LEMBAR JAWABAN UAS TATA PAMONG PERUSAHAAN SEMESTER 4
NAMA : M. ALFIN SETIADI
NIM : 5552200030 KELAS : 4B
1. Jelaskan fungsi audit dalam Corporate Governance!
Jawab: Melakukan pemeriksaan baik langsung maupun tidak langsung secara rutin pada setiap unit kerja, serta memberikan rekomendasi bila terjadi penyimpangan terhadap peraturan yang berlaku dan atau kelemahan-kelemahan yang memiliki potensi risiko. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Direktur Utama, Komite Audit, Direktur Kepatuhan dan unit kerja terkait, serta secara berkala (setiap semester) dan menyampaikan pokok-pokok hasil audit kepada Bank Indonesia. Melakukan monitoring terhadap tindak lanjut temuan audit sesuai dengan arahan Direksi dan atau Komite Audit. Menyusun pedoman audit dan program atau rencana kerja tahunan sehingga pelaksanaan audit dapat berjalan efektif dan efisien serta tepat sasaran. Memiliki tenaga-tenaga yang profesional dan berpengalaman di bidang Perbankan Syariah, Teknologi, Sumber Daya Manusia, Treasury, dan Akuntansi, sesuai dengan perkembangan bisnis dan organisasi. Meningkatkan kualitas aparat Audit Intern secara berkelanjutan melalui pelatihan- pelatihan yang bersertifikasi maupun nonsertifikasi. Melakukan pelaporan kepada DPS terkait pelanggaran prinsip syariah. Sebagai unit Anti Fraud yang melakukan investigasi atas fraud yang terjadi. 2. Jelaskan maksud pemangku kepentingan lainnya dalam Corporate Governance! Jawab: Pemangku kepentingan lainnya adalah semua pihak yang tidak berkaitan secara langsung dengan hasil keputusan, kebijakan, atau proyek suatu perusahaan. Namun, mereka berandil dalam menyampaikan keprihatinan atau kepedulian. 3. Jelaskan pelaporan untuk Corporate Social Responsibility? Jawab: Pelaporan tentang CSR berupa laporan berkesinambungan (sustainability report) yang berarti dilaporkan secara terus menerus. Agar laporan tersebut memuat informasi-informasi kegiatan CSR perusahaan, maka laporan tersebut memiliki pedoman yang berstandar. Laporan kegiatan CSR dapat mengacu pada Global Reporting Initiative (GRI), yang didalam laporan tersebut tidak hanya menginformasikan mengenai proses pelaksanaan CSR, namun juga memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai profil dan strategi perusahaan serta pendekatan manajemen yang dilakukan serta manfaat lain yang dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomis. Dengan Global Reporting Initiative (GRI), perusahaan dapat membuat laporan secara lengkap dan terperinci mengenai kegiatan CSR perusahaan sehingga masyarakat secara tidak langsung dapat mengenal perusahaan tersebut. 4. Jelaskan Corporate Social Responsibility terkait pengukuran, teori & model! Jawab: a. Pengukuran Pengukuran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan memiliki banyak standar, sepertiGlobal Reporting Initiative, AA 1000, ISO 14001, OHSAS 18001, Dow Jones Sustainability Index, Domini Social Index 400. Pada tahun 2000, Pricewaterhouse Coopers mengembangkan kerangka jaminan reputasi yang memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola proses tanggungjawab dan akuntabilitas perusahaan mereka. Beberapa standar dan inisiatif yang ada, seperti Inisiatif Pelaporan Global, ISO 14001 dan Inisiatif Perdagangan Etis (seperti yang dibahas dalam bab sebelumnya), memberikan panduan kepada organisasi tentang cara bertindak dengan cara yang bertanggung jawab secara social dan bagaimana mereka dapat melaporkan pada kegiatan mereka di daerah ini. Ini mengarah pada kemampuan untuk meneliti bagaimana perusahaan melaporkan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan mereka dan dapat mengukurnya menggunakan kerangka kerja yang sesuai sebagai titik referensi. Alat-alat ini dapat digunakan untuk mengukur dan melaporkan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan mereka muncul dari teori dan model dirancang oleh akademisi yang telah membantu mengembangkan konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. b. Teori 1) Teori Pemangku Kepentingan Teori pemangku kepentingan memainkan peran penting dalam memahami kapal hubungan yang ada antara bisnis dan masyarakat. Teori ini menyoroti bahwa suatu organisasi dapat memiliki banyak pemangku kepentingan yangberbeda, seperti karyawan, pelanggan, pemerintah, komunitas, pemasok, pesaing, pemegang saham, dll. 2) Teori Legitimasi Teori legitimasi merupakan pengembangan dari varian kedua dari teori stakeholder. Banyak perusahaan menggunakan teori ini sebagai motivasi untuk melaporkan aktivitas sosial dan lingkungan mereka. Menurut teori ini: “Sebuah organisasi hanya dapat terus ada jika masyarakat di mana ia beroperasi mengamati bahwa ia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang masyarakat” (Gray, Owen dan Adams, 1996). 3) Teori Ekonomi Politik Teori ekonomi politik adalah teori penting lainnya yang digunakan oleh perusahaan sebagai alat motivasi untuk melaporkan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan mereka. Menurut Gray, Owen dan Adams: “Ekonomi politik adalah kerangka sosial, politik dan ekonomi di mana kehidupan manusia berlangsung.” (Gray, Owen dan Adams, 1996: 47) c. Model Ada juga sejumlah kerangka kerja pelaporan keberlanjutan seperti Inisiatif Pelaporan Global (GRI), Standar ISO 14031, Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WBCSD), Inisiatif Manajemen Lingkungan Global (GEMI), dan Koalisi untuk Ekonomi yang Bertanggung Jawab terhadap lingkungan. (CERES) (Hussey, Kirsop dan Meissen, 2001), yang dapat digunakan baik untuk pelaporan maupun evaluasi kinerja sosial perusahaan. 1) Garis bawah tiga kali lipat Model ini biasa disebut TBL atau 3BL juga dikenal sebagai people, planet, profit. Konsep Triple Bottom Line(TBL) ini dicetuskan oleh John Elkington pada tahun 1994. Konsep ini menuntut tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan daripada pemegang saham. Pemangku kepentingan dalam hal ini mengacu pada siapa saja yang dipengaruhi, baik secara langsung dan tidak langsung. 2) United Nations Global Compact UN Global Compact adalah inisiatif ambisius kebijakan antara PBB, pelaku bisnis, dan masyarakat sipil untuk memgatasi sisi globalisasi ekonomi yang dirasakan secara luas. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan standar minimum perilaku perusahaan yang baik diterapkan dan perkembangan sosial- ekonomi negara-negara miskin dilindungi. 3) Seri ISO Keluarga standar ISO 14000 menetapkan model referensi untuk penerapan sistem manajemen lingkungan perusahaan yang didefinisikan sebagai bagian dari sistem manajemen global yang menggambarkan struktur organisasi, aktivitas perencanaan, tanggung jawab, praktik, prosedur, proses, dan sumber daya. ISO 14000 adalah standar spesifikasi dan memberikan persyaratan yang dapat digunakan untuk mengukur organisasi. 4) SA8000 Merupakan standar yang seragam dan dapat diaudit berdasarkan komitmen untuk menetapkan standar lintas industri untuk tempat kerja kondisi danverifikasi independen. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin hak-hak sedemikian rupa sehingga setiap orang yang terlibat menang. SA8000 ini adalah sistem manajemen yang bisa diterapkan di seluruh negara dan berbagai sektor. 5) Akuntabilitas 1000 Seri akuntabilitas 1000 yang dikembangkan pada tahun 1999 berkonsentrasi pada peningkatan akuntabilitas dan kinerja organisasi secara keseluruhan dengan cara meningkatkan kualitas akuntansi, audit, dan pelaporan. Fokus dari akuntabilitas 1000 adalah peningkatan kinerja secara keseluruhan melalui pengukuran, manajemen kualitas, rekrutmen dan retensi karyawan, keterlibatan pemangku kepentingan eksternal, kemitraan, manajemen risiko, investor, tata kelola, hubungan dan pelatihan pemerintah. 6) Inisiatif pelaporan global Pedoman inisiatif pelaporan global adalah kerangka kerja yang lebih komprehensif yang membantu organisasi melaporkan dan memantau kinerja ekonomi, lingkungan dan sosialnya. Jelas banyak perusahaan yang mengambil kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan lebih serius dan menginvestasikan uang dan sumber daya untuk memperkenalkan kebijakan CSR dan mngukur kinerja CSR. 5. Jelaskan apa yang dimaksud perusahan kecil, badan amal, dan organisasi nirlaba dalam konteks corparate governance & Corporate Social Responsibility! Jawab: a. Perusahaan kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp1 miliar per tahun. b. Badan amal Badan amal dapat dibentuk dalam beberapa cara, termasuk beberapa bentuk perusahaan, tetapi dalam setiap kasus memiliki dewan pengawas atau direktur yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan. Badan amal dan usaha sosial sering diatur sesuai dengan beberapa prinsip yang sehat, seperti: Memiliki struktur tata kelola yang hampir seluruhnya terdiri dari non-eksekutif. Harus transparan dan akuntabel. Menerima saran profesional sesuai kebutuhan. Standar perilaku umumnya tinggi. Tidak ada satu orang pun yang memiliki kekuasaan penuh atas aktivitas badan amal. c. Organisasi nirlaba Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah. Tujuannya tidak komersial atau tidak menarik perhatian terhadap sesuatu yang bersifat mencari keuntungan.