Anda di halaman 1dari 14

Nama : Brillian Rossi Wahyudi

NPM : 2010801076
Rombel : A
PJ : Mba Bidari Hani Buditami

Penugasan I Praktikum Avertebrata Resume Phylum Choelenterata/Cnidaria

1. Phylum Choelenterata/Cnidaria

Coelenterata yang dikenal juga dengan nama Cnidaria berasal dari bahasa
Latin yaitu koilosyang berarti selom atau rongga tubuh, dan enteron yang
berarti usus. Jadi, Coelenterata dapat diartikan sebagai rongga tubuh yang
memiliki fungsi sebagai usus. Sedangkan Cnidaria berasal dari bahasa Yunani
yaitu cnidae yang berarti sengat.

Coelenterata merupakan suatu hewan invertebrata yang sebagian besar


hidupnya berada di laut. Ukuran tubuhnya paling besar dibandingkan dengan
hewan invertebrata lainnya, baik yang soliter maupun yang berbentuk koloni.
Coelenterata yang hidupnya melekat di dasar perairan disebut dengan polip,
dan yang berenang bebas disebut dengan medusa.

Coelenterata sering disebut juga sebagai hewan berongga. Pemberian


nama hewan berongga sebetulnya tidak tepat karena Coelenterata adalah
hewan yang tidak memiliki rongga tubuh yang sebenarnya, yang dimiliki
hanyalah sebuah rongga sentral yang disebut coelenteron (rongga
gastrovaskuler, yaitu rongga yang berfungsi sebagai tempat terjadinya
pencernaan dan pengedaran sari-sari makanan).

Filum Coelenterata terdiri atas empat kelas. Tiga kelas knidoblast


dimasukkan ke dalam kelompok Cnidaria (terdiri dari kelas hydrozoa,
scyphozoa, dan kelas anthozoa), sedangkan satu kelas lagi yang tidak
memiliki knidoblast disebut kelompok Acnidaria (kelas Ctenophora).

Coelenterata merupakan multiseluler pertama yang membentuk jaringan


sebenarnya. Sel-sel penyusun tubuhnya telah berkembang dan terdiferensiasi
membentuk empat jaringan dasar, yaitu jaringan epitel sebagai pelindung,
jaringan musculer untuk bergerak, jaringan ikat atau jaringan penyokong, dan
jaringan saraf yang biasanya ditemukan pada hewan tingkat tinggi. Oleh
karena itu, Coelenterata dideskripsikan sebagai metazoa yang mempunyai
struktur jaringan dasar.
1.1 Karakteristik Choelenterata
1.1.1 Morfologi
- Organisme heterotrof dan eukariotik
- Tidak mempunyai kepala, anus, alat peredaran darah, alat sekresi
dan alat respirasi
- Mulut dikelilingi oleh tentakel yang mengandung knidoblast, yang
berfungsi sebagai alat penangkap mangsa, alat penggerak dan alat
pertahanan.
- Memiliki bentuk tubuh : polip(polipspesies) dan medusa
- Bagian tubuh terdiri atas Eksoskeleton dan endoskeleton : kitin,
kapur atau beberapa komponen proteinTubuh terdiri dari sel-sel
yang terorganisasi membentuk jaringan, diploblastik (epidermis
dan gastrodermis, mesoglea. Mempunyai sel jelatang disebut
dengan nematocyst.
- Bentuk tubuh simetri radial, atau biradial, longitudinal aksis
dengan sisi oral dan aboral (tidak punya kepala).

1.1.2 Anatomi
- Sistem pernapasan secara difusi
- System reproduksi secara seksual (dilakukan dengan bertemunya
sperma dan ovum.Sperma dihasilkan oleh testis dan ovum oleh
ovarium) dan aseksual (dilakukan dengan membentuk kuncup.
Kuncup tumbuh di dekat kaki, semakin lama semakin besar,
membentuk tentakel untuk menangkap mangsanya. Tubuh anak ini
akan melekat pada induknya, hingga induk membentuk kuncup
yang lain. Demikianlah lama-kelamaan akan terbentuk koloni).
- System syaraf berupa ganglion syaraf, belum mempunyai pusat
susunan syaraf. Sel-sel syarafnya belum berkutub, dan neurit yang
dimiliki hanyalah tonjolan-tonjolan badan sel syaraf saja / prosesus.
- Memiliki alat pencernaan semacam usus yang disebut dengan
mesenteri filament
- Struktur tubuh dipoblastik dan memilki rongga gastrovaaskuler

1.2 Habitat Choelenterata


- Habitat coelenterate seluruhnya berada di air baik air laut maupun air
tawar. Sebagian besar hidup di laut dan beberapa spesies hidup di air
tawar dengan jumlah species + 10.000 spesies.
- Sebagian besar hidup di laut secara soliter atau berkoloni
- Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan
tidak dapat berpindah (polip/polipspesies) ada yang bergerak bebas
melayang di air (medusa).
1.3 Siklus Hidup Choelenterata
- Coelenterate memiliki skilus hidup yang disebut dengan metagenesis.
- Sistem reproduksi secara seksual (dilakukan dengan bertemunya sperma
dan ovum.Sperma dihasilkan oleh testis dan ovum oleh ovarium) dan
aseksual (dilakukan dengan membentuk kuncup. Kuncup tumbuh di
dekat kaki, semakin lama semakin besar, membentuk tentakel untuk
menangkap mangsanya. Tubuh anak ini akan melekat pada induknya,
hingga induk membentuk kuncup yang lain. Demikianlah lama-kelamaan
akan terbentuk koloni).
- Coelenterate memiliki 2 bentuk yaitu polip dan medusa. Polip adalah
bentuk coelenterate yang berbentuk tabung, menempel pd tempat
hidupnya. Sedangkan medusa merupakan bentuk coelenterate yang
berbentuk payung dan hidup bebas di perairan.
- memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa

1.4 Klasifikasi Choelenterata


1.4.1 Kelas Anthozoa
Anthozoa dalam bahasa yunani “anthus” yang berarti bunga dan kata
“zoa” yang berarti hewan.
a. Ciri-ciri :
- memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga
- tidak memiliki bentuk medusa,hanya bentuk polip dan Polip
Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata.
- Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni.
- Terdiri dari 2 sub kelas : Hexacolaria (bersekat enam) dan
Octocoralia (bersekat delapan).
- System reproduksi secara seksual (menghasilkan gamet) dan
aseksual (dengan tunas dan fragmentasi).
- Contoh spesies : Terumbu karang ( Acropora sp.) dan Anemon
laut (Metridium sp.) Berikut gambar spesies dari kelas Anthozoa:

Terumbu karang ( Acropora sp.) Anemon laut (Metridium sp.)


b. Sub Kelas Anthozoa
1. Hexacorallia
Ciri-ciri :
- Memiliki sedikit tentakel yang terkadang bercabang,
- Memiliki enam sekat yang masing-masing terdiri dari 2
lembar,
- Hidup berkoloni dan membentuk karang,
- Tidak memiliki rangka kapur.
- Contoh : Metridium sp. (mawar laut), Oculina, Eplactis sp.,
Meandrina sp., Fungia sp.

2. Octacorallia
Ciri-ciri :
- Memiliki delapan tentakel bercabang-cabang,
- Memiliki delapan sekat,
- Memiliki satu sifonogfila ventralis (alat pernapasan paling
sederhana),
- Memiliki rangka yang terbuat dari kapur.
- Contoh : Karang Suling (Tubipora musica), Karang Kulit
(Alyconium sp.), dan Koral (Coralium medea).

1.4.2 Kelas Schypozoa


Scyphozoa dalam bahasa yunani, “scyph” berarti mangkuk,
“zoa” berarti hewan,
Ciri-ciri :
- Memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya.
Berukuran 2–40 cm.
- Sebagian besar berbentuk seperti mangkok, transparan, dan
melayang-layang sebagai ubur ubur.dan hidup di laut.
- bagian tepinya di kelilingi tentakel, kelipatan 8
- disekitar mulutnya terdapat empat lengan yang dilengkapi
dengan Nematokist yang berfungsi untuk melemahkan mangsa
- Memiliki lapisan mesoglea yangt tebal sebagai sumber nutrisi.
- alat pencernaannya berupa saluran bercabang
- sistem saraf berbentuk anyaman.
- Tubuh dikelilingi dengan tentakel yang dilengkapi oleh sel
penyengat.
- Terdiri atas 3 ordo (Stauromedusa, Cubomedusa, dan
Decomedusa).
- Hidup secara soliter dalam bentuk medusa.
- Reproduksi secara seksual dan aseksual.
- Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual.
- idup di air laut yang jernih
- Contoh spesies : Ubur-ubur (Aurelia aurita) .

Berikut gambar Ubur-ubur (Aurelia aurita):

1.4.3 Kelas Hydrozoa


Hydrozoa berasal dari bahasa yunani “Hydro” yang berarti air dan
“zoa” yang berarti hewan.
Ciri-ciri :
- Hidup di air tawar atau air laut
- Hidup berkoloni.
- mempunyai bentuk tubuh seperti silinder dan dapat bergerak di
bebatuan untuk menangkap makanan.
- Saluran pencernaan makanan ubur-ubur berupa gastrovaskular
- Ada yang hidup bersimbiosis dengan ganggang hijau.
- Hidup secara soliter (polip) dan berkoloni (polip dan medusa),
- Reproduksi secara seksual dan aseksual,
- Terdiri dari 4 ordo (ordo Hydroidea, Hydrocorallina, Trachylina,
dan Siphonopora),
- Tubuh dikelilingi tentakel yang dilengkapi sel penyengat.
- Contoh spesies : Hydra sp. dan Obelia sp.

Berikut gambar Hydra sp.:


2. Terumbu Karang (Coral Reefs)
2.1 Pendahuluan Terumbu Karang
Terumbu karang adalah ekosistem di laut yang terbentuk oleh biota
luat penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alaga
berkapur, bersama dengan biota lain yang hidup di dasar lautan.
Terumbu karang merupakan ekosistem dinamis dengan kekayaan
biodiversitanya serta produktivitas tinggi, karena itu terumbu karang
mempunyai peran yang signifikan. Secara ekologis, terumbu karang
merupakan tempat organisme hewan maupun tumbuhan mencari makan
dan berlindung. Secara fisik menjadi pelindung pantai dan kehidupan
ekosistem perairan dangkal dari abrasi laut.
Karang merupakan sekumpulan individu berukuran kecil yang
disebut polip. Setiap polip berbentuk tabung dengan mulut menghadap
ke atas yang dilengkapi dengan tentakel yang mengelilingi mulutnya.
Karang termasuk dalam filum Cnidaria, yaitu organisme yang memiliki
penyengat dan bersifat sessile renik. Yang disebut sebagai karang
(coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia (karang keras), Sub
kelas Octocorallia (kelas Anthozoa), kelas Hydrozoa dan lain-lain yang
termasuk ke dalam Phylum Cnidaria (Coelenterata). Secara umum
terdapat dua kelompok Cnidaria, yaitu Hydrozoa dan Anthozoa.
Hydrozoa terdiri dari Millepora dan Stylasterina. Anthozoa yang umum
dikenal adalah Stolonifera, Coenothecalia, dan Sclerectinia.

2.2 Klasifikasi Terumbu Karang


Menurut Veron (2000), karang diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum: Cnidaria
Kelas Hydrozoa
Ordo Hydroidea (hydroids)
Ordo Milleporina (meliputi Genus Millepora)
Ordo Stylasterina (meliputi Genus Distichopora and Stylaster)
Klas Cubozoa (sea wasps)
Klas Anthozoa
SubKlas Octocorallia
Ordo Helioporacea (Genus Heliopora)
Ordo Alcyonacea (soft corals, Tubipora, sea fans)
Ordo Pennatulacea (sea pens)
SubKlas Hexacorallia
Ordo Actiniaria (sea anemones)
Ordo Zoanthidia (zoanthids)
Ordo Corallimorpharia (corallimorpharians)
Ordo Scleractinia (stony corals)
SubKlas Ceriantipatharia
Ordo Antipatharia (black corals)
Ordo Ceriantharia (tube anemones)
Famili: Astrocoiniidae
Genus : Ada banyak dan beragam
Spesies : Ada banyak dan beragam

2.3 Struktur Terumbu Karang

1. Koralit merupakan koloni karang atau kumpulan dari berjuta-juta


polip penghasil bahan kapur (CaCO3) yang memiliki kerangka luar
2. Koralum adalah keseluruhan sekeleton yang dibentuk oleh
keseluruhan polip dalam satu individu atau satu koloni
3. Calyx (Kalik) merupakan permukaan koralit yang terbuka
4. Kosta merupakan septa yang tumbuh hingga mencapai dinding luar
dari koralit
5. Pali merupakan struktur yang berada di dasar dalam septa tertentu
6. Columella (Kolumela) merupakan suatu struktur yang berada di
dasar dan di tengah koralit yang merupakan kelanjutan dari septa.

Polip merupakan binatang kecil menyerupai karang yang menyerap


kalsium karbonat dari air laut dan mengeluarkannya dalam bentuk
struktur kapur yang keras untuk melindungi tubuhnya yang lunak.
Rangka luar terdiri dari kristal CaCO3 yang dihasilkan oleh
epidermis pada setengah batang tubuh ke bawah dan telapak kaki. Proses
sekresi CaCO3 menghasilkan rangka kapur berbentuk seperti mangkuk
kemudian polip tertanam di atasnya, dan tidak dapat berpindah tempat.

Suatu koralit karang baru dapat terbentuk dari proses budding


(percabangan) dari karang. Terdapat 2 proses budding yaitu :
1. Intratentacular dimana polip akan terbagi menjadi dua atau lebih
polip
2. Extratentacular dimana polip baru terbentuk dari sisi polip pertama.
2.4 Penggolongan Terumbu Karang
2.4.1 Berdasarkan Struktur Karang
a. Karang Keras (Hard Coral)

Ciri-ciri :
- Struktur keras dan menonjol
- Tidak bergerak
- Permukaan kasar dan koralitnya reguler
- Tentakel polip lebih dari 8, biasanya berjumlah 24 tentakel

b. Karang Lunak (Soft Coral)

Ciri-ciri :
- Struktur lunak dan melambai jika tersapu sekitarnya
- Koralit reguler
- Polip menonjol keluar dan memiliki 8 tentakel

2.4.2 Berdasarkan KemampuanProduksi Kapur


a. Karang Hermatipik
Karang hermatipik adalah karang yang dapat membentuk
bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan
penyebarannya hanya ditemukan didaerah Tropis. Karang
hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu arah
pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif.
Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang
ahermatipik adalah adanya Simbiosis mutualisme antara
karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae
Uniselular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium
microadriatum, yang terdapat di jaringanjaringan polip
binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis.
b. Karang Ahermatipik
Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini
merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.

2.5 Proses Terbentuknya Terumbu Karang


Proses terbentuknya karang, meliputi:
1. Penempelan berbagai biota penghasil kapur pada substrat yang
keras
2. Karang batu bersimbiosis dengan zooxanthellae
3. Zooxanthellae melakukan fotosintesis
4. Polip menyerap CaCO3 & karang pembentuk terumbu
menghasilkan deposit cangkang.

2.6 Bentuk Pertumbuhan Terumbu Karang

Branching Plate

Encrusting Free Living atau Mushroom

Massive atau Boulder Foliose atau Lettuce-Like


Columnar

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Terumbu Karang


1. Cahaya Matahari
Kemampuan karang untuk membangun terumbu adalah dengan
cara memanfaatkan energi dari cahaya matahari (fotosintesis).
Kepentingan cahaya, dari kajian biogeografi dan evolusi adalah
terkait dengan evolusi dari proses simbiosis karang dengan alga
simbionnya (zooxanthellae) yang berperan dalam pembangunan
terumbu karang yang melampaui waktu evolusi itu sendiri.
Intesitas cahaya merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan karang. Semakin cerah suatu perairan,
semakin baik pula pertumbuhan terumbu karang, hal ini berkaitan
dengan proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxhantellae,
dimana hasil fotosintesis tersebut digunakan sebagai salah satu
sumber makanan karang
2. Salinitas
Salinitas mempengaruhi kehidupan hewan karang karena adanya
tekanan osmosis pada jaringan hidup. Salinitas optimum bagi
kehidupan karang berkisar antara 30-330/00, oleh karena itu karang
jarang ditemukan hidup pada muara-muara sungai besar, bercurah
hujan tinggi atau perairan dengan kadar garam yang tinggi. Salinitas
merupakan salah satu faktor pembatas kehidupan hewan karang.
Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 35‰, dan
binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-36‰.
3. Suhu dan pH
Suhu adalah peubah yang berperan dalam mengendalikan
distribusi horizontal dari terumbu karang. Suhu mempengaruhi
kecepatan metabolisme, reproduksi dan perombakan bentuk luar
dari karang.
Perkembangan terumbu karang yang optimal berada pada suhu
rata-rata tahunan berkisar antara 23-25°C, dengan suhu maksimal
yang masih dapat ditolerir 36-40°C. Suhu sangat mempengaruhi
perumbuhan karang, suhu yang mematikan terumbu karang bukan
suhu yang ekstrim, namun lebih karena perbedaan perubahan suhu
secara alami. Perubahan suhu secara mendadak sekitar 4-6°C
dibawah atau diatas ambient level dapat mengurangi pertumbuhan
karang bahkan mematikannya.
4. Predator dan Sedimen
5. Kecerahan
Syarat utama bagi karang untuk tumbuh dan berkembang secara
aktif adalah keberadaan cahaya. Mengingat kebutuhan tersebut
maka binatang karang (reef corals) umumnya tersebar di daeah
tropis. Kecerahan suatu perairan sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup biota yang ada di dalamnya.
6. Asosiasi Karang Dengan Zooxanthellae
Bagi zooxanthellae, karang adalah habitat yang baik karena
merupakan pensuplai terbesar zat anorganik untuk fotosintesis.
7. Reproduksi dan Pertumbuhan Karang
Seperti hewan tingkat rendah lainnya, karang memiliki
kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual.
8. Kecepatan Arus
Arus merupakan salah satu faktor pendukung pertumbuhan
karang. Kecepatan arus yang baik untuk pertumbuhan karang yaitu
berkisar 0-0-17 m/det. Arus berfungsi untuk membawa makanan
dan membersihkan karang dari sedimentasi. Pergerakan air juga
sangat penting untuk transportasi unsur hara, larva dan bahan
sedimen. Arus penting untuk pengelontaran untuk pencucian limbah
dan untuk mempertahankan pola penggerusan dan penimbunan.

3. Anemon Laut
Anemon laut adalah salah satu laut yang berbentuk bunga, sehingga
dapat dikatakan bahwa karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi
kelas yang sama yaitu kelas dari Anthozoa. Anemon laut juga merupakan
salah satu jenis karang dari Filum Cnidaria dan Coelentrata. Masuknya
anemon laut ke dalam filum Cnidaria karena hewan ini memiliki cnide atau
nematocyst(sel penyengat), sedangkan Coelenterata didasarkan adanya
hollow gut yang ditemukan pada rongga tubuh dan berhubungan dengan
stomatch, paru-paru, intestine, system sirkulasi, dan lain-lain
Anemon laut ini bentuk tubuhnya bervariasi dengan kombinasi warna
yang indah dipandang. Hidupnya soliter dan tidak mempunyai percabangan.
Mempunyai tentakel yang berisi udara (hollow tentacle). Biasanya di sela-
sela tentakel itu mempakan tempat yang ideal bagi ikan-ikan hias.
Anemon laut memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi diantaranya
sangat populer sebagai bahan makanan laut (sea food), terutama di luar negeri
antara lain Perancis, Jepang, Korea, dan Kepulauan Pasifik bagian Timur.
Nilai ekonomis penting lainnya adalah dapat dijadikan sebagai hewan pengisi
akuarium yang sangat indah dan menarik karena memiliki bentuk tubuh yang
meyerupai bunga beraneka warna

3.1 Morfologi Anemon Laut

1. Tentakel yang mengandung nematokis (sel penyengat), jumlahnya


bervariasi dan umumnya menutupi oral disc, tersusun melingkar
atau berderet radial. Jumlah tentakel biasanya merupakan kelipatan
dari enam dan tersusun dalam dua deret lingkaran berturut-turut
dimulai dari lingkaran yang paling dalam.
2. Pada umumnya anemon laut mempunyai septa yang berpasangan.
3. Bentuk tubuh anemon seperti bunga, sehingga juga disebut mawar
laut.
4. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum
terdapat "fossa".
5. bagian tepi otot "sphincter' yang terletak pada dasar dari kapitulum
dapat berfungsi untuk membuka dan menutup keping mulut
6. mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan
dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis Limnactinia, keping
mulut tidak dilengkapi dengan tentakel.
7. Tentakel pertama biasanya ukurannya paling besar, makin besar
jari-jari lingkarannya, ukurannya makin kecil.
8. Anemon mampu makan dalam jumlah sangat banyak, tetapi
sebaliknya apabila makanannya sedikit (jarang) tubuh anemon
dapat menyusut (mengkerut) dengan jalan melipat diri sehingga
bentuknya seperti bola dengan tentakelnya sedikit tersembul keluar

Menurut Hickman (1967) tubuh anemon laut dibagi menjadi tiga bagian
yaitu :
- keping mulut (oral disc);
- badan (column)
- pangkal atau dasar (base).
Sedangkan DUNN (1981) membaginya menjadi empat bagian yaitu :
- keping mulut
- Badan
- pangkal
- tentakel-tentakel.

3.2 Habitat Anemon Laut


- Ditemukan pada perairan pantai dari yang hangat sampai kedaerah
yang dingin sekali.
- Hidup soliter dan menempel pada dasar yang kuat atau lunak
bahkan membenam di dasar berpasir
- Tempat hidupnya di bawah garis surut terendah
- Dapat berpindah tempat dengan cara merangkak bahkan berenang
menggunakan tentakelnya
- Anemon banyak dijumpai di daerah terumbu karang yang dangkal
maupun di tepi padang lamun
- Beberapa jenis dari anemon yang hidup di kedalaman 6000 meter
dan bahkan lebih dari 10.000 meter.

3.3 Makanan Anemon Laut


- Molusca
- Crustacea
- Makanan dari persediaan makanan yang dilakukan oleh Ikan
Giruyang hidup bersimbiosis diantara tentakel-tentakel atau faring
dari anemon
- Ikan dan invetebrata lainnya

3.4 Manfaat Anemon Laut


- Saling bersimbiosis dalam ekosistem TB
- Tempat hidup 26 jenis ikan hias Amphiprion dan Premas
biaculeatus
- Sebagai hiasan aquarium laut
DAFTAR PUSTAKA

Hala,Yusminah. 2007. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin


Suwignyo,Sugiarto. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar
Swadaya

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.

Lahay, Jutje dkk. 2007. Zoologi Invertebrata. Makassar : FMIPA Universitas


Negeri Makassar.

Lahay, Jutje dkk. 2009. Zoologi Invertebrata. Makassar : Universitas Negeri


Makassar.

Maskoeri, Jasin. 1992. Sistematika Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Muhammad, 2012. PembahasanCoelenterata. (online). (Http:// aqshabiogger


2010.blogspot.com/2012/02/laporan-
praktikumcoelenterata.html .diakses pada tanggal 17 februari 2012).

Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Nabil Zurba, 2019, PENGENALAN TERUMBU KARANG Sebagai Pondasi


Utama Laut Kita, UNIMAL PRESS, Lhokseumawe.

Nurachmad Hadi dan Sumadiyo, 1992, ANEMON LAUT (COELENTERATA,


ACTINIARIA), MANFAAT DAN BAHAYANYA, Oseana, Volume
XVII, Nomor 4 : 167 – 175.

Radiopoetro.2002. Zoologi. Jakarta : Erlangga

Saputra, Sandy Aprian, 2016, KEANEKARAGAMAN DAN PENUTUPAN


TERUMBU KARANG DI PANTAI PASIR PUTIH SITUBONDO, JAWA
TIMUR. S1 thesis, UAJY.

Sutarno, Nono, dkk. 2009. Zoologi Invertebrata. Jakarta : UPI

Syainullah W & Muhammad R, K, 2018, KEANEKARAGAMAN JENIS DAN


STATUS EKOLOGI ANEMON LAUT DI PERAIRAN PULAU
KAMBUNO DAN PULAU KODINGARENG,KEPULAUAN
SEMBILAN, SINJAI, SULAWESI SELATAN, Jurnal SAINTEK
Peternakan dan Perikanan Vol. 2 (1) Juni 2018

Toharudin, Uus. 2001. Zoologi Invertebrata : Prisma Press

Anda mungkin juga menyukai