Anda di halaman 1dari 54

Training Officer Course

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Deskripsi Singkat ………………………………………………………................................ 1
B. Tujuan Pembelajaran …………………………………………………............................... 2
C. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok............................................................. 3
D. Petunjuk Belajar............................................................................................. 3
BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 KONSEP ETOS KERJA................................ 5
A. Pengertian Etos Kerja.................................................................................... 5
B. Konsep Etos Kerja.......................................................................................... 8
C. Ruang Lingkup Etos Kerja.............................................................................. 11
D. Latihan........................................................................................................... 11
E. Rangkuman.................................................................................................... 12
F. Evaluasi.......................................................................................................... 12
BAB III KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 SIFAT-SIFAT ETOS KERJA 13
A. Sifat-Sifat Etos Kerja....................................................................................... 13
B. Karakter Dasar Manusia................................................................................. 15
C. Latihan........................................................................................................... 17
D. Rangkuman.................................................................................................... 17
E. Evaluasi.......................................................................................................... 17
BAB IV KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 INTERNALISASI ETOS KERJA 18
A. Pengertian..................................................................................................... 18
B. Kaitan Antar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan.... 20
C. Persiapan Penyelenggaraan Pelatihan.......................................................... 21
D. Proses Pembelajaran..................................................................................... 24
E. Ketatausahaan............................................................................................... 25
F. Pengorganisasian........................................................................................... 25
G. Penutupan Penyelenggaraan Pelatihan......................................................... 29
H. Pembuatan Laporan Penyelenggaraan Pelatihan.......................................... 30
F. Latihan........................................................................................................... 42
G. Rangkuman.................................................................................................... 43
H. Evaluasi.......................................................................................................... 43
BAB V KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 44
A. Etos Kerja Saat Ini.......................................................................................... 44
B. Etos Kerja Yang Diharapkan........................................................................... 45
C. Strategi Peningkatan Etos Kerja Tinggi.......................................................... 47
D. Latihan........................................................................................................... 48
E. Rangkuman.................................................................................................... 48
F. Evaluasi.......................................................................................................... 49
BAB VI PENUTUP 50
A. Simpulan........................................................................................................ 51
B. Tindak Lanjut................................................................................................. 51
DAFTARPUSTAKA................................................................................................................... 52

i
Training Officer Course

BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT

Selamat datang dalam mata Pelatihan Etos Kerja Penyelenggara Pelatihan.

Saat ini Pegawai Negeri Sipil merupakan profesi Aparatur Sipil Negara yang mempunyai peran
dan fungsi yang sangat strategis dalam melakukan reformasi birokrasi. Road Map Reformasi
Birokrasi Tahun 2015 – 2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015, menyusun strategi
pembangunan melalui tiga dimensi yang terdiri atas:

1. Dimensi Pembangunan Manusia;


2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan;
3. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan.

Dimensi-dimensi pembangunan dimaksud hanya dapat diwujudkan pelaksanaannya jika


didukung dengan kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan
demokrasi serta tata kelola dan reformasi birokrasi yang berjalan dengan baik. Dan, tentu saja
tata kelola pemerintahan yang baik ini akan terlaksana apabila Pegawai Negeri Sipil sebagai
penyelenggara pemerintahan dapat bekerja secara profesional.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara untuk melaksanakan profesionalitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) salah satunya adalah
perlunya pengembangan kompetensi yang berkesinambungan. Ada beberapa kegiatan dalam
pengembangan kompetensi antara lain pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, penataran.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) ditetapkan sebagai nstitusi yang berwenang dalam
pembinaan serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut ditetapkan dalam
rangka menjamin penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas untuk dapat
memfasilitasi pengembangan sumber daya aparatur pemerintah yang dapat membentuk birokrat

1
Training Officer Course

yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, nepotisme, inovatif serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat, dan mampu menjalankan peran sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Salah satu tugas dan fungsi LAN yang berkenaan dengan pengendalian kualitas (Quality control)
penyelenggaraan pelatihan di seluruh lembaga/badan pelatihan kementerian, lembaga serta
pemerintah pusat dan daerah adalah pemberian akreditasi lembaga pelatihan dimana salah satu
unsur penilaian akreditasi adalah sumber daya penyelenggara kepelatihanan yang profesional.
Sesuai Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2013 kualitas penyelenggara pelatihan yang
profesional antara lain mempunyai kompetensi sebagai berikut:

1. Mempunyai etika kerja dalam pelaksanaan pelatihan,


2. Merencanakan pelaksanaan pelatihan,
3. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan pelatihan,
4. Melaksanakan administrasi penyelenggaraaan pelatihan,
5. Menyiapkan sarana dan prasarana pelatihan,
6. Memberikan pelayanan prima, bekerja dalam tim secara efektif,

Kesemua kompetensi diatas dapat terwujud dengan etos kerja yang baik sebagai penyelenggara
pelatihan. Karena itu dalam modul ini dipaparkan etos kerja penyelenggara pelatihan, mulai dari
konsep, pengertian, ruang lingkup etos kerja, mengidentifikasi etos kerja, mempraktikkan etos
kerja, menginternalisasi etos kerja, dan bagaimana menerapkan etos kerja dalam tugas sebagai
penyelenggara pelatihan yang baik dan profesional.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Hasil Belajar
Setelah selesai proses pembelajaran peserta diharapkan mampu melakukan riviu
indikator etos kerja dalam penyelenggaraan pelatihan.

2. Indikator Hasil Belajar


Selesai pembelajaran peserta dapat:
a. Menjelaskan konsep etos kerja..
b. Mengidentifikasi Sifat -Sifat etos kerja .
c. Menginernalisasi etos kerja .
d. Melakukan riviu indikator etos kerja dalam tugas dan jabatannya .

2
Training Officer Course

C. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

Mata Pelatihan Etos Kerja Penyelenggara Pelatihan ini merupakan mata pelatihan dengan durasi
9 jam pelatihan [9 jp] dengan alokasi ceramah berbasis elekronik , tanya jawab interaktif secara
langsung maupun online. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok yang dibahas dalam modul ini
adalah sebagai berikut :

1. Konsep Etos Kerja.


a. Pengertian Etos Kerja
b. Konsep Etos Kerja
c. Ruang Lingkup Etos Kerja
2. Sifat -sifat etos Kerja
a. Sifat-sifat Etos Kerja
b. Karakter Dasar Manusia
3. Internalisasi Etos Kerja.
a. Kaitan antar Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan
b. Persiapan Penyelenggaraan Pelatihan
c. Proses Pembelajaran
d. Ketatausahaan
e. Pengorganisasian
f. Penutupan Penyelenggaraan Pelatihan
g. Pembuatan Laporan Penyelenggaraan PelatihanStudi Kasus
4. Riviu Etos Kerja Tinggi.
a. Indikator Etos Kerja saat ini
b. Indikator Etos Kerja yang diharapkan
c. Strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan Etos Kerja Tinggi.

D. PETUNJUK BELAJAR

Penyampaian materi pelatihan ini menggunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa yang
menekankan pada pembelajaran aktif, interaksi yang aktif dan eksperimen untuk mencoba
konsep dan Teknik yang disajikan melalui penugasan -penugasan individu . Untuk meningkatkan
wawasan pengetahuan dan keterampilan tentang mata pelatihan ini, peserta pelatihan dianjurkan
untuk membaca buku-buku yang terkait dengan etos Kerja dalam menyakinkan orang lain dan
mengembangkan ide-idenya. Konsep Etos Kerja Penyelenggara Pelatihan ini dapat anda pelajari
dari teman-teman pembelajar sesama penyelenggara dalam komunitas belajar yang anda
kembangkan.

3
Training Officer Course

Berbagi dengan para peserta lain adalah sumber belajar yang paling membantu karena
sesungguhnya mereka telah memiliki pengalaman yang berharga dalam memotivasi,
meyakinkan dan menggerakkan orang lain untuk mempraktkkannya di lingkungan kerja mereka.

***************

4
Training Officer Course

BAB II

KONSEP ETOS KERJA

“The Fragrance of flowers spreads only in the direction of the wind. But the goodness of a
person spreads in all direction.”
[Chanakya ]

INDIKATOR HASIL BELAJAR:

Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan dapat menjelaskan Konsep Etos Kerja.

A. PENGERTIAN ETOS KERJA

Etos kerja menjadi bahan pembicaraan penting dalam suatu instansi pemerintah maupun swasta.
Mengapa etos kerja banyak dibicarakan orang? Dalam strategi program Reformasi Birokrasi,
etos kerja masuk dalam strategi pembangunan mental sumber daya aparatur. Sedangkan jika
kita lihat dalam Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Pengembangan budaya kerja, etos kerja menjadi salah satu bahasan sebagai aktualisasi dalam
budaya kerja. Etos kerja seorang pegawai atau karyawan sangat mempengaruhi kinerja
mereka dan diyakini sebagai pondasi kesuksesan baik pada level individual, orgnisasional
dan sosial.

Sebelum membahas etos kerja lebih lanjut, perlu kita tanyakan pada diri kita masing-masing
mengenai: Mengapa kita bekerja? Apakah sesungguhnya hakekat kerja itu? Apakah setiap orang
yang bekerja senantiasa menuai kesuksesan? Dan jika alasan yang baik untuk bekerja,
bagaimana kita dapat bekerja dengan lebih baik lagi?

Mungkin saja jawaban kebanyakan orang adalah “Saya perlu mencari nafkah”. Akan tetapi,
sebanyak apakah nafkah yang mesti dicari? Ada orang yang cukup satu lumbung atau ada juga
yang memerlukan berlumbung- lumbung nafkah bahkan sejuta lumbung nafkah. Atau ada
beberapa jawaban antara lain: untuk menjadikan sebuah status sosial, pekerjaan bahkan telah
menjadi identitas pribadi, tabungan hari tua, membangun karier, lapangan ekpresi diri secara
kraetif, mengaktualisasikan potensi jasmani dan rohaninya secara maksimal, berbakti dan
beribadah kepada Tuhan serta wahana pengabdian bagi suatu idealisme.

Akan tetapi apakah hakekat kerja itu? Menurut Jansen Sinamo (2013) kerja dalam ilmu fisika
dirumuskan sebagai besarnya gaya yang dikenakan pada suatu obyek dikaitkan dengan gerak

5
Training Officer Course

obyek terebut pada arah gayanya. Ketika kerja berlangsung, terjadilah perpindahan energi
kepada obyek tersebut. Jadi jika manusia dipandang sebagai suatu sistem energi maka kerja
manusia adalah segala aktivitas manusia mengerahkan energi biologis, psikologis dan spiritual
dengan tujuan memperoleh hasil tertentu.

Seseorang yang bekerja akan mendapatkan hasil tertentu tergantung pada pengerahan energi-
energi tersebut sehingga tingkat keberhasilan pun dapat saja bervariasi. Nah disinilah seringkali
terdapat problem kerja yang seringkali mengakibatkan adanya ketegangan. Persoalan
terpenting adalah bagaimana memaknai ulang kerja dan pekerjaan sehingga sebuah prioritas
baru dapat dibuat. Mengubah menjadi ketegangan yang kreatif, yang kita perlukan adalah stress
inspiratif. Jadi kita dapat tampil cerdas menghadapi segala tantangan dan peluang dalam dunia
kerja.

Karena itu melalui pengertian, konsep paripurna akan etos kerja, semoga menjadi jawaban dalam
mencapai kesuksesan dalam bekerja.

Apakah yang dimaksud dengan Etos kerja? Makna kerja, sudah dibahas diatas, selanjutnya mari
kita lihat kata etos, Kamus wikipedia menyebutkan bawa etos merupakan bahasa dari Yunani;
akar katanya adalah ethikos yang mengandung arti moral atau menunjukkan karakter moral.
Dalam bahasa yunani kuno serta modern, etos mempunyai arti sebagai keberadaan diri,
jiwa dan pikiran yang membentuk seseorang.

Pada webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, etos mempunyai definisi sebagai
kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan, yang berbeda dari individu atau
kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika. Dalam
kamus bahasa Indonesia, Etos Kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Dengan demikian Etos adalah sikap yang tetap dan
mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara
manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.

Etos kerja memiliki banyak pengertian, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental
yang disertai komitmen total pada paradigma kerja tertentu (Jansen Sinamo, 2013).
2. Etos kerja adalah keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi
seseorang, sekelompok orang atau sebuah institusi.
(http://www.posindonesia.co.id/promo/foto2007/etos.pdf)
3. Etos kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup motivasi
yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode

6
Training Officer Course

moral, kode perilaku, sikap- sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-


prinsip,standar-standar. (http://www.posindonesia.co.id/promo/foto2007/etos.pdf)
4. Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap
kerja. Apabila individu-individr dalam suatu komunitas memandang bahwa kerja adalah
sesuatu yang luhur maka etos kerjanya adalah tinggi, akan tetapi sebaliknya apabila
sikap dan pandangannya terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah dalam
kehidupan maka etos kerjanya pun akan rendah. {Anaroga , 2009}
5. Etos dapat diartikan sebagai hal yang berkehendak atau berkemauan yang disertai
semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif. Etos dibentuk oleh
berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya (Wikipedia,
2016)

Dari keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan, bahwa etos kerja adalah refleksi dari
sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari
pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden (ilahiyah).

Etos biasa diartikan juga sebagai suatu keyakinan, kepercayaan, kebiasaan, sikap, atau dasar
dari etika. Kata lain yang berkaitan erat dengan etos dan etika adalah profesionalisme. Manusia

terdiri dari batin, pikir, dan lahir. Setelah digabungkan, maka kira-kira didapatkan gambar seperti
di bawah ini.

Batin-pikir-lahir secara lebih jelas dapat dikembangkan menjadi keyakinan-kepercayaan-cara


pikir-perbuatan. Keyakinan adalah sesuatu yang sulit dirubah, termasuk di sini adalah nilai-nilai
tentang baik buruk, hati nurani, dan ajaran agama. Etos kerja dimasukkan ke dalam kategori
kepercayaan, yang bisa berubah sesuai dengan inputan yang masuk dari pikiran. Etos kerja
menjadi dasar dari cara pikir profesionalisme. Dan selanjutnya akan diwujudkan dalam bentuk

7
Training Officer Course

perbuatan cara kerja. Ada dua faktor utama dari luar yang mempengaruhi suatu etos kerja, yaitu
etos kerja lingkungan dan etika kerja. Etos kerja lingkungan adalah contoh nyata yang diberikan
oleh lingkungan. Adapun etika kerja adalah bagian dari kesisteman organisasi, yang
biasanya dituangkan dalam bentuk formal prosedural. Sebagai contoh adalah kondisi etos kerja
di negara ini. Etos kerja di negara ini telah diketahui bersama berada dalam kondisi yang sangat
memprihatinkan, terbukti dari banyaknya kasus korupsi. Maka salah satu jalan melawan etos
kerja lingkungan yang buruk ini adalah dengan menegakkan etika kerja internal organisasi.

Pada mata pelatihan Etika Kerja Pelaksanaan Pelatihan, tentunya para peserta sudah
mendapatkan nilai-nilai yang perlu diterapkan sebagai seorang aparatur sipil negara. Nilai-nilai
tersebut sudah ditetapkan sebagai Kode Etik profesi PNS yang menjadi pedoman sikap, perilaku,
dan perbuatan baik dalam penyelenggaraan pemerintahan dan juga pelayanan kepada
masyarakat atau publik.

Sebelum kita melanjutkan kedalam konsep Etos kerja, coba Anda ingat- ingat kembali, nilai-nilai
apakah yang perlu dikembangkan dalam melaksanakan tugas sebagai PNS dan lebih khusus
lagi pada pelaksanaan pelatihan?

Nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam pelaksanaan pelatihan adalah:

........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
............................................................

Coba dikerjakan.

B. KONSEP ETOS KERJA

Konsep etos kerja merupakan rancangan atau ide semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Pada dasarnya manusia adalah pencari kesuksesan
dalam segala bidang. Yang membedakan profesional atau tidaknya manusia dalam mencari
kesuksesan tersebut adalah terletak pada cara untuk mencapai kesuksesannya.

8
Training Officer Course

Untuk seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, meningkatkan etos kerja PNS
merupakan salah satu tujuan dari pembinaan jiwa korps PNS. Untuk mencapai tujuan ini, Kode
Etik PNS yakni pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan PNS di dalam melaksanakan
tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari dipandang merupakan landasan yang tepat untuk
dapat mewujudkan pembinaan jiwa korps PNS.

Konsep etos kerja yang harus dijunjung tinggi oleh PNS sesuai dengan PP Nomor 42 Tahun
2004 terdiri atas nilai-nilai sebagai berikut:

1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;


2. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
3. Semangat nasionalisme;
4. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
5. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
6. Penghormatan terhadap hak asasi manusia;
7. Tidak diskriminatif;
8. Profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi;
9. Semangat jiwa korps.

Jansen Sinamo menjabarkan ada delapan etos kerja unggulan yg harus dimiliki oleh seseorang
yaitu:

1. Kerja adalah Rahmat, bekerja tulus penuh syukur.


2. Kerja adalah Amanah, bekerja benar penuh tanggung jawab
3. Kerja adalah Panggilan, bekerja tuntas penuh integritas.
4. Kerja adalah Aktualisasi, bekerja keras penuh semangat.
5. Kerja adalah Ibadah, bekerja serius penuh kecintaan.
6. Kerja adalah Seni, bekerja cerdas penuh kreativitas.
7. Kerja adalah Kehormatan, bekerja tekun penuh keunggulan.
8. Kerja adalah Pelayanan, bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

9
Training Officer Course

Etos kerja orang Jepang. (http://www.institutmahardika.com/penerbitan/ 8etos.php):

1. Bersikap Benar dan Bertanggungjawab


2. Berani dan Kesatria
3. Murah Hati dan Mencintai
4. Bersikap Santun dan Hormat
5. Bersikap Tulus dan Sungguh-sungguh
6. Menjaga Martabat dan Kehormatan
7. Mengabdi dan Loyal

Orang Korea Selatan memiliki etos kerja sebagai berikut:

1. Kerja keras
2. Disiplin
3. Berhemat
4. Menabung
5. Mengutamakan pendidikan

Orang Jerman memiliki etos kerja yang berbeda pula seperti dibawah ini:

1. Bertindak Rasional
2. Berdisiplin Tinggi
3. Bekerja Keras
4. Berorientasi Sukses Material
5. Tidak Mengumbar Kesenangan
6. Hemat dan Bersahaja
7. Menabung dan Berinvestasi

10
Training Officer Course

C. RUANG LINGKUP ETOS KERJA

Berdasarkan PP Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, ruang
lingkup etos kerja PNS dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu produktif dan professional sidalam
bekerja.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia {KKBI} bahwa Produktifitas artinya :

1. Mampu menghasilkan dalam jumlah banyak


2. Mendatangkan hasil dan memberi manfaat .
3. Mampu menghasilkan terus dipakai secara teratur dan memberikan unsur-unsur baru.
Nah… Dengan etos kerja yang baik, seorang PNS semestinya akan dapat menjadi
pegawai yang produktif .

Sedangkan kata Profesional menurut KKBI berarti


1. Bersangkutan dengan profesi
2. Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
3. Mengharuskan ada pembayaran untuk melakukannya.

Nah …dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang dikatakan professional harus
memiliki 3 aspek yaitu Expertise [ahli di bidangnya, kompeten } , memiliki komitmen yang tinggi
dalam bekerja dan menjunjung tinggi kode etik profesinya.Ketiga unsur ini harus ada baru
dapat dikatakan professional.

Jadi, seorang penyelenggara pelatihan harus produktif dan profesional dalam


menyelenggarakan sebuah pelatihan.

D. LATIHAN

Berikut ini beberapa langkah latihan yang perlu saudara lakukan sebelum Saudara
membaca lebih lanjut modul ini, yaitu:

11
Training Officer Course

1. Jelaskan pengertian etos Kerja menurut anda.


2. Uraikan konsep etos kerja.
3. Sebutkan ruang lingkup etos kerja dan berikan penjelasan anda terhadap pemahaman
yang anda ketahui.

E. RANGKUMAN

Penyelenggaran Pelathan membutuhkan penyelenggara pelatihan yang memahami tugasnya


denan baik. Dengan pemahaman yang dalam akan pengertian etos kerja sebagai bentuk perilaku
dan keberadaan jiwa yang baik yang didasari atas keyakinan yang mendasar serta memiliki
komitmen yang integral maka seseorang dapat melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara
pelatihan dengan maksimal. . Seorang penyelenggara pelatihan menjunjung tinggi ruang Lingkup
dari etos kerja itu yaitu bekerja secara produktif dan profesional.

F. EVALUASI

Ada 8 etos Kerja Profesional menurut Jansen Sinamo. Sebutkan satu -persatu dan Jelaskan
pemahaman anda terhadap 8 etos Kerja itu dengan rinci.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

12
Training Officer Course

BAB III

SIFAT-SIFAT ETOS KERJA

INDIKATOR HASIL BELAJAR:

Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan dapat mengidentifikasi sifat-sifat etos Kerja

A. SIFAT -SIFAT ETOS KERJA

Dalam menyelenggarakan suatu pelatihan, seorang penyelenggara pelatihan perlu mengetahui


sifat-sifat etos kerja itu sendiri dan makna sebenarnya dari kata itu. Banyak orang tahu
mengucapkan kata itu tapi tidak tahu dengan benar arti dan makna kata etos kerja itu. Setelah
mengetahui arti kata itu maka penyelenggara pelatihan dapat mengidentifikasi sifat-sifat etos
kerja itu untuk dapat diimplementasikan dalam pekerjaaannya sebagai penyelenggara pelatihan
yang baik. Nah…ada baiknya bagi kita untuk mengetahui sifat etos kerja itu bersama dengan
artinya.

Menurut Jansen H. Sinamo (2013), sifat-sifat yang mencerminkan etos kerja yang baik adalah:

 Aktif: giat bekerja


 Ceria: bersih, suci, murni, bersinar, berseri-seri, cerah
 Dinamis: penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah
menyesuaikan diri dengan keadaan (ada dinamika)
 Disiplin: taat atau patuh terhadap peraturan/tata tertib
 Efektif: membawa hasil, berhasil guna
 Efisien: tepat atau sesuai untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu dengan tidak
membuang waktu, tenaga dan biaya atau mampu menjalankan tugas dengan tepat dan
cermat, berdaya guna, bertepat guna
 Energik: penuh energi, semangat
 Fokus: terpusat pada satu titik perhatian, pandangan, pembicaraan, sasaran, dsb
 Gesit: cekatan
 Ikhlas: bersih hati, tulus hati, rela tanpa pamrih
 Interaktif: bersifat saling melakukan aksi, antar hubungan, saling aktif
 Jeli: awas, tajam
 Jujur: lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus
 Kerja keras: bekerja dengan sungguh-sungguh, tidak mengeluh
 Kerja tim: bekerja sama dengan sesama untuk kepentingan bersama

13
Training Officer Course

 Konsisten: tetap, selaras, sesuai, taat asas


 Kreatif: memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu
 Lapang dada: melegakan perasaan dan pikiran, menjadikan senang
 Membagi: memberikan (sebagian) untuk orang lain
 Menghargai: menghormati, mengindahkan orang lain
 Menghibur: menyenangkan dan menyejukan hati yang susah
 Optimis: orang yang selalu berpengharapan/ berpandangan baik dalam menghadapi
segala hal
 Peka: tidak lalai, mudah menerima atau meneruskan
 Rajin: suka bekerja, sungguh-sungguh bekerja
 Ramah: baik hati dan menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya, suka
bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan

 Sabar: tahan menghadapi cobaan, tabah, tenang, tidak tergesa- gesa/terburu-buru


 Semangat: roh kehidupan, kekuatan batin, perasaan hati, kemauan, gairah untuk bekerja
 Tanggung Jawab: keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, fungsi dari menerima
pembebanan sebagai akibat sikap pihak diri sendiri atau orang lain
 Tekun: rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh
 Teliti: cermat, seksama, hati-hati, ingat-ingat
 Tepat waktu: tidak ada selisih waktu, sesuai dengan jadual
 Teratur: rapi, beres, berturut-turut dengan tetap
 Terkendali: terkontrol
 Toleran: bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pandangan, pendapat, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yang berbeda
atau bertentangan dengan pendirian sendiri
 Total: menyeluruh, sepenuhnya
 Ulet: tidak mudah putus asa

14
Training Officer Course

B. KARAKTER DASAR MANUSIA

Selain sifat-sifat Etos Kerja yang ada yang dapat kita identifikasi, maka penyelenggara pelatihan
perlu juga mengetahui karakter dasar yang dimiliki manusia. Pada hakekatnya, ada enam
karakter dasar manusia yaitu:

1. Dapat dipercaya [Thruswothiness]


2. Berlaku Hormat [Respect]
3. Bertanggung jawab [Responsibility]
4. Berlaku Adil [Fairness]
5. Perhatian dan Peduli [Caring]
6. Kewargaan [Citizenship].

Berikut ini pemaknaan dari setiap karakter dasar yang ada.

Karakter Dasar 1

Dapat Dipercaya [Trustworthiness]

- Tidak menipu, tdak curang, tidak mencuri


- Dapat diandalkan-satunya kata dengan perbuatan
- Memiliki keberanian melakukan hal-hal yang benar
- Membangun reputasi yang baik [bukan citra]
- Loyal-siap mempertahankan keluarga, teman, komunitas, dan negara

15
Training Officer Course

Karakter Dasar 2

Berlaku Hormat [Respect]

- Memperlakukan orang lain dengan rasa hormat-menjalankan: nilai-nilai Luhur:


- Toleran terhadap perbedaan.
- Menggunakan tata cara yang baik, bukan Bahasa yang buruk
- Memberi perhatian terhadap perasaan orang lain
- Tidak mengancam, memukul, atau menyakiti orang lain.
- Dengan tenang menghadapi kemarahan, perselisihan dan cercaan.

Karakter Dasar 3.

Bertanggung jawab [Responsibility]

- Melaksanakan apa yang dianggap benar untuk dilakukan


- Gigih-selalu berusaha keras sepenuh hati
- Selalu melakukan yang terbaik
- Menggunakan kendali diri
- Menerapkan disiplin pribadi
- Berpikir sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensinya.
- Mempertanggungjawabkan pilihannya.

Karakter Dasar 4

Berlaku Adil [Fairness]

- Bermain sesuai aturan.


- Mengikuti dan menggunakan gilirannya serta berbagi
- Berpikiran terbuka mendengarkan orang lain.
- Tidak mengambil keuntungan dari atau memanipulasi orang lain.
- Tidak menyalahkan orang lain sembarangan.

Karakter Dasar 5

Perhatian dan Peduli [Caring]

- Ramah
- Penuh Kasih dan menunjukkan kepedulian
- Mengungkapkan rasa syukur
- Memaafkan orang lain.
- Membantu orang yang membutuhkan.

16
Training Officer Course

Karakter Dasar 6

Kewargaan [Citizenship]

- Melakukan partisipasi untuk membuat lembaganya dan komunitasnya menjadi lebih baik.
- Bekerjasama
- Terlibat dalam urusan komunitas
- Berusaha tetap memiliki informasi,menggunakan hak pilih.
- Menjadi tetangga yang baik.
- Menaati hukum & peraturan, menghormati otoritas.
- Melindungi Lingkungan.

C. LATIHAN

1. Jelaskan sifat-sifat etos Kerja yang anda ketahui.


2. Memahami karakter dasar manusia sangat penting bagi penyelenggara pelatihan.
Mengapa dan jelaskan.
3. Identifikasi sifat -sifat etos Kerja yang anda miliki sebagai penyelenggara pelatihan
sekarang.

D. RANGKUMAN

Demikianlah sifat-sifat etos kerja dan karakter dasar manusia yang baik yang perlu kita ketahui
sebagai penyelenggara pelatihan. Dengan mengetahui kata dan makna kata etos kerja itu, maka
kita dapat mengidentifikasi sifat -sifat etos kerja bagi kita dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan kita dengan penuh semangat motivasi kerja yang tinggi serta dapat meningkatkan
kinerja kita sebagai penyelenggara pelatihan yang produktif dan profesional.

E. EVALUASI

Sebagai penyelenggara pelatihan, tentu anda memiliki tugas dan fungsi dalam
menyelenggarakan sebuah pelatihan. Apakah tugas dan fungsi anda di dalam penyelenggara
pelatihan itu, Coba kaitkan tugas anda dengan sifat-sifat etos kerja yang ada. Silahkan
identifikasi Sifat-sifat etos kerja yang mana yang harus anda miliki dan renungkan, sehingga
nantinya anda dapat memiliki etos kerja yang produktif dan profesional dalam melaksanakan
pekerjaannya sebagai penyelenggarapelatihan.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

17
Training Officer Course

BAB IV

INTERNALISASI ETOS KERJA

INDIKATOR HASIL BELAJAR:

Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan dapat menginternalisasikan etos kerja

A. PENGERTIAN

Secara umum istilah internalisasi adalah upaya menghayati dan mendalami nilai, agar dapat
tertanam dalam diri penyelenggara pelatihan. Beberapa cara untuk menginternalisasikan etos
kerja, yaitu :

 Membangun kebiasaan yang efektif


 Belajar dan berlatih
 Melalui penciptaan kondisi yang tertib, disiplin dan terkendali dalam lingkungan kerja
 Membangun kesadaran pribadi
 Meningkatkan nilai-nilai iman

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur negara memiliki tugas untuk melayani
masyarakat. Keberadaan PNS yang berinteraksi dengan masyarakat dalam menyajikan
pelayanan menjadikannya sebagai bagian dari pemerintah yang sangat diperhatikan oleh
masyarakat. Begitu besarnya harapan masyarakat terhadap pelayanan publik yang baik namun
sampai saat ini aparatur pemerintah belum mampu mewujudkan kepuasan publik atau dengan
kata lain belum mampu memberikan pelayanan secara prima. Ada benarnya persepsi negative
masyarakat terhadap kinerja atau Etos Kerja PNS seperti: sikap PNS kurang responsif, kurang
efisien, tidak berorientasi ke masa depan, tidak menghargai mutu, tidak kreatif atau tidak disiplin,
dan lain-lain.

18
Training Officer Course

Beberapa sikap tidak terpuji tersebut pada dasarnya tidak terlepas dari bagaimana organisasi
yang umumnya direpresentasikan oleh pemimpin memposisikan, menginterpretasi,
mengapresiasi, dan memperlakukan sumber daya manusia yang ada, termasuk bagaimana
mengelola sumber daya lainnya.

Tantangan yang dihadapi oleh organisasi di lingkungan pemerintahan salah satunya adalah
tantangan individual yaitu bahwa dalam manajemen sumber daya manusia, cita-cita,
harapan, aspirasi, keinginan, dan kebutuhan para anggota organisasi sebagai manusia dan
selaku pegawai harus diupayakan agar terpenuhi dengan memuaskan karena dengan demikian
mereka akan termotivasi untuk menampilkan perilaku positif (dalam Siagian, 2005).

Untuk mewujudkan ‘Good Governance’ (Kepemerintahan yang baik) pemerintah telah membuat
PP No. 42/2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode Etik Pegawai Negri Sipil (Pasal 4)
yaitu: Ruang lingkup pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil mencakup: peningkatan etos
kerja dalam rangka mendukung produktifitas kerja dan profesionalitas Pegawai negri Sipil).
Selain itu Etos kerja Pegawai Negeri Sipil juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri menyatakan bahwa disiplin Pegawai Negeri Sipil
adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang
apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Kemudian, Internalisasi eos kerja dapat dilakukan dngan memahami tugas dan fungsinya dalam
penyelenggaeaan pelatihan,

Sebagai penyelenggara pelatihan yang profesional, keberhasilan menyelenggarakan


pelatihan berarti keberhasilan dalam tugas yang akan mendukung keberhasilan dalam karier.
Efektifitas proses belajar ini sangat tergantung dari faktor-faktor antara lain:

1. Tujuan Pelatihan

2. Susunan Kurikulum

3. Tenaga Kepelatihanan (antara lain Widyaiswara dan penyelenggaraan Pelatihan)

4. Peserta

5. Metode

6. Bahan Ajar/Materi Pelatihan

7. Sarana dan prasarana Pelatihan

8. Waktu dan penjadualan

19
Training Officer Course

9. Administrasi dan Anggaran

10. Lingkungan dan suasana Pelatihan

B. KAITAN ANTAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN


PELATIHAN

Dalam penyelenggaraan Pelatihan semua faktor-faktor tersebut yang diatas saling


mempengaruhi satu dengan lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang
Pelatihan menyatakan bahwa Tujuan penyelenggaraan Pelatihan adalah meningkatkan
kemampuan pegawai negeri sipil (PNS). Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan Pelatihan
pegawai haruslah menitikberatkan pada peningkatan kinerja pegawai yang bersangkutan agar
pegawai tersebut mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan stándar yang telah ditetapkan,
dengan kecepatan yang telah ditentukan dengan aman dan dalam keadaan normal. Selanjutnya
PP 101 tahun 2000 juga menyatakan bahwa widyaiswara adalah PNS yang mempunyai
wewenang dengan tugas dan tanggung jawab untuk mendidik, mengajar dan atau melatih PNS
pada Lembaga Pelatihan Pemerintah. Dan Widyaiswara adalah salah satu faktor yang
menentukan dalam penyelenggaraan pelatihan, khususnya proses pembelajaran. Oleh karena
itu Widyaiswara menjadi garapan kedua setelah peserta Pelatihan yang perlu diperhatikan.

Peserta Pelatihan dan Widyaiswara berinteraksi melalui Bahan ajar atau mata pelatihan yang
tersusun dalam kurikulum. Maka garapan ketiga adalah kurikulum. Interaksi antara peserta dan
widyaiswara terjadi dalam proses pembelajaran atau proses belajar mengajar. Maka proses
pembelajaran inilah yang menjadi fokus garapan, karena segala upaya mencapai tujuan
Pelatihan terpusat pada proses pembelajaran dan foktor selanjutnya adalah metode
pembelajaran, media atau sarana dan prasarana pelatihan.

Proses pembelajaran akan semakin efektif apabila ditunjang dengan kegiatan ketatausahaan
dan akan semakin berhasil apabila seluruh kegiatan penunjangnya diorganisasikan dengan baik,
termasuk pengorganisasian struktur, jenjang pelatihan dan sebagainya. Dan pada akhirnya
Pelatihan sebagai suatu organisasi tak akan berhasil bila tidak didukung oleh anggran pelatihan
yang cukup dan terencana.

Kedelapan faktor keberhasilan Pelatihan ini disusun secara sistematis dan logis yang akan
merupakan delapan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan pelatihan yang harus
direncanakan dengan baik, diorganisasikan, dilaksanakan oleh penyelenggara pelatihan melalui
sikap, perilaku dan perbuatan yang baik.

20
Training Officer Course

C. PERSIAPAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN

Penyelenggaraan Pelatihan adalah proses atau serangkaian kegiatan/perbuatan yang dilakukan


oleh sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan ini akan
dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu sesuatu yang menyebabkan atau mempengaruhi
dalam pencapaian tujuan pelatihan sebagai berikut:

a. Peserta

Dalam persiapan penyelenggaraan pelatihan, maka perlu bagi penyelenggara untuk mengecek
dan mengumpulkan persyaratan peserta pelatihan untuk masing-masing jenis program
Pelatihan.Adapun tugasnya antara lain adalah:

a. Menyusun konsep surat edaran untuk menjaring peserta Pelatihan dari unit terkait.

b. Menyebarkan surat edaran tentang penyelenggaraan Pelatihan untuk mendapatkan


calon peserta Pelatihan dari unit terkait.

c. Menyusun daftar calon peserta Pelatihan yang masuk dan selanjutnya diserahkan
pada tim seleksi peserta Pelatihan yang umumnya terdiri dari pengelola Pelatihan dan
pejabat terkait dengan pengembangan pegawai.

d. Hasil seleksi peserta disimpan dan selanjutnya dipanggil untuk mengikuti Pelatihan
yang telah ditentukan. Dalam proses pemanggilan ini, penyelenggara hendaknya
selalu memantau calon peserta untuk mengetahui kesediaan yang bersangkutan
mengikuti Pelatihan pada waktu yang telah ditentukan.

21
Training Officer Course

e. Dalam hal peserta terpilih/terseleksi berhalangan mengikuti Pelatihan, maka


penyelenggara hendaknya segera melaporkan kepada tim seleksi atau orang yang diberi
wewenang dalam penentuan calon pengganti. Tapi biasanya hal ini sudah diantisipasi
oleh tim seleksi, sehingga tim seleksi umumnya telah menentukan calon cadangan,
minimal 10% dari jumlah peserta yang diharapkan.

f. Mendokumentasikan hal-hal yang terkait dengan peserta Pelatihan.

b. Widyaiswara

Penyelenggaraan suatu Pelatihan akan berhasil sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan apabila mempunyai tenaga Widyaiswara yang kompeten. Untuk itu penyelenggara
Pelatihan perlu memperhatikan persiapan-persiapan yang menyangkut widayaiswara yaitu
sebagai berikut:

a. Mengecek mata Pelatihan untuk masing-masing Pelatihan yang akan deselenggarakan.

b. Berdasarkan mata Pelatihan tersebut di atas, penyelenggara mengumpulkan nama


widyaiswara pengampu masing-masing mata Pelatihan.

c. Mengecek kriteria/persyaratan penetapan calon widyaiswara.

d. Mengidentifikasi dan mencocokkan kompetensi widyaiswara yang telah dikumpulkan


tersebut.

e. Membuat daftar calon widyaiswara yang memenuhi kriteria/persyaratan


kompetensi untuk masing-masing mata Pelatihan dan selanjutnya diajukan kepada
pengelola Pelatihan yang ditunjuk.

f. Widyaiswara terpilih/terseleksi, dihubungi untuk kesediaannya memberikan data


Pelatihan pada waktu yang telah ditetapkan. Untuk satu mata Pelatihan pilihan sedikitnya
3 widyaiswara, untuk menjaga kemungkinan widyaiswara berhalangan.

g. Pada saat pemberitahuan widyaiswara, kepada yang bersangkutan sekaligus


diinformasikan mengenai peserta Pelatihan, kurikulum dan silabi, kesediaan untuk
menyiapkan bahan ajar/materi Pelatihan apabila belum ada.

h. Walaupun sudah disampaikan melalui telepon, hal yang mutlak dilakukan adalah
menyiapkan surat undangan secara resmi, yang menyatakan tentang:

 Sifat Pelatihan

 Kapan Pelatihan diselenggarakan

 Dimana Pelatihan akan dilaksanakan

22
Training Officer Course

 Tujuan Pelatihan

 Latar belakang peserta

 Mata Pelatihan dan sekuensi penyampaiannya

 Dan lain-lain yang perlu diketahui widyaiswara

i. Agar program Pelatihan yang akan diselenggarakan lebih jelas bagi widyaiswara, atur
pertemuan/rapat dengan widyaiswara.

j. Beberapa saat sebelum waktu pelaksanaan proses pembelajaran, penyelenggara


hendaknya mengkonfirmasi kembali kepastian widyaiswara untuk menyampaikan mata
Pelatihan yang telah ditetapkan.

c. Kurikulum

a. Mengecek kurikulum, silabi dan Rancang Bangun Program Mata Pelatihan atau yang
disngkat dengan RBPMP , yang dulu sering disebut dengan Garis-garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP) mata pelatihan program yang akan diselenggarakan.

b. Mengecek apakah untuk mata Pelatihan tersebut sudah tersedia bahan ajar, modul atau
naskah pegangan peserta.

c. Menginformasikan hal-hal tersebut kepada widyaiswara yang akan mengajar, agar


widyaiswara bersangkutan dapat menyiapkan diri dengan baik.

d. Sarana dan Prasarana Pelatihan

Selanjutnya, penyelenggara pelatihan perlu mengecek kesiapan sarana dan prasarana


Pelatihan, apakah sudah siap untuk proses pembelajaran dan mengenai penentuan tempat
Pelatihan akan dilaksanakan oleh pengelola Pelatihan. Hal-hal yang di cek dalam sarana dan
prasarana pelatihan ini , antara lain adalah:

a. Kursi dan meja dalam keadaan bersih;

b. Pengaturan tempat duduk peserta dan widyaiswara yang baik, yang


memungkinkan komunikasi yang efektif diantara peserta dan
widyaiswara;

c. White board/black board dalam keadaan bersih;

d. Spidol (marker) dan penghapus sudah tersedia;

e. Sarana alat pandang dengar dan perlengkapannya sudah


disiapkan;

23
Training Officer Course

f. Lembar balik/flipchart dan penyangganya;

g. Lakban, gunting dan penggaris;

h. Alat bantú lain, misalnya model, alat peraga dan sebagainya;

i. Alat penyejuk ruangan/ventilasi yang memadai sudah diatur;

j. Sarana dan prasarana kesehatan (ruang periksa, obat-obatan,


tenaga medis dan para medis) apakah sudah tersedia?

k. Menyiapkan dan membagikan buku-buku, bahan ajar atau naskah


pegangan peserta.

D. PROSES PEMBELAJARAN

Penyelenggara pelatihan harus memperhatikan hal-hal apa saja yang ada dalam proses
pembelajaran suatu pelatihan yang ada. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Sebelum pembelajaran dimulai, penyelenggara perlu mengecek terlebih dahulu


mengenai kesiapan bahan-bahan yang diperlukan bagi peserta Pelatihan. Apa sudah
dibagikan atau disiapkan di kelas atau belum..

2. Mengecek kehadiran peserta dan widyaiswara, karena tanpa kehadiran mereka proses
pembelajaran tidak akan berjalan. Jika Salah satu saja yang tidak ada atau yang tidak
hadir, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif. Apabila widyaiswara
berhalangan hadir, maka penyelenggara segera menghubungi widyaiswara pengganti
atau cadangan agar dapat mengajar. Dalam hal tidak ada widyaiswara yang dapat hadir
untuk mata Pelatihan tersebut, maka penyelenggara dapat mencoba menukar jadwal
mata Pelatihan dengan mempertimbangkan sekuensi dari mata Pelatihan tersebut. Hal
ini sangat perlu, karena ada mata-mata Pelatihan yang dipersyaratkan penyampaiannya
setelah mata Pelatihan tertentu sudah diterima.

24
Training Officer Course

3. Mencatat kehadiran peserta dan widyaiswara.

Hal ini perlu diperhatikan untuk melihat kedisplinan peserta pelatihan dan
widyaiswara/fasilitator dalam melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran yang ada.

E. KETATAUSAHAAN

Apa saja yang ada di dalam Ketatausahaan? Administrasi penyelenggaraan Pelatihan dalam arti
sempit dapat diartikan sebagai kegiatan ketata usahaan. Penyelenggara pelatihan perlu
mengetahui apa saja kegiatan yang ada dalam dalam administrasi penyelenggraan pelatihan.
Adapun kegiatan tersebut antara lain:

1. Membuat surat undangan atau pemanggilan peserta Pelatihan.

2. Membuat undangan rapat widyaiswara dan undangan mengajar.

3. Membuat jadwal Pelatihan.

4. Membuat buku pedoman penyelenggaraan pelatihan.

5. Menyiapkan form biodata widyaiswara.

F. PENGORGANISASIAN

Dalam pengorganisasian ini pembahasan dilakukan untuk masing-masing kegiatan, tidak tahap
demi tahap seperti kegiatan administrasi lainnya.

1. Pembentukan Panitia.

Kegiatan ini dilakukan bagi organisasi/unit kerja yang memerlukan penegasan peranan setiap
staf atau dalam hal unit kerja tersebut memiliki beban kerja yang cukup besar (program pelatihan
cukup banyak), sehingga memerlukan bantuan staf dari unit kerja lain dalam penyelenggaraan
Pelatihan. Tapi bagi unit kerja yang sudah jelas betul tugas pokok, fungsi dan peranan staf dan
dalam penyelenggaraan Pelatihannya dapat ditangani sendiri, kegiatan pembentukan panitia ini
tidak diperlukan lagi.

Bila panitia diperlukan dalam penyelenggaraan Pelatihan, maka pengelola Pelatihan akan
menetapkan panitia penyelenggara Pelatihan yang ketetapan siapa bertugas menangani apa,
akan dimuat dalam Surat Keputusan Pembentukan Panitia Penyelenggara Pelatihan

2. Upacara Pembukaan Program Pelatihan.

25
Training Officer Course

Dalam pengorganisasian ini, penyelenggara pelatihan perlu memahami betapa pentingnya


kegaitan Upacara Pembukaan Program suatu pelatihan. Untuk itu, tugasnya adalah sebagai
berikut:

a. Mengkonfirmasi kepada pengelola Pelatihan, siapa pejabat akan diundang pada


upacara pembukaan.

b. Membuat surat undangan pada upacara pembukaan.

c. Menyiapkan ruangan upacara.

d. Menyiapkan konsumsi

e. Melaksanakan upacara pembukaan

f. Menjelaskan kepada peserta tentang sasaran pelatihan, aturan-aturan yang


diterapkan Pelatihan, hak dan kewajiban peserta serta hal-hal lain yang perlu
diketahui peserta selama Pelatihan berlangsung.

3. Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelatihan

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Pelatihan , maka tugas yang perlu dilakukan


penyelenggara pelatihan adalah sebagai berikut:

a. Peserta

1) Menerima dan membuat daftar peserta yang hadir;

2) Menyediakan daftar hadir peserta dan mengecek /memantau tingkat kehadiran


peserta;

26
Training Officer Course

3) Memantau sikap dan partisipasi peserta selama mengikuti kegiatan Pelatihan;

b. Widyaiswara

Penyelenggaraan suatu Pelatihan akan berhasil sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
apabila mempunyai tenaga Widyaiswara yang kompeten, untuk itu penyelenggara Pelatihan
perlu memperhatikan pelaksanaannya sebagai berikut:

1) Mencatat kehadiran Widyaiswara dalam pelaksanaan proses


pembelajaran;

2) Menanyakan apakah Widyaiswara yang menyiapkan bahan ajar, modul atau


naskah pegangan yang perlu digandakan untuk peserta;

3) Membacakan biodata widyaiswara;

4) Membagikan formulir evaluasi atau umpan balik bagi widyaiswara kepada


peserta Pelatihan;

c. Kurikulum

1) Memantau pelaksanaan kurikulum dalam proses pembelajaran;

2) Membuat catatan tertulis mengenai pelaksanaan kurikulum;

3) Membagikan bahan/materi Pelatihan yang terkait dengan kurikulum.

d. Sarana dan Prasarana Pelatihan

Dalam tahap pelaksanaan ini, penyelenggara tidak banyak berperan kalau semua sarana dan
prasarana sudah disiapkan dengan baik dan rapi. Hanya tinggal memantau kalau ada hal- hal
tidak beres. Dan sewaktu-waktu kalau diperlukan bantuannya oleh widyaiswsara dalam
mengubah posisi tempat duduk dan sebagainya.

e. Proses Pembelajaran

27
Training Officer Course

1) Setelah semua persiapan proses pembelajaran yang terkait dengan tugas


penyelenggaraan dilaksanakan, maka selanjutnya penyelenggaraan
memantau kegiatan tersebut.

2) Pada saat proses pembelajaran, penyelenggara hendaknya berada di kelas,


apabila sewaktu-waktu dibutuhkan bantuannya oleh widyaiswara.

f. Ketata Usahaan

1) Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Pelatihan pada ketata usahaan adalah:

2) Menyerahkan bukti mengajar.

3) Mengurus administrasi keuangan Pelatihan.

4) melaksanakan evaluasi kegiatan peserta dan widyaiswara.

g. Keuangan

Administrasi keuangan yang dilakukan oleh panitia penyelenggara Pelatihan antara lain adalah:

1) pembayaran honorarium;

2) penggantian transport peserta dan pembayaran uang saku peserta selama mengikuti
Pelatihan;

3) Penggandaan bahan ajar, naskah pegangan atau modul Pelatihan;

4) Pembelian sarana dan media Pelatihan;

5) Pembayaran konsumsi dan akomodasi peserta;

6) Pemegang kas kecil untuk pembayaran hal-hal tak terduga yang menjadi tanggungan
penyelenggara Pelatihan.

28
Training Officer Course

G. PENUTUPAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN

Kegiatan terakhir dalam penyelenggaraan Pelatihan adalah penutupan penyelenggaraan


pelatihan. Dalam kegiatan penutupan penyelenggaraan Pelatihan yang perlu dilakukan
penyelenggara pelatihan adalah sebagai berikut:

a. Mengkonfirmasi kepada pengelola Pelatihan, siapa pejabat akan diundang pada


upacara penutupan.

b. Membuat surat undangan pada upacara penutupan.

c. Menyiapkan ruangan upacara.

d. Membuat laporan yang akan dibacakan pada upacara penutupan.

e. Menyiapkan konsumsi.

f. Melaksanakan upacara penutupan.

29
Training Officer Course

H. PEMBUATAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN

a. Pengertian dan Fungsi Laporan

Laporan adalah penyampaian informasi dari petugas/pejabat tertentu kepada petugas atau
pejabat lain dalam suatu Sistem Administrasi (Lamuddin Finoza, Aneka Surat, Statuta, laporan
dan Proposal, hal 89). Laporan Penyelenggaraan Pelatihan merupakan upaya pengumpulan,
pengolahan, penyusunan dan penyampaian hasil penyelenggaraan Pelatihan kepada pihak-
pihak yang terkait dalam penyelenggaraan Pelatihan, sebagai bahan informasi pengambilan
keputusan lebih lanjut.

Lebih lanjut dikatakan bahwa Laporan adalah suatu dokumen sebagai hasil dari serangkaian
kegiatan mencari dan menyajikan informasi mengenai suatu hal tertentu. Dengan demikian
laporan merupakan keterangan atau informasi yang dihimpun, diolah, dan disajikan secara
tertulis. Adapun kegiatan mencari keterangan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan:

1) Observasi, yaitu suatu kegiatan mendapatkan informasi dengan cara


melaksanakan pengamatan terhadap obyek yang diamati. Misalnya dalam
penyelenggaraan Pelatihan Si calon Pembuat Laporan melakukan pengamatan
terhadap penyelenggaraan Pelatihan secara intens sehingga diperoleh suatu data
berupa informasi yang terkait dengan penyelenggaraan Pelatihan

2) Penyelidikan, yaitu upaya untuk mendapatkan keterangan dengan cara bertanya,


mencatat serta membandingkan dengan sumber informasi

3) Studi yaitu upaya untuk mendapatkan keterangan dengan cara mengumpulkan


data dan informasi yang terkait dengan pokok permasalahan, membaca dokumen
atau bertukar pikiran untuk mendapatkan informasi yang falid.

Lalu pertanyaannya adalah apakah fungsi laporan itu? Nah, adapun fungsi laporan
Penyelenggaraan Pelatihan antara lain:

30
Training Officer Course

1) Fungsi Informatif. Fungsi informatif mengandung pengertian bahwa laporan berguna


sebagai sumber informasi bagi pejabat yang melaksanakan tugas-tugasnya. Di dalam
penyelenggaraan Pelatihan laporan memberikan informasi kepada pimpinan mengenai
berbagai hal berkaitan penyelenggaraan Pelatihan, sehingga dapat dipakai sebagai
bahan pengambilan keputusan lebih lanjut.

