Anda di halaman 1dari 8

BAB I: PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kehidupan merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang harus dihormati


oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan Tuhan kepada setiap persona
merupakan Hak Asasi manusia yang hanya boleh dicabut oleh pemberi
kehidupan itu sendiri yakni Tuhan. Berbicara mengenai aborsi tentunya kita
berbicara tentang kehidupan manusia karena aborsi erat kaitannya dengan
wanita dan janin yang ada dalam kandungan wanita
Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan mengalami
kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan
tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam
kenyataanya aborsi secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara
berkembang lainnya dimana terdapat stigma dan pembatasan yang ketat
terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kali mencari bantuan untuk aborsi
dengan segala cara.
Dokter yang melakukan aborsi tanpa indikasi medis tidak dapat
dibenarkan dari segi hukum maupun etika.Walaupun bukti-bukti yang dapat
dipercaya tidak tersedia, para peneliti memperkirakan bahwa setiap tahunnya
sekitar dua juta aborsi yang diinduksi terjadi di Indonesia dan di Asia Tenggara.
Kurang lebih 40% dari semua kasus abortus adalah Abortus Provokatus
Criminalis. Hal ini merupakan dilema bagi dokter dan profesi kedokteran.

Aborsi merupakan bahasan yang sulit, kontroversial serta menyakitkan di dalam


masyarakat modern. Masalah utama berkisar pada pertanyaan tentang siapa
yang berhak membuat keputusan tentang aborsi, individu atau Negara, dan
dalam situasi apa mungkin dilakukan. Dokter sebagai pelaku tindakan medis
selayaknya mampu mengambil keputusan secara bijak dan penuh pertimbangan.

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Aborsi

2.1.1

Definisi Aborsi

Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya


kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20
minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma
kecelakaan atau sebab-sebab alami.
Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang
disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:
Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan
tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang
dilakukan sesudah pemerkosaan.
Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk
spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.

2.2 Prinsip Prinsip Etika Dan Moral Tentang Aborsi


Abortus buatan dapat bersifat illegal (abortus provocatus criminalis) atau legal
(abortus provocatus therapeuticus). Abortus buatan illegal yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak kompeten biasanya memakai cara-cara seperti memijit-mijit
perut bagian bawah, memasukkan benda asing atau jenis tumbuh-tumbuhan
kedalam leher rahim, pemakaian bahan-bahan kimia yang dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan lain-lain sehingga terjadi infeksi yang berat bahkan dapat
berakibat kematian. Abortus buatan yang legal dilakukan hanya berdasarkan
indikasi medis, dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan/suami,
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang kompeten di suatu sarana kesehatan

tertentu. Cara yang digunakan dapat berupa tindakan bedah (kuretasi atau
aspirasi vakum) atau dengan cara medis dan dilaksanakan di rumah sakit atau
klinis-klinis. (Hanafiah, 1999).

Dalam Deklarasi Oslo 1970 tentang abortus atas indikasi medis, disebutkan
bahwa dasar moral yang dijiwai oleh seorang dokter adalah lafal sumpah dokter
yang berbunyi saya akan menghormati hidup insane sejak saat pembuahan.
Atas dasar ini abortus buatan dengan indikasi medis hanya dilakukan
berdasarkan atas syarat syarat sebagai berikut:
Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan sedapat mungkin disetujui
secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih sesuai dengan kompetensi
professional.
Prosedur pengguguran hendaknya dilakukan oleh seorang dokter yang
kompeten di instalasi yang diakui oleh suatu otorita yang sah.
Jika dokter merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan untuk
melakukan pengguguran tersebut ,maka ia berhak untuk mengundurkan diri dan
menyerahkan pelaksanaan tindakan medis tertentu itu kepada sejawatnya yang
lain yang kompeten.
Meskipun deklarasi Oslo 1970 itu didukung oleh General Assembly dari WMA,
namun tidak mengikat para anggotanya.

Di sejumlah Negara,aborsi dilihat sebagai cara menangani penyakit sosial seperti


perkawinan yang tidak menentu, kelahiran haram, dan bentuk2 lain dari orang
tua tunggal, pencarian kesejahteraan, kekerasan pria (perkosaan, inces), dan
ancaman kelebihan penduduk. Ketika bangsa-bangsa mengabaikan penyakit
sosial ini, mereka mengembangkan ketergantungan yang semakin besar pada
aborsi sebagai solusi yang cepat dan serbaguna. Aborsi lantas menjadi makin
lazim tetapi kemiskinan, inces dan orang tua tunggal tidak menghilang.
(Teichman J, 1998)

2.3 Pendapat Gereja Katolik Terkait Aborsi


Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk
mengerti dengan jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan
seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi. Hal ini terkandung dalam 10
Perintahn Allah (Jangan Membunuh) Alkitab dan Gaudium et Spes (Konsili Vatikan
II, Gaudium et Spes 27, Selain itu apa saja yang berlawanan dengan kehidupan
sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku,
pengguguran (aborsi), eutanasia atau bunuh diri yang disengaja; apa pun yang

melanggar keutuhan pribadi manusia, . apa pun yang melukai martabat


manusia, seperti kondisi-kondisi hidup yang tidak layak manusiawi, pemenjaraan
yang sewenang-wenang, pembuangan orang-orang, perbudakan, pelacuran,
perdagangan wanita dan anak-anak muda; begitu pula kondisi-kondisi kerja yang
memalukan, sehingga kaum buruh diperalat semata-mata untuk menarik
keuntungan. itu semua dan hal-hal lain yang serupa memang perbuatan yang
keji. Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-perbuatan itu
lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, dari pada mereka yang
menanggung ketidak-adilan, lagi pula sangat berlawanan dengan kemuliaan
Sang Pencipta.).

v
Pertama : Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum
memiliki nyawa.

Mzm 139:13-16 ~ Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,


menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepadaMu oleh karena
kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar
menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di
tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling
bawah; mataMu melihat selagi aku bakal anak; dan dalam kitabMu semuanya
tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Kedua : Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.

Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk
kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran
kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka
pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu
kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Tetapi jika
perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus
memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti
tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.

Ketiga : Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.

Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak
lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: Rabi, siapakah yang berbuat

dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab
Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaanpekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia

Keempat : Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.

v Kelima: Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan.


Apapun alasannya

Keenam : Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.

BAB 3: PEMBAHASAN

3.1 Kasus Konkret

Dokter di Manado Tersangka Aborsi

Agus Mulyadi | Jumat, 20 Mei 2011 | 22:35 WIB

MANADO, KOMPAS.Com - Kepolisian Daerah Sulawesi Utara menetapkan seorang


dokter sebagai tersangka terkait kasus dugaan aborsi pada sebuah klinik di
Manado.

Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Utara, Ajun Komisaris Besar Benny Bela, di
Manado Jumat (20/5), mengatakan, aparat masih terus melakukan
pengembangan penyidikan terhadap kasus aborsi itu, dengan tersangka
berinisial EM.

Menurut Benny Bela, tersangka adalah dokter umum, bukan dokter spesialis
kandungan. Tetapi dari hasil penanganan kasus ini, terindikasi tersangka
melakukan pengguguran kandungan atau aborsi.

"Memang ada beberapa oknum atau orang yang meminta kandungannya


digugurkan. Namun di sisi lain dokter ini bukan spesialis kandungan sehingga
diduga terjadi malpraktik," katanya.

Menurut Bela, dalam penanganan kasus ini polisi telah memeriksa sejumlah
saksi, di antaranya perawat serta sopir di klinik tersebut. "Keterangan yang
diperoleh, tindakan aborsi sudah dilakukan dokter itu berkali-kali," ujarnya.

Dalam penanganan kasus ini, kata Bela, dokter forensik Polda Sulut telah
melakukan penggalian di sekitar klinik untuk mencari barang bukti. "Kepolisian
masih meneliti barang bukti, yang antara lain berupa gumpalan darah tersebut,"
ucap Bela.

Reinhard Manalu, penasihat hukum tersangka, mengatakan bahwa kliennya


sementara diperiksa kepolisian terkait dengan dugaan kasus aborsi. "Tersangka
memang benar pernah melakukan aborsi, tetapi langkah dilakukan ini untuk
menyelematkan pasien," katanya.

Dia menambahkan, begitu terjadi pendarahan terhadap pasien, diambil tindakan


medis untuk menyelamatkannya. "Kalau tidak dilakukan akan membahayakan
pasien, itulah mengapa dilakukan aborsi," tambah Reinhard.

Sebelum aborsi dilakukan, katanya, telah juga dibuat surat pernyataan oleh
keluarga pasien bahwa tidak keberatan aborsi dilakukan.

Sumber: ANTARA

3.2 Uraian

Contoh kasus diatas apabila dikaitkan dengan etika dan moral sesuai dengan
ajaran agama Katolik. Apapun alasan dilakukan aborsi tetap dibenarkan dalam
ajaran agama katholik, karena usaha interupsi/ pemutusan terhadap proses
generatif yang sudah berjalan, dan terutama, aborsi yang dengan sengaja
diinginkan, meskipun untuk alasan terapi, adalah mutlak tidak termasuk dalam
cara-cara yang diizinkan untuk pengaturan kelahiran. Hal tersebut sama saja
dengan menyalahi aturan 10 perintah Allah yakni Jangn Membunuh.

BAB 3: PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengajaran Alkitab dan Gereja Katolik menyatakan, Kehidupan manusia adalah


sakral karena sejak dari awalnya melibatkan tindakan penciptaan Allah[12].
Kehidupan, seperti halnya kematian adalah sesuatu yang menjadi hak Allah[13],
dan manusia tidak berkuasa untuk mempermainkannya. Perbuatan aborsi
menentang hukum alam dan hukum Allah, maka tak heran, perbuatan ini
mengakibatkan hal yang sangat negatif kepada orang-orang yang terlibat di
dalamnya. Aborsi adalah tindakan pembunuhan manusia, walaupun ada
sebagian orang yang menutup mata terhadap kenyataan ini. Gereja Katolik tidak
pernah urung dalam menyatakan sikapnya yang pro-life/ mendukung
kehidupan, sebab, Gereja menghormati Allah Pencipta yang memberikan
kehidupan itu. Tindakan melindungi kehidupan ini merupakan bukti nyata dari
iman kita kepada Kristus, yang adalah Sang Hidup (Yoh 14:6) dan pemberi hidup
itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Kusmaryanto, C.B, Tolak Aborsi: Budaya Kehidupan Versus Budaya Kematian,


Kanisius, Yogyakarta, 2002.

Handiwijono, Dr. Harun, Seri Sejarah Filsafat Barat (buku I), Kanisius, Yogyakarta,
1980.

Katolisitas.org.com

Anda mungkin juga menyukai