Anda di halaman 1dari 10

DAUN DEWA

1. Klasifikasi Tanaman
Daun Dewa termasuk suku compositae/asteraceae. Tanaman tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (Berbiji Tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Berkeping dua)
Bangsa : Asterales
Famili : Compositae/asteraceae
Ordo : Gynurales
Jenis : Gynura pseudochina
Nama umum : Daun Dewa

2. Deskripsi Tanaman (Morfologi Tumbuhan, Lahan yang di gunakan)


Daun dewa merupakan semak semusim, dengan tinggi antara 30-50 cm.
berbatang lunak dengan penampang bulat, berwarna ungu kehijauan dan akar
membentuk umbi. Berdaun tunggal, bentuk daun variatif dari yang lonjong sampai
lanset memanjang, tersebar mengelilingi batang, tangkai pendek, berwarna hijau,
dan tepi bertoreh. Panjang daun bisa mencapai 30 cm dan lebar mencapai 10 cm.
Daunberdaging, berbulu halus dan lebat, ujung tumpul dan pangkal meruncing,
pertulangan menyirip, serta permukaan bawah berwarnahijau atau ungu. Bunga
majemuk berbentuk bongkol, berbulu, panjang tangkai bunga antara 20-30 cm, serta
kelopak berwarna hijau dan berbentuk cawan. Panjang mahkota bunga antara 1-1,5
cm dan benang sari berbentuk jarum berwarna kuning. Berbuah kecil berwarna
cokelat. Biji berbentuk jarum berwarna cokelat dengan panjang sekitar 0,5 cm,dan
berakar serabut.
Tanaman daun dewa memiliki rentang adaptasi yang cukup luas terhadap
lingkungan tempat tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah
sampai ketinggian 1.200 m dpl.

3. Nama Tanaman (Asal, daerah, umum)


Tanaman ini memiliki beberapa nama daerah antara lain bluntas cina, smasit,
sambung nyawa (Jawa Tengah), daun dewa dan umbi dewa (Sumatra); serta san qi
cao (Cina). Tanaman yang masih sekerabat dengan daun dewz adalah beluntas
(Pluschea indica). Umbi dewa merupakan tanaman asli Myanmar dan daratan Cina.
Diperkirakan tanaman ini masuk ke Indonesia melalui Srilanka pada zaman VOC,
dibawa oleh pedagang-pedagang dari Cina. Oleh orang-orang Cina Betawi sengaja di
tanam untuk di manfaatkan sebagai obat ginjal.

4. Kandungan (Nama dan rumus Kimia)


Tanaman daun dewa mempunyai kandungan kimia yang bermanfaat bagi
manusia. Berbagai kandungan yang diketahui diantaranya saponin, minyak asiri,
tanin, polifenol, sterol, flavonoida (berupa asam klorogenat, asamkafeat, asam p-
kumarat, asam p-hidroksi benzoat, dan asam vanilat). Disamping kandungan tersebut,
daun dewa juga mengandung alkaloida.
Daun dewa bersifat manis, tawar, dingin, dan sedikit toksik. Rasa manis
mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan menyejukkan. Tawar atau tanpa rasa
bersifat sebagai peluruh kencing atau diuretik. Sifat dingin dipakai untuk pengobatan
pada sindroma panas, misalnya demam, rasa haus, lidah berwarna merah, atau air seni
atau air kencing berwarna kuning tua. Bersifat sedikit toksik (racun), sehingga
pemakaiannya sebaiknya tidak berlebihan
5. Sifat, khasiat dan manfaat
Sebagai tanaman obat, daun dewa berkhasiat mengobati beberapa penyakit
selain kanker. Untuk pengobatan, daun dewa dapat diminum tanpa campuran bahan-
bahan lain atau diramu dengan bahan lain, seperti temulawak, benalu teh, dan daun
deruju sesuai dengan tujuan pengobatan. Di samping dikonsumsi dalam bentuk
ramuan, daun dewa bisa juga dikonsumsi dalam bentuk makanan atau minuman,
misalnya untuk lalapan atau dibuat urap-urap. Namun, harus diperhatikan , jika
mengkonsumsi dalam bentuk makanan, jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan,
apalagi bagi orang yang tidak menderita penyakit, karena baik daun dewa adalah
tumbuhan yang berkhasiat obat.
Khasiat daun dewa banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara. Biasanya
digunakan untuk mengobati demam, rash, atau ruam di kulit, dan kelainan ginjal.
Akhir-akhir ini tanaman tersebut banyak dimanfaatkan untuk mengontrol penyakit
kencing manis dan hiperlipidema atau kadar kolesterol tinggi.
Daun dewa berkhasiat menyembuhkan penyakit jantung, stroke,
pembengkakan, tumor, luka memar, gangguan peredaran darah, tekanan darah tinggi,
gangguan saluran kemih, menghentikan pendarahan (Batuk darah, muntah darah,
mimisan) infeksi kerongkongan, tidak datang haid, dan digigit binatang berbisa.
Umbinya berguna untuk menghilangkan bakuan darah (hematom), pembengkakan,
tulang patah (fraktur) dan perdarahan nifas.

6. Teknik Budidaya Tanaman (Syarat tumbuh, media tanam, cara menanam, cara
merawat)
Budi daya tanaman obat, termasuk daun dewa dilakukan untuk tujuanmelestarikan
lingkungan hidup dan untuk memenuhi bahan baku obattradisional. Untuk keperluan
tersebut perlu diperhatikan kualitasproduk bahan baku yang dihasilkan dan keaslian
varietas tanaman.Dalam budi daya tanaman obat, ada beberapa tahapan yang
harusdilakukan. Setiap tahap mempunyai cirri tersendiri dan memerlukan perhatian
khusus. Selain itu, lingkungan tumbuh merupakan factoryang cukup penting karena
berkaitan dengan peningkatan produksitanaman, biaya produksi, dan sifat genetic dari
tanaman yang dapatdipertahankan. Berkaitan dengan lingkungan, iklim dan
tanahmerupakan faktor yang memungkinkan tanaman dapat berkembangsecara baik.
Masalah penanganan pascapanen juga ikut berperan dalam menentukan mutu atau
kualitas bahan atau simplisia yangdihasilkan.
a. Lokasi Tumbuh
Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampaiketinggian
1.200 m dpl (dari permukaan laut). Di dataran tinggi, daundewa bisa berbunga dengan
warna kuning, tetapi jika ditanam didataran rendah jarang yang berbunga. Di samping
itu, daun dewatumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan
curahhujan antara 1.500-3.500 mm/ tahun dengan tanah yang agak lembabsampai
lembab dan subur.
b. Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami bisa disiapkan dengan membuatbedengan-
bedengan selebar 2 m dan panjangnya disesuaikan denganlahan. Di bedengan tersebut
dibuat lubang tanam dengan ukuransekitar 20x20x20 cm.

c. Pembibitan
Memperbanyak tanaman daun dewa sangat mudah dilakukan, yaknidengan
cara stek cabang sekunder, umbi, atau tunas anakan.Penyiraman harus dilakukan
setiap hari. Lama persemaian sekitar 3bulan.
d. Penanaman
Penanaman daun dewa dapat dilakukan dengan cara sebagaiberikut :
1. Umbi tanaman bisa langsung ditanam. Dalam beberapa hari, di atas umbi akan
tumbuh anakan.
2. Jika tingginya sudah mencapai 15-20 cm, anakan bisa dipisahkan dariumbinya,
selanjutnya anakan tanpa akar tersebut dapat di tanamkembali.
3. Jika tanaman sudah tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai anakan. Jika
tingginya sudah mencapai 15 cm, dipotong dan ditanam kembali.
4. Daun dewa sebaiknya ditanam di tempat yang agak teduh (idealnyamendapat 60%
sinar matahari), dengan menggunakan penaung berupa paranet. Hal ini dilakukan
agar tidak menghasilkan daun yang keras.
e. Pemupukan
Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organic, berupa pupuk kandang
atau kompos. Pupuk tersebut diberikan sekitar 5 gram untuk setiap tanaman. Pupuk
diberikan 3-7 hari sebelum penanaman dengancara diaduk dengan tanah di dalam
lubang tanam. Pemupukan selanjutnya dapat menggunakan pupuk daun jika tanaman
tampak kekurangan unsur hara, yakni jika tampak kurus dan daun berwarna
kekuningan.
f. Perawatan Tanaman
Penyiraman sangat memegang peranan penting terhadap penampilan daun.
Jika kekurangan air, daunnya kecil-kecil dan tebal,sedangkan jika cukup mendapat
air, daunya lebar dan panjang. Karena itu, penyiraman dalam jumlah yang cukup
harus secara rutin setiap hari.
g. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang daun dewa adalah ulat jengkal (Nyctemera
coleta) dan kumbang Psylliodes sp. Ulat jengkal memakan daun sampai habis dan
yang tersisa hanya tulang daun. Sementara itu,serangan kumbang mengakibatkan
daun menjadi berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama tersebut harus
dilakukanpemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun
yangmenyentuh tanah. Jika terjadi ledakan hama, perlu digunakan insektisida sintetis,
seperti Dikhlorvos atau Fentrotion dengan dosis 1ml atau 1 gram per liter sebanyak 4-
5 helai ke arah pucuk.

