Oleh :
2020
I. PENDAHULUAN
Menurut Joko et al. (2011), menyatakan bahwa primer merupakan salah satu
factor penting yang akan mempengaruhi kualitas hasil identifikasi dengan
menggunakan teknik PCR. Primer merupakan oligonukleotida yang berperan dalam
mengawali proses amplifikasi DNA dan keberadaannya yang akan membua gen
target teramplifikasi sepanjang reaksi berlangsung. Primer juga berperan sebagai
pembatas DNA yang akan diamplifikasi dan menyediakan gugus hidroksi (-OH)
pada ujung 3’ yang diperlukan untuk proses eksistensi DNA. Selama perancangan
dan penentuan primer yang baik diperlukan beberapa kriteria yang harus terpenuhi
seperti panjang primer, persentase jumlah basa G dan C, nilai melting temperature
(Tm), selisih melting temperature (ΔTm), dan interaksi primer (dimer dan hairpins)
(Sasmitha et al., 2018).
Desain primer dilakukan untuk memperoleh primer yang dapat digunakan
dalam amplifikasi DNA dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
Keberhasilan amplifikasi DNA tergantung dari ketepatan primer yang digunakan.
Primer yang digunakan dalam proses PCR harus dapat membatasi daerah yang akan
diamplifikasi. Primer berfungsi sebagai pembatas fragmen DNA target yang akan
diamplifikasi. Primer dimer merupakan primer yang menemper pada primer yang
lain. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan suhu annealing ppad kedua primer
tersebut (Yusuf, 2010).
PCR adalah teknologi yang digunakan untuk menggandakan sekuens DNA
spesifik dengan primer yang spesifik. Teknologi ini sudah digunakan untuk kontrol
keamanan makanan dikarenakan kesensifitas, kecepatan dan kespesifikan teknik ini
(Cheng et al., 2016). Menurut Sambrook & Russel (2001), sintesis PCR melibatkan
tiga tahap, antara lain denaturasi, annealing, dan ekstensi. PCR adalah suatu teknik
yang melibatkan beberapa tahap yang berulang (siklus) dan pada setiap siklus terjadi
duplikasi jumlah target DNA untai ganda. Untai ganda DNA templat (unamplified
DNA) dipisahkan dengan denaturasi termal dan kemudian didinginkan hingga
mencapai suatusuhu tertentu untuk memberikan waktu pada primer menempel
(anneal primers) pada daerah tertentu dari target DNA. Polimerase DNA digunakan
untuk memperpanjang primer (extend primers) dengan adanya dNTPs (dATP, dCTP,
dGTP, dan dTTP) dan buffer yang sesuai. SDW digunakan sebagai pelarut, buffer
digunakan untuk mengkondisikan reaksi agar optimum, MgCl2 digunakan sebagai
ko-faktor DNA polimerase, dNTP digunakan sebagai pembentuk basa komplementer
dan penyusun DNA (Newton & Graham, 1994). Alasan penggunaan software desain
untuk PCR adalah agar kita dapat mengunakan primer spesifik yang diinginkan guna
penelitian maupun kegiatan lainya.
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk melakukan deteksi Virus dengan teknik
polymerase chain reaction (PCR) pada genom virus Epstein-Barr melalui desain
primer yang memenuhi kriteria optimal primer.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
hai
Cara kerja praktikum ini yaitu buka link ncbi.nlm.nih.gov/ setelah itu pilih Gene.
Masukkan nama gen yang akan dicari yaitu LMP-1. Muncul tampilan beragam gen dan
pilih gen LMP-1 (Human herpesvirus 4 type 2). Klik genbank lalu klikk FASTA. Muncul
sekuen gen tersebut. Pilih banyaknya gen yang dibutuhkan. Lalu buka primer3.ut.ee/ dan
paste sekuen yang telah di copy pada tempat yang telah disediakan. Pergi ke product
size range dan pilih panjang sekuennya sesuai dengan sekuen yang di copy tadi. Klik
pick primer untuk menunjukan hasil primer yang diinginkan. Muncul 2 tipe primer yaitu
oligo dan additional oligo, pilih salah satu. Copy salah satu primer yang diinginkan ke
dalam aplikasi Perlprimer. Masukkan primer tadi kedalam kotak yang tersedia. Klik
calculate Tm untuk menunjukkkan hasilnya.
A. Kesimpulan
B. Saran
Cheng, J. H., Chou, H. T., Lee, M. S., & Shue, S. C., 2016. Development of qualitative
and quantitative PCR analysis for meat adulteration from RNA samples. Food
Chemistry, 192(2016), 336-342.
Joko, T., Kusumandari, N. & Hartono, S., 2011. Optimasi Metode PCR untuk
Deteksi Pectobacterium carotovorum, Penyebab Penyakit Busuk Lunak
Anggrek. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 17(2), p. 54–59.
Newton, C. R., & Graham, A., 1994. PCR. Oxford: BIOS Scientific Publishers Limited.
Sambrook, J., & Russel D. W., 2001. Molecular Cloning: A Laboratory Manual
3rd Ed. New York: Cold Spring Harbor Laboratory Press.
Sasmitha, L. V., Yustiantara, P. S. & Yowani, S. C., 2018. Desain DNA Primer Secara In
Silico Sebagai Pendeteksi Mutasi Gen Gyra Mycrobacterium tuberculosis untuk
Metode Polymerase Chain Reaction. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of
Applied Chemistry), 6(1), pp. 63-69.
Yusuf, Z. K., 2010. Polymerase Chain Reaction (PCR). Saintek, 5(6), pp. 1-6.