“ Untuk adik-adik kami dan sebuah kenangan bagi keluarga kami di Jurusan Keperawatan
Poltekkes Surakarta”
Semangat pagi...
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan Buku Saku KSR
PMI-Unit Jurusan Keperawatan Politeknik kesehatan Surakarta dengan lancar. Materi Buku
Saku ini merupakan materi-materi yang disampaikan pada Diklat Ruang KSR PMI-Unit
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta. Buku ini disusun secara praktis dan
efisien diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi yang membacanya. Terimakasih
kepada Bapak/Ibu dosen, serta alumni Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta
yang telah memberikan apresiasi dan bantuannya secara sukarela dan kami ucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang sudah ikut serta berpartisipasi meluangkan waktunya
untuk sekedar membantu kami dalam penyelesaian buku ini.
Buku ini tidak diperjualbelikan dan hanya dipergunakan dalam lingkup Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta. Bilamana terdapat kesalahan dalam penulisan
isi ataupun teori yang disampaikan dalam buku ini, semoga dapat diperbaharui dan
disempurnakan kembali. Semoga buku saku ini dapat dipergunakan secara bijak dan memberi
manfaat yang nyata, khususnya bagi rekan-rekan KSR-PMI Unit Jurusan Keperawatan yang
pada masa mendatang akan berkecimpung dalam dunia kesehatan.
Penulis
HYMNE PMI
Peta Konsep
PMI KSR
B. KORPS SUKARELA
1. SEJARAH KSR
Korps Suka Rela (KSR PMI) adalah kesatuan di dalam perhimpunan PMI, yang
merupakan wadah kegiatan atau wadah pengabdian bagi Anggota perhimpunan
PMI. KSR - PMI Unit Jur.Keperawatan POLTEKKES Surakarta secara resmi
berdiri tanggal 18 Januari 2000.
Implementasi 7 Prinsip Dasar dalam Aktivitas Kepalangmerahan :
a. Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah semata-mata untuk membantu meringankan penderitaan
manusia.
b. Kesamaan
Tidak boleh membeda-bedakan pertolongan berdasarkan ras, suku, agama,
tingkat sosial atau pandangan politik.
c. Kenetralan
Tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama,
atau ideologi.
d. Kemandirian
Tidak bergantung pada instansi manapun.
e. Kesukarelaan
Atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungaan apapun.
2. DASAR-DASAR KSR
KSR unit jurusan keperawatan poltekkes surakarta memiliki dasar-dasar yang
terbentuk dalam AD/ART. hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini diatur
dalam anggaran rumah tangga, hal ini sesuai dengan pasal 63 anggaran dasar
tentang ketentuan umum ayat 1. Masa berlaku anggaran dasar ini ditetapkan sampai
batas waktu yang tidak ditentukan, hal ini sesuai dengan pasal 63 anggaran dasar
tentang ketentuan umum ayat 2.
Sesuai dengan pasal 61 ayat 1 anggaran dasar tentang perubahan AD/ART
menyebutkan bahwa “perubahan AD/ART dilakukan bila diperlukan”. Disebutkan
juga pada ayat 2 “perubahan dilakukan dengan persetujuan anggota tetap”. Pasal 62
menyebutkan bahwa “Pembahasan perubahan AD/ART dilakukan oleh Anggota
KSR dan pengesahan perubahan AD/ART dihadiri oleh BPM Jurusan Keperawatan,
BP-HMJ Keperawatan, Anggota muda dan Anggota tetap melalui sidang yang
diselenggarakan oleh Anggota Tetap KSR PMI Unit Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Surakarta”.
Pasal 8
(1) Praktikkeperawatandilaksanakanpadafasilitaspelayanankesehatantingkatpertam
a, tingkatkedua, dantingkatketiga
(2) Praktikkeperawatanditujukankepadaindividu, keluarga, kelompok,
danmasyarakat.
(3) Praktikkeperawatandilaksanakanmelaluikegiatan
:Pelaksanaanasuhankeperawatan, pelaksanaanupayapromotif, preventif,
pemulihandanpemberdayaanmasyarakat, dan
Pelaksanaantindakankeperawatankomplementer
(4) Asuhankeperawatanmeliputipengkajian, penetapandiagnosekeperawatan,
perencanaan, implementasi, danevaluasikeperawatan.
Pertolongan Pertama
2. LUKA BAKAR
Penyebab terjadinya luka bakar [ CITATION sus082 \l 1057 ]:
- Panas
- Kimia
- Listrik
- Radiasi
Penggolongan :
Gam
bar 2.1 Gambar luka bakar berdasarkan kedalamannya
3. TERSEDAK
a Pengertian
b Jenis-Jenis Tersedak
Tersedak parsial
Tersedak sebagian terjadi ketika jalan nafas tersumbat. Batuk adalah cara
tubuh untuk membersihkan jalan napas, dan hal itu mungkin
mengindikasikan obstruksi jalan napas parsial. Seseorang yang batuk masih
bisa bernafas, karena batuk yang kuat biasanya menghilangkan penghalang,
dorong agar orang tersebut untuk tetap batuk. Bersiaplah dan pantau orang
tersebut jika diperlukan bantuan lebih lanjut.
Perhatikan bahwa perawatan untuk tersedak total tidak akan efektif
untuk tersedak parsial, karena itu tergantung pada cara menciptakan tekanan
di balik penyumbatan. Jika orang tersebut menjadi terlalu lemah untuk batuk,
kondisinya akan cepat memburuk menjadi tercekik total. Jika orang yang
tersedak tidak dapat batuk dengan alasan apa pun, segera hubungi EMS / 9-1-
1 dan pantau kondisi orang tersebut dengan ketat.
Tersedak total
Tersedak total terjadi ketika saluran napas benar-benar terhalang. Ketika
seseorang mengalami tersedak total, dia tidak dapat bernapas dan berada
dalam situasi yang mengancam jiwa. Pertolongan pertama segera (dan
mungkin intervensi medis) diperlukan untuk menghilangkan apa pun yang
menghalangi jalan napas.
Penyebab Umum Setiap kondisi medis yang memengaruhi kemampuan
seseorang untuk mengunyah dan / atau menelan meningkatkan risiko
tersedak. Begitu juga dengan masalah gigi atau pemasangan gigi palsu yang
d Gejala Umum :
- Penderita tidak dapat bicara atau menangis.
- Penderita menjadi biru karena kekurangan oksigen.
- Penderita memegangi tenggorokannya.
- Penderita batuk-batuk lemah, dan nafas sulit menyebabkan suara nafas
brisik dengan nada yang tinggi.
- Penderita akhirnya tidak sadar.
f Penanganan
Tersedak dapat ditolong dengan beberapa prosedur, yang dapat dilakukan
baik oleh orang awam atau petugas kesehatan. Banyak organisasi menyatakan
tekanan pada abdomen atau "Heimlich Manoeuvre" adalah prosedur yang tepat
untuk keadaan tersedak.
Hampir semua protokol terbaru (termasuk American Heart Association dan
American Red Crosstahun 2006) menambahkan beberapa tahap dari hanya
menekan abdomen saja, dengan tujuan untuk meningkatkan tekanan.
Berikut penanganan tersedak sesuai jenisnya :
a. Tersedak parsial
1) Tanda-tanda
b. Klasifikasi Asma
1) Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
1. Asma bronkhiale, merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap
bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran
nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah
secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan
2. Status asmatikus, yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-
obatan yang konvensional (Smeltzer, 2001). Status Asmatikus yang
dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi
5. KEJANG
a. Pengertian
Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali ditandai
oleh gerakan tubuh yang tidak terkendali dan disertai hilangnya kesadaran. Kejang
bisa menjadi tanda adanya penyakit pada otak, atau kondisi lain yang memengaruhi
fungsi otak. Kejang cenderung berlangsung singkat, antara 30 detik sampai 2
menit. Kejang yang berlangsung lebih lama dari 2 menit tergolong kondisi
gawat darurat, sehingga membutuhkan penanganan medis secepatnya.
[ CITATION tji19 \l 1057 ]
Menurut Willy (2009), kejang disebabkan oleh gangguan pada aktivitas listrik,
di satu atau seluruh area otak. Gangguan tersebut dapat dipicu oleh penyakit di
otak, atau kondisi lain yang secara tidak langsung memengaruhi fungsi otak.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang:
Gangguan pada otak
- Epilepsi
- Tumor otak
b. Gejala
Gejala yang muncul tergantung kepada area otak yang terdampak dan tingkat
keparahannya. Pada kejang yang melibatkan satu area di otak, gejalanya
meliputi [ CITATION tji19 \l 1057 ]:
- Gangguan sensasi pada penglihatan, pendengaran, atau penciuman.
- Gerakan berulang, seperti jalan berputar-putar.
- Gerak menyentak pada salah satu lengan atau tungkai.
- Perubahan suasana hati.
- Pusing.
c. Pencegahan Kejang
Risiko terserang kejang dapat dikurangi dengan menjalani hidup sehat,
seperti[ CITATION tji19 \l 1057 ]:
- Beristirahat yang cukup
- Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang
- Berolahraga secara rutin
- Mengelola stres dengan baik
- Menjauhi NAPZA
- Mengonsumsi obat sesuai saran dokter
6. HIPERTERMIA
Menurut Wilkinson (2006) hipertermia merupakan keadaan suhu tubuh
seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya. Penyebab hipertermia karena
adanya faktor endogen, pengurangan kehilangan panas, akibat terpajan lama
lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas), ada juga yang menyebutkan bahwa
hipertermia atau demam pada anak terjadi karena reaksi transfusi, imunisasi,
dehidrasi, adanya penyakit, adanya pirogen seperti bakteri atau virus dan juga
karena adanya pengaruh obat.
a. Pencegahan
- Pertahankan tingkat kebugaran kardiovaskular yang sehat.
- Sebelum terjadi peristiwa besar akibat panas, biarkan tubuh secara bertahap
menyesuaikan diri dengan terkena 1 sampai 2 jam aktivitas panas selama
minimal 8 hari.
- Hindari berada di luar rumah selama bagian terpanas hari itu.
- Kurangi intensitas kegiatan karena semakin panas dan jangan bekerja atau
berolahraga terlalu lama pada suatu waktu.
c. Penyebab
- Memakai pakaian yang tidak sesuai untuk udara dingin, tidak melindungi
tubuh untuk melawan dingin, angin atau air.
- Terpapar angin dingin dan kuat terlalu lama. Risiko luka karena frostbite
akan naik ketika suhu udara turun di bawah -15ºC, bahkan angina yang tidak
kuat.
- Paparan bahan seperti es, bahan-bahan beku, atau logam beku.
d. Faktor risiko
- Minum minuman beralkohol
- Rendam kulit yang dalam air hangat yang bersuhu 40°C. Jangan gunakan air
panas karena air panas dapat membuat luka semakin parah.
- Jika memungkinkan, hangatkan seluruh tubuh, minumlah banyak air dan
angkatlah kulit yang terkena frostbite setelah dihangatkan.
- Jika lecet terjadi, jangan rendam bagian tersebut. Gunakan kasa perban
kering, bersihkan area yang mengalami pembengkakan dan hubungi bantuan
gawat darurat [ CITATION Nur20 \l 1057 ]
Pengobatan di rumah, berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang
dapat membantu Anda mengatasi frostbite:
- Batasi waktu Anda di luar ruangan dalam cuaca dingin, lembap, atau
berangin. Perhatikan ramalan cuaca. Dalam cuaca yang sangat dingin dan
berangin, kulit yang terpapar dapat mengembangkan radang dingin dalam
hitungan menit.
2) Luka Tertutup
a. Jenis-jenis luka :
Memar
c. Terkilir/Keseleo
Terkilir/keseleo dibedakan menjadi 2(dua) macam, antara lain :
1) Terkilir Sendi (Sprain)
Robek/putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi
teregang melebihi batas normal yang bisa disebabkan karena
salah gerakan atau pun terpeleset. Gejala dan tanda terkilir
sendi antara lain : nyeri, bengkak dan warna kulit merah
kebiruan di sekitar persendian.
2. PENDARAHAN
Perdarahan yaitu keluarnya darah dari pembuluh darah yang rusak. Perdarahan
terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh
benturan (trauma/penyakit). Perdarahan yang besar merupakan penyebab utama
syok yaitu suatu kondisi dimana beberapa sel dan alat tubuh tidak cukup mendapat
2) Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak
bisa mengalir langsungkeluar tubuh. Benturan dengan benda
tumpulmerupakan penyebab utama cederadalam dan perdarahan dalam.
Kehilangan darah pada perdarahan dalam tidak terlihat karena kulitnya
masih utuh dan mengingat perdarahan perdarahan dalam tidak terlihat,
kecurigaan adanya perdarahan dalam harus dinilai daripemeriksaan fisik
lengkap termasuk wawancara dan menganalisa mekanismekejadian
(Juliati Susilo, dkk., 2008).
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi.
MenurutJuliati Susilo, dkk. (2008)beberapa adalah sebagai berikut:
1. Batuk darah berwarna merah muda
d. Penanganan Syok
Menurut Juliati Susilo, dkk. (2008)
1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2. Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 30 cm bila tidak ada kecurigaan
patah tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal
atau tandu maka angkat bagian kaki.
3. Pakaian penderita dilonggarkan
4. Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
5. Tenangkan penderita
6. Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
7. Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
8. Jangan beri makan dan minum.
9. Periksa berkala tanda vital secara berkala
10.Rujuk ke fasilitas kesehatan
D. PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN
1. PEMBALUTAN
Pembalutan digunakan untuk mempertahankan luka dengan cara ditutup. Bahan
pembalutan dibuat dari bermacam materi kain.
1) Fungsi Pembalutan
2. PEMBIDAIAN
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian.
Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang
patah.
1. Tujuan
2. TUJUAN
Tunjangan Hidup Dasar (Basic Life Support) yaitu prosedur pertolongan darurat
mengatasi obstruksi (sumbatan) jalan nafas, henti nafas, dan henti jantung, dan
bagaimana melakukan RJP secara benar.
Tabel 2.1 keterlambatan dan kemungkinan keberhasilan BLS
Keterlambatan Kemungkinan
BLS berhasil
1 menit 98 dari 100
3 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100
3. INDIKASI
1. Henti nafas
2. Henti jantung
4. LANGKAH TINDAKAN BLS
1. Pada Orang Dewasa, menurut (AHA, 2015)
Pada dasarnya tindakan BLS terdiri dari 2 elemen: Kompresi dada dan nafas buatan
mulut ke mulut (mouth to mouth). Untuk lebih memahami langkah BLS, dapat
mengikuti langkah berikut:
a. D (Danger)
d. C (Circulation)
Memeriksa nafas dan nadi secara BERSAMAAN dengan waktu kurang dari
10 detik. Memeriksa nadi bisa dilakukan dengan meraba nadi karotis yang
terletak 2 – 3 cm disamping trakea sembari merasakan hembusan nafas.
5. PENGHENTIAN RJP
1. Penderita pulih/sadar/bernafas/terbatuk
2. Penolong kelelahan
3. Diambil alih tenaga lebih ahli
4. Korban dinyatakan mati
1. STABILISASI
a. Pengertian
Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar
tetap stabil selama pertolongan pertama. (DINKES JATIM, 2008)
b. Prinsip Stabilisasi
Prisip Stabilisasi menurut Dinas Kesehatan Jawa Timur (2008), sebagai berikut :
1) Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan
yang dialami
2) Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil
3) Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
3) Head stabillizer
Alat ini digunakan sebagai sarana pertolongan pertama pada kecelakaan
khususnya untuk cidera kepala dan leher. Alat ini dibuat dari bahan yang kuat
yang terdiri dari bantalan tipis yang ketebalannya sekitar 1cm dan di
bawahnya ada papan yang berfungsi sebagai penyangga. Disamping kanan
dan kiri terdapat block yang menjaga gerak kepala agar tidak bergeser ketika
diangkat.
2. EVAKUASI
a. Pengertian
Evakuasi adalah memindahkan pasien dari tempat yang tidak aman ke tempat
aman
b. Evakuasi Aman (Cara Mengangkat yang Aman)
1) Digunakan otot yang kuat antara lain : otot paha,otot pinggul dan otot bahu
2) Pikirkan cara masak-masak sebelum mengangkat korban
3) Berdiri sedekat mungkin dengan pasien atau alat-alat angkat
4) Pusatkan kekuatan pada lutut
5) Atur punggung tegak namun tidak kaku
6) Gunakan kaki untuk menopang tenaga yang diperlukan
7) Selanjutnya bergeraklah secara halus tahanlah si pasien atau alat angkut
dekat ke saudara
c. Cara Evakuasi
1) Evakuasi tanpa alat
Proses pemindahan dilakukan oleh satu penolong, dua penolong atau lebih
tanpa menggunakan alat.
a) Oleh satu orang : diseret, dipapah, ditimang, digendong
(1) Human crutch
3. TRANSPORTASI
a. Pengertian
Transportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke
tempat lain tanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di
lapangan,dan sudah distabilkan,kemudian dirujuk ke RS.[ CITATION had15 \l
1057 ]
b. Persiapan pasien
Menurut Hadiyasa (2015) prosedur transportasi pasien, sebagai berikut:
1) Lakukan pemeriksaan menyeluruh
Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas tandu. Pastikan abc baik
Peta Konsep
ICS TRIAGE
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian
rupa sehinggaada :
1. Daerah Triage
Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.
2. Daerah Pertolongan
Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan
di manapertolongan diberikan.
3. Daerah transportasi
Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk
mengevakuasi parakorban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.
4. Daerah penampungan penolong dan peralatan.
Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul,
di data dan diatur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah
penampungan juga diperlukanuntuk peralatan, barang-barang lainnya.
2. ICS DI INDONESIA
ICS disusun untuk mengintegrasikan jenis sumber daya apapun termasuk
polisi, militer, ahli teknis, sumber daya internasional, dan LSM, dan dapat
digunakan untuk mengelola bencana yang tiba-tiba, upaya bantuan jangka panjang,
3. MANAJEMEN POSKO
a. Kedudukan
1) Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Nasional berkedudukan di ibu kota
negara, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Provinsi berkedudukan di
ibu kota provinsi, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Kabupaten/Kota
berkedudukan di ibukota kabupaten/kota atau di tempat lain sesuai kondisi
yang ada.
2) Pada bencana skala nasional dapat dibentuk Pos Komando Tanggap Darurat
Aju di provinsi dan pada bencana skala provinsi dapat dibentuk Pos
Komando Tanggap Darurat Aju di kabupaten/kota yang terkena bencana.
3) Jangka waktu keberadaan pos komando tanggap darurat bencana bersifat
sementara selama masa tanggap darurat dan beroperasi selama 24 (dua puluh
empat) jam setiap hari serta dapat diperpanjang atau diperpendek waktunya
sesuai dengan pelaksanaan tanggap darurat
2. Menilai keadaan
1. PENGERTIAN
Triage berasal dari bahasa Perancis “trier” yang berarti pemilahan. Dalam
dunia medis istilah ini dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan
prioritas pertolongan atau transportasinya.
Prinsiputamadaritriageadalahmenolongparapenderitayangmengalamicederaataukead
aan yang beratnamunmemilikiharapanhidup. (Susilo, 2008)
Triage dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat dan tepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan korban yang hanya
dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life saving surgery). Triage
dilakukan dengan sistem pelabelan pada korban dengan kode warna hitam, merah,
kuning, dan hijau sesuai dengan kondisi yang didapatkan. (DEPKES RI, 2007)
Triage adalah perawatan yang didasarkan pada prioritas pasien (atau korban
selama bencana) bersumber pada penyakit/tingkat cedera, tingkat keparahan,
prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage dapat ditentukan kebutuhan
terbesar pasien/korban untuk segera menerima perawatan secepat mungkin.
(Kushayati, 2014)
2. JENIS TRIAGE
Jenis triage berdasarkan tempat terjadinya dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Triage Rumah Sakit (Hospital Triage)
Triage rumah sakit memiliki keuntungan pada fasilitas yang memadai,
lengkap, dan personil kesehatan yang cukup. Sistem triage RS memiliki banyak
versi dan modifikasi sesuai dengan kondisi masing-masing. Diantaranya terdapat
dua sistem triage yang sering digunakan di rumah sakit, yaitu :
1) Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS)
Sistem PACS berasal dari singapura dan diadopsi oleh rumah sakit yang bekerja
sama dengan Singapore General Hospital. (Nuraeni, 2019)
Metode S.T.A.R.T
MetodeS.T.A.R.Tatau SimpleTriageandRapidTreatment (S.T.A.R.T.) adalah
metode triage yang dilakukan secara simple dan cepat pada penatalaksanaan
korban massal untuk meminimalisasikan jumlah korban dan segera
menyelamatkan korban dengan harapan hidup yang lebih besar.
PelaksanaanTriageMetodeS.T.A.R.T
Menurut Susilo, (2008)
Untukmemudahkanpelaksanaantriagemakadapatdilakukansuatupemeriksaanseba
gaiberikut :
Setelahmemberikanlabelkepadapenderitamakatugasandaberakhirsegeralanjutkan
ke penderitaberikut.
TIDAK
KORBAN BERNAFAS ?
TIDAK YA
≥ 30 X
BUKA JALAN NAFAS FREKUENSI NAFAS
(AIRWAY CLEARANCE)
KORBAN BERNAFAS ?
≥ 2 dtk
CAPILARRY REFILL
TIDAK YA
< 2 dtk
TIDAK
ADA STATUS MENTAL :
RESPON PERINTAH
SEDERHANA
ADA
3. KLASIFIKASI/KELOMPOK TRIAGE
Klasifikasi atau kelompok dalam triage menurutSusilo, (2008), yaitu:
a. Prioritas Pertama (Merah)
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis
keadaannya akan tetapi masih memiliki harapan untuk diselamatkan / dapat
diatasi,seperti:
1) Syok oleh berbagai kausa
2) Gangguan jalan napas dan gangguan pernapasan
3) Trauma kepala dengan pupil anisokor
4) Perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol
5) Penurunanstatusmental
Pemberian perawatan lapangan intensif diberikan pada korban yang mempunyai
harapan hidup lebih besar
Pelaksanaantriagedilakukandenganmemberikantandasesuaidenganwarnaprioritas
.Tandatriage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu
ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti
tanda triage yang sudah ditentukan. Bila
keadaanpenderitaberubahsebelummemperolehperawatanmakalabellamajangandilep
astetapi diberitanda, waktudanpasangyangbaru. (Susilo, 2008)
5. PENGISIAN KARTU
N o .0 0 0 1
N o .0 0 0 1
N o .0 0 0 1
N o .0 0 0 1
N o .0 0 0 1
Perawatan keluarga
3. Kebersihan diri
a. Kebersihan diri merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan.
Menjaga kebersihan diri berarti juga menjaga kesehatan secara umum
.Kebersihan diri meliputi :
1) Mandi setiap hari secara teratur dengan menggunakan air bersih dan sabun
2) Mencuci rambut secara teratur dengan sampo minimal 1 minggu dua kali dan
disisir dengan rapih.
3) Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman, sebelum
makanan, sesudah b.a.b dan b.a.k.
4) Kuku digunting pendek dan bersih.
5) Kaki dirawat dengan baik dan teratur ,pakailah sepatu yang cocok ukurannya.
6) Sikat gigi 3X sehari pagi dan sore dan sebelum tidur.
7) Pakaian perlu diganti setiap habis mandi dengan pakaian yang dicuci bersih.
4. Kebersihan Lingkungan
Kebersihan lingkungan adalah suatu usaha menjaga lingkungan tetap bersih dan
sehat, sehingga dapat mencegah penularan penyakit.
Penularan penyakit terjadi bila ada hubungan antara 3 mata rantai yaitu :
Sumber Penyakit
Perantara Penyakir
Orang yang lemah/peka terhadap serangan penyakit
a. Kebersihan lingkungan dapat dicapai :
1) Rumah harus sehat dan terpelihara, harus memiliki jendela sehingga
memperoleh udara cukup dan segar, juga agar sinar matahari dapat masuk.
2) Hewan peliharaan tidak berkeliaran di dalam rumah atau di tempat anak
bermain terutama hewan yang berkutu.
3) Sediakan tempat sampah yang tertutup dan buang sampah pada tempatnya.
4) Jaga kebersihan sumber air (sumur), MCK dan lingkungannya.
5) Hindari genangan air/air hujan di sekitar rumah.
6) Air limbah diusahakan lancar alirannya.
b. Pembuangan sampah yang aman :
Sampah berbahaya dapat membawa penyakit seperti malaria, diare, disentri,
infeksi yang ditularkan melalui nyamuk, lalat dan tikus. Jika anak-anak bermain
sampah, mereka bisa terluka yang mudah menjadi infeksi.
c. Cara membuang sampah :
Dibakar di dalam lubang, kemudian ditimbun.
D. Gizi
Zat gizi merupakan kebutuhan sehari-hari, berupa makanan yang terdiri dari bahan-
bahan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
1. Sumber Zat Tenaga / Kalori / Karbo hidrat : Beras, jagung, kentang, ubi, singkong,
dll
2. Sumber Zat Pembangun / Protein / zat putih telur : Telur, daging, ikan, udang,dll
3. Sumber Zat Pengatur (Air, Vitamin & mineral ): Buah-buahan, sayur-mayur.
Tindakan :
E. Perawatan Lansia
Lansia adalah mereka yang karena usianya mengalami perubahan biologis (fisik),
kejiwaan & sosial. Perubahan ini mempengaruhi seluruh aspek kehidupan termasuk
kesehatannya.
1. Tujuan Perawatan Lansia :
Kesehatan Remaja
Peta Konsep
Manajemen Bencana
Pengantar
Siklus Dan Fase Langkah Tanggap
Manajemen
Darurat
Bencana Manajemen
Siklus Becana
SIKLUS BENCANA
Rekonstruksi Rehabilitasi
Serangkaian tindakan yang diambil secara cepat menyusul terjadinya suatu peristiwa
bencana, termasuk penilaian kerusakan, kebutuhan (damage and needs assessment),
penyaluran bantuan darurat, upaya pertolongan, dan pembersihan lokasi bencana;
Tujuan :
Menyelamatkankelangsungankehidupanmanusia;
Mengurangipenderitaankorbanbencana;
Meminimalkankerugianmaterial;
Rehabilitasi :
SerangkaiankegiatanyangdapatmembantukorbanbencanauntukkembalipadA
kehidupan normal yang kemudian diintegrasikan kembali pada fungsi-fungsi yang
ada di dalam masyarakat. Termasuk didalamnya adalah penanganan korban bencana
Rekonstruksi :
Serangkaiankegiatanuntukmengembalikansitua
siseperti sebelum terjadinya bencana, termasuk
pembangunan infrastruktur, menghidupkan
akses sumber-sumber ekonomi, perbaikan
lingkungan, pemberdayaan masyarakat;
Berorientasipadapembangunan-
tujuan:mengurangi dampak bencana, dan di
lain sisi memberikan manfaat secara ekonomis
pada masyarakat;
Prevensi :
Upayamemberlakukanketentuan-ketentuan-
Regulasi- yang memberikan jaminan
perlindungan terhadap
lingkunganhidup,pembebasanlokasirawanbe
ncanadari
Gambar 6.3 prevensi, kesiapsiagaan,
pemukimanpenduduk;Pembangunansaluranpe
dan mitigasi bencana
mbuangan lahar;
Pembangunankanalpengendalibanjir;
Kesiapsiagaan Bencana :
Upaya-upaya yang memungkinkan masyarakat (individu, kelompok, organisasi)
dapat mengatasi bahaya peristiwa alam, melalui pembentukan struktur dan mekanisme
tanggap darurat yang sistematis;
Tujuan : untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum;
Kesiapsiagaan Bencana meliputi : upaya mengurangi tingkat resiko, formulasi Rencana
Darurat Bencana (Disasters Plan), pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, pelatihan
warga di lokasi rawan bencana;
Mitigasi :
Serangkaian tindakan yang dilakukan sejak dari awal untuk menghadapi suatu
peristiwa alam dengan mengurangi atau meminimalkan dampak peristiwa alam tersebut
terhadap kelangsungan hidup manusia dan lingkungan hidupnya (struktural);
Upayapenyadaranmasyarakatterhadappotensidankerawanan(hazard)lingkungandimaname
reka berada,sehinggamerekadapatmengelolaupayakesiapsiagaanterhadapbencana;
Pembangunandampenahanbanjiratauombak;
Penanamanpohonbakau;
Penghijauanhutan;
SistemPeringatanDini:
Informasi-informasiyangdiberikankepadamasyarakattentangkapansuatubahayaperistiwa
alamdapatdiidentifikasidanpenilaiantentangkemungkinandampaknyapadasuatuwilayah
tertentu;
Namun, keberhasilan pencapaian tujuan dipengaruhi oleh dua faktor lain, yaitu :
InformasiSeberapabanyakinformasiyangkitadapatkanmengenaibencanadanaki
batyang ditimbulkan
SumberDayaSeberapakuatsumberdayayangdimilikiolehorganisasidansumberd
ayalokal.
KOORDINASI PB
MONITORING EVALUASI
RenOps
1. KESIAPSIAGAANINDIVIDU
Kesiapsiagaan individu merupakan hal hal yang harus diperhatikan SEBELUM
terlibat dalam
tindakantanggapdarurat,karenamenyangkutkeselamatandiri,danseluruhanggotalainn
ya. Termasuk didalam Kesiapsiagaan individu adalah koordinasi PB. Namun karena
hal ini dilakukan dalam setiap tahap tindakan tanggap darurat, maka koordinasi PB
akan dibahas tersendiri.
KoordinasiPBadalahsegalabentukkomunikasi,baikkomunikasiinternallmaupunekste
rnal, yang bertujuan untuk mendukung kegiatan penanggulangan bencana.
Koordinasi dilakukan dalamsetiaptahapanpadatanggapdarurat.
3. ASSESSMENT
Assessment adalah penilaian keadaan. Seperti koordinasi, assessment juga
dilakukan dalam setiap tahapan dalam tanggap darurat. Namun, untuk tindakan
awal, yang harus dilakukan adalah assessment cepat, yang dilanjutkan dengan
assessment detil.
4. RENOPS-SDP-
Rencana Operasi atau Service Delivery Plan, adalah sebuah perencanaan yang
dibuat berdasarkan hasil dari assessment. RenOps juga merupakan perwujudan
dari Action Plan.
5. DISTRIBUSIBANTUAN
Distribusi Bantuan atau relief distribusi adalah langkah berikutnya setelah
RenOpsdisetujui.
Dalamdistribusibantuanjugaterkaitmengenaimasalahpergudangan.
6. MONITOR DANEVALUASI
Monitor dan evaluasi adalah metode untuk memantau kegiatan. Secara garis
besar, yang dipantau adalah kegiatan distribusi bantuan, namun dapat juga
melihat keseluruhan proses tanggap darurat (Susilo,2008)
Assessment
D. JENIS
Jenis assessment ada 3, yaitu :
1. Assessment Cepat
2. Assessment Detail
3. Assessment Continual
1. Jenis Data :
a. Data Primer data data yang diperoleh dari sumber sumber terkait secara langsung
dengan kejadian bencana.
b. Data Sekunder data data pendukung yang dapat melengkapi informasi yang
diperoleh dari dalam data primer
Tabel 7.1 perbedaan jenis assesment
a. Masyarakat
b. Pengungsian
c. air dan sanitasi sumber air, pembuangan
d. Gudang dan titik distribusi
e. fasilitas umum yang masih ada (RS, pasar, sekolah, tempat ibadah, dll)
PENAMPUNGAN SEMENTARA
Peta Konsep
Penampungan Sementara
B. TUJUAN
Menyelamatkan atau mengamankan penderita dengan menjauhkannya dari tempat
bencana yang dianggap berbahaya, ketempat yang aman agar dapat memudahkan
pemberian bantuan dan
pertolongansecaramenyeluruhdanterpadutanpamenimbulkankesulitanbaruyangsukardiatasi
.
C. PENGORGANISASIAN
1. SASARAN
a Sasaran utama operasi pengungsian ialah memindahkan penduduk (termasuk
yang luka/sakit)daridaerahbencanake tempatlainyangsudahdisiapkan.
b Berusaha memperkecil kemungkinan terjadinya korban atau resiko baik fisik,
material maupun spiritual ditempat terjadinya bencana dan pada saat
pelaksanaan pengungsian menujukepenampungansementara.
2. PRIORITAS
Yang pertama-tama harus dilakukan ialah memindahkan orang orang yang luka
berat atau
pasienpasienyangmemerlukanperawatanlebihlanjutkeRumahSakitterdekatatauRuma
h SakitRujukan.
Peta Konsep
Dapur Umum
2. KELOMPOK :
Bila diperlukan lebih dari satu regu Dapur Umum sekaligus, maka regu regu
tersebut diberi nomor urut dan dihimpun dalam kelompok. Kelompok dipimpin
oleh Ketua Kelompok dan jika perlu dibantu oleh seorang pembantu umum
B. PELAKSANAAN
Dalam menentukan lokasi agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Letak Dapur Umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah dicapai
atau dikunjungi oleh korban
2. Kebersihan lingkungan cukup memadai
3. Aman dari bencana
4. Dekat dengan transportasi umum
5. Dekat dengan sumber air
Lama penyelenggaraan :
Standar-standar minimum ketahanan pangan, gizi, dan bantuan pangan adalah suatu
pernyataan praktis dari asas-asas dan hak-hak seperti yang terkandung dalam Piagam
kemanusiaan.Setiap orang berhak atas pangan yang cukup, hak ini diakui dalam Instrumen
Hukum Internasional dan termasuk hal untuk terbebas dari kelaparan. lAspek-aspek hak
untuk mendapatkan kecukupan pangan tersebut di atas mencakup :
- Ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi individu, bebas dari bahan-bahan yanag merugikan, dan dapat
diterima dalam suatu budaya ltertentu.
- Pangan tersebut dapat dijangkau dengan cara berkesinambungan dan tidak
mengganggu pemenuhan hak-hak asasi manusia lainnya
- Ketahanan Pangan : Tercapai ketika semua orang dalam masa apapun mempunyai
akses fisik dan ekonomis terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk
dapat hidup sehat
- Penghidupan : Terdiri dari kemampuan, harta benda, dan aktivitas yang diperlukan
untuk sarana kehidupan yang terkait dengan pertahanan hidup dan kesejahteraan di
masa mendatang
- Kekurangan Gizi : Mencakup satu cakupan berbagai kondisi termasuk kekurangan
gizi akut, kekurangan gizi kronis, dan kekurangan vitamin dan mineral
Langseng wajan
Tampah Baskom
Susuk Serok
Peta Konsep
RESTORING FAMILY
LINK (RFL)
C. TUJUAN RFL
Tujuan RFL yaitu sebagai berikut:
1. Memulihkan kembali hubungan keluarga
2. Mencegah perpisahan
D. KEGIATAN RFL
Kegiatan RFL yang Diatur Oleh Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol-Protokol
Tambahannya yaitu sebagai berikut:
1. Menyampaikan Berita Palang Merah ( RCM )
2. Mencari anggota keluarga yang hilang ( Tracing Request )
3. Menyatukan kembali anggota keluarga yang rentan ( Family Reunification )
4. Mendata, memproses dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk identifikasi
( unidentified dead body )
PMI juga memberikan bantuan dalam situasi normal, bagi anak angkat yang mencari
orangtua kandung mereka di Indonesia. Kondisi ini dilatar belakangi karena sejarah masa
lalu, dimana pada masa perang antara Indonesia dengan Belanda, banyak anak-anak
Indonesia yang diadopsi oleh keluarga dari Belanda. Ketika si anak dewasa, mereka ingin
mengetahui keberadaan dari orang tua biologisnya. Kriteria ini masih menjadi bagian dari
pelayanan RFL sampai saat ini.
Setelah lebih dari 26 tahun istilah TMS (Tracing and Mailing Service) digunakan sebagai
wadah kegiatan pencarian, per tanggal 20 November 2006, bagian TMS merasa perlu
mengganti nama menjadi RFL (restoring Family Links) atau Pemulihan Hubungan
Keluarga.
Pada tahun 2006 RFL kembali menjadi bagian dari Divisi Penangulangan Bencana PMI,
dan PMI membuat keputusan untuk membangun dan memperkuat kapasitas RFL nya agar
mampu memberikan pelayanan RFL di semua PMI Provinsi dan PMI Kabupaten/Kota
bilamana kebutuhan muncul (PMI DKI Jakarta, 2018).
Peta Konsep
Pengertian Tujuan dan Latar Pelaksanaan Penyakit Jenis Jamban Metode PHAST
Belakang Terkait
C. PELAKSANAAN WATSAN
Menurut Wisesa (2014), untuk mengurangi resiko dari bencana yang ditimbulkan, hal
yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Pasokan/Penyediaan Air Bersih
Dalam pasokan/penyediaan air bersih harus memperhatikan:
a. Kuantitas air (jumlah air)
b. Jenis sumber air
c. Kualitas air
d. Sarana dan piranti air
2. Pembuangan Tinja
Dalam pembuangan tinja/jamban/MCK, hal yang harus diperhatikan:
a. Masyarakat berhak mendapat jumlah jamban yang memadai
b. Jarak cukup dekat dengan tempat tinggal/pengungsian
c. Memungkinkan akses ynag cepat, aman, dan pantas baik siang maupun
malam
d. Pemisahan jamban berdasarkan jenis kelamin
e. Pemeliharaan
3. Pengendalian Vektor
Vektor adalah suatu penyebab pembawa penyakit, dan salah satu penyakit yang
ditimbulkan disituasi bencana adalah melalui vektor yang tidak terkontrol.
4. Manajemen Sampah
Sampah adalah semua benda yang sudah tidak terpakai lagi baik yang berasal
dari rumah maupun, proses industri, sampah rumah sakit. Sampah digolongkan
menjadi dua, yaitu sampah Organik dan an-Organik. Hal yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan sampah :
E. JENIS-JENIS JAMBAN
1. Jamban pada kondisi bencana
F. METODE PHAST
Menurut Wisesa (2014), Participatory Hygiene and Sanitation and
Transformation (PHAST) artinya perubahan perilaku kebersihan diri dan kesehatan
lingkungan dari yang buruk menjadi baik.PHAST adalah suatu rangkaian cara untuk
tercapainya perubahan pengetahuan dan sikap yang berkaitan dengan sanitasi dan
kebersihan diri yang sehat dan membantu dalam mendorong penataan fasilitas air dan
sanitasi secara partisipatif. Tujuannya untuk meningkatakan perilaku hidup sehat,
mencegah penyakit diare, dan mendorong penataan fasilitas air bersih dan sanitasi.
(Susilo dkk, 2008)
DEPKES RI. (2007). Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.
Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis. Hadiyasa. 2015. “Panduan transportasipasien”.
(online), (https://id.scribd.com/doc/289305692/panduan-transportasi-pasien, diakses 4
Agustus 2020)
Kushayati, Nuris. (2014). Analisis Metode Triage Prehospital pada Insiden Korban Masal
( Mass Casuality Incident). Jurnal Ilmiah WUNY.
Nuraeni, Ani. (2019). Tugas Triase Metode START, PACS, ESI, ATS.
Susilo Julianti, nur salam, rina utami, dll. 2008 . “Pelatihan Dasar KSR Kumpulan Materi”.
Jakarta. Markas pusat palang merah indonesia
Susilo, Juliati, dkk.. 2008. PertolonganPertamaPalang Merah Remaja Tingkat Wira. Jakarta:
PMI Pusat