Anda di halaman 1dari 12

HCG

Nama : Edi Robiyanto


NIM : B1A017112
Rombongan : II
Kelompok : 3
Asisten : Siti Masrifah

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOBILOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human chorionic gonadotropin (HCG), juga dikenal sebagai “hormon
kehamilan" memiliki peran penting dalam reproduksi manusia. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bagian penting di dalamnya membangun dan
mempertahankan kehamilan, melalui plasentasi dan perkembangan embrio awal
(Theofanakis et al., 2017). Menurut Frandson (1993) Human Chorinic
Gonadotropin (HCG) adalah suatau glikoprotein yang mengandung galaktosa dan
heksosamin. Kadar HCG meningkat dalam darah dan urine segera setelah
implantasi ovum yang sudah dibuahi. Dengan demikian ditemukannya HCG
merupakan dasar bagi banyak tes kehamilan. Menurut Prawirohardjo (1976)
HCG berfungsi untuk mempertahankan corpus luteum yang membuat estrogen
dan progesteron sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat
sendiri cukup estrogen dan progesteron. Pada waktu itu kadar HCG juga turun.
Kadar HCG selama kehamilan trimester pertama biasanya diukur dalam
satuan international unit per mili liter, atau IU/mL. Kisaran kadar hormon ini
dapat sangat bervariasi dari satu wanita ke wanita lain, dari satu kehamilan ke
kehamilan lain. Kadar ini akan mencapai puncaknya antara minggu ke 9-12
kehamilan, sekitar 25.700 sampai 288.000 IU/mL. Dengan berakhirnya
kehamilan trimester pertama, pada minggu 13 dan 14, kadar hormon HCG akan
menurun, sampai sekitar 13.300-254.000 IU/mL. Kadar Hormon HCG dapat
diperkirakan didalam darah bukan hanya di dalam urin saja, kadar hormon di
dalam darah ibu selama kehamilan normal diperkirakan 5 mg/mL pada trimester
pertama. Hormon ini dapat diukur dan dideteksi dalam darah paling cepat 6 hari
setelah konsepsi. Keberadaannya dalam urin pada awal kehamilan adalah dasar
bagi berbagai uji laboratorium untuk kehamilan, dan hormon ini kadang-kadang
dapat terdeteksi didalam urin 14 hari setelah konsepsi (Ganong, 2008).
Imunokromatografi adalah metode yang dapat digunakan dalam diagnostik.
Metode ini menggunakan SPR mirip dengan sensor WR dalam mendeteksi
molekul pada chip dan berguna dalam analisis biokimia (Shimizu et al., 2017).
Dasar yang digunakan dalam metode ini adalah reaksi antigen-antibodi dengan
HCG sebagai antigen. Metode ini menggunakan alat test strip (Prawirohardjo,
1976).
Komposisi reagen yang terkandung dalam test strip adalah antibodi
monoklonal anti HCG (sebagian zona test) yang diletakkan pada partikel lateks
berwarna merah dan sebagai zona control adalah anti HCG dari IGg mouse.
Keunggulan dari test strip adalah test dapat dilakukan sendiri, alat test mudah
diperoleh pada supermarket ataupun apotek dengan harga murah dan terjangkau,
jenis daan merk test strip bervariasi, dan akurasi tinggi (Rose, 2006). Selain itu
test strip strip ini lazim dilakukan karena lebih sensitif dan juga lebih praktis
(Renowati & Sri, 2018).
Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah
dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode strip. Keduanya
berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibodi (immunoassay).
Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-HCG di urin minimal 200
mIU/mL sedangkan metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/mL.
Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif juga lebih
praktis, Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh, terutama
oleh pengaruh hormon-hormon somatotropin, estrogen dan progesteron
(Renowati & Sri, 2018).
Adapun mekanisme kerja test strip yang lebih rinci adalah urin yang
diperiksa akan bergerak dari zona yang satu ke zona yang lain, dimulai dari zona
yang terdapat mobile anti HCG1. Anti HCG1 akan ikut terbawa oleh urin ke zona
anti HCG2. Disinilah penentuan positif atau negatifnya suatu tes. Jika pada urin
terdapat molekul HCG, maka molekul ini yang sebelumnya sudah berikatan
dengan anti-HCG1 akan berikatan dengan anti-HCG 2 sehingga akan terbentuk
warna atau garis pada strip ataupun kaset pemeriksaan. Jika pada urin tidak
terdapat molekul HCG, maka anti-HCG 2 tidak akan terikat. Selanjutnya urin
bergerak ke zona anti-anti HCG. Pada zona ini, baik urin yang mengandung
molekul HCG maupun yang tidak, akan terbentuk warna ataupun garis. Hal ini
dikarenakan anti-anti HCG berikatan dengan anti-HCG1 yang ikut terbawa oleh
urin. Zona ini disebut kontrol (Hanifa & Saifuddin, 2005).

B. Tujuan
Tujuan praktikum acara ini adalah untuk mengetahui adanya HCG pada
urin wanita hamil dengan teknik imunokromatografi
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel urin wanita
hamil dan sampel urin wanita tidak hamil.
Alat yang digunakan adalah botol film dan test strip.

B. Cara Kerja
1. Test strip disiapkan.
2. Test strip dicelupkan kedalam sampel urin dan dibaca hasilnya setelah 5
menit.
3. Hasil interpretasi dibaca.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1 Hasil Uji Test strip

Keterangan :
1. Hasil uji positif
2. Hasil uji negatif
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa urin yang
digunakan kelompok 5 rombongan II merupakan urin wanita yang hamil dan
tidak hamil. Hal ini ditandai dengan garis merah yang hanya terdapat 1 strip saja
untuk wanita tidak hamil dan 2 strip untuk wanita yang hamil. Sesuai dengan
pernyataan George (2008) strip HCG urin adalah tes menggunakan metode
imunoassay kromatografi dimana menggunakan antibodi spesifik untuk secara
selektif mengidentifikasi adanya HCG didalam urin dengan derajat sensitivitas
yang tinggi. Peningkatan level HCG sebesar 20 mIU/mL dapat dideteksi hanya
dalam 3 menit. Prinsip dari test ini adalah penambahan urin ke peralatan test dan
membiarkannya berjalan di sepanjang absorban. Penanda antibodi yang
menafsirkan warna melekat ke HCG pada daerah tes dan menghasilkan pita
berwarna merah ketika konsentrasi HCG sama dengan atau lebih dari 20
mIU/mL. Saat keadaan tidak adanya hormon HCG, maka tidak akan terbentuk
pita di daerah test. Reaksi pencampuran berlanjut di sepanjang absorban
melewati daerah test dan kontrol. Konjugasi yang tidak berikatan ke reagen pada
daerah kontrol menghasilkan pita berwarna merah, yang menunjukkan bahwa
reagen dan peralatan masih berfungsi secara baik.
Human Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah suatau glikoprotein yang
mengandung galaktosa dan heksosamin. Kadar HCG meningkat dalam darah
dan urine segera setelah implantasi ovum yang sudah dibuahi. Dengan demikian
ditemukannya HCG merupakan dasar bagi banyak tes kehamilan (Murray,
1999). Tes kehamilan menggunakan urine, karena dalam wanita hamil
mengadung HCG (Human Chorionic Gonadotropin). HCG yaitu suatau hormon
glikoprotein yang mempertahankan sistem reproduksi wanita dalam keadaan
cocok untuk kehamilan. HCG di sintesis pada retikulum endoplasma kasar,
glikosilasi disempurnakan apparatus golgi (Shakuntala et al., 2012). HCG dapat
juga digunakan dalam upaya mensinkronkan ovulasi dan perkawinan yang
diperlukan agar terjadi suatu konsepsi (Frandson,1993). Bila terdapat HCG
dalam urin, HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah
aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi
tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif apabila tidak terjadi aglutinasi,
dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi (Pearce , 1997).
Dahulu, tes kehamilan dilakukan dengan reaksi bufo atau reaksi katak.
Tes ini menggunakan urin yang disuntikkan pada katak jantan bernama Bufo
melanotictus. Hasil positif bila terdapat sperma katak dan negatif bila tidak ada.
Kini tes kehamilan dengan urin dapat dilakukan sendiri atau di laboratorium.
Bahkan, alat-alat tes kehamilan banyak dijual di apotek dengan harga yang
bervariasi, Semakin mahal harga test pack tersebut, biasanya tingkat
keakuratannya akan semakin tinggi. Test pack merupakan salah satu pilihan
yang sering dilakukan karena cara penggunaannya mudah. Meskipun terdapat
berbgaia macam jenis test pack (berbentuk strip, pena, batangan kecil dan
sebagainya) tetapi pada prinsipnya sama yaitu unuk mengetahui ada tidaknya
pengikatan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) di dalam tubuh Ibu.
Hormon ini terdapat dalam urin dan darah apabila terjadi kehamilan. Test pack
juga relatif mudah didapat. Cara penggunaannya juga cukup mudah, yaitu
dengan mencelupkannya pada urin dan ditunggu selama beberapa menit dan
dilihat hasilnya (Siswosuharjo & Chakrawati, 2010).
Sistem pencitraan dual-modality berbasis smartphone baru
dikembangkan, yang secara kuantitatif dapat mendeteksi warna atau fluoresen
lateral immunochromatographic flow strip (ICTS). Algoritma diterapkan untuk
menghitung lokalisasi batas dan meningkatkan akurasi sinyal penggalian, yang
mencapai intensitas sinyal tinggi dan sensitivitas. Kinerja sistem diuji
menggunakan sampel yang berbeda, yang menyajikan hasil yang memuaskan.
Banyaknya objek yang terhubung yang dirancang untuk dihubungkan dengan
sistem yang dikendalikan oleh smartphone dan data besar untuk mewujudkan
bio-analis dan pemantauan dan pengelolaan perawatan kesehatan pribadi,
pekerjaan lebih lanjut akan fokus pada pengembangan sistem pencitraan portabel
dan serbaguna berdasarkan pada smartphone untuk deteksi di POCT dalam
waktu dekat (Hou et al., 2017).
Intensitas cahaya yang berbeda dan lokasi strip menyebabkan sedikit
variasi dalam gambar yang diperoleh. Untuk menguji pengulangan sistem,
konsentrasi yang sama sepuluh strip terdeteksi berulang kali dan setiap strip
dimasukkan ke dalam sistem selama 10 kali dalam 5 menit. Untuk mengevaluasi
stabilitas sistem, strip immunochromatographic mengandung tiga konsentrasi
yang berbeda (10, 60, dan 120 mIU / mL untuk HCG dan 5, 20, dan 50 ng / mL
untuk CEA) diuji oleh sistem. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi toleransi
kesalahan variasi. Varians dihitung oleh hasil setelah diuji untuk 10 kali di setiap
strip. Untuk konsentrasi HCG, 10, 60, 120 mIU / mL sesuai dengan deteksi
standar deviasi masing-masing adalah 2,63, 1,37, 0,91%. Untuk CEA, 5, 20, 50
ng / mL konsentrasi yang sesuai dengan deteksi standar deviasi masing-masing
adalah 3,85, 1,45, dan 1,05%. Varians dari seluruh hasil tes adalah 1,6% (strip
berwarna) dan 2,1% (strip fluorescent), masing-masing. Hasil tersebut
menyatakan bahwa stabilitas sistem sebanding dengan konsentrasi sampel, dan
itu menunjukkan hal yang sama nilai dari setiap pengukuran, sehingga
membuktikan pengulangan yang baik dari sistem (Hou et al., 2017).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan


bahwa hasil urin wanita yang hamil ditunjukkan dengan 2 garis merah yang
menunjukkan kadar HCG lebih dari 20 mIU/mL dan hasil urin wanita yang tidak
hamil ditunjukkan dengan 1 garis merah yang menunjukkan kadar HCG kurang
dari 20 mIU/mL.
DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D., 1993. Anatomi dan Fisologi Ternak. Yogyakarta : UGM Press.
Frandson, R.D., 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC.
George, A., 2008. Asuhan Antenatal, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi. Surabaya: Bina Pustaka.
Hanifa, W. & Saifuddin, A. B., 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Yogyakarta : Yayasan
Bina Pustaka Prawirohardjo.
Hou, Y., Wang, K., Xiao, K., Qin, W., Lu, W., Tao, W. & Cui, D., 2017.
Smartphone-Based Dual-Modality Imaging System for Quantitative Detection
of Color or Fluorescent Lateral Flow Immunochromatographic Strips.
Nanoscale Research Letters, 12(291),pp.1-13.
Murray, R.K., 1999. Biokimia Harper. Jakarta: ECG.
Pearce, E., 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Prawirihardjo, S., 1976. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Renowati. & Sri, S., 2018. Uji Kesesuaian Pemeriksaan Kehamilan Metode Strip
Test dengan Metode Aglutinasi. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis, 1(1 ),
pp. 1-5.
Rose, W., 2006. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta : Dian Rakyat.
Shakuntala, P., Ud, B., Anbukkani, S., Rajshekar, K. & Umaevi, K., 2012. Risiko Tinggi
Neoplasia Tropoblastik Gestasional Setelah Kehamilan Anggur. Departemen
Ginekologi, 3(1), pp.50-54.
Shimizu, T., Tanaka, T., Uno, S., Ashiba, H., Fujimaki, M., Tanaka, M., Awazu, K.
& Makishima, M., 2017. Detections of Antibodies Againts Hepatitis B Virus
Surface Antigen and Hepatitis C Virus Core Antigens in Plasma with a
Waveguide Mode Sensor. Journal of Bioscience and Bioengineering, 123(6),
pp. 760-764.
Siswosuharjo, S. & Chakrawati, F., 2010. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat.
Semarang: PT Niaga Swadaya.
Theofanakis, C., Petros, D., Alexandros, B. & Dimitrios, L., 2017. Human Chorionic
Gonadotropin: The Pregnancy Hormone and More. International Journal of
Molecular Sciences, 18(1059), pp. 1-8.

Anda mungkin juga menyukai