7. Cara dan Waktu Panen


Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4-5 helai
daun kearah puncak. Di batang bekas pangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru yang
dapat dipanen kembali secara bertahap.

8. Pengolahan Simplisia (Bagian tanaman yang di gunakan, cara)


Pengolahan obat yang berasal dari daun dewa, bisa dengan daun segar yang
disajikan langsung ataupun dalam bentuk ekstrak, yaitu daun disterilkan dan
dikeringkan. Setelah benar-benar kering, daun digiling hingga menjadi tepung atau
simplisia. Kemudian tepung disaring agar halus rata, lalu siap dimasukkan dalam
kapsul.

9. Produk Tanaman Herbal (Sediaan rebusan, serbuk, pil, kapsul, dll)

10. Resep ramuan obat herbal (cara pembuatan pemakaian, dan efek farmakologis)
1. Tumor dan Kanker
Bahan-bahan : Daun dewa segar 2 lembar, benalu the 5 gram, temulawak segar 25
gram, dan air 2 gelas.
Cara Pembuatan :
 Setelah dicuci bersih, daun dewa dan temulawak diiris tipis-tipis.
 Kedua bahan dicampur benalu the dan ditambah 2 gelas air, kemudian direbus
hingga mendidih.
 Pemanasan dilanjutkan, sambil sesekali diaduk hingga diperoleh 1 gelas
cairan.
 Cairan didinginkan, kemudian disaring.
Aturan Pemakaian : Diminum 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas.

2. Kencing manis
Bahan : Daun dewa 10 lembar dan air 2 gelas
Cara Pembuatan :
 Daun dewa dicuci bersih, kemudian diranjang, selanjutnya ditambah 2 gelas
air dan direbus hingga mendidih.
 Pemanasan dilanjutkan hingga diperoleh 1 gelas cairan.
 Cairan didinginkan , kemudian disaring
Aturan Pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas.

3. Hipertensi
Bahan, takaran, cara pembuatan ramuan , dan aturan pemakaian ramuan sama dengan
ramuan untuk kencing manis.

4. Masuk angin
Umbi daun dewa sebanyak 6-9 gram dibersihkan, dicuci, ditambah air 1 gelas, dan
direbus sampai mendidih hingga diperoleh ½ gelas cairan. Cairan diminum sekaligus
saat badan terasa tidak enak atau terserang masuk angin.

5. Luka Bakar dan Luka Teriris


Setelah dicuci bersih, umbi daun dewa dipipis atau dihaluskan menggunakan cobek.
Ditambahkan daging atau lendir lidah buaya, kemudian dilumatkan sampai rata,
hingga menyerupai salep. Ramuan tersebut dibalurkan di bagian tubuh yang sakit, lalu
di balut.

6. Kutil dan Kuku Cantengan


Daun dewa segar secukupnya, dicuci bersih lalu dipipis. Selanjutnya dibubuhkan di
kutil atau bagian kuku yang terkena cantengan, lalu di balut. Pengobatan dilakukan
(diganti) 2 kali sehari.

7. Bisul dan Koreng


Daun dewa dan daun cocor bebek segar dengan ukuran yang sama banyak. Kedua
bahan dicuci bersih dan dipipis. Ramuan ini ditempelkan di bisul atau koreng yang
sebelumnya sudah dibersihkan dengan rebusan air sirih, lalu dibalut.

8. Digigit Binatang
Umbi daun dewa secukupnya ditumbuk sampai halus. Cara pemakaiannya
dibubuhkan di bagian tubuh yang tergigit binatang berbisa, lalu dibalut.

11. Pemanfaatan Tanaman untuk Penelitian


 Pemberian infus daun dewa sebanyak 8 ml/kg bb badan dengan konsentrasi 5%,
10%, dan 15% b/v per oral pada marmot yang dibuat demam dapat memberikan
pengaruh antipiretik. Pembanding: parasetamol.(Marmurawati, Jurusan Farmasi
FMIPA UNHAS, 1993)
 Pemberian secara oral infus daun dewa 10% dengan dosis 1 g/kg bb pada kelinci
yang diberikan glukosa per oral dengan dosis 1,75 g bb, dapat menurunkan kadar
glukosa darah sebesar 71,06%. Pembanding: glipizide (Muhammad Muslich, Fak.
Farmasi, UNTAG, 1993)
 Pemberian sari air daun dewa dengan dosis yang setara 100 mg daun/100 g bb
pada tikus dapat menurunkan kadar glukosa darah 1 jam setelah perlakuan (Nurul
Hidayah Hadiyati, Jurusan Farmasi, FMIPA UI, 1991)
 Perendaman batu ginjal selama 6 jam pada suhu 37° C dalam infus daun dewa
dengan konsentrasi 3,9 dan 30%, menyebabkan pengurangan berat batu ginjal
dengan naiknya konsentrasi (Lucie Widowati, B. Dzulkarnain dan Pujiastuti,
Puslitbang Kesehatan Depkes).
 Infus daun dewa dengan dosis 12,5 mg, 25 mg, 50 mg, 100 mg, dan 200 mg/kg
bb yang diberikan secara intravena pada tikus jantan putih dewasa Galus Wistar,
dapat menurunkan tekanan darah arteri. Pada dosis 50 mg/kg bb, infus daun dewa
tidak menghambat peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh adrenalin
dan noradrenalin. Efek hipotensif ini dapat dipengaruhi oleh yohimbin (alfa
adrenolitik), isoprenalin (amin simpatomimetik yang bekerja pada reseptor beta 1
dan beta 2), dan asetilkolin (parasimpatomimetik). Aktivitas hipotensifnya juga
dapat menghambat efek dari tiramin dan efedrin. Diduga infus daun dewa
menghambat kerja obat simpatomimetik yang bekerja tidak langsung. (Nelly C
Sugiarso dan Endang Hardini, Lab. Farmakologi-Toksikologi, Jurusan Farmasi
FMIPA-ITB, Warta Perhipba th.2 No.3, edisi Juli-September 1994).
 Sari daun dewa segar dosis 0,01 ml/10 g bb yang diberikan secara oral pada
mencit, memberikan efek analgesic lebih baik daripada asetosal sebagai
pembanding (Pujiastuti, Lucie Widowati dan Budi Nuratni, Puslitbang Farmasi
Badan Litbangkes Depkes RI).
 Dosis 2,32 mg/0,2 ml dan 4,64 mg/0,2 ml dari ekstrak heksan daun dewa yang
diberikan secara intraneoplasma pada mencit yang diinduksi dengan karsinogen
benzopirena mampu menghambat pertumbuhan kanker. Hal ini didukung juga
dengan data histopatologi, yang menunjukkan adanya nekrosis dari sel-sel kanker
(Sukardiman, IGP Santa dan N. Wied Aris R.K., Fak. Farmasi UNAIR).
 Potensi Daun Dewa (Gynura Pseudochina) Sebagai Larvasida Aedes Aegypti
Di antara bahan alami yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai
insektisida hayati adalah tanaman daun dewa (Gynura pseudochina) Tanaman ini
mengandung komposisi senyawa alkaloid, flavonoid, tanin galat, saponin, dan
steroid/triterpenoid, serta 20 jenis minyak atsiri. Semua senyawa tersebut bersifat
toksik dan terbukti berkhasiat sebagai insektisida, ecdyson blocker, repelen, dan
anti feedant pada serangga.
Berbagai penelitian mengenai biolarvasida sebagai alternatif pengendalian
vektor penyakit telah banyak dilakukan di Indonesia, di antaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Susanna dkk. (2003) menyimpulkan bahwa
alkaloid, saponin, dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun pandan
wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) bersifat insektisida terhadap Ae. aegypti
dengan LC sebesar 2198,4655 ppm.
Melihat komposisi senyawa kimiawi yang terdapat dalam daun dewa, maka
daun dewa diduga memiliki potensi sebagai biolarvasida. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka perlu dilakukan kajian sistematis untuk mengetahui
efektivitas daun dewa sebagai larvasida Ae. aegypti.
DAFTAR PUSTAKA

Harmanto, N. S. (2007). Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

Permadi, A. (2008). Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Bunda.

Priadi, A. (2004). Budi Daya Daun Dewa Tanaman Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Kanisius.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daun_Dewa (Diakses 22 Februari 2019)

https://tanaman-obattradisional.blogspot.com/2008/11/daun-dewa.html (Diakses 22 Februari


2019)

Anda mungkin juga menyukai