Anda di halaman 1dari 31

Tugas

MAKALAH

ANATOMI DAN MORFOLOGI TUMBUHAN

“PERKEMBANGAN BATANG”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

KELAS A

1. MOHAMMAD DHURI SURYA WIRAWAN A 221 17 041


2. CITRA SARY EKU A 221 17 025
3. AFIFATUN MIFTAHULJANNAH A 221 17 028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMI PENDIDIKAN

UNIVESITAS TADULAKO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenaanNya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “perkembangan
batang” ini.

Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah “anatomi dan
morfologi tumbuhan” yang mendorong kami dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapka demi perkembangan
pembuatan makalah selanjutnya. Sekian, semoga bermanfaat.

Palu, 17 september 2018

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Kuncup Sebagai Tempat Meristem yang Potensial


1. Posisi Kuncup
2. Pertumbuhan Simpodial
3. Kuncup dengan Potensial yang Tetap
4. Gugurnya Kuncup
5. Sifat Plagiotrop
6. Basitoni dan Akrotoni
7. Saat Meristem Aktif
8. Gangguan terhadap Meristem
B. Konstruksi dan Percabangan
1. Pohon Tak Bercabang
2. Pohon Bercabang
3. Perubahan Konstruksi Dasar Percabangan
4. Arsitek Tumbuhan Terna
5. Hubungan Arsitektur Tumbuhan dengan Taksonomi dan biogeografi
C. Bentuk dan Sifat Batang
D. Batang Terspesialisasi Sehubungan dengan Reproduksi Vegetatifnya
1. Rimpang
2. Kormus
3. Umbi

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batang pada umumnya terdiri dari satu sumbu tegak dengan daun-daun
melekat padanya. Dalam bentuk itu tugas utamanya adalah mendukung daun
sehingga berada dalam keadaan yang sesuai untuk dapat berfotrosis dan berlaku
sebagai jalur translokasi air dan garam-garam mineral ke daun dan titik tumbuh,
dan bahan organik dari temapat pembentukannya di daun ke semua bagian dari
tubuh. Disamping itu batang dapat tersepesialisasi serta termodifikasi bentuknya
untuk keperluan tugas khusus seperti menimbun cadangan makanan, untuk
berfotosintesis dan lain sebagainya. Tempat melekat daun pada batang disebut
buku dan batang diantara dua daun berturutan disebut ruas. Pada ketiak daun
terdapat kuncup aksilar dan di ujung batang terdapat kuncup terminal. Kedua
kuncup tersebut amat penting peranannya dalam penampilan morfologi tumbuhan.
Baik kuncup aksilar yang berkembang menjadi cabang maupun prilaku kuncup
terminal yang akan menentukan bentuk dari percabangan, bahkan keselurahn dari
arsitektur tumbuhan yang bersangkutan.

Perkembangan dan pertumbuhan batang terjadi di ujung batang yaitu pada


meristem apikal. Di sana terjadi pembelahan-pembelahan sel secara terus-menerus
sehingga disebut sebagai titik tumbuh. Di saat-saat tertentu akan di bentuk bakal
daun yang lambat laun tumbuh menjadi panjang, mendahului pemanjangan sumbu
di antara buku-buku tempat daun melekat. Sehingga daun muda akan
mememanjang dan menyelubungi batang muda serta meristem apikal di ujungnya.
Inilah yang sering kita sebut dengan kuncup. Jadi kuncup sebenarnya merupakan
batang muda yang belum berkembang. Sedangkan ketika kuncup sudah mulai
tumbuh dan memanjang maka akan disebut tunas. Dalam perkembangan
selanjutrnya ruas di antara daun-daun muda akan memanjang sehingga
keseluruhan batang menjadi tampak lebih panjang dan jarak antara daun terpisah
dari daun yang satu dengan daun lainnya. Pertumbuhan ini bukan hanya
disebabkan oleh pemanjangan sel yang sudah ada, namun juga akibat penambahan
jumlah sel dengan adanya pembelahan sel di bagian tersebut. Pada tumbuhan
monokotil terjadi pembelahan terutama di dasar ruas. Pembelahan seperti ini
disebut pembelahan interkalar. Sedangkan pada tumbuhan dikotil pembelahan
bisa tersebar hampir di seluruh ruas. Kuncup aksilar bisa tumbuh menjadi cabang
atau tetap dorman sampai pada saat yang sesuai. Jika saat yang sesuai itu tidak
kunjung datang, maka kuncup akan mati dan tidak berfungsi lagi. Dibelakang
meristem apikal prokambium dibentuk seiringan dengan terbentuknya bakal daun.
Dari prokambium itulah berdiferensiasi xilem dan floem. Pada tumbuhan dikotil,
beberapa sentimeter di belakang meristem apikal akan terbentuk kambium
pembuluh dari sisa prokambium. Kambium pembuluh menghasilkan floem dan
xilem sekunder dan jumlah xilem sekunder yang di bentuk jauh lebih banyak.
Adanya xilem sekunder dalam jumlah yang cukup inilah mendukung tegaknya
batang. Jika karena suatu hal, jumlah xilem sekunder tidak cukup maka sumbu
batang tidak mampu berdiri tegak melainkan melengkung. Hal ini turut
menentukan bentuk percabangan. Beberapa hal yang telah disebutkan di atas
menjadi latar belakang penulis dalam pembuatan makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kuncup Sebagai Tempat Meristem yang Potensial

Kuncup memiliki potensial atau kemampuan untuk berkembang lebih


lanjut, hanya saja saat perkembangan dan macam sumbu yang dikembangkannya
masih perlu diperhatikan. Kuncup-kuncup lain yang ditemukan di batang tanpa
berasosiasi dengan buku, atau pada akar tua atau ditempat lain pada tumbuhan,
disebut kuncup adventif atau kuncup liar (artinya kuncup yang tumbuh secara
kebetulan). Selain itu terdapat kuncup tambahan yakni jika kuncup di ketiak daun
jumlahnya lebih dari satu. Susunan yang serupa terjadi pula jika sebuah kuncup
ketiak membentuk kuncup diketiak daun-daun mudanya. Kuncup demikian
dinamakan kuncup poliferasi.

Adanya kuncup-kuncup tersebut, amat penting bagi bentuk pohon oleh


karena mampu tumbuh menjadi cabang atau bunga atau organ lain pada saat yang
berbeda-beda. Kadang-kadang dibedakan antara kuncup daun yang akan tumbuh
menjadi cabang dan kuncup reproduksi yang menjadi bunga atau
perbungaan. Kuncup aksilar bisa tumbuh menjadi cabang atau tetap

Kuncup aksilar dapat berkembang menjadi cabang atau tetap istirahat


sampai saat yang sesuai. Sama halnya dengan kuncup terminal bisa terus tumbuh
namun bisa juga terhenti pertumbuhannya karena suatu hal. Jadi kuncup memiliki
potensial atau kemampuan untuk berkembang lebih lanjut. Kuncup-kuncup lain
yang ditemukan di batang tanpa berasosiasi dengan buku, atau pada akar tua atau
di tempat lain pada tubuhan, disebut kuncup adventif, atau kuncup liar (kuncup
yang tumbuh secara kebetulan). Selain itu terdapat kuncup tambahan yakni jika
kuncup di ketiak daun jumlahnya lebih dari satu. Di antara kuncup tambahan,
salah satu biasanya lebih mencolok mungkin karena ukurannya lebih besar dan
kuncup itulah satu-satunya yang akan berkembang. Dinamika dalam tumbuhan
akibat prilaku kuncup amat berperan penting dalam pernampakan tumbuhan itu
sendiri. Berikut ini beberapa macam kemungkinan perkembangan kuncup.

1. Posisi kuncup
Posisi Kuncup Posisi atau letaknya kuncup tambahan bisa berderet horisontal
di ketiak daun dan disebut kuncup tambahan kolateral (kuncup lateral), atau
tersusun menjadi deretan vertikal, sejajar sumbu pohon yang bersangkuatan, dan
disebut kuncup tambahan serial (kuncup termunal). Pada monokotil letak kuncup
biasanya kolateral dan tersusun berpasangan di sebelah kiri dan kanan kuncup
utama. Pada bugenvil terdapat sebuah kuncup yang berkembang menjadi duri dan
yang ada dibawahnya menjadi cabang. Berbagai kombinasi struktur terdapat di
ketiak sehelai daun dan setiap organ yang terjadi dihasilkan dari salah satu di
antara seperangkat kuncup tambahan.

2. Pertumbuhan simpodial
Simpodium Sumbu tubuh menghasilkan ruas dan buku namun disaat meristem
apikal tidak berfungsi oleh karena memebentuk bunga atau berdiferensiasi
menjadi parenkim atau karena sebab lain. Dari kuncup aksilar di ketiak daun dekat
di bawah meristem apikal yang tak berfungsi itu akan tumbuh cabang yang
arahnya sejajar sumbu sebelumnya dan tumbuh seperti sumbu yang
digantikannya. Demikian terjadi berulang kali sehingga sejumlah sumbu secara
berkesinambungan membentuk suatu sumbu semu atau simpodium.

3. Kuncup dengan Potensial yang Tetap

Kerangka tumbuhan dibangun oleh sejumlah cabang yang masing-masing


berasal dari meristem apikal kuncup yang tumbuh dan berkembang. Ada cabang
yang hanya bertahan sementara karena pada suatu saat akan gugur (kladoptosis).
Sering kali potensial kuncup yang sudah tetap itu dapat diperlihatkan dengan
memotong ranting dan menanamnya. Ranting yang akan tumbuh selanjutnya akan
mempertahankan morfologi tumbuhan asal (induk) tersebut dinamakan topofisis.
Jadi kuncup yang berpotensial tetap, artinya tidak lentur dan akan selalu
menghasilkan organ sesuai program. Namun jika potensial kuncup itu bersifat
lentur, berbagai organ bisa terjadi bergantung pada posisi serta waktu pemunculan

dengan tepat. Jadi pada bugenvil dari sejumlah kuncup di ketiak daunnya sebuah
memiliki potensial untuk berkembang menjadi cabang vegetatif jika keadaannya
cocok, sebuah lagi akan senantiasa membentuk duri atau perbuangan yang
terbatas pertumbuhannya.

4. Gugurnya kuncup

Di atas telah ditunjukan bahwa potensial perkembangan kuncup sangat


menentukan bentuk kerangka (arsitektur) tumbuhan. Sebaliknya, gugurnya
kuncup juga sama pentingnya bagi bentuk kerangka pohon. Hilangnya aktifitas
meristematik pada kuncup dapat diakibatkan gugurnya apeks sehingga meristem
apeks mati. Hilangnya kemampuan meristem untuk berlaku aktif sebagai
meristem dapat diikuti oleh diferensiasi sel lebih lanjut. Jika sel membentuk
dinding tebal yang mengandung zat kayu (lignin) sebelum gugur maka cabang
bisa bertahan sebagai duri. Atau sel dapat kehilangan sifat meristematiknya dan
berkembang menjadi parenkim. Dalam hal itu, secara efektif apeks pucuk telah
mengalami keguguran meskipun sel-selnya tetap hidup. Gugurnya meristem apeks
di suatu kuncup ketiak bisa terjadi amat dini sehingga tak terlihat bekasnya sama
sekali.

5. Sifat plagiotrop

Di atas telah disinggung mengenai kedua macam morfologi cabang


sehubungan dengan orientasi arah pertumbuhan sumbu itu. Potensial cabang yang
dicerminkan dalam sifat ortotrop atau plagiotrop itu bisa menjadi aspek yang amat
menentukan bagi bentuk seluruh orsganisme. Plagiotrop merupakan cabang yang
tumbuh horizontal, sedangkan ortotrop merupakan cabang yang vertikal. Berikut
ini merupakan contoh dari sifat plagiotrop.
Plagiotrop
merupakan cabang
yang tumbuh
horizontal. Seperti
pada gambar
disamping

6. Basitoni dan Akrotoni

Akrotoni dan Basitoni Potensial suatu cabang untuk dapat berkembang


dipengaruhi oleh jarak antara cabang dengan meristem apikal batang. Pengaruh
meristem apikal yang mencegah aktifitas meristem kuncup ketiak didekatnya
dinamakan dominasi apikal. Sumbu utama bisa menunjukan dominasi apikal yang
kuat terhadap kuncup aksilar yang dihasilkan pada musim tumbuh yang
bersangkutan. Pada musim tumbuh beikutnya kuncup-kuncup itu bisa tumbuh
dengan cepat bahkan melebihi panjang sumbu utama yang kini memberikan
dominasi apikal yang lemah. Sebaliknya, kuncup aksilar bisa berkembang pada
muisim tumbuh yang sama namun selalu lebih lemah dari sumbu utama. Kondisi
ini disebut sebagai pengendalian apikal. Berdasarkan taraf pemanjangan cabang
aksilar berturutan di sepanjang sumbu utama di bedakan dua arsitrektur batang
yang saling berbeda yakni akrotoni dan basitoni. Pada keadaan akrotoni cabang
distal tumbuh lebih tegar. Pada keadaan basitoni, cabang proksilmal yang tumbuh
lebih tegar.

7. Saat Meristem Aktif

Saat meristem aktif di daerah beriklim seragam tumbuhan bisa tumbuh terus
menerus yakni kontinu atau juga disebut berkesinambungan dengan membentuk
daun dan cabang-cabang aksilar (cabang yang berkembang dari kuncup aksilar).
Meristem aksilar tidak mengalami masa istirahat melainkan langsung tumbuh
menghasilkan cabang. Jika kuncup aksilar langsung berkembang menjadi cabang
tanpa mengalami masa istirahat penundaan sehingga tubuhnya serentak dengan
kuncup terminal di sumbu utama, ia disebut mengalami pertumbuhan silepsis. Jika
kuncup menjalani masa istirahat dahulu sebelum berkembang menjadi cabang
maka kuncup itu dikatakan mengalami pertumbuhan prolepsis.

8. Gangguan terhadap Meristem

Gangguan terhadap meristem keaktifan suatu meristem senantiasa mengikuti


program perkembanagan yang telah ada dan tersimpan dalam bahan genetiknya.
Perkembangan sel dan jaringan yang dihasilkan oleh aktifitas meristem juga
berlangsung menurut programnya dan ditentukan oleh lingkungan yang khas
sehingga apa yang kita lihaat sebagai hasil akhir sesuai dengan apa yang di
anggap ‘normal’. Jika terjadi gangguan terhadap meristem maka bentuk-bentuk
yang tidak biasa atau ‘tidak normal’ akan timbul. Studi tentang hal ini disebut
teratologis. Bentuk-bentuk tak normal atau malformasi teratologis dapat
dirangsang oleh terganggunya perangkat genetik atau urutan perkembangan.
Gangguan itu bisa disebabkan oleh perubahan dalam faktor lingkungan (suhu
rendah, kekeringan dsb), oleh hewan atau oleh zat kimiawi. Batang yang terkena
fasiasi adalah yang menunjukan pemipihan abnormal dan berupa pita. Fasiasi
serupa cicin telah terjadi pada batang yang secara abnormal berkembang menjadi
tabung yang berlubang atau dengan sejumlah pemipihan di sebelah luar yang
menyerupai sayap. Kimera adalah struktur atau jaringan yang terdiri dari
campuran sel yang bersal dari dua sumber yang berbeda dan sebab itu juga dari
genotip yang berbeda. Hal itu dapat terjadi dengan penempelan dua jenis yang
berbeda atau dengan adanya mutasi sel, dalam satu bagian tumbuhan yang sedang
tumbuh. Tumbuhan yang warna daunnya tak seluruhnya hijau adalah contoh
kimera. Plastida di tepi daun tak mampu menghasilkan klorofil sehingga bagian
daun itu tetap tak berwarna hijau. Kimera bisa disebabkan oleh oleh mutasi
spontan yang terjadi dalam salah satu lapisan sel di meristem apikalnya.

B. Konstruksi dan Percabangan

Percabangan pada batang menghasilkan arsitektur batang serta


menentukan bentuk dari tumbuhan secara keseluruhan. Yang mana dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Pohon Tidak Bercabang

 Model Holtum: pohon memiliki satu sumbu saja, tidak bercabang dan
tunas terminal berkembang menjadi perbungaan.
 Model Corner: Pohon memiliki satu sumbu, tidak bercabang dan
perbungaan lateral, meristem apek tumbuh terus.
2. Pohon bercabang

      a. Sumbu vegetatif semua ekivalen dan ortotrop

 Model Tomlinson

Dari tunas ketiak di bawah tanah tumbuh sumbu baru tegak ke atas. Tiap
sumbu di atas tanah membentuk perakaran sendiri dan ekivalen dengan
kaulomer lain

 Model Chamberlain

Sumbu vegetatif di atas tanah lurus yang terdiri dari beberapa kaulomer yang
berkesinambungan (simpodial). Tiap kauloer tumbuh sampai menghasilkan
perbungaan terminal dan setiap kaulomer hanya menghasilkan satu kaulomer anak
di bawah perbungaan terminal.
 Model Leeuwenberg

Sumbu batang di atas tanah beruas dalam tiga dimensi, karena kaulomer awal
tumbuh sampai tunas terminal berkembang jadi perbungaan. Tepat di bawah
perbungaan berkembang 3 tunas ketiak yang masing-masing tumbuh menjadi
kaulomer dan menempati ruang 3 dimensi.

b. Sumbu vegetatif terdiferensiasi

1)  Model Aubreville

Batang pokok monopodium yang ritmis, cabang beruas dan plagiotrop


menurut aposisi caulomer secara tak terbatas, letak daun pada kaulomer spiral,
perbungaan lateral baik pada batang pokok atau kaulomer cabang, kaulomer
cabang tumbuh tak terbatas tetapi sangat lambat.

2) Model Kwan Koriba

Pohon memperlihatkan struktur beruas, dan beberapa kaulomer monocarp,


percabangan batang simpodial, dari kaulomer induk perbungaan terminal,
kemudian dari tunas ketiak berkembang 3 kaulomer yang identik, salah satu
kaulomer memperlihatkan pertumbuhan yang cepat denan arah vertical dan
berdiferensiasi menjadi batang tengah sedangkan yang lain menjadi kaulomer
cabang.
3) Model Massart

Model massart dibentuk oleh sebuah batang monopodial dan orthotropic


dangan pertumbuhan ritmik dan secara berurutan menghasilkan percabangan
bertingkat secara teratur yang berasal dari pertumbuhan meristem batang. Cabang
- cabang lateral yang bersifat plagiotropik dan sering menampakkan bentuk
simetris. Perbungan akan muncul dari cabang lateral tersebut dan dari batang
utama (Caulifory). Nama model ini diberikan oleh Jean Masart yang telah
mendeskripsikan arsitekturnya pada specimen Virola surinamensis di Botaniocal
Garden, Rio de Janerio (Halle et al.1978).

4)  Model Rouh

Batang pokok monopodium ortotrop dengan cabang kontiniu atau difus dan
duduk daun spiral, cabang plagitrop dengan daun berhadapan, cabang sering
monopodium dan dapat juga simpodium.

c. Sumbu vegetatif dengan struktur campur


1) Model champagnat
Batang pokok ortotrop simpodial, bagian distal dari setiap unit simpodial
melengkung karena terlalu berat dan tidak di dukung oleh jaringan penyokong
yang cukup, filotaksis daun spiral.

2) Model Troll

Bisa terjadi pada batang pokok monopodium atau simpodium, pertumbuhan


awal ortotrop kemudian berubah menjadi plagiotrop,daun cenderung berhadapan,
sumbu pertama bersifat ortotrop,sumbu berikutnya mulai berdiferensiasi ke arah
horizontal secara bertahap dan pada pohon yang sudah dewasa cabang sama sekali
plagiotrop, contoh pada flamboyant(Delonix regia).

3. Perubahan kontruksi dasar percabangan


Karena masa hidup pohon cukup panjang, kemungkinan terkena luka atau
gangguan lain selalu ada. Perubahan biasa disebabkan oleh peristiwa reiterasi,
metamorphosis dan interkalasi.
a. Reiterasi
Disaat kerangka pohon terganggu, kuncup istirahat akan tumbuh dan
mengulang kembali urutan perkembangan (urutan diferensiasi), yang
diperlihatkan oleh tumbuhan induk ketika berkembang mulai dari kecambah.
Reterasi yang disebabkan luka disebut reterasi traumatik. Namun, reiterasi dapat
pula terjadi jika tumbuhan memperolah keadaan lingkungan yang menguntungkan
dan disebut reterasi adaptif.
b. Metamorphosis
Perubahan potensial suatu sumbu batang atau cabang biasa terjadi dengan
tiga cara yaitu pengulangan model (reiterasi) dan perubahannya potensial cabang
dari asalnya yang plagiotrop menjadi ortotrop, atau dari potensial ortotrop
menjadi plagiotrop. Contohnya pada maesopsi eminii. Adanya perubahan diatas
dapat merangsang reterasi model arsitektur  pohon yang bersangkutan.
c. Interkelasi
Proses interkalasi terjadi ketika pohon tumbuh dan berkembang.
Sementara itu bagian pohon yang menerima cahaya matahari makin menjauhi
sumbu batang akibat memanjangnya cabang-cabang sepanjang batang kearah
radial.
pohon dianggap tiga zona yaitu :
1. Adalah sumbu batang sebagai pendukung
2. Adalah tepi luar tajuk pohon yang langsung terkena sinar matahari
3. Adalah daerah pertengahan yang mendukung dan menjembatani tepi luar tajuk
dengan sumbu utama batang pohon yang besar.

4. Arsitek tumbuhan terna

a). Modifikasi batang

Batang adalah bagian tubuh dari tumbuhan yang sangat penting bagi
tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah. Mengingat tempat dan
kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu
tubuh tumbuhan. Salah satu fungsi batang adalah sebagai tempat penimbunan
cadangan makanan, dengan fungsi ini, pada bagian batang tertentu akan
mengalami perubahan bentuk sehingga bentuknya berbeda di banding bentuk
batang pada umumnya. Batang yang bentuknya berubah ini disebut batang yang
telah mengalami modifikasi. Batang dapat terspesialisasi serta termodifikasi
bentuknya untuk keperluan tugas khusus seperti menimbun cadangan makanan
dan untuk fotosintesis. 
Batang dapat memiliki fungsi tambahan, yang berakibat pada berubahnya
bentuk (morfologi) dari bentuk dasar menjadi bentuk yang lain. Berikut adalah
beberapa bentuk modifikasi batang.

 Bonggol, pangkal batang atau batang bulat pendek yang berada tepat di
bawah permukaan tanah. Bonggol yang memiliki fungsi tambahan sebagai
tempat cadangan energi disebut sebagai bonggol umbi (cormus). Contoh
tumbuhan yang memiliki: pisang, suweg.
 Geragih (stolon), suatu cabang khusus yang menjalar di permukaan atau
di bawah permukaan tanah dengan ruas yang panjang dan pada bukunya
lalu muncul tunas daun atau akar. Contoh : lili paris, kentang
 Rimpang (rhizom), yaitu batang mendatar, gemuk, dan berada di
permukaan tanah atau di bawah permukaan, dengan ruas-ruas pendek.
Contoh: berbagai temu-temuan
 Umbi batang (tuber), yang merupakan pembengkakan geragih atau
rimpang karena bertambah fungsi sebagai penyimpan cadangan energi.
 Batang membulat yang memiliki fungsi sebagai organ sukulen
(penyimpan air) disebut sebagai caudex.
 Cakram pada umbi lapis, suatu bentuk batang yang sangat pendek dan
menjadi penyangga dari pangkal daun sukulen. Contoh : bawang-
bawangan, Amaryllis

Berikut adalah macam-macam modifikasi batang : 

Geragih atau stolon merupakan modifikasi batang yang biasanya


dikembangkan oleh tumbuhan terna. Stolon, sebagaimana rizoma, dapat menjadi
alat perbanyakan vegetatif, terutama bila tumbuh akar di sekitar buku tanaman
muda. Stolon adalah batang horizontal yang menjalar di atas atau dalam tanah
maupun air. Pada buku-buku batangnya tumbuh tunas dan membentuk akar.
Setelah beberapa waktu tanaman ini tumbuh memanjang dan menjauhi induknya
lalu membengkok ke atas membentuk individu baru. Stolon dapat dijumpai
misalnya pada arbei (stroberi), rumput grinting (Cynodon dactylon), teki,
pegagan, dan eceng gondok (Eichornia crassipes). 

Rimpang (Rhizoma) Rimpang adalah batang beserta daunnya yang


terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dan dari
ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan
suatu tumbuhan baru. Rimpang di samping merupakan alat perkembangbiakan
juga merupakan tempat penimbunan zat makanan cadangan. Bahwasannya
rhizoma adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat dari tanda-tanda
berikut: Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian.
Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik. Mempunyai kuncup-
kuncup. Tumbuhnya tidak kepusat bumi atau air, malahan kadang-kadang lalu
keatas, muncul di atas tanah. 

Umbi Batang (tuber) Umbi batang merupakan umbi yang terbentuk dari
modifikasi batang. Umbi batang mampu memunculkan tunas maupun akar,
sehingga kerap kali dijadikan bahan perbanyakan vegetatif. Umbi batang yang
tumbuh di bawah permukaan tanah, membesar, dan mengandung banyak pati
disebut sebagai tuber, biasanya dihasilkan oleh beberapa spesies Solanaceae dan
Asteraceae. 

Umbi lapis (bulb) Menurut Campbell (2003:297). Umbi lapis adalah tunas
vertical dibawah tanah yang terutama terdiri atas pangkal daun yang membengkak
yang menyimpan makanan. Hal ini dapat dilihat dengan mengiris satu suing
bawang secara membujur, anda dapat melihat banyak lapisan daun yang
termodifikasi bertautan dengan batang yang pendek. Umbi kormus (corm)
Kormus mirip dengan umbi lapis tetapi bagian yang membengkak seluruhnya
merupakan jaringan batang. Helaian daun berbentuk sisik menutupi seluruh
permukaan kormus. 

Filokladia dan kladodia adalah batang atau cabang yang mengambil alih
fungsi daunnya karena daunnya mengalami reduksi yang lanjut atau berubah
menjadi duri. Folikladia mempunyai pertumbuhan terbatas, misalnya pada jakang
(Muehlenbeckia platyclada), sedangkan kladodia mempunyai pertumbuhan tidak
terbatas sehingga masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan, misalnya
pada sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris) (Isirep Sumardi; 1992:160).

Emergen selain daun dan tunas aksilar, pada batang terdapat pula struktur
yang berupa tonjolan yang disebut emergen. Emergen bukan merupakan cabang,
daun atau akar adventitis, bukan pula merupakan bentuk modifikasinya,
melainkan suatu struktur yang terbentuk dari sel-sel turunan jaringan yang
terdapat di bawah epidermis. Jaringan ini disebut dengan jaringan subepidermis.
Emergen biasanya relatif mudah lepas dan meninggalkan bekas. Pada beberapa
tumbuhan, emergen sifatnya persisten (kekal) dan pada batang yang telah tua
sifatnya berubah menjadi struktur yang relatif padat. Emergen pada batang sering
dihubungkan dengan kebutuhan akan organ untuk memanjat atau sebagai alat
pertahanan. 

Sulur Batang dan Sulur Cabang Sulur batang atau cabang tumbuh dari
ketiak daun, biasanya disangga sisa-sisa daun atau bunga, misalnya pada hampir
seluruh suku Cucurbitaceae, Passifloraceae, dan air mata pengantin (Antigonon
leptopus) (Isirep Sumardi; 1992:160).  Duri Batang atau Duri Cabang Duri batang
atau duri cabang berasal dari modifikasi cabang, terletak di ketiak daun dan sering
masih menyangga daun-daun atau bahkan bunga-bunga yang rudimenter,
misalnya pada Bougenvillea (Isirep Sumardi; 1992:160). 

5.Hubungan Arsitektur Tumbuhan dengan Taksonomi & Morfologi

Seperti yang kita ketahui bahwa penertian dari Arsitektur tumbuhan


merupakan ilmu yang mempelajari berbedaan bentuk - bentuk pertumbuhan pada
tumbuhan. Taksonomi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari tentang
pengenalan dan pengelompokan tumbuhan. Sedangkan Morfologi tumbuhan
merupakan ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagian - bagian
bentuk, maupun fungsinya.

Dapat diketahui bahwa Taksonomi dan Morfologi merupakan fitur yang


didalamnya sangat terkait dengan Arsitektur tumbuhan.
C. Bentuk dan Sifat Batang

1. Bentuk batang :

a). berdasarkan letak terhadap tanah :

 planta caulis
 caudex
 rhozome
 planta aculis

b). berdasarkan kandungan zat kayu

 herbaceous(batang lunak
 lignosus

c). berdasarkan bentuknya :

 teres (bulat)
 angulari ( bergerigi)
 discolleus (pipih menebal)

2. Sifat-sifat batang:

1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula


mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan
pada buku-buku inilah terdapat daun.
3. Biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop
atau heliotrop)
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan,
bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan, tidak
digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek,
misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

D. Batang Terspesialisasi Sehubungan dengan Reproduksi Vegetatifnya

Batang Fitha Febrilia Ruli Cabang (ramus) Tegak (fastigiatus), sudut


antara batang dan cabang amat kecil. contoh: wiwilan pada coklat (Theobroma
cacao) Condong ke atas (patent) contoh: cabang pohon cemara laut (Casuarina
equisetifolia) Mendatar contoh: Terminalia catappa Menggantung (declinatus atau
deflexus) contoh: cabang pohon turi (Sesbania grandiflora) Mengangguk
(cernuus) contoh: Helianthus annus Terkulai (pendulus) contoh: cabang batang
Salix Bentuk khusus dari cabang Geragih (flagellum, stolon) atau stolon adalah
cabang yang panjang dan ramping yang berkembang dari tunas ketiak daun-daun
di bagian bawah batang. Pada buku-bukunya kuncup ketiak tumbuh menghasilkan
daun-daun pada sumbu baru yang tegak, sedangkan di bagian bawahnya dibentuk
akar sehingga terjadilah tanaman yang baru. Contoh: rumput (Agrostis
stolonifera). 2. Cabang yang serupa daun (phyllocladium) dan biasanya pipih dan
berwarna hijau. Contoh: Opuntia (Cactaceae), Asparagus (Asparagus plumousus),
dan Muehlenbeckia platyclada. Geragih Phyllocladium Wiwilan atau tunas air
(virga singularis) adalah ranting yang panjang dan kuat yang tumbuh dari kuncup
dorman (istirahat). Contoh: Coklat (Theobroma cacao) 4. Ranting panjang (virga)
yang memiliki ruas panjang yang berkembang dengan baik dan ranting pendek
(virgula atau virga succrescens) yang tumbuh dari sisi ranting panjang, ruas-
ruasnya pendek dan merapat. Keduanya ditemukan pada tanaman yang sama.
Pada Pinus merkusi ranting pendek mendukung dua helai daun berbentuk jarum
sedangkan pada Pinus insularis terdapat tiga helai daun jarum. Wiwilan Virga 5.
Sulur (cirhus) dalam hal ini adalah sulur batang (c. caulogenus) yakni batang yang
termodifikasi menjadi sulur. Contoh: Waluh jipang (Sechium edule) Duri (spina)
dalam hal ini dinamakan duri batang yakni cabang yag termodifikasi menjadi duri
seperti pada bugenvil (Bougainvillea spectabilis). Batang semu (truncus spurius)
seperti pada pisang (Musa paradisiaca). Yang tampak sebagai batang adalah
kumpulan pelepah daun, namun batang sejati yang tumbuh di ujung rizom akan
segera tumbuh melewati tengah bumbung pelepah-pelepah daun itu seraya
mengembangkan perbungaan yang muncul di luar sebagai jantung pisang. Sulur
Duri Penyebaran sifat plastisitas pada batang. Batang dengan plastisitas yang tetap
sama amat langka. Hampir semua tumbuhan ditemukan daerah-daerah dengan
plastisitas yang berbeda Beberapa batang terspesialisasi sehubungan dengan
reproduksi vegetatifnya Batang berfungsi sebagai : alat yang menempatkan daun
sehingga dapat berfotosintesis jalur lalu lintas zat-zat yang diperlukan bagi
seluruh tumbuhan penyimpanan cadangan makanan, contoh: batang sagu
(Metroxylon sagu) yang digunakan ketika kuncup terminal membentuk
perbungaan. Batang yang menyimpan cadangan makanan acapkali memanfaatkan
bagian batang di bawah tanah untuk Pola tumbuh pada tanaman berumbi atau
tanaman dengan rimpang memperlihatkan dua fase perkembangan: Fase vegetatif:
meristem apeks berkembang menghasilkan daun-daun pada sumbu batang yang
relatif pendek. Fase generatif: terjadi setelah fase vegetatif dan meliputi
pembentukan bunga, pemanjangan tangkai bunga, mekarnya kuntum bunga dan
pembentukan buah dan biji.

a. Rimpang

Rimpang (rhizoma) Rimpang adalah batang di bawah tanah yang tumbuh


horisontal dan biasanya bercabang. Sebagaimana batang di atas tanah, rimpang
berbuku dan beruas. Namun, berbeda dengan batang di atas tanah, daun yang
melekat pada buku berbentuk sisik yang tipis seperti selaput dan tidak hijau.
Contoh: Alpinia galanga, Zingiberaceae.

b. Kormus
Kormus (cormus) Kormus terdiri dari batang pendek dan gemuk yang
berorientasi vertikal dalam tanah dan diselubungi sisik (daun) kering. Kormus
dapat menghasilkan anak kormus yang seringkali dinamakan kormel. Anak
kormus (kormel) merupakan tunas yang berkembang di ketiak daun pada kormus
induk. Apabila kormuk induk mati dan membusuk, maka kormel saling terpisah
dan masing-masing dapat tumbuh menjadi kormus baru. Sebagian besar kormus
terdiri dari parenkim yang berisi cadangan makan. Kormus menghasilkan dua
macam akar. Dari bagian bawah kormus terbentuk sistem akar serabut, dan dari
dasar kormus baru dihasilkan akar kontraktil yang lebih besar dan agak berdaging.
Akar kontraktil berkembang antara lain sebagai respons terhadap suhu yang dekat
permukaanmenunjukkan fluktuasi. Di bagian tanah yang lebih dalam fluktuasi itu
berkurang dan kontraksi terhenti setelah kormus berada pada kedalaman tertentu.
Perbanyakan (propagasi) Memperbanyak kormus terlaksana secara alami dengan
menghasilkan kormus baru. Pembentukan bunga dalam kormus bergantung
kepada cadangan makanan yang disimpan dalam musim tumbuh sebelumnya.
Pemupukan serta pemeliharaan yang sesuai berpengaruh besar pada bunga yang
akan dihasilkan musim tumbuh musim berikutnya. Kormel adalah kormus kecil
yang dibentuk di antara kormus lama dan kormus baru. Baginya 1-2 tahun
diperlukan untuk tumbuh agar ukurannya mencapai persyaratan berbunga. Pada
musim tumbuh pertama baru dihasilkan daun halus seperti rumput. Kormel tidak
bertambah besar namun menghasilkan kormus baru di bagian dasar sumbu batang
seperti pada pembentukan kormus tersebut di atas. Di akhir musim tumbuh
pertama kormus digali. Beberapa buah kormus mungkin telah mencapai ukuran
untuk dapat berbunga namun kebanyakan memerlukan pertumbuhan setahun lagi.

c. Umbi

Umbi berupa organ di bawah tanah yang terdiri dari jaringan batang
seperti halnya umbi kentang dan disebut umbi batang (tuber) atau jaringan
ditambah pendek seperti cakram dengan pelepah-pelepah daun yang juga berada
di bawah tanah. Sumbu batang vertikal itu pendek dan berdaging dan disebut
papan basal. Pada buku-bukunya terdapat pelepah daun yang tebal berdaging. Di
tengah umbi terdapat titik tumbuh berupa meristem vegetatif atau pucuk penghasil
bunga yang belum berkembang.

1. Umbi lapis (Bulbus tunicatus)

Umbi ini terselubung oleh lapisan luar yang kering dan tipis seperti selaput.
Penutup yang juga dinamakan tunika itu berperan sebagai pelindung terhadap
kekeringan dan luka mekanik terhadap umbi. Sisik berdaging tersusun sebagai
lapisan kontinu dan konsermis sehingga berstruktur padat. Contoh: bawang merah
(Allium cepa). Umbi ini tidak memilik penutup kering. Sisik terpisah dan tidak
sama tingginya serta semua melekat pada papan basal. Pada umumnya umbi sisik
mudah rusak dan perlu dirawat agar tetap lembab, sebab akan luka bila
kekeringan. Di waktu panen tampak bahwa pada umbi terdapat promordium akar.
Akar tersebut tidak akan memanjang sebelum umbi ditanam dan memperoleh
lingkungan yang tepat. Akar-akar tersebut tersusun dalam lingkaran di tepi bawah
papan basal. Akar kontraktil yang menebal sering pula ditemukan dan menarik
umbi ke bawah sehingga mencapai kedalaman yang sesuai. Contoh: bunga leli
(Lilium longiflorum).

2. Umbi sisik (Bulbus squamosus),

Pola tumbuh bagi tanaman berumbi lapis atau sisik Pada stadium vegetatif, umbi
tumbuh mencapai ukuran yang sesuai untuk berbungan dan memperoleh berat
maksimumnya. Stadium berikutnya mecakup induksi berbunga, diferensiasi
bagian bunga, pemanjangan batang yang berbunga dan akhirnya peristiwa
berbunga dan produksi biji. Bunga bakung (Hippeastrum vittata) adalah umbi
yang perenial dan tumbuh terus menerus dari bagian tengah sementara sisik luar
hancur. Daun baru terus dihasilkan selama fase vegetatif. Di ketiak tiap daun ke
empat terbentuk kuncup ketiak. Setelah daun dewasa, umbi memasuki masa
dorman dan di waktu ini umbi akan lebih kering. Setelah 2-3 bulan penyimpanan
di tempat kering, umbi dapat disiram yang berakibat kuncup bunga memanjang
dengan cepat sehingga berbunga. Umbi batang berada di bawah permukaan tanah.
Batang tersebut menebal namun tidak tertutup oleh daun sisik seperti halnya
subang. Ciri-ciri batang seperti adanya buku dengan kuncup ketiak tetap tampak.
Pada pangkal batang di atas tanah, tumbuh sejumlah geragih yang tumbuh
memasuki tanah dan menjadi panjang. Sebagian menjadi umbi. Seperti halnya
untuk batang bersumbu tegak, perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan
menanam sebagian batang dengan tunas ketiak padanya. Hal itu biasanya
dilakukan dengan memotong umbi kentang menjadi bagian-bagian yang masing-
masing memiliki beberapa tunas ketiak, yang kemudian ditanam. Contoh: kentang
(Solanum tuberosum).

3. Umbi batang (tuber)

Umbi batang umumnya tidak mempunyai sisa-sisa daun atau


metamorfosisnya, sehingga seringkali permukaannya tampak licin, buku-buku
batang dan ruas-ruasnya tidak jelas. Karena tidak adanya sisa daun, umbi batang
juga disebut umbi telanjang (tuber nodus). Misalnya pada Kentang (Solanum
tuberosum L.) Bukti bahwa umbi batang merupakan hasil metamorfosis batang
adalah masih terlihat adanya kuncup-kuncup (mata), yang jika waktunya tiba
dapat bertunas dan menghasilkan tumbuhan baru.4. Umbi semu (Pseudobulbus)
Umbi semua sering ditemukan pada anggerik epifit bersumbu. Umbi palsu (corm)
mirip dengan umbi lapis tetapi bagian yang membesar merupakan pangkal batang.
Helaian daun berbentuk sisik yang menutupi seluruh permukaan kormus terlihat
jelas pada gambar di bawah ini. Pseudobulbus adalah singkatan dari pseudo-bulb
atau umbi semu yang merupakan bukan bulb (umbi) yang sebenarnya. Pangkal
batang epifit sympodial atau dalam beberapa spesies dasarnya semua batang yang
kemudian menebal untuk membentuk apa yang disebut pseudobulb yang
mengandung nutrisi dan air yang akan digunakan pada saat musim kering atau
pada saat tanaman tersebut kekurangan air. Pseudobulbus mempunyai permukaan
halus dengan alur membujur dan boleh mempunyai bentuk yang berbeda, sering
kon atau oblong. Ukurannya sangat bervariasi, dalam beberapa spesies kecil
Pseudobulb itu tidak lebih dari dua milimeter, sementara di anggrek terbesar di
dunia yaitu spesies Grammatophyllum speciosum (anggrek raksasa), dapat
mencapai tiga meter.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting yang berada
diatas permukaan tanah yang umumnya memiliki ciri - ciri mempunyai buku dan
ruas tersusun atas lapisan - lapisan jaringan yang sama dengan akar, yaitu
Epidermis, Korteks, dan Silinder pusat (Stele) serta salah satu fungsinya yakni
sebagai penghubung dalam pengangkutan air dan unsur hara dari akar menuju
daun dan pengangkutan fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat penyusun
sampaikan yaitu hendaklah lebih mempelajari dan memahami aspek
perkembangan batang. Dan jangan meremahkan hal sehingga membuat kita
merasa malas untuk ingin tahu. Dan teruslah berusaha untuk belajar agar dapat
menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidajat, B. Estiti. 1994. Morfologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga
Guru. Bandung. Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi umbuhan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.

Diposting oleh Zulkarnain M. Amin di 14.57

Anda mungkin juga menyukai