Anda di halaman 1dari 8

PENGAMATAN VIRUS PADA BAKTERI DENGAN METODE

PLAQUE

Oleh :

Nama : Edi Robiyanto


NIM : B1A017112
Rombongan : II
Kelompok : 2
Asisten : Citra Mawada Entristiana

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020

I. PENDAHULUAN

Virus adalah partikel nukleoprotein yang berukuran sub mikroskopis,


memperbanyak diri dalam jaringan sel hidup, dan mempunyai kemampuan
menyebabkan sakit pada makhluk hidup (Hanadyo et al., 2013). Virus merupakan
mahluk peralihan antara benda mati dan benda hidup. Disebut benda mati karena
dapat dikristalkan, tidak memiliki protoplasma atau aseluler, dan di alam bebas
virus gangguan dormansi atau istirahat. Jika virus terbawa oleh angin, kemudian
menemukan tempat yang cocok maka virus itu akan aktif, tetapi jika tempat itu
tidak cocok maka virus akan terlempar dan terbawa oleh angin lagi. Virus juga
bersifat virulen dan hanya mampu hidup di kelompok yang hidup. Virus hanya
memiliki DNA atau RNA saja. Disebut benda hidup karena memiliki DNA atau
RNA dan dapat bereproduksi. Ukuran virus lebih kecil dari bakteri sekitar 200-300
milimikron. Bentuk virus ada yang poligonal, bulat, dan T. Contoh virus adalah T
adalah bakteriofag atu sering disebut fag saja. Virus ini menyerang bakteri
epidemik misalnya Eschericia coli (Deri, 2008).
Bakteriofag (atau virus yang melisiskan bakteri) adalah bentuk kehidupan
yang paling umum di dunia dan mereka adalah bagian dari mikroflora normal dari
semua makanan segar (Carter et al., 2012). Bakteriofag memiliki keunggulan
karena mampu menginfeksi dan melisiskan bakteri spesifik dengan menghasilkan
enzim lisozim. Hal tersebut menjadi salah satu keuntungan penggunaan bakteriofag
sebagai biokontrol bakteri yang lebih aman (Saefunida et al., 2016). Bakteriofag
merupakan virus yang menginfeksi bakteri dan mampu membunuh sel bakteri
tersebut secara langsung atau mengintegrasikan DNA virus ke dalam kromosom
bakteri inang (Budzik, 2003). Bakteriofag adalah virus yang sel inangnya berupa sel
bakteri, contohnya virus bakteri E. coli. Sebagian besar bakteriofag mempunyai
asam nukleat double-stranded DNA (dsDNA), akan tetapi ada juga yang asam
nukleatnya berupa single-stranded DNA (ssDNA) dan virus RNA. Bakteriofag
memiliki kapsid yang berbentuk polyhedral dan diselubungi oleh protein.
Bakteriofag juga memiliki ekor seperti benang, tersusun atas protein, yang dapat
mengenali reseptor pada sel inang pada saat tahap pelakatan (Haq et al., 2012).
Bakteriofag mempunyai
tingkat kelimpahan yang tinggi di alam. Bakteriofag dapat menginfeksi sebanyak
1023/detik. Bakteriofag dianggap sebagai senjata biologis terhadap bakteri patogen.
Sifat antibakteri bakteriofag digunakan dalam terapi fag terhadap bakteri resisten
antibiotik pada manusia dan hewan. Selain itu, bakteriofag digunakan dalam
vaksinasi (Golec et al., 2014)
Perkembangbiakan virus atau dalam siklus hidupnya virus memerlukan
lingkungan sel yang hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel
hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi. Menurut Campbell (2004) ada dua
macam virus menginfeksi bakteri, yaitu :
a. Infeksi secara litik 
Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut ini:

