diklat.
2) Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menentukan strategi program
diklat tahunan maupun 5 tahunan.
3) Aspek yang diukur adalah faktor internal dan eksternal a.l. waktu,
kuantitas, kualitas, biaya, perilaku, dan kepuasan masyarakat.
4) Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi, kelompok
diskusi.
5) Media pengumpulan data adalah program kerja diklat. Adapun hasil
evaluasi perilaku/kinerja sebagai data pendukung.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


97
Pedoman Pelatihan PMI

6) Sasaran evaluasi adalah atasan, peserta diklat, rekan setingkat,


bawahan.
7) Pelaksana adalah Tim Evaluasi yang terdiri dari Unit Diklat
bekerjasama dengan Unit Kerja Terkait.
8) Tahapan pelaksanaan:
a) Tim evaluasi menentukan aspek yang akan diukur a.l dampak
diklat terhadap peningkatan kapasitas organisasi, peningkatan
kapasitas SDM, peningkatan kualitas pelayanan .
b) Tim evaluasi menyusun lembar evaluasi, sebagaimana contoh
lembar terlampir.
c) Tim evaluasi melakukan wawancara atau meminta sasaran
evaluasi untuk mengisi lembar evalusi.
d) Tim evaluasi melakukan rekapitulasi data sebagaimana
terlampir.
e) Waktu pelaksanaan evaluasi 6 – 12 bulan setelah diklat
diselengarakan.
e. Evaluasi ROTI (Return On Training Investment)
1) Bertujuan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi yang
telah dikeluarkan untuk suatu diklat.
2) Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan strategi pembinaan dan
pengembangan SDM dalam bentuk diklat.
3) Aspek yang diukur adalah mengubah peningkatan kinerja atau
kompetensi kedalam nilai uang.
4) Metode pengumpulan data adalah cost benefit analysis atau analisa
keuntungan biaya.
5) Media pengumpulan data adalah dokumentasi hasil evaluasi
perilaku/kinerja dan evaluasi hasil.
6) Sasaran evaluasi adalah data evaluasi perilaku/kinerja dan evaluasi
hasil.
7) Pelaksana adalah Tim Evaluasi yang terdiri dari Unit Diklat
bekerjasama dengan unit kerja terkait.
8) Tahapan pelaksanaan:
a) Tim evaluasi menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan suatu diklat atau training cost, sebagaimana
terlampir.
b) Tim evaluasi menghitung jumlah keuntungan yang didapat
akibat pelaksanaan diklat atau training benefit, mengacu pada
penilaian kinerja yang bisa dikonversikan kedalam nilai uang,
sebagaimana terlampir.
c) Tim evaluasi melakukan rekapitulasi data menggunakan rumus
sebagaimana terlampir.
d) Kesimpulan hasil evaluasi sbb:
(1) Bila nilai prosentase ROTI minus, maka bisa dipastikan
bahwa training cost lebih besar dari training benefit, atau
organisasi rugi menanamkan investasinya dalam bentuk
diklat.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


98
Pedoman Pelatihan PMI

(2) Bila nilai prosentase ROTI sama dengan 0, maka training


cost sama besar dengan training benefit, atau organisasi
kembali modal dengan menanamkan investasinya dalam
bentuk diklat.
(3) Bila nilai prosentase ROTI lebih besar dari 0, maka training
cost lebih kecil dari training benefit, atau adanya manfat
menanamkan investasinya dalam bentuk diklat.

BAB X
PENGAKUAN DAN PENGHARGAAN

A. Pengakuan dan penghargaan bertujuan:


1. Pengakuan dan penghargaan PMI terhadap peningkatan kompetensi peserta
dan pelatih, sebagai hasil dari pelaksanaan diklat.
2. Memotivasi peserta dan pelatih untuk berkontribusi pada pelaksanaan dan
pengembangan pelayanan serta organisasi PMI sesuai dengan kompetensinya.
B. Bentuk pengakuan dan penghargaan:
1. Sertifikat
a. Merupakan bukti kelulusan mengikuti diklat.
b. Diberikan kepada peserta pelatihan yang dinyatakan lulus, yang
dilengkapi dengan hasil penilaian.
c. Dapat digunakan untuk menentukan keikutsertaan ke jenjang diklat
selanjutnya atau penugasan. Hal ini akan diatur dalam mekanisme
sertifikasi sebagaimana Juknis Sertifikasi.
d. Pengajuan sertifikat dari Unit Diklat kepada Pengurus PMI disetiap
tingkatan, dilengkapi dengan data peserta, hasil penilaian, dan laporan
pelatihan.
e. Format sertifikat terlampir.
2. Piagam penghargaan
a. Sebagai penghargaan PMI kepada institusi maupun indivudi yang telah
berkontribusi mendukung penyelenggaraan Diklat a.l. donor, pelatih,
nara sumber.
b. Pengajuan piagam penghargaan dari Unit Diklat kepada Pengurus PMI
disetiap tingkatan, dilengkapi dengan data penerima piagam dan
laporan.
c. Format piagam penghargaan sebagaimana terlampir.
3. Tanda kecakapan
a. Sebagai bukti pencapaian kompetensi tertentu, dan merupakan bagian
dari Sertifikat.
b. Diberikan kepada peserta pelatihan yang dinyatakan lulus, yang
dilengkapi dengan sertifikat.
c. Tanda kecakapan digunakan saat bertugas.
d. Format tanda kecakapan sebagaimana terlampir.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


99
Pedoman Pelatihan PMI

4. Mendapatkan akses peningkatan kompetensi dan pengalaman, yaitu :


a. Penugasan sebagai pelaku pelayanan dan pengembangan organisasi
sesuai dengan kompetensinya. Hal ini menjadi tanggung jawab Unit
Kerja terkait disetiap tingkatan dengan mengacu pada Juklak, Juknis,
maupun SOP terkait.
b. Penugasan sebagai peserta atau pelatih pada jenjang yang lebih tinggi.
Hal ini menjadi tanggung jawab Unit Diklat disetiap tingkatan
c. Mendapatkan diklat penyegaran dengan tahapan:
1) Diklat penyegaran bertujuan memberikan informasi, pemahaman,
maupun keterampilan terbaru mengenai satu atau beberapa pokok
bahasan dari suatu jenis diklat.
2) Kurikulum diklat penyegaran mengacu pada kurikulum yang telah
ada, dengan mengutamakan pokok bahasan yang mengandung
informasi terbaru.
3) Peserta adalah alumni diklat yang telah mengikuti diklat terkait
minimal 2 tahun.
4) Diklat dapat diselenggarakan oleh PMI Pusat, Propinsi, Kota, dan
Kabupaten sesuai dengan cakupan informasi yang akan disampaikan.

BAB XI
PELAPORAN DAN PENDATAAN

A. Pelaporan
1. Pelaporan penyelenggaraan diklat bertujuan memberikan informasi dan
pertanggungjawaban mengenai proses penyelenggaraan, hasil yang dicapai,
keberhasilan, hambatan, dan rekomendasi.
2. Pelaporan terdiri dari pelaporan narasi dan keuangan, sebagaimana
terlampir.
3. Unit PMR, KSR, TSR, atau DDS membuat laporan penyelenggaraan diklat, dan
mengirimkan kepada PMI Kota/Kabupaten.
4. Peserta diklat membuat laporan keikutsertaan diklat kepada Pengurus
ditingkatan masing-masing.
5. Pelatih membuat laporan kompetensi peserta kepada Unit Diklat yang
menyelenggarakan diklat tersebut, dan laporan hasil penugasan kepada Unit
Diklat ditingkatan masing-masing.
6. Panitia membuat laporan proses penyelenggaraan diklat kepada Unit Diklat
ditingkatan masing-masing.
7. Berdasarkan laporan-laporan tersebut, Unit Diklat disetiap tingkatan
membuat laporan penyelenggaraan diklat kepada Pengurus PMI, melalui
Kepala Markas/Direktur RS PMI/Direktur UDD maksimal 2 minggu setelah
kegiatan diklat.
8. Unit Diklat membuat laporan semester dan tahunan program diklat sesuai
dengan mekanisme pada Juknis Pelaporan.

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


100
Pedoman Pelatihan PMI

B. Pendataan
1. Pendataan bertujuan untuk mencatat jumlah SDM PMI terlatih yang
dikelompokkan sesuai kompetensi dan geografis, frekuensi penyelenggaraan
diklat, dan dokumentasi kurikulum.
2. Unit Diklat PMI disetiap tingkatan melakukan pendataan dengan cara:
a. Jika menggunakan sistem pendataan online, maka setiap Unit Diklat
dapat melakukan pendataan secara langsung dan bersamaan pada SIM
(Sistem Informasi dan Manajemen) yang telah tersedia pada tanggal 25
setiap bulan.
b. Jika menggunakan sistem offline, maka:
1) Unit Diklat PMI Kota/Kabupaten melakukan pendataan yang
selanjutnya dikirim ke Unit Diklat PMI Propinsi pada tanggal 25
setiap bulan.
2) Unit Diklat PMI Propinsi melakukan kompilasi data dari PMI Kota dan
Kabupaten yang berada diwilayahnya, untuk dikirimkan ke Unit
Diklat PMI Pusat pada tanggal 30 setiap bulan.
3) Unit Diklat PMI Pusat melakukan kompilasi data dari PMI Propinsi,
yang selanjutnya dimasukkan kedalam SIM pada tanggal 5 setiap
bulan.
3. Unit Diklat mengirimkan hasil pendataan kepada Unit Kerja terkait sebagai
dasar penugasan dan analisa kebutuhan pelatihan.

BAB XII
PENDANAAN

A. Sumber dana diklat dapat berasal dari dana rutin PMI, kerjasama dengan pihak
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional atau instansi sesuai ketentuan
yang berlaku.
B. Penerapan penggunaan dana sbb:
1. Dana untuk penyelenggaraan diklat sepenuhnya ditanggung oleh pihak
penyelenggaran atau,
2. Dapat diterapkan budget sharing yakni pendanaan diklat ditanggung bersama
antara pihak penyelenggara dengan daerah atau unit asal peserta.
C. Unit Diklat mengajukan dan melaporkan dana penyelenggaraan diklat dengan
mengacu pada Juklak dan Juknis terkait keuangan.
D. Format rencana dan laporan dana penyelenggaraan diklat, sebagaimana
terlampir.

BAB XIII
LAMPIRAN

A. Analisa Kebutuhan Diklat


B. Katalog Pelatihan ( Contoh)
C. Uraian Tugas Panitia dan Pelatih

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


101
Pedoman Pelatihan PMI

D. Format Perencanaan Anggaran Pelatihan


E. Kerangka Acuan Pelatihan ( Contoh )
F. Memo ( Contoh)
G. Surat Edaran Eksternal (Contoh)
H. Info Kit
I. Formulir Pendaftaran Pelatihan dan Orientasi
J. Alur Seleksi Peserta Pelatihan
K. Evaluasi Reaksi
L. Lembar Evaluasi Pembelajaran
M. Format Pre/Post Test ( Contoh)
N. Lembar Evaluasi Perilaku
O. Lembar Evaluasi Hasil
P. ROTI ( Return Of Training Investment )
Q. Sertifikat dan Transkip Nilai
R. Piagam Penghargaan
S. Format Laporan Peserta pelatihan/Kursus
T. Laporan Panitia (Contoh)
U. Format Pendataan
V. Format Laporan pertanggungjawaban

BAB XIV
PENUTUP

Pedoman ini mengikat untuk dilaksanakan segenap jajaran PMI di seluruh Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Januari 2012

PENGURUS PUSAT
PALANG MERAH INDONESIA
KETUA UMUM,

M. JUSUF KALLA

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


102
Pedoman Pelatihan PMI

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


103
Pedoman Pelatihan PMI

Lampiran 3 – Analisis Kebutuhan


104

Anda mungkin juga menyukai