Anda di halaman 1dari 30

Topik Bahasan :

 Aliran Sirkuler Pendapatan & Pengeluaran


Perekonomian Tiga Sektor
 Syarat Keseimbangan Perekonomian Tiga Sektor
 Pungutan Pajak Pemerintah
 Pengeluaran Pemerintah
 Keseimbangan Pendapatan Nasional Dalam
Perekonomian Tiga Sektor
Jusmer Sihotang 11
Perekonomian Tiga Sektor artinya dalam perekonomian diasumsikan hanya terdapat 3 pelaku
ekonomi yaitu Rumah Tangga, Perusahaan, dan Pemerintah (Dalam perekonomian 3 sektor,
diasumsikan bahwa Luar Negeri belum berperan dalam kegiatan perekonomian)
Pendapatan Faktor-faktor Produksi (Y)

Pajak (T) Pajak (T)

Pengeluaran Pengeluaran
Pemerintah (G) Pemerintah (G)

Konsumsi Rumah Tangga (C)

Tabungan (S) Investasi (I)

Pinjaman

Jusmer Sihotang 22
Keterangan Gambar :
 Dalam perekonomian 2 Sektor: pendapatan RT yaitu sebesar Y yang
diperoleh dari menjual FFP ke perusahaan, hanya digunakan untuk C
dan S

 Tetapi dalam perekonomian 3 sektor pendapatan RT (yaitu Y)


digunakan untuk 3 pengeluaran, yaitu: konsumsi barang/jasa ke
perusahaan (C = Consumption), tabungan ke Lembaga Keuangan atau
Bank (S = Saving), dan membayar pajak kepada pemerintah (T = Tax).

 Tabungan yang ada di Lembaga Keuangan akan dipinjam oleh investor


(penanam modal) kemudian akan diinvestasikan (I) dalam perusahaan.

 Penerimaan perusahaan bersumber dari penjualan barang/jasa ke


sektor RT. Perusahaan juga membayar pajak (T) kepada pemerintah.
Pajak yang diperoleh pemerintah, digunakan untuk membayar barang
dan jasa ke sektor RT dan ke sektor perusahaan. Pengeluaran
pemerintah ini disebut dengan G (Government Expenditure)

Jusmer Sihotang 33
 Dalam model perkonomian 2 sektor, hanya ada 4 variabel
makroekonomi yang kita masukkan dalam menentukan
keseimbangan perekonomian, yaitu: Y, C, S, dan I

 Namun dalam model perkonomian 3 sektor, ada 2 variabel


yang bertambah yaitu T dan G, sehingga ada 6 variabel
makroekonomi yang kita masukkan dalam menentukan
keseimbangan perekonomian, yaitu: Y, C, S, I, T dan G.
Oleh karena itu, syarat untuk menentukan keseimbangan
dalam model perekonomian 3 sektor adalah sbb:

Ingat bahwa ada dua pendekatan untuk menentukan


keseimbangan perekonomian, yaitu:
I. Pendekatan AS dan AD, dan
II. Pendekatan Bocoran (Leakage) dan Suntikan (Injection)

Jusmer Sihotang 44
I. Pendekatan AS dan AD
Dalam pendekatan ini, perekonomian seimbang apabila
penawaran agregat (AS) = permintaan agregat (AS).
Penawaran Agregat adalah nilai produksi barang/jasa yang
dihasilkan perekonomian selama satu tahun yang disebut
dengan GDP atau Y, sehingga AS = Y. Kemudian dalam
perekonomian tiga sektor, permintaan agregat terdiri dari
konsumsi R.Tangga (C), investasi perusahaan (I), dan
pengeluaran pemerintah (G), sehingga AD = C + I + G

Dengan demikian perekonomian seimbang apabila :


AS = AD
Y = C+I+G

Jusmer Sihotang 55
II. Pendekatan Bocoran (Leakage) dan Suntikan (Injection)
Ingat bahwa:
 Bocoran adalah pendapatan RT yang tidak digunakan untuk
membeli barang/jasa ke perusahaan. Dalam perekonomian 3
sektor, bocoran tersebut adalah: Tabungan RT ke LK atau
Bank (S), dan pajak ke pemerintah (T), sehingga Bocoran = S + T
 Suntikan adalah uang yang masuk ke sektor perusahaan bukan
karena menjual barang/jasa ke sektor RT. Dalam perekonomian
3 sektor suntikan tersebut adalah: investasi dari penanam
modal (investor) dalam perusahaan (I), dan pembelian
barang/jasa oleh pemerintah ke perusahaan (G), sehingga
Suntikan = I + G

Dengan demikian perekonomian seimbang apabila :


Bocoran = Suntikan
S+T = I+G

Jusmer Sihotang 66
Pungutan Pajak Pemerintah
Pajak yang kita bahas dalam keseimbangan ini adalah pajak
pendapatan yang dibayar oleh pekerja dalam perekonomian.

Ada 3 Jenis Pajak Pendapatan:


1. Pajak Regresif (pajak tetap), yaitu pajak yang besarnya
sama/tetap untuk semua tingkat pendapatan. Karena besar
pajak adalah sama, maka Pajak Regresif dapat didefinisikan
sebagai tarif pajak yang persentasenya makin kecil jika
pendapatan semakin meningkat.
Contoh di Indonesia adalah Bea Materai atas cek dan bilyet giro
yang besarnya adalah Rp 10.000 berapapun nilai nominal yang
tercantum dalam cek atau bilyet giro tersebut.

2. Pajak Proporsional (pajak sebanding), yaitu tarif pajak yang


persentasenya sama jika pendapatan semakin meningkat.
Contoh di Indonesia adalah PPN, PBB, Pajak Hotel.

3. Pajak Progresif (pajak bertingkat), yaitu tarif pajak yang


persentasenya makin besar jika pendapatan semakin meningkat.
Contoh di Indonesia adalah PPh wajib pajak orang pribadi.
Jusmer Sihotang 77
Pungutan Pajak Pemerintah
Contoh Pajak Regresif Contoh Pajak Proporsional
(Misalkan: T = Rp 100.000 (Misalkan: T = 10%)
Pendapatan Pajak yang Dibayar Pendapatan Pajak yang Dibayar
(Rp) (Rp)
(Rp) (%) (%) (Rp)
2.000.000 100.000 5 2.000.000 10 200.000
4.000.000 100.000 2,5 4.000.000 10 400.000
6.000.000 100.000 1,7 6.000.000 10 600.000

Tarif Pajak Penghasilan Atas Wajib


Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Contoh Pajak
Lapisan Penghasilan Tarif Pajak
Progesif : Kena pajak (Rp) (%)
PPh pasal 21
S.d. Rp 50 juta 5
di Indonesia
Di atas 50 juta s.d. 250 juta 15
Di atas 250 juta s.d. 500 juta 20
Jusmer Sihotang Di atas 500 juta 25 88
Dampak Pungutan Pajak Pemerintah terhadap C dan S
Ingat :
 Pada perekonomian 2 sektor, pajak belum ada (T = 0), jadi Yd = Y – T
atau Yd = Y – 0 atau Yd = Y, sehingga :
1. Fungsi C dapat ditulis : C = a + bYd atau C = a + bY
2. Fungsi S dapat ditulis : S = - a + (1-b) Yd atau S = - a + (1-b)Y
3. MPC = ∆C/∆Yd = ∆C/∆Y dan MPS = ∆S/∆Yd = ∆S/∆Y
 Pada perekonomian 3 sektor, pajak sudah ada, jadi Yd = Y - T, maka :
1. Fungsi C harus ditulis : C = a + bYd
2. Fungsi S harus ditulis : S = - a + (1-b)Yd
3 MPC = ∆C/∆Yd dan MPS = ∆S/∆Yd

Dampak pungutan T terhadap C dan S:


1. Jika T naik, maka Yd turun, akibatnya C dan S akan turun.
 Peningkatan T akan menurunkan C dan S

2. Jika T turun, maka Yd naik, akibatnya C dan S akan naik


 Penurunan T akan menaikkan C dan S

Jusmer Sihotang 99
Dampak Pungutan Pajak Pemerintah terhadap C dan S
Berapa besarkah perubahan konsumsi (∆C) dan perubahan tabungan (∆S)
akibat peningkatan Pajak misalnya sebesar ∆T ?
 Perubahan Konsumsi :
C akan turun sebesar : ∆C = MPC x ∆T atau
C akan turun sebesar : ∆C = b x ∆T (Ingat MPC = b)
 Perubahan Tabungan :
S akan turun sebesar : ∆S = MPS x ∆T atau
S akan turun sebesar : ∆S = (1-b) x ∆T (Ingat MPS = 1-b)

Contoh :
Jika dalam suatu perekonomian MPC = b = 0,8, berapakah perubahan C
dan S jika pemerintah menaikkan pajak sebesar Rp 100.000 ?
Jawab :
C akan turun sebesar : ∆C = MPC x ∆T = 0,8 x Rp 100.000 = Rp 80.000
S akan turun sebesar : ∆S = MPS x ∆T = 0,2 x Rp 100.000 =Rp 20.000

Note : Pada side berikut dijelaskan dampak T terhadap C dan S dengan


3 pendekatan/cara, yaitu (I) Pendekatan Tabel, (II) Pendekatan
Grafik, dan (III) Pendekatan Aljabar.
Jusmer Sihotang 1010
Dampak Pajak Tetap Terhadap C dan S
Pendekatan Tabel/Angka
Andaikan C = 60 + 0,75 Yd ; MPC = b = 0,75 dan MPS = (1-b) = 0,25
Tanpa Pajak (T=0)
Y T=0 Yd C S
0 0 0 60 -60
120 0 120 150 -30
240 0 240 240 0
360 0 360 330 30
Jika Pemerintah memungut Pajak Tetap/Regresif (T = 40)
Y T = 40 Yd C S
0 40 -40 30 -70
120 40 80 120 -40
240 40 200 210 -10
360 40 320 300 20
Setelah pajak tetap sebesar 40, maka pada setiap tingkat pendapatan :
 C turun sebesar 0,75 x 40 = 30 (misalnya dari 60 ke 30, dari 150 ke 120, dst)
 S turun sebesar 0,25 x 40 = 10 (misalnya dari -60 ke -70 , dari -30 ke -40, dst)
Jusmer Sihotang 1111
Dampak Pajak Proporsional Terhadap C dan S
I. Pendekatan Tabel/Angka :
Andaikan C = 60 + 0,75 Yd ; MPC = b = 0,75 dan MPS = (1-b) = 0,25

Tanpa Pajak (T=0)


Y T=0 Yd C S
0 0 0 60 -60
120 0 120 150 -30
240 0 240 240 0
360 0 360 330 30
Jika Pemerintah memungut Pajak Proporsional (T = 20%Y = 0,2Y)
Y T = 20%Y Yd C S
0 0 0 60 -60
120 24 96 132 -36
240 48 192 204 -12
360 72 288 276 12
Ternyata pada pajak proporsionalpun C turun sebesar bT dan S turun sebesar (1-b) T
contoh pada Y = 120 : C turun sebesar 0,75 x 24 = 18 (turun 18 yaitu dari 150 ke 132
S turun sebesar 0,25 x 24 = 6 (turun dari -30 ke -36)
Jusmer Sihotang 1212
Dampak Pajak Tetap Terhadap C dan S
Pendekatan Grafik

Pajak Tetap Pajak Proporsional


C
C C
C
Ct
Ct

60 60 Kurva C bergeser ke bawah jadi Ct


Kurva C bergeser ke bawah jadi Ct
(sejajar dengan kurva C semula (dari titik potong yang sama)
30
Y Y

S
S
S S
St St
Y Y

-60 Kurva S bergeser ke bawah jadi St Kurva S bergeser ke bawah jadi St


(sejajar dengan kurva C semula -60 (dari titik potong yang sama)
-70
Jusmer Sihotang 1313
Dampak Pajak Tetap Terhadap C dan S
Pendekatan Aljabar

Sebelum Pajak : Sebelum Pajak :


C = 60 + 0,75 Yd C = 60 + 0,75 Yd
S = - 60 + 0,25 Yd S = - 60 + 0,25 Yd

Setelah Pajak Tetap : T = 40 Setelah Pajak Proporsional :


T = 20%Y = 0,2 Y
Ct = 60 + 0,75 Yd
Ct = 60 + 0,75 Yd
= 60 + 0,75 (Y –T)
= 60 + 0.75 (Y – T)
= 60 + 0,75 (Y – 40)
= 60 + 0,75 (Y – 0,2Y)
= 60 + 0,75 Y – 30
= 60 + 0,75 (0,8 Y)
Ct = 30 + 0,75 Y
Ct = 60 + 0,6 Y
St = - 60 + 0,25 Yd St = - 60 + 0,25 Yd
= - 60 + 0,25 (Y – T) = - 60 + 0,25 (Y – T)
= - 60 + 0,25 (Y – 40) = - 60 + 0,25 (Y – 0,2Y)
= - 60 + 0,25 Y – 10 = - 60 + 0,25 (0,8Y)
St = - 70 + 0,25 Y St = - 60 + 0,2 Y

Jusmer Sihotang 1414


Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah (G) mencakup seluruh barang/jasa
yang dibeli pemerintah (pusat dan daerah),
tidak termasuk pembayaran transfer pemerintah.

Pengeluaran pemerintah ditentukan oleh :


1. Proyeksi pungutan pajak yang diterima pemerintah. Makin besar pajak
yang dapat dipungut, maka makin besar pula anggaran pengeluaran
yang bisa dilakukan pemerintah. Sebaliknya, makin kecil pajak yang
dapat dipungut, maka makin kecil pula anggaran pengeluaran yang
bisa dilakukan pemerintah.

2. Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai. Sebagai contoh jika


pemerintah bertujuan mengatasi pengangguran, maka pemerintah
harus menaikkan anggaran pengeluarannya. Contoh lainnya, jika
pemerintah bertujuan mengatasi inflasi, maka pemerintah harus
menurunkan anggaran pengeluarannya.

3. Pertimbangan politik dan keamanan. Jika politik dan keamanan tidak


stabil (terjadi kekacauan), maka pemerintah perlu menambah anggaran
pengeluarannya untuk menstabilkan keadaan politik dan keamanan.
Jusmer Sihotang 1515
Pengeluaran Pemerintah
Dalam makroekonomi, Pengeluaran Pemerintah (G) dianggap merupakan variabel
otonom, artinya G tidak dipengaruhi oleh perubahan pendapatan nasional (Y).
Dalam grafik ditunjukkan oleh kurva G yang horizontal atau datar. Jadi walaupun Y
naik atau turun G adalah tetap atau konstan

G
G2
Kurva G naik dari G ke G2) bukan karena naiknya Y, tetapi
terjadi karena misalnya naiknya T yang dipungut pemerintah

G
Kurva G turun dari G ke G1) bukan karena turunnya Y, tetapi
terjadi karena misalnya turunnya T yang dipungut pemerintah
G1
0 Y
Jusmer Sihotang 1616
Untuk menentukan keseimbangan perekonomian 3 sektor,
perhatikan catatan berikut :
1. Kita hanya menggunakan 2 jenis pajak, yaitu :
(I) Pajak Tetap (Pajak Regresif).
Dalam hal ini pajak ditulis dalam angka konstanta,
misalnya T = 40, T = 100, T = 500, dsb
(II) Pajak Proporsional (Pajak Sebanding).
Dalam hal ini pajak ditulis dalam persentase,
misalnya T = 10%Y, T = 20%Y, dsb
2. Ingat ada dua pendekatan untuk menentukan keseimbangan, yaitu :
(I) Pendekatan AS dan AD yaitu jika Y = C + I + G
(II) Pendekatan Bocoran dan Suntikan yaitu jika S + T = I + G
3. Keseimbangan dapat digambarkan Secara Tabel, Grafik, dan
Aljabar
4. Untuk menggambarkan keseimbangan dalam Grafik, buatlah skala
sumbu datar dan sumbu tegak dengan skala yang sama. Untuk
membuat skala gunakanlah data pendapatan nasional sesuai data
dalam soal, misalnya 0, 120, 240, 360, 480, 600
5. Dalam Grafik pendekatan AS dan AD, harus dibuat garis 450, yaitu
garis yang menggambarkan titik-titik kesamaan antara Y dengan AD

Jusmer Sihotang 1717


Misalkan data makroekonomi (dalam satuan rupiah)
dalam perekonomian tiga sektor adalah sbb :

Fungsi Konsumsi : C = 60 + 0,75Yd


Pajak Pemerintah : T = 40
Investasi Otonom : I = 25
Pengeluaran Pemerintah : G = 35
Tkt pendapatan nasional : Y = 0,120, 240, 360, 480,600

Tentukan pada tingkat pendapatan nasional berapa


keseimbangan perekonomian dicapai, tunjukkan
keseimbangan tersebut :
1. Secara Tabel (Angka)
2. Secara Grafik
3. Secara Aljabar
Jusmer Sihotang 1818
1. SECARA ANGKA

Y T Yd C S S+T I+G AD = Keadaan


C+I+G Perekonomian
0 40 -40 30 -70 - 30 60 90
120 40 80 120 -40 0 60 180 EKSPANSI
240 40 200 210 -10 30 60 270
360 40 320 300 20 60 60 360 SEIMBANG
480 40 440 390 50 90 60 450
600 40 560 480 80 120 60 540 KONTRAKSI

Jadi, keseimbangan perekonomian dicapai pada saat tingkat pendapatan nasional (Y) = Rp 360.
Perhatikan bahwa keseimbangan tersebut dicapai pada pada saat :
(I) AS = AD (dimana AS = Y = 360 dan AD = C + I + G = 360), dan
(II) Bocoran = Suntikan (dimana Bocoran = S + T = 60 dan Suntikan = I + G = 60

Jika AS < AD, maka terjadi EKSPANSI (perluasan atau perkembangan kegiatan perekonomian)
Jika AS > AD, maka terjasi KONTRAKSI (penciutan atau kemerosotan kegiatan perekonomian)
Jusmer Sihotang 1919
AD (Rp)
2. SECARA GRAFIK Y = AD
(I) 600
AD = C + I + G
540
(I) Pendekatan AS = AD
Dalam pendekatan ini, 480

kesimbangan dicapai E
pada titik E 360
(pada saat garis 450
berpotongan dengan 240
Garis AD)
120
90
450
Y (Rp)
0
(II) Pendekatan S + T = I + G 120 240 360 480 600
Dalam pendekatan ini, (II) S+T, I+G (Rp)
S+ T
kesimbangan dicapai 120
E
pada titik E 60 I+G

(pada saat garis S + T 0 Y (Rp)


- 30 120 240 360 480 600
berpotongan dengan
Garis I + G) - 120

Jusmer Sihotang 2020


3. SECARA ALJABAR

(I) Pendekatan AS = AD AS = AD
Y = C+I+G
Dalam Soal : = 60 + 0,75Yd + 25 + 35
= 120 + 0,75 (Y – T)
C = 60 + 0,75 Yd = 120 + 0,75 (Y – 40)
T = 40 = 120 + 0,75Y – 30
I = 25 Y = 90 + 0,75Y
G = 35
Y – 0,75Y = 90
0,25Y = 90

90
Y= = 360
0,25

Jusmer Sihotang 2121


3. SECARA ALJABAR

(II) Pendekatan S + T = I + G S+T = I+G


- 60 + 0,25Yd + 40 = 25 + 35
Dalam Soal - 20 + 0,25 (Y –T) = 60
C = 60 + 0,75Yd, maka 0,25 (Y – 40) = 60 + 20
0,25Y - 10 = 80
S = - 60 + 0,25Yd
0,25Y = 90
T = 40
I = 25 90
G = 35 Y = = 360
0,25

Jusmer Sihotang 2222


Misalkan data makroekonomi (dalam satuan rupiah) dalam
perekonomian tiga sektor adalah sbb :

Fungsi Konsumsi : C = 50 + 0,8Yd


Pajak Pemerintah : T = 10%Y
Investasi Otonom : I = 90
Pengeluaran Pemerintah : G = 70
Tkt pendapatan nasional : Y = 0, 250, 500, 750, 1000, 1250

Tentukan pada tingkat pendapatan nasional berapakah


keseimbangan perekonomian dicapai, tunjukkan
keseimbangan tersebut :
1. Secara Tabel (Angka)
2. Secara Grafik
3. Secara Aljabar

Jusmer Sihotang 2323


1. SECARA TABEL
Y T Yd C S S+T I+G AD = Keadaan
C+I+G Perekonomian
0 0 0 50 -50 -50 160 210
250 25 225 230 -5 20 160 390 EKSPANSI
500 50 450 410 40 90 160 570
750 75 675 590 85 160 160 750 SEIMBANG
1000 100 900 770 130 230 160 930
1250 125 1125 950 175 300 160 1110 KONTRAKSI

Jadi, keseimbangan perekonomian dicapai pada saat tingkat pendapatan nasional (Y) = Rp 750.
Perhatikan bahwa keseimbangan tersebut dicapai pada pada saat :
(I) AS = AD (dimana AS = Y = 750 dan AD = C + I + G = 750), dan
(II) Bocoran = Suntikan (dimana Bocoran = S + T = 160 dan Suntikan = I + G = 160

Jika AS < AD, maka terjadi EKSPANSI (perluasan atau perkembangan kegiatan perekonomian)
Jika AS > AD, maka terjasi KONTRAKSI (penciutan atau kemerosotan kegiatan perekonomian)
Jusmer Sihotang 2424
2. SECARA GRAFIK AD (Rp)
Y = AD
(I) 1250
(I) Pendekatan AS = AD 1110 AD = C + I + G

Dalam pendekatan ini, 1000


kesimbangan dicapai
pada titik E 750
(yaitu pada saat garis
450 berpotongan dengan 500
Garis AD)
250
210
450
Y (Rp)
0 250 500 750 1000 1250
(II) Pendekatan S + T = I + G S+T, I+G (Rp)
(II) 300 S+ T
Dalam pendekatan ini, 250

kesimbangan dicapai 160 I+G


pada titik E
0 Y (Rp)
(pada saat garis S + T - 50 250 500 750 1000 1250
berpotongan dengan
Garis I + G) - 250

Jusmer Sihotang 2525


3. SECARA ALJABAR

(I) Pendekatan AS = AD AS = AD
Y = C+I+G
Dalam Soal : = 50 + 0,8Yd + 90 + 70
= 210 + 0,8 (Y – T)
C = 50 + 0,8Yd = 210 + 0,8 (Y – 0,1Y)
T = 10%Y = 0,1Y = 210 + 0,8 (0,9Y)
I = 90 = 210 + 0,72Y
G = 70
Y – 0,72Y = 210
0,28Y = 210

210
Y= = 750
0,28

Jusmer Sihotang 2626


3. SECARA ALJABAR

(II) Pendekatan S + T = I + G S+T = I+G


- 50 + 0,2Yd + 0,1Y = 90 + 70
Dalam Soal : - 50 + 0,2 (Y –T) + 0,1Y = 160
C = 50 + 0,8 Yd, maka : 0,2 (Y – 0,1Y) + 0,1Y = 210
S = - 50 + 0,2Yd 0,2 (0,9Y) + 0,1Y = 210
T = 0,1Y 0,28Y = 210
I = 90
G = 70 210
Y = = 750
0,28

Jusmer Sihotang 2727


Soal 1
Misalkan data makroekonomi (dalam satuan rupiah) dalam
perekonomian tiga sektor adalah sbb :
Fungsi Konsumsi : C = 800 + 0,5Yd
Pajak Pemerintah : T = 20%Y
Investasi Otonom : I = 360
Pengeluaran Pemerintah : G = 280
Tkt pendapatan nasional : Y = 0, 600, 1200, 1800, 2400, 3000, 3600

Tentukan pada tingkat pendapatan nasional berapa keseimbangan


perekonomian dicapai, tunjukkan keseimbangan tersebut :
1. Secara Tabel
2. Secara Grafik
3. Secara Aljabar
Jusmer Sihotang 2828
Soal 2
Misalkan data makroekonomi (dalam satuan rupiah) dalam
perekonomian tiga sektor adalah sbb :
Fungsi Konsumsi : C = 500 + 0,8Yd
Pajak Pemerintah : T = 25%Y
Investasi Otonom : I = 250
Pengeluaran Pemerintah : G = 450
Tkt pendapatan nasional : Y = 0, 1000, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000

Tentukan pada tingkat pendapatan nasional berapa keseimbangan


perekonomian dicapai, tunjukkan keseimbangan tersebut :
1. Secara Tabel
2. Secara Grafik
3. Secara Aljabar
Jusmer Sihotang 2929
Soal 3
Misalkan data makroekonomi (dalam satuan rupiah) dalam perekonomian
tiga sektor adalah sbb :
Fungsi Konsumsi : C = 900 + 0,8Yd
Pajak Pemerintah : T = 10%Y
Investasi Otonom : I = 750
Pengeluaran Pemerintah : G = 450
Tkt pendapatan nasional : Y = 0, 2500, 5000, 7500, 10000, 12500

Tentukan pada tingkat pendapatan nasional berapa keseimbangan


perekonomian dicapai, tunjukkan keseimbangan tersebut :
1. Secara Angka (Tabel)
2. Secara Grafik
3. Secara Aljabar
Jusmer Sihotang 3030

Anda mungkin juga menyukai