1. Fase adsorpsi dan infeksi


Faga akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel
hospes, daerah itu disebut daerah reseptor. Daerah ini khas bagi faga
tertentu dan faga jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut. Virus
tidak memiliki enzim untuk metabolisme, tetapi memliki enzim lisozim
yang berfungsi merusak atau melubangi dinding sel hospes. Sesudah
dinding sel hospes terhidrolisis oleh lisozim, maka seluruh isi faga masuk
ke dalam hospes. Faga kemudian merusak dan mengendalikan DNA
hospes.
2. Fase replikasi (fase sintesa)
DNA faga mengadakan replikasi (menyusun DNA) menggunakan
DNA hospes sebagai bahan, serta membentuk selubung protein, maka
terbentuklah molekul DNA baru virus yang lengkap dengan selubungnya.
3. Fase pembebasan virus (faga-faga baru)/ fase lisis.
Sesudah faga dewasa, sel hospes akan pecah (lisis), sehingga
keluarlah virus atau faga yang baru. Jumlah virus baru ini dapat mencapai
sekitar 200.
b. Infeksi secara lisogenik 
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Faga menempel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan
penetrasi pada hospes kemudian mengeluarkan DNA ke dalam tubuh
hospes.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profaga yang
memiliki sebagian besar gen yang berada dalam fase tidak aktif, tetapi
sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk
mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen
profaga tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri, profaga ikut membelah sehingga
dua sel anakan hospes juga mengandung profaga di dalam selnya. Hal ini
akan berlangsung terus-menerus selama sel bakteri yang mengandung
profaga membelah.
Metode Plaque adalah salah satu metode yang digunakan untuk menguji
adanya virus yang melisiskan sel inang. Metode Plaque pertama kali dikembangkan
oleh Renato Dulbecco pada tahun 1952 untuk menghitung banyaknya bakteriofage.
Metode Plaque merupakan metode umum dalam melihat kuantitas infeksi virus dan
substansi virus. Selain itu, metode-metode lain yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya virus adalah melalui PCR, dan pelacak DNA (Jawetz & Joseph,
1986). Metode plaque sering digunakan karena lebih mudah dan sederhana, yaitu
dengan  melihat zona jernih dari biakan bakteri yang ditumbuhkan. Zona jernih
tersebut diakibatkan lisisnya bakteri akibat virus. Kekurangan metode plaque
adalah tidak terlalu akurat, karena susah membedakan antara plaque yang terbentuk
dengan media yang digunakan (Matrosovich et al., 2006).
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya virus yang
melisiskan sel bakteri, yang terlihat dari zona jernih atau adanya plaque yang
terbentuk di dalam media Luria Bertani yang telah diinokulasikan sampel dan
bakteri E. coli.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Deteksi Virus dengan Metode Plaque Rombongan II

Kelompok PFU’s/mL
1 155.000
2 11.666,66
3 41.666,66
4 78.333,33
5 36.666,66

Perhitungan

93
Kelompok 1 PFU’s/mL = −3
10 x 0,6
= 155.000 PFU’s/mL
7
Kelompok 2 PFU’s/mL −3
10 x 0,6
= 11.666,66 PFU’s/mL
25
Kelompok 3 PFU’s/mL −3
10 x 0,6
= 41.666,66 PFU’s/mL
47
Kelompok 4 PFU’s/mL −3
10 x 0,6
= 78.333,33 PFU’s/mL
22
Kelompok 5 PFU’s/mL −3
10 x 0,6
= 36.666,66 PFU’s/mL
Cara kerja praktikum yaitu pertama siapkan semua alat dan bahan. Kemudian
pindahkan 0,1 mL fag T4 ke dalam tabung dengan label 1:100. Campurkan dengan
menggunakan pipet steril. Transfer 0.1 mL dari pengenceran 1:100 ke dalam tabung
dengan label 1:10.000. Campurkan dengan menggunakann pipet steril. Transfer 0.1 mL
dari pengenceran 1:10.000 ke dalam tabung dengan label 1:100.000. Campurkan dengan
pipet steril. Transfer 1 mL dari tabung dengan label 1:100.000 ke tabung dengan label
1:1.000.000. Campurkan menggunakan pipet steril. Transfer 1 mL dari tabung dengan
label 1:1.000.000 ke tabung dengan label 1:10.000.000 dan campur menggunakan pipet
steril. Campur larutan bacteriophage dengan E. coli sebanyak 0,1 mL ke dalam
microtube yang telah dilabeli dengan larutan yang sama menggunakan tip yang sama.
Putar tabung dengan telapak tangan dan biarkan inkubasi pada temperature ruangan
selama 5 menit. Kemudian plating campuran E.coli phage dengan pipert steril ke atas
Luria Bertani Agar lalu dengan cepat ratakan ke seluruh permukaan agar. Hindari
tebentuknya gelembung karena dapat berefek pada hasil. Inkubasi selama 2x24 jam
padas suhu 37oC.
Berdasarkan hasil diapatkan jumlah plaque sebanyak 155.000 PFU’s/mL pada
kelompok 1, 11.666,66 PFU’s/mL pada kelompok 2, 41.666,66 PFU’s/mL pada
kelompok 3, 78.333,33 PFU’s/mL pada kelompok 4, dan 36.666,66 PFU’s/mL pada
kelompok 5. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki jumlah
plaque yang paling banyak. Hal ini dapat terjadi karena E.coli yang digunakan dapat
berasal dari yang tercemar dengan E. coli dengan konsentrasi yang tinggi. Hal inilah
yang menjadi penyebab banyak terbentuknya plaque pada kelompok 1 (Armon & Kott,
1993). Hasl seemua kelompok menunjukkan interpretasi hasil yang positif. Interpretasi
hasil positif ditandai dengan terbentuknya zona jernih pada media dengan bulat penuh
(lingkaran). Plaque terbentuk akibat lisisnya sel bakteri oleh bakteriofag. Semakin
banyak jumlah plaque yang terbentuk, maka bakteriofag yang terdapat didalam sampel
dapat dikatatakan memiliki konsentrasi yang tinggi. Plaque merupakan daerah kecil
yang bersih disebabkan oleh adanya pelisisan dinding sel bakteri yang disebabkan oleh
virus. Reseptor merupakan daerah khas tempat pelekatan virus bagi fag tertentu. Fag
jenis lain tidak dapat melekat pada reseptor yang tidak sesuai (Aryulina, 2009).
III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa terdapat virus


yang melisiskan sel bakteri milik seluruh kelompok rombongan II yang terlihat
dari terbentuknya zona jernih atau plaque yang terbentuk pada media Luria
Bertani Agar yang telah diinokulasikan sampel dan bakteri E.coli.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini yaitu perlunya kejelasan asal dari E.coli yang
digunakan pada prakrikum ini,

C.
DAFTAR PUSTAKA

Armon., R & Kott., Y. 1993. A simple, rapid and sensitive presence/absence detection
test for bacteriophage in drinking water. Journal of applied bacteriology, 74(4),
pp. 490-496.
Aryulina, D. 2009. Biologi 1. Jakarta: Esis
Budzik, J. M., 2003. Phage Isolation and Investigation. Dartmouth Undergraduate
Journal of Sciences, 3(1), pp. 37-43.
Campbell, N. A. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Carter, D. C., Adam, P., Tamar, A., Manrong, L., Joelle, W., Joshua, M., Andre, S.,
Andrew, M. K. & Alexander, S., 2012. Bacteriophage Cocktail Significantly
Reduces Escherichia coli O157. Bacteriophage, 2(3), pp. 178-185.
Deri, A., 2008. Jenis atau Macam Daur Infeksi Virus (Litik & Lisogenik) dan Contoh
Virus pada Hewan dan Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Golec,P., Golec, J. K., Marcintos & Wergzyn, G., 2014. Bacteriophage T4 Can Produce
Progeny Virions in Extremely Slowly Growing Escherichia coli Host:
Comparison of A Mathematical Model with the Experimental Data. FEMS
Microbiology Letters, 351, pp. 156-161.
Hanadyo, R., Tutung, H. & Mintarto, M., 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Daun Cair
Terhadap Intensitas Serangan Tobacco Mosaic Virus (TMV), Pertumbuhan,
dan Produksi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.). Jurnal HPT, 1(2),
pp. 28-36.
Haq, A., Irshad, U. I., Chaudhry, W. N., Akhtar, M. N., Andleeb, S. & Qadri, I., 2012.
Bacteriophages and Their Implications on Future Biotechnology: A Review.
Virology Journal, 9(9), pp. 1-12.
Jawetz, E.& Joseph, L. M., 1986. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan Edisi 16.
Jakarta: ECG.
Matrosovich, M., Matrosovich, T., Garten, W.  & Klenk, H. D., 2006. New
Lowviscosity overlay Medium for Viral Plaque Assays.  Virology Journal., 3
(63), pp. 1-7.
Saefunida, D. S., Wijanarka., Isworo, R. M. G. & Novik, N. H., 2016. Isolasi
Bakteriofag Escherichia coli dari Sistem Distribusi Air Minum Isi Ulang
Sebagai Antibiofilm. Jurnal Biologi, 5(2), pp. 68-75.

Anda mungkin juga menyukai