2) Fungsi pertanggungjawaban. Hal ini berarti bahwa laporan merupakan


pertanggungjawaban dari pelapor mengenai hal yang di- laporkannya. Dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan Pelatihan laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan
dokumentasi yang memuat rincian mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
penyelenggaraan Pelatihan.

3) Fungsi pengawasan, hal ini berarti bahwa laporan sebagai alat pengawasan bagi atasan
dengan membaca laporan yang telah dibuat oleh stafnya, meskipun atasan tidak melihat
dengan mata kepalanya sendiri. Dengan membaca laporan yang ada pengawas dan
penanggungjawab Pelatihan akan mengetahui sejauh manakah perkembangan
pelaksanaan Pelatihan.

4) Fungsi Komunikasi, yakni memberikan informasi baik secara lisan maupun tulisan yang
berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan Pelatihan.

5) Fungsi evaluasi, yakini sebagai bahan umpan balik dalam penye- lenggaraan Pelatihan
di masa yang akan datang;

6) Sebagai bahan dokumentasi dan referensi.

b. Syarat dan Jenis Laporan

Suatu laporan manajerial pada prinsipnya memiliki ciri khusus (yang membedakannya dengan
jenis laporan lainnya) sebagai berikut:

1) Mengandung semua fakta yang bertalian dengan hal yang secara obyektif
dilaporkan.

2) Menyampaikan kesimpulan dan saran atau rekomendasi tertentu berdasarkan


fakta-fakta.

3) Mempunyai bentuk tersendiri sesuai aturan yang ada.

4) Mengandung suatu gaya tulis yang sesuai dengan fakta yang diungkapkan, bukan
secara tertulis.

5) Menampilkan suatu tata wajah yang mencerminkan pembuatan laporan


dikerjakan dengan penuh kesungguhan.

31
Training Officer Course

Di samping itu laporan penyelenggaraan Pelatihan harus dapat menyajikan secara jelas,
menggambarkan hal-hal yang penting dan bermanfaat serta mengandung suatu kesimpulan
tentang penyelenggaraan Pelatihan. Oleh karena itu hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam
penulisan pelaporan penyelenggaraan Pelatihan adalah:

1) Bahasa yang dipergunakan harus mudah dipahami;

2) Kalimat sederhana dan jelas;

3) Isi laporan harus menggambarkan yang sebenarnya (obyektif);

4) Apabila dalam laporan digunakan singkatan-singkatan, maka perlu adanya


penjelasan secara rinci agar memudahkan di dalam memahami isi laporan;

5) Laporan hendaknya disampaikan secara informatif. Untuk meng- hindari salah


pengertian terhadap arti kata atau kalimat dalam laporan, perlu dihindari istilah-
istilah yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia.

Lamuddin Finoza dalam bukunya “Aneka Surat, Statuta, Laporan dan Proposal“ mengatakan
bahwa laporan sebagai alat komunikasi yang efektif paling tidak memenuhi 6 (enam)
persyaratan dalam pembuatan laporan. Syarat tersebut adalah:

1) Lengkap, Laporan harus lengkap mengandung data dan fakta sehingga dapat
dipergunakan pimpinan dalam pengambilan keputusan lebih lanjut;

2) Jelas, Laporan harus terinci dengan jelas. Untuk itu uraian dalam laporan tidak
memberikan peluang untuk ditafsirkan secara berbeda oleh dua orang atau lebih;

3) Benar, Laporan harus mengandung kebenaran. Oleh karena itu harus didukung
data dan fakta yang obyektif. Apabila laporan tersebut salah maka akan
berdampak dalam pengambilan keputusan oleh pimpinan;

4) Sistematis, Laporan harus sistematis agar memudahkan diikuti oleh yang


membacanya. Untuk itu laporan harus diorganisir se-demikian rupa, misalnya
dengan sistem pengkodean yang teratur agar menjadi suatu wacana yang
terstruktur rapi;

5) Obyektif, Pelapor harus netral dalam artian tidak ada unsur subyektifitas dan harus
bersikap netral dengan kreteria yang umum dipakai oleh kebanyakan orang;

6) Tepat waktu, Ketepatan waktu dalam penyampaian sebuah laporan dapat


dikatakan mutlak, lebih-lebih jika laporan sudah di- tunggu oleh berbagai pihak
yang memerlukan sesuai dengan kegunaan Laporan.

32
Training Officer Course

Terkait dengan laporan penyelenggaraan Pelatihan, maka laporan penyelenggaraan Pelatihan


termasuk jenis Laporan analitik. Hal ini disebabkan dalam laporan penyelenggaraan
Pelatihan tidak hanya memberikan informasi tetapi juga menafsirkan data sebaik mungkin,
sehingga sangat berguna sebagai bahan umpan balik dalam penyelenggaraan Pelatihan
berikutnya. Untuk itu maka di dalam membuat laporan jenis ini harus mengacu pada jenis-jenis
laporan yang telah dijelaskan dalam uraian di atas.

c. Laporan dari segi maksudnya

1) Laporan Informatif. Laporan ini berbentuk informasi yang di-dukung oleh suatu
rekomendasi. Laporan informative adalah laporan yang hanya bersifat memberi informasi
kepada pim-pinan agar ia memperoleh gambaran tentang sesuatu masa-lah sehingga
dapat mengikuti perkembangan dengan baik.

2) Laporan Rekomendasi. Rekomendasi berarti pendapat berupa penilaian tentang


suatu hal atas dasar pengamatan semata, bukan atas dasar penelitian yang mendalam.
Rekomendasi juga dapat diartikan sebagai usul yang tidak mengikat. Lapor an
rekomendasi adalah laporan yang di samping menyampai kan informasi juga
menyertakan pendapat si pelapxor, misalnya dengan mengemukakan alasan atau sebab
terjadinya informasi yang dilaporkan. Laporan ini bertujuan pokok mem-berikan
rekomendasi mengenai suatu masalah.

3) Laporan Analitik. Laporan ini memberikan informasi kepada pimpinan, juga memberikan
sumbangan pikiran yang me-nyangkut informasi yang dilaporkan. Sumbangan pikiran itu
berupa pendapat dan saran yang diberikan oleh pelapor setelah melakukan analisis yang
matang dan mendalam.

4) Laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban dimaksudkan untuk


memberikan pertanggungjawaban atas tugas atau wewenang yang telah dilimpahkan
oleh atasan. Laporan ini memberi gambaran pekerjaan yang masih perlu diselesaikan
atau evaluasi pekerjaan yang telah rampung. Karena laporan pertanggungjawaban
kadang-kadang dapat juga disebut laporan kemajuan (progress report).

5) Laporan kelayakan. Laporan ini menganalisis suatu situasi atau masalah secara
mendalam untuk menuju penilaian yang bersifat pilihan, layak atau tidak. Di dalam
laporan ini berbagai alternatif dianalisis, lalu ditentukan mana yang terbaik.

Dalam kaitannya dengan hal ini laporan pembukaan atau penutupan Pelatihan disampaikan
secara tertulis dan lisan, hal ini disebabkan laporan ini dibuat secara tertulis dan
disampaikan pada waktu acara pembukaan atau penutupan suatu Pelatihan tertentu
oleh Ketua Pelaksana Pelatihan.

33
Training Officer Course

d. Laporan dari segi waktu penyampaiannya;

1) Laporan insidental. Insidental artinya tidak rutin, sekali-kali, kadang- kadang.


Laporan insidental adalah laporan yang waktu penyampaiannya tidak terjadwal
secara tetap. Laporan ini muncul atau dibuat jika ada kegiatan atau kejadian yang
sifatnya mendadak.

2) Laporan periodik. Laporan periodik dibuat menurut periode tertentu, harian,


mingguan, bulanan, triwulan, tengah tahunan, tahunan, sesuai dengan waktu
penyampaiannya.

e. Langkah-Langkah Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pelatihan.

Dalam pokok bahasan di atas telah dibahas tentang Pengertian, Syarat dan Jenis Laporan. Maka
dalam pokok bahasan ini Saudara akan dipandu untuk memahami tentang langkah-langkah
pembuatan laporan secara efektif. Adapun langkah-langkah pembuat an laporan antara lain
sebagai berikut:

1) Persiapan Penulisan Laporan

a) Menentukan subyek laporan;

Hal ini dimaksudkan untuk mamberikan kejelasan tentang laporan yang akan disampaikan, ada
pembatasan diri dan memenuhi keinginan fihak yang akan menerima laporan.

b) Mengumpulkan data dan fakta;

Data dan fakta yang dipergunakan dalam penyusunan laporan penyelenggaraan Pelatihan
misalnya:

1) Surat keputusan dan landasan-landasan yuridis lainnya.

2) Laporan hasil pemantauan dan monitoring kegiatan Pelatihan.

3) Hasil evaluasi peserta Pelatihan, baik yang berasal dari Asisten Akademis,
Widyaiswara maupun panitia penye- lenggara yang lain.

4) Perilaku peserta Pelatihan.

5) Rencana/program kerja.

6) Notulen rapat.

7) Grafik, tabel, dan sebagainya

34
Training Officer Course

Bahan-bahan laporan di atas dapat diperoleh dari sumber- sumber primer maupun dari sumber
sumber-sumber sekunder. Sumber-sumber primer meliputi: hasil wawancara, hasil diskusi, hasil
pengisian daftar pertanyaan, hasil obser- vasi langsung dan lain sebagainya. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari Catatan-catatan harian, hasil monitoring, dan Surat Keputusan.

c) Mengolah data dan fakta menjadi Informasi.

Data yang telah terkumpul melalui cara-cara pengumpulan seperti tersebut diatas, harus
diklasifikasikan dengan tepat supaya dapat dipergunakan dengan baik, sistematis dan tepat.
Pengklasifikasi an ini berguna dalam rangka: (1) menyusun sistematik laporan, (2) Menentukan
data mana yang perlu dimasukkan untuk dianalisis dan data mana pula yang cukup disertakan
sebagai lampiran-lampiran saja, dan (3) Mempermudah penentuan koreksi antara data yang satu
dengan data-data lainnya dan selanjutnya akan mempermudah dalam analisanya. Setelah dibuat
klasifikasi data sebagai diuraikan di atas maka dapatlah diadakan evaluasi dan pengolahan
(analisa) data.

d) Menentukan Sistematika Laporan

Sistematika Laporan Penyelenggaraan pelatihan, ada beberapa macam, namun dari semua
laporan yang ada sebenarnya dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) klasifikasi di antaranya
adalah:

1) Pendahuluan;

2) Isi Laporan;

Isi laporan sering juga disebut dengan batang tubuh laporan adalah bagian yang memuat isi
utama yang dapat meliputi pelaksanaan suatu kegiatan, tujuan yang telah dicapai, kendala yang
telah dihadapi, saran perbaikan, bahkan dapat pula memperkenalkan penemuan baru. Uraian
tentang isi laporan dapat dilengkapi dengan grafik, chart, diagram, tabel dan sebagainya untuk
memperjelas isi laporan.

3) Analisis

Analisis adalah kegiatan menghitung, menimbang- nimbang, membandingkan dan mengkaji


aspek tertentu.

4) Penutup/ kesimpulan.

Penutup adalah bagian akhir dari suatu laporan yang tidak mengandung analisis. Apabila di
dalam kesimpulan tidak ada kekurangan maka tidak perlu diberikan saran.

e) Tehnik Pembuatan Laporan Penyelenggaraan Pembukaan dan Penutupan


Pelatihan

35
Training Officer Course

Laporan Pembukaan dan Penutupan Pelatihan dibuat oleh Ketua Pelaksana Pelatihan sebagai
pertanggungjawaban dalam rangka penye lenggaraan atau penutupan suatu Pelatihan tertentu.
Jenis laporan ini biasanya dibacakan oleh Ketua Pelaksana Pelatihan saat dilaksanakan acara
Pembukaan maupun acara Penutupan suatu jenis Pelatihan tertentu. Adapun sistematika
laporan antara lain sebagai berikut:

1) Laporan Penyelenggaraan Pembukaan Pelatihan.

a) Pendahuluan, berisi latar belakang dilaksanakan Pelatihan X (yang sedang dibuka), dan
Dasar Penyelenggaraan Pelatihan.

b) Tujuan dan Sasaran. Dalam hal ini diuraikan tentang tujuan dan sasaran dilaksanakan
Pelatihan tersebut.

c) Waktu dan Tempat. Berisi waktu dan Tempat dilaksanakan kegiatan Pelatihan.

d) Kepesertaan. Berisi syarat peserta dan sampai dengan acara pembukaan ini berapa
jumlah peserta yang sudah hadir, berapa yang belum hadir dan sejauh manakah
kemungkinan peserta dapat memenuhi jumlah yang telah ditentukan sesuai dengan Surat
Keputusan.

e) Kurikulum dan metode Pembelajaran. Berisi tentang uraian kurikulum yang akan
diberikan selama pelatihan, alokasi waktu untuk setiap mata sajian dan metode yang akan
diper- gunakan dalam proses pembelajaran.

f) Tenaga Kependidikan. Berisi informasi tentang siapakah yang akan melaksanakan


proses pembelajaran pada Pelatihan tersebut.

g) Evaluasi yang akan dilaksanakan untuk menentukan tingkat kelulusan peserta Pelatihan.

Perlu pula ditekankan di sini bahwa mohon kesediaan pimpinan untuk membuka secara resmi
kegiatan penyelenggaraan Pelatihan. Dan himbauan kepada peserta Pelatihan untuk melaksana
kan seluruh rangkaian kegiatan Pelatihan secara efektif.

2) Laporan Penyelenggaraan Penutupan Pelatihan

Laporan jenis ini dibacakan oleh Ketua Pelaksana Pelatihan pada akhir penyelenggaraan
Pelatihan. Laporan ini dimaksudkan sebagai pertanggung-jawaban panitia penyelenggara
kepada pimpinan di depan Umum. Laporan ini antara lain memuat hal- hal sebagai berikut:

a) Kepesertaan, dalam hal ini diuraikan berapa jumlah peserta Pelatihan, kondisi
peserta Pelatihan sampai dengan hari ini baik menyangkut kondisi kesehatan, partisipasi
peserta Pelatihan selama mengkuti pelatihan dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi pada saat pelatihan.

36
Training Officer Course

b) Kurikulum, dijelaskan alokasi waktu untuk menyelesaikan kuri-kulum tersebut, metode


serta tenaga kePelatihanan yang mem-bawakan materi tersebut.

c) Ujian, dijelaskan tentang pelaksanaan ujian untuk mengetahui sejauh manakah


tingkat pemahaman peserta Pelatihan selama mengikuti pelatihan.

d) Evaluasi. Dalam hal ini dijelaskan tentang kegiatan yang dilaksanakan dalam
melaksanakan evaluasi peserta Pelatihan serta hasil yang dicapai peserta Pelatihan.

e) Sertifikat.

Demikian tugas -tugas dan kegiatan yang perlu dipahami seorang penyelenggara
pelatihan.

Selanjutnya dengan memahami tugas-tugasnya dalam bidang penyelenggaraan


pelatihan, maka penyelenggara pelatihan dapat merenungkan dan menginternalisasi
tugasnya apakah di dalam pekerjaannya sebagai penyelenggara pelatihan sudah tepat
dan maksimal. Jika belum tepat atau maksimal , maka penyelenggara pelatihan perlu
meningkatkan etos kerjanya dengan mempelajari studi kasus-studi kasus yang ada yang
pernah dibaca atau dijumpai di saat penyelenggaraan pelatihan berlangsung dan video
pendek tentang etos kerja seorang pegawai atau pelaksana penyelenggara pelatihan.

STUDI KASUS

Seorang penyelenggara pelatihan dapat menginternalisasi etos kerja dengan mengamati dan
mempelajari kasus–kasus yang ada di dalam lingkungan kerjanya. Dengan kesadaran diri untuk
belajar dan bekerja lebih baik , maka berikut ini ada beberapa kasus yang dapat dipelajari
sehingga proses menginternalisasi etos kerja dapat terjadi dengan baik.

Mari baca , simak dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.

Kasus 1: Buruknya Etos Kerja Disnakersos DKI


(http://metro.sindonews.com/read/758538/31/buruh-kecam-
etos-kerja-pns-disnakersos-dki-jakarta, diakses 13 Juli 2016)

Massa buruh yang tergabung dalam Lembaga Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan


Indonesia Bersatu (LP3IB) menggelar aksi unjuk rasa di depan Balai Kota. Dalam aksinya,
puluhan buruh mengecam etos kerja para Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Tenaga Kerja dan
Sosial (Disnakersos) DKI Jakarta yang dinilai buruk serta diduga terlibat praktek Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN). Kata Koordinator LP3IB Thony Charles saat ditemui Sindonews di lokasi,

37
Training Officer Course

Senin (8/7/2013)."Kami menemukan banyak PNS yang tak beretos kerja baik, salah satunya bisa
dilihat di Disnaker DKI Jakarta setiap hari," Dia menyebutkan, aktivitas kerja PNS Disnakersos
DKI sering berlangsung di luar. Mereka kerap kumpul- kumpul di kantin belakang saat jam kerja.
Dia juga menambahkan, para abdi negara ini membaca koran, main game online, internetan
sampai ngobrol ngalur ngidul tidak jelas. "Etos kerja para PNS di lingkungan Disnakersos DKI
sangat lemah," tudingnya. Selain itu, lanjut Thonny, para buruh juga kerap mendapati praktik KKN
dan pungutan liar dari para oknum pejabat Disnakersos DKI Jakarta. Di antaranya, pembebanan
biaya bagi para calon pencari kerja, rekayasa lelang pengadaan barang dan jasa serta banyak
kasus lainnya. "Contohnya, program magang calon pencari kerja ke Jepang, di mana dalam
sosialisasi dikatakan tidak dipungut biaya, namun pada prakteknya, banyak pungutan liar di
dalamnnya," tukasnya.
Sudah seharusnya pemerintahan saat ini mewujudkan ‘good governance’ untuk memenuhi
aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita Bangsa dan Negara. Tuntutan yang
gencar dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat
disamping adanya pengaruh globalisasi. Oleh karena itu tuntutan tersebut merupakan hal
yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan-
perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

LANGKAH KEGIATAN STUDI KASUS

a. Mengidentifikasi fakta, konsep dalam kasus


b. Menghubungkan berbagai informasi dalam kasus
c. Menyimpulkan permasalahan
d. Mencari alternatif pemecahan
e. Menetapkan pilihan alternatif pemecahan masalah yang terbaik
f. Mempresentasikan hasil kelompok kepada seluruh peserta
g. Diskusi tanya-jawab & penjelasan kelompok

Untuk kasus 1 diatas, ada beberapa pertanyaan pengarah yang perlu dibahas yaitu:

1. Apa permasalahan yang ada dalam kasus ini?


2. Peran apa yang dimainkan oleh Kepala bidang (pimpinan) di Disnakersos DKI dalam
paparan kasus?
3. Menurut Anda bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh Pimpinan terhadap PNS di
unit Disnakersos?
4. Sebutkan bagaimana komitmen kerja PNS pada Disnakersos DKI?
5. Menurut Anda factor apa yang mempengaruhi prilaku PNS pada Disnakeros DKI?

38
Training Officer Course

6. Bagaimana perasaan Anda kalau anda sebagai PNS pada Disnakersos DKI tersebut?
7. Bagaimana pendapat Anda tentang Demo yang dilakukan oleh buruh terhadap
Disnakersos tersebut?
8. Apa rekomendasi Anda terhadap peningkatan Etos Kerja pada Disnakersos DKI agar
lebih baik?
9. Dapatkah dikatakan PNS pada Disnakersos DKI merupakan PNS yang bermartabat?
Berikan Alasannya!
10. Poin poin apakah yang Anda anggap penting tapi belum didiskusikan pada kasus ini?

kasus 2: Disidak BKD, Pns Asyik Main Catur

(REPORTER: Devi Lusianawati | editor: Dunih |Sabtu, 31 Mei 2014 08:09 WIB | Sumber:
(http://www.beritajakarta.com/read/2535/Disidak_BKD_PNS_Asyik_Main_Catur
#.VvAsGOaMGX0, diakses 13 Juli 2016)

Jika beberapa hari lalu Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi DKI Jakarta melakukan
inspeksi mendadak (sidak) ke kantor Walikota Jakarta Selatan di Jl Prapanca, hari ini sidak
juga dilakukan di gedung Walikota Jakarta Utara di Jl Laksamana Yos Sudarso, Tanjung
Priok. Dalam sidak yang dipimpin Kepala BKD, I Made Karmayoga, petugas masih
menemukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak disiplin dengan bersantai dan merokok di
jam kerja. Sidak dimulai dengan menyusuri seluruh gedung yang ada di Blok P, Blok S dan
Blok R kantor Walikota Jakarta Utara. Namun, saat melakukan sidak di Blok R, Made
bersama sepuluh personel dari BKD dibuat tercengang. Beberapa pegawai kedapatan
sedang merokok dan bermain catur di lantai 4 Blok R. Padahal saat itu masih dalam jam
kerja dan tempatnya pun merupakan kawasan dilarang merokok (KDM). Mereka yang kaget
karena sudah ketahuan pun memilih langsung membubarkan diri.

Tidak hanya itu, di Blok R yang merupakan tempat Suku Dinas (Sudin) PU Tata Air Jakarta
Utara itu juga tampak sepi. Dari 31 pegawai PU Tata Air, ternyata hanya 6 pegawai yang
ada di ruangan.

Menurut keterangan staf yang hadir, ketiadaan beberapa pegawai unit tersebut dikarenakan
ada kegiatan dan tugas lapangan. Meskipun begitu, Made tidak lekas percaya begitu saja,
sehingga pihaknya pun akan mengecek kebenaran informasi tersebut.

"Tapi masalahnya tidak ada surat tugas yang menyatakan mereka sedang bertugas di luar,
jadi kita tidak tahu mereka tugas di mana," ucapnya, Jumat (30/5). Made menambahkan,

39
Training Officer Course

sidak yang dilakukan hari ini bertujuan sebagai pembinaan, sekaligus untuk disiplin
kehadiran (absensi) pegawai. Karena menurutnya, disiplin merupakan salah satu tonggak
penting untuk menuju perubahan dan perbaikan.

Dalam sidak tersebut, kehadiran pegawai di Walikota Jakarta Utara secara keseluruhan
sebanyak 99,5 persen, dan sebanyak 33 orang dari 216 pegawai tidak hadir karena
beberapa alasan. Salah satunya karena tugas lapangan. "Meski hari ini hari kejepit, dan
hari spesial, kepala SKPD tetap harus cermati staf-stafnya," pintanya.

JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT

1. Apa permasalahan yang ada dalam kasus ini?


2. Peran apa yang dilakukan oleh KA BKD dalam paparan kasus?
3. Menurut Anda bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh Kepala BKD, terhadap PNS
di Walikota Jakarta Utara?
4. Sebutkan bagaimana komitmen kerja PNS di Walikota Jakarta Utara?
5. Jika Anda sebagai Ka BKD apa sangsi yang harus diberikan pada PNS yang berperilaku
tidak disiplin tersebut?
6. Bagaimana perasaan Anda kalau anda sebagai PNS di Walikota Jakarta Utara tersebut?
7. Apa rekomendasi Anda terhadap peningkatan Etos Kerja pada Walikota Jakarta Utara
agar lebih baik?
8. Dapatkah dikatakan PNS pada Walikota Jakarta Utara merupakan PNS yang
bermartabat? Berikan Alasannya!
9. Poin poin apakah yang Anda anggap penting tapi belum didiskusikan pada kasus ini?
10. Dari diskusi kelompok mengenai kasus yang diatas apakah yang dapat Anda pelajari
untuk menerapkan etos kerja di Instansi Anda?
Selamat mengerjakan.

Studi Kasus 3.

Seorang cleaning service, di instansi X yang bernama Anto, berumur 50 tahun terkenal
dengan sifatnya yang tekun dan bekerja dengan penuh semangat. Dengan keberadaannya
sebagai pelayan kebersihan di kamar asrama pelatihan , ia selalu bekerja dengan rajin
,bahkan hampirtidak pernah terlambat datang ke kantor. . Ia selalu melayani orang dengan
baik tanpa melihat apakah orang itu memberi pernah tip atau tidak kepadanya. Ia
melaksanakan tugasnya sehari-hari dengan rajin dan selalu sopan kepada semua peserta
yang menginap di kamar asrama. Sekalipun ia hanya seorang pelayan kebersihan kamar

40
Training Officer Course

asmara , namun setiap orang yang menginap di kamar asrama selalu senang dan bahagia
karena kamar mereka dibersihkan dengan baik.
Menurut anda, apakah yang dapat ambil dari seorang Anto bila dikaitkan dengan anda
sebagai seorang penyelenggara pelatihan?

Studi Kasus 4.
Di sebuah institusi Z, seorang pegawai yang bernama Parlin, bekerja di bagian unit
Penyelenggaraan Pelatihan. Di setiap penyelenggaraan Pelatihan yang ada di kantornya,
beliau selalu datang pagi-pagi sekali, walau beberapa temannya belum ada yang datang.Pak
Parlin tidak mempedulikan apakah Namanya ada dalam tim atau tidak tapi beliau tetap fokus
pada tugasnya sebagai pelaksana penyelenggara pelatihan. Sekalipun Namanya tidak
tertera dalam pelatihan tertentu, namun setiap ada penyelenggaraan yang diadakan di
kantor tersebut, beliau selalu hadir mengerjakan merapikan meja kursi dan hal-hal yang
berhubungan dengan fasiltas peatihan di ruang kelas. Bahkan beliau selalu berada di dalam
kelas mulai dari awal pembelajaran sampai selesai. Padahal jika ditanya apakah bapak yang
bertugas hari itu? Beliau katakan tidak…tapi yang bertugas yang seharusnya hari itu tidak
datang, maka dia rela stand by di kelas dan bersedia menggantikan temannya yang
berhalangan walau tidak mendapat honor atau penghargaan yang lain.Kadang kala ada
pegawai lain yang mengatakan hal yang dilakukan Pak Parlin itu suatu kebodohan. Untuk
apa kita lakukan pekerjaan itu bila nama kita tidak tertera dalam tim pelaksana dan buang-
buang waktu saja. Namun beliau tidak peduli dengan sangkaan buruk orang lain…beliau
tetap tersenyum dan melaksanakan apa yang mampu dia lakukan dengan maksimal. Lagi
pula beliau mengatakan bahwa bisa bekerja adalah suatu anugrah besar dari Tuhan, di luar
sana masih banyak orang yang tidak mempunyai kesempatan untuk bekerja. Nah, beliau
dapat bekerja sebagai pelaksana pelatihan baginya itu adalah sebuah ibadah. Pak Parlin
selalu tersenyum dan ramah dengan peserta dan sigap membantu peserta dan
widyaiswara/fasilitator dalam memenuhi hal-hal yang diperlukan seperti ganti baterai pointer,
microphone,penambahan papan flipchart, kekurangan spidol dan hal-hal lainnya di dalam
kelas sehingga proses pembelajaran yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan baik
dan lancar. Semua orang yang mengenalnya sangat terkesan dengan perilakunya dan hasil
kerjanya yang baik. Sungguh menyenangkan mengenal Pak Parlin yang bersahaja namun
mencintai pekerjaannya.

Nah…menurut anda, apa saja yang dapat anda ambil yang baik dari Pak Parlin yang dapat
anda lakukan sebagai penyelenggara pelatihan nantinya.

41
Training Officer Course

Studi kasus 5.
Dalam sebuah institusi Y , ada seorang pegawai yang bernama Lucy yang memiliki tugas dan
fungsinya sebagai pengampu materi atau Widyaiswara/fasilitator. Beliau terkenal dengan
sifatnya agak pendiam, disiplin dan sopan. Bu Lucy tidak banyak bicara namun banyak bekerja
bukan orang yang No Action Talk Only. Beliau sangat rapi dalam mendokumentasikan hal-hal
yang berkaitan dengan tugasnya, bahkan beliau selalu mengerjakan tugasnya tidak hanya
tepat pada waktu namun juga memberikan yang terbaik. Selalu beliau empati pada teman-
temannya yang susah dalam mengembangkan profesi seperti menulis artikel ataupun karya
tulis ilmiah dengan cara memotivasi rekan -rekannya melalui fasilitasi partnership dan
pembimbingan lainnya. Bu Lucy selalu mengikuti dan melaksanakan setiap apa yang menjadi
tugasnya sebagai widyaiswara dan sebagai penyelenggara pelatihan. Beliau energik dan tidak
suka membuang waktu dengan sembarangan dan suka mencari pelatihan-pelatihan di luar
negeri maupun di dalam negeri untuk meningkatkan kompetensinya bahkan jadi pembicara
dalam seminar Internasional. Beliau juga suka membawa makanan ringan ke kantor untuk
menyenangkan rekan-rekannya.
Nah…dari kasus bu Lucy ini…hal-hal apa saja yang dapat anda ambil yang dapat
andainternalisasikan etos kerjanya tag dapat anda terapkan sebagai penyelenggara
pelatihan?

VIDEO

Selain dari memperhatikan studi kasus yang ada , menginternalisasi etos kerja juga dapat
dilakukan dengan pengamatan video yang berkaitan dengan nilai-nilai yang baik dalam suatu
pekerjaan /profesi dan pelayanan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelatihan atau
masyarakat. Dari pengamatan video yang ada dapat diambil lesson- learnt- nya dan sifat -sifat
etos kerja yang ada pada si pelaku dalam video yang ada kaitannya dengan pekerjaan kita
sebagai penyelenggara pelatihan. Lagi pula dari pengamatan sebuah film atau video yang
disajikan mampu menggugah pikiran kita dan menginspirasi kita untuk berubah menjadi lebih
baik dalam bekerja sebagai penyelenggara pelatihan. Perubahan bukanlah perubahan sampai
terjadi perubahan itu sendiri.

Jadi betapa pentingnya proses internalisasi yang dilakukan peserta untuk dapat menunjukkan
kinerja yang maksimal.

I. LATIHAN

1. Apa yang anda ketahui mengenai factor-faktor yng mempengaruhi keberhasilan suatu
pelatihan.

2. Jelaskan tahapan dalam Penutupan sebuah penyelenggaraan pelatihan.

42
Training Officer Course

3. Uraikan tugas sebagai penyelenggara pelatihan dalam bagian penutupan suatu


penyelenggaraan pelatihan.

4. Apa saja yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada suatu penyelenggraan
pelatihan. Berikan penjelasan yang baik.

5. Dari hal apa saja yang dapat membantu anda dalam menginternalisasi Etos Kerja.
Jelaskan,

J. RANGKUMAN

Etos kerja yang maksimal tidak datang dengan begitu saja bagi kita dalam bekerja sebagai
penyelenggara pelatihan. Namun melalui penghayatan akan pekerjaan, merefleksi apa yang
sudah kita lakukan serta internalisasi akan sesuatu hal atau pekerjaan baik itu sudah baik atau
masih kurang baik. Iternalisasi etos kerja dapat lakukan melalui pengamatan akan kasus-kasus
yang ada, pemutaran video-video atau film yang ada hubungannya penghayatan perilku kerja.

K. EVALUASI
1. Perhatikanlah video Washroom Cleaning Training ini di
https://www.youtube.com/results?searchquery=washroom+cleaning+training+video. Setelah
mengamati video ini, jawablah pertanyaan berikut ini:
 Apa yang terjadi dalam diri anda? Apakah anda belajar?
 Apa perbedaan sebelum dan sesudah belajar?
 Apa yang anda pikirkan, anda rasakan dan apa yang anda pelajari dari video tersebut?
 Pernyataan apa yang amda sampaikan kepada pelaku yang afa di video tersebut?
 Nilai etos kerja apa yang akan anda terapkan sebagai penyelenggara pelatihan?
2. Pejamkanlah kedua mata anda. Coba anda ingat dan renungkan sejenak ke belakang akan
apa yang sudah anda lakukan sebagai penyelenggara pelatihan selama ini. Apa yang anda
lihat dan bagaimana potret diri anda sebagai penyelanggara pelatihan menurut anda?
Kemudian bukalah mata anda. Sampaikanlah dengan jujur apa adanya apa yang anda lihat
tentang anda sebagai penyelenggara pelatihan selama ini. Apa yang anda mau rubah untuk
dilakukan nantinya?

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

43
Training Officer Course

BAB V

RIVIU ETOS KERJA TINGGI

INDIKATOR HASIL BELAJAR:

Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan dapat melakukan riviu etos kerja dalam
tugas dan jabatannya.

Dalam Etos Kerja Penyelenggra Pelatihan, seorang penyelenggara pelatihan menjelaskan


konsep etos kerja kemudan mngidentifikasi sifat-sifat etos kerja serta kemudian
menginternalisasikan etos kerja yang ada melalui pemahaman yang benar akan tugas dan
fungsinya sebahai penyelenggara pelatihan, maka selanjutnya seorang penyelenggara
pelatihan melakukan riviu etos kerja tinggi.
Dalam riviu Etos kerja tinggi ini menyangkut indicator etos kerja saat ini, indicator etos kerja
yang diharapkan dan strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan etos kerja.
Mari perhatikan indicator Etos Kerja saat ini.

A. INDIKATOR ETOS KERJA SAAT INI

Bagaimana etos kerja saat ini? Sudah baikkah eto kerja saat ini di Indonesia?
Menurut Jansen Sinamo yang dikenal dengan Bapak Etos Indonesia yang diambil sarinya
dari buku Muchtar Lubis yang berjudul Manusia Indonesa [1977] bahwa eios kerja Indonesia
saat ini adalah:
1. Bersifat Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura yang artinya lain di mulut
lain pula dihati.
2. Tidak suka bertanggung jawab dan suka mencari kambing hitam.
3. Berjiwa Feodal , gemar dengan upacara-upacara
4. Suka dihormati orang dari pada menghormati orang lain serta lebih
mementingkan status dari pada prestasi kerja.
5. Suka percaya takhyul, gemar hal-hal yang bersifat keramat, mistis dan cerita-
cerita gaib.
6. Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, suka plin-paln dan
gampang terintimidasi.

Dari no.1 sampai no.6 adalah yang bersifat negatif. Etos Kerja Indonesia tidaklah
semuanya bersifat negatif, melainkan ada juga yang bersifat positif yaitu Artisstik ,
yang artinya berjiwa seni dan deat dengan alam,

44
Training Officer Course

Dengan memperhatikan etos kerja saat ini , ini tidak bias dipungkiri dan merupakan
kenyataan pahit yang kita alami dan memang begitu apa adanya.

Namun dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia, tidak semua memliki etos kerja
buruk seperti yang disebutkan diatas. Masih ada organisasi yang peduli dan mau
mengubah etos kerja yang diberikan ke Indonesia saat ini. Seperti contoh yang
diberikan pada bab II Konsep Etos Kerja dalam modul ini oleh Bank Nasional yang
mencoba merumuskan etos kerja mereka seperti :berorientasi pada nasabah,
menjunhjung tinggi integritas, berdisiplin, kerjasama, saling percaya, dan saling
menghormati, pemberdayaan Sumber Daya Manusia, keseimbangan, Kepemimpinan
dan kepedulian pada lingkungan. Inilah etos yang hendak mereka tegakkan dan
diharapkan bias mengubah mereka menjadi lebih baik.

Saat ini Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara Indonesia yang dikaruniai
Tuhsn dengan sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang
besar. Hal ini merupakan modal besar untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur serta sejahtera. Aan tetapi pada kenyataannya, ,asih banyak rayat Indonesia
yang miskin, pengannguran semakin meningkat dan masih banyak anak Indonesia
yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. Dan menurut penelitian Jansen
Sinamo bahwa salah satu factor rendahnya etos Kerja yang dimiliki Indonesia saat
ini adalah negatifnya leteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka
merupakan model bagi masyaraat yang buan saja hanya memiliki kekuasaan formal,
namun juga euasaan non formal yang justru sering kali disalahgunakan.

Nah…bagaimana menurut anda?

B. INDIKATOR ETOS KERJA YANG DIHARAPKAN

Setelah melihat dan mengetahui indikator etos kerja saat ini, apa yang anda rasakan ?
Adakah sesuatu yang bergejolak dalam diri anda dan bagaimana etos kerja Indonesia di
masa depan nanti dan apa harapan anda?
Mwngingat bahwa Penyelenggaran pelatihan adalah serangkaian kegiatan/ perbuatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan pelatihan. Dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pelatihan
ada beberapa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan adalah: Penentuan peserta
pelatihan, ketersediaan Widyaiswara, Kurikulum, media dan method pembelajaran,
sarana dan prasarana pelatihan ketatausahaan, organisasi pelatihan dan hubungan kerja
pelatihan.
Oleh karena itu ethos kerja Penyelenggaraan pelatihan dituntut selalu prima, yaitu:

45
Training Officer Course

1. Mampu bekerja tulus penuh rasa syukur.


2. Komit bekerja benar penuh tanggungjawab.
3. Terbiasa bekerja tuntas penuh integritas.
4. Suka bekerja keras penuh semangat.
5. Dapat bekerja serius penuh kecintaan.
6. Sanggup bekerja cerdas penuh kreativitas.
7. Senantiasa bekerja unggul penuh ketekunan.
8. Selalu bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Pendidikan dan Pelatihan (Pelatihan) adalah kata yang sangat akrab dengan kita sehari-
hari, karena ketertibatan kita, baik sebagai penjyelenggara, widyaiswara ataupun peserta
pelatihan. Walaupiun sudah demikian akrab dengan kita, mari kita menyamakan persepsi
mengenai pengertian Pelatihan atau Pelatihan. “Pelatihan adalah proses belajar yang
dimaksudkan untuk mengubah kompetensi kerja seseorang sehingga ia dapat berprestasi
lebih baik dalam jabatan.

Nah…etos kerja yang diharapkan adalah sebagai berikut:


1. Tentunya kondisi Indonesia jauh lebih baik sekarang dari pada kondisi di masa lalu.
2. Kita memiliki sumber daya manusia yang lebih baik, yang bisa lebih menghargai waktu,
menjadi pribadi yang lebih disiplin. Karena sesungguhnya jika kita sadar bahwa waktu
ini mempengaruhi produktifitas kerja. Coba kita bayangkan dalam waktu 1 menit kita
bias menghasilkan 5 barang, namun karena SDM /pegawai datang terlambat hingga 1
jam saja, begitu banyak erugian yang ada akhirnya.
3. Tanggung jawab yang dipegang adalah besar dan harus dipegang kuat oleh seorang
pegawai/pekerja yang iut orang lain. Dengan demikian harus berani mengundurkan diri
atau keluar jika melakukan kesalahan besar oleh ulah mereka sendiri.

46
Training Officer Course

4. Bersikap hemat dan tidak suka memboroskan uang tika tidak dibutuhkan. Hidup
sederhana dan tidak konsumtif. Hal ini berhubungan dengan prinsip kesuksesan usaha,
dimana sekecil apapun barang yang digunakan namun bisa menghasilkan uang yang
besar, sehingga meskipun jumlahnya sedikit, maka jangan dibuang begitu saja.
5. Harus memacu persaingan yang sehat. Dengan adanya etos kerja ini maka diharapkan
ada peraingan yang sehat diantara sumber daya manusia yang ada di dalam berusaha
dan bekerja dimana saja apakah di kantor, diperusahaan, di Pusat Pelatihan dan bukan
merugikan perusahaan atau kantor dimana mereka bekerja.

C. STRATEGI YANG AKAN DILAKUKAN MENINGKATKAN ETOS KERJA

Setelah mengetahui indikator etos kerja saat ini dan indikator etos kerja yang diharapkan di masa
depan ,perlukah kita membuat strategi untuk meningkatkan etos kerja kita menjadi tinggi ?

Sangat perlu sekali! Untuk itu, maka langkah -langkah apa yang harus kita lakukan selanjutnya
dalam meningkatkan etos kerja tinggi kita sebagai pegawai/pekerja/penyelenggara pelatihan ?

Nah…adapun strategi yang akan kita laukan adalah sebagai berikut:

1. Kita harus memiliki passion/strong desire atau keinginan yang kuat di dalam diri untuk
merefleksi diri dan merubah diri ke arah yang lebih baik. Mau menerima feedback dari
orang lain dengan ikhlas dan membuka diri bahkan memperbesar kapasitas hati kita
untuk mau bertumbuh berkembang kearah yang lebih maju lagi.
2. Senantiasa berpikiran positif dalam segala hal. Bahwa apa saja yang sudah anda
kerjakan dengan sungguh-sungguh dan susah payah maka hasil akhirnya nanti pasti
membuahkan hasil dan tidak bias dibohongi.
3. Jadilah diri anda sendiri. Kemudian tentukan tujuan yang jelas dan cobalah berusaha
sekuat tenaga dan meraih impian yang sudah dibuat tersebut.
4. Jangan suka membuang waktu dengan percuma dengan angan-angan yang kosong.
5. Jadilah pribadi yang disiplin, baik dalam disiplin waktu dalam kehadiran sesuai yang
ditentukan dan dalam bekerja melaksanakan tugas yang dberikan tanpa mau menunda -
nundanya serta dalam hal kehidupan sehari -hari. Dengan demikian anda menghargai
watu yang diberikan.
6. Bekerjalah dengan konsentrasi yang penuh, fokus pada apa yang dikerjakan.
7. Janganlah cepat merasa puas terhadap hal yang baru kerjakan. Beerjalah dengan penuh
kreatifitas dan ingin memberi yang terbaik dan maksimal terhadap apapun yang
dilakukan.
8. Apabila terjadi kegagalan dalam melaksanakan suatu hal atau pekerjaan, janganlah cepat
putus asa dan menyerah. Akan tetapi teruslah memiliki semangat yang tinggi untuk terus

47
Training Officer Course

mencoba lagi dan belajarlah dari keledai yang tidak mau dan tisuka gagal pada hal yang
sama. Anda bias mencoba lagi dan lagi dan lebih keras lagi agar e depannya lebih baik
lagi dan maksimal. Seperti kata orang orang bijak yang mengatakan “not trial and error
but Trial and learn”[buan coba dan salah lagi namun coba lagi dan ada pembelajaran
yang diambil sehingga berhasil].
9. Teruslah mau belajar dan belajar baik itu dengan mengikuti pelatihan-pelatihan motivasi
dan yang berhubungan dengan kompetensi anda ,belajar dari pembelajaran dari
pengalaman bekerja Bersama dengan rekan kerja dan pengalaman diri sendiri disaat
bekerja.
10. Peganglah kuat-kuat konsep eto kerja, sifat-sifat etos kerja yang ada dan yang sudah
dipelajari dan dimiliki untuk menjadikan hidup lebih baik ke depannya dan ahirnya
kontribusinya sangat besar dalam pembangunan bangsa di bumi ibu pertiwi tercinta ini.

Nah…menurut anda strategi apa lagi yang anda dapat lakukan dalam meningatan etos
kerja anda…temukanlah sendiri.

D. LATIHAN.
3. Jelaskan indicator etos Kerja saat ini yang anda pahami.
4. Uraikan dengan jelas indicator etos kerja yang akan datang yang anda ketahui.
5. Perlukan etos kerja itu ditingkatkan sampai maksimal? Kalau perlu, strategi apa
yang anda lakukan agar terjadi peningkatan etos tinggi tinggi dalam bekerja.

E. RANGKUMAN

Keberhasilan suatu pelatihan tidak datang begitu saja dengan instan atau tiba-tiba.
Keberhasilan suatu penyelenggaraan pelatihan bukanlah sim salabim tiba terjadi
kesuksesan. Ada factor-faktor yang mempengaruhi kebaerhasilannya. yang diantaranya
adalah penyelenggara itu sendiri. Suatu penyelenggaraan pelatihan mencakup pembukaan,
proses pembelajaran, penutupan penyelenggaraan itu sendiri, pengorganisasiannya,
ketatausahaannya serta pembuatan laporan suatu penyelenggaraan. Dalam melaksanakan
tugas jabatannya, seorang penyelenggara pelatihan harus mengetahui, memahami setiap
proses yang ada dalam kegiatan-kegiatan suatu penyelenggaraan yang dilakukan sehingga
mampu mengimplementasikannya dengan sungguh-sungguh dan maksimal setiap apa yang
menjadi tugas dalam jabatannya.

Dalam melakukan riviu indicator etos kerja tinggi ada tiga hal yang perlu diperhatikan , yaitu:
indicator etos kerja saat ini, indicator etos kerja yang di gharapkan dan strategi -strategi yang
akan dilakukan untuk meningkatan etos kerjanya menjadi tinggi dan maksimal. Dengan

48
Training Officer Course

demikian betapa pentingnya melakukan riviu indicator etos kerja tinggi bagi
pegawai/penyelenggara pelatihan demi meningkatan reputasi kinerja instansi/institusi.

F. EVALUASI
Laksanakanlah riviu indicator etos kerja anda sebagai penyelenggara pelatihan
dengan melengkapi table yang ada di bawah ini : Lakuknlah dengan jujur, sungguh-
sungguh dan penuh semangat.

RIVIU INDIKATOR ETOS KERJA TINGGI


No Indikator etos kerja saat ini Indikator etos kerja Strategi yang akan
yang diharapkan dilaukan untuk
meningatkan etos kerja
1. ……………. …………………. …………………….
2. …………………. …………………… ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
3. ………………. ……………….. ……………………..
4. …………………… ……………… ………………………
5. ………………… ……………….. ……………………….
6. ……………… ……………….. ……………………..
7. ……………….. ………………….. ………………………..

Selamat bekerja!

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

49
Training Officer Course

BAB VI

PENUTUP

A. SIMPULAN

Ethos kerja bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari yang diprakttkkan dalam bentuk
pernyataan kata, tindakan, sikap dan perilaku Pegawai Negeri Sipil baik pada saat melaksanakan
tugas kedinasan, memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun dalam kehidupan
dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu Pegawai Negeri Sipil harus mampu: bekerja dengan
tulus penuh syukur, bekerja benar penuh tanggung jawab, bekerja tuntas penuh integritas,
bekerja keras penuh semangat, bekerja serius penuh kecintaan, bekerja cerdas penuh
kreativitas, bekerja tekun penuh keunggulan dan bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Etos Kerja Penyelenggara Pelatihan ini mencakup pengertian, konsep dan ruang Lingkup Etos
Kerja. Menurut Jansen Sinamo bahwa Etos kerja itu merupakan suatu seperangkat sikap dan
perilaku kerja yang positif yang berakar pada kesadaran yang kuat, kental suatu keyakinan uang
fundamental disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. Segalas eesuatu
harus dimulai dengan sebuah komitmen yang kuat untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan
maksimal. Kata kunci dari Etos Kerja adalah semangat motivasi kerja yang tinggi untuk
meningkatkan reputsi kerja instansi atau institusi.

Sebagai penyelenggara pelatihan harus sadar untuk memberikan yang terbaik bagi
penyelenggaraan pelatihan di instansinya dengan kerelaan yang tulus. Kerja itu adalah ibadah
dan jika kerja itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dibarengi dengan
kompetensi yang tinggi yang kita miliki, hal itu dikatakan ibadah. Dengan semangat motivasi yang
tinggi dalam bekerja otomatis segala yang dikerjakan itu menjadi mudah dan berkah bagi diri kita
dan juga orang lain yang menikmati pekerjaan kita. Kerja itu adalah sebuah pelayanan yang
harus dilakukan dengan penuh cinta, keikhlasan, dengan senyuman yang ikhlas dengan
semangat motivasi kerja yang tinggi, bergairah atau memiliki passion yang kuat untuk
melaksanakan tugas sebagai penyelenggara pelatihan maka semua pelanggan kita baik itu
peserta pelatihan, para tamu, para sesame penyelenggara pelatihan dan pengelola pelatihan
pasti bahagia dan menikmati apa yang kita suguhkan yang semua itu untuk reputasi institusi kita,
pusdiklat kita dan tempat dimana kita bekerja dan akhirnya jika semua pusdiklat yang ada di
negeri ini mampu memberikan yang terbaik maka INDONESIA HEBAT pasti terwujud.
Wow…inilah betapa pentingnya etos kerja itu harus dimiliki semua penyelenggara pelatihan di
Republik tercinta ini.

Seperti kata Bijak mengatakan: ”Do The Best and God will do The Rest.” Mari kita lakukan
yang terbaik dengan memiliki semangat motivasi kerja yang tinggi, maksmimal dalam

50
Training Officer Course

penyeleggaraan pelatihan maka Sang Maha Pencipa bumi ini pasti memampukan kita
menyelenggarakan suatu pelatihan dengan profesional dan produktif.

B. TINDAK LANJUT

Dalam penulisan bahan ajar ini, disadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun akan sangat bermanfaat bagi kami dalam menyempurnakan dan
mengembangkan bahan ajar ini lebih lanjut.

Besar harapan kami, bahan ajar yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membutuhkannya terutama bagi peserta PelatihanT raining Officers Course {TOC} atau yang
disebut juga Pelatihan Bagi Penyelenggara Pelatihan, untuk pemahaman yang lebih baik dalam
melaksanakan Etos Kerja di tempat kita bekerja dimanapun. Namun ada kata-kata bijak yang
mungkin bisa menjadi bahan renungan kita:

Berkaitan dengan pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil, promosi jabatan bukanlah suatu
tujuan tetapi merupakan suatu bentuk penghargaan dan kepercayaan dari pemerintah dan
masyarakat atas hasil implementasi etos kerja yang sangat memuaskan.

Untuk mempelajari sesuatu, praktikkanlah apa yang dikatakan oleh Orang Bijak [Unknown]
sebagai berikut: “No Man Too Old to Learn” bermakna bahwa tidak ada kata terlambat untuk
belajar… Tidak ada yang terlalu tua untuk belajar memperbaiki diri… semua usia mampu belajar.
Mari terus kita belajar dan belajar untuk meningkatkan semangat motivasi kerja yang tinggi demi
instansi kita , Pusat pelatihan kita, kantor kita dan demi ibu pertiwi kita yang tercinta ini.

Untuk itu…mari kita sebagai penyelenggara pelatihan di seluruh nusantara ini berubah kearah
yang lebih baik, lebih maju lagi. Berubahlah oleh pembaharuan budi kita.

Akhir kata…para peserta pelatihan bagi penyelenggara pelatihan yang budiman …Selamat
Belajar dan Bekerja dengan sepenuh hati dan maksimal! Miliki terus semangat motivasi kerja
yang tinggi dalam menyelenggarakan suatu pelatihan! Practice what we preach and Learn!

51
Training Officer Course

DAFTAR PUSTAKA

Siagian, Sondang.P. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta. Bumi Aksara.

Sinamo, Jansen. 2013. 8 Etos Kerja Profesional. Cetakan Keduabelas. Jakarta. Darma
Mahardika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun
2015 tentang. Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 – 2019.

Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan Teknis.

Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pengembangan Budaya
Kerja.

PP Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri.

http://www.posindonesia.co.id/promo/foto2007/etos.pdf. Diakses 13 Juli 2016.

http://www.institutmahardika.com/penerbitan/ 8etos.php. Diakses 13 Juli 2016.

http://metro.sindonews.com/read/758538/11/buruh-kecam-etos-kerja-pns- disnakersos-dki-
jakarta, Diakses 13 Juli 2016.

http://www.beritajakarta.com/read/2535/Disidak_BKD_PNS_Asyik_Main_Catur#.VvAsGOaMGX
0). Diakses 13 Juli 2016.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

52

Anda mungkin juga menyukai