Anda di halaman 1dari 660

BAB V KLASIFIKASI DAN

SURVEY KAPAL .............. V-1V.

1. Kegiatan Klasifikasi Kapal........................................ V-1V.

2. Tanda Kelas Kapal................................................... V-5V.

3. Prosedur Penerimaan Kelas..................................... V-10V.

4. Mempertahankan Kelas............................................ V-21V.

5. Kegiatan Sertifikasi Perusahaan Teknik.................... V-24


BAB VI SURVEY DAN SERTIFIKASI
KAPAL........................................ VI-1VI.

1. Sertifikat Statutory........................VI-1VI.

2. Peraturan Menteri Perhubungan Tentang Kewa j iban Bagi Kapal


BerbenderaIndonesia..................................... VI-5VI.

3. Peraturan pemerintah tentang Perkapalan.................. VI-8VI.

4. Peraturan pemerintah tentang Klasifikasi Kapal......... VI-11

BAB VII PORT STATE


CONTROL.......................................................... VII-1VII.

1.Port State Control (PSC)................................... VII-1VII.

2.Port State (Negara Pelabuhan).......................... VII-6

BAB VIII STANDARDS OF TRAINING, CERTIFICATION AND


WATCHKEEPING STCW).................................. VIII-1VIII.

1.STCW (Standards of Training, Certification andWatchkeeping).VIII-1

BAB IX MAHKAMAH PELAYARAN ................................ IX-1IX.

1. Mahkamah Pelayaran.......................................... IX-1IX.


2. Tanggung Jawab Keamanan.................... IX-5
I-1

B A B I PROFIL PROGRAM STUDI DAN ANALISISKEBUTUHAN BAHAN


PEMBELAJARANI .

1. Profil Program Studi Teknik Sistem Perkapalan

Visi Program Studi

Menjadi Institusi Pendidikan dan Pengembangan Teknologi sebagai Pilar Budaya


Bahari dalam bidang Teknik Sistem Perkapalan

Misi Program Studi


1. Menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkeTuhanan Yang Maha Esa,
berakhlak tinggi, berbudaya Indonesia bersemangat ilmiah
serta memilikikemampuan akademik dan profesionalisme di
bidang ilmu dan teknologi kelautan dan Teknik Sistem Perkapalan
pada khususnya.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, serta
memutakhirkanp e n g e t a h u a n a g a r s i s t e m - s i s t e m b e r d a y a
g u n a d a l a m m e n e r a p k a n i l m u pengetahuan dan teknologi bagi
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
3. Menyebarkan hasil penelitian terapan, ataupun teknologi tepat guna, terutama
dibidang Teknik Sistem Perkapalan untuk dimanfaatkan dalam
kegiatanproduk dan peningkatan mutu dalam proses teknologi kelautan.

Tujuan Program Studi

1. Menghasilkan lulusan bermoral yang mampu menghadapi tantangan


dan memanfaatkan teknologi dalam bidang teknologi kelautan.
2. M e n g g a l a n g d a n m e m a j u k a n m a s y a r a k a t b a h a r i
d e n g a n m o t i v a s i d a n sentuhan teknologi.
3. Menjadi kemitraan untuk pengembangan industri kemaritiman.
4. M e m b e r i p e l a y a n a n , p e n d i d i k a n d a n p e l a t i h a n d a l a m
b i d a n g t e k n o l o g i kelautan dan kemaritiman

Sasaran Program Studi

1. Meningkatnya lulusan dengan IPK tinggi dan masa studi yang singkat.
2. M e n i n g k a t n y a l u l u s a n y a n g m a n d i r i , b e r a k h l a k m u l i a d a n
b e r w a w a s a n lingkungan.
Profil Lulusan Program Studi

1. Mengamalkan nilai moral dan etika yang sesuai norma agama dan
masyarakat dalam melakukan perancangan sistem permesinan
kapal yang mencakup konstruksi, instalasi perpipaan, kelistrikan dan
instrumentasi
2. Melakukan penilaian secara teknis terhadap hasil pekerjaan
konstruksi dan memiliki keahlian dalam perawatan sistem permesinan
kapal

Kompetensi Lulusan Program Studi


a. Kompetensi Utama

1. Mampu merancang sistem penggerak dan permesinan serta


kendali kapal secara efektif dan efisien.
2. Mampu dan terampil merancang sistem instalasi perpipaan dan
instrumentasi di kapal dan bangunan kelautan lainnya yang ramah
lingkungan.
3. Mampu merancang sistem pemeliharaan dan perawatan
permesinan kapal dan sistem perlengkapan kapal serta bangunan
kelautan lainnya.

b. Kompetensi Pendukung

1. Mampu merancang kapal dan bangunan kelautan lainnya yang ergonomis


dan andal.
2. Mampu merancang sistem permesinan, kelistrikan dan perpipaan
dalampekerjaan teknik yang relevan
3. Menjunjung tinggi norma, tata-nilai, moral, agama, etika dan
tanggung jawab profesional dalam bidang pekerjaan teknik sistem
perkapalan dan bangunan kelautan

c. Kompetensi Lainnya

1. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang lain baik dalam


lingkungan pekerjaan maupun dengan masyarakat
2. Mampu dan terampil menangani aplikasi statistik dalam pemecahan
masalah analisis data dari suatu penelitian
3. Mampu menangani rekayasa nilai suatu fungsi hasil produk/jasa
danmeningkatkannya semaksimal mungkin atas dasar efektifitas fungsi

I.2. Analisis Kebutuhan GBRP dan Bahan Pembelajaran


Tersedianya buku pedoman untuk mata kuliah Keselamatan Maritim bagi
mahasiswa jurusan Perkapalan umumnya dan program studi Teknik
Sistem Perkapalan pada khususnya sangat dibutuhkan untuk
memperlancar proses belajar-mengajar. Untuk itu berbagai upaya terus
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut walaupun masih dalam
bentuk kompilasi bahan ajar. Materi dalam buku ajar ini masih berupa
kompilasi bahan ajar yang disusun dari berbagai referensi untuk memenuhi
kebutuhan bahan ajar sebagaimana yang dituangkan dalam GBRP mata kuliah.

lkppun s
GARIS BESAR RENCANA
PEMBELAJARANNama Mata Kuliah : Keselamatan Maritim

Kode Mata Kuliah : 351D332

Semester Penyajian : VI (Enam)

Kompetensi Sasaran :

Mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang lain baik dalam lingkungan
pekerjaan maupun dengan masyarakat

P e r t e m u a n ke
Sasaran P e m b e l a j a r a n

Materi Pembela aran/T o p i k

K a j i a n Strategi / Metode

Pembelajaran

I n d i k a t o r Penilaian

B o b o t Penilaian

 Kemampuan untuk memahami proses pembelajaran dan


kesepakatan terhadap norma
pembelajaranKesepakatanPembelajaran
 Diskusi
 Kemampuan memahami esensi regulasi keselamatan maritim
internasional
 Memahami kewenangan badan keselamatan maritim internasional,
serta memahami beberapa komite yang ada didalamnya

Pengantar:

Peraturan Keselamatan Kemaritiman Internasional

Badan Regulasi Keselamatan Kemaritiman Internasional

 International Maritim Organization (IMO)


 Komite-komite dalam IMO
 Tugas danWewenang IMO
 .Kuliah
 .Diskusi beberapa contoh kasus yang relevan
 .Tugas IndividuTingkatkemampuan mahasiswadalam memahami

Badan Regulasi Keselamatan Kemaritiman Internasional beserta tugas


dan wewenangnya. III, IV, dan V Kemampuanmahasiswa dalam
memahami pentingnya peraturan keselamatan maritim internasional,
terutama yang relevan dengan bidang perkapalan.

Regulasi Internasional SOLAS

 Pendahuluan
 Sejarah SOLAS
 Konvensi-Konvensi SOLAS
 Ketentuan Pokok dalam SOLAS
 Penjabaran Ketentuan Pokok dalam SOLAS
 Mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya
lalu mendiskusikannya dengan menunjuksalah satu mahasiswa untuk
mempresentasikan kasus-kasus yang telah didalaminya dalam
penugasan.
 Memberikan kuliah dan memberikan kesempatan untuk bertanya
perihal materi yang kurang jelas.
 Diberikan beberapa buah pertanyaan untuk dijawab pada minggu ke
V Tingkat kemampuan mahasiswa dalam memahami dan
menjabarkan peraturan Solas 20 % V I , V I I

K e m a m p u a n mahasiswa dalam memahami peraturan keselamatan


maritim internasional dalam upaya pencegahan kecelakaan kapal,
memahami kode manajemenLatar Belakang Persyaratan Manajemen
Keselamatan Elemen yang Diatur dalam ISM Code Kuliah
Mendiskusikan dengan kasus dalam negeri yang relevan dengan topik
yang dibahas dalam topik perkuliahanTingkat kemampuan mahasiswa
dalam memahami dan menjabarkan peraturan SolasChapter
IXmengenaiInternational20 %

operasional kapal,memahami implementasi kode, dan mampu


mengintegrasikan dalam organisasi manajemenperusahaan perkapalan

Safety Management Code (ISM-Code)VIII, IX, X Memberikan pemahaman


akan kegiatan survey dan klasifikasi kapal, badan yang melakukan
klasifikasi nasional dan asing, prosedur survey dan pengkelasan kapal
Klasifikasi dan Survey Kapal

•Kegiatan KlasifikasiKapal

•Tanda Kelas Kapal

•Prosedur PenerimaanKelas

•MempertahankanKelas

•Kegiatan Sertifikasi Perusahaan Teknik

1.Kuliah

2.Presentasi kelompok danberdiskusi

3.Tugas individu:mengecek tanda-tanda kelas kapal di lapanganTingkat


pemahaman mahasiswa mengenai kegiatan survey dan klasifikasi kapal,
prosedur survey dan pengkelasan kapal20 %XI, dan XII

Mahasiswa memahami prosedur standar survey dan pengklasan kapal,


mempelajari beberapa dokumendan sertifikat kelayakan kapal Survey dan
Sertifikasi Kapal

 Sertifikat Statutory
 Peraturan Menteri Perhubungan Tentang Kewajiban Bagi Kapal
Berbendera Indonesia
 Peraturan pemerintah tentang Perkapalan
 Peraturan pemerintah tentang Klasifikasi Kapal
1. Kuliah
2. Studi literatur aturan dandokumen sertifikasi kapal

Tingkat kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menjabarkan


peraturan SOLAS10 % X I I I d a n X I V

M a h a s i s w a memahami pentingnya port state control serta


kewenangan PSC officer, memahami konsep pengamanan pelabuhan
dan persyaratan yang diwajibkan pelabuhan sebagai
penyelenggara/officer PSC.

PORT STATECONTROL

1. Port State Control(PSC)


2. Port State (NegaraPelabuhan)
3. Kuliah danberdiskusi
4. Tugas menjawab pertanyaan padasesi akhir perkuliahan
 Tingkat kemampuan mahasiswa dalam memahami survey yang
dilakukan oleh Class
 Tingkat kemampuan membedakan Class Survey dan Statutory Survey
 Tingkat Analisis
 Validitas data dan perhitungan
 Laporan10 %X V M e m a h a m i d a n mendalami aturan
yang terkait dengan peningkatan kemampuan dan sertifikasi
kelayakan ABK kapal.
Standards of Training,Certification and Watchkeeping (STCW)

1.Kuliah dan

2.Berdiskusi panel Memahami danmendalami aturan yang terkait


dengan peningkatan kemampuan dan sertifikasi kelayakan ABK
kapal.10% XVI Memahami kedudukan da wewenangmahkamah
pelayaran dalam menjalankanaturan UUD pelayaran Mahkamah
PelayaranTanggung Jawab Keamanan

 Presentase kelompok dan berdiskusi antar kelompok


 Membaca danMemahami kedudukan dawewenang mahkamah
pelayaran dalam10% dan kewenangan yangmelekat pada
mahkamah pelayaran mendalami aturan dan UUD yang digunakan
oleh mahkamah pelayaran menjalan kanaturan UUD pelayaran dan
kewenangan yang melekat pada mahkamah pelayaran

Nama dan Kode dosen (Pengampuh Mata Kuliah)1. Ir. H. Abdul Latief Had ( 00
050949 02 )2. Baharuddin, ST., MT. ( 00 020272 01 )Referensi Utama

 International Maritime Organization (IMO), Safety of Life at Sea (SOLAS)


 Biro-Biro Klasfikasi Internasional
 United Nation, United Nation Law of the Sea Convention (UNCLOS)
1982Referensi Tambahan
 Balai Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran,
(2010), “Security Responsibilities (TanggungjawabKeamanan)”,
Jakarta.
 Bambang Setiono Adi, (2008), ”Nautika Kapal Penangkap Ikan,
Untuk SMK Jilid 3”, Direktorat Pembinaan SekolahMengengah
Kejuruan, Jakarta.
 Capt. Drs. Proling Tarigan S., (2010), ” International Safety
Management (ISM) Code 2002”.
 Capt. Hadi Supriono, ”International Safety Management Code (ISM
CODE)”.
 http://adhikarablog.wordpress.com/2010/06/18/macam-survey-kapal/
 http://sites.google.com/site/ebookship01/ebook-ship-01/certification/
085-SURVEY ANDCERTIFICATION. pdf?attredirects=0&d=1
 http://www.imo.org/
 http://www.klasifikasiindonesia.com/
 International Maritime Organization (IMO), Safety of Life at Sea
(SOLAS)
 Sanusi Setrodjijo, (2010), “International Safety Management”.
 Sanusi Setrodjijo, (2010), “Mahkamah Pelayaran”.
 Sanusi Setrodjijo, (2010), “SOLAS, the International Convention for
the Safety Of Life At Sea, 1974”.
 Sanusi Setrodjijo, (2010), “Survey & Certification”.
 SK. Dirjen Hubla NO: PY.67/1/6-96 tgl.12 Juli 1996
 SOLAS 1974 Chapter IX: “Management for the safe operation of
ships”.
 Resolusi IMO A.741(18) & amendment MSC.104(73)
 Resolusi IMO A.913(22): “ Revised Guidelines on implementation of
the ISM Code by Administrations”
 United Nation, United Nation Law of the Sea Convention (UNCLOS)
1982

BAB II PENGANTAR:PERATURAN KESELAMATAN KEMARITIMAN


INTERNASIONAL
Sasaran Pembelajaran Kemampuan memahami esensi regulasi keselamatan
maritim internasional dan m e m a h a m i k e w e n a n g a n b a d a n
k e s e l a m a t a n m a r i t i m i n t e r n a s i o n a l , s e r t a memahami beberapa
komite yang ada didalamnya Metode Pembelajaran dan Metode Evaluasi

1. Memberikan perkuliahan, memberikan tugas untuk diselesaikan di


rumah per individu untuk didiskusikan pada perkuliahan berikutnya.
2. Diskusi beberapa kasus kecelakaan kapal yang pernah terjadi
3. Belum dilakukan evaluasi secara terstruktur Uraian Bahan Pembelajaran

II.1. International Maritime Organization (IMO)

Dalam rangka meningkatkan keselamatan kerja dan keselamatan pelayaran, PBB


dalam konferensinya yang dilaksanakan pada tahun 1948 telah menyetujui
untuk membentuk suatu badan Internasional yang khusus menangani masalah-
masalah k e m a r i t i m a n . B a d a n t e r s e b u t d i b e n t u k p e r t a m a
kali dengan nama

Inter Governmental Maritime Consultative Organization (IMCO).

Sepuluh tahun kemudian, yakni pada tahun 1958 organisasi tersebut baru
diakuisecara I n t e r n a s i o n a l , l a l u k e m u d i a n b e r u b a h n a m a m e n j a d i

International Maritime Organization (IMO) sejak tanggal, 22 Mei 1982.

Empat tahun sebelum IMO diberlakukan secara Internasional yakni pada


tahun1954

Marine Pollution Convention sudah mulai diberlakukan tetapi baru pada tahun
1959 secara resmi diadministrasikan dan disebarluaskan oleh.

International Maritime Organization

( I M O ) y a n g p a d a s a a t i t u b e r k e d u d u k a n d i L o n d o n - Inggeris.
Sidang Paripurna IMO disebut Assembly melakukan pertemuan tahunan
satu kali dalam selang waktu dua tahun dan biasanya diadakan
pada bulan September a t a u O k t o b e r . P e r t e m u a n t a h u n a n
y a n g d i a d a k a n y a n g d i s e b u t Council , anggotanya terdiri dari 32
negara yang dipilih oleh sidang Assembly dan bertindak sebagai badan
pelaksana harian kegiatan IMO.IMO adalah Badan Organisasi yang
menangani masalah teknis dan sebagian besar kegiatannya dilaksanakan
oleh beberapa Komite yang terdiri dari:

The Marine Safety Committee (MSC)

Merupakan komite yang paling senior dan khusus menangani


pekerjaan yang berhubungan dengan masalah keselamatan dan teknik.
Memiliki beberapa Sub komite sesuai tugas masing-masing.

The Marine Environment Protection Committee (MEPC)

Dibentuk oleh IMO Assembly pada tahun 1973 dengan tugas


mengkoordinir kegiatan pencegahan dan pengontrolan pencemaran laut
yang asalnya dari kapal. Sub komite dari Bulk Chemicals merupakan
juga sub komite dari MEPC kalau menyangkut masalah pencemaran.

The Technical Co-Operation Committee

Tugasnya mengkoordinir bantuan teknik dari IMO di bidang maritim


terutama untuk negara berkembang. Komite teknik ini merupakan komite
pertama dalam organisasi PBB yang diakui sebagai bagian dari
konvensi. Badan ini dibentuk t a h u n 1 9 7 5 d a n m e r u p a k a n a g e n
p e r t a m a P B B y a n g m e m b e n t u k technical cooperation

dalam bentuk struktur organisasi.


Tujuannya adalah menyediakan p r o g r a m b a n t u a n u n t u k s e t i a p
n e g a r a t e r u t a m a n e g a r a b e r k e m b a n g u n t u k meratifikasi dan
kemudian melaksanakan peraturan yang dikeluarkan oleh IMO.IMO
menyediakan tenaga bantuan konsultan di lapangan dan petunjuk
dari

Headquarters kepada pemerintah yang memintanya untuk melakukan


training keselamatan kerja maritim dan pencegahan pencemaran
terhadap ABK bagian deck, mesin dan personil darat.

Melalui Komite ini IMO melakukan seminar dan workshop di


beberapa negara setiap tahun dan sudah mengerjakan banyak proyek
bantuan teknik di seluruh dunia. Proyek ambisius yang dilakukan Komite ini
adalah mendirikan “

The World Maritime University

” di Malmo Swedia pada tahun 1983, dengan tujuan untuk mendidik


dan menyediakan tenaga terampil dalam bidang keselamatan dan
lingkungan maritim, dari negara berkembang yang sudah
mempunyai latar belakang pendidikan yang mencukupi di negara masing-
masing. Sekretariat IMO

Sekretariat IMO dipimpin oleh Secretary General yang dibantu oleh ± 300
tenaga dari berbagai negara termasuk para penterjemah ke dalam 6
bahasa yang diakui dapat digunakan berkomunikasi dalam sidang
komite, yakni bahasa Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, Arab, China dan 3
bahasa teknis.

II.2. Tugas dan Wewenang IMO


Tugas Utama IMO adalah membuat peraturan-peraturan keselamatan
kerja di laut t e r m a s u k k e s e l a m a t a n p e l a y a r a n d a n p e n c e g a h a n
s e r t a p e n a n g g u l a n g a n pencemaran lingkungan perairan. Secara
resmi SOLAS 74/78 diberlakukan oleh p e m e r i n t a h I n d o n e s i a d e n g a n
K e p u t u s a n P r e s i d e n N o . 6 5 t a h u n 1 9 8 0 d a n MARPOL 73/78
dengan Keputusan Presiden No. 46 tahun 1986. Kedua Keputusan Presiden
tersebut sudah tercakup dalam UU No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran.Konvensi-
konvensi IMO paling penting yang sudah dikeluarkan adalah sebagai
berikut:

- Safety of Life at Sea (SOLAS) Convention 1974/1978


- Marine Pollution Prevention (MARPOL) Convention 1973/1978
- Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers
(SCTW) Convention 1978 termasuk beberapa amandemen dari setiap
konvensi.

Dalam ketiga konvensi tersebut digariskan peraturan keselamatan kerja di


laut, pencegahan pencemaran perairan dan persyaratan pengetahuan dan
ketrampilan minimum yang harus dipenuhi oleh awak kapal.

SOLAS Convention , menangani aspek keselamatan kapal termasuk


konstruksi, navigasi dan komunikasi.

MARPOL Convention , menangani aspek lingkungan perairan


khusus untuk pencegahan pencemaran yang asalnya dari kapal, alat
apung lainnya dan usaha penanggulangannya.

STCW Convention, berisi persyaratan minimum pendidikan atau


training yang harus dipenuhi oleh ABK (Anak Buah Kapal) untuk bekerja
di atas kapal sebagai pelaut.
Referensi:

• Bambang Setiono Adi, (2008), ”Nautika Kapal Penangkap Ikan, Untuk


SMK Jilid 3”, Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan, Jakarta.

• http://www.imo.orgEvaluasi Pembelajaran

1. Menugaskan mahasiswa mencari struktur organisasi IMO, kedudukan,


serta wewenangnya sebagai bagian dari organisasi perserikatanbangsa-bangsa.

2. Menugaskan mahasiswa untuk mencari contoh beberapa contoh kasus


kecelakaan kapal yang pernah terjadi dan membuat laporan hasil
investigasi untuk didiskusikan pada pertemuan berikutnya.

BAB IIISAFETY OF LIFE AT SEA (SOLAS)

Sasaran PembelajaranKemampuan mahasiswa dalam memahami pentingnya


peraturan keselamatan maritim internasional, terutama yang relevan dengan bidang
perkapalan.Metode PembelajaranMINGGU ke III, IV dan V1 . M e n g u m p u l k a n
tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya lalu
mendiskusikannya dengan menunjuk salahsatu
m a h a s i s w a u n t u k mempresentasikan kasus-kasus yang telah
didalaminya dalam penugasan.2. Memberikan kuliah dan memberikan
kesempatan untuk bertanya perihal materi yang kurang jelas.3. Diberikan
beberapa buah pertanyaan untuk dijawab pada minggu ke VUraian Bahan
Pembelajaran

III.1. Pendahuluan

SOLAS merupakan ketentuan yang paling penting berkenaan dengan


keselamatan kapal-kapal niaga dan juga yang tergolong paling tua. Versi
pertama disetujui oleh 13 negara tahun 1914, setelah peristiwa
tenggelamnya kapal TITANIC pada tahun 1912. Dalam perjalanan
sejarahnya SOLAS mengalami perubahan-perubahan dan Badan
Internasional yang sangat berperan dalam hal ini adalah IMCO.IMCO (

Inter-Governmental Maritime Consultative Organization

), suatu badan (organisasi internasional), pada tahun 1959 telah mengambil alih
beberapa konvensi yang telah ada, termasuk Safety of Life at Sea

(Keselamatan Jiwa di Laut) 1948 dan Prevention of the Pollution of the Sea by Oil

(Pencegahan Polusi di Laut oleh Minyak) 1954.

Konferensi IMCO yang pertama pada tahun 1960, dan telah menghasilkan

InternationalConvention on the Safety of Life at Sea 1960, yang


mulai diberlakukan pada tahun1965. Dengan memperhatikan
perkembangan-perkembangan yang terjadi, negara-negara
penandatangan (contracting governments), di antaranya Indonesia, dan
untuk mengembangkan keselamatan di laut yang lebih baik, maka ketentuan-
ketentuan dalam SOLAS selalu dirubah atau ditambah. Dalam
konferensi yang diselenggarakan oleh I M C O ( Inter-Governmental
Consultative Organization) , s e k a r a n g I M O International Maritime
Organization ), dihasilkan apa yang disebut sebagai Protokol (dokumen
mengenai hal-hal yang sudah disetujui secara resmi). Atas undangan dari IMCO,
di London, Inggris, dari tanggal 21 Oktober sampai 1November 1974 telah
diselenggarakan konferensi yang dihadiri oleh 65 utusan negara
penandatangan, belum termasuk peninjau dari negara-negara bukan
penandatangan dan peninjau dari organisasi-organisasi non-pemerintah.
Hasil dari konferensi tersebut adalah SOLAS 1974 atau

International Convention for the Safety of Life at Sea of 1974. Meskipun selalu
terjadi perubahan atau penambahan peraturan-peraturan
(regulations)namun dasar isi (pokok) dari SOLAS masih tetap sama,
artinya SOLAS 1960, SOLAS1974 dan SOLAS 1997 isi pokoknya sama,
hanya ada perubahan atau penambahan saja. P a d a t a h u n 1 9 4 8 ,
t h e U n i t e d N a t i o n s M a r i t i m e C o n f e r e n c e menyetujui untuk
membentuk sebuah badan internasional dimaksudkan hanya semata-mata
untuk hal-hal (persoalan) kelautan dan untuk mengkoordinasi tindakan-tindakan
yang diambil oleh negara-negara.Badan internasional itu adalah IMCO (Inter-
Governmental Maritime ConsultativeOrganization ), berkedudukan di London.
IMCO lahir tahun 1958 dan mulai aktif tahun1959. Beberapa ketentuan-
ketentuan mulai diambil alih, diantaranya ialah Safety of Life at Sea of 1948
dan Prevention of the Pollution of the Sea by Oil of 1954. Pada tahun1982
IMCO menjadi IMO (International Maritime Organization).

Tujuan utama dari IMO adalah menentukan standar yang


d a p a t d i t e r i m a , d a n membangun ketentuan internasional yang
berkaitan dengan perkapalan, memonitor implementasinya oleh
pemerintah-pemerintah, membuatnya selalu terkini (up to date) sejalan
dengan kemajuan teknologi.Konferensi pertama pada tahun 1960, di London,
yang menghasilkan International Convention on the Safety of Life at Sea

1960 dan mulai diberlakukan pada tahun 1965. Sesuatu yang penting lainnya
pada waktu itu adalah International Convention for the P r e v e n t i o n o f
P o l l u t i o n f r o m S h i p s yang dihasilkan tahun 1973, yang kemudian
digabungkan ( corporated ) dalam Convention of 1978, yang akhirnya
terkenal sebagai MARPOL 73/78.

III.2. Sejarah SOLAS

Terjadinya suatu kecelakaan kapal, yaitu tenggelamnya


“ S.S. TITANIC

” milik the White Star Liner

pada pelayaran perdananya dalam tahun 1912 menelan korban lebih dari
1500 penumpang dan awak kapal meninggal dunia dan musibah ini
memunculkan banyak pertanyaan tentang standar-standar keselamatan yang
ada.Konferensi dihadiri oleh 13 negara dan Konvensi yang dihasilkan disahkan pada
tanggal 20 Januari 1914, menjadi SOLAS yang pertama 1914, yang kedua
disahkan t a h u n 1 9 2 9 d a n d i b e r l a k u k a n t a h u n 1 9 3 3 ; y a n g
ketiga disahkan tahun 1948 dan d i b e r l a k u k a n t a h u n 1 9 5 2 ;
yang keempat disahkan oleh IMO tahun 1960 dan
diberlakukan tahun 1965; yang kelima adalah versi sekarang (SOLAS
1974) disahkan IMO tahun 1974 dan diberlakukan tahun 1980.Konvensi SOLAS
dalam bentuk berturut-turut adalah umumnya dianggap sebagai yang
paling penting dari semua perjanjian internasional tentang keselamatan
kapal dagang. Versi pertama diadopsi tahun 1914, sebagai tanggapan terhadap
bencana Titanic

yang kedua pada tahun 1929, ketiga tahun 1948, dan keempat pada tahun 1960.

Konvensi 1960 - yang diadopsi pada tanggal 17 Juni 1960 dan


mulai berlaku pada tanggal 26 Mei 1965 - adalah tugas utama dari IMO
setelah Organisasi penciptaan dan merupakan langkah yang cukup maju
dalam modernisasi peraturan dan seiring dengan perkembangan teknis di
industri pelayaran. Tujuannya adalah untuk menjaga Konvensi up to date
dengan perubahan periodik tetapi dalam prakteknya prosedur amandemen
terbukti sangat lambat. Ini menjadi jelas bahwa tidak mungkin
untuk mengamankan berlakunya perubahan dalam jangka waktu yang
wajar.Sebagai hasilnya, baru benar-benar Konvensi diadopsi pada tahun 1974 yang
mencakup tidak hanya perubahan yang telah disepakati sampai tanggal
tersebut tetapi p e r u b a h a n p r o s e d u r b a r u - p r o s e d u r p e n e r i m a a n
d i a m - d i a m – d i r a n c a n g u n t u k memastikan bahwa perubahan bisa
dilakukan dalam waktu yang ditetapkan (dan bisa diterima pendek) jangka
waktu tertentu. Alih-alih membutuhkan bahwa amandemen akan berlaku
setelah diterima oleh, misalnya, dua pertiga dari Para Pihak, prosedur
penerimaan diam-diam menyatakan bahwa suatu perubahan mulai
berlaku pada tanggal tertentu, kecuali jika, sebelum tanggal tersebut,
keberatan terhadap amandemen diterima dari jumlah yang disepakati Para
Pihak. Sebagai hasilnya Konvensi 1974 telah diperbarui dan diubah pada berbagai
kesempatan. Konvensi berlaku saat ini adalah kadang-kadang disebut sebagai
SOLAS 1974, sebagaimana telah diubah.Konvensi SOLAS yang secara terus
menerus diperbaiki telah mencakup banyak aspek tentang keselamatan jiwa
dilaut.

I I I . 3 . K o n v e n s i - K o n v e n s i S O L A S Konvensi SOLAS 1914 (13


negara)

Mengeluarkan persyaratan-persyaratan Internasional tentang:1. Keselamatan


navigasi untuk semua kapal niaga

2. Ketentuan sekat kedap air dan sekat kedap api3. Alat-alat penolong, alat-alat
pencegahan kebakaran dan alat-alat pemadam kebakaran pada kapal-kapal
penumpang4. Persyaratan-persyaratan lain yang berhubungan dengan
perlengkapan radiotelegraphy5. Ditetapkannya North Atlantic Ice Patrol

Konvensi SOLAS 1929 (18 negara)


Dilakukan revisi pada peraturan Internasional mencegah tubrukan di laut
(CollisionRegulations)

Konvensi SOLAS 1948

a. perbaikan sekat kedap air di kapal-kapal penumpang,


s t a n d a r s t a b i l i t a s , pemeliharaan dan pelayanan dalam keadaan darurat,
perlindungan terhadap kebakaran, sekat tahan api, dll.b. sertipikat
keselamatan perlengkapan kapal barang dengan ukuran 500 GT ke
atas mulai diperkenalkan, col regs juga direvisi yang berhubungan
dengan keselamatan navigasi, meteorologi dan patroli di daerah esc. satu bab
terpisah dimasukkan yang berhubungan dengan pengangkutan muatan curah dan
barang berbahaya termasuk EXPLOSIVESd. telah terjadi perkembangan tentang
hal komunikasi radio, sehingga dijadikan bab judul tersendiri yang memuat
tentang radio telephony dan radio telegraphyPada konferensi yang
diselenggarakan di Geneva yang diprakarsai oleh PBB (UNO), disahkan
satu konvensi tentang pendirian IMCO (International Maritime Consultative
Organization) yang kemudian tahun 1982 menjadi IMO
( I n t e r n a t i o n a l M a r i t i m e Organization)

Konvensi SOLAS 1960 (55 negara)

a. Pengawasan dan persyaratan untuk berbagai survey dan sertipikat


untuk kapal-kapal barang 500 GT ke atas yang melayari Internasional Voyages.b.
Setiap negara mengadakan penyelidikan-penyelidikan terhadap kecelakaan dan
memberikan informasi kepada IMO.c . B e b e r a p a k e t e n t u a n y a n g
w a j i b d i p e n u h i o l e h k a p a l p e n u m p a n g m u l a i diberlakukan
juga bagi kapal barang seperti mengenai tenaga, penerangan
darurat dan perlindungan terhadap bahaya kebakaran.Salah satu resolusi yang
disahkan:
IMDG Codes = International Maritime DangerousGoods Codes.

Konvensi SOLAS 1974 (71 negara)

Lampiran (Annex), terdiri dari:

Bab I : Ketentuan Umum

Bab II :

1. Konstruksi – sub divisi dan stabilitas, instalasi-instalasi


permesinan dan listrik,:

2. Konstruksi – perlindungan kebakaran, deteksi kebakaran dan


pemadamankebakaran

Bab III : Alat-alat Penolong (Life Saving Appliances)

Bab IV : Radio telegraphy dan radio telephony

Bab V : Keselamatan Navigasi

Bab VI : Pengangkutan muatan padi-padian/gandum (Carriage of Grain)

Bab VII : Pengangkutan barang-barang/muatan berbahaya (Carriage of


DangerousGoods),

Bab VIII : Kapal-kapal Nuklir


Bab IX : Manajemen Ke
Bab X : Tindakan-tindakan keselamatan untuk kapal-kapal
kecepatan tinggi (HighSpeed Craft)

Bab XI : Tindakan-tindakan khusus untuk mempertinggi keselamatan


maritim,

Bab XII : Tambahan tindakan-tindakan untuk

Bulk Carrier Aturan

2. Definisi
• Aturan berarti aturan-aturan yang berisi dalam lampiran pada
konvensi yang sedang berlaku

• Administration berarti pemerintah yang memberikan ijin untuk bendera


kapal dapat dikibarkan

• Approved berarti disetujui oleh pemerintah

• International voyage berarti perjalanan dari negara ke negara lain yang mengacu
konvensi atau bolak balik

• Penumpang adalah setiap orang selain dari:- awak kapal atau orang yang sedang
melaksanakan tugas di atas kapal- anak-anak di bawah umur satu tahun

• Kapal penumpang adalah sebuah kapal yang dapat mengangkut lebih


dari 12 penumpang

• Kapal barang adalah sebuah kapal yang bukan kapal penumpang

• Kapal tanker adalah sebuah kapal yang konstruksinya memungkinkan untuk


mengangkut muatan cair yang mudah terbakar

• Kapal ikan adalah sebuah kapal yang digunakan untuk


menangkap ikan, ikan paus, anjing laut atau kehidupan laut lainnya

• Kapal nuklir adalah sebuah kapal yang digerakkan dengan tenaga nuklir

• Kapal baru adalah sebuah kapal yang lunasnya diletakkan atau dibangun sesudah
tanggal 25 Mei 1980
• Existing ship adalah sebuah kapal yang bukan kapal baru
Aturan 3.
Pengecualian Aturan-aturan di atas tidak berlaku untuk:a. Kapal-kapal perang
dan pengangkut pasukanb. Kapal-kapal barang di bawah 500 Gross Tonnagec.
Kapal-kapal yang tidak digerakkan oleh tenaga mesin/baling-baling d. Kapal-kapal
kayu yang dibangun secara primitivee. Kapal-kapal pesiar yang tidak untuk niagaf.
Kapal-kapal ikan

Perubahan prosedur

Pasal VIII tahun 1974 Konvensi SOLAS menyatakan bahwa perubahan


dapat dibuat baik:
Setelah pertimbangan dalam IMO

Perubahan yang diusulkan oleh pihak Pemerintah diedarkan


sedikitnya enam bulan sebelum dipertimbangkan oleh Maritime Safety
Committee (MSC) – yang bisa merujuk diskusi untuk satu atau lebih IMO Sub-
komite - dan amandemen diadopsi oleh sebagian d u a p e r t i g a d a r i p i h a k
Pemerintah hadir dan pemungutan suara di MSC. Pihak
Pemerintah SOLAS, apakah atau tidak Anggota IMO berhak untuk berpartisipasi
dalam pertimbangan perubahan dalam apa yang disebut "diperluas MSC".

Koreksi oleh sebuah Konferensi

Sebuah Konferensi Pihak Pemerintah disebut ketika sebuah


permintaan pihak Pemerintah diadakannya Konferensi dan setidaknya
sepertiga dari pihak Pemerintah setuju untuk mengadakan konferensi.
Perubahan yang diadopsi oleh mayoritas dua pertiga dari pihak
Pemerintah hadir dan memberikan suara.

Dalam kasus kedua Konferensi dan diperluas MSC, amandemen (selain


untuk Bab I) dianggap telah diterima pada akhir suatu periode waktu tertentu
berikut komunikasi dari p e r u b a h a n d i a d o p s i u n t u k P i h a k
P e m e r i n t a h , k e c u a l i s e j u m l a h t e r t e n t u P i h a k Pemerintah
objek. Panjang waktu dari komunikasi perubahan penerimaan dianggap
ditetapkan pada dua tahun kecuali periode waktu lain – yang
t i d a k h a r u s k u r a n g daripada satu tahun - ditentukan oleh dua
pertiga dari pihak Pemerintah pada saat adopsi.Koreksi terhadap Bab I
dianggap diterima setelah penerimaan positif oleh duapertiga dari pihak
Pemerintah.Perubahan mulai berlaku enam bulan setelah dianggap
penerimaan mereka. Panjang minimum waktu dari peredaran perubahan
yang diusulkan melalui berlakunya adalah24 bulan - sirkulasi: enam bulan,
adopsi untuk tanggal penerimaan dianggap: 12 bulan minimum; dianggap
penerimaan untuk memaksa masuk ke: enam bulan.N a m u n , r e s o l u s i y a n g
diadopsi tahun 1994 membuat ketentuan untuk prosedur
amandemen dipercepat untuk digunakan dalam
k e a d a a n l u a r b i a s a – y a n g memungkinkan untuk jangka waktu
dari komunikasi perubahan dianggap penerimaan harus dipotong sampai
enam bulan dalam keadaan luar biasa dan saat ini diputuskan oleh
Konferensi. Dalam prakteknya sampai saat ini, MSC diperluas telah
mengadopsi perubahan paling SOLAS, sementara Pertemuan telah
diselenggarakan pada beberapa k e s e m p a t a n - t e r u t a m a u n t u k
m e n g a d o p s i B a b b a r u u n t u k S O L A S a t a u u n t u k mengadopsi
perubahan yang diusulkan dalam menanggapi insiden tertentu.

Ketentuan Teknis

Tujuan utama Konvensi SOLAS adalah untuk menentukan standar


minimum untuk konstruksi, peralatan dan pengoperasian kapal, kompatibel
dengan keselamatan mereka. Bendera Negara-negara bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa kapal di bawah bendera mereka memenuhi
persyaratan, dan sejumlah sertifikat yang diatur
dalam Konvensi sebagai
bukti bahwa ini telah dilakukan. ketentuan Control juga
memungkinkan pihak Pemerintah untuk memeriksa kapal-kapal dari Pihak
lainnya jika ada alasan yang jelas untuk percaya bahwa kapal dan peralatannya
secara substansial tidak memenuhi persyaratan dari Konvensi - prosedur ini
dikenal sebagai

Port State Control

. Saat ini Konvensi SOLAS menetapkan kewajiban umum, termasuk artikel,


prosedur perubahan dan seterusnya, diikuti dengan Lampiran terbagi menjadi
12

Bab. I I . 4 . K e t e n t u a n P o k o k d a l a m S O L A S

Pokok-pokok ketentuan dalam SOLAS adalah sebagai berikut:

Bab I : Ketentuan Umum

• Survey berbagai jenis kapal-kapal dan penerbitan dokumen-dokumen yang


menandakan bahwa kapal memenuhi persyaratan-persyaratan konvensi

• Termasuk persyaratan survey sebelum kapal dioperasikan; suatu survey


periodik(setiap 12 bulan) dan survey tambahan jika timbul kejadian

• Sertipikat-sertifikat yang harus diterbitkan oleh Negara bendera


sebagai bukti bahwa sebuah kapal telah diperiksa dan dijumpai
memenuhi persyaratan-persyaratan KonvensiSertifikat-sertifikat yang dimaksud
mencakup:

• Sertipikat Keselamatan Kapal Penumpang

• Sertipikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang

• Sertipikat Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang

• Sertipikat Keselamatan Radiotelegrapi Kapal Barang

• Sertipikat Keselamatan Radioteleponi Kapal Barang


Disamping sertipikat-sertifikat
tersebut di atas, juga ada suatu sertipikat pembebasan (Exemption
Certificate) yang diterbitkan bila suatu pembebasan dari
persyaratan-persaratan diperbolehkan oleh Negara bendera

Bab II-1 : Konstruksi – Sub Divisi dan Stabilitas,


Instalasi-Instalasi Permesinan d a n L i s t r i k

• Subdivisi kapal-kapal penumpang ke dalam kompartemen-


kompartemen kedap air harus sedemikian rupa bahwa diumpamakan
setelah lambung kapal rusak, kapal akan tetap mengapung dalam suatu posisi
yang stabil, termasuk persyaratan-persyaratan untuk integritas kedap
air dan penataan-penataan pemompaan bilga.• P e r s y a r a t a n -
persyaratan instalasi permesinan dan listrik didisain
u n t u k memastikan bahwa pelayanan-pelayanan yang penting untuk keselamatan
kapal, para penumpang dan awak kapal tetap terpelihara di bawah
berbagai kondisi darurat

Bab II-2 : Konstruksi – perlindungan


K e b a k a r a n , D e t e k s i K e b a k a r a n d a n Pemadaman
Kebakaran

• Divisi/pembagian kapal ke dalam zona-zona utama dan vertikal


dengan batas-batas struktural dan yang berkaitan dengan panas (thermal)•
Pemisahan ruang-ruang akomodasi dari sisa ruang kapal dengan
batas-batas secara struktural dan yang berkaitan dengan panas (thermal)•
Dilarang memakai material² yang mudah terbakar • Deteksi setiap
kebakaran dalam zona asal• Penahanan & pemadaman setiap kebakaran
dalam ruang asal• P e r l i n d u n g a n t e r h a d a p s a r a n a - s a r a n a
p e l e p a s a n / p e l a r i a n ( e s c a p e ) a t a u kemudahan untuk tujuan
pemadaman kebakaran• Siap tersedia alat-alat pemadam kebakaran•
Meminimalkan kemungkinan penyalaan dari uap muatan yang mudah
menyala

Bab III : Alat-alat Penolong (Life Saving Appliances)

• Bagian A, yang menguraikan alat-alat


p e n o l o n g b e r d a s a r k a n j e n i s , perlengkapannya,
spesifikasi konstruksi, metode-metode penetapan
kapasitasnya dan ketentuan-ketentuan untuk memelihara dan tersedianya.
Juga menguraikan prosedur-prosedur darurat dan latihan-latihan rutin.• Bagian B
dan C berisi tambahan persyaratan-persyaratan untuk kapal-kapal
penumpang dan barang• Bab ini telah direvisi secara menyeluruh dengan
amandemen-amandemen 1983

Bab IV : Radio telegraphy dan radio telephony

Bab ini dibagi dalam empat bagian.• Bagian A : menetapkan jenis instalasi-
instalasi radio yang harus dibawa• Bagian B : menetapkan persyaratan-
persyaratan operasional untuk jaga radio• Bagian C : memuat
persyaratan-persyaratan teknis rinci termasuk ketentuan-ketentuan
teknis untuk pencari arah (direction finders) dan instalasi radio telegrafi untuk
sekoci penolong bermotor, bersama aparat radio jinjing untuk
pesawat penyelamat (survival craft)• Bagian D : memuat kewajiban-kewajiban
perwira radio sehubungan dengan kewajiban mengisi log bookBab ini
berhubungan erat dengan peraturan-peraturan Radio dari ITU
(InternationalTelecommunication Union)

Bab V : Keselamatan Navigasi

• Bersifat operasional dan diaplikasikan pada semua kapal. Ini


berbeda dengan konvensi secara keseluruhan, yang hanya diaplikasikan pada
kapal-kapal yang terlibat pada pelayaran-pelayaran Internasional• T e r m a s u k
pemeliharaan dari pelayanan meteorologi untuk kapal-
k a p a l ; pelayanan patroli es; pengaturan rute kapal-kapal dan ketentuan
pelayanan-pelayanan pencarian dan penyelamatan (SAR)• Kewajiban umum
untuk negara peserta guna memastikan bahwa semua kapal cukup
diawaki dan efisien dilihat dari sudut pandang keselamatan• Persyaratan-
persyaratan untuk pemasangan radar dan sarana-sarana bantu navigasi
lainnya
Bab VI : Pengangkutan Muatan Padi-Padian/Gandum
(Carriage of Grain)

• Berpindah tempat (shifting) adalah suatu karakteristik yang melekat dari


muatan curah (biji/padi-padian, gandum, dll), dan pengaruhnya terhadap
stabilitas kapal dapat mendatangkan malapetaka. Ketentuan-ketentuan yang
berhubungan dengan pemadatan muatan, trimming dan menyelamatkan muatan.•
Kapal-kapal yang dikonstruksikan secara khusus untuk mengangkut
muatan curah (grain) dan menetapkan suatu mode untuk menghitung momen
tegak (adverse heeling moment) yang diakibatkan oleh perpindahan/pergeseran
muatan dalam kapal-kapal yang mengangkut muatan curah dalam jumlah
besar. Setiap kapal harus membawa dokumen angkutan, data stabilitas pemuatan
curah dan rencana-rencana yang berkaitan dengan pemuatan

Bab VII : Pengangkutan Barang-Barang/Muatan


B e r b a h a y a ( C a r r i a g e o f Dangerous Goods)

• Menetapkan klasifikasi, pengepakan, penandaan dan penyusunan


muatan berbahaya dalam bentuk kemasan.
• Mengikuti metode yang
dipakai oleh PBB untuk semua moda transport.• Negara-negara peserta
diminta untuk mengeluarkan instruksi-instruksi yang berkaitan dengan
pengangkutan barang-barang berbahaya tersebut, untuk ini IMDG
(International Maritime Dangerous Goods) Code telah disahkan oleh IMO
dalam tahun 1965.

Bab VIII : Kapal-Kapal Nuklir

• Memberikan persyaratan-persyaratan dasar untuk kapal-kapal bertenaga


nuklir, dimana didukung oleh bermacam-macam rekomendasi yang
dilampirkan pada konvensi.• Kemudian rekomendasi ini telah diambil
alih oleh Kodifikasi keselamatan untuk kapal-kapal niaga nuklir dan
rekomendasi-rekomendasi tentang pemakaian pelabuhan-pelabuhan oleh
kapal-kapal niaga nuklir

Bab IX : Manajemen Keselamatan untuk Pengoperasian


Kapal-Kapal

• Sebagai payung tentang International Safety Management (ISM)


Code for the Safe Operation of Ships and for Pollution Prevention,
yang memuat petunjuk-petunjuk pelaksanaannya.• Bab ini terdiri dari 6
aturan pokok sebagai berikut:1. Definisi2. Penerapan3. Keperluan manajemen
keselamatan4. Pemeliharaan5. Verifikasi dan pengawasan

Bab X : Tindakan-tindakan Keselamatan untuk


K a p a l - K a p a l K e c e p a t a n T i n g g i (High Speed Craft)
• Memuat ketentuan-
ketentuan pokok untuk kapal kecepatan tinggi High SpeedCraft (HSC)
Code.• T e r d i r i d a r i : 1. Definisi2. Penerapan3. Fasilitas untuk kapal cepat

Bab XI : Tindakan-tindakan khusus untuk mempertinggi


keselamatan maritim

• Berisi ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan keselamatan


maritim.• Sebagai payung dalam Penerapan International Ship and
Port Security (ISPS) Code.• T e r d i r i d a r i : 1. Organisasi yang bertanggung
jawab2. Penanganan survey3. Nomer identitas kapal4. Operasional dari port state
control (PSC)

Bab XII : Tambahan tindakan-tindakan untuk Bulk Carrier

• Memuat aturan keselamatan kapal curah yang terdiri dari:1. Definisi2.


Penerapan3. Jadwal pelaksanaan4. Pengaruh buruk terhadap stabilitas kapal5.
Pengaruh muatan terhadap bangunan kapal6. Bangunan dan fasilitas lainnya7.
Survey ruang muat8. Informasi-informasi yang berkaitan dengan pemuatan9.
Fasilitas yang berhubungan dengan ruang muat10.Density pemadatan ruang

muat
11.peralatan pemuatan

III.4. Penjabaran Ketentuan Pokok dalam SOLAS

Bab I: General ProvisionPemberlakuan:

- Kecuali secara jelas ditentukan lain, aturan-


a t u r a n d a r i S O L A S h a n y a diberlakukan pada kapal-kapal yang
melayari

pelayaran Internasional.
- Kelas dari kapal-kapal untuk pemberlakuan setiap bab, ditentukan
dalam bab tersebut.

Definisi-Definisi:

a. Aturan berarti aturan yang terkandung dalam konvensi ini.


b. Administration berarti pemerintah dari suatu Negara yang benderanya
digunakan oleh kapal.
c. Pelayaran Internasional berarti pelayaran dari suatu Negara dimana
aturan ini berlaku ke pelabuhan di luar Negara tersebut atau sebaliknya
d. Penumpang adalah semua orang di kapal selain dari Nakhoda
dan ABK atauorang lain yang dipekerjakan untuk bisnis kapal dan anak-
anak dibawa 1 tahun.
e. Kapal penumpang adalah kapal yang membawa lebih dari 12 penumpang.
f. Kapal barang adalah setiap kapal yang bukan kapal penumpang.
g. Kapal tanker adalah kapal barang yang konstruksinya atau penggunaannya
untuk mengangkut bahan cair yang mudah terbakar.
h. Kapal penangkap ikan adalah sebuah kapal yang digunakan untuk
menangkap ikan paus, anjing laut, walrus atau sumber daya lainnya dari laut.
i. Kapal nuclear adalah sebuah kapal yang dilengkapi pesawat tenaga
nuklir.
j. Kapal baru ialah kapal yang peletakan lunasnya pada atau sesudah

tanggal 25 Mei 1980


k. Kapal lama adalah kapal yang bukan kapal baru.
l. 1 mil laut sama dengan 1852 meter atau 6080 feet.
m. Anniversary date berarti hari dan bulan dari tiap tahun yang berhubungan
dengan tanggal habis masa berlaku sertifikat.

Pengecualian:

Kecuali dinyatakan lain aturan-aturan SOLAS tidak berlaku terhadap:

a. Kapal Perang.
b. Kapal barang berukuran kurang dari GT.500.

c. Kapal yang tidak digerakkan dengan mesin.

d. Kapal kayu yang dibuat secara primitif.

e. Kapal pesiar yang tidak disewakan

f. . Kapal penangkap ikan

Pembebasan:

Kapal yang secara normal tidak melayari Pelayaran Internasional tetapi


karena situasi yang dikecualikan terpaksa mengadakan pelayaran
internasional untuk satu kali perjalanan dapat dibebaskan oleh
Administration asalkan memenuhi sarat-sarat keselamatan Kapal.Kapal
yang bentuknya khusus dapat dibebaskan dari persyaratan Bab II-I,II-2,III
dan IV asalkan, menurut pendapat Administration masih memenuhi syarat-syarat
keselamatan.

Inspeksi dan Survei

Inspeksi dan survei harus dilaksanakan oleh Pejabat-Pejabat dari


Administration. Administration dapat menunjuk surveyor-surveyor dan
organisasi yang diakui untuk melakukan survei atas nama

Pemerintah.
Survei kapal-kapal
penumpang

a. Initial survey (survei Pertama) sebelum kapal dioperasikan.

b. Renewal survey (survei pembaruan) setiap 12 bulan.

c. Additional survey (.survei tambahan), bila diperlukan.

Survei alat-alat penolong kapal barang:

• Initial survey

• Renewal survey, untuk pembaruan sertifikat.


• Periodical survey 3 bulan sebelum/sesudah anniversary ke 2 atau ke 3.

• Annual survey 3 bulan sebelum/sesudah anniversary date• Additional


survey, bila diperlukan

• Survei Instalasi Radio Kapal Barang:

a. Initial survey sebelum dioperasikan.

b. Renewal survey, untuk pembaruan sertifikat.

c. Periodical survey,3 bulan sebelum/sesudah anniversary date.

d. Additional survey bila diperlukan.

• Survei konstruksi dan permesinan:

a. Initial survey sebelum kapal dioperasikan.

b. Renewal survey, untuk pembaruan sertifikat.

c. Intermediate survey, yakni 3 bulan sebelum/sesudah anniversary date


ke-2 atau ke 3

d. Annual survey,3 bulan sebelum/sesudah anniversary date

e. Additional survey bila diperlukan.

f. Minimum 2 inspeksi lambung dan bagian bawah air dalam 5 tahun.


Mempertahankan
kondisi sesudah survey

• Kondisi kapal dan perlengkapannya harus dipertahankan sesuai


persyaratan S O L A S , u n t u k m e n j a m i n k a p a l d a l a m k e a d a a n
f i t u n t u k b e r l a y a r t a n p a membahayakan kapal atau jiwa manusia.•
Sesudah survei tidak boleh ada perobahan yang dilakukan baik
terhadap kapal maupun perlengkapannya.• Apabila terjadi kecelakaan
terhadap kapal atau kerusakan ditemui baik yangmenyangkut
keselamatan kapal atau kelengkapan perlengkapannya, Nakhoda atau
pemilik kapal harus segera melaporkan kepada administration

Sertifikat-Sertifikat

• Sertifikat yang diterbitkan sesuai SOLAS:a. Untuk kapal


penumpang:Passenger Ship Safety Certificate (Sertifikat Keselamatan
Kapal Penumpang)berlaku paling lama 12 bulan. b. Untuk Kapal Barang:- Cargo
Ship Safety Construction Certificate.- Cargo Ship Safety Equipment
Certificate.- Cargo Ship Safety Radio Certificate.Sertifikat-Sertifikat
tersebut berlaku sesuai ketentuan Administration tetapi tidak boleh lebih dari
5 tahun.

Pengawasan:

1. Setiap kapal yang masuk dari Negara lain tunduk terhadap pemeriksaan
yang dilakukan oleh Perwira-Perwira yang betul-betul ditugaskan (Port
State Control Officer) untuk meneliti apakah sertifikat masih berlaku.
III -20

2. Apabila masih berlaku Sertifikat tersebut harus diakui kecuali


ada bukti yang jelas (clear ground) bahwa kondisi kapal atau
perlengkapannya tidak sesuai dengan sertifikat atau tidak sesuai dengan
peraturan.3. Apabila sertifikat tidak berlaku atau kalau kapal ada
kekurangan maka kapaltidak diijinkan berangkat sebelum kekurangan
dipenuhi4. Dalam hal demikian harus memberi tahu secara tertulis Perwakilan
NegaraBendera dan class yang mengeluarkan sertifikat.5. PSC juga harus
menyampaikan mengenai kapal tersebut ke pejabat pelabuhan tujuan,
apabila kapal tidak dapat melengkapi kekurangannya di pelabuhan
tersebut.

Kecelakaan:

1. Setiap Negara harus mengadakan penyelidikan terhadap


kecelakaan yang menimpa kapal-kapal mereka mengenai persyaratan
dalam konvensi ini dan mengusulkan apakah ada perubahan yang diinginkan
terhadap aturan-aturan ini.2. Setiap Negara harus melaporkan hasil penyelidikan
tersebut kepada IMO.

BAB II-1 : Konstruksi, Subdivisi dan Stabilitas,


I n s t a l a s i M e s i n d a n I n s t a l a s i L i s t r i k Bagian A. Umum

1. Kecuali dengan tegas ditentukan lain bab ini berlaku bagi kapal yang
peletakan lunasnya atau cara pembangunan lain pada atau sesudah 1 Juli 1986.2.
Untuk kapal yang dibangun sebelum 1 Juli 1986 Pemerintah harus
menjaminbahwa persyaratan-persyaratan yang terdapat pada Bab II-1
SOLAS 1974 yang telah diamandmen dengan Resolusi MSC.1(XLV) dipenuhi.3.
Semua kapal yang melakukan perbaikan, perubahan, modifikasi dan outfitting
harus dilanjutkan untuk memenuhi persyaratan untuk kapal yang
dibangun sebelum 1 Juli 1986.
III -21

4. Pemerintah jika beranggapan bahwa sifat dan keadaan pelayaran terlindung


sedemikian rupa dapat membebaskan sebagian persyaratan dari bab ini terhadap
kapal-kapal yang pelayarannya tidak melebihi 20 mil dari daratan yang
terdekat

Definisi-definisi

1. Garis muat sub divisi adalah suatu garis air yang digunakan untuk
menentukan sub divisi dari kapal.2. Panjang kapal adalah panjang yang
diukur diantara garis-garis tegaklurus yang ditarik dari ujung-ujung garis muat
sub-divisi yang terdalam.3. Lebar kapal ialah lebar terbesar yang diukur dari
sisi luar gading-gading di garismuat sub divisi yang terdalam atau dibawahnya.4.
Sarat kapal adalah jarak tegak lurus yang diukur dari lunas dipertengahan panjang
kapal sampai ke garis muat sub divisi yang dimaksud,5. Geladak sekat adalah
geladak paling atas sampai ke mana sekat-sekat kedap air dipasang.6. Garis
margin adalah sebuah garis yang ditarik sekurang-kurangnya 76 milimeter
di bawah bidang permukaan atas geladak sekat dilambung.7. Permeabilitas
sebuah ruangan adalah prosentase ruangan itu yang dapat digenangi
air.

Bagian A-1 Bangunan Kapal

1. Kapal-kapal harus didesain, dibangun dan dirawat sesuai dengan


persyaratan struktur, mekanikal dan elektrikal dari suatu klasifikasi yang
diakui Pemerintah atau dengan standar yang diakui Pemerintah.2. Semua tanki
ballast harus mempunyai sistem pencegahan karat seperti cat pelindung (Hard
protective coating).Coating harus berwarna terang.3. Setiap tanker yang
dibangun pada atau sesudah 1 Juli 1998 harus dilengkapi dengan
suatu cara yang memungkinkan ABK mendapat akses yang aman
ke
l
III -22

haluan walaupun dalam cuaca buruk. Untuk tanker yang dibangun


sebelum 1Juli 1998 akses tersebut harus dilengkapi pada waktu dok yang
pertama sesudah 1 Juli 1998 tetapi tidak boleh lebih dari 1 Juli 2001.4. Peralatan
penundaan darurat harus dipasang pada haluan dan buritan
tanker yang berukuran tidak kurang dari 20.000 ton DWT yang
dibangun pada atausesudah 1 Januari 1996.Untuk tanker yang
dibangun sebelum 1 Januari 1996 alat tersebut harus dipasang pada
dok yang pertama sesudah 1 Januari 1996 tetapi tidak lebih dari 1 Januari
1999.

Bagian B Subdivisi dan Stabilitas

• Panjang genangan di kapal penumpang.Panjang genangan di tiap titik pada


panjang sebuah kapal harus ditentukan dengan cara perhitungan yang
memperhatikan bentuk, draft dan sifat-sifat lain dari kapal.• Permeabilitas di kapal
penumpang didapat dengan:a) Sepanjang ruang permesinan didapat dengan
formula:

85

10

a =volume dari ruang penumpang yang terletak di bawah margin


line dalam batas-batas ruang permesinan.c =volume dari ruang dek antara di
bawah margin line dalam batas-batasruang permesinan yang digunakan untuk
cargo atau storesv =seluruh volume dari ruang permesinan di bawah margin
line.b) Di depan dan di belakang ruang permesinan didapat dengan formula:

85

10

a =volume ruang penumpang di bawah margin line di depan atau di


belakang ruang permesinan.v =volume seluruh ruangan di bawah margin line
yang terletak di depan atau di belakang ruang permesinan.
l
III -23

Panjang kompartemen yang diijinkan di kapal-kapal penumpang• Kapal harus


dibagi seefisien mungkin dengan memperhatikan sifat pelayaran
dan untuk apa kapal diperuntukkan.• Panjang maksimum dari sebuah
kompartemen yang titik tengahnya terletak di sembarang titik
sumbu membujur kapal diperoleh dari panjang genangan dikalikan
dengan faktor sub divisi.• Faktor sub divisi tergantung dari panjang kapal
dan untuk suatu panjang kapal tertentu nilai faktor sub divisi berubah
sesuai dengan sifat pelayaran untuk apa kapal itu diperuntukkan. Nilai
faktor sub divisi akan berkurang secara beraturan dan berlanjut:a. Jika
panjang kapal bertambahb. Dari suatu faktor A untuk kapal barang dan faktor B
untuk kapal penumpang. Stabilitas kapal penumpang dalam keadaan rusak•
Stabilitas utuh yang cukup harus diperoleh di
d a l a m s e m u a k e a d a a n pengoperasian kapal sehingga kapal
mampu melawan genangan dari suatu kompartemen utama manapun yang
disyaratkan ada dalam panjang genangan.• Jika dua kompartemen utama
yang berdampingan dipisahkan oleh sekat yang direlungkan maka
stabilitas utuh itu akan cukup untuk menanggulangi genangan dua
kompartemen utama yang berdampingan tersebut.• J i k a f a k t o r s u b d i v i s i
y a n g d i s y a r a t k a n 0 , 5 0 a t a u k u r a n g t e t a p i l e b i h d a i 0 , 3 3 maka
stabilitas utuh harus cukup untuk melawan genangan dua kompartemen
utama yang berdampingan yang manapun.• Jika faktor sub divisi yang
disyaratkan 0,33 atau kurang maka stabilitas utuh itu harus cukup
untuk menanggulangi genangan tiga kompartemen utama yang berdampingan
manapun.• Stabilitas yang disyaratkan sesudah kerusakan dan sesudah
keseimbangan tercapai ditentukan sebagai berikut:
l
III -24

1. Kurva penegak positif harus mempunyai range minimum 15 derajat


melebihi sudut keseimbangan. Range ini dapat dikurangi menjadi 10
derajat dalam hal luas daerah di bawah kurva bertambah dengan perbandingan

15

dimana range dinyatakan dalam derajat.2. Luas daerah di bawah kurva sekurang-
kurangnya 0,015 meter radians, diukur dari sudut keseimbangan ke yang lebih
rendah dari:a) Sudut pada saat mana terjadi penggenangan progresif terjadi.b) 22
derajat (diukur dari tegak lurus) dalam hal terjadi penggenangan serentak 2 atau lebih
kompartemen yang berdampingan.3 . D a l a m m e m p e r h i t u n g k a n m o m e n
p e n e g a k h a r u s m e m p e r t i m b a n g k a n kemiringan terbesar pada saat:a.
Berkumpulnya semua penumpang pada satu sisib. Penurunan semua survival craft
yang penuh dimuati pada satu sisi. c. Pengaruh tekanan angin. Dihitung dengan
rumus:

=+

04

dalam keadaan bagaimanapun tidak kurang dari 0,1 meter. Asumsi yang dipakai
dalam menghitung heeling moment• Momen untuk penumpukan
penumpang:1. Empat orang per meter persegi.2. Berat badan tiap penumpang
rata-rata 75 kg.3. Penumpang-penumpang dikelompokkan pada daerah dek yang
tersedia dekat muster station.• Momen karena penurunan sekoci yang penuh
dimuati pada satu sisi:1. Semua sekoci dan rescue boat pada sisi miring
sesudah terjadi kerusakan diasumsikan telah diswing keluar dan penuh dimuati
III -25

2. Life raft yang diturunkan dengan dewi-dewi diasumsikan dalam keadaan diswing
dan penuh dimuati3. Penumpang yang tidak berada dalam alat penolong
yang sudah diswing dianggap tidak menimbulkan pengaruh.4. Sekoci dan rescue
boat serta life raft yang berada di sisi berlawanan dengan sisi kemiringan dianggap
dalam posisi tersimpan.• Moment karena tekanan 25ngina:1. Diasumsikaan
sebesar 120 N/m persegi.2. Mengenai daerah yang berada diatas air.3. Lengan
momen jarak tegak lurus dari titik pada setengah draft pada25ngina25 utuh ke titik
berat dari daerah yang kena 25ngina.

Double Bottom (Dasar Berganda)

1. Di kapal-kapal penumpang:a. Kapal yang panjangnya antara 50 meter


sampai 61 meter dasar berganda sekurang-kurangnya dari kamar
mesin sampai sekat

fore peak

atau sedekat-dekatnya dengan itu.b. Kapal yang panjangnya antara 61 sampai 76


meter dasar berganda sekurang-kurangnya di luar kamar mesin sampai sekat

fore peak

dan

after peak

c. Kapal yang panjangnya 76 meter atau lebih dasar berganda harus


dipasang di pertengahan kapal dan diperpanjang sampai sekat

fore peak

dan

after peak.

2. Di kapal barang selain tanker: Dimana memungkinkan dipasang dari sekat


tubrukan sampai ke sekat

after peak

Akses ke ruangan-ruangan di daerah cargo dari kapal tanker


minyak Aturan ini berlaku untuk tanker yang dibangun pada atau sesudah
1 Oktober 1994.
III -26

1. Akses ke cofferdam, tanki ballast dan tanki muatan serta


ruangan lain dalam daerah cargo harus langsung dari dek terbuka
dan untuk menjamin inspeksi secara lengkap. Akses ke dasar
berganda boleh melalui kamar pompa, deep cofferdam, pipa tunnel
atau kompartemen sejenis berdasarkan pertimbangan aspek ventilasi.2.
Untuk akses melalui bukaan horizontal, palka atau manhole
ukurannya harus mencukupi untuk memungkinkan seseorang
mengenakan alat pernafasan portable dan perlengkapan pelindung untuk
menaiki atau menuruni tangga tanpa halangan dan juga menyediakan bukaan
yang bebas untuk mengangkat orang yang terluka dari dasar ruangan.
Minimum bukaan bebas tidak kurang dari 600 mm X 600 mm.3. Untuk akses
melalui bukaan vertikal atau manhole melalui panjang dan lebar dari r u a n g a n ,
minimum bukaan bebas tidak kurang dari 600 X 800 mm
p a d a ketinggian tidak lebih dari 600 mm dari dasar plat dasar kecuali ada
injakan naik yang tersedia.Konstruksi dan test awal sekat kedap air di kapal
penumpang dan kapal barang• Semua sekat kedap air baik yang
melintang ataupun membujur harus dibangun sedemikian sehingga
sanggup menopang dengan tahanan yang cukup, tekanan yang
disebabkan tinggi maksimum dari air yang mungkin terjadi pada
saat kerusakan sekurang-kurangnya tekanan dari air yang mencapai margin line.•
Penaikan atau penurunan dari sekat harus kedap air dan
mempunyai kekuatan yang sama dengan sekat dimana hal itu terjadi.•
Dimana frame atau beam menembus dek atau sekat kedap air
maka dek dansekat itu harus dibuat kedap air tanpa menggunakan kayu atau
semen.• T e s t i n g d e n g a n c a r a m e n g i s i a i r t i d a k d i w a j i b k a n . B i l a
i n i t i d a k d i l a k s a n a k a n maka test dengan semprotan selang harus
dilaksanakan pada tahap-tahap awal pembangunan.• Forepeak dasar
berganda harus dites dengan air sesuai par.1
III -27

Pintu kedap air

Pada sekat tubrukan di bawah margin line tidak boleh ada bukaan. Pada
sekat melintang yang membatasi ruangan yang diperbolehkan ada bukaan
harus dilengkapi dengan pintu kedap air. Pintu kedap air ada beberapa tipe:a)
Pintu berengsel.b) Pintu digeser (sliding door) baik yang horizontal maupun yang
vertical. baik yang digerakkan dengan tangan atau dengan mesin. Pintu yang
digerakkan dengan mesin ada yang dapat dibuka dan ditutup secara
sentral dan ada yang hanya digerakkan setempat. Pintu yang
digerakkan secara sentral harus dilengkapi dengan alarm dan bisa
dimonitor pergerakannya di sentral.Persyaratan pintu kedap air yang digerakkan
dengan mesin1. Digerakkan secara vertical atau horizontal.2. Lebar
maximum 1,2 meter.3. Dilengkapi dengan penggerak baik listrik,
hidraulik atau cara lain yang diakuiPemerintah.4. Dapat digerakkan
dengan tangan dari kedua sisi dan dapat ditutup dalam waktu tidak lebih dari
90 detik.5. Dilengkapi dengan peralatan kontrol untuk mengoperasikan dari
kedua sisi danuntuk sentral operation dari anjungan.6. Dilengkapi dengan
alarm yang bunyinya berbeda dengan alarm lain yang akan berbunyi
kalau ditutup secara remote 5 sampai 10 detik sebelum bergerak sampai tertutup
secara penuh7. Mempunyai waktu yang sama untuk penutupan, yang
lamanya antara 20 sampai40 detik bila kapal dalam keadaan tegak. Penempatan
sekat tubrukan (collision bulkhead)• Tiap kapal harus dilengkapi dengan sekat
tubrukan (collision bulk head)
l
III -28

• Di kapal-kapal penumpang sekat tubrukan ditempatkan pada jarak


tidak kurang dari 5% panjang kapal dari garis tegak depan (fore
perpendicular) tetapi tidak boleh lebih dari 5% + 3 m dari panjang
kapal.• Di kapal barang sekat tubrukan ditempatkan pada tidak kurang dari
5 % panjang kapal atau 10 meter mana yang kecil dari gari tegak depan.

Informasi stabilitas
• Setiap kapal yang panjangnya 24 meter atau lebih harus diadakan
percobaan stabilitas sebelum kapal dioperasikan.• Nakhoda harus diberikan
informasi mengenai stabilitas yang memungkinkannya dengan cepat dan
mudah untuk menghitung stabilitas kapal pada setiap kondisi
pengoperasian.• Bila kemudian ada perubahan terhadap material yang
mempengaruhi stabilitas maka perlu diberikan perubahan informasi stabilitas.•
Pada interval waktu tertentu tetapi tidak boleh lebih dari 5 tahun harus
disurveykembali mengenai berat kapal kosong. Bila terjadi perubahan lebih
dari 2% atau perubahan titik berat secara membujur lebih dari 1% dari
panjang kapal harus diadakan pencobaan stabilitas ulang.Persyaratan mesin
kemudi utama dan mesin kemudi tambahana. Pengaturan untuk bisa start
secara otomatis apabila listrik menyala kembali sesudah blackout.b. Bisa
dioperasikan dari suatu posisi di anjungan. Dalam keadaan putus
aliranalarm yang bisa didengar dan dilihat harus ada di anjungan.Bila mesin
kemudi utama terdiri dari dua atau lebih sumber kekuatan auxiliary steering
tidak diperlukan dengan ketentuan:a. Di kapal penumpang mesin kemudi
utama masih dapat dioperasikan walaupun salah satu power unit tidak
berfungsi.
III -29

b. Di kapal cargo mesin kemudi utama mampu mengoperasikan kemudi


bila beroperasi dengan semua power unitc. Mesin kemudi utama diatur
bahwa sesudah suatu kerusakan pada sistem pipa atau pada salah
satu power unit kerusakan dapat diisolasi sehingga kemampuan pengemudian dapat
dipertahankan atau dengan cepat dapat pulih.

Pemadam kebakaran
Jens- jenis pemadam kebakaran yang ada di kapal: I. Pemadaman dengan
air.Tiap kapal harus dilengkapi dengan pompa kebakaran yang jumlah dan
kapasitasnya sesuai dengan jenis dan ukuran kapal.1. Jumlah pompa kebakaran.-
Kapal penumpang ukuran GT 4000 atau lebih sekurang-kurangnya 3 buah.-
Kapal penumpang kurang dari GT 4000 minimum 2 buah.- Kapal barang
GT 1000 atau lebih sekurang-kurangnya 2 buah.- Kapal barang kurang dari
GT 1000 terserah Administration.- P e n e m p a t a n P o m p a . Apabila terjadi
kebakaran di suatu kompartemen tidak semua pompa menjadi tak
berfungsi atau harus ada pompa kebakaran darurat di luar kamar mesin
dengan kapasitas 25 m3/jam. Apabila digerakkan dengan diesel harus bisa
dihidupkan pada suhu 0 derajat Celcius dan kapasitas tanki servis cukup untuk
3 jam dan tanki cadangan di luar kamar mesin untuk 15 jam.-
Tekanan pompa Kebakaran.Kapal penumpang.G T . 4 0 0 0
a t a u l e b i h 0 , 3 1 N / m m 2 G T
1 0 0 0 s a m p a i G T 4 0 0 0 0 , 2 7
N / m m 2 K u r a n g d a r i G T 1 0 0 0
T e r s e r a h A d m .
III -30

Kapal barang.G T 6 0 0 0 a t a u l e b i h
0 , 2 7 N / m m 2 G T 1 0 0 0 s a m p a i G T
6 0 0 0 0 , 2 5 N / m m 2 K u r a n g d a r i G T
1 0 0 0 T e r s e r a h A d m 2. Jumlah hidran.Sekurang-
kurangnya dua semprotan air dari hidran selang dapat mencapai setiap
bagian dari kapal..3. Jumlah selang kebakaran.Di kapal penumpang harus ada 1
selang setiap hidranDi kapal barang 1 untuk tiap 30 meter panjang kapal.4.
Nosel.Ukuran standar 12 mm,16 mm dan 19mm. Khusus untuk ruang
akomodasi t i d a k b o l e h l e b i h d a r i 1 2 m m . N o s e l t e r d i r i d a r i t i p e
j e t , s p r a y a t a u d u a l purpose.II. Instalasi gas pemadam1. Carbon dioxida
(Gas Asam Arang)- U n t u k k a p a l b a r a n g j u m l a h C O 2 h a r u s b i s a
m e m b e r i g a s b e b a s s a m a dengan 30% dari volume kotor ruang muat
terbesar.- U n t u k k a m a r m e s i n : 40% volume kotor kamar mesin tidak
termasuk casing.35% volume kotor kamar mesin termasuk casing.Volume gas
bebas dihitung 0,56 M3 per KG. Untuk kamar mesin 85% dari gas
harus bisa dimasukkan dalam waktu 2 menit. Untuk kapal yang dibangun
sesudah 1 Okt.1994 harus ada 2 kontrol, pertama pelepasan dari
botol penyimpanan, kedua membuka kran ke ruangan yang terbakar. Kedua
kontrol ditempatkan dalam box dengan tipe memecahkan kaca..2. Halogenated
hydrocarbon sistem.Hanya digunakan untuk di kamar mesin, kamar pompa dan car
deck.3. Sistem uap.

lkppun s
III -31

Secara umum Admistration tidak akan mengijinkan penggunaan uap untuk


instalasi pemadam kebakaran. Bila diijinkan harus hanya digunakan
sebagai tambahan dari sistem lain yang telah ada.

Bagian C. Instalasi Permesinan

1. Steering Gear • Setiap kapal harus dilengkapi dengan mesin kemudi


utama dan mesin kemudi tambahan (Auxiliary) sehingga apabila
kerusakan pada salah satu tidak mengganggu operasi yang lainnya.•
Persyaratan mesin kemudi utama dan rudder stock:a. Mampu mengemudikan
kapal pada kecepatan maksimumb. Mampu memutar daun kemudi dari 35
derajat kanan ke 35 derajat kiri atau sebaliknya dalam 28 detik.c. Tidak akan
rusak pada keadaan kapal mundur penuh dan kemudi cikar • Persyaratan kemudi
tambahan (auxiliary):a. Cukup kuat untuk mengemudikan kapal pada
kecepatan normal dan dapat segera digunakan dalam keadaan darurat.b .
Mampu memutar kemudi dari 15 derajat kanan ke 15 derajat
k i r i a t a u sebaliknya dalam 60 detik pada sarat terdalam dan mesin
setengah atau 7 knots (mana yang besar)

Bab V : Safety of Navigation

Setiap Nakhoda yang menemui gunung es yang berbahaya bagi


pelayaran, kerangka kapal yang membahayakan atau segala sesuatu yang
menimbulkan bahaya langsung terhadap navigasi, atau tropical storm atau
menemui udara dingin disertai hujan es atau menjumpai angin kencang
mencapai 10 skala Beaufort yang belum disiarkan harus menyiarkan
penemuannya tersebut kepada kapal-kapal yang ada di sekitarnya dan
kepada Pejabat yang berkompeten. Berita yang dikirim boleh dalam bentuk
berita biasa dalam bahasa Inggris atau dalam bentuk kode Internasional.

lkppun s
III -32

Hal-hal yang harus dikirim dalam berita tersebut,1) Es, kerangka dan hal lain yang
merupakan bahaya langsung terhadap Navigasi:a. Bentuk dari es, kerangka atau
bahaya langsung lainnyab. Posisi dari es, kerangka kapal atau bahaya lain ketika
terakhir dijumpai. c. Tanggal dan waktu terakhir terlihat (GMT)2) Tropical storm:a.
Pernyataan bahwa ditemui sebuah tropical storm.b. Jam, tanggal dan posisi kapal
pada waktu menemukan tersebut c. Informasi mengenai tropical storm tersebut:-
pembacaan barometer yang sudah dikoreksi- Kecenderungan barometer
(naik atau turun) selama 3 jam terakhir - -Arah angin, kekuatan angin,
kewadaan laut, alun, haluan dan kecepatan kapal. Apabila dilaporkan
adanya es dekat garis haluan maka Nakhoda pada malam hari harus
berlayar dengan kecepatan sedang atau merubah haluan agar
terbebas dari bahaya itu

Rute-rute kapal

Sistem rute kapal dimaksudkan untuk keselamatan jiwa di laut,


keselamatan dan efisiensi navigasi dan perlindungan lingkungan laut.
Sistem rute direkomendasikan untuk digunakan dan kadang-kadang
diwajibkan untuk semua kapal, kapal-kapal jenis tertentu atau kapal
dengan muatan tertentu. IMO adalah satu-satunya Organisasi yang
berhak untuk membuat petunjuk, kriteria dan peraturan yang
bersifat Internasional mengenai routing system.Penggunaan isyarat
bahaya, kecuali untuk maksud yang menunjukkan bahwa kapal atau orang
berada dalam keadaan bahaya dan penggunaan setiap isyarat yang dapat
III -33

disalahartikan sebagai isyarat tanda bahaya sesuai isyarat bahaya


Internasional dilarang.Setiap Nakhoda kapal yang menerima tanda
bahaya dari kapal lain dan berada dalam posisi yang memungkinkan untuk
memberikan pertolongan harus menuju ke kapal itu dengan kecepatan
penuh untuk memberikan pertolongan dan memberitahukan kepada kapal
itu dan team SAR tentang keberadaannya. Jika kapal yang
menerima isyarat tanda bahaya tidak memungkinkan untuk menolong atau
dalam keadaan khusus merasa tidak beralasan atau tidak perlu untuk menuju
kesana untuk membantu harus mencatat dalam log book alasan mengapa dia
tidak menolong dengan memperhatikan sesuai rekomendasi dari IMO serta
menginformasikan kepada kapal yang akan ditolong tim SAR.Nakhoda kapal yang
dalam keadaan bahaya atau tim SAR yang bersangkutan sesudah berkonsultasi
dengan Nakhoda-Nakhoda kapal yang menjawab isyarat
bahayanya, mempunyai hak untuk meminta satu atau lebih dari kapal-
kapal itu yang memungkinkan untuk lebih cepat menolong. Kapal-kapal
yang diminta harus memenuhi permintaan itu dan berusaha secepat mungkin
menuju ke kapal itu.Nakhoda-Nakhoda kapal-kapal lain yang tidak diminta
oleh kapal yang dalam bahaya terbebas dari tanggung jawab ini dan
bila memungkinkan dikomunikasikan dengan kapal yang telah diminta
dan tim SAR.Nakhoda tidak boleh dihalangi oleh Pemilik kapal,
pencarter atau orang lain dalam m e n g a m b i l k e p u t u s a n
berdasarkan pertimbangan profesional sebagai seorang
Nakhoda yang diperlukan untuk keselamatan kapal terutama dalam keadaan
cuacayang jelek dan laut yang berombak besar.Setiap kapal berukuran GT 150 atau
lebih harus dilengkapi dengan:1. Sebuah kompas magnet standar

lkppun s
III -34

2. Sebuah kompas kemudi manit kecuali bila kompas standar dapat


terbaca oleh juru mudi yang sedang memegang kemudi.3. Alat komunikasi
yang memadai antara standar kompas dengan anjungan.4. Sebuah alat baring yang
bila memungkinkan dapat membaring 360 derajat.Kompas-kompas tersebut harus
selalu dikoreksi dan daftar deviasi terpampang di kamar peta. Harus ada spare
kompas magnet kecuali kapal yang dilengkapi juga dengan gyro kompas.
Pemerintah dapat membebaskan kapal-kapal yang sifat pelayarannya
dianggap tidak memerlukan kompas tsb.Sebuah kapal GT 500 atau lebih harus
dilengkapi dengan gyro kompas yang memenuhi persyaratan berikut:1. Master atau
repeater dapat dibaca dengan jelas oleh pemegang kemudi2. kapal ukuran GT
1600 atau lebih harus ada repeater dan alat baring yang dapat membaring
360 derajat.Kapal-kapal yang dilengkapi dengan kemudi darurat harus ada alat
komunikasi antara anjungan dan tempat kemudi darurat.Kapal-kapal GT 500 atau
lebih yang dibangun pada atau sesudah 1 September 1984 atau kapal
GT 1600 atau lebih yang dibangun sebelum tanggal itu harus
dilengkapi dengan radar dari type yang diakui Pemerintah dan beroperasi pada 9
GHz.Kapal GT 10.000 atau lebih harus dilengkapi dengan 2 set radar salah
satu radar ini harus dioperasikan pada 9GHz. Harus juga tersedia
radar plotting sheet. Sebuah automatic radar plotting harus dipasang pada
kapal-kapal:1. Kapal GT 10.000 yang dibangun pada atau sesudah 1 September
1984.2. Tanker yang dibangun sebelum 1 September 1984 harus dipasang pada:a.
GT 40.000 atau lebih pada 1 Januari 1985b. Antara GT 10.000 dan GT 40.000 1
Januari 1986.3. Kapal yang dibangun sebelum 1 September 1084 yang bukan
tanker:

lkppun s
III -35

a. GT 40.000 atau lebih 1 September 1986. b. GT 20.000 atau lebih 1 September


1987c. GT 15.000 atau lebih tetapi kurang dari GT 20.000 1 September
1988. Automatic radar plotting yang dipasang sebelum 1 September 1984
yang tidak sesuai dengan persyaratan Pemerintah boleh digunakan sampai 1
Januari 1991 Pemerintah dapat memberi kebebasan kepada kapal-kapal yang
menurut pertimbangan Pemerintah tidak perlu dipasang atau kapal-kapal yang
sudah direncanakan tidak beroperasi lagisesudah 2 tahun yang akan
datang.Kapal-kapal GT 1600 atau lebih yang dibangun sesudah 25 Mei
1980 haru dilengkapi dengan echo sounder.Kapal-kapal GT 500 yang dibangun
sesudah 1 September 1984 harus dilengkapi dengan alat penunjuk kecepatan
dan jarak. Kapal yang dilengkapi dengan Arpa alat tersebut harus
dihubungkan dengan Arpa.Kapal GT 1600 yang dibangun sebelum 1
September 1984 atau kapal GT 500 yang dibangun sesudah 1 September
1984 harus dilengkapi dengan rudder angel dan RPM indikator.K a p a l G T
100.000 atau lebih yang dibangun sesudah 1 September
1 9 8 4 h a r u s dilengkapi alat penunjuk kecepatan berputar Kapal GT 1600 atau
lebih harus dilengkapi dengan RDF.Sampai 1 Februari 1999 kapal GT 1600 atau
lebih sampai 25 Mei 1980 harus dilengkapi dengan perlengkapan radio homing pada
frekwensi mara bahaya teleponi.S e m u a p e r l e n g k a p a n y a n g
dipasang harus sesuai dengan type yang
d i a k u i Pemerintah.

lkppun s
III -36

Kapal pusher yang disertai dengan kapal yang didorong dalam


penentuan tonnase dianggap sebagai sebuah kapal dalam memenuhi
persyaratan aturan ini.

Manning

Negara bendera dari sebuah kapal harus mempertahankan, atau jika perlu
mengadopsi langkah-langkah untuk menjamin bahwa kapal-kapal diawaki dengan
cukup.Kapal harus dilengkapi dengan Safe Manning Certificate sebagai
bukti bahwa kapal mereka telah diawaki sesuai dengan persyaratan.Di kapal-
kapal penumpang untuk menjamin performance dari crew dalam masalah
keselamatan harus ditetapkan bahasa kerja di kapal itu dan
dimasukkan dalam log book. Port State Control Officer akan
memeriksa apakah crew list sesuai dengan Minimum Safe Manning
Certificate.

Steering gear

Di darah-daerah dimana navigasi memerlukan kewaspadaan


khusus, kapal harus menggunakan 2 power unit untuk steering gear bila dapat
dioperasikan secara bersama-sama.

Testing dan Drill

Dalam waktu 12 jam sebelum berangkat peralatan kemudi harus diperiksa


dan dicoba oleh crew dimana bila memungkinkan operasi dari hal-hal berikut:1.
Perangkat kemudi utama2. Perangkat kemudi tambahan3. Remote steering gear
control system4. Posisi kemudi yang di anjungan

lkppun s
III -37

5. Emergency power supply6. Kedudukan penunjukan sudut kemudi di anjungan


dan di kamar mesin kemudi7. Alarm atas gangguan power supply untuk steering
gear 8. Alarm untuk kegagalan remote steering gear system9. Alat-alat
otomatis10.Gerakan penuh dari daun kemudi sesuai kemampuan
kemudi11.Melihat secara visual sistem kemudi dan hubungannya12.Alat-alat
komunikasi antara anjungan dan kamar mesin kemudiInstruksi cara
pengoperasian yang simpel dengan blok diagram yang memperlihatkan
cara pemindahan untuk sistem remote dan power unit harus tersedia di anjungan
dan di ruang mesin kemudi.Semua Perwira yang terlibat dengan pengoperasian dan
perawatan kemudi harus betul-betul familiar dengan pemindahan dari sistem yang
satu ke sistem yang lain.Disamping pengecekan secara rutin di atas sekurang-
kurangnya sekali tiga bulan harus diadakan latihan penggunaan kemudi
darurat. Latihan ini termasuk pengawasan langsung ke ruang kemudi,
prosedur komunikasi dengan anjungan.Kapal yang melayari pelayaran
yang tetap boleh tidak melaksanakan test 12 jam sebelum berangkat
tetapi sebagai gantinya harus diadakan pengecekan setiap minggu.
Tanggal pengecekan kemudi dan latihan penggunaan kemudi
darurat harus dicatat dalam log book.

Nautical Publication

Setiap kapal harus membawa peta-peta yang up to date dan sailing


direction, daftar suar, NTM, tabel-tabel pasang surut dan buku-buku lain yang
diperlukan untuk pelayaran itu. Setiap kapal harus membawa International
code of Signal and IAMSAR Manual.

lkppun s
III -38

Semua kapal yang dilengkapi dengan instalasi radio harus membawa


InternationalCode of Signal.Semua kapal harus membawa copy terbaru dari
Vol. III dari International Aeronautical and Maritime Search and Rescue
(IAMSAR) Manual.

Referensi:

http://www.imo.org

International Maritime Organization (IMO), Safety of Life at Sea (SOLAS)

United Nation, United Nation Law of the Sea Convention (UNCLOS) 1982

Sanusi Setrodjijo, (2010), “SOLAS, the International Convention for the Safety
Of Life At Sea, 1974”.

SK. Dirjen Hubla NO: PY.67/1/6-96 tgl.12 Juli 1996

SOLAS 1974 Chapter IX: “Management for the safe operation of ships”Evaluasi
Pembelajaran1. Tugas individu membaca dan mendalami aturan SOLAS2. Tugas
kelompok membuat resume solas BAB per BAB dan membuat analis
implementasi aturan pada bidang yang terkait.3. Pengayaan materi dengan
berdiskusi kelompok.

lkppun s
I V - 1

B A B I V INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT CODE (ISM CODE)

Sasaran Pembelajaran

Kemampuan mahasiswa dalam memahami peraturan keselamatan maritim


internasional dalam upaya pencegahan kecelakaan kapal, memahami kode
manajemen operasional kapal, memahami implementasi kode, dan mampu
mengintegrasikan dalam organisasi manajemen perusahaan perkapalan

Pertemuan/Metode PembelajaranPertemuan ke V dan VII1. Kuliah2. Mendiskusikan


dengan kasus dalam negeri yang relevan dengan topik yang dibahas dalam topik
perkuliahanUraian Bahan Pembelajaran
IV.1. Latar Belakang

ISM Code adalah suatu koda (petunjuk rinci) tentang manajemen


internasional untuk mengoperasikan kapal dengan aman dan perlindungan
terhadap lingkungan.ISM Code bukanlah ketentuan yang bisa menjamin tidak
terjadinya kecelakaan laut. Akan tetapi, ISM Code lebih pada membantu
dalam memperkecil atau mengurangi k e c e l a k a a n d a n p e n c e m a r a n
laut dengan diberlakukan ketentuan-ketentuan
Internasional mengenai manajemen untuk keselamatan
pengoperasian kapal dan pencegahan polusi di laut. Sedangkan
sertifikasi untuk ISM Code sendiri ada 2, yaitu DOC (Document of
Compliance) adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
perusahaan pelayaran yang telah memenuhi persyaratan ISM Code. Dan
SMC (Safety Management Certificate) adalah dokumen yang dikeluarkan
oleh pemerintah untuk kapal apabila perusahaan dan kapal tersebut telah
memenuhi persyaratan ISM Code.

lkppun s
I V - 2

Beberapa peristiwa yang melatarbelakangi ISM Code secara garis besar


diuraikan sebagai berikut:

Kecelakaan kapal, ±80 % akibat kesalahan manusia (human error) karena


kesalahan manajemen


Tenggelamnya Ro-Ro ferry MV. Herald of Free Enterprise, Belgia
tanggal 6 maret 1987, korban jiwa 188 orang (150 penumpang dan 38 ABK),
akibat suatu k e g a g a l a n m a n a j e m e n ( M r . J u s t i c e S h e e n ) , B o w
D o o r t i d a k t e r t u t u p d a n beberapa menit setelah meninggalkan dermaga.

Tenggelamnya MT. Torrey Canyon di perairan Inggris, 120.000 ton minyak mentah
tumpah.

Tenggelamnya kapal Ro-Ro Ferry MV. Estonia, 850 jiwa hilang.

Tenggelamnya KMP Gurita, tanggal 19 Januari 1996.

Tahun 1987, Resolusi A.596(15), Guideline concerning shipboard and


shore based management to ensure the safe operation of RO-RO passenger
ferries.

Oktober 1989, Guidelines on Management for the Safe Operation of Ships


and for Pollution Prevention, diadopsi IMO dengan resolution A.647(16),
pada sidang ke 16,

Tahun 1993, Resolusi A.741 (18) tanggal 4 Nopember 1993, International


Management Code for the Safe Operation of Ships and for Pollution
Prevention (the ISM Code).

Tahun 1998, the ISM Code became mandatory.Kapal/industri adalah sebuah


industri dimana banyak pihak yang terlibat seperti:

Owner kapal (Keselamatan dan Administrasi)

Biro klasifikasi (perangkat aturan yang dijalankan)

Nahkoda dan para ABK (keselamatan kapal dan ABKnya)

Pihak asuransi (keselamatan kapal dan klien)

Pemerintah, penyediaan fasilitas pelabuhan

lkppun s
I V - 3

Galangan

DllHal ini juga sekaligus mencerminkan ada berbagai kepentingan


di dalamnya. Tetapi ada 2 kepentingan yang paling dominan yakni aspek
ekonomi dan keselamatan.Celakanya Analisis statistik menunjukkan bahwa
80% kecelakaan karena, kesalahan m a n u s i a ( h u m a n e r r o r )
artinya perbuatan dan kelalaian manusia mengambil
bagian/porsi yang sangat besar dalam total kecelakaan kapal yang terjadi.
Sehingga tidak heran pengoperasian kapal diatur dan dijejali
dengan berbagai peraturan dan k o n v e n s i d a r i s e g a l a a s p e k
d i m a n a s e m u a n y a m e r u p a k a n h a s i l p e n g e m b a n g a n peraturan
nasional maupun internasional.Sebagaimana di atas bahwa peraturan-
peraturan yang mengatur keselamatan dan perlindungan lingkungan sudah
sedemikian maju melalui serangkaian tahapan-tahapan yang saling
berhubungan.

Tahapan pertamaDimana tahapan ini sangat mendasar dan


menfokuskan pada konsekuensi kegagalan keselamatan, baik secara
personil maupun kerusakan terhadap kapal, muatan kapal, maupun pencemaran
lingkungan.

Tahapan kedua (sifatnya eksternal)Selangkah lebih maju dari tahapan


pertama, dimana tahapan ini didesain untuk m e m e c a h k a n t i t i k - t i t i k
bahaya yang diketahui sebelum terjadi kecelakaan
sesungguhnya.T a h a p a n - t a h a p a n i n i m e l i b a t k a n p e r a t u r a n
k e s e l a m a t a n , d i m a n a i n d u s t r i perkapalan diberikan perangkat-
perangkat peraturan yang wajib diikuti. Seperti SOLAS 1974, MARPOL
1973/1978, LL1966 dan STCW 1986.

lkppun s
I V - 4

Kesemuanya di RATIFIKASI menjadi peraturan nasional sebuah


negara. Kendala yang paling dominan adalah penyediaan sarana dan prasarana
untuk mencapai keselamatan.

Tahapan ketigaTahapan yang paling maju karena sudah merupakan


penciptaan dari suatu budaya pengaturan sendiri akan keselamatan.
Peraturan dalam tahapan ini m e l e b i h i k r i t e r i a p e m e n u h a n
e k s t e r n a l . T a h a p a n i n i m e m u s a t k a n p a d a manajemen internal
dan organisasi untuk keselamatan dan target-target kinerja untuk keselamatan.

Legalitas ISM Code

Resolusi IMO A.741(18) & amendment MSC.104(73)

SOLAS 1974 Chapter IX

SK. Dirjen Perhubungan Laut NO: PY.67/1/6-96 tgl.12 Juli 1996

Tujuan ISM Code

Menyediakan praktek kerja yang aman dalam pengoperasian kapal dan


lingkungan kerja yang aman.

Membangun perlindungan terhadap semua resiko yang teridentifikasi.

Terus meningkatkan keterampilan

Safety Management Skill

(sistem manajemen keselamatan) tiap-tiap personil kapal, termasuk dalam


hal bersiaga menghadapi keadaan darurat terkait keselamatan dan perlindungan
lingkungan.

Penerapan ISM Code


Penerapan dan pemenuhan ISM Code ini diberlakukan secara
internasional dengan jadwal sebagai berikut:

lkppun s
I V - 5

T a n g g a l U k u r a n d a n
T i p e K a p a l 01 Juli 1998

Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang dan Kapal PenumpangKecepatan Tinggi

GT


500 untuk Kapal Tangki Minyak, Kapal Tangki Bahan Kimia, Kapal Tangki Gas Cair,
Kapal Muatan Curah, Kapal Barang Kecepatan Tinggi01 Juli 2002

GT

500 untuk Kapal Barang lainnya dan Mobile Offshore DrillingUnit


(MODU)Pemerintah Indonesia yang meratifikasi Koda tersebut,
menetapkan penjadwalan penerapan ISM Code bagi kapal-kapal
berbendera Indonesia yang beroperasi secara internasional sesuai dengan
jadwal tersebut di atas dan bagi yang beroperasi secara domestik
diberlakukan sebagai berikut:T a n g g a l
U k u r a n d a n T i p e
K a p a l 01 Juli 1998

Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang, Kapal PenumpangPenyeberangan dan


Kapal Penumpang Kecepatan Tinggi

GT

300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry)

GT


500 untuk Kapal Tangki Kimia dan Kapal Cargo KecepatanTinggi01 Juli 1999

GT

500 untuk Kapal Tangki lainnya dan Kapal Tangki Gas Cair 01 Juli 2000

GT

500 untuk Kapal Muatan Curah01 Juli 2002

100 <= GT < 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry)

GT

500 untuk Kapal Peti Kemas01 Juli 2003

GT

500 untuk Mobile Offshore Drilling Unit (MODU)01 Juli 2004

GT

500 untuk Kapal Barang Lainnya01 Juli 2006

150 <= GT < 500 untuk Kapal Tangki Kimia, Kapal Tangki GasCair dan Kapal
Barang Kecepatan Tinggi

lkppun s
I V - 6

Sesuai dengan persyaratan ISM Code, semua perusahaan yang m e m i l i k i


a t a u m e n g o p e r a s i k a n k a p a l - k a p a l s e s u a i d e n g a n penjadwalan
di atas, harus menetapkan Sistem Manajemen Keselamatan untuk
perusahaan dan kapalnya dalam rangka m e n j a m i n o p e r a s i o n a l
kapal dengan aman. Persyaratan tersebut, meliputi
m e n d o k u m e n t a s i k a n , m e n e r a p k a n d a n mempertahankan
sistem manajemen keselamatan yang pada akhirnya akan diverifikasi oleh
Pemerintah atau organisasi yang diakui (Recognized
Organization/RO) dalam rangka penerbitan sertifikat setelah dipenuhinya
semua persyaratan ISM Code.Perusahaan (Company) yang telah memenuhi
persyaratan akan diterbitkan Dokumen Kesesuaian atau Document of
Compliance (DOC) dan setiap kapal yang telah memenuhi persyaratan akan
diterbitkan Sertifikat Manajemen Keselamatan atau Safety Management
Certificate (SMC). Baik DOC maupun SMC masa berlakunya 5
tahun. Perusahaan dan kapalnya yang tidak dapat memenuhi
persyaratan ISM Code akan menghadapi kesulitan dalam
operasionalnya, baik diperairan internasional maupun domestik.BKI sebagai
Organisasi yang diakui (RO) oleh Pemerintah Indonesia telah ditunjuk atas
nama Pemerintah untuk melaksanakan approval, verifikasi dan
menerbitkan sertifikat DOC & SMC Interim atau short term. Sedangkan
sertifikat permanen akan diterbitkan oleh Pemerintah cq Ditjen
Perhubungan Laut. Data perusahaan dan kapal yang telah disertifikasi
akan didaftarkan dan dipublikasikan dalam Buku Register ISM Code oleh
BKI.Prosedur untuk mendapatkan sertifikat DOC - ISM Code sebagai berikut:


Menyerahkan form aplikasi dengan dilampirkan manual Sistem Manajemen
Keselamatan kepada BKI Kantor Pusat cq Divisi Statutoria atau Kantor
Cabang BKI terdekat.

BKI akan melakukan approval atas manual Sistem Manajemen


Keselamatan. Apabila ada kekurangan, maka manual
akandikembalikanuntuk diperbaiki.

lkppun s
I V - 7

Apabila manual Sistem Manajemen Keselamatan telah memenuhi syarat,


maka dilakukan Verifikasi Awal (Initial Verification) ke kantor perusahaan
pemohon untuk diperiksa kesesuaian antara manual dengan
penerapannya. Untuk ini, BKI akan mengirimkan auditor yang kompeten
untuk memeriksa penerapan sistem di perusahaan.

Jika memenuhi syarat, maka BKI akan menerbitkan Laporan Audit dan
SertifikatDOC sementara yang berlaku 5 bulan.

Untuk penerbitan DOC permanen dari Pemerintah, BKI akan


mengurus penerbitannya setelah semua ketidak-sesuaian yang ditemukan saat
verifikasi sudah diperbaiki dan dilaporkan ke BKI.Prosedur untuk mendapatkan
sertifikat SMC - ISM Code sebagai berikut:

Kapal harus dioperasikan/dikelola oleh perusahaan yang telah memiliki


sertifikatDOC.

Menyerahkan form aplikasi dengan dilampirkan salinan DOC kepada BKI


Kantor Pusat cq Divisi Statutoria atau Kantor Cabang BKI terdekat.

BKI akan menunjuk auditor yang kompeten untuk melakukan


verifikasi diatas kapal untuk diperiksa kesesuaian persyaratan ISM Code diatas
kapal.

Jika memenuhi syarat, maka BKI akan menerbitkan Laporan Audit dan
SertifikatSMC sementara yang berlaku 5 bulan.

Untuk penerbitan SMC permanen dari Pemerintah, BKI akan


mengurus penerbitannya setelah semua ketidak-sesuaian yang ditemukan saat
verifikasi sudah diperbaiki dan dilaporkan ke BKI.S e t e l a h m e n d a p a t k a n
sertifikat, baik DOC atau SMC, maka ada kewajiban dari
Perusahaan dan kapalnya untuk mempertahankan
s e r t i f i k a t t e r s e b u t d e n g a n mengajukan permohonan verifikasi periodik
kepada BKI dengan jadwal sebagai berikut:

lkppun s
I V - 8

S e r t i f i k a t V e r i f i k a s i
P e r i o d i k DOC

Verifikasi Tahunan (Annual Verification), setiap tahun dengan masapengajuan antara


3 bulan sebelum s/d 3 bulan sesudah dari ulang tahun sertifikat.


Verifikasi Pembaruan (Renewal Verification), pada tahun ke 5 denganmasa
pengajuan 6 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat.SMC

Verifikasi Antara (Intermediate Verification), dengan masa pengajuanantara tahun ke


2 hingga tahun ke 3 dari ulang tahun sertifikat.

Verifikasi Pembaruan (Renewal Verification), pada tahun ke 5 dengan masa


pengajuan 6 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat.Selain itu, BKI juga
diberi otorisasi untuk menerbitkan sertifikat DOC atau SMC Interim yang
ditujukan bagi perusahaan atau kapal dengan kondisi sebagai berikut:

Perusahaan yang baru didirikan.

Tipe Kapal baru ditambahkan pada dokumen DOC yang sudah ada.

Kapal yang baru selesai dibangun.

Kapal yang baru bergabung dengan perusahaan.

Kapal baru berganti bendera kapal.Persyaratan untuk mendapatkan DOC/SMC


Interim adalah:


Telah memiliki manual Sistem Manajemen Keselamatan sesuai
persyaratan ISM Code.

Memiliki jadwal implementasi selama masa berlakunya DOC/SMC Interim.

Keuntungan ISM Code

1. Dapat menurunkan angka kecelakaan manusia, kerusakan lingkungan dan


kerugian harta benda.2. Peningkatan kesadaran akan keselamatan dan
keterampilan personel tentangSMS.

lkppun s
I V - 9

3. Pembentukan budaya keselamatan (safety


c u l t u r e ) y a n g m e n d o r o n g peningkatan secara terus menerus.4.
Kepercayaan pelanggan/klien lebih besar.5. Meningkatkan ketahanan mental
perusahaan.6. Penghematan biaya dari peningkatan efisiensi dan produktifitas.7.
Premi asuransi yang relatif menguntungkan di pasaran.8. Meminimalkan tuntutan
asuransi yang tinggi dalam hal kecelakaan kapal yang besar di
lautKesuksesan penerapan ISM Code tergantung dari:1. Komitmen dari Top
Manajemen2. Safety Management System yang efektif 3. Peran serta semua
personil perusahaan dan kapal4. Sumber daya manusia5. Material dan fasilitas6.
Lingkungan kerjaEfektivitas dari system manajemen keselamatan dalam
memastikan pemenuhan akan persyaratan-persyaratan yang diwajibkan,
harus menjadi salah satu kriteria yang digunakan Auditor ketika menguji
Sistem manajemen Keselamatan yang dibuat oleh perusahaan apakah itu
memenuhi ISM code. Auditor harus dapat meneliti prosedur-prosedur dan
instruksi-instruksi yang m e n e t a p k a n p r o s e s - p r o s e s y a n g
m e m a s t i k a n p e m e n u h a n a k a n p e r s y a r a t a n - persyaratan yang
diwajibkan (dalam hal ini yaitu ISM Code).Perusahaan bertanggung jawab untuk
memelihara berlakunya sertifikat-sertifikat dan dokumen-dokumen yang
diperlukan untuk mengopersikan kapal sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang terkait (Relevant rules and regulation).

lkppun s
I V - 1 0

Tidak memadainya kinerja menunjukkan bahwa elemen-elemen sistem


manajemen keselamatan yang disyaratkan oleh ISM Code kurang atau tidak
berfungsi secara efektif.

IV.2. Persyaratan Manajemen Keselamatan

Perusahaan dan kapal harus melaksanakan persyaratan-persyaratan ISM


Code. Kapal harus dioperasikan oleh perusahaan yang memiliki DOC,
sebagaimana dicantumkan dalam peraturan 4.
Sertifikasi

DOC diberikan kepada perusahaan yang telah memenuhi


persyaratan ISM Code. Dokumen ini diterbitkan oleh pemerintah, organisasi
yang diberi kewenangan, atau atas permintaan pemerintah kepada negara
anggota lain. Salinan DOC harus ada di kapal, s e h i n g g a N a k h o d a
dapat menunjukkan kepada petugas yang

melakukan pemerikasaan. Sebuah sertifikat yang disebut SMC, diberikan


kepada setiap kapal oleh Pemerintah atau suatu organisasi yang diberi
wewenang oleh Pemerintah. Pemerintah a t a u o r g a n i s a s i t e r s e b u t
sebelum menerbitkan SMC harus memeriksa apakah
perusahaan dan manajemen di darat dijalankan menurut
s i s t e m m a n a j e m e n keselamatan yang telah disetujui.

Pemeliharaan Kondisi

Sistem Manajemen Keselamatan harus dipelihara sesuai dengan


ketentuan-ketentuanISM Code.

lkppun s
I V - 1 1

Verifikasi dan Pengawasan

Pemerintah, negara anggota lain atas permintaan Pemerintah, atau lembaga yang
diberi wewenang, secara berkala harus melakukan pemeriksaan
fungsi-fungsi dari sistem manajemen keselamatan di kapal).B e r k a i t a n
dengan ketentuan paragrap 3 dari peraturan ini, sebuah
k a p a l y a n g diharuskan memiliki sertifikat yang diterbitkan sesuai
dengan ketentuan 4.3, harus diperiksa sesuai dengan ketentuan peraturan
XI/4. Untuk keperluan inisertifikat tersebut harus ditangani sebagai sertifikat
yang diterbitkan sesuai ketentuan peraturan 1/12 dan1/13).Jika terjadi
pergantian bendera atau perusahaan, pengaturan transisi tertentu harus
dibuat, sesuai dengan petunjuk yang dibuat oleh IMO.

Maksud:

Memberikan standar internasional untuk manajemen keselamatan & pengoperasian


kapal, dan pencegahan pencemaran

Dewan:

Mengadopsi resolusi A.443(XI), mengajak semua pemerintah


mengambil langkah-langkah untuk memberikan dukungan kepada
para Nakhoda dalam melaksanakan kewajibannya berkaitan dengan
keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan juga mengadopsi resolusi
A.680(17), memahami perlunya organisasi manajemen yang sesuai untuk
merespon kebutuhan kapal untuk menjaga standard keselamatan
dan pencegahan pencemaran

lkppun s
I V - 1 2

Memahami:

Tidak ada dua buah perusahaan yang sama, dan kapal-kapal dioperasikan pada
kondisi yang berbeda-beda, ISM Code didasarkan pada prinsip-
prinsip dan tujuan umum.ISM Code dibuat dalam bentuk umum,
sehingga dapat diterapkan secara luas. Setiap tingkat manajemen, di darat
maupun di kapal, membutuhkan tingkat pengetahuan yang berbeda-
beda.L a n d a s a n u n t u k m e l a k s a n a k a n m a n a j e m e n
k e s e l a m a t a n a d a l a h t e k a t , n i a t (commitment) pimpinan puncak.
Dalam hal keselamatan dan pencegahan pencemaran, diperlukan juga
motivasi, kepedulian, kompetensi setiap individu

I V . 3 . E l e m e n y a n g D i a t u r d a l a m I S M C o d e BAGIAN A:
IMPLEMENTASI

1 . U m u m 1.1.Definitions (Definisi)1.1.1. ISM Code adalah ketentuan


Internasional tentang manajemen untuk:

pengoperasian kapal secara aman;

pencegahan pencemaran;

dapat diubah (amended) oleh IMO.1.1.2. Company (Perusahaan):

pemilik/pengusaha atau pencarter kapal secara "bareboat";

lkppun s
I V - 1 3

bertanggung jawab atas pengoperasian kapal, berarti setuju menerima tanggung


jawab yang timbul.1.1.3. Administration (Pemerintah):

pemerintah suatu negara yang benderanya dikibarkan di kapal.1.1.4. Safety


Management System (Sistem Manajemen Keselamatan)

-
sistem terstruktur dan terdokumentasi;

dengan sistem ini semua personil di perusahaan dan di kapal dapat


melaksanakan secara efektif kebijakan keselamatan dan
p e r l i n d u n g a n lingkungan.1.1.5. Document of Compliance - DOC
(Dokumen Kesesuaian)

dokumen (sertifikat) yang diberikan kepada


p e r u s a h a a n y a n g t e l a h melaksanakan persyaratan-persyaratan ISM
Code.1.1.6. Safety Management Certificate - SMC (Sertifikat Manajemen
Keselamatan)

sertifikat yang diberikan kepada kapal menunjukkan bahwa perusahaan


dan m a n a j e m e n k a p a l d i l a k s a n a k a n s e s u a i d e n g a n
s i s t e m m a n a j e m e n keselamatan yang telah disetujui (approved).1.1.7.
Objective Evidence (Bukti Objektif)

sejumlah informasi tertulis atau pernyataan tentang suatu fakta berkaitan dengan
keselamatan atau pelaksanaan sistem keselamatan

didapat berdasarkan observasi, penilaian atau pengujian/pertanyaan.1.1.8.


Observation (Observasi)

catatan suatu fakta


-

dibuat pada waktu dilakukan audit, dikuatkan oleh bukti objektif

lkppun s
I V - 1 4

1.1.9. Non Coformity (Ketidak Sesuaian)

situasi yang diamati berdasarkan bukti objektif

menunjukkan tidak dipenuhinya sesuatu persyaratan1.1.10.Major Non


Conformity (Ketidak Sesuaian Besar)

-
penyimpangan yang menimbulkan ancaman serius thd keselamatan manusia atau
kapal

ancaman serius terhadap lingkungan

pelaksanaan ketentuan ISM Code yang tidak sistematis dan tidak


efektif 1.1.11.Anniversary Date (Ulang Tahun)

hari dan bulan setiap tahun berkaitan dengan berakhirnya sesuatu


dokumen1.1.12.Convention (Konvensi)

SOLAS 1974 as amended1.2.Objectives (Sasaran)1.2.1. Sasaran

menjamin keselamatan di kapal;

mencegah kecelakaan dan korban jiwa;

mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan laut dan kerusakan


harta benda.1.2.2. Sasaran manajemen keselamatan di perusahaan antara lain:

terlaksananya pengopersian kapal secara aman;

-
memberikan lingkungan kerja yang aman;

menetapkan langkah-langkah pencegahan terhadap setiap resiko yang dapat di


identifikasi;

meningkatkan terus-menerus keterampilan para


p e r s o n i l d a l a m h a l manajemen keselamatan, di darat dan di kapal;

lkppun s
I V - 1 5

meningkatkan kesiapan menghadapi keadaan darurat, sehubungan


dengankeselamatan dan perlindungan lingkungan.1.2.3. Safety Management
System, harus menjamin:

dipenuhinya aturan-aturan yang wajib dilaksanakan

-
mempertimbangkan ketentuan-ketentuan, petunjuk-petunjuk,
standard-s t a n d a r y a n g d i a n j u r k a n o l e h I M O , P e m e r i n t a h ,
B i r o K l a s i f i k a s i d a n organisasi- organisasi maritim.1.3.Application
(Penerapan)ISM Code dapat diterapkan pada setiap kapal.1 . 4 . F u n c t i o n a l
Requirements for Safety Management System
( P e r s y a r a t a n - Persyaratan Fungsional untuk Sistem Manajemen
Keselamatan)Setiap perusahaan harus menyusun, menerapkan dan
memelihara suatu Sistem Manajemen Keselamatan (SMK =
SAFETY MANAGEMENT SYSTEM/ SMS), yang memasukkan ke
dalamnya beberapa ketentuan berikut ini:1. kebijakan keselamatan dan perlindungan
lingkungan;2. petunjuk-petunjuk dan prosedur-prosedur untuk menjamin
pengopersian kapal secara aman dan perlindungan lingkungan yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan internasional dan negara
bendera;3. tingkat kewenangan dan jalur-jalur komunikasi di darat dan di
atas kapal, serta antara darat dan kapal;4. prosedur pelaporan kejadian dan
ketidak sesuaian terhadap ketentuan-ketentuanISM Code;5. prosedur untuk
menyiapkan dan merespon keadaan darurat;6. prosedur internal audit dan tinjauan
manajemen.2 . S a f e t y a n d E n v i r o n m e n t a l P r o t e c t i o n P o l i c y
( K e b i j a k a n K e s e l a m a t a n d a n Perlindungan Lingkungan)

lkppun s
I V - 1 6

2.1.Membuat kebijakan:Perusahaan harus membuat kebijakan


keselamatan dan perlindungn lingkungan yang menggambarkan
bagaimana sasaran-sasaran dalam elemen 1.2 (objectives), akan
dicapai.2.2.Pelaksanaan kebijakan:Perusahaan harus menjamin bahwa
kebijakan dilaksanakan dan dipelihara pada setiap tingkat di dalam organisasi kapal
maupun darat3. Company Responsibilities and Authority (Tanggung Jawab
dan KewenanganPerusahaan)3.1.Jika yang bertanggung jawab terhadap
pengoperasian kapal adalah bukan pemilik(telah dilimpahkan kepada pihak
lain):

pemilik harus melaporkan nama lengkap dan data dari pihak yang
menerima tanggung jawab tersebut;3.2.Perusahaan harus menentukan dan
mendokumentasikan:

tanggung jawab;

kewenangan;

hubungan;Setiap personil yang mengatur (para manajer), melaksanakan


(para pelaksana) dan memeriksa pekerjaan (para pengawas) yang
berkaitan dengan dan berpengaruh terhadap keselamatan dan
pencegahan pencemaran;3.3.Perusahaan bertanggung jawab untuk
menjamin:

tersedianya sumber daya secara cukup;

tersedianya dukungan/bantuan, agar DPA dapat menjalankan tugasnya


dengan baik.

lkppun s
I V - 1 7

4. Designated Person(s) (Orang yang Ditunjuk)Perusahaan harus


menunjuk seorang atau beberapa orang sebagai DPA, untuk
menjamin agar pengoperasian Kapal secara aman dan membuat jalur hubungan
antara darat dan kapal:

diberi akses langsung ke puncak pimpinan;

-
mempunyai kewajiban dan kewenangan memantau pengoperasian
setiap kapal dalam aspek keselamatan dan pencegahan pencemaran;

menjamin bahwa sumber daya dan bantuan dari darat diberikan sesuai
kebutuhan.5. Master's Responsibility and Authority (Tanggung Jawab
dan KewenanganNakhoda)5 . 1 . P e r u s a h a a n h a r u s m e n e t a p k a n
d a n m e n d o k u m e n t a s i k a n t a n g g u n g j a w a b Nakhoda, berkaitan
dengan:1. implementasi kebijakan perusahaan dalam hal keselamatan dan
perlindungan lingkungan;2. memotivasi ABK (anak buah kapal) untuk memahami
kebijakan tsb;3. memberikan perintah dan petunjuk secara jelas dan sederhana;4.
memeriksa apakah persyaratan-persyaratan khusus telah dicermati;5. tinjauan ulang
(review) SMS yang berlaku dan melaporkan penyimpangan penyimpangan yang
terjadi kepada manajemen di darat.5.2.Perusahaan harus menjamin bahwa SMS
yang dilaksanakan di kapal:

berisi ketentuan yang jelas, menekankan kewenangan-


k e w e n a n g a n Nakhoda;

menetapkan kewenangan lebih (overriding) Nakhoda dan tanggung


jawab untuk mengambil keputusan berkaitan dengan keselamatan dan
pencegahan pencemaran;

lkppun s
I V - 1 8

Nakhoda dapat meminta bantuan yang diperlukan dari perusahaan6. Resources


and Personnel (Sumber Daya dan Personil)6.1.Perusahaan harus menjamin
bahwa Nakhoda:1. benar-benar mampu (properly qualified) untuk memimpin
kapal;2. memahami sepenuhnya Safety Management System (SMS) perusahaan;3.
diberi dukungan secukupnya, sehingga tugas-tugas Nakhoda dapat
terlaksana dengan baik.6.2.Perusahaan harus menjamin bahwa setiap kapal
diawaki oleh pelaut-pelaut:
-

qualified (mampu & kompeten);

memiliki sertifikat yang sesuai;

sehat;Sesuai dengan persyaratan nasional dan internasional.6.3.Perusahaan harus


membuat prosedur untuk menjamin:

setiap personil baru;

personil yang dipindah ke bagian baru; berkaitan dengan keselamatan dan


perlindungan lingkungan, harus diberikan:1. pengenalan (familiarization), tentang
tugas-tugasnya yang baru;2 . i n s t r u k s i - i n s t r u k s i s e r t a p e t u n j u k -
p e t u n j u k s e b e l u m b e r l a y a r , d a n didokumentasikan.6.4.Perusahaan
harus menjamin bahwa setiap personil yang terlibat SMS memahami:

peraturan-peraturan;

ketentuan-ketentuan;

persyaratan-persyaratan;

-
petunjuk-petunjuk;yang terkait dengan SMS dan dengan setiap kegiatan.

lkppun s
I V - 1 9

6.5.Perusahaan harus membuat prosedur:

untuk mengidentifikasi pelatihan yang mungkin diperlukan untuk


menunjangSMS;

pelatihan tersebut diberikan kepada semua personil terkait.6.6.Perusahaan harus


membuat prosedur untuk memberikan:informasi kepada setiap awak kapal
tentang SMS dalam bahasa yang mudah dimengerti.6.7.Perusahaan harus
menjamin:

awak kapal mampu berkomunikasi secara efektif dalam melaksanakan SMS.7.


Development of Plan for Shipboard Operation (Pembuatan Rencana
PengoperasianKapal)Perusahaan harus membuat prosedur:

untuk menyiapkan rencana dan petunjuk-petunjuk; termasuk checklist


yang diperlukan;

sebagai pedoman utama dalam pengoperasian kapal;

penugasan-penugasan ditentukan bagi personil-personil.8 . E m e r g e n c y


Preparedness Emergency Preparedness (Kesiapan
M e n g h a d a p i Keadaan Darurat)8.1.Perusahaan harus membuat prosedur,
untuk:

mengidentifikasi;

menggambarkan;

merespon;setiap situasi darurat yang potensial dapat terjadi.

lkppun s
I V - 2 0

8.2.Perusahaan harus menyusun program latihan:

untuk menyiapkan tindakan dalam keadaan darurat di darat dan di kapal;8.3.SMS


harus menyiapkan langkah-langkah yg menjamin bahwa:organisasi perusahaan
dapat merespon setiap saat terhadap setiap kecelakaan dan setiap keadaan
darurat, yang melibatkan kapal-kapalnya.9. Reports and Analysis of Non-
Conformities, Accidents and Hazardous Occurances(Pelaporan dan Analisa
Ketidaksesuaian, Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya)9.1.SMS harus
mencakup prosedur pelaporan:

setiap ketidak sesuaian;

setiap kecelakaan;

setiap keadaan/kejadiaan berbahaya;Setiap pelaporan dianalisa dan diselidiki, untuk


meningkatkan keselamatan dan perlindungan lingkungan.9.2.Perusahaan harus
menyusun prosedur:

untuk melaksanakan tindakan perbaikan (correction action).10. Maintenance o the


Ship and Equipment (Pemeliharaan Kapal dan Peralatannya)10.1.Perusahaan
harus membuat prosedur untuk menjamin kapal dirawat sesuai dengan:

persyaratan peraturan yang berlaku;

persyaratan ketentuan dari perusahaan.10.2.Dalam memenuhi persyaratan,


harus menjamin:1. pemeriksaan dilakukan dalam selang waktu yang tepat;2.
setiap ketidaksesuaian dilaporkan disertai penyebabnya kalau mungkin;

lkppun s
I V - 2 1

3. langkah perbaikan dilakukan;4. setiap kegiatan dicatat.10.3.Perusahaan harus


membuat prosedur:

untuk mengidentifikasi peralatan dan sistem teknis yang apabila tiba-tiba rusak,
mengakibatkan bahaya;

-
menyiapkan langkah-langkah khusus, meliputi uji coba berkala peralatan atau
sistem teknis dari peralatan cadangan yang dioperasikan tidak terus
menerus.1 0 . 4 . K e g i a t a n - k e g i a t a n t e r s e b u t m e r u p a k a n b a g i a n
t i d a k t e r p i s a h d a r i p r o g r a m perawatan rutin.11. Documentation
(Dokumentasi)11.1.Perusahaan harus membuat prosedur untuk
mengendalikan dokumen dan data yang relevan dengan
SMS.11.2.Perusahaan harus menjamin:1. dokumen yang masih berlaku
tersedia ditempat-tempat yang sesuai;2. perubahan dokumen harus ditinjau dan
disetujui oleh personil yang berwenang;3. dokumen yang tidak berlaku
disingkirkan.11.3.Dokumen yang digunakan sebagai panduan disebut Safety
Management Manual:

dokumen dibuat dalam bentuk yang paling efektif;

setiap kapal membawa semua dokumen yang diperlukan.12. Company


Verification, Review and Evaluation (Verifikasi, Tinjauan dan
EvaluasiPerusahaan)

lkppun s
I V - 2 2

12.1.Perusahaan harus melaksanakan internal audit:

untuk memverifikasi apakah kegiatan-kegiatan keselamatan dan pencegahan


pencemaran sesuai dengan SMS.12.2.Perusahaan harus mengevaluasi
secara berkala:

apakah SMS telah berjalan secara efisien;


-

jika perlu meninjau ulang SMS.12.3.Pelaksanaan:

audit dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat;

langkah perbaikan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah


dibuat.12.4.Personil pelaksana audit (internal auditor):

harus bebas dari kegiatan yang diaudit, kecuali apabila sangat tidak mungkin,
mengingat kondisi dan besarnya perusahaan.12.5.Hasil audit dan tinjauan
(review)

harus diberikan perhatian oleh personil yang bertanggung jawab dan yang
terkait.12.6.Tindakan perbaikan (corrective action):

personil yang bertanggung jawab harus melakukan tindakan perbaikan segera.

BAGIAN B: SERTIFIKASI DAN VERIFIKASI

13. Certification, Verification and Control (Sertifikasi, Verifikasi dan Kontrol)13.1.Kapal


harus dioperasikan oleh perusahaan yang memiliki DOC (dokumen kesesuaian)
atau DOC sementara (interim)

lkppun s
I V - 2 3

13.2.Penerbitan DOC:

oleh pemerintah negara bendera;

oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah;

-
oleh pemerintah atas nama pemerintah negara bendera.

tidak lebih dari 5 (lima) tahun

DOC merupakan bukti bahwa perusahaan mampu


m e l a k s a n a k a n persyaratan-persyaratan ISM Code13.3.DOC hanya berlaku
untuk satu jenis kapal, yang disebut dalam dokumen tersebut

untuk jenis kapal lain dapat ditambahkan dalam DOC apabila


perusahaan telah dapat menunjukkan kemampuan memenuhi persyaratan ISM
Code untuk mengoperasikan kapal lain tersebut13.4.Berlakunya DOC
tergantung hasil pemeriksaan tahunan, yang dilaksanakan 3 (tiga)
bulan sebelum dan sesudah tanggal "anniversary"13.5.DOC harus dicabut oleh
pemerintah negara bendera, atau pemerintah lain yang menerbitkan atas
permintaan negara bendera, jika diketemukan "major NC“13.5.1.Dokumen lain
yang berkaitan dengan DOC juga harus dicabut, apabila
DOCdicabut.13.6.Salinan DOC:

harus ada di kapal, agar Nakhoda dapat menunjukkannya bila diminta oleh
yang berwenang13.7.Sertifikat SMC (Safety Management Certificate):

harus dimiliki oleh setiap kapal yang diwajibkan, berlaku paling lama 5
(lima)tahun;

lkppun s
I V - 2 4

diterbitkan oleh pemerintah negara bendera; oleh lembaga yang ditunjuk


oleh pemerintah; oleh pemerintah lain yang diminta oleh pemerintah
negara bendera;

sebelum diberikan SMC, perusahaan harus telah memiliki DOC;

-
kapal diaudit terlebih dahulu.13.8.Berlakunya SMC tergantung hasil
pemeriksaan antar waktu yang dilaksanakan oleh pemerintah atau
lembaga/pemerintah negara lain yang diminta; Apabila pemeriksaan
antar waktu hanya dilakukan sekali, sedangkan masa berlakunya 5 (lima)
tahun, maka pemeriksaan dilaksanakan antara ulang tahun (anniversary) kedua dan
ketiga.13.9.SMC harus dicabut oleh pemerintah negara bendera atau
pemerintah negara lain yang diminta, apabila diketemukan major NC.13.10.
Apabila pemeriksaan untuk pembaharauan DOC atau SMC dapat selesai
di dalam tiga bulan sebelum tanggal akhir masa berlaku, maka DOC atau
SMC yang baru, mulai berlaku pada saat selesai pemeriksaan; DOC
atau SMC tersebut berlaku untuk tidak lebih dari 5 (lima) tahun.13.11. Apabila
pemeriksaan untuk pembaharuan DOC atau SMC dapat selesai di dalam lebih dari
tiga bulan sebelum tanggal akhir masa berlaku, maka DOC atau SMC yang
baru, mulai berlaku pada saat selesai pemeriksaan; DOC atau SMC
tersebut berlaku untuk tidak lebih dari 5 (lima) tahun.14. Interim Certification
(Sertifikasi Sementara)14.1.- DOC sementara diterbitkan oleh pemerintah negara
bendera, untuk perusahaan:yang baru mulai (pertama kali) melaksanakan ISM
Codeyang menambah jumlah kapal dengan jenis baru.

lkppun s
I V - 2 5

DOC sementara diberikan kepada perusahaan yang telah


melaksanakanSMS, dgn masa berlaku tidak lebih dari 12 bulan.

Salinan (fotokopi) DOC sementara harus ada di kapal, untuk ditunjukkan


apabila ada pemeriksaan.

-
Salinan (fotokopi) DOC sementara tidak harus disahkan.14.2.- Safety
Management Certificate (SMC) sementara (interim) diterbitkan oleh
pemerintah negara bendera atau pemerintah negara lain yang diminta,
bagi kapal:baru dibeli (diterima)perusahaan baru menerima tanggung jawab
terhadap pengoperasian kapal secara

bareboat charter

berganti bendera

SMC sementara (interim) diberikan dengan masa berlaku tidak lebih dari 6 (enam)
bulan14.3.Pemerintah negara bendera atau negara lain yang diminta,
dalam keadaan khusus dapat memperpanjang masa berlakunya SMC
sementara (interim) untuk waktu tidak lebih dari 6 (enam) bulan.1 4 . 4 . - S M C
sementara (interim) diterbitkan setelah
d i l a k s a n a k a n v e r i f i k a s i (pemeriksaan), bahwa:1. DOC yang telah
diberikan relevan dengan kapal yang akan diberi SMC2. Safety Management
System telah dibuat oleh perusahaan untuk kapal terkait, kapal telah
diperiksa (audit)3. Perusahaan telah membuat rencana audit kapal terkait di dalam
waktu 3 (tiga)bulan.4. Nakhoda dan para Perwira telah memahami sistem
manajemen keselamatan kapal dan pelaksanaannya.5. Petunjuk-petunjuk
penting telah diberikan sebelum kapal berlayar.

lkppun s
I V - 2 6

6. Petunjuk-petunjuk maupun informasi mengenai SMS diberikan dalam


bahasa praktis, sederhana dan mudah dimengerti oleh awak kapal.15. Verification
(Verifikasi)1 5 . 1 . S e t i a p v e r i f i k a s i ( p e m e r i k s a a n ) t e r h a d a p
k e t e n t u a n - k e t e n t u a n I S M C o d e dilaksanakan sesuai prosedur yang
diterima oleh pemerintah, dengan mengikuti acuan dari IMO.16. Forms of
Certificate (Format Sertifikat)16.1.DOC, SMC, DOC sementara, SMC
sementara harus dibuat dengan bentuk sesuai dengan model sebagaimana
ditunjukkan dalam apendiks.
-

Jika bahasa yang digunakan bukan bahasa Inggris atau bahasa Perancis,
maka harus diterjemahkan ke dalam salah satu bahasa tersebut.16.2.Sebagai
tambahan persyaratan dalam paragrap 13.3, jenis kapal yang
disebut dalam DOC dan di dalam DOC sementara, dapat dikukuhkan
untuk menunjukkan batas-batas pengoperasian kapal-kapal, diuraikan
dalam sistem manajemen keselamatan.

lkppun s
I V - 2 7

lkppun s
I V - 2 8

Tahapanlangkah-langkahpersiapan kegiatan

kapal

perusahaan

1. Tahap peninjauan Ulang (review) dan penilaian kembali2. Tahap persiapan3.


Tahap Uji Coba4. Tahap evaluasidan penyempurnaan5. Tahap persiapan
Akhir

lkppun s
IV

Contoh: Company Safety Policy

The Company, from top to lower management committed to enhance


maritime safety and marine environment protection at highest level of priority.

Designated Person Ashore (D.P.A) has authority and responsibility direct


under the top management to perform inspection and facilitate all
ships which are operated by the company.Contoh: Procedure on receiving cargo

Chief Officer is the one in charge of receiving cargo onboard

To perform cargo operation, the chief officer will assisted by 2 officer of watch.

Every duty officer will assisted by 1 able body seaman AB).

The duty officer and one AB will take on duty every 6 hours

Referensi:

Capt. Drs. Proling Tarigan S., (2010), ” International Safety Management


(ISM) Code 2002”.


Capt. Hadi Supriono, ”International Safety Management Code (ISM CODE)”.

http://www.imo.org

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idnya=422

International Maritime Organization (IMO), Safety of Life at Sea (SOLAS)

Resolusi IMO A.741(18) & amendment MSC.104(73)

Resolusi IMO A.913(22): “ Revised Guidelines on implementation


of the ISM Code by Administrations”

Sanusi Setrodjijo, (2010), “International Safety Management”.Evaluasi


Pembelajaran1. Tugas individu membaca dan mendalami aturan ISM Code2. Tugas
kelompok membuat resume pokok aturan ISM code dan
penimplmentasiannya dalam aturan dalam safety
m a n a g e m e n t system perusahaan perkapalan.3. Pengayaan materi dengan
berdiskusi

lkppun s
V-1

B A B V KLASIFIKASI DAN SURVEY KAPALSasaran Pembelajaran

Memberikan pemahaman akan kegiatan survey dan klasifikasi kapal, badan yang
melakukan klasifikasi nasional dan asing, prosedur survey dan pengkelasan kapal

Metode Pembelajaran

MINGGU ke VIII dan IX1. Kuliah2. Presentasi kelompok dan berdiskusi3. Tugas
individu: mengecek tanda-tanda kelas kapal di lapangan

Uraian Bahan PembelajaranV.1. Kegiatan Klasifikasi Kapal


Klasifikasi kapal merupakan kewajiban para pemilik kapal
b e r b e n d e r a Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan yang
menyatakan bahwa kapal-kapal yang wajib klas adalah kapal-kapal dengan
ketentuan:

Panjang > 20 m dan atau

Tonase > 100 m

dan atau

Mesin Penggerak > 100 PK dan atau

Yang melakukan pelayaran Internasional meskipun telah memilikiSertifikat dari Biro


Klasifikasi Asing.

Lingkup klasifikasi kapal meliputi:

Lambung kapal, instalasi mesin, instalasi listrik, perlengkapan jangkar.

lkppun s
V-2

Instalasi pendingin yang terpasang permanen dan merupakan bagian dari


kapal.

Semua perlengkapan dan permesinan yang di pakai dalam


operasikapal.


Sistem konstruksi dan perlengkapan yang menentukan tipe kapal.Sebelum kapal
dapat diregister di BKI, maka kapal tersebut harus memenuhi persyaratan
dan peraturan teknik BKI. Pemenuhan tersebut melalui proses persetujuan
gambar teknik yang selanjutnya dilakukan survey di lapangan.Untuk kapal yang
dibangun sesuai dengan persyaratan peraturan klasifikasi akan ditetapkan
notasi klas kapal tersebut pada saat selesainya pemeriksaan secara keseluruhan
melalui survey klasifikasi dengan hasil yang memuaskan.Untuk kapal yang sudah
dioperasikan, BKI juga melasanakan survey periodik u n t u k m e n j a m i n b a h w a
k a p a l m a s i h m e m e n u h i p e r s y a r a t a n k l a s i f i k a s i tersebut.
Seandainya terjadi kerusakan yang mungkin berpengaruh terhadap kondisi
klasifikasi diantara masa survey periodik, maka pemilik kapal dan/atau
operatornya diwajibkan menginformasikan kerusakan tersebut kepada
BKI.D a l a m m e l a k s a n a k a n p r o s e s k l a s i f i k a s i , B K I
m e n g i m p l e m e n t a s i k a n Peraturan Teknik, meliputi:

Evaluasi teknis terhadap rencana desain dan dokumen yang berkaitan


dengan kapal yang akan dibangun untuk memeriksa pemenuhan
terhadap peraturan yang berlaku;

Melaksanakan survey dan pemeriksaan proses konstruksi kapal di galangan kapal


oleh surveyor klasifikasi dan juga pemeriksaan pada fasilitas produksi yang
menghasilkan komponen utama kapal, seperti

lkppun s
V-3

pelat baja, permesinan, generator, propeler dll untuk menjamin bahwa


kapal dan komponennya dibangun sesuai dengan
p e r s y a r a t a n klasifikasi;

Pada saat selesainya pembangunan tersebut diatas dan berdasarkan


laporan hasil pemeriksaan selama pembangunan, bila
s e l u r u h persyaratan dipenuhi, maka BKI akan menerbitkan sertifikat klasifikasi.

Pada saat kapal tersebut beroperasi/berlayar, pemilik kapal harus mengikuti


program survey periodik dan diluar survey periodik untuk
memeriksa kondisi kapal tersebut agar tetap sesuai dengan kondisi
dan persyaratan untuk mempertahankan klasifikasinya.Kapal yang sudah
memiliki klasifikasi, diwajibkan untuk terus melaksanakan survey yang
dipersyaratkan untuk mempertahankan status klasifikasinya. Jenis-
jenis survey periodik ini, antara lain survey pembaruan kelas (class
renewal), survey tahunan (annual survey), survey antara (intermediate survey) dan
survey dok (docking/bottom survey). Selain itu survey poros baling-baling,
boiler, permesinan dan survey khusus lainnya sesuai dengan
persyaratan klasifikasi. BKI akan menerbitkan
s u r v e y s t a t u s d a n diinformasikan kepada pemilik.Klasifikasi kapal
dilaksanakan berdasarkan pengertian bahwa kapal dimuati, dioperasikan
dan dirawat dengan cara yang benar oleh awak kapal yang
kompeten dan berkualifikasi. Pemilik kapal bertanggung
j a w a b u n t u k menjamin bahwa perawatan kapal dilakukan dengan cara
yang benar hingga survey periodik berikutnya sesuai persyaratan. Juga menjadi
kewajiban p e m i l i k k a p a l a t a u y a n g m e w a k i l i n y a u n t u k
m e n g i n f o r m a s i k a n k e p a d a surveyor klasifikasi saat survey diatas
kapal, semua kejadian atau kondisi yang berpengaruh terhadap status
klasifikasi.

lkppun s
V-4

Bila kondisi mempertahankan klasifikasi ini tidak dipenuhi, maka BKI akan
menangguhkan (suspend) atau mencabut (withdrawn) status klasifikasinya
berdasarkan referensi persyaratan klasifikasi. Kapal
m u n g k i n a k a n kehilangan status klasifikasinya untuk sementara
atau secara permanen. Demikian juga, kapal yang tidak melaksanakan
survey periodik tepat waktu s e s u a i d e n g a n p e r a t u r a n
k l a s i f i k a s i , m a k a B K I a k a n m e n a n g g u h k a n (suspend) status
klasifikasinya.Surveyor Klasifikasi dalam melaksanakan survey meliputi:

Keseluruhan pemeriksaan item survey sesuai dengan daftar isian yang


didesain sesuai dengan persyaratan klasifikasi;

Pemeriksaan yang lebih mendetail terhadap bagian-bagian tertentu;

Menyaksikan (witness) proses pengujian (testing),


p e n g u k u r a n (measurement) dan percobaan (trial) untuk meyakinkan
pemenuhan terhadap persyaratan klasifikasi.Bilamana surveyor menemukan
korosi, kerusakan struktur atau kerusakan lambung kapal, permesinan
dan peralatan terkait dimana menurut opini surveyor akan
mempengaruhi status klasifikasi kapal tersebut, maka surveyor akan
mengeluarkan rekomendasi untuk mengatasi ketidak-sesuaian tersebut
diatas. Rekomendasi tersebut wajib dilaksanakan oleh pemilik kapal untuk
melakukan tindakan perbaikan dan repair pada periode waktu tertentu dalam rangka
mempertahankan klasifikasinya.Semua status klasifikasi kapal, berupa
sertifikat dan laporan survey yang dikeluarkan oleh BKI dijadikan referensi
dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
operasional kapal tersebut. Pihak asuransi mempergunakannnya untuk
menetapkan premi asuransi dan klaim asuransi, pihak pemilik muatan
mempergunakannya untuk jaminan bahwa muatannya

lkppun s
V-5

diangkut oleh kapal yang laik, pihak pemilik kapal mempergunakannya


untuk mengetahui status kondisi kapal dan perawatannya serta untuk
kepentingan k o m e r s i a l m e m a s a r k a n j a s a n y a a n g k u t a n n y a
d a n p i h a k P e m e r i n t a h mempergunakannya sebagai law
enforcement untuk memberikan clearance atau surat ijin berlayar.

V.2. Tanda Kelas Kapal


Setiap kapal yang diklasifikasikan ke BKI memiliki notasi kelas yang tercantum
dalam sertifikat kelas. Penetapan tanda kelas tergantung pada
pembuktian terpenuhinya peraturan konstruksi BKI yang berlaku pada tanggal
permohonan. BKI berhak menambahkan tanda khusus dalam sertifikat kelas.
Dalam jangkauan klasifikasi, ciri-ciri lambung, mesin dan
perlengkapan jangkar ditunjukkan dalam tanda kelas dan
n o t a s i y a n g dibubuhkan pada tanda kelas.

Penetapan tanda kelas

Contoh penetapan tanda kelas yang lengkap untuk lambung,


m e s i n , perlengkapan jangkar dan instalasi pendingin adalah sebagai
berikut:T a n d a K e l a s N o t a s i L a m b u n g
+ A 1 0 0 O i l
T a n k e r M e s i n
+ S M
O T I n s t a l a s i P e n d i n g i n S M P

Tanda Kelas

Tanda kelas lambung dilambangkan dengan kode sebagai berikut:[Kode


Penerimaan], [Persyaratan Lambung], dan [Perlengkapan Tambat].

lkppun s
V-6

Kode Penerimaan terbagi dalam:berarti lambung kapal dibangun dibawah


pengawasan dan sesuai dengan peraturan klasifikasiselain BKI yang
diakuiberarti Lambung dibangun dibawah pengawasan dan sesuai dengan
peraturan konstruksi BKI, dari bahan yang telah diuji oleh BKI sesuai
dengan peraturanberarti selain dua hal tersebut diatasberarti kapal yang dilengkapi
dengan perhitungan daya apung cadangan dari setiap kompartemenatau
kelompok kompartemenPersyaratan Lambung terbagi dalam:berarti lambung
kapal seluruhnya sesuai dengan persyaratan peraturan konstruksi BKI
atau peraturan lain yang dianggap setaraberarti lambung kapal tidak
sepenuhnya sesuai atau sudah tidak lagi sepenuhnya memenuhi
persyaratan peraturan konstruksi BKI namun kelas teteap dapat dipertahankan
untuk periode yang diperpendek dan atau dengan interval survey yang lebih
pendekPerlengkapanTambat terbagi dalamberarti kapal yang perlengkapan
jangkarnya yaitu jangkar, r a n t a i j a n g k a r d a n m e s i n j a n g k a r
s e p e n u h n y a m e m e n u h i persyaratan peraturan konstruksi BKIberarti kapal
yang perlengkapan jangkarnya tidak sepenuhnya atau tidak lagi
sepenuhnya memnuhi persyaratan peraturan konstruksi BKI, akan
tetapi fungsi keselamatan dan kondisi laik-laut dalam pemakaian
terpenuhiatau untuk kapal ikan

lkppun s
V-7
untuk kapal pelayaran khusus (contoh: Kapal KecepatanTinggi)berarti kapal tidak
mempunyai perlengkapan jangkar.contoh: pontoonTanda kelas mesin dilambangkan
dengan kode sebagai berikut: [Kode Penerimaan],[Persyaratan Mesin]Kode
penerimaanmesin sama dengan kode penerimaan lambungPersyaratan
Mesin terbagi dalam:berarti instalasi mesin dan semua instalasi yang
tercakup oleh klasifikasi memenuhi persyaratan peraturan konstruksi BKI atau
peraturan lainnya yang dianggap setaraberarti instalasi mesin untuk kapal
tanpa penggerak sendiri dan alat apung memenuhi persyaratan
peraturan konstruksi BKI atau peraturan lainnya yang dianggap setaraberarti
instalasi mesin tidak sepenuhnya memenuhi atau tidak lagi sepenuhnya
memenuhi persyaratan peraturan konstruksi BKI akan tetapi fungsi
keselamatan dan kelaikan di laut terjamin dalam pemakaianberarti instalasi mesin
untuk kapal tanpa penggerak sendiri

dan

alat apung tidak sepenuhnya memenuhi atau tidak

lagi

sepenuhnya memenuhi persyaratan peraturan konstruksi BKI

akan

api

fungsi keselamatan dan kelaikan di laut t

erjamin
dalam pemakaian

lkppun s
V-8

Tanda kelas instalasi pendingin terbagi dalam:KapalBarangberarti instalasi


pendingin muatan baik yang m e n y a n g k u t
l a m b u n g m a u p u n m e s i n sepenuhnya memenuhi
persyaratan peraturan untuk instalasi pendinginb e r a r t i i n s t a l a s i
pendingin muatan tidak sepenuhnya atau tidak
l a g i s e l u r u h n y a memenuhi persyaratan peraturan
k o n s t r u k s i BKI, akan tetapi fungsi keselamatan dan kondisi laik-laut dalam
pemakaian terpenuhiKapalIkanberarti baik untuk hal yang berkenaan
dengan lambung maupun mesin, instalasi pendingin muatan kapal ikan
sepenuhnya sesuai dengan persyaratan peraturan konstruksi BKIberarti instalasi
pendingin muatan dari kapal ikan tidak sepenuhnya atau tidak lagi seluruhnya
m e m e n u h i p e r s y a r a t a n p e r a t u r a n k o n s t r u k s i BKI, akan tetapi
fungsi keselamatan dan kondisi laik-laut dalam pemakaian terpenuhiNotasi
merupakan tambahan pada tanda kelas yang dicantumkan didalam
sertifikat lambung maupun mesin. Notasi tambahan lambung bisa
berupa salah satu atau lebih dari notasi-notasi berikut:Daerah
pelayaranSamudera Daerah pelayaran ini untuk pelayaran samudera bebas
tanpa batas

SamuderaTerbatasDaerah pelayaran ini secara umum, adalah


pelayaran s a n u d e r a t e r b a t a s , d e n g a n s y a r a t j a r a k t e r d e k a t
k e pelabuhan perlindungan dan jarak dari pantai tidak

lkppun s
V-9
melebihi 200 mil laut, atau pelayaran di perairan AsiaTenggara,
Laut Tengah, Laut Hitam, Laut Karibia dan laut lain yang sama
kondisinyaL L o k a l Daerah pelayaran ini secara umum
adalah pelayaran s e p a n j a n g p a n t a i , d e n g a n s y a r a t j a r a k
terdekat ke pelabuhan perlindungan danjarak dari pantai
t i d a k melebihi 50 mil laut, serta untuk pelayaran dalam laut
tertutup, seperti perairan Kepulauan Riau dan perairan lain yang sama
kondisinyaT T e n a n g Daerah pelayaran ini terbatas pada
perairan tenang, teluk, pelabuhan atau perairan yang sama dimana tidak
terdapat ombak yang besar D P e d a l a m a n Daerah pelayaran ini
berlaku untuk kapal yang hanya digunakan di perairan pedalamanJ e n i s
Kapal: seperti "Oil Tanker", "General Cargo", "Bulk
C a r r i e r " , "Passengger Ship", dllMaterial:SteelH T S H i g h T e n s i l e
S t e e l AL AluminiumF R P F i b e r R e i n f o r c e d K K a y u Notasi
tambahan mesin bisa berupa salah satu atau lebih dari notasi-notasi berikut:

lkppun s
V - 1 0
Otomasi:OTInstalasi mesin dilengkapi dengan perlengkapan untuk kamar mesin
yang tidak dijaga, sehingga tidak diperlukan pengoperasian dan/atau
perawatan untuk periode paling kurang 24 jam.OT-nhWaktu tanpa penjagaan di
kamar mesin dan tanpa perawatanperalatan kurang dari 24 jam dengan tanda nh
menunjukkan bahwa kamar mesin boleh tanpa penjagaan selama n jam.OT-
SInstalasi mesin dioperasikan dengan kehadiran tetap di ruangkendali mesin
(kendali terpusat) dan dilengkapi dengan sistem kendali jarak jauh
dari anjungan untuk mesin penggerak utama atau pengaturan untuk olah
gerak dari ruang kendali mesin.

V.3. Prosedur Penerimaan KelasP e n e r i m a a n K e l a s B a n g u n a n


Baru

Penerimaan kelas bangunan baru mempunyai pengertian


b a h w a k a p a l diklasifikasikan ke BKI dengan pengawasan BKi sejak
mulai peletakan lunas s/d penyerahan.Prosedur klasifikasi kapal bangunan baru:

Mengajukan permohonan klasifikasi dalam (tiga) rangkap (asli + 2 salinan


asli) yang dilengkapi dengan materai Rp. 6.000.

Mengajukan permohonan survey dan ditandatangani oleh pimpinan a t a u


orang yang ditunjuk tapi mempunyai kewenangan untuk
menangani biaya survey.

lkppun s
V - 1 1

Pemohon atau pemilik akan menerima pemberitahuan dari BKI pusat


mengenai biaya survey yang akan dibebankan kepada pemilik atau
pemohon.


Mengirimkan gambar-gambar konstruksi 4 (empat) rangkap untuk disetujui dan
penetapan notasi kelas, yaitu:Gambar lambung:

G e n e r a l A r r a n g e m e n t ( R e n c a n a Umum)

M i d s h i p S e c t i o n ( P e n a m p a n g Melintang)

C o n s t r u c t i o n P r o f i l e ( R e n c a n a konstruksi)

Deck Construction ( K o n s t r u k s i Geladak)

Bulkhead Construction (Konstruksi Sekat Melintang/Membujur)

Shell Expantion (Bukaan Kulit)

Lines Plan (Rencana Garis)

Fore Peak Construction (Konstruksi Ceruk Haluan)

After Peak Construction (Konstruksi Ceruk Buritan)

Rudder & Rudder Stock (Kemudi & Tongkat Kemudi)


o

Engine Bed Construction (Konstruksi Pondasi Mesin)

Aux. Engine/Equipment Bed (Konstruksi Pondasi Mesin/PeralatanBantu)

Single/Double Bottom Construction (Konstruksi


D a s a r Tunggal/Ganda)

Superstructure & Deck House (Bangunan Atas & Rumah Geladak)

Hawse Pipe & Anchor Equipment (Urlup & Perlengkapan

Jangkar)

David Construction (Konstruksi Dewi-dewi Sekoci)

lkppun s
V - 1 2

o
Mast Construction (Konstruksi Tiang Mast, termasuk Boom, GosseNeck dan
Rigging Plan)Gambar mesin:

Lay Out Engine Room (Rencana Kamar Mesin)

Piping System (Sistem Perpipaan) untuk bilga, ballast, air tawar,


air laut, pemadam kebakaran, bahan bakar & minyak lumas
termasuk pipa udara, pipa duga & pipa isi

Steering Gear & Emergency Steering Gear (Sistem Kemudi & Kemudi
Darurat)

Shafting Arrangement (Rencana Sistem Poros)

Propeller Shaft (Poros Baling-baling) & Intermediate Shaft (Poros Antara,


bila ada)

Stern Tube & Stern Tube Bearing (Tabung Poros & Bantalannya)

Propeller (Baling-baling)

o
Electrical Instalation (Instalasi Listrik)- Wiring Diagram (Diagram Pengawatan)-
Power Balance (Balans Daya)- Main Switchboard (Papan Hubung Utama)Gambar
Lambung timbul:

Stability Booklet

Inclining Test

Pekerjaan pembangunan baru boleh dilaksanakan setelah semua


gambar/perhitungan telah disetujui oleh BKI Pusat. Gambar yang telah
disetujui dijadikan sebagai referensi dalam pemeriksaan kapal oleh
Surveyor, dan pembangunan oleh galangan.

Sebelum pekerjaan dimulai agar dipastikan bahwa material dan komponen yang
dipesan dari pemasok (supplier) adalah material dan

lkppun s
V - 1 3

komponen yang telah mendapatkan persetujuan dari BKI/Class IACS.


Kebenaran atau kesesuaian antara sertifikat yang dipunyai dengan
keadaan material dan komponen akan diverifikasi oleh Surveyor.

Untuk material atau komponen yang belum disetujui agar mengajukan


permohonan sertifikasi material/komponen ke BKI (lihat prosedur
sertifikasi bahan/komponen). Tagihan untuk
s e r t i f i k a s i material/komponen berbeda/diluar biaya survey penerimaan
kelas.

Dipastikan juga bahwa semua juru las yang akan bekerja pada kapal
tersebut adalah juru las yang telah disetujui atau mendapatkan
pengakuan dari BKI dan galangan mempunyai welding inspector atau
quality sistim yang baik.

Mengajukan jadwal pembangunan kepada Surveyor BKI


y a n g bertugas di lapangan dan mengadakan pertemuan pendahuluan
untuk mengkoordinasikan hubungan tanggung jawab dari masing – masing
pihak (Pemilik, Surveyor BKI, dan Galangan).

Setiap tahapan proses pembangunan agar dibuatkan berita acara untuk


peletakan lunas, peluncuran dan pembangunan seluruhnya selesai
yang ditandatangani oleh Surveyor BKI di lapangan.

Setelah seluruh konstruksi lambung komplit,


d i l a k s a n a k a n pemeriksaan NDT (Radiography) sesuai dengan instruksi
Surveyor BKI di lapangan.

Dilaksanakan inclining test sesuai dengan peraturan BKI dan prosedur


yang berlaku serta disaksikan oleh Surveyor BKI


Sea trial dilaksanakan dengan prosedur yang ada dan telah disetujuiBKI.

Surveyor BKI menerbitkan sertifikat klasifikasi sementara yang berlaku1


(satu) tahun dan sertifikat Garis Muat Sementara yang berlaku 3
(tiga) bulan untuk PGMI dan 5 (lima) bulan untuk ILLC.

lkppun s
V - 1 4

Sertifikat klasifikasi permanen diterbitkan oleh BKI Pusat setelah menerima seluruh
laporan survey dari Surveyor BKI.

Dokumen – dokumen lainnya sebagai pelengkap laporan survey


dariS u r v e y o r B K I y a n g h a r u s d i s i a p k a n g u n a k e l a n c a r a n
p e n e r b i t a n sertifikat permanen: Surat Kebangsaan, Surat Ukur, Builder
Certificate, Gross Akte (apabila telah ada).Untuk mengetahui besarnya biaya
survey penerimaan kelas bangunan baru dapat menghubungi Divisi Survey,
Bagian Akusisi atau Cabang BKI terdekat.

Prosedur Penerimaan Kelas Bangunan Sudah Jadi

Pemilik mengajukan permohonan klasifikasi & permohonan survey. ke BKI


cabang terdekatMengirim dokumen pendukung dan gambar-gambar
(rangkar 3) sebagai berikut:

Kapal berbendera Indonesia:Surat ukur, Gross akte (catatan: bila gross


akte belum terbit untuk sementara dapat menggunakan surat laut
sementara (model E), Builder certificate/IMO Number.Copy sertifikat kelas terdahulu.

Kapal berbendera Asing:T o n n a g e M e a s u r e m e n t C e r t i f i c a t e


1 9 6 9 , B i l l o f Sale/Nationality registry, Builder Certificate/IMO
Number Copy sertifikat kelas terdahulu.

LAMBUNGGeneral arrangement, Capacity plan, Hydrostatic curves a n d


c r o s s c u r v e , L o a d i n g m a n u a l u n t u k k a p a l y a n g mempunyai
panjang lebih besar atau sama dengan 65 m , M i d s h i p
section, Longitudinal and transverse

lkppun s
V - 1 5

bulkheads, Profile and decks, Shell expansion, Engine and ketel uap
foundations, Stem and stern frames, Rudder and rudder stock, Hatch covers,
Fore and aft end structuresLoading instrument (bila tersedia) user manual
and test conditions

MESINM a c h i n e r y a r r a n g e m e n t s , I n t e r m e d i a t e t h r u s t a n d
screwshafts, Stern tube and glands, Baling-baling, Main e n g i n e s ,
P r o p u l s i o n g e a r s a n d c l u t c h s i s t i m s , Compressed air
piping sistim, Starting air receivers, Main boiler, Superheaters, Economizers
and steam piping, Fuel oil burning sistim, Cooling water and lubricating oil
sistims, Turbines, Bilge and ballast piping diagram, Fire fighting sistim, Fuel
oil and starting air sistims, Air and sounding pipes sistims, Wiring diagram,
Electric power balance calculation, Steering gear sistims, Piping sistim and
arrangementsT o r s i o n a l v i b r a t i o n c a l c u l a t i o n s u n t u k k a p a l
y a n g berumur kurang dari 2 (dua) tahun

Untuk kapal tangki:Loading and unloading facilities, Cargo tank venting sistim dan
safety devices, Cargo piping sistim, Pumping arrangement at forward and after
ends of the vesselsDrainage of cofferdams and pump rooms

Untuk kapal dengan "unattended machinery space" (Notasi OT)Instrument and


sistim alarm kebakaranList of automatic safety function

lkppun s
V - 1 6

Melaksanakan survey diatas dok dengan lingkup pemeriksaan sesuai


dengan survey pembaruan kelas ke-4 (pengukuran ketebalan pelat,
overhaul seluruh instalasi mesin, pencabutan poros baling-baling, dll).

Surveyor BKI menerbitkan sertifikat klasifikasi sementara yang berlaku1


(satu) tahun dan sertifikat Garis Muat Sementara yang berlaku 3
(tiga) bulan untuk PGMI dan 5 (lima) bulan untuk ILLC.Untuk mengetahui besarnya
biaya survey penerimaan kelas bangunan sudah jadi dapat menghubungi Divisi
Survey, Bagian Akusisi atau Cabang BKIterdekat.

Prosedur Pindah Kelas ke BKI (TOCA)

Prosedur yang disepakati untuk pindah kelas dari anggota IACS ke BKI terdiri dari 3
(tiga) tahapan:

Penyerahan gambar-gambar rangkap 3 (tiga) untuk pengesahan.

Pelaksanaan minimum survey tergantung pada status kelas kapal, sesuai


dengan yang diinformasikan oleh kelas sebelumnya, umur dan jenis kapal.

Melengkapi dokumen dan menerbitkan sertifikat kelas baru, bersama


dengan sertifikat statutoria yang diperlukan.Langkah utama dalam proses pindah
kelas sebagai berikut:

Permohonan klasifikasi dan survey

Permohonan klasifikasi dan survey diajukan ke Kantor Cabang BKI


terdekat. Lingkup survey diupayakan sedemikian hingga tidak akan
mengganggu operasi kapal yang sedang berlangsung.


Untuk mengawali proses klasifikasi, manajemen dari pemilik kapal berhubungan
dengan BKI untuk menginformasikan rincian survey status dan data-
data lain.

lkppun s
V - 1 7

Instruksi

Persyaratan survey berikut akan diberlakukan:

Persyaratan minimum adalah survey yang sama dengan lingkup survey tahunan,
dengan pemeriksaan mesin dan control sistim secara umum.

Survey yang jatuh tempo dan kondisi kelas kapal harus dilengkapi.

Untuk semua kapal antara 5 s/d 10 tahun, sejumlah ruang ballast yang
ditentukan, diperiksa oleh Surveyor.

Untuk semua kapal antara 10 s/d 20 tahun, sejumlah ruang muat dan
ballast yang ditentukan, diperiksa oleh Surveyor.

Untuk kapal yang berumur 15 tahun lebih dan mengikuti ESP (enhanced survey
programme) seperti oil tankers dan bulk carriers, survey
pembaruan kelas lengkap atau survey antara, termasuk pengedokan.
Bila survey pengedokan tidak jatuh tempo, survey bawah air dilaksanakan sebagai
pengganti

Untuk semua kapal yang berumur 20 tahun lebih, survey pembaruan kelas
lengkap, termasuk survey pengedokan.Survey tambahan dan pemeriksaan
gambar dipersyaratkan oleh negara bendera yang baru.Sesuai prosedur
IACS, diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 2003, kapal yang
berumur lebih dari 15 tahun, semua survey yang jatuh tempo harus
dilengkapi.

lkppun s
V - 1 8

Survey

Waktu dan tempat yang tepat untuk survey kapal dapat ditentukan
oleh pemilik. Untuk mempersiapkan survey kapal, ruang muat dan tangki-
tangki harus disiapkan untuk inspeksi sebagaimana ditentukan
dengan instruksi pindah kelas. Survey akan dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan BKI.

Gambar dan informasi


Sesuai dengan prosedur IACS, BKI harus sudah menerima gambar-
gambar dan informasi sebelum kapal dikelaskan. Untuk membantu
proses pindah kelas, pemilik dapat mengirim dokumen sebelum survey pindah
kelas.

Penerbitan sertifikat

Sertifikat klasifikasi dan statutoria sementara diterbitkan setelah survey pindah kelas
selesai. Sertifikat klasifikasi dan statutoria permanen diterbitkan setelah
semua proses selesai.

Gambar-gambar yang dipersyaratkan

Gambar dalam rangkap 3 (tiga) diserahkan ke BKI untuk diperiksa: Lambung1.


Capacity plan (Rencana kapasitas)2. General arrangement (Rencana umum)3.
Hydrostatic curves (Kurfa hidrostatis)4. Scantling plans (Rencana konstruksi)5.
Midship section (Penampang tengah kapal)

lkppun s
V - 1 9

6. Shell expansion (Bukaan kulit)7. Profile and decks (Profil dan geladak)8.
Longitudinal and transverse bulkhead (Sekat memanjang dan melintang)9. Fore and
aft end structures (Konstruksi ceruk haluan dan buritan)10. Rudder and rudder stock
(Kemudi dan tongkat kemudi)11. Hatch covers (Penutup palka)12. Loading manual
untuk kapal dengan panjang lebih dari 65 m13. Loading instrument (bila dilengkapi)
user manual and test conditionsMesin1. Bilge and ballast piping diagram (diagram
pipa bilga dan ballast)2. Intermediate shaft, dan thrust shaft3. Machinery
arrangements4. Main boilers, superheaters, economisers dan steam piping5. Main
engines, propulsion gears dan clutch sistim.6. Propeller (baling-baling)7. Stern tube
dan glands8. Wiring diagram (diagram pengawatan).9. Steering gear sistims10.
Piping sistim and arrangements.11. Untuk kapal di bawah 2 (dua) tahun, perhitungan
getaran torsi

Informasi tambahan untuk kapal khusus

Kapal tangki minyak, kapal tangki kimia dan kapal pengangkut muatan
curah/minyak:1. Sistem pipa muatan di dalam tangki dan diatas geladak.2. Sistem
pemompaan pada ujung-ujung depan dan belakang dan sistem pengeringan pada
koferdam dan ruang pompa.

lkppun s
V - 2 0

Kapal tangki kimia:1. Salinan sertifikat kelaikan2. Rincian kondisi dan jenis muatan
yang diangkutKapal tangki gas/minyak:1. Penopang tangki muatan2. Tangki geladak
dan penopangnya3. Rincian jenis muatan yang diangkut4. Sistim pengendalian
muatanKapal penyeberangan dan kapal ro-ro:1. Outer and inner bow door/ramp2.
Stern door/ramp3. Side doorsInformasi khusus/gambar tambahan: Ice class
notation:1. Ice strengthening2. Main propulsion line shafting3. Reduction gears4.
Details of any clutch sistimK a p a l y a n g r u a n g m e s i n n y a t i d a k
d i j a g a ( U n a t t e n d e d m a c h i n e r y space):1. Fire-alarm sistim2.
Instrument list3. Plans for maintenance and testing4. Test schedule Instalasi Inert
gas: Piping arrangement

lkppun s
V - 2 1

V.4. Mempertahankan Kelas

Kapal yang dikelaskan di BKI harus melaksanakan survey


mempertahankan kelas sesuai waktu yang ditentukan.Dalam rangka
mempertahankan kelas, survey periodik dan survey khusus untuk
lambung, instalasi mesin dan instalasi listrik, dan setiap perlengkapan
khusus yang dikelaskan harus dilaksanakan.Ketentuan umum survey
mempertahankan kelas:

Surveyor harus diberikan kebebasan setiap saat untuk naik ke kapal dan
atau memasuki bengkel, untuk dapat melaksanakan tugasnya.

Semua bagian yang akan disurvey harus dalam keadaan bebas, bersih
dan harus dalam keadaan bebas dari gas, bila dianggap perlu oleh surveyor

Sertifikat kelas dan data lainnya yang berkaitan dengan klasifikasi


harus ditunjukkan kepada surveyor.

BKI berhak untuk memperluas lingkup survey dan atau pemeriksaan


karena alasan tertentu.

Catatan dari setiap survey, termasuk persyaratan khusus untuk mempertahankan


kelas akan dicatat pada sertifikat klasifikasi terkait.Diagramsurvey periodik
dalamrangka mempertahankankelas

lkppun s
V - 2 2

SS (Survey Pembaruan Kelas)

Survey pembaruan kelas untuk lambung, instalasi mesin termasuk instalasi


listrik dan perlengkapan khusus yang dikelaskan harus dilaksanakan
pada akhir periode kelas.


Pembaruan kelas untuk lambung dinomori dalam urutan I, II, III
dan seterusnya.

Pembaruan kelas IV dan seterusnya disamakan dengan Pembaruankelas


III.

AS (Survey Tahunan)

Survey tahunan dilaksanakan untuk lambung, instalasi mesin termasuk instalasi


listrik dan perlengkapan khusus yang dikelaskan harus
dilaksanakan pada selang waktu 12 bulan, terhitung dari tanggal
dimulai periode kelas seperti yang tercantum dalam sertifikat kelas.

Survey bisa dilaksanakan dalam jendela waktu ± 3 bulan dihitung dari hari
terakhir dari bulan kalender dimana periode kelas yang sedang berjalan
akan genap berumur satu tahun.

Untuk kapal dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang survey tahunan harus
dilaksanakan tidak lebih lambat dari tanggal jatuh temponya.

IS (Survey Antara)

Survey antara adalah survey tahunan yang diperluas.


Jatuh tempo survey antara secara nominal pada tahunan kedua atau
tahunan ketiga sejak selesai survey Penerimaan/Pembaruan kelas.

DS (Survey Pengedokan)

Survey pengedokan dilaksanakan sebagai pemeriksaan


b e r k a l a terhadap kondisi lambung dibawahair, bukaan dan perlengkapan

lkppun s
V - 2 3

penutupan pada pelat kulit yang berhubungan dengan instalasi mesin dan
komponen bagian luar dari sistem penggerak dan kemudi.

Kapal dengan tanda kelas A100 harus menjalani survey pengedokan 2k a l i


dalam satu periode kelas 5 tahun. Survey pengedokan yang
pertama dilaksanakan pada survey tahunan ke-2 atau paling lambat survey
tahunan ke-3.

Selang waktu maksimum antara survey pengedokan yang berurutan tidak


boleh lebih dari 36 bulan. Survey pengedokan berikutnya harus
dilaksanakan paling lambat setelah 24 bulan.

Kapal dengan tanda kelas A90 harus menjalani survey


pengedokan pada selang waktu 18 bulan.

Kapal dengan akomodasi untuk lebih dari 12 penumpang harus menjalani survey
pengedokan pada selang waktu 1 tahun.

PS (Survey pencabutan poros baling-baling)

Poros baling-baling ditentukan periode pencabutannya seperti yang


tercantum pada sertifikat klasifikasi mesin.

Poros baling-baling harus dicabut untuk pemeriksaan kondisi


poros dari keausan/bengkok/kerusakan lainnya.

Pelaksanaan pencabutan poros biasanya dilakukan


b e r s a m a a n dengan survey pengedokan.Selain survey periodik, terdapat pula
jenis survey khusus yang bisa berupa:


Survey kerusakan dan perbaikan. Survey kerusakan dan survey perbaikan
berlaku bila lambung kapal, instalasi mesin dan listrik dan perlengkapan
khusus yang dikelaskan mengalami kerusakan yang mungkin
mempengaruhi berlakunya kelas, atau apabila kerusakan diperkirakan
dapat mengakibatkan kecelakaan atau kejadian lain.

lkppun s
V - 2 4

Survey perombakan. Dalam hal perombakan lambung atau mesin kapal, survey
harus dilaksanakan sesuai dengan data terkait yang telah disetujui, sama halnya
dengan bangunan baru.

Survey khusus. BKI berhak mensyaratkan pelaksanaan


Survey K h u s u s d i l u a r d a r i s u r v e y b e r k a l a y a n g a d a .
S u r v e y t e r s e b u t diperlukan untuk pemeriksaan kondisi teknis
kapal dan dipahami merupakan bagian dari Sistem Jaminan Mutu BKI.

V.5. Kegiatan Sertifikasi Perusahaan Teknik

Terdapat dua jenis perusahaan teknik yang dapat disertifikasi oleh BKI
yaitu: Perusahaan penyedia jasa teknik dan perusahaan yang
memproduksi material/komponen kapal.Perusahaan penyedia jasa
teknik bidang perkapalan yang mengerjakan pekerjaan teknis di kapal
yang diklasifikasikan pada BKI harus mendapatkan sertifikasi/uji
kelayakan terhadap pekerjaannya, untuk menjamin bahwa pekerjaan
yang dilaksanakan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku di BKI.Jenis-jenis
jasa teknik yang di sertifikasi:

Pengukuran Ketebalan Pelat

Pengujian Merusak/Tidak Merusak

Survey bawah air Prosedur Sertifikasi Perusahaan Penyedian Jasa Teknik:

Menyajukan permohonan sertifikasi ke cabang BKI terdekat


dengan melengkapi dokumen-dokumen:

Profil Perusahaan

lkppun s
V - 2 5

Struktur Organisasi Perusahaan

Prosedur Pekerjaan yang dimikili

Daftar Petugas Teknik yang dimiliki


o

Daftar Pengalaman pekerjaan

Pengecekan/klarifikasi dokumen dan prosedur


p e k e r j a a n d i lapangan/kantor pemohon.

Penerbitan Sertifikat Company Approval yang berlaku selama 3 tahun.

Kegiatan Sertifikasi Material/Komponen

Material/Komponen yang akan dipasang pada kapal yang diklasifikasikan


di BKI harus merupakan material/komponen yang telah mendapatkan sertifikasi dari
BKI.Hal ini untuk menjamin bahwa material/komponen tersebut telah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BKI baik secara komposisi material
maupun kinerja dari komponen.Prosedur sertifikasi material:

Mengajukan permohonan sertifikasi di cabang BKI terdekat.

Menyediakan bahan uji sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BKI.

Pengujian bahan uji di laboratorium yang diakui oleh BKI, dibandingkan dengan
ketentuan yang berlaku di BKI.

Penerbitan sertifikat "Material Approval".Prosedur sertifikasi komponen:


Mengajukan permohonan sertifikasi di cabang BKI terdekat.

Mengajukan gambar komponen untuk disetujui.

lkppun s
V - 2 6

Pembuatan komponen diawasi oleh Surveyor BKI sesuai dengan gambar yang
telah disetujui dan dari material yang telah disertifikasi oleh BKI.

Penerbitan sertifikat "Component Approval".

Referensi:


http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=415#

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=415

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=41

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=411

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=412

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=413

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=414

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=417

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=42

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny a=416

http://sites.google.com/site/ebookship01/ebook-ship-01/certification/085-
SURVEYANDCERTIFICATION.pdf?attredirects=0&d=1

http://adhikarablog.wordpress.com/2010/06/18/macam-survey-kapal/

lkppun s
V - 2 7

Evaluasi Pembelajaran1. Studi literatur mengumpulkan dan mempelajari


aturan klasifikasi kapal nasional maupun asing2. Pengayaan materi dengan
berdiskusi tanda-tanda kelas danprosedur survey dan sertifikasi kapal

lkppun s
VI -1

B A B V I SURVEY DAN SERTIFIKASI KAPALSasaran Pembelajaran

Mahasiswa memahami prosedur standar survey dan pengklasan kapal,


mempelajari beberapa dokumen dan sertifikat kelayakan kapal

Metode Pembelajaran

1. Kuliah2. Studi literatur aturan dan dokumen sertifikasi kapal

Uraian Bahan PembelajaranVI.1. Sertifikat Statutory

Setiap kapal yang masih beroperasi harus


d i l e n g k a p i d e n g a n s u r a t keterangan/sertifikat. Ada 2 macam
sertifikat:1. Statutorypemerintah/flag state atau badan hukum independent yang
diberi kuasa2. Klasifikasi anggota IACSSertifikat statutory menerangkan
bahwa kapal serta perlengkapannya telah d i b a n g u n d a n
dipelihara sesuai ketentuan-ketentuan nasional maupun
internasional yang mengacu pada konvensi-konvensi yang berlaku, seperti:1. Safety
of Life at Sea/SOLAS 19742. Marine Pollution/MARPOL 1973/19783. Load Line
1966/19884. International Convention on Tonnage 1969

lkppun s
VI -2

Sertifikat yang dikeluarkan oleh Negara (Statutory)1. Certificate of Registry2.


International Tonnage Certificate3. Load Line Certificate4. Cargo ship Safety
Construction Certificate5. Cargo ship Safety Radio Certificate6. Cargo ship Safety
Equipment Certificate- Passenger ship Safety Certificate (4,5,6)- Cargo ship Safety
GMDSS Radio Certificate (01.02.1999)7. Exemption Certificate (kapal
untuk daerah tertentu yang tidak perlu peralatan sesuai SOLAS)8.
Drafting Certificate9. IOPP Certificate10.Oil Record Book (di kamar
mesin)11.Intact Stability Booklet (galangan kapal)12.Minimum Safe
Manning Certificate13.Certificates for Masters, Chief Engineers and
Officers14.Certificate of Insurance for Oil Pollution Damage (CLC for
tankers)15.Tankers Owners voluntary obligation for Oil Pollution (Tovalop for
Tankers, seperti jaminan di Bank)16.ISM Certificate (DOC &
CMC)17.International Ship Security Certificate (ISSC)Untuk Chemical
Tankers yang dibangun setelah 1 July 1986, yang muat barang kimia cair
curah, selain memenuhi ketentuan SOLAS harus pula memenuhi
ketentuan IBC (International Bulk Chemical Code). Kapal chemical tanker
ini berhak mendapatkan Certificate of Fitness.Sertifikat yang tidak termasuk
Statutory:

Builders Certificate, sertifikat yang dikeluarkan oleh Galangan Kapal


diberikan kepada pemilik kapal sewaktu penyerahan atau kelahiran kapal.

lkppun s
VI -3

Derrating Certificate dikeluarkan oleh Port Health Centre

Inspection Certificate untuk Inflatable Life Raft oleh Approved Servicing


Agent dari pabrik pembuat.

-
Inspection Certificate dikeluarkan oleh approved servicing agent tentang
sistem pemadam kebakaran CO² dan Dry Powder (2 th). Semua botol CO² ditest
hydrolik dan untuk Liquid Foam (1 th).

Semua surat kapal ini dalam tas surat kapal yang dibawa ke Syahbandar
untuk diteliti.

Sertifikat yang dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi

Kapal yang dibangun menurut “Rules and Regulation” akan mendapat


sertifikat+100 A I untuk Hull dan +LMC untuk mesin.

Sertifikat yang dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi:

Hull Certificate

Machinery Certificate & Boiler

Cargo Gear Certificate

Refrigeration Certificate

-
Sertifikat ini harus selalu ada di kapal (dalam tas surat kapal)Marine Hull Insurance
dan P&I

Biasanya Marine Insurance hanya menanggung kerusakan pada Hull


danMachinery saja

Seperti yang ada di “Liner negligence clause” kerusakan yang disebabkan oleh:

“wear and tear”

kerusakan dermaga

negligence tertanggung (ship owner)

Yang ditutup adalah: kandas, terdampar, tubrukan, cuaca buruk, melanggar


gunung es, kena bangkai kapal, benda terapung, kebakaran,
tenggelam, kecelakaan cargo gear, kelalaian pekerja reparasi, nakhoda, perwira,
ABK, pilot,as patah, kegagalan karena kerusakan tersembunyi, propeller

lkppun s
VI -4

Yang ditutup oleh P&I: kapal nubruk dermaga, jembatan, kabel,


rambu buoy muatan dan yang tidak dicover H&MSertifikat-Sertifikat SOLAS untuk
kapal-kapal barang dengan GT 500 atau lebih1. Cargo Ship Safety Construction
Certificate2. Cargo Ship Safety Equipment Certificate3. - Cargo Ship Safety Radio
Telephony < 1600 GT- Cargo Ship Safety Radio Telegraphy > 1600GT-
GMDSS certificate untuk kapal barang > 300GTdan semua kapal
penumpang yang dibangun sejak tanggal 1 Februari 1995/new ship
dan existing ship mulai tanggal 1 Februari 19994. Passenger Ship Safety Certificate
untuk kapal-kapal penumpang5. Certificate of Fitness untuk kapal-kapal tanker
pengangkut bahan kimia cair curah dengan mengacu pada Bulk Chemical
Code bagi yang dibangun sebelum tanggal 1 Juli 1986 dan International
Bulk Chemical Code untuk yang dibangun sesudah tanggal 1 Juli 19866.
Certificate of Fitness untuk pengangkut gas cair khusus dengan mengacu
pada International Gas Code untuk kapal-kapal yang dibangun tanggal 1 Oktober
1994 dan sesudahnya dan Code for the Construction an Equipment of
Ships Carrying Liquifed Gases in Bulk bagi yang dibangun sebelum tanggal 1
Oktober 19947. Approved Cargo Securing Manual untuk semua kapal
barang yang tidak muat secara homogen/general cargo ships per 1 January
19988. Document of Compliance untuk semua kapal barang yang muat
barang-barang berbahaya (dangerous goods)9. Exemption Certificate untuk
kapal-kapal tertentu dimana trayek pelayarannya tidak memerlukan peralatan
tertentu10.Safety Management Certificate untuk semua kapal Passenger
Ro-ro Ferry yang beroperasi di Eropa Barat sejak 1 Juli 1986, semua
kapal-kapal bulk carrier, tanker dengan bobot mati 500 GT ke atas dan
semua jenis kapal penumpang sejak 1 Juli 1998.DOC untuk pemilik
kapal/operator, kapal-kapal lain sesudah 1Juli 2002

lkppun s
VI -5

11.Code of Safe Practice for Solid Bulk Cargoes untuk kapal-kapal


barang yang mengangkut muatan curah yang padat.Kapal-kapal berbendera
Indonesia yang diwajibkan memiliki sertifikat klas BiroKlasifikasi Indonesia
adalah kapal-kapal:1. Berukuran dengan panjang 20 m atau lebih atau
100 BRT ke atas atau yang digerakkan dengan mesin yang bertenaga 100
PK ke atas.2. Yang melakukan pelayaran Internasional meskipun telah
memiliki sertifikat dari suatu Biro Klasifikasi asing.
VI.2. Peraturan Menteri Perhubungan Tentang Kewajiban
Bagi Kapal BerbenderaI n d o n e s i a

Berikut adalah peraturan menteri menyangkut kewajiban bagi


kapal-kapal berbendera Indonesia beserta keberlakuannya:

P e r a t u r a n M e n t e r i P e r h u b u n g a n Nomor: KM. 20 Tahun


2006T e n t a n g K e w a j i b a n B a g i K a p a l B e r b e n d e r a I n d o n e s i a
untuk Masuk Pada Biro Klasifikasi Indonesia

P a n j a n g k a p a l : 2 0 m e t e r a t a u l e b i h

T o n a g e k o t o r : 1 0 0 G T a t a u l e b i h

Tenaga penggerak utama : 250 PK atau lebihBiro Klasifikasi adalah


lembaga klasifikasi kapal yang melakukan kegiatan perumusan
peraturan kekuatan konstruksi dan permesinan kapal, jaminan m u t u
material marine, pengawasan pembangunan, pemeliharaan
d a n perombakan kapal sesuai dengan peraturan klasifikasi.

lkppun s
VI -6

Biro Klasifikasi Nasional P.T. Biro Klasifikasi Indonesia

Biro Klasifikasi Asing anggota IACS:1. Lloyd Register of Shipping (L.R.)2.


Germanisher Lloyd (G.L.)3. American Bureau of Shipping (A.B.S.)4. Nippon Kaiji
Kyokai (N.K.)5. Det Norske Veritas (N.V.)6. Bureau Veritas (B.V.)7. China
Classification Society (C.C.)8. Korean Register of Shipping K. R.)9. Russian Register
of Shipping (R. R.)

Keselamatan Kapal

Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,


konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk radio dan elektronika kapal, yang dibuktikan
dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

lkppun s
VI -7

Kelaik-Lautan Kapal

Kelaik-lautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi


persyaratan k e s e l a m a t a n k a p a l , p e n c e g a h a n p e n c e m a r a n

p e r a i r a n d a r i k a p a l , pengawakan, pemuatan, kesehatan dan


kesejahteraan awak kapal serta penumpang dan status hukum kapal untuk
berlayar di perairan tertentu.
lkppun s
VI.3. Peraturan pemerintah tentang PerkapalanPeraturan
Pemerintah Republik I

ndones

Nomor 51 tahun 2002 tentang “ Perkapalan

Bagian

Kedua

P e m e r i k s a a n , P e n g u j i a n d a n S e r t i f i k a s i Pasal 53

(1) Sejak kapal dirancang-bangun, dibangun, dioperasikan sampai


dengan kapal tidak digunakan lagi, harus diperiksa dan diuji kondisi teknis dan
keselamatannya oleh Pejabat Pemeriksa KeselamatanKapal.

lkppun s
VI -9

(2) Nakhoda atau pemimpin kapal dan/atau anak buah kapal harus
memberitahukan kepada Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
apabila mereka mengetahui bahwa kondisi kapal atau bagian dari
kapalnya, dinilai tidak memenuhi persyaratan kapal.(3) Pemilik kapal,
operator, nakhoda atau pemimpin kapal wajib membantu dan
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk pemeriksaan dan pengujian.(4)
Apabila diperlukan, Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal berwenang
naik di atas kapal untuk melaksanakan pemeriksaan dan pengujian
kondisi teknis keselamatan kapal.

Pasal 54

(1) Jenis pemeriksan keselamatan kapal sebagaimana dimaksud dalam


pasal 53, berdasarkan waktu pelaksanaan, terdiri dari:a. pemeriksaan pertama;b.
pemeriksaan tahunan;c. pemerkisaan pembaharuan;d. pemeriksaan
antara;e. pemeriksaan di luar jadwal; danf. pemeriksaan karena kerusakan dan
perbaikan.

Pasal 55

(1) Setiap kapal yang berdasarkan hasil pengujian dan pemeriksaan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 dan pasal 54 memenuhi
persyaratan keselamatan kapal, diberikan sertifikat keselamatan kapal.(2)
Setiap kapal yang berlayar di perairan Indonesia, harus memiliki:a. Sertifikat
Keselamatan Kapal;b. Sertifikat Keselamatan Radio; dan c. Sertifikat Garis
Muat.

lkppun s
VI -10

(3) Khusus kapal penumpang yang berlayar di perairan Indonesia, wajib


dilengkapi dengan sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang.(4) Kapal harus
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sesuai
dengan daerah pelayarannya.(5) Kapal untuk daerah pelayaran semua lautan
atau pelayaran internasional harusmemiliki sertifikat sesuai dengan ketentuan
konvensi Internasional.(6) Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan ayat (3), berdasarkan jenis pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 54 digolongkan sebagai:a. sertifikat sementara;b. sertifikat pertama; dan c.
sertifikat pembaharuan.(7) Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) diberikan olehMenteri.

Pasal 57

(1) Sertifikat kapal tidak berlaku apabila:a. masa berlaku sudah berakhir;b. tidak
melaksanakan pengukuhan sertifikat (endorsemen);c. kapal rusak dan dinyatakan
tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal;d. kapal berubah nama;e. kapal
berganti bendera;f. kapal tidak sesuai lagi dengan data-data teknis dalam
sertifikat keselamatan kapal;g. kapal mengalami perombakan yang
mengakibatkan perubahan konstruksi kapal, perubahan ukuran utama kapal,
perubahan fungsi atau jenis kapal;h. kapal tenggelam atau hilang; atau i. kapal
ditutuh (scrapping)

lkppun s
VI -11

(2) Sertifikat kapal dibatalkan apabila:a . k e t e r a n g a n - k e t e r a n g a n


d a l a m d o k u m e n k a p a l y a n g d i g u n a k a n u n t u k penerbitan
sertifikat ternyata tidak sesuai dengan yang sebenarnya;b. kapal sudah tidak
memenuhi persyaratan keselamatan kapal; atau c. sertifikat diperoleh secara
tidak syah.

Pasal 58
(1) Pemilik, operator, nakhoda atau pemimpin kapal wajib memelihara dan
merawat kapalnya sehingga kapal selama dioperasikan tetap memenuhi
persyaratan keselamatan kapal dan sesuai dengan data yang terdapat pada
sertifikat kapal.(2) Setiap kapal wajib dilimbungkan sesuai dengan jadwal
yang ditentukan untuk pelaksanaan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1)

V I . 4 . P e r a t u r a n p e m e r i n t a h t e n t a n g K l a s i f i k a s i K a p a l Pasal 59

(1) Untuk keperluan persyaratan keselamatan kapal, kapal berdasarkan


jenis dan ukuran tertentu, wajib diklasifikasikan pada badan klasifikasi.(2) Badan
klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing yang diakui dapat ditunjuk untuk
melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap kapal dengan jenis
dan ukuran tertentu yang berkenaan dengan pemenuhan
p e r s y a r a t a n keselamatan kapal.(3) Penunjukan dan pengakuhan
badan klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) dilakukan oleh
Menteri.

lkppun s
VI -12

Referensi:

http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idnya=425#

http://sites.google.com/site/ebookship01/ebook-ship-01/certification/085-
SURVEYANDCERTIFICATION.pdf?attredirects=0&d=1


Sanusi Setrodjijo, (2010), “Survey & Certification”.Evaluasi Pembelajaran1 .
Pengayaan materi dengan membuat tugas terkait
d e n g a n kewenangan yang diberikan pemerintah pada badan klasifikasi yang
ditunjuk.2. Berdiskusi tanda-tanda kelas dan prosedur survey dan sertifikasi kapal

lkppun s
VII -1

BAB VIIPORT STATE CONTROLSasaran Pembelajaran

Mahasiswa memahami pentingnya port state control serta kewenangan PSC officer,
memahami konsep pengamanan pelabuhan dan persyaratan yang diwajibkan
pelabuhan sebagai penyelenggara/officer PSC.

Metode Pembelajaran
Pertemuan ke IX dan XI1. Kuliah dan berdiskusi2. Tugas menjawab pertanyaan
pada sesi akhir perkuliahan

U r a i a n B a h a n P e m b e l a j a r a n VII.1. Port State Control (PSC)

Port State Control (PSC) adalah pemeriksaan kapal asing di pelabuhan


nasional untuk memverifikasi bahwa kondisi kapal dan peralatan sesuai
dengan persyaratan peraturan internasional dan bahwa kapal yang diawaki
dan dioperasikan sesuai dengan aturan-aturan ini.Pada tahun 1978,
sejumlah negara Eropa sepakat di Den Haag pada memorandum
yang setuju untuk mengaudit apakah kondisi tenaga kerja di kapal
itu sesuai aturan ILO. S e t e l a h

Amoco Cadiz

tenggelam tahun itu, diputuskan juga audit terhadap


keamanan dan polusi. Untuk tujuan ini, di tahun 1982 Nota
Kesepahaman di Paris(Paris MoU) yang telah disepakati, membangun
Pengendalian Negara Pelabuhan, saat ini 26 negara Eropa dan Kanada.
Dalam prakteknya, ini adalah reaksi pada kegagalan negara bendera -
terutama flags of convenience yang telah didelegasikan tugas mereka
untuk klasifikasi masyarakat - untuk memenuhi tugas-tugas inspeksi
mereka.Setelah di atas fondasi yang dibangun oleh Paris MOU, beberapa
daerah lainnya MoUtelah ditandatangani, termasuk Tokyo MOU
(Samudera Pasifik), Acuerdo Latino atau

lkppun s
VII -2

Acuerdo de Vina del Mar (Amerika Selatan dan Tengah), Karibia MOU,
Mediterania MOU , Samudra Hindia MOU , Abuja MOU (Barat dan
Tengah Atlantik Afrika), Laut Hitam MOU, dan Riyadh MOU (Teluk
Persia).Para U n i t e d S t a t e s C o a s t G u a r d m e m v e r i f i k a s i b a h w a
s e m u a k a p a l a s i n g y a n g beroperasi di Amerika Serikat perairan
yang sesuai substansial dengan konvensi internasional, serta semua AS
berlaku undang-undang, peraturan dan perjanjian. AS bukan anggota dari
setiap Kontrol Port State MOU.Banyak dari konvensi IMO paling penting berisi
ketentuan-ketentuan teknis kapal untuk diperiksa ketika mereka mengunjungi
pelabuhan asing untuk memastikan bahwa mereka memenuhi persyaratan IMO.a.
Kekurangan harus diperbaiki sebelum kapal dapat berangkat port;b. Penahanan
kapalInspeksi tersebut pada awalnya dimaksudkan sebagai cadangan
untuk implementasi Negara bendera, tetapi pengalaman telah
menunjukkan bahwa mereka dapat menjadi sangat efektif, terutama jika
diselenggarakan secara regional. Sebuah kapal akan ke pelabuhan di satu
negara biasanya akan mengunjungi negara-negara lain di kawasan
sebelum memulai perjalanan pulang dan itu adalah untuk keuntungan semua orang
jika inspeksi dapat erat terkoordinasi.Hal ini memastikan bahwa sebanyak
mungkin kapal yang diperiksa, tetapi pada saat y a n g s a m a m e n c e g a h
kapal-kapal yang tertunda oleh inspeksi yang tidak perlu.
Tanggung jawab utama untuk standar kapal dimiliki oleh Negara bendera - tetapi
kontrol Negara pelabuhan menyediakan "jaring pengaman" untuk
menangkap kapal standar.IMO telah mendorong pembentukan organisasi
regional pelabuhan Negara kontrol dan perjanjian pada kontrol Negara
pelabuhan - Memorandum of Understanding atau MoU -telah
ditandatangani mencakup seluruh lautan di dunia: Eropa dan Atlantik utara
(Paris

lkppun s
VII -3

MoU), Asia dan Pasifik (Tokyo MoU); Amerika Latin (Acuerdo de Vina del
Mar); Karibia (Karibia MoU); Barat dan Afrika Tengah (Abuja MoU); wilayah
Laut Hitam (Laut Hitam MoU); Mediterania (Mediterania MoU); Samudera
Hindia (Indian Samudera MoU), dan Riyadh MoU.IMO host Kelima IMO
Lokakarya untuk PSC MoU / Kesepakatan Sekretaris dan Manajer Database dari
14-16 Juni 2011. Lokakarya ini didanai oleh Dana Teknis IMO Kerjasama
dan bertujuan untuk memberikan dukungan kepada rezim kontrol
port Negara regional dengan membangun sebuah platform untuk
kerjasama dan juga menyediakan sebuah forum bagi orang yang
terlibat untuk bertemu dan bertukar ide dan pengalaman, mereka juga
bertujuan untuk mendorong harmonisasi dan koordinasi kegiatan PSC dan
pengembangan rekomendasi praktis yang dapat diteruskan ke IMO untuk
pemeriksaan lebih lanjut oleh Komite relevan Organisasi dan Sub-
Komite. Lokakarya Keenam dijadwalkan berlangsung pada tahun 2013.

Port State Control diperlukan untuk:

1. Pelaksanaan Ketentuan-ketentuan untuk PSC dalam Konvensi-Konvensi IMO.2.


Memeriksa kapal-kapal berbendera bukan negara peserta Konvensi.3. Memeriksa
kapal-kapal di bawah ukuran konvensi.4. Identifikasi kapal-kapal di bawah standard
atau resiko-resiko pencemaran.

5.

Melakukan Pengawasan melalui pemonitoran (

Monitoring Control)

Ketentuan-Ketentuan untuk PSC dalam Konvensi-Konvensi


IMO

Konvensi IMO yang berhubungan dengan kapal menempatkan tanggung jawab


untuk keselamatan dan perlindungan lingkungan laut pada Negara bendera.
Negara pelabuhan dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk tujuan
dimaksud.Beberapa konvensi ( SOLAS 74/78, MARPOL 73/78, Load Line
66, SCTW 78/95 danILO No. 147) memuat ketentuan-ketentuan yang
memberikan kewenangan kepada

lkppun s
VII -4

Negara-Negara Pelabuhan untuk melakukan pengawasan terhadap


diterapkannya p e r s y a r a t a n - p e r s y a r a t a n k o n v e n s i d i b i d a n g
k e s e l a m a t a n d a n p e n c e g a h a n - pencegahan.

Kapal-Kapal berbendera Negara bukan Peserta

Pengawasan dilakukan oleh Negara Pelabuhan didasarkan pada prinsip bahwa


Negara Pelabuhan mengakui sertifikat-sertifikat Internasional yang
diterbitkan oleh atau atas nama Negara Bendera Pengakuan dimaksud
adalah suatu hak istimewa yang hanya diberikan kepada negara peserta
konvensi.Negara bukan peserta konvensi tidak boleh menerbitkan sertifikat-
sertifikat dimaksud. Namun negara ini dapat menerbitkan tersebut atas
kewenangan yang diberikan oleh suatu negara peserta konvensi sesuai
ketentuan-ketentuan konvensi yang terkait.Sumber langsung yang memberikan
kewenangan untuk melaksanakan program adalah Undang-Undang
Nasionalnya. Oleh karena itu, adalah perlu bagi Negara Pelabuhan untuk menjadi
peserta dari konvensi-konvensi dan memiliki legilisasi yang diperlukan
untuk melakukan pengawasan (PSC).

Kapal-Kapal di bawah Ukuran Konvensi

Konvensi-konvensi maritim pada umumnya mempunyai batas-batas pemberlakukan


untuk setiap kategori dari ukuran kapal-kapal. (tonase, panjang
kapal, umur kapal, daerah pelayaran). Batas-batas aplikasi
dimaksud tidak hanya menyangkut akan sertifikat-sertifikat tetapi
juga kapal-kapal beserta perlengkapannya; Hal ini tidak merubah
faktanya bahwa kapal-kapal dimaksud hanya boleh diizinkan berlayar jika
keselamatan dan perlindungan terhadap lingkungan laut terjamin.Kapal-kapal
tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan dari Negara Bendera,
yang mungkin tidak diketahui oleh para Inspektur dari Negara Pelabuhan.
Oleh karena

lkppun s
VII -5

itu, PSCO

(Post State Control Officer)

harus memakai kebijaksanaannya dalam mempertimbangkan akan


kondisi kapal-kapal tersebut; Mereka dapat dibantu dalam hal ini dengan
beberapa bentuk sertifikat yang diterbitkan oleh atau atas nama
Negara Bendera yang terkait.
Identifikasi Kapal-Kapal di bawah Standar atau Resiko-
Resiko Pencemaran

Memerlukan pertimbangan secara profesional.


P e n g a l a m a n - p e n g a l a m a n memperlihatkan bahwa
interprestasi dapat berbeda-beda diantara negara-negara.
Kesukaran dalam menetapkan kapal-kapal demikian direfleksikan
dalam pedoman tentang pengawasan negara pelabuhan (

Guidelines On Port State Control).

Suatu prinsip yang perlu diingat adalah perlengkapan yang diisyaratkan


oleh konvensi harus ada dan telah diservis, kedua-duanya. Jika tidak, maka kapal
tidak sesuai dengansertifikat dan tindakan perbaikan harus segera diambil.

Pengawasan Secara Regional (Kawasan)

Dituangkan dalam

“Memorandum of Understanding”.

Paris MOU)

, Paris on 1 July 1982;

(Vina de Mar or Latin America Agreement)

, Vina del Mar (Chile) on 5 November 1992.

(Tokyo MOU)
, Tokyo (Japan) on 1 December 1993;

(Caribbean MOU)

, Christchurch (Barbados) on 9 February 1996;

(Mediterranean MOU),

Malta on 11 Juli 1997.

(Indian Ocean MOU)

, Pretoria (SOUTH Africa) on 5 June 1998 ;

(Abuja MOU)

, Abuja on 22 October 1999;

lkppun s
VII -6

Pengawasan melalui Pemonitoran (

Monitoring Control

Bertujuan untuk memperbaiki pemenuhan dengan sejumlah


konvensi, yang harus direfleksikan dalam pengurangan kecelakaan dan
pencemaran.

VII.2.
Port State

(Negara Pelabuhan)

Istilah “Port State”

(Negara Pelabuhan)

dipakai untuk menjelaskan bahwa suatu negara d i m a n s a a d a l o k a s i


pelabuhan laut. Konvensi-konvensi International
t e n t a n g keselamatan maritim dan pencegahan pencemaran
mengizinkan suatu negara untuk memeriksa kapal asing dalam salah satu
pelabuhan-pelabuhannya untuk memastikan bahwa kapal tersebut
secara substansi memenuhi standar-standar untuk sertifikat-sertifikat
internasional yang disyaratkan untuk dibawa atau berada di kapal.Secara
Internasional disetujui prosedur-prosedur didasarkan atas asumsi bahwa sebuah
kapal akan memenuhi semua persyaratan-persyaratan konvensi. Jika sertifikat-
sertifikat kapal masih berlaku dan kesan-kesan umum serta dari
pengamatan secara visual menampakkan adanya suatu standar pemeliharaan
yang baik, maka PSCO hanya akan memeriksa kekurangan-kekurangan atau

“deficiencies”

yang dilaporkan.Jika PSCO merasa pasti ada dasar-dasar yang kuat

(clear grounds)

bahwa sebuah kapal mungkin di bawah standar

(substandard ship)

, suatu pemeriksaan yang lebih rinci d a p a t d i l a k u k a n . L a n g k a h


t i n d a k a n k e d u a y a n g d i d e s a i n u n t u k m e n a m b a h a t a u suplemen
pengaturan pengawasan negara bendera.Sifat pemeriksaan PSC terutama
berhubungan dengan perlengkapan keselamatan k a p a l , t i d a k
mengizinkan untuk melakukan pengujian struktural
s e s u n g g u h n y a . Pemeriksaan-pemeriksaan PSC tidak didesain untuk
mendeteksi kesalahan-kesalahan struktural utama.

lkppun s
VII -7

Jika dijumpai adanya kerusakan-kerusakan maka


n e g a r a p e l a b u h a n h a n y a bertanggung jawab untuk memastikan
agar kerusakan tersebut diperbaiki. Kerusakan-k e r u s a k a n y a n g s e r i u s
tersebut mungkin diminta untuk diperbaiki sebelum kapal
berlayar. Kapal dapat ditahan hingga perbaikan-perbaikan telah dilakukan
atau harus dikerjakan dalam kurun waktu tertentu atau mungkin
dapat diperbaiki di pelabuhan berikutnya

Pemeriksaan (
Inspections)

1. Pemeriksaan juga dapat dilakukan misalnya dari informasi yang


diberikan oleh suatu negara pelabuhan sehubungan dengan keadaan
suatu kapal dan seorang PSCO (Port State Control Officer) dapat langsung
menuju ke kapal dimaksud. S e b e l u m n a i k k e k a p a l , i a a k a n
m e n g a m a t i p e n a m p i l a n k a p a l d i l a u t a t a u dermaga.2. Pada
kesempatan pertama dimungkinkan, PSCO harus meyakinkan akan tahun
pembangunannya dan ukuran kapal untuk
m e n e t a p k a n k e t e n t u a n - ketentuan/peraturan-peraturan
m a n a d a r i k o n v e n s i - k o n v e n s i y a n g a k a n diterapkan3. Pada waktu
naik ke kapal dan memperkenalkan diri kepada Nahkoda atau perwira kapal yang
bertanggung jawab, PSCO kemudian memeriksa dan meneliti sertifikat-sertifikat
serta dokumen-dokumen kapal yang disyaratkan.4. Jika semua sertifikat
masih berlaku dan kesan umum PSCO serta observasi-observasi
yang nampak di kapal memastikan bahwa suatu pemeliharaan kapal
terlihat baik, maka pada umumnya ia akan membatasi langkah-
langkah p e m e r i k s a a n n y a d a n h a n y a m e n g i s i f o r m A ,
s e d a n g k a n f o r m B j i k a d a r i observasi yang dilakukan dijumpai
kekurangan-kekurangan

(deficiencies)

5. Namun, apabila dari kesan umum PSCO atau observasinya di


atas kapal ada d a s a r - d a s a r y a n g k u a t

(clear grounds)

u n t u k m e y a k i n k a n b a h w a k a p a l , perlengkapannya atau awak


kapalnya secara substansial tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan, maka PSCO harus meneruskan pemeriksaannya
secara lebih rinci

(more detailed inspection)

lkppun s
VII -8

Clear Grounds

Dasar-dasar yang kuat untuk melakukan suatu pemeriksaan lebih terinci:1. Tidak
adanya perlengkapan/peralatan pokok (principal) atau penataan-
penataan(arrangements) yang diisyaratkan oleh Konvensi-Konvensi;2. Bukti dari
penelitian sertifikat-sertifikat kapal bahwa suatu sertifikat atau sertifikat
adalah jelas tidak berlaku;3. Bukti bahwa buku-buku jurnal kapal, manual-
manual atau dokumentasi lainnya yang diisyaratkan tidak ada di kapal, tidak
terpelihara, atau salah pemeliharaan;4. Bukti dari kesan-kesan umum pejabat
pemeriksa dan observasi-observasi bahwa keadaan sesungguhnya badan kapal
atau keburukan struktural atau kekurangan-kekurangan yang ada dapat
menimbulkan resiko bahaya pada struktur kapal kedap air atau integritas kedap
cuaca dari kapal;5. Bukti dari kesan-kesan umum pejabat pemeriksa atau observasi-
observasi b a h w a a d a n y a k e k u r a n g a n - k e k u r a n g a n y a n g
s e s u n g g u h n y a d a l a m keselamatan, pencegahan pencemaran, atau
perlengkapan navigasi;6. Informasi atau bukti bahwa Nakoda atau awak
kapal tidak terbiasa (non familiar) dengan operasi-operasi penting di atas
kapal sehubungan dengan keselamatan kapal atau pencegahan
pencemaran, atau operasi-operasi dimaksud belum pernah
dilakukan;7 . I n d i k a s i - i n d i k a s i b a h w a a n g g o t a - a n g g o t a k u n c i
a w a k k a p a l t i d a k m a m p u berkomunikasi satu dengan lainnya atau
dengan orang-orang yang lain di atas kapal;8. Tidak adanya daftar kapal
yang muktakhir, bagan/pola pengawasan kebakaran, dan untuk kapal-
kapal penumpang, satu bagan/pola pengawasan kerusakan

(damage control plan)

;9. Emisi tanda-tanda bahaya yang salah

(false distress alerts)

tidak diikuti dengan prosedur-prosedur pembatalan yang tepat.10.Menerima


suatu laporan atau pengaduan yang berisi informasi bahwa
kapalnampak di bawah standar

(sub-standard ship).

lkppun s
VII -9

Referensi:

Sidro, (2010), ”Modul III, Port State Control, STCW 1995”.

http://www.ebookship.plusadvisor.com/Evaluasi PembelajaranMemberikan soal


pertanyaan untuk diselesaikan di rumah sebagai berikut:1 . T u l i s k a n
pendapat anda perihal perntingnya penegakan PSC di
pelabuhan.2. Sebutkan dan jelaskan beberapa wewenang yang
melekat pada PSCofficer dalam menangani keamanan di pelabuhan kaitannya
dengan pemerikasaan kapal.3. Bagian-bagian apa saja yang diperiksa untuk
menjamin keselamatan dan keamanan pelabuhan.

lkppun s
VIII -1

BAB VIIISTANDARDS OF TRAINING, CERTIFICATION AND


WATCHKEEPING (STCW)Sasaran Pembelajaran

Memahami dan mendalami aturan yang terkait dengan peningkatan


kemampuan dan sertifikasi kelayakan ABK kapal.

Metode Pembelajaran
Pertemuan ke XII dan XIIIMetode pembelajaran1. Kuliah dan berdiskusi2. Diskusi
panel pada minggu ke XIII

Uraian Bahan PembelajaranVIII.1. STCW (Standards of


Training, Certification and Watchkeeping)

Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi dan


Watchkeeping untuk Pelaut (atau STCW), 1978 adalah set kualifikasi
standar untuk master, petugas dan personil dalam mengawasi pada saat
berlayar di kapal dagang laut. S T C W d i a d o p s i p a d a t a h u n 1 9 7 8
o l e h k o n f e r e n s i d i O r g a n i s a s i M a r i t i m Internasional (IMO)
di London, dan mulai berlaku pada tahun 1984. Konvensi tersebut
secara signifikan telah diubah pada tahun 1995.Konvensi STCW tahun 1978 adalah
yang pertama untuk menetapkan persyaratan dasar tentang pelatihan,
Sertifikasi dan Watchkeeping untuk pelaut di tingkat i n t e r n a s i o n a l .
Sebelumnya standar pelatihan, sertifikasi dan Watchkeeping
petugas dan peringkat didirikan oleh pemerintah masing-masing, biasanya
tanpa mengacu pada praktik di negara lain. Akibatnya standar dan
prosedur bervariasi secara luas, meskipun pengiriman adalah yang paling
internasional dari semua industri.

lkppun s
VIII -2

Konvensi STCW tahun 1978 adalah yang pertama untuk menetapkan persyaratan
dasar tentang pelatihan, Sertifikasi dan Watchkeeping untuk pelaut
di tingkat i n t e r n a s i o n a l . S e b e l u m n y a s t a n d a r p e l a t i h a n ,
s e r t i f i k a s i d a n W a t c h k e e p i n g petugas dan peringkat didirikan oleh
pemerintah masing-masing, biasanya tanpa mengacu pada praktik di
negara lain. Akibatnya standar dan prosedur bervariasi secara luas,
meskipun pengiriman adalah yang paling internasional dari semua
industri.Para anggota Konvensi mengatur standar minimum yang
berkaitan dengan pelatihan, Sertifikasi dan Watchkeeping untuk pelaut
yang negara berkewajiban untuk memenuhi atau melaksanakannya.Konvensi
tidak berurusan dengan tingkat pengawakan: ketentuan IMO di wilayah i n i
ditutupi oleh peraturan 14 dari Bab V dari Konvensi
I n t e r n a s i o n a l u n t u k Keselamatan Jiwa di Laut (SOLAS) 1974, persyaratan
yang didukung oleh resolusi A.890 (21) Prinsip awak aman, diadopsi
oleh Majelis IMO pada 1999, yang menggantikan resolusi
sebelumnya A.481 (XII) yang diadopsi pada tahun1981.Salah satu
fitur utama penting Konvensi adalah bahwa hal itu berlaku untuk kapal-
kapal non-Amerika ketika mengunjungi pelabuhan Negara yang menjadi
Pihak Konvensi. Pasal X membutuhkan Pihak untuk menerapkan tindakan
pengendalian untuk kapal semua bendera sejauh yang diperlukan
untuk memastikan bahwa tidak ada perlakuan yang lebih
menguntungkan diberikan kepada kapal-kapal berhak mengibarkan
bendera Negara yang tidak Partai daripada diberikan kepada kapal-kapal berhak
untuk terbang bendera dari suatu Negara.Kesulitan yang bisa timbul untuk
kapal negara yang bukan Pihak pada Konvensi adalah salah satu alasan
mengapa Konvensi telah menerima penerimaan luas tersebut. Pada tahun 2011,
Konvensi STCW memiliki 155 Pihak, mewakili 98,9 persen dari tonase
pengiriman dunia.

lkppun s
VIII -3

Revisi 1995

Pada tanggal 7 Juli 1995, IMO mengadopsi revisi komprehensif STCW.


Mereka juga termasuk proposal untuk mengembangkan Kode STCW baru,
yang akan berisi rincian teknis terkait dengan ketentuan-ketentuan
Konvensi. Amandemen memasuki berlaku pada tanggal 1 Februari 1997.
Implementasi penuh diperlukan p e r 1 F e b r u a r i 2 0 0 2 . P e l a u t s u d a h
m e m e g a n g l i s e n s i m e m i l i k i o p s i u n t u k memperbaharui lisensi
mereka sesuai dengan aturan lama
Konvensi 1978

selama periode yang berakhir pada tanggal 1 Februari 2002. Pelaut


memasuki program pelatihan setelah tanggal 1 Agustus 1998 adalah
diperlukan untuk memenuhi standar kompetensi dari tahun

1995 Perubahan

baru.Perubahan yang paling signifikan yaitu:a. Peningkatan kontrol pelabuhan


negara;b . k o m u n i k a s i i n f o r m a s i u n t u k I M O u n t u k
m e m u n g k i n k a n p e n g a w a s a n bersama dan konsistensi dalam penerapan
standar,c. sistem standar kualitas (QSS), pengawasan prosedur pelatihan,
penilaian, dan sertifikasi,Para Amandemen mengharuskan pelaut diberikan
dengan "pelatihanpengenalan" dan "pelatihan keselamatan dasar" yang
meliputi dasar pemadaman kebakaran , SD pertolongan pertama , pribadi
teknik bertahan hidup , dan keselamatan pribadi dan tanggung jawab sosial
. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaut sadar akan
bahaya bekerja di kapal dan dapat merespon tepat dalam keadaan darurat.d .
penempatan tanggung jawab pada partai-partai,
termasuk

yang mengeluarkan lisensi, dan bendera negara-negara yang


mempekerjakan w a r g a a s i n g ,

untuk memastikan memenuhi standar objektif pelaut


kompetensi, dane. persyaratan waktu istirahat untuk personil Watchkeeping.

lkppun s
VIII -4

Referensi:

Bambang Setiono Adi, (2008), ”Nautika Kapal Penangkap Ikan, Untuk


SMK Jilid 3”, Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan, Jakarta.


http://www.imo.org/About/Conventions/ListOfConventions/Pages/
International-Convention-on-Standards-of-Training,-Certification-and-
Watchkeeping-for-Seafarers-(STCW).aspx

Evaluasi Pembelajaran1. memberikan nilai khusus bagi mahasiswa yang aktif


berdiskusi dan mengutarakan pendapat2. Pengayaan materi dengan membaca
atura STCW

lkppun s
I X - 1

BAB IX MAHKAMAH P E L A Y A R A N Sasaran Pembelajaran

Memahami kedudukan da wewenang mahkamah pelayaran dalam menjalankan


aturan UUD pelayaran dan kewenangan yang melekat pada mahkamah pelayaran

Metode Pembelajaran

Minggu ke XIV dan XVMetode :1. Presentase kelompok dan berdiskusi antar
kelompok2. Membaca dan mendalami aturan dan UUD yang digunakan oleh
mahkamah pelayaran
Uraian Bahan PembelajaranIX.1. Mahkamah
PelayaranK e d u d u k a n :

1. Merupakan lembaga pemerintah yang berada dibawah dan bertanggung


jawab langsung kepada Menteri Perhubungan.2. Berkedudukan di ibu kota
negara RI.

Tugas pokok:

Melaksanakan pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal

Dasar hukum:

Undang-undang no. 21 tahun 1992 tentang “Pelayaran“

Peraturan Pemerintah no. 1 tahun 1998 tentang “Pemeriksaan


KecelakaanKapal “

Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 55 tahun 2006 tentang “Tata


caraPemeriksaan Kecelakaan Kapal“

1974 SOLAS Convention Chapter I - General Provision, Part C: Casualties:

lkppun s
I X - 2

- Tiap-tiap badan pemerintah wajib melakukan pemeriksaan terhadap


setiap kecelakaan yang terjadi di setiap kapal dari kapal-kapal miliknya
yang tunduk pada ketentuan-ketentuan konvensi- T i a p - t i a p
pemerintah wajib menyampaikan kepada organisasi
keterangan yang luas mengenai hasil-hasil yang
d i p e r o l e h d a r i pemeriksaan itu
Fungsi

1. Melaksanakan penelitian sebab-sebab kecelakaan kapal dan penentuan


ada atau tidak adanya kesalahan dan atau kelalaian dalam penerapan
standard profesi kepelautan yang dilakukan oleh nakhoda atau pemimpin
kapal dan atau perwira kapal atas terjadinya kecelakaan kapal2. Penjatuhan
sanksi administratif, berupa:a. peringatanb. pencabutan sementara
sertipikat keahlian pelaut

Tujuan

Terwujudnya penegakan hukum dalam bidang keselamatan pelayaran


yang dapat memenuhi nilai filosofis yang berintikan rasa keadilan dan
kebenaran serta nilai yuridis yang sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku.

Kegiatan

Penelitian dan pemeriksaan berkas-berkas perkara kecelakaan kapal yang


diterima dari DJPL

Pelaksanaan rapat dan sidang pemeriksaan terhadap awak kapal


yang bersangkutan

Melaksanakan pembahasan akhir dan menetapkan putusan dan temuan-


temuan

lkppun s
I X - 3

Melaksanakan kegiatan administrasi umum dan pemeliharaan sarana dan


prasarana

Admiralty Court


Khusus mengadili perkara-perkara yang timbul dari perselisihan dalam hukum
maritim, atau perkara-perkara sebagai akibat pelanggaran terhadap hukum
(publik) maritim

Perlu ada batasan apa yang disebut hukum maritim untuk


menentukan yurisdiksi pengadilan umum atau pengadilan khusus

Pemeriksaan Kecelakaan Kapal

Syahbandar:

Dasar Hukum:

pasal 25 Ordonansi Kapal 1935

peraturan 21 Solas 1974

UU 21 1992 tentang Pelayaran

Flag state wajib melakukan pemeriksaan terhadap kecelakaan


kapal dan melaporkan ke IMO

Syahbandar sangat berkepentingan untuk mendapatkan data-data teknis


kapal dan tingkat pengetahuan keterampilan awak kapal dalam melakukan
olah gerak kapal
Pemeriksaan Kecelakaan Kapal

Kegiatan penyelidikan atau pengusutan suatu peristiwa kecelakaan kapal


yang dilakukan oleh Pejabat Pemerintah yang
b e r w e n a n g u n t u k mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal.

Tersangkut: Nakhoda atau pemimpin kapal dan/atau perwira kapal


yang diduga melakukan kesalahan atau kelalaian dalam penerapan
standar profesi kepelautan yang menyebabkan kecelakaan kapal

lkppun s
I X - 4

Terhukum: tersangkut yang dijatuhi sanksi administratif berdasarkan hasil


keputusan Sidang Majelis Mahkamah Pelayaran

Pemeriksaan kecelakaan kapal dilakukan terhadap semua kecelakaan kapal yang


terjadi di wilayah perairan Indonesia dan kecelakaan kapal berbendera
Indonesia yang terjadi di luar wilayah perairan Indonesia.

Jenis kecelakaan kapal:a. kapal tenggelam;b. kapal terbakar;c. kapal


tubrukan;d. kecelakaan kapal yang menyebabkan terancamnya jiwa
manusia dan kerugian harta benda;e. kapal kandas.

Pemeriksaan kecelakaan kapal:a. pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal;b.


pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal.

Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal dilaksanakan atas dasar laporan


kecelakaan kapal.

Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal dilaksanakan untuk mencari


keterangan dan/atau bukti-bukti awal atas terjadinya kecelakaan kapal.

Hasil pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal dituangkan dalam bentuk berita


acara pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal, Menteri


berpendapat adanya dugaan kesalahan dan/atau kelalaian dalam
menerapkan standar profesi kepelautan yang dilakukan oleh Nakhoda atau
pemimpin kapal dan/atau perwira kapal atas terjadinya kecelakaan kapal,
maka selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
s e j a k diterimanya hasil pemeriksaan pendahuluan kecelakaan
kapal, Menteri m e m i n t a M a h k a m a h P e l a y a r a n m e l a k u k a n
p e m e r i k s a a n l a n j u t a n kecelakaan kapal.

Pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal dilaksanakan oleh MahkamahPelayaran.

Tugas Mahkamah Pelayaran:

lkppun s
I X - 5

a. meneliti sebab-sebab kecelakaan kapal dan menentukan ada atau tidak


adanya kesalahan atau kelalaian dalam penerapan standar profesi
kepelautan yang dilakukan oleh Nakhoda atau pemimpin kapal;b. menjatuhkan
sanksi administratif kepada Nakhoda atau pemimpin kapal dan/atau
perwira kapal yang memiliki sertifikat keahlian pelaut yang
dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yang melakukan kesalahan atau
kelalaian dalam menerapkan standar profesi kepelautan.
IX.2. Tanggung Jawab KeamananContracting Government
(Negara-Negara Peserta)

Bahwa negara-negara peserta wajib menetapkan, tingkat-tingkat


keamanan dan memberikan bimbingan untuk berlindung dari insiden keamanan
(A/4.1).J i k a n e g a r a p e s e r t a t e l a h m e n e t a p k a n k e a m a n a n
t i n g k a t - 3 , m a k a w a j i b mengeluarkan instruksi dan informasi kepada kapal
(A/4.2).N e g a r a p e s e r t a d a p a t m e n d e l e g a s i k a n t u g a s - t u g a s
t e r t e n t u m e n y a n g k u t keamanan kepada organanisasi yang telah
diakui kecuali dalam hal-hal khusus (A/4.3).Negara peserta wajib
melakukan pengujian sepanjang dianggap perlu terhadap rancangan
keamanan baik kapal maupun pelabuhan.(A/4.4)

Tanggung Jawab Negara Peserta

Menetapkan tingkat keamanan;

Memberikan persetujuan terhadap rancangan keamanan;

Memeriksa ketaatan kapal dan menerbitkan sertifikat;

Menjamin penyelesaian dan persetujuan penilaian keamanan;

Melaksanakan pengawasan;


Menguji rancangan yang telah disetujui;

Menyampaikan informasi keamanan.

lkppun s
I X - 6

Dalam melaksanakan tugasnya, negara peserta dapat


m e n g a n g k a t a t a u menetapkan otoritas yang ditunjuk di dalam
pemerintahannya dan mengijinkan organisasi yang telah diakui
melaksanakan pekerjaan tertentu kecuali tangung jawab yang tidak dapat
didelegasikan.(B/1.7)Negara peserta harus dapat memastikan
tentang kerahasian penilaian dan menentukan tindakan yang tepat
untuk mencegah adanya pembongkaran kerahasiaan (B/4.1).
Recognized Security Organizations (Organisasi
Keamanan yang Terdaftar/ Diakui)

Negara peserta dapat memberikan kewenangan kepada organisasi


yang telah diakui untuk melakukan kegiatan keamanan meliputi: (B/4.3)-
Persetujuan terhadap rancangan keamanan;- Verifikasi dan Sertifikasi ketaatan
kapal;- Penilaian keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan.Bahwa operator
fasilitas pelabuhan dapat ditunjuk sebagai organisasi yang sudah sejauh
mana mempunyai keahlian yang tepat dalam melaksanakan keamanan
(B/4.7).

Obligation of Company (A/6) (Kewajiban Perusahaan)

Perusahaan dapat memastikan rancangan keamanan statemen


yang tegas mengenai otoritas nahkoda sebagai pembuat kebijakan.
Perusahaan wajib m e m a s t i k a n p e t u g a s k e a m a n a n k a p a l ,
n a k h o d a d a n p e t u g a s p e r u s a h a a n . Tanggung jawab petugas
keamanan perusahaan meliputi:

Memastikan penilaian keamanan kapal;

Menyiapkan SSP yang akan disetujui oleh administrasi.Mewajibkan kepada


perusahaan untuk melibatkan nahkoda kapal sebagai pusat informasi
perusahaan sebagaimana yang dipersyaratkan. (B/6.2)Perusahaan wajib
memperbaharui dan menjaga kemutakhiran informasi.(B/6.2).

lkppun s
I X - 7

Ship Security (Keamanan Kapal) (A/7)

Bahwa kapal dapat bertindak sesuai tingkat keamanan yang ditentukan


negara peserta. Pada keamanan tingkat-1 (satu) harus melaksanakan aktivitas:

Memastikan pelaksanaan tugas keamanan;

-
Mengawasi akses ke kapal, orang dan bawaan serta penanganan muatan
dan gudang;

Monitor area terbatas hanya orang yang diberi hak yang mempunyai akses;

Monitor area di geladak dan sekeliling kapal;

Memastikan komunikasi siap tersedia.Pada keamanan tingkat-2 tindakan


penegasan tambahan dan pada keamanan tingkat-3 khusus dan lebih lanjut.Jika
kapal berada pada suatu pelabuhan atau wilayah. Apabila wilayah
suatu negara peserta telah menetapkan keamanan tingkat-2 atau 3 maka
kapal harus mengikuti instruksi ini dan menginformasikan kepada petugas fasilitas
pelabuhan. Jika kapal diwajibkan menetapkan tingkat keamanan yang lebih tinggi
oleh administrasi di bandingkan dengan wilayah dimana kapal tersebut
berada maka harus memberi tahu pejabat yang berwenang di dalam wilayah lokasi
pelabuhan.Dalam situasi demikian petugas keamanan kapal bertindak
sebagai penghubung. Rancangan kapal harus dapat menjamin bahwa
kapal dapat beroperasi pada keamanan tingkat 1, 2 dan 3. Kapal
harus membawa sertifikat keamanan internasional (ISSC). Kapal harus
membawa informasi keamanan kapalnya.

Port Facility Security (A/14) (Fasilitas Keamanan Pelabuhan)

Mewajibkan kepada Fasilitas Pelabuhan untuk bertindak sesuai dengan


tingkat keamanan yang telah di tetapkan. Melakukan tindakan
pencegahan terhadap insiden keamanan pada keamanan tingkat 1
(satu) yakni melakukan aktifitas-aktifitas:
-

Memastikan pelaksanaan tugas keamanan;

Memastikan sistem komunikasi siap tersedia;

lkppun s
I X - 8

Mengawasi akses masuk, kegiatan bongkar muat dan


p e n a n g a n a n pergudangan di pelabuhan;

Monitor fasilitas pelabuhan, termasuk area lego jangkar dan orang


yang diberi hak.Melakukan tindak pencegahan untuk keamanan tingkat 2
dan 3 dengan aktivitas y a n g l e b i h t e r p e r i n c i . A p a b i l a k a p a l
m e n g a l a m i k e s u l i t a n d a l a m m e m e n u h i persyaratan dalam
menerapkan prosedur pada keamanan tingkat- 3, maka petugas keamanan
kapal harus berhubungan dan berkoordinasi.Petugas keamanan pelabuhan,
melaporkan kepada pejabat yang berwenang bila suatu kapal berada pada
tingkat keamanan yang lebih tinggi. Penilaian keamanan f a s i l i t a s p e l a b u h a n
diberikan kepada masing-masing Negara peserta yang
melayani pelabuhan Internasional, hal ini juga dapat dilakukan
kepada otoritas yang ditunjuk atau organisasi yang ditunjuk.Penilaian
keamanan fasilitas pelabuhan di tujukan untuk menganalisa resiko
terhadap semua aspek operasional pelabuhan. Penilaian tersebut harus meliputi:

Ancaman yang dianggap membahayakan instalasi dan


i n f r a s t r u k t u r pelabuhan

Potensi yang rapuh yang teridentifikasi

Perhitungan frekwensi-frekwensi insiden.Rancangan keamanan fasilitas pelabuhan


harus menunjukkan langkah keamanan operasional dan phisik untuk
mamastikan pelabuhan beroperasi dalam keadaan keamanan tingkat 1, 2
dan 3. Fasilitas pelabuhan di haruskan untuk memiliki dan beroperasi sesuai
dengan rancangan keamanan fasilitas pelabuhan.K a p a l y a n g
menggunakan fasilitas pelabuhan menjalani pemeriksaan dan
tindakan pengawasan tambahan oleh Port State Control, dan otoritas terkait boleh
mendapat informasi mengenai kapal.

lkppun s
I X - 9

Petugas Keamanan Kapal (SSO) Harus Ditunjuk Untuk Setiap


Kapal.

SSO Yang ditunjuk untuk kapal yang bersangkutan mempunyai


tugas dan tanggung jawab pada kapal tersebut akan tetapi tugas
tersebut tidak terbatas.Tugas dimaksud adalah:

Melakukan pemeriksaan keamanan kapal secara regular;


-

Memelihara dan sebagai supervisi pelaksanaan SSP;

Berkoordinasi aspek keamanan dengan personil kapal dan PFSO


dalam hal pengamanan muatan dan perbekalan kapal;

Mengusulkan modifikasi SSP;

Melaporkan ke perusahaan kekurangan dan NC pada saat internal


audit, review, inspeksi keamanan, verifikasi ketidaksesuaian serta
pelaksanaan tindakan perbaikan;

Peningkatan kepedulian dan kewaspadaan keamanan dikapal;

Pelaksanaan pelatihan dan gladi diatas kapal;

Melaporkan insiden diatas kapal jika ada;

Mengkoordinasikan pelaksanaan SSP kepada CSO dan PFSO;

Memastikan bahwa perlengkapan keamanan yang dioperasikan telah diuji,


dikalibrasi dan terpelihara dengan baik;
-

Permintaan khusus dari Perusahaan.

Petugas Keamanan Perusahaan (Company Security Officer)

Perusahaan harus mengangkat petugas keamanan perusahaan.

Petugas keamanan perusahaan yang diangkat oleh perusahaan dapat bertindak


sebagai keamanan satu kapal atau lebih dengan syarat harus
disebutkan nama kapalnya dengan jelas.

Company Security Officer yang telah ditunjuk oleh perusahaan untuk


suatu kapal, mempunyai tugas dan tangung jawab terhadap kapal dimaksud yang
tidak terbatas hanya pada:

Menyarankan tingkat ancaman terhadap kapal, sesuai dengan penilaian


keamanan dikapal dan infomasi yang relevan;

Memastikan bahwa penilaian dikapal dilaksanakan;

lkppun s
I X - 1 0

Memastikan pengembangan, pengesahan dan setelah itu pelaksanaan


serta mempertahankan SSP;


Memastikan bahwa SSP telah dimodifikasi untuk
m e m p e r b a i k i kekurangan dan untuk memenuhi persyaratan sesuai
dengan kapal itu sendiri;

Mempersiapkan internal audit dan review dari aktivitas keamanan kapal;

Initial & subsequent verifikasi;

Deviciency (NC);

Meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan keamanan;

Melaksanakan pelatihan kepada personel yang bertanggung jawab pada keamanan;

Menjalin komunikasi kerjasama keamanan antara SSO & PFSO;

Konsisten thdp keselamatan & keamanan;

Sister Ship;

Alternatif Arrangement antar kapal atau grup telah dilaksanakan dan


dipertahankan;

Permintaan lain dari perusahaan.

Petugas Keamanan Fasilitas Pelabuhan (PFSO)

Petugas keamanan pelabuhan ditunjuk untuk masing-masing fasilitas pelabuhan.

Seorang petugas keamanan fasilitas pelabuhan dapat ditunjuk untuk keamanan


satu fasilitas pelabuhan atau lebih.

Tugas dan tanggung jawab petugas keamanan fasilitas pelabuhan harus


meliputi dan tidak terbatas hanya pada:

Melaksanakan Survei awal keamanan menyeluruh terhadap fasilitas


pelabuhan sesuai dengan penilaian keamanan fasilitas pelabuhan
yg terkait;

Memastikan pengembangan dan pemeliharaan rancangan keamanan fasilitas


pelabuhan;

Mengimplementasikan dan melakukan latihan mencoba melaksanakan


rancangan keamanan fasilitas pelabuhan;

lkppun s
I X - 1 1

Melakukan pemeriksaan keamanan terhadap fasilitas pelabuhan secara


teratur untuk memastikan tindakan yang sesuai dan berkelanjutan;


Merekomendasikan dan menyelaraskan sebagaimana
m e s t i n y a , modifikasi terhadap rancangan keamanan fasilitas
pelabuhan dalam r a n g k a m e n g o r e k s i k e k u r a n g a n - k e k u r a n g a n
d a n m e m p e r b a h a r u i rancangan keamanan fasilitas pelabuhan dalam
rangka menyesuaikan perubahan fasilitas pelabuhan yang terkait;

Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan personil keamanan fasilitas


pelabuhan;

Memastikan bahwa pelatihan yang cukup telah diberikan kepada personil yang
bertanggung jawab untuk keamanan fasilitas pelabuhan;

Melaporkan kepada otoritas yang terkait dan memelihara semua catatan


kejadian yang mengancam keamanan fasilitas pelabuhan;

B e r k o r d i n a s i d e n g a n C S O d a n S S O
d a l a m r a n g k a mengimplementasikan keamanan fasilitas
pelabuhan;

Berkoordinasi dengan penyedia jasa keamanan terkait


sebagaimana mestinya;

Memastikan bahwa personil yang bertanggung jawab keamanan fasilitas pelabuhan


memenuhi standard yang ditentukan;

Memastikan bahwa peralatan keamanan bila ada, dapat dioperasikan, telah


diuji, telah dikalibrasi, dan terpelihara;

Membantu SSO jika diminta, dalam mencari


b a h a n / b a r a n g y a n g dianggap mencurigakan.

Personil Kapal dengan Tugas Keamanan Khusus


(Vessel Personnel WithSpecific Security Duties)

Awak kapal dengan tugas keamanan yang spesifik harus memiliki


pengetahuan d a n k e m a m p u a n u n t u k m e l a k s a n a k a n t u g a s -
t u g a s n y a s e s u a i d e n g a n y a n g diperlukan yaitu:

Pengetahuan tentang pola dan ancaman saat itu;

Pengenalan dan pendeteksian persenjataan, alat-alat yang berbahaya dan


zat-zat yang membahayakan;

lkppun s
I X - 1 2

Pengetahuan tentang karakteristik dan pola tingkah laku manusia yang


cenderung membahayakan keamanan;

Teknik yang digunakan untuk menghindari tindakan keamanan;


Manejemen mengatasi kerusuhan dan teknik pengendaliannya;

Komunikasi Keamanan;

Pengetahuan tentang Prosedur darurat dan penanganan keadaan darurat;

Pengoperasian peralatan dan system keamanan;

Pengujian kalibrasi dan pemeliharaan peralatan serta system keamanan


dilaut;

Teknik-teknik pemeriksaan pengawasan, dan pemantauan;

Metode penggeledahan phisik terhadap manusia, barang pribadi, bagasi,


barang muatan dan barang persediaan untuk keperluan kapal.

Referensi:

Balai Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran, (2010), “Security


Responsibilities (Tanggungjawab Keamanan)”, Jakarta.


Sanusi Setrodjijo, (2010), “Mahkamah Pelayaran”.Evaluasi Pembelajaran1.
Penilaian bobot tugas kelompok dan hasil diskusi2. Pengayaan materi dengan
berdiskusi

lkppun s

Anda mungkin juga menyukai