Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas kedua di
dunia. Keberadaan hutan ini tentunya merupakan berkah tersendiri. Hutan merupakan
ekosistem alamiah yang keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Keberadaan hutan di
Indonesia sangat penting tak hanya untuk bangsa Indonesia tetapi juga bagi semua makhluk
hidup di bumi. Hutan di Indonesia sering dijuluki sebagai paru-paru dunia. Hal ini wajar
mengingat jumlah pepohonan yang ada di dalam kawasan hutan ini bisa mendaur ulang udara
dan menghasilkan lingkungan yang lebih sehat bagi manusia. Sayangnya, akhir-akhir ini
kebakaran hutan di Indonesia semakin sering terjadi. Penyebabnya bisa beragam yang dibagi
ke dalam dua kelompok utama, alam dan campur tangan manusia. Menurut data statistik,
kebakaran hutan di Indonesia sebanyak 90% disebabkan oleh manusia dan selebihnya adalah
kehendak alam.

Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek
kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup mencenangkan bagi
dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor dunia guiness yang dirilis oleh
Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di
dunia, Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar
hutan dirusakan per tahun

Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,
transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi
terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga
dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas
alam beracun, dan lain-lain.

Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Udara merupakan media lingkungan yang
merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula

1
menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian
pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan.

Kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana yang selalu dikaitkan dengan isu lingkungan.
Terkait dengan isu lingkungan, selain berkurangnya keanekaragaman hayati, udara yang
meningkat. Pencemaran udara akibat kebakaran hutan tersebut bukan hanya dirasakan oleh
masyarakat sekitar hutan, tetapi juga meliputi ke provinsi lain bahkan sampai lintas batas
negara. Provinsi Riau merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.
Kabut asap di riau ahir-akhir ini marak dipublikasikan karena kurang lebih selama 17 tahun
Indonesia tidak tahu akan hal ini. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

Tercatat dalam tahun 1997/1998 kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau mencapai
26.000 ha. Salah satu penyebab kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau karena
adanyaland clearing (pembersihan lahan) hutan untuk dijadikan perkebunan. Salah satu
metode yang paling ekonomis dan efektif dari kegiatan land clearing adalah dengan cara
membakar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran udara dan kebakaran hutan?

2. Apa penyebab dari kabut asap yang terjadi di provinsi riau?

3. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi

Riau terhadap kualitas udara?

4. Bagaimanakah peran pemerintah maupun rakyat dalam upaya mengatasi masalah

pencemaran udara akibat kebakaran hutan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pencemaran udara dan kebakaran hutan

2. Mengetahui apa saja penyebab dari kabut asap yang terjadi di prvinsi riau

3. Mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan di

Provinsi Riau terhadap kualitas udara

2
4. Mengetahui apa saja peran pemerintah maupun rakyat dalam upaya mengatasi masalah

pencemaran udara akibat kebakaran hutan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencemaran Udara dan Pengertian Kebakaran Hutan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
No. 4 Tahun 1982). Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan.
Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian
terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara
berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek
merusak.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya
dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara
dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global. Pencemar udara dibedakan
menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi
pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida
adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari
pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah
sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.

Kebakaran hutan merupakan proses yang paling dominan dalam kemampuanya


menimbulkan polutan di samping juga proses atrisi dan penguapan. Karena dari pembakaran
itulah akan meningkatkan bahan berupa substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara
normal yang mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi dan memberikan efek
terhadap manusia, hewan, vegetasi dan material (Master; 1991).Atas dasar hal tersebut, jadi
jelas-jelas bahwa akibat adanya kebakaran hutan akan menghasilkan polusi udara. Ada
beberapa bahan polutan dari pembakaran yang dapat mencemari udara, diantaranya adalah

4
bahan polutan primer, seperti: hidrokarbon dan karbon oksida, karbon dioksida, senyawa
sulphur oksida, senyawa nitrogen oksida dan nitrogen dioksida. Adapun polutan berbentuk
partikel adalah asap berupa partikel karbon yang sangat halus bercampur dengan debu hasil
dari proses pemecahan suatu bahan.

Dalam hal ini, sejumlah spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut selama ini
berada di hutan dan melakukan interaksi dengan lingkungannya membentuk rantai
kehidupan. Kebakaran yang terjadi justru memaksanya terlempar dari rantai ekosistem
tersebut. Dalam beberapa kasus justru masuk dalam komunitas manusia yang ia tumpangi
atau dilaluinya. Hubungan rusaknya hutan dengan muncul dan terjadinya penyebaran virus
flu burung ini, diakui pula oleh Dr. Feng Lili, pakar mikroba dari Baylor College of Medicine
AS. Ia menyatakan, munculnya virus flu burung sangat terkait dengan kerusakan lingkungan
di Cina dalam dua dekade terakhir. Manusia, kata Lili, telah merusak alam secara berlebihan
sehingga menimbulkan kerusakan ekologi mikroba. Gangguan keharmonisan hidup antara
manusia, alam, dan lingkungannya telah memicu bangkitnya kuman-kuman yang tidur.

2.2 Penyebab terjadinya kebakaran hutan di Riau

Menurut Lili, seperti dikutip Prof. Dr. Hadi S. Alikodra (2006), Flu burung (FB) dan SARS
merupakan penyakit yang menular lewat pernafasan. Berdasarkan penelitiannya di Cina,
penyebab kedua penyakit tersebut adalah polusi udara dan penebangan hutan yang sewenang-
wenang. Polusi udara di Cina saat ini sudah mencapai tahap yang sangat berbahaya. Kondisi
tersebut ditambah lagi dengan minimnya suplai oksigen (O2) yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Seperti diketahui, suplai oksigen terbesar berasal dari hutan. Jika hutan itu rusak,
maka suplai oksigen pun berkurang.

Dampaknya luar biasa: mikroba akan tumbuh subur dan perkembangbiakannya tak
terkendali. Sebab, oksigen --yang bila terkena sinar ultraviolet dari matahari berubah menjadi
ozon (O3) dan O nascend- adalah pembunuh mikroba dan virus yang amat efektif. Bila
oksigen itu berkurang, pembunuh mikroba dan virus pun berkurang. Dampaknya, mikroba
dan virus akan makin berkembang. Kondisi seperti itulah, kelihatannya yang terjadi juga di
Indonesia. Apalagi dewasa ini, kondisi pencemaran lingkungan dan kerusakan hutan terjadi
di mana-mana. Apalagi hal ini didukung oleh sikap masyarakat yang kelihatannya kurang
peduli dan mewaspadai terhadap penyebaran penyakit flu burung.

5
Penyebab Kebakaran liar, antara lain:

1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
2. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan
lupa mematikan api di perkemahan.
3. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
4. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
5. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

Berdasarkan gambar satelit, Greenpeace mengklaim telah menemukan titik-titik api pada
tanah yang dimiliki oleh 36 perusahaan kertas dan kelapa sawit. Banyak di antara mereka
adalah anak perusahaan Malaysia dan Singapura. Walaupun demikian, sulit membuktikan
bahwa pihak-pihak tertentu adalah yang memulai pembakaran. Dari kasus tahun lalu,
perusahaan Adei Plantation & Industry, anak perusahaan Kuala Lumpur Kepong, yang
terdaftar di Malaysia merupakan satu dari delapan perusahaan yang dituduh telah
menyebabkan kebakaran tahun 2013, dan manajer serta direkturnya telah dipidanakan.
Apabila terbukti bersalah, mereka dapat dipenjara, dan perusahaan tersebut dapat kehilangan
izin mereka.

Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda
konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan
dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-
partikulat yang tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari
aktivitas alam dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke
dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan
troposfer.

Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang telah
ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang batas (konsentrasi
yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar. Pencemaran udara
terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil
proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau
kondisi fisik seperti suhu yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-

6
tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati
ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar.

Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara
bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan
pencemaran sebagai berikut:

1. Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian


bagi manusia.
2. Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi
manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
3. Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal
tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
4. Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut
dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Penyebab polusi udara di sebabkan oleh faktor manusia dengan segala aktifitasnya. Berbagai
kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain :

1. Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,


kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan antara lain asap,
debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
2. Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik,
aspal. Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas.
3. Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu.
4. Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan, daging,
ikan, dan penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, dan bau.
5. Pembuangan limbah; baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Polutannya
adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
6. Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan
pembuatan keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uap dan gas.
7. Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu.

7
8. Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah gas dan
debu radioaktif.

2.3 Dampak kebakaran bagi polusi udara

Pencemaran udara yang disebabkan dari kebakaran hutan, yang mendapatkan beberapa
dampak yang sangat merugikan bagi seluruh makluk hidup yang ada disekitarnya. Dapat
manggangu kesehatan, estetika, kenyaman maupun merusak properti. Penyebab kebakaran
hutan sebagian dari kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab, maupun dari keadaan
alam yang bisa menyebabkan kebakaran hutan yang menjadikan polusi diudara. Sifat alami
udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan
lokal,regional,maupun global.

Beberapa bahan polutan yang mencemari udara diantaranya bahan polutan primer
diantaranyad adalah bahan primer seperti hidrokarbon dan oksida, adalah bahan polutan
primer, karbon dioksida, senyawa sulpur oksida, senyawa nitrogen oksida dan dioksida.
Adapun polutan bentuk partikel berupa asap karbon yang sangat halus bercampur debu dari
proses pemecahan suatu bahan.

Polusi udara melanda di kota-kota sekitar hutan. Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran
udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain. Dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan manusia.Berikut ini beberapa mekanisme biologis bagaimana polutan
udara mencetuskan gejala penyakit.

1. Modifasi ikatan kovalen terhadap protein penting intraseluler seperti enzim bekerja
pada tubuh.
2. Komponen biologis menginduksi inflamasi (peradangan) dan gangguan system
imunitas.
3. Stimulasi sistem saraf otonom dan nosioreseptor mengatur kerja jantung dan saluran
napas.
4. Efek adjuvant terhadap sistem imunitas tubuh.
5. Efek procoagulant dapat mengganggu sirkulassi darah dan penyebaran polutan ke
seluruh tubuh.
6. Menurunnya sistem pertahanan tubuh normal.
7. Terjadinya radang pada paru-paru
8. Terbentuk radikal bebas

8
Namun sebagian besar polusi udara terfokuskan pada efek akibat terhirup melalui saluran
pernapassan mengingat saluran napas merupan pintu utama masuknya polutan udara kedalam
tubuh. Sumber akibat polusi udara dari kebakaran hutan merupakan kejadian alami, hal ini
mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi seluruh makluk hidup yag ada disekitarnya.

Pencemaran udara terbagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Sebagai contoh salah satu
senyawa yang aktif dalam polusi udara yaitu karbon monoksida. Polusi udara juga
berdampak bagi kesehatan makluk hidup diantaranya manusia maupun hewan yang terdapat
di hutan tersebut. Hingga saat ini di Indonesia sering mengalami kebakaran hutan yang
mengakibatkan polusi udara yang ditimbulkannya.

Beberapa dampak dari polusi lainnya:

1. Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui
sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung
kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran
pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai
paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran napas
atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.Diperkirakan
dampak pencemaran udara di pekanbaru dan sekitarnya yang berkaitan dengan
kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA
pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3
trilyun rupiah pada tahun 2015.
2. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan
bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat
proses fotosintesis.
3. Hujan asam

9
4. pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti
SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air
hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
A. Mempengaruhi kualitas air permukaan
B. Merusak tanaman
C. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
D. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
5. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O
dilapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
A. Peningkatan suhu rata-rata bumi
B. Pencairan es di kutub
C. Perubahan iklim regional dan global
D. Perubahan siklus hidup flora dan fauna
6. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung
alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari.
Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di
stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil
menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

2.4 Upaya pemerintah dan masyarakat untuk menangani kebakaran hutan

Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan. Adapun
upaya penanggulangan yang dimaktub tersebut antara lain:

1) Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran hutan di


semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan langkah pembinaan

10
terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika kawasan hutan telah memasuki
status Siaga I dan juga Siaga II.
2) Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan serta dana
pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan hingga instansi lain
bahkan juga pihak swasta.
3) Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait melalui dengan
PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan PUSDALKARHUTDA
tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga hutan.
4) Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal menanggulangi
kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara yang berbatasan dengan kita
misalnya dengan Malaysia berama pasukan BOMBA-nya. Atau juga dengan Australia
bahkan Amerika Serikat.

Upaya penanggulangan kebakaran hutan ini tentunya harus sinkron dengan upaya
pencegahan. Sebab walau bagaimanapun, pencegahan jauh lebih baik dari memanggulangi.
Ada beragam cara yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah kebakaran hutan khususnya
yang disebabkan oleh perbuatan manusia seperti membuang punting rokok di wilayah yang
kering, kegiatan pembukaan lahan dan juga api unggun yang lupa dimatikan. Upaya
pencegahannya adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya mereka yang
berhubungan langsung dengan hutan. Masyarakat ini biasanya tinggal di wilayah hutan dan
memperluas area pertaniannya dengan membakar. Pemerintah harus serius mengadakan
sosialisi agar hal ini bisa dicegah.

Pada dasarnya upaya penanggulangan kebakaran hutan juga bisa disempurnakan jika
pemerintah mau memanfaatkan teknologi semacam bom air. Atau bisa juga lebih lanjut
ditemukan metode yang lebih efisien dan ampuh menaklukkan kobaran api di hutan. Langkah
yang paling baik adalah dengan mengikutsertakan para perangkat pendidikan agar merancang
teknologi maupun metode yang membantu pemerintah di level praktis. Sokongan dana dari
pemerintah akan membuat program tersebut lebih baik dan terarah.

Kepolisian Daerah Provinsi Riau sebagai Satuan Tugas (Satgas) Penindakan Kabut Asap
telah menetapkan 66 orang sebagai tersangka pembakar lahan dari 44 perkara yang tengah
ditangani. Satu tersangka di antaranya adalah pihak korporasi.Data rekapitulasi Satgas
Penindakan menyebutkan, jumlah tersangka terbanyak ditangani oleh Polres Bengkalis. Dari

11
enam kasus, sudah ada 20 orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Namun, dua orang masih
dalam pengejaran.

Sementara itu, Polres Rokan Hilir telah menetapkan 19 orang tersangka dari tujuh perkara
dan Polres Pelalawan menetapkan enam orang sebagai tersangka pembakar lahan dari lima
kasus.Di wilayah hukum Polres Indragiri Hilir, ada empat kasus dan empat tersangka sudah
ditetapkan. Polres Siak hanya menetapkan empat tersangka dari delapan perkara dan satu
orang masih buron. Polresta Dumai menangani tiga kasus dan sudah menetapkan empat
tersangka dengan dua tersangka buron.

Untuk lima perkara yang ditangani Direktorat Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau
ada empat orang tersangka, dan di Polres Meranti ditetapkan tiga tersangka dari tiga kasus
yang ditangani. Polresta Pekanbaru yang sebelumnya menangani dua perkara pembakaran
lahan, sampai saat ini telah menetapkan dua orang sebagai tersangka.

reaksi masyarakat menghadapi masalah ini

Masker telah menjadi bagian kehidupan masyarakat di Riau dalam sebulan terakhir ini.
Perangkat penutup hidung dan mulut ini melindungi pemakainya dari udara yang tercemar
bahan-bahan berbahaya akibat kabut asap.Mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek,
semuanya mengenakan masker. Seiring dengan level pencemaran udara ke level 'berbahaya'
masker kini dikenakan di mana saja, bahkan di dalam gedung seperti pusat perbelanjaan.

Alasan utama orang-orang memakai masker adalah kesehatan, jika tidak mau terkena
gangguan pernafasan. Tetapi, masker bukan cuma sekadar penutup hidung dan mulut belaka,
bagi sebagian orang mungkin masker bisa menunjukkan identitas mereka.Masker yang
dipakai orang-orang bukan bukan cuma bertipe 'kolot', seperti yang dikenakan dokter ketika
mengoperasi pasiennya. Tetapi juga ada yang bertipe imut, teknis, sampai ekstrem.

Banyak kaum perempuan memilih masker berbahan kain dengan pola dan gambar tokoh
kartun imut di bagian penutup hidung/mulut. Mulai dari masker warna pink, gambar bunga-
bunga, sampai tokoh kartun seperti Hello Kitty banyak dijual bebas di pasaran.Kemudian ada
pemakai masker yang sedianya diperuntukkan bagi orang yang bekerja di bidang-bidang
khusus. Sebut saja masker untuk di daerah pertambangan, masker untuk di pabrik/
laboratorium, sampai masker untuk tukang las.

12
Sedangkan untuk yang terlihat ekstrem yakni masker seperti yang digunakan prajurit untuk
berperang, dan ilmuwan yang bekerja dengan bahan berbahaya. Bentuknya gelap dengan
bahan karet dengan bulatan besar di tengah atau kiri/kanan yang berisi bahan khusus yang
menyaring udara hingga bersih.

Beberapa caraunutk mengurangi polusi:

1) Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-
gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan
2) melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang
bahan penyerap polutan atau saringan
3) Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat sebelum
dibebaskan ke air. Atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas buang ke udara
bebas
4) membangun cerobong asap yang cuup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan
inversi thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu
pemukiman atau kita
5) mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan
mengurangi angkutan pribadi
6) memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu
kegunaan tumbuhan adalah sebagai indikator pencemaran dini, selain sebagai penahan
debu dan bahan partikel lain.

BAB III

13
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebakaran hutan merupakan proses yang paling dominan dalam kemampuanya menimbulkan
polutan di samping juga proses atrisi dan penguapan. Karena dari pembakaran itulah akan
meningkatkan bahan berupa substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang
mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi dan memberikan efek terhadap manusia,
hewan, vegetasi dan material (Master; 1991).Atas dasar hal tersebut, jadi jelas-jelas bahwa
akibat adanya kebakaran hutan akan menghasilkan polusi udara. Ada beberapa bahan polutan
dari pembakaran yang dapat mencemari udara, diantaranya adalah bahan polutan primer,
seperti: hidrokarbon dan karbon oksida, karbon dioksida, senyawa sulphur oksida, senyawa
nitrogen oksida dan nitrogen dioksida. Adapun polutan berbentuk partikel adalah asap berupa
partikel karbon yang sangat halus bercampur dengan debu hasil dari proses pemecahan suatu
bahan.

Pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak
hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah.
Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-
patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon
monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin
menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang
disebabkan oleh pencemaran udara.

Pencemaran udara selain memberikan dampak negatif, juga dapat memberikan dampak
positif antara lain, lahar dan partikulat-partikulat yang disemburkan gunung berapi yang
meletus, bila sudah dingin menyebabkan tanah menjadi subur, pasir dan batuan yang
dikeluarkan gunung berapi yang meletus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Gas
karbon monoksida bila bereaksi dengan oksigen di udara menghasilkan gas karbon dioksida
bisa dimanfaatkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis untuk
menghasilkan karbohidrat yang sangat berguna bagi makhluk hidup.

3.2 Saran

14
Untuk mengurangi kebakaran diriau pemerintah harus tegas memberikan sanksi atau
hukuman yang tegas kepada pelaku agar dimasa yang akan datang para pelaku akan merasa
jera dan tidak akan mengulanginya kembali .

DAFTAR PUSTAKA

15
http://oktaermayanti.blogspot.co.id/2011/10/polusi-udara-akibat-kebakaran-hutan.html

http://nelsymariza.blogspot.co.id/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://larasyulisty.blogspot.co.id/2014/04/bab-i-pendahuluan-1.html

http://ourpos.blogspot.co.id/2014/09/makalah-pencemaran-udara_39.html

16

Anda mungkin juga menyukai