Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ETIKA PROFESI

ANALIS KESEHATAN

DI SUSUN OLEH :

IKA THERESIA FISCARINA (1270011081)

AAK 17 AGUSTUS 1945

SEMARANG
ETIKA PROFESI ANALIS KESEHATAN

Sudah sering kita mendengar istilah "kompeten" dan "kompetensi". Lalu apa

maksud dari kedua kata itu? Kompeten adalah ketrampilan yang diperlukan

seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten

memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan

spesifik. Sedangkan kompetensi adalah apa yang seorang mampu kerjakan untuk

mencapai hasil yang diinginkan dari satu pekerjaan. Kinerja atau hasil yang

diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang didasarkan pada

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap (attitude) dan sifat-sifat pribadi

lainnya. Secara umum, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah

kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge)

yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan

dievaluasi. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah : seperangkat tindakan

cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu. Kompetensi profesional didapatkan melalui pendidikan, pelatihan

dan pemagangan dalam periode yang lama dan cukup sulit, pembelajarannya

dirancang cermat dan dilaksanakan secara ketat, dan diakhiri dengan ujian

sertifikasi (Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti

Pendidikan Tinggi).
I. KODE ETIK

Kode etik berarti himpunan norma yang disepakati dan ditetapkan oleh

dan untuk pengamban profesi. Kode etik adalah kumpunan asas dan nilai yang

berkenaan dengan moral, sehingga bersifat normatif dan tidak empiris seperti

halnya pada behavioral science. Tiap profesi mengenal pendidikan/pelatihan

yang khusus. Selain itu tiap profesi harus mengabdi kepada masyarakat dan

memiliki suatu kode moral, suatu kode etik tersendiri.

Pengembangan kode etik profesi untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh

pendukungnya mengandung 3 nilai yaitu :

1. Suatu kode etik profesi memudahkan dalam pengambilan keputusan

secara efisien. Dalam hal ini kode etik berfungsi sebagai arahan

khususnya dalam menyelesaikan masalah dalam pelayanan

kesehatan.

2. Secara individual para pengemban profesi itu sering kali

membutuhkan arahan dalam menjalankan tugas profesionalnya.

3. Kode etik profesi menciptakan suatu pola perilaku yang diharapkan

oleh klien/pasiennya secara professional.

Kode etik adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota

profesi yang bersangkutan dalam menjalankan tugas profesinya dan dalam

hidupnya di masyarakat. Anggota profesi yang melanggar kode etik profesinya

ditertibkan atau dihukum atau dikeluarkan dari profesi itu oleh para anggota

profesi itu sendiri, biasanya oleh suatu dewan atau majelis yang dipilih atau
ditunjuk khusus oleh para anggota profesi itu sendiri. Dengan kata lain yang

wajib menjatuhkan sanksi terhadap mereka yang melanggar adalah kelompok

profesi itu sendiri.

Majelis yang berkaitan dengan kode etik ini dikenal dengan Majelis

Kehormatan Etik Profesi yang bertigas untuk memeriksa dan menentukan serta

menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran kode etik.

Pada dasarnya, perumusan suatu kode etik dimaksudkan untuk

kepentingan anggota profesi dan organisasi profesi. Secara umum, tujuan kode

etik adalah :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi. Demi menjaga

citra serta mencegah pihak luar meremehkan atau melecehkan

profesi, kode etik tiap profesi melarang para anggotanya bersikap dan

melakukan tindakan yang akan mencemarkan nama profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.

Kode etik profesi menetapkan larangan-larangan bagi anggota profesi

untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan,

menetapkan pembatasan tingka laku yang tidak pantas atau tidak

jujur dalam Interaksinya dengan sesame anggota profesi.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Kode etik

profesi menetapkan tujuan pengabdian para anggotanya terutama

tugas dan tanggung jawab pengabdian profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.


Kode etik suatu profesi biasanya ditetapkan oleh profesi yang

bersangkutan dalam suatu kongres, sehingga mempunyai kekuatan mengikat

dan pemberian sanksi yang tegas bagi setiap anggota profesi yang melakukan

pelanggaran terhadap kode etik. Kode etik diberlakukan berdasarkan suatu

peraturan perundang-undangan. Dengan demikian kode etik profesi dapat

disebut hokum khusus profesi.

Sebagai pedoman dalam bertindak bagi profesi, kode etik haris

memiliki sifat-sifat antara lain :

1. Kode etik harus rasional, tetapi tidak kering dari emosi

2. Kode etik harus resisten, tetapi tidak kaku

3. Kode etik harus bersifat universal

II. PROFESI

Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan

kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi

kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang

benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan

dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas,

mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya;

serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok

anggota yang menyandang profesi tersebut.


III. PROFESIONALISME

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya

kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang

tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima

panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan

pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah

gelapnya kehidupan.

Etika profesi Analis Kesehatan memiliki tiga dimensi utama, yaitu :

1) Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan

terlatih)

2) Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)

3) Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya

dilakukan)

Hak dan kewajiban analis kesehatan :

1) mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen·

2) melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen

yang berkisar dari yang sederhana sampai dengan kompleks·

3) mengoperasikan dan memelihara peralatan lab untuk memastikan

akurasi dan keabsahan, menkonfirmasi hasil abnormal, melaksanakan

prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah

yang berkaitan dengan data hasil uji·


4) mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan

manffat dan kepraktisannya·

5) membantu klinis dalam pemanfaatan yang benar dari data lab untuk

memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji laboratorium

dalam menginterprestasikan hasil uji

6) merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan

laboratorium· membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam

bidang teknis laboratorium

7) merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium

kesehatan

Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang analis kesehatan :

1) keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk

penyiapan pasien, labeling, penanganan, pengawetan, atau fiksasi,

pemprosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen

2) keterampilan dalam mengerjakan prosedur laboratorium·

3) keterampilan dalam melaksanankan metode pengujian dan pemakaian

alat yang benar·

4) keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,

kalibrasi, dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang di

lakukan·

5) keterampilan dalam pembuatan dan uji kualitas media serta reagen untuk

pemeriksaan laboratorium·

6) kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil·


7) keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui

evaluasi mutu hasil, sebelum melaporkan hasil uji·

8) keterampilan dalam menginterprestasikan hasil uji·

9) kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan

jenjangannya

Etika menghadapi seorang Pasien :

1) Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan

pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.

2) Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai

jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.

3) Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang

lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat.

4) menghadapi pasien dengan ekspresi muka (smile).

5) menghindari sebuah konflik dengan pasien

6) memiliki karakter yang lembut

7) menghargai lawan bicara

8) menjaga kepercayaan dan rahasia – rahasia pasien

9) memberikan informasi yang baik

10) menjaga rahasia dan menyimpan kondisi – kondisi pasien yang di hadapi

11) mengontol jarak dengan pasien

12) intonasi suara yang jelas

13) rileks
Profesionalisme Analis Kesehatan :

1) Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil

pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri

sendiri

2) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera dan memuaskan

3) Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan

pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi

lain)

4) Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat

dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya

atau keragu-raguan

5) Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien,

klinisi, dan profesi lain)

IV. STANDAR PROFESI

Semua profesi dalam melaksanakan pekerjaannya harus sesuai

dengan apa yang dinamakan standar (ukuran) profesi. Veronica (dalam

Anny Isfandyarie, 2005) mengatakan bahwa standar profesi adalah

pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan

profesi secara baik-baik.Hal serupa diungkapkan di dalam penjelasan

pasal 53 ayat 2 UU nomor 23/1992.


Adapun tujuan ditetapkannya standar profesi adalah :

1. Melindungi masyarat (pasien) dari praktik yang tidak sesuai

dengan standar profesi.

2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.

3. Sebagai pedoman dalam pengawasan, pembinaan, dan

peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

4. Sebagai pedoman untuk menjalankan pelayanan kesehatan yang

efisien dan efektif.

Contoh kasus mengenai Etika Profesi Analis Kesehatan

Seorang analis harus memiliki ketrampilan dan tanggung jawab yang tinggi

dalam pemeriksaan sampel. Hal ini berhubungan dengan adanya risiko yang fatal

jika terjadi kesalahan. Banyak yang tidak mengetahui jg analis kesehatan memiliki

banyak sekali peluang pekerjaan. Seorang lulusan analis bisa bekerja pada

laboratorium rumah sakit tentunya bertugas membantu diagnosa seorang dokter.

Selain rumah sakit analis kesehatan bisa ditempatkan di Prodia, PMI, dan segala

tempat yang berhubungan dengan analisis. Bisa dilihat seperti inilah gambarannya

seorang analis saat bekerja.

Salah satu contoh kasus dari kelalaian seorang analis ialah kasus mengenai

seorang wanita bernama Prita Mulyasari yang kasusnya sangat marak diberitakan di

media belakangan ini. Kasus yang menimpa Ibu Prita Mulyasari yang dituntut oleh

Omni International Hospital Tangerang atas dasar pencemaran nama baik dan

sempat ditahan di LP Wanita Tangerang sebelum akhirnya mendapat penangguhan


penahanan, menjadi berita hangat yang memicu timbulnya simpati masyarakat

sampai politisi di tanah air. Kasus ini bermula dari tersebarnya email yang berisi

keluhan Ibu Prita di internet yang oleh pihak RS Omni dianggap merugikan dan

mencemarkan nama baik RS dan dua orang dokternya. Dalam email yang tersebar

luas tersebut, Ibu Prita dengan gamblang menyatakan bahwa RS Omni International

telah melakukan penipuan atas dirinya karena menggunakan hasil lab yang hasilnya

tidak valid untuk memutuskan rawat inap. Hasil lab yang dimaksud adalah hitung

trombosit yang dilakukan dua kali yang hasilnya 27.000.

Keesokan harinya dokter spesialis yang merawat mengatakan ada revisi

tentang hasil lab yang dilakukan semalam, dan hasil yang benar adalah 181.000.

Inilah yang kemudian dianggap sebagai penipuan oleh Ibu Prita. Dari keterangan

yang ada didalam email tersebut berupa gejala klinis dan hasil pemeriksaan

trombosit awal, memang seorang dokter segera akan berpikir bahwa itu demam

berdarah sebelum terbukti yang lain, karena Indonesia termasuk daerah endemik

demam berdarah. Trombosit yang 27.000 ribu tersebut sudah termasuk

membahayakan karena potensi terjadinya perdarahan cukup besar.

Jadi berdasarkan pemeriksaan awal, saya kira memang sudah seharusnya

Ibu Prita dirawat segera. Perlu dicatat bahwa nilai normal hitung trombosit adalah

150.000-300.000/mikroliter (ada variasi nilai normal antar laboratorium/RS). Nilai

kritis pemeriksaan trombosit adalah 50.000. Potensi terjadinya perdarahan sangat

besar bila nilainya sudah dibawa 20.000. Namun yang mencengangkan saya adalah

revisi hasil lab yang dimaksud keesokan harinya. Apakah revisi tersebut dilakukan

dengan sampel yang sama? Apakah dua kali pemeriksaan awal (sesuai email Ibu
Prita) tersebut dua-duanya salah? Ini sangat kontras dengan apa yang dijelaskan

pihak RS Omni dalam klarifikasinya seperti yang diberitakan oleh Kompas. Pihak RS

dari berita itu hanya melakukan dua kali pemeriksaan hitung trombosit, dan

menyatakan bahwa pemeriksaan pertama tidak valid karena banyak gumpalan

darah. Saya kira disinilah letak kompetensi laboratorium RS Omni yang harus

dipertanyakan. Kenapa bisa terjadi banyak gumpalan darah? Darah yang telah diberi

anticoagulan atau antibeku tidak akan membeku, oleh karena itu pihak RS Omni

harus menjelaskan kepada masyarakat mengapa terdapat banyak gumpalan darah

di sampel darah Ibu Prita yang menjadi alasan tidak validnya pemeriksaan pertama.

Secara keseluruhan kasus ini menurut saya hanya karena kurangnya komunikasi

antara dokter dan pasien. Setiap tindakan yang diberikan kepada pasien

seyogyanya memang mesti sepegentahuan pasien.

Di sinilah letak pentingnya informed konsent. Dokter-dokter kita sepertinya

masih merasa terlalu sibuk untuk menjelaskan secara sederhana kepada pasien

tentang penyakitnya, diagnosis, prosedur pengobatan yang akan dilakukan,

sehingga mereka lebih memilih untuk memberikan instruksi berupa resep dan

tindakan medis dengan informasi yang seadanya kepada pasien. Kasus Prita

tersebut adalah salah satu contoh agar nantinya seorang analis harus memiliki

keterampilan dan tanggung jawab yang besar agar nantinya mereka dapat berhati-

hati dalam megerjakan suatu sampel sehingga mereka dapat mempertanggung

jawabkan sampel tersebut. Sehingga tidak ada lagi kasus Prita lainnya dikemudian

hari. Hal ini juga sudah sepatutnya menjadi pelajaran bagi profesi analis kesehatan

untuk lebih berhati-hati dan lebih teliti.


Sama halnya dengan rumah sakit, rumah sakit adalah kehidupan ideal bagi

orang-orang yang punya jiwa kemanusiaan, rasa sosial dan kemasyarakatan yang

tinggi. Oleh karena itu profesi di bidang pelayanan jasa medis apapun bentuk

profesinya (Rumah Sakit padat profesi) baik yang berprofesi sebagai staf medis

(dokter), staf paramedic (perawat / bidan) dan staf penunjang medis lainnya seperti

analis kesehatan, apoteker, analis gizi, fisioterapi, radiographer adalah salah satu

dari sekian banyak jenis pekerjaan yang dianggap mulia. Begitu banyak

pengetahuan medis yang telah disumbangkan ilmuwannya dalam rangka upaya

penyembuhan, penyelamatan dan pemulihan kesehatan umat manusia. Dan hal ini

seringkali klimaks dan atau antiklimaksnya berakhir di Rumah Sakit, berhasil atau

sebaliknya gagal. Namun alangkah naifnya jika profesi dibidang kesehatan lebih

banyak muatan komersialnya dari pada muatan pelayanan sosial kemasyarakatan,

simplenya dua- duanya harus seimbang antara pelayanan social kemasyarakatan

dengan bisnis dan keuntungan. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam

menganalisa sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA

Hendrik, SH, M.Kes, 2010. ETIKA & HUKUM KESEHATAN. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

ribkaagustinak.wordpress.com/2013/01/20/tugas-dan-resiko-analis-kesehatan

kuliahanaliskesehatan.blogspot.in/2013/06/etika-profesi-analis-kesehatan.html?m=1

organisasiku.blogspot.in/2011/04/etika-profesi-analis-kesehatan.html?m=1

dinitiara11.blogspot.com/2014/01/analis-kesehatan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai