1.1
2.1
Aborsi
2.1.1
Definisi Aborsi
tertentu. Cara yang digunakan dapat berupa tindakan bedah (kuretasi atau
aspirasi vakum) atau dengan cara medis dan dilaksanakan di rumah sakit atau
klinis-klinis. (Hanafiah, 1999).
Dalam Deklarasi Oslo 1970 tentang abortus atas indikasi medis, disebutkan
bahwa dasar moral yang dijiwai oleh seorang dokter adalah lafal sumpah dokter
yang berbunyi saya akan menghormati hidup insane sejak saat pembuahan.
Atas dasar ini abortus buatan dengan indikasi medis hanya dilakukan
berdasarkan atas syarat syarat sebagai berikut:
Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan sedapat mungkin disetujui
secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih sesuai dengan kompetensi
professional.
Prosedur pengguguran hendaknya dilakukan oleh seorang dokter yang
kompeten di instalasi yang diakui oleh suatu otorita yang sah.
Jika dokter merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan untuk
melakukan pengguguran tersebut ,maka ia berhak untuk mengundurkan diri dan
menyerahkan pelaksanaan tindakan medis tertentu itu kepada sejawatnya yang
lain yang kompeten.
Meskipun deklarasi Oslo 1970 itu didukung oleh General Assembly dari WMA,
namun tidak mengikat para anggotanya.
v
Pertama : Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum
memiliki nyawa.
Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk
kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran
kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka
pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu
kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Tetapi jika
perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus
memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti
tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.
Ketiga : Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.
Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak
lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: Rabi, siapakah yang berbuat
dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab
Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaanpekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia
BAB 3: PEMBAHASAN
Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Utara, Ajun Komisaris Besar Benny Bela, di
Manado Jumat (20/5), mengatakan, aparat masih terus melakukan
pengembangan penyidikan terhadap kasus aborsi itu, dengan tersangka
berinisial EM.
Menurut Benny Bela, tersangka adalah dokter umum, bukan dokter spesialis
kandungan. Tetapi dari hasil penanganan kasus ini, terindikasi tersangka
melakukan pengguguran kandungan atau aborsi.
Menurut Bela, dalam penanganan kasus ini polisi telah memeriksa sejumlah
saksi, di antaranya perawat serta sopir di klinik tersebut. "Keterangan yang
diperoleh, tindakan aborsi sudah dilakukan dokter itu berkali-kali," ujarnya.
Dalam penanganan kasus ini, kata Bela, dokter forensik Polda Sulut telah
melakukan penggalian di sekitar klinik untuk mencari barang bukti. "Kepolisian
masih meneliti barang bukti, yang antara lain berupa gumpalan darah tersebut,"
ucap Bela.
Sebelum aborsi dilakukan, katanya, telah juga dibuat surat pernyataan oleh
keluarga pasien bahwa tidak keberatan aborsi dilakukan.
Sumber: ANTARA
3.2 Uraian
Contoh kasus diatas apabila dikaitkan dengan etika dan moral sesuai dengan
ajaran agama Katolik. Apapun alasan dilakukan aborsi tetap dibenarkan dalam
ajaran agama katholik, karena usaha interupsi/ pemutusan terhadap proses
generatif yang sudah berjalan, dan terutama, aborsi yang dengan sengaja
diinginkan, meskipun untuk alasan terapi, adalah mutlak tidak termasuk dalam
cara-cara yang diizinkan untuk pengaturan kelahiran. Hal tersebut sama saja
dengan menyalahi aturan 10 perintah Allah yakni Jangn Membunuh.
BAB 3: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Handiwijono, Dr. Harun, Seri Sejarah Filsafat Barat (buku I), Kanisius, Yogyakarta,
1980.
Katolisitas.org.com