Anda di halaman 1dari 11

Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil - Secara umum, tumbuhan Dikotil dan Monokotil dapat dibedakan dengan jelas.

Adapun perbedaan struktur tubuh tumbuhan Monokotil dan Dikotil, dijelaskan dalam uraian berikut. Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari akarnya : Tumbuhan Dikotil : AKar tersusun dalam akar tunggang yang kokoh.Ujung akar tidak diliputi oleh selaput pelindung. Tumbuhan Monokotil :Akar tersusun dalam akar serabut yang kurang kokoh. Ujung akar lembaga dan pucuk lembaga dilindungi oleh suatu sarung yang masing-masing disebut koleorhiza dan koleoptil. Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari Kambiumnya : Tumbuhan Dikotil : Akar dan batang berkambium sehingga dapat mengadakan pertumbuhan membesar dan melebar serta meninggi. Tumbuhan Monokotil :Akar dan batang tidak berkambium sehingga tidak dapat mengadakan pertumbuhan melebar dan membesar yang ada hanyalah pertumbuhan meninggi. Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari Batangnya : Tumbuhan Dikotil :Batang bercabang-cabang. Tumbuhan Monokotil :Batang tidak bercabang-cabang. Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari Struktur Daunnya : Tumbuhan Dikotil :Pertulangan daun menyirip atau menjari. Tumbuhan Monokotil :Pertulangan daun sejajar atau melengkung. Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari Bijinya : Tumbuhan Dikotil : Biji yang berkecambah berbelah dua dan memperlihatkan dua daun lembaga (biji berkeping dua).

Tumbuhan Monokotil : Biji yang berkecambah tetap utuh dan tidak membelah (biji berkeping satu). Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari Pembuluh angkutnya : Tumbuhan Dikotil : Berkas pembuluh angkut teratur dalam lingkaran/cincin. Tumbuhan Monokotil :Berkas pembuluh angkut tidak teratur. Perbedaan Tumbuhan Dikotil Dan Monokotil dilihat dari Bunganya : Tumbuhan Dikotil : Jumlah bagian-bagian bunga 4, 5, atau kelipatannya. 1.2 Landasan Teori Secara alamiah benih matang yang disebarkan oleh tumbuhan induknya bisa segera berkecambah atau tetap dorman ,berujud benih yang menangguhkan perkecambahannya hingga waktu yang tepat. Jadi, dormansi benih merupakan sifat adabtasi benih yang penting.Dengan dorman di dalam tanah , benih dapat mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya dari kemungkinan mati jika berkecambah pada waktu yang tidak tepat . Situasi demikian terutama terjadi di daerah beriklim subtropics. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena [[sel {biologi)|sel]]-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan lokuslokus yang mengatur pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA 3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated), seperti GIBBERELIC ACID 1 (GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY. Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.[1]

Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah. Perkecambahan biji bergantung pada imbibisi. Imbibisi merupakan penyerapan air oleh biji. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang, memecahkan kulit biji, dan memicu perubahan metabolic pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhannya. Zat-zat makanan dipindahkan dari endosperma atau kotiledon ke bagian embrio yang sedang tumbuh. Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah dinamakan radikula (bakal akar). Pada tanaman buncis, hipokotil akan tumbuh dan mendorong epikotil dan kotiledon ke atas permukaan tanah. Selanjutnya plumula yang terletak di ujung epikotil, akan berkembang menjadi daun pertama. Daun ini terus tumbuh dan berkembang menjadi hijau dan mulai berfotosintesis. Kotiledon akan layu dan rontok dari biji karena cadangan makanannya telah dihabiskan oleh embrio yang berkecambah. Perkecambahan biji yang disebabkan oleh pertumbuhan hipokotil yang mendorong kotiledon dan epikotil ke atas permukaan tanah ini disebut tipe perkecambahan epigeal. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. Read more at http://sitiga.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-strukturkecambah.html#JPdbBV1ATYblxufb.99 Dapat di ketahui bahwa perbedaan yang mencolok antara tumbuhan dikotil terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat berkas pembuluh yang tidak teratur. Berkas pembuluh terdiri dari xylem atau suatu alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sari makanan dan unsur hara dari tanah keseluruh tubuh tumbuhan dan floem yaitu berkas yang berfungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan (Aryuliana, 2004). Menurut literatur pada akar tumbuhan dikotil, di antara xylem dan floem terdapat kambium, sedangkan pada akar tumbuhan monokotil di antara xylem dan floem tidak di jumpai kambium. Kambium merupakan titik pertumbuhan sekunder kearah dalam membentuk xylem dan kearah luar membentuk floem. Sedangkan pada batang monokotil memiliki ikatan pembuluh angkut dan anatomi batang muda dan batang tua sama. Dan untuk batang dikotil memiliki ikatan pembuluh angkut dan anatomi batang muda dan batang muda berbeda yaitu di temukannya empelur pada batang muda dan sebaliknya pada batang tua (Atinirmala, 2006) Dan secara umum dapat pula dikatakan bahwa tumbuhan dikotil memiliki ciri berupa akar tunggang, bentuk tulang daun menjari, tidak di temukannya tudung akar, bunga kelipatan 5 dan

biji berkeping 2(dua), sedangkan pada tumbuhan monokotil memiliki ciri berupa akar serabut, bentuk tulang daun sejajar, di temukannya tudung akar, bunga kelipatan 3 dan biji berkeping 1(satu) (wikipedia, 2008). Angiospermae terdiri atas satu divisi yaitu Anthophyta (tumbuhan berbunga) yang merupakan 80% tumbuhan saat ini. Divisi ini dibedakan atas 2 kelas yaitu tumbuhan monokotil (sekitar 65.000 spesies) dan tumbuhan dikotil (sekitar 170.000 spesies). Tumbuhan dikotil dan monokotil dibedakan atas beberapa hal, antara lain: struktur biji (jumlah kotiledon), struktur bunga, distribusi berkas pembuluh pada batang, dan struktur akar. giospermae merupakan tumbuhan berpembuluh berbiji tertutup. Organ vegetatif tumbuhan ini terdiri dari akar, batang, dan daun. Akar, batang dan daun terdiri dari 3 sistem jaringan yang sama, yaitu: sistem jaringan dermal/penutup, sistem jaringan pembuluh dan sistem jaringan dasar. Sistem jaringan dermal terdapat pada bagian terluar tubuh tumbuh-tumbuhan. Pada tubuh tumbuhan primer, sistim jaringan ini terdiri dari jaringan epidermis, sedangkan pada tubuh tumbuhan sekunder, epidermis digantikan oleh jaringan periderm. Sistim jaringan pembuluh terdiri dari xilem dan floem. Xilem berfungsi mengangkut air dan larutan garam dari akar ke daun melalui batang; sedangkan floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke bagian organ lainnya. Sistim jaringan pembuluh terdapat diantara sistim jaringan dasar, yang sebagian besar terdiri dari jaringan parenkim. Perbedaan pokok antara ketiga organ tersebut terdapat pada distribusi relatif sistem jaringan pembuluh dan sistim jaringan dasar. Struktur Anatomi Akar Secara umum struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis, sistem jaringan dasar berupa korteks, endodermis, dan empulur; serta sistem berkas pembuluh. Pada akar sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang tersusun berselang-seling. Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda. Struktur Anatomi Batang Secara umum batang tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata, sistem jaringan dasar berupa korteks dan empulur, dan sistem berkas pembuluh yang terdiri atas xilem dan floem. Xilem dan floem tersusun berbeda pada kedua kelas tumbuhan tersebut. Xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan dikotil dan tersebar pada tumbuhan monokotil. Struktur Anatomi Daun Daun tumbuhan tersusun atas epidermis yang berkutikula dan terdapat stomata atau trikoma. Sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar (mesofil) dapat dibedakan atas jaringan pagar dan bunga karang, tidak demikian halnya pada monokotil khususnya famili Graminae. Sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang terdapat pada tulang daun (wikipedia, 2008). Perbedaan penampang batang pada Zea mays dan Haliantus annus adalah pembuluh angkutnya, pada tumbuhan Zea mays atau monokotil letak berkas pembuluh angkutnya tersebar, sedangkan untuk tumbuhan Haliantus annus letak pembuluh angkutnya teratur. Perbedaan panampang akar pada Zea mays dan Hibiscus rossa adalah pada monokotil antar xylem dan floem tidak di jumpai kambium sedangkan pada dikotil antara xylem dan floem di temukan kambium.Secara umum perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil adalah:

Perbedaan Bentuk akar Bentuk tulang Kaliptrogen/tudung akar Jumlah kelopak bunga Jumlah keping biji

I Tumbuhan Monokotil I Berakar serabut

I Tumbuhan Dikotil I Berakar tunggang

I Bentuk tulang daun sejajar I Bentuk tulang daun menjari I I Di temukannya tudung akar I Tidak di temukan tudung akar I Bunga kelipatan 3 I Biji berkeping 1 I Bunga kelipatan 5 I Biji berkeping lebih dari 1

Pertumbuhan akar dan batang I Tidak bisa berkemb Struktur Biji Monokotil Kulit Biji Endosperma, adalah jaringan yang mengelilingi embrio dan terdapat di kotiledon yang mengandung cadangan makanan. Skutellum / kotiledon / keping biji. Kotiledon mengandung cadangan makanan yang di dalamnya terdapat pati, protein dan beberapa jenis enzim. Koleoptil, adalah selubung ujung embrio/plumula. Plumula, adalah kuncup primer pucuk batang lembaga. Radikula (bakal akar). Koleoriza, adalah bagian yang menyelubungi akar. Embryonic axis, adalah bagian bawah/pangkal embrio. Hipokotil, adalah bagian bawah embryonic axis yang melekat pada kotiledon. Epikotil, adalah bagian atas embryonic axis yang melekat pada kotiledon. Embrio (bakal tumbuhan) Perkecambahan Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Kecambah adalah

tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti minum). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biologi. sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Selanjutnya bagian yang aktif melakukan mitosis terangsang melakukan pembelahan sel, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Tahapan perkecambahan Perkembangan bij berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormon dan enzim, hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan hormone ke daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta asimilasi (fotosintetis). Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk kedalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa. Awal perkembangan didahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asam amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membrane sel dan sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan asam amino akan berdifusi ke embrio. Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji memperoleh energi melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan glukosa yang berasal dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya. Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama membuka dan mulai melakukan fotosintesis. Tipe Perkecambahan Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh

memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanam. Demikianlah artikel mengenai struktur biji monokotil, semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.[ps]

ANALISIS KEMURNIAN BENIH Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian.

Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut : a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah : Benih masak utuh Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak Benih yang telah berkecambah sebelum diuji Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud

Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah: Benih dan bagian benih @ Benih tanpa kulit benih @ Benih yang terlihat bukan benih sejati @ Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih 0,5 ukuran normal @ Cangkang benih @ Kulit benih Bahan lain @ Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll. Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu: a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali. b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali Pengujian benih sangat penting artinya sebab dengan terujinya benih yang akan digunakan, berarti para pengguna benih terhindar dari berbagai kerugian yang dapat terjadi pada usahataninya akibat dari rendahnya kualitas benih yang digunakan. Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan untuk menelaah kapositipan fisik komponenkomponen benih, termasuk pula prosentase berat dari benih murni , benih tanaman lain/benih varietas lain, biji-bijian herba/Gulma dan kotoran benih. Tujuan dari analisis kemurnian benih adalah untuk menentukan komponen benih berdasarkan berat komponen dalam contoh benih yang mencerminkan komposisi benih dalam lot. Selain itu juga untuk mengidentifikasi benih tanaman lain dan kotoran yang terdapat dalam contoh benih.

Analisis kemurnian fisik benih dilakukan terhadap sample benih yang dikirim ke laboratorium. Analisis kemurnian benih ini sebaiknya dilakukan pertama kali sebelum pengujian-pengujian yang lain dilakukan, sebab nilai pengujian lain yang ingin diperoleh, misalnya daya kecambah, kadar air, kesehatan benih adalah nilai dari benih murninya bukan dari benih campuran. Prinsip dari analisis kemurnian di laboratorium adalah memisahkan contoh benih dalam 3 (tiga) komponen yaitu komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih. Selanjutnya ketiga komponen tersebut diprosentasekan berdasarkan beratnya. Contoh kerja merupakan contoh benih yang akan digunakan dalan analisis kemurnian di laboratorium. Contoh kerja ini memegang peranan yang sangat penting dalam satu proses analisis kemurnian, sebab apabila contoh kerja yang akan digunakan tidak sesuai dengan ketentuan / yang dipersyaratkan maka hasil dari analisis tersebut tidak dapat digunakan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan contoh kerja dalam analisis kemurnian fisik benih yang memenuhi persyaratan/sesuai dengan ketentuan harus berpedoman pada aturan yang berlaku (pedoman dari ISTA), baik dalam menentukan asal benih yang akan diambil contoh kerjanya, berat (pelajari modul cara pengambilan contoh benih).

KADAR AIR BENIH Yang dimaksud kadar air benih, ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah.

Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu : a) Konvensional ( Menggunakan Oven ) Skema pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven) Beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih rekalsitran antara lain kadar air benih, kelembapan, suhu ruang simpan, wadah simpan dan periode simpan. Kadar air benih sangat menentukan viabilitas benih untuk mempertahankan daya simpannya, maka dari itu kadar air benih diusahakan tetap tinggi atau diatas. Kadar air benih selama penyimpanan dipengaruhi oleh kadar air awal dan kondisi ruang simpan. Semakin rendah kadar air benih selama penyimpanan semakin cepat benih tersebut kehilangan viabilitasnya. Kondisi simpan yang tepat dalam penyimpanan dapat mempertahankan vigor benih selama penyimpanan, namun jika kondisi penyimpanan tidak tepat maka vigor benih akan menurun seiring lamanya penyimpanan benih. Selain media simpan benih, kandungan air benih dan kelembapan ruang penyimpanan juga merupakan kendala utama dalam penyimpanan benih kakao yang bersifat rekalsitran. Kadar air rata-rata benih kakao sebelum penyimpanan atau pada saat masak fisiologis adalah 30 - 41%. Terkait dengan hal tersebut di atas, BBP2TP Ambon melaksanakan uji media simpan dan lama penyimpanan terhadap vigor benih kakao. Dalam pengujian ini penyimpanan benih mengggunakan metode simpan konvensional, yaitu menggunakan media serbuk gergaji dan serbuk arang yang kondisinya lembap dan kontrol (M0). Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam serbuk gergaji atau serbuk arang, sedangkan kontrol tidak menggunakan media apapun. Interval pengamatan pada hari ke-7 dan hari ke-14. Dari hasil pengamatan perlakuan menggunakan media arang dan media serbuk gergaji menunjukkan hasil yang berbeda. Pada media simpan serbuk gergaji dan kontrol benih kakao berkecambah dalam masa penyimpanan. Sedangkan pada media serbuk arang benih kakao tidak berkecambah sampai pada hari ke 14. Hal ini menunjukan bahwa faktor kadar air yang terkandung dalam benih dan kelembapan media simpan/ruang penyimpanan juga mempengaruhi penyimpanan benih. Media simpan serbuk arang mampu menjaga kelembapan dan dapat mempertahankan kadar air benih tetap stabil sehingga viabilitas benih kakao tetap terjaga. Berdasarkan pengujian berbagai media simpan dan lama penyimpanan terhadap vigor benih kakao dapat disimpulkan sebagai berikut : Media simpan yang baik dan cocok untuk penyimpanan benih kakao adalah serbuk arang karena serbuk arang mampu menjaga kelembapan dalam media simpan dan mempertahankan kadar air benih tetap stabil yakni 36% sehingga viabilitas benih kakao tetap stabil yakni 100%. Dalam masa periode simpan benih kakao selama 14 hari dalam media simpan serbuk arang benih tetap terlindung dari serangan hama dan jamur.

Kadar air benih adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai ketentuan yang ditetapkan Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. untuk mengetahui kadar air benih maka perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu.benih mengandung air bersifat fisika dan kimia.air fisika dapat teruapkan,sedangkan air kimia tidak boleh teruapkan karena air kimia itu adalah zat makanan siembrio nantinya.karena dalam air kimia ini mengandung protein dan karbohidrat. Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Menurut Bass (1953) mendapatkan, bahwa kehilangan viabilitas benih Kentucky blugrass yang baru dipanen berkorelasi dengan kadar air benihnya serta lamanya benih disimpan pada suhu tertentu. Benih berkadar air 54% disimpan pada suhu 300C selama 45 jam kehilangan daya kecambah sebanyak 20%. Tetapi benih berkadar air 44% akan tahan pada suhu 450C selama 36 jam tanpa kehilangan viabilitasnya. Benih berkadar air 22 dan 11% tidak menunjukkan kehilangan viabilitas pada suhu 500C selama 45 jam (Justice and Louis, 1994)

Anda mungkin juga menyukai