Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa,karena rahmat dan kehendaknya kami dapat menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini sehingga dapat terbentuk makalah yang sangat sederhana ini.Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tetang Sikap.Makalah ini dibuat untuk menyempurnakan tugas mata kuliah kami yaitu Psikologi Kesehatan. makalah ini disusun secara singkat supaya teman-teman dapat dengan mudah memahami makalah ini. Kami juga menyadari bahwa makalah masih belum sempurna dan banyak memiliki kekurangan,oleh karena itu kritik dan saran anda sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Akhirnya kami ucapkan terima kasih.

Medan, 17 Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1.1 1.2 Pengertian Sikap Sosial.............................................. Komponen Sikap.......................................................... i ii ii 1 1 2 2 3 4 5 6 7 8 9 9

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 Pembentukan Sikap...................................................... Fungsi Sikap................................................................. Hubungan Sikap dan Tingkahlaku................................ Ekstremitas................................................................... Pengalaman Pribadi...................................................... Teori tentang Hubungan Sikap dan Perilaku................ Persuasi......................................................................... Disonasi Kognitif..........................................................

BAB III KESIMPULAN...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

10

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sikap Sosial

Pada permulaan abad ke-20, sikap merupakan konsep yang menjadi perhatian utama dalam psikologi sosial, sehingga ada yang menganggap bahwa psikologi sosial adalah bidang studi psikologi yang mempelajari sikap (Thomas dan Zaniecki,1918,watson,1930,dalam Vough dan Hoog,2002).Sikap berasal dari kata latin aptus yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan aksi/tindakan. Menurut G.W.Allport dalam buku Handbook of Social Psychology membuat batasan/definisi sikap sebagai berikut : sikap merupakan kesiapan mental dan saraf, diatur melalui pengalaman, menggunakan pengaruh petunjuk situasi atau dinamis atas respons individual terhadap semua objek dan situasi yang terkait. Selanjutnya sikap diartikan juga sebagai kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat. 1.2 Komponen Sikap Sikap adalah konsep yang dibentuk oleh 3 komponen, yaitu : 1. Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. Misalnya,kita ketahuai melalui tv maupun koran bahwa ada perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, seperti tidur di ruang sidang, korupsi, merencanakan anggaran, atau menaikkan gaji/ pendapatan disaat makin banyak orang-orang di PHK. 2. Aspek Afekif berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-ojek tertentu.isi perasaan atau emosi pada penilaian seorang terhadap objek sikap inilahyang mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya. 1 3. Aspek Konatif (perilaku) : berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuatu sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.

Ketiga komponen sikap menciptakan nuansa tertentu yang dapat menjelaskan perbedaan sikap orang-orang terhadap objek sikap yang sama.

BAB II 2.1 Pembentukan Sikap

Sikap manusia bukan sesuatu yang melekat sejak lahir, tetapi diperoleh melalui proses pembelajaran yang sejalan dengan perkembangan hidupnya. Sikap dibentuk melalui proses belajar sosial, yaitu proses dimana individu memperoleh informasi, tingkah laku, atau sikap baru dari orang lain. Sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaran sebagai berikut : 1. Pengondisian klasik (classical conditioning : learning based on association) Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus atau rangsang selalu di ikuti stimulus atau rangsang yang lain, sehingga rangsang yang pertama menjadi suatu isyarat bagi rangsang yang kedua. Lama-kelamaan, orang akan belajar jika stimulus pertam muncul, maka akan diikuti oleh stimulus kedua. 2. Pengondisian instrumental (instrumental conditioning) Proses pembelajaran terjadi ketika suatu perilaku mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut akan di ulang kembali. Sebaliknya, bila perilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut tidak akan diulang lagi atau dihindari. 3. Belajar melalui pengamatan (observational leraning, learning by example) Proses pembelajarn dengan cara mengamati perilaku orang lain, kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berperilaku serupa. 2 4. Perbandingan sosial (Social comparison) Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal adalah benar atau salh disebut perbandingan

sosial. Kita cenderung menyamakan diri kita dengan mengambil ide-ide dan sikap-sikap mereka. 2.2 Fungsi Sikap

Menurut Baron,Byrne,dan Branscombe (2006) terdapat 5 fungsi sikap seperti berikut 1. Fungsi pengetahuan Sikap membantu kita untuk menginterpretasikan stimulus baru dan menampilkan respons yang sesuai. Contohnya anak-anak diajari agar waspada ,sehingga dia mengadopsi sikap dari orang tuanya agar tidak cepat percaya dan langsung menyukai orang asing yang baru dikenal,untuk menghindari penculikan anak. 2. Fungsi identitas Sikap terhadap kebangsaan Indonesia (nasionalis) yang kita nilai tinggi,

mengekspresikan nilai dan keyakinan serta mengomunikasikan siapa kita. Dalam acara-acara resmi di luar negeri, orang Iindonesia memakai pakaian nasional seperti batik dan peci bagi pria serta kebaya bagi wanita, untuk menunjukkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. 3. Fungsi harga diri Sikap yang kita miliki mampu menjaga atau meningkatkan harga diri. Mahasiswa USU bangga memakai almamater hijau. misalnya sikap patuh terhadap aturan-aturan agar kita tidak berperilaku menyimpang untuk mejaga harga diri kita di depan publik. 4. Fungsi pertahanan diri (Ego defensif) Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negatif tentang diri kita. Misalnya memakai benda bermerek agar tidak dinilai rendah oleh teman-teman arisan. 5. Fungsi memotivasi kesan (impression motivation) 3 Sikap berfungsi mengarahkan orang lain untuk memberikan penilaian atau kesan yang positif tentang diri kita. Contohnya memelihara janggut dan memakai baju koko agar dianggap orang alim dan dihormati oleh masyarakat.

2.3

Hubungan Sikap dan Tingkahlaku

Dalam uraian mengenai fungsi sikap, kita mengetahui bahwa banyak perilaku yang didasari oleh sikap orang terhadap suatu objek. Sikap A terhadap B mendasari perilaku A terhadap B, tetapi sikap A terhadap B yang berbeda suku dapat menjadi sumber perilaku yang berbeda (diskriminasi) terhadap B. Mengapa sikap dan perilaku tidak selalu sejalan? Atau, dengan kata lain, mengapa sikap kita terhadap suatu hal bertentangan dengan perilaku yang kita tampilkan? Ternyata, sikap tidak selalu dapat meramalkan perilaku. Sikap dan perilaku tidak selalu berhubungan secara langsung, tetapi melalui proses yang cukup rumit. Perilaku yang ditampilkan oleh seseorang bergantung pada situasi, terutama dalam konteks yang paling relevan dari sudut pandang orang tersebut. 2.4 Ekstremitas

Orang dengan sikap yang ekstrem, yaitu orang yang melibatkan intensitas perasaan yang sangat mendalam tentang suatu hal. Menurut Krosnick (1988) salah satu determinan dari ekstremitas adalah adanya vested interest, yaitu sejauh mana kepedulian orang terhadap suatu hal, khususnya bila dengan konsekuensi dari hal tersebut menyangkut dirinya sendiri. 2.5 Pengalaman Pribadi

Sikap yang terbentuk melalui pengalaman langsung akan lebih menetap dalam ingatan dan mudah diaktifkan lagi ketika kita menemui objek sikap yang serupa. Sikap yang terbentk langsung melalui pengalaman baru lebih kuat atau lebih menetap daripada yang didapat orang secara tidak langsung melalui pengalaman oranglain. Kuat lemahnya sikap bergantung pada ekstreminitas dan pengalaman pribadi seseorang.(Petty & Kronick, 1995).konsitensi hubungan sikap dan perilaku dipengaruhi oleh : (1) kuat/lemahnya sikap yang dimiliki seseorang dan (2) faktor situasional yang dapat menghambat seseorang untuk berperilaku sesuai dengan sikap yang dimilikinya.

2.6 1.

Teori Tentang Hubungan Sikap dan Perilaku teori perilaku beralasan (theory of reason action-Fishbein & Ajzen, 1980)

keputusan untuk melakukan perilaku tertentu merupakan hasil dari proses yang rasional. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sikap dan perilaku, sehingga objek sikap yang dimaksud tidak lain adalah perilaku itu sendiri. Beberapa pilihan perilaku dipertimbangkan konsekuensi dan hasilnya dinilai, kemudian dibuat keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (intensi). 2. Teori perilaku berencana (theory of planned behavior- Ajzen,1991) Ajzen menganggap bahwa hubungan antara sikap dan perilaku dalam teori perilaku beralasan, tidak menjelaskan mengenai perilaku yang tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh orang, meski ia mempunyai sikap yang positif terhadap perilaku yang dimaksud. Secara keseluruhan, semuanya berpengaruh terhadap niat atau kehendak, yaitu intensi orang untuk melakukan suatu perbuatan. Artinya, intensi merupakan faktor motivasioanal yang sangat kuat pengaruhnya terhadap perilaku. Dalam teori planned behavior, Ajzen menambahkan satu lagi determinan perilaku, yang disebut sebagai perceived behavior control (PBC) atau kendali perilaku yang dipersepsikan. 3. Attitude-to-Behavior Process Model (Fazio,1989) Hubungan sikap dan perilaku berlangsung spontan. Model toeritis yang dikembangkan oleh R.H.Fazio, menjelaskan bahwa bila kita dihadapkan pada kejadian atau peristiwa yang berlangsung cepat, secara spontan sikap yang terdapat pada diri kita akan mengarahkan perilaku. Kejadian-kejadian yang kita alami menimbulkan sikap tertentu terhadap objek sikap yang ditemui. Sikap yang terbentuk akan mempengaruhi persepsi kita tentang objek sikap tersebut. Sikap dan pengetahuan yang terdapat dalam memori kita mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku kita.

5 2.7 Persuasi

Persuasi yaitu upaya mengubah sikap orang lain melalui penggunaan berbagai macam pesan. Contohnya iklan merupakan pesan tentang produk tertentu yang dikemas dengan menarik dan

ditampilkan melalui media massa yang cakupannya luas, baik melalui koran,TV, majalah, maupun media lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mendapatkan pengetahuan atau informasi melalui berbagai pesan persuasif yang dikemas dalam berbagai cara agar menarik. Namun, tidak semua informasi yang kita terima mampu membentuk atau mengubah sikap kita terhadap hal yang disampaikan dalam pesan tersebut. Menurut teori the elaboration likelihood model (ELM) dari Petty&Cacioppo (1986), ada dua macam cara untuk memproses pesan persuasif,yaitu: 1. 2. Systematic processing Heuristic processing

Pengolahan pesan dikatakan sebagai sistematic processing,bila orang mempertimbangkan kekuatan isi pesan dengan sunguh-sungguh. Dalam hal ini pertimbangan orang tentang isi pesan dapat melalui central route, yaitu proses pemikiran menggunakan logika atau rasio serta mengikuti alur pemikiran yang mendalam dan terperinci. Misalnya orang membayar pajak karena pertimbangan bahwa uangnya dapat meningkatkan pendapatan pemerintah dan digunakan oleh pemerintah untuk pembangunan yang dapat mensejahterakan masyarakat. Pesan persuasif diolah secara heuristic processing jika pesannya diolah menggunakan pemikiran yang sederhana atau mental shortcuts. Dalam hal ini, kekuatan isi pesan tidak dianggap penting, pertimbangan dilakukan secara sepintas menggunakan peripheral route. Misalnya, perbuatan membayar pajak semata-mata dilakukan karena seringnya melihat papan reklame bertuliskan orang bijak membayar pajak. Seorang membayar pajak tanpa pemikiran yang mendalam seperti yang dilakukan dalam contoh. Lima macam reaksi penolakan terhadap persuasi, yaitu reaksi penolakan atau reactance, peringatan sebelum kejadian atau forewarning, menghindari selektif atau selective avoidance, membantah aktif atau active counterarguing, dan suntikan kekebalan atau inoculation.

6 1. Reaksi penolakan

Perlawanan terhadap persuasi terjadi karena seseorang merasa kebebasannya terancam. Misalnya, pesan untuk tidak merokok di dalam ruangan dipersepsikan membatasi kesenangan seseorang terhadap rokok. Hal-hal yang sifatnya membatasi kebebasan seseorang akan menimbulkan reaksi penolakan. Begitu pula hal-hal yang dapat mengurangi kebebasan seseorang akan menimbulkan perlawanan. Misalnya, pesan agar sebuah film tidak ditonton oleh anak-anak dan remaja di bawah umur. Justru membangkitkan minat mereka untuk menontonnya. 2. Peringatan sebelum kejadian

bila orang mengetahui bahwa dirinya menjadi sasaran dari upaya persuasi, biasanya ia akan waspada terhadap isi pesan yang disampaikan dan cenderung menolak pesan-pesan atau argumentasi yang berbeda dengan sikapnya. Jika seseorang mengetahuio bahwa ia menjadi target persuasi, maka ia mempunyai kesempatan untuk menyiapkan bantahan (counter argument). Sebagai contoh sebagai pemirsa televisi, kita menonton berbagai acara persuasif di TV, seperti iklan, tayangan diskusi, kampanye partai, dan sebagainya. Namun, kita akan segera mengubah saluran TV karena tahu bahwa iklan yang tidak kita sukai akan muncul. 3. Menghindari selektif

Seperti contoh di atas, kita akan menghindari atau tidak memperhatikan isi pesan dan informasi yang tidak sesuai dengan sikap kita. Orang memilih acara TV, baik berupa isi pesan, maupun pembawa pesan yang disukainya, yang sesuai dengan minat dan sikap mereka. 4. Membantah aktif

Orang secara aktif menentang dan membantah pandangan-pandangan yang berlawanan dengap sikap yang dimilikinya. Pandangan yang berbeda dengan sikap yang sudah dianut akan menimbulkan kesan yang menimbulkan perasaan tidak nyaman dan mendorong orang untuk bertahan dengan sikapnya semula. Orang semakin yakin bahwa sikapnya akan menjadi lebih baik dengan secara aktif berargumentasi mempertahankan dan menyatakan kelebihan dari sikapnya. 7 5. Suntikan kekebalan

Bila orang mendapat pesan persuasif yang bertentangan dengan sikap yang sudah ada, isi pesan tersebut merupakan suntikan baginya untuk melawan ide-ide buruk tersebut. Ia tidak akan mau mengubah sikap yang ada, menjadi imun, dan mempertahankan sikapnya walaupun pesan yang diberikan setelahnya berupa informasi yang sejalan dengan pandangannya. 2.8 Disonansi Kognitif

Disonansi kognitif adalah keadaan internal yang tidak aman akibat adanya ketidaksesuainan antara dua sikap atau lebih serta antara sikap dan tingkahlaku.Menurut Leon Festinger(1957),disonasi terjadi apabila terdapat hubungan yang bertolak belakang antara eleme-elemen kognitif dalam diri individu.hubungan bertolak belakang tersebut,terjadi bila ada penyangkalan antara elemen kognitif yang satu dengan yang lain. Tiga jenis mekanisme untuk mengurangi disonansi kognitif adalah sebagai berikut (Aronson,1968;Festiger,1957): 1. 2. Mengubah sikap atau perilaku kita menjadi konsisten satu sama lain; Mencari informasi baru yang mendukung sikap atau perilaku untuk menyeimbangkan

elemen kognitif yang bertentangan; 3. Trivilization,yaitu mengabaiakn atau menganggap ketidaksesuaian antara sikap atau

perilaku yang menimbulkan disonasi sebagai sesuatu yang tidak penting.Penelitian yang dilakukan oleh Eddie harmon dan jones (2000) membuktikan bahwa disonasi kognitif dapat membangkitkan perasaan tidak nyaman.

8 BAB III

KESIMPULAN Sikap adalah konsep psikologi sosial yang penting dan banyak dibahas. Sikap adalah penilaian terhadap suatu objek yang terdapat dalam kehidupan kita(termasuk diri perasaan),dan konasi (perilaku atau kencenderungan untuk kita sendiri). Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif,afektif(muatan emosi dan melakukan tindakan/perilaku).sikap diperoleh melalui pembelajaran sosial,perolehan informasi,serta perilaku dan sikap melalui oranglain. Pembelajaran sosial meliputi pembelajaran berdasarkan asosiasi (clasical

conditioning),pembelajaran melalui instrumental (intrumental conditioning), pembelajaran melalui model dan pembelajaran dengan perbandingan.sikap memiliki fungsi, yaitu fungsi pengetahuan, fungsi identitas, fungsi harga diri,fungsi pertahanan diri, dan fungsi motivasi kesan.sikap tidak selalu dapat meramalkan tingkahlaku. Hubungan sikap dan perilaku merupakan hubungan yang tidak langsung.perilaku tidak selalu menginterpretasikan sikap, tetapi banyak faktor lain yang tercakup dalam konteks sosial, yang menentukan perilakuh.Hubungan sikap dan perilaku dipengaruhi oleh kuat lemahnya sikap yang dimiliki.kuat lemahnya sikap bergantung pada ekstremitas dan pengalaman pribadi masingmasing. Teori tentang hubungan sikap dan perilaku,dijelaskan dalam teori perilaku beralasan(fishbein & dan Ajzen,1980); teori perilaku berencana (Ajzen,1991);serta hubungan spontan antara sikap dan perilaku yang dijelaskan dalam attitude to-behaviour process model (Fazio,1989). Upaya mengubah sikap orang lain melalui pergunaan berbagai macam pesan dikenal dengan persuasi. Pengolahan pesan persuasif melalui dua cara, yaitu dengan mmepertimbangkan kekuatan isi pesan atau menggunakan central route (systematic processing) dan denganmenggunakan perpheral route atau cara sederhana, sehingga isi pesan tidak dianggap penting (heuristic processing). Di satu sisi, persuasi tidak mudah mengubah sikap seseorang karena adanya kecenderungan untuk melakukan penolakan terhadap persuasi melalui cara-cara berikut; reaksi penolakan (reactance),peringatan sebelum kejadian (forewarning), menghindar selektif(selective avoidance), membantah aktif (active counterarguing), dan suntikan kebal terhadap pertentangan(inoculation). 9

Disonasi kognitif adalah keadaan internal yang tidak nyaman akibat adanya ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap dan tingkahlaku.Strategi untuk mengurangi disonasi kognitif adalah dengan mengubah sikap dan perilaku agar menjadi konsisten satu sama lain. Selain itu, dapat juga diartikan dengan mencari informasi baru yang mendukung sikap atau perilaku,mengabaikan ketidaksesuaian, dan menganggap sikap atau perilaku yang menimbulkan disonasi sebagai sesuatu yang tidak penting.

10

DAFTAR PUSTAKA Sarlito W.S,Eko A,M, 2009. Psikologi Sosial. Salemba:html Wirawan Sarwono,sarlito,2009.Pengantar Psikologi Umum.PT RajaGrafindo Persada,Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai