Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang
oleh karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan
oleh salah satu atau kedua-duanya calon orang tua bayi tersebut tidak diinginkan.
Kehamilan jika diinginkan merupakan proses yang sehat dan jika kehamilan itu
tidak diinginkan , ia merupakan suatu penyakit
Kehamilan merupakan suatu proses faal yang secara normal terjadi pada
manusia sebagai insting untuk mempertahankan keturunannya di bumi. Oleh
karenanya kehamilan sebagai tanda akan hadirnya anggota baru dan penerus
keturunan, pada umumnya akan disambut dengan gembira. Kegembiraan itu
sendiri yang sering menutupi resiko yang dihadapi oleh perempuan hamil.
Mereka pada umumnya, tidak sadar bahwa kehamilan dapat mempengruhi
kesehatan bahkan dapat mengancam jiwa si calon ibu. Dan ternyata tidak semua
kehamilan disambut dengan kegembiraan oleh orang tuanya.Karena remaja atau
calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka ia bisa saja tidak
mengurus dengan baik kehamilannya. Yang seharusnya ia mengkonsumsi
minuman, makanan, vitamin yang bermanfaat bagi pertumbuhan janin dan bayi
nantinya bisa saja hal tersebut tidak dilakukannya. Selain itu, mereka juga akan
mengakhiri kehamilannya atau sering disebut sebagai aborsi. Di Indonesia aborsi
dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau melawan hokum.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan KTD dan Aborsi
b. Apa saja faktor penyebab KTD dan Aborsi
c. Dampak dari KTD dan Aborsi
d. Macam – macam aborsi
e. Penanganan dan pencegahan aborsi
f. Upaya pencegahan dan penanggulangan KTD
g. Cara tenaga kesehatan menangani kasus KTD pada remaja

1
h. Peran bidan dalam menanggulangi KTD
i. Hukum aborsi menurut UUD
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa memahami tentang unwanted pregnancy and aborsi
(kehamilan yang tidak dinginkan dan aborsi)
b. Tujuan Khusus
1) Agar mahasiswa memahami pengertian unwanted pregnancy.
2) Agar mahasiwa dapat mengetahui penyebab atau alasan unwanted
pregnancy.
3) Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak dari unwanted pregnancy.
4) Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian aborsi
secara jelas.
5) Agar mahasiswa dapt mengetahui macam macam aborsi.
6) Agar mahaiswa dapat mengetahui penyebab terjadinya aborsi.
7) Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak dari Aborsi.
8) Agar mahasiswa dapat mengetahui Penanganan dan pencegahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kehamilan yang tidak Diinginkan
2.1.1 Pengertian
Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak
diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak
menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan
ini bisa merupakan akibat suatu prilaku seksual/hubungan seksual baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
2.1.2 Faktor factor penyebab Unwanted Pregnancy
1. Kehamilan Akibat Perkosaan
Perkosaan merupakan peristiwa yang traumatis dan meninggalkan
aib pada perempuan yang diperkosa. Dampak psikologis dari perkosan
ini cukup dalam dan akan menetap seumur hidup, jika perkosaan juga
mengakibatkan kehamilan, aib itu tidak hanya akan dialami oleh si
korban saja tetapi juga seluruh keluarganya. Seandainya kehamilan itu
diteruskan, maka anak yang dilahirkan kelak yang akan mengalami
tekanan sosial baik dari keluarga orang tuanya sendiri maupun dari
masyarakat sekitarnya. Bahkan ibunya sendiri mungkin akan melihat
anak itu sebagai penjelmaan laki-laki yang memperkosanya atau
mungkin juga menjadi sasaran balas dendam yang sebenarnya ia
tujukan kepada laki- laki yang memperkosanya.
2. Kehamilan Pada Saat yang Tidak Diharapkan
Hal ini dapat terjadi pada pekerjaan wanita yang sudah terlanjur
menandatangani kontrak bahwa selama beberapa waktu setelah
bekerja ia tidak boleh hamil. Hal semacam itu dapat juga terjadi pada
mereka yang masih meneruskan sekolah atau mereka yang belum
ingin hamil lagi atas alasan-alasan yang sah, misalnya karena alasan
anak yang terdahulu belum lagi berusia 1 tahun atau alasan tidak ingin
punya anak lagi atau juga karena kesehatan ibu yang lemah.

3
3. Kehamilan yang Terjadi Akibat Hubungan Seksual Diluar Nikah
Hubungan sex di luar ikatan perkawinan, menurut norma sosial dan
masyarakat serta agama dianggap buruk. Dalam masyarakat yang
lebih modern pun, hubungan sex di luar nikah dan terus berlangsung
perbuatan semacam itu, membuat kehamilan yang terjadi sebenarnya
bukan merupakan kehamilan yang diinginkan.
4. Alasan karir atau masih sekolah ( karena kehamilan dan konsekuensi
lainnya yang dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar.
5. Persoalan Ekonomi ( biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak )
6. Kegagalan Kontrasepsi
7. Bayi yang dalam kandungan ternyata menderita cacat majemuk yang
berat.
8. Cacat majemuk tersebut meliputi kelainan kromosom yang
mengakibatkan Tumesis Syndrome, Fragele X Syndrome dan Down
Syndrome. Cacat bawaan yang lain meliputi cacat yang terjadi di otak,
tulang belakang, jantung, ginjal, dan tangan atau kaki. Selaian itu juga
dapat terjadi penyakit-penyakit keturunan seperti TALASEMIA.
Tehknologi kedokteran telah mampu mendeteksi adanya kelainan atau
cacat pada janin sejak janin masih dalam usia muda.
9. Penundaan atau peningkatan usia kawin atau semakin dininya usia
menstruasi (menarche)
Keadaan ini menyebabkan masa masa rawan semakin panjang, hal
ini terbukti dengan semakin banyaknya kasus hamil luar nikah.
10. Kehamilan tersebut akan membahayakan jiwa ibu.
Ibu mempunyai penyakit atau riwayat medis, bila kehamilannya
diteruskan maka akan dapat membahayakan keselamatan ibu dan
bayinya.
11. Anak sudah cukup banyak
Kesenjangan antara sikap yang menabukan  hubungan seks di luar
nikah dan terus berlangsungnya perbuatan semacam itu membuat

4
kehamilan yang terjadi sebenarnya bukan merupakan kehamilan yang
diinginkan
12. Tidak menggunakan alat kontrasepsi
Selama melakukan hubungan seksual tidak menggunakan alat
kontrasepsi, disebabkan oleh fanatik terhadap keyakinan agama, harga
terlalu mahal, stok terbatas, tidak tahu guna, keberadaannya dan cara
menggunakannya.
2.1.3 Dampak dari Unwanted Pregnancy/ KTD
Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah
terjadi kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Ada dua hal yang bisa
dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri
kehamilan (aborsi). Semua tindakan tersebut membawa dampak baik
fisik, psikis, sosial dan ekonomi.
a. Risiko Fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian
b. Risiko Psikis atau Psikologis
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena
pasangan tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Kalau mau menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan
perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena sama-sama belum
dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua.
Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibantu
oleh berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihanyui rasa malu terus-
menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan,
psikis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan
tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
c. Risiko social
Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atau kemauan
sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain
dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang

5
tidak mentolerir siswi yanh hamil. Risiko sosial lain adalah menjadi
obyek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang seharusnya
dinikmati dan di anggap buruk karena melahirkan anak di luar nikah.
Di Indonesia, melahirkan anak diluar nikah masih sering menjadi
beban orang tua.
d. Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak
membutuhkan biaya besar.
2.2 Aborsi
2.2.1 Pengertian
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal
dengan istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran
hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
2.2.2 Macam-macam Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi yaitu:
a. Aborsi spontan/alamiah.
Berlangsung tanpa tindakan apapun, kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
b. Aborsi buatan.
Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28
minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari
oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dokter, bidan).
c. Aborsi terapeutik/medis.
Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung
yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin
yang dikandungannya, tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.

6
2.2.3 Penyebab Terjadinya Aborsi
a. Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan, misal : karena tidak
ber-KB atau gagal ber-KB, membatasi jumlah anak, jarak kehamilan
yang terlalu pendek.
b. Keluarga yang dikarenakan memiliki ekonomi pas-pasan sehingga
cenderung bersikap menolak kelahiran anak.
c. Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita yang
hamil di luar nikah, baik secara sengaja ataupun pada kasus
perkosaan. Wanita selalu disalahkan, tidak ditolong atau dibesarkan
jiwanya tetapi malah ditekan dan disudutkan sehingga dalam
reaksinya wanita tersebut akan melakukan aborsi.
d. Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya
hamil (meskipun punya suami) selama dalam kontrak dan kalau
ketahuan hamil akan dihentikan dari pekerjaannya.
e. Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di bangku
sekolah, misal SMA, mengakibatkan kecelakaan dan membuahkan
kehamilan. Karena merasa malu, dengan teman-temannya, takut kalau
kesempatan belajarnya terhenti dan barangkali masa depannya pun
menjadi buruk. Ditambah dengan tekanan masyarakat yang
menyisihkan sehingga akhirnya ia melakukan aborsi supaya tetap
eksistensi di masyarakat dan dapat melanjutkan sekolah.
f. Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun.
Bila seorang wanita hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam
kriteria risiko tinggi. Batasan ini sering menakutkan, sehingga
perempuan yang mengalaminya lebih menjurus menolak
kehamilannya dan ujung-ujungnya akan melakukan aborsi.
g. Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara
lain adanya detak jantung yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini
akan memicu seorang wanita yang mengalami suatu masalah akan
melakukan aborsi dengan alasan usia bayi belum sampai 3 bulan.

7
2.2.4 Dampak dari Aborsi
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan bila hamil.
Jika di negara maju yang melegalkan aborsi, bila dilakukan secara aman
oleh dokter atau bidan berpengalaman. Di negara kita lebih sering
dilakkukan dengan cara tidak aman bahkan tidak lazim oleh dukun aborsi
bisa mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis dan sosial
terutama bila dilakukan secara tidak aman.
a. Risiko Fisik.
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi.
Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga
bisa menyebabkan kematian. Aborsi yang dilakukan secara tidak
aman bisa mengakibatkan kematian.
b. Risiko Psikis
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut,
panik, tertekan atau stres, trauma mengingat proses aborsi dan
kesakitan. Kecemasan karena bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa
berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan
kepercayaan diri.
c. Risiko Sosial
Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar
karena perempuan merasa tidak perawan, pernah mengalami KTD
atau aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak
ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan menjadi
terputus atau masa depan terganggu.
d. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan
semakin tinggi.
2.2.5 Penangan dan Pencegahan
1. Unwanted pregnancy dapat dicegah dengan beberapa hal, yaitu:
a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah

8
c. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif
seperti berolahraga, seni, dan keagamaan
d. Menghindari perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual,
seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton vidio porno.
2. Saat menemukan kasus unwanted pregnancy, sebagai petugas
kesehatan harus:
a. Bersikap bersahabat dengan remaja.
b. Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya.
c. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang
terbaik dan apabila belum bisa terselesaikan supaya
dikonsultasikan pada dokter ahli.
d. Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi
kehamilan pada remaja yaitu :
 Diselesaikan secara kekeluargaan.
 Segera menikah.
 Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana.
 Pemeriksaan kehamilan sesuai standar.
 Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater.
 Bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG.
 Bila tidak terselesaikan dengan menikah, anjurkan pada keluarga
supaya menerima dengan baik.
 Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling risiko aborsi.
e. Menangani sesegera mungkin jika terjadi komplikasi yang dapat
mengancam jiwa ibu dan janin.
f. Memberikan bimbingan dan konseling pada ibu hamil.
g. Memberikan pendidikan ex education sedini mungkin pada WUS.
h. Memberikan penyuluhan pada orangtua untuk lebih memperhatikan
pergaulan putra putri.

9
2.3 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kehamilan yang Tidak
Diinginkan
Adapun beberapa upaya pencegahan terhadap terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan, antara lain:
a. Pedidikan Seks yang kuat.
Pendidikan seks harus diberikan sedini mungkin kepada remaja
dengan tetap memperhatikan tingkat perkembangannya. Salah satu fator
dominan dalam seks education selain guru dan petugas kesehatan. Peran
orang tua sangat potensial dalam pengembangan kualitas kepribadaian
remaja terutama masalah kesehatan reproduksi dan tanpa harus lepas dari
makna religious.
Keberhasilan pendidikan seks tergantung pada sejauh mana  orang
tua bersikap terbuka dan mempu menjalin komunikasi efektif, tanpa
harus melarang remaja melakukan interaksi, penting juga dalam
memberikan rambu-rambu dalam rangka membangun “Pergaulan yang
Sehat”, dengan demikian kehamilan tidak diinginkan dapat dicegah.
b. Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma.
Dengan mengajarkan serta menerapkan nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat akan menciptakan kehidupan yang
tentram, aman dan sejahtera tanpa adanya suatu masalah akibat
penyimpangan nilai-nilai dan norma-norma.
c. Tradisi Masyarakat.
Kebiasaan dan adat istiadat yang harus menjadi salah satu faktor
pendukung dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan.
Sebaliknya, adat dan kebiasaan masyarakat yang kurang baik
hendaknya ditinggalkan, seperti orang tua yang mengharuskan anaknya
untuk menikah diusia muda, adanya perjodohan, serta tradisi masyarakat
yang beranggapan bahwa membicarakan seks adalah sesuatu yang kotor,
tidak pantas, dan dianggap tabu. Padahal hal tersebut dapat menghambat
proses pengajaran seks education.

10
d. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif
seperti berolahraga, seni dan keagamaan.
e. Hidari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan dorongan
seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video
porno.

Adapun beberapa cara penanggulangan terhadap terjadinya kehamilan


yang tidak diinginkan, antara lain:
a. Penggunaan alat kontrasepsi seperti, IUD, spiral, susuk, pil, kondom, dll.
Dimana penggunaan kontrasepsi  ini harus tepat agar tidak terjadi
kegagalan kontrasepsi.
b. Peran media dalam membentuk karakter seseorang. Sinetron atau film
yang merupakan metode reversible yang biasa dipakai pasangan untuk
mencegah terjadinya kehamilan tidak diinginkan.
c. Peran Lingkungan sekitar. Peranan orang tua, teman, saudara, tetangga,
petugas kesehatan dan masyarakat untuk tetap mensupport ibu hamil
untuk merawat janinnya baik secara social, ekonomi, psikologis, maupun
pelayanan kesehatan yang memadai.
2.4 Cara Petugas Kesehatan menangani kasus unwanted pregnancy (KTD)
pada Remaja.
Saat menemukan kasus unwanted pregnancy pada remaja, sebagai petugas
kesehatan harus:
1. Bersikap bersahabat dengan remaja.
2. Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya.
3. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik
dan apabila belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter
ahli.
4. Memberikan alternative penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan
pada remaja yaitu:
a) Diselesaikan secara kekeluargaan.

11
b) Segera menikah.
c) Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana.
d) Pemeriksaan kehamilan sesuai standar.
e) Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater.
f) Bila ada resiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG.
g) Bila tidak diselenggarakan dengan menikah, anjurkan pada keluarga
supaya menerima dengan baik.
h) Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling resiko aborsi.
2.5 Peran Bidan dalam menanggulangi kehamilan tidak diinginkan
1. Memberikan penyuluhan kepada para remaja tentang seks education
khususnya dan kepada masyarakat umumnya.
2. Memberikan penyuluhan kepada para orang tua yang mempunyai anak
untuk mengawasi mereka agar tidak memberikan kesempatan untuk
memasuki pergaulan bebas. Serta untuk tetap memperhatikan setiap
perkembangan anak dan pembentukan kepribadiannya.
3. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang sudah
berumah tangga untuk menggunakan kontrasepsi secara tepat guna agar
tidak terjadikegagalan kontrasepsi.
2.6 Hukum Aborsi Menurut UUD
Menurut hukum – hukum yang berlaku diindonesia aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan yang dikenal dengan istilah “ Abortus
Provocatus Criminalis” yang menerima hukuman adalah:
a. Ibu yang melakukan aborsi
b. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
c. Orang – orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah :


Pasal 229
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seseorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,

12
diancam dengan pidana penjara paling lama empt tahun atau denda paling
banyak tiga ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika
dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditempuh
sepertiga.
3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 314
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pasa saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara
paling lambat tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang yang, untuk melaksanakan niata yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau
tudak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam kerena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang di terangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuh atau dengan
rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancan dengan pidana
penjara paling lambat empat tahun.
Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.

13
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan ini mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 249
Jika seorang tabib, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, atau pun melakukan atau membantu melakukan salah
satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
dite tukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencarian dalam kejahatn dilakukan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
KTD merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki
adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan itu bias akibat dari
perilaku seksual/hubungan seksual baik yang yang disengaja maupun yang
tidak disengaja. Banyak kasus menunjukan bahwa tidak sedikit orang yang
tidak bertanggung jawab atas kondisi ini.
Dalam hal ini memiliki akibat yang tidak inginkan terdiri dari :
dampak negatif antara lain.
a. Obstetri
b. Psikologi
c. Sosial
d. Berbagai Penyakit
b. Meningkatnya AKI dan AKB
Upaya pencegahan dan penanggulangan kehamilan yang tidak diinginkan
terdiri dari :
a. Pedidikan Seks yang kuat.
b. Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma.
c. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
d. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti
berolahraga, seni dan keagamaan.
e. Hidari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan dorongan
seksual.
Adapun beberapa cara penanggulangan terhadap terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan, antara lain.
a. Penggunaan alat kontrasepsi seperti, IUD.
b. Peran media dalam membentuk karakter seseorang.
c. Peran Lingkungan sekitar.
d. Peranan orang tua, teman, saudara, tetangga, petugas kesehatan dan
masyarakat.

15
3.2 Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “ kehamilan yang tidak
diinginkan dan aborsi” berharap agar mahasiswi dapat mengetahui kehamilan
yang baik sesuai dengna keinginan dan tidak diinginkan dalam membina
rumah tangga yang baik. Selain itu dapat sebagai pedoman dalam kehidupan
yang baru kelak.

16
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
1.      Ida Bagus Gde manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. EGC;
Jakarta; 1999.
2.      Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal,Jakarta:JNPKKR-POGI;2001
3.      Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. EGC. Jakarta.1998.
4.      Llewellyn-Jones Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates. 2001.
5.      Saefudin AB, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta,YBP-SP.2002
6.      Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta; 19987. Varney H. Buku
Saku Bidan. EGC. Jakarta;2000

17

Anda mungkin juga menyukai