Anda di halaman 1dari 33

ESSAY

BLOK MEDIKOLEGAL

“Pengguguran Kandungan dan Pembunuhan Anak Sendiri”

Di Susun Oleh:
Nama : Teana Argiantin
NIM : 018.06.0085
Kelas :A
Nomor Absen : 37
Dosen : dr. Irawanto RBS, Sp.FM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

2021

1
Pengguguran Kandungan dan Pembunuhan Anak Sendiri

Pengguguran Kandungan/Abortus

Abortus adalah kejadian produk konsepsi yang keluar sebelum usia kehamilan
20 minggu. WHO menetapkan bahwa abortus termasuk dalam masalah kesehatan
reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan merupakan penyebab penderitaan
wanita di seluruh dunia. Masalah abortus mendapat perhatian penting dalam
kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas
maternal. Setiap tahun, diperkirakan terjadi 79 juta kehamilan yang tidak diinginkan
(unintended pregnancy). Lebih dari setengah kehamilan tersebut berakhir dengan
abortus. Abortus spontan merupakan penyebab terbanyak fetal loss. Delapan puluh
persen fetal loss disebabkan oleh abortus spontan. Sekitar 10-15% kehamilan berakhir
dengan abortus spontan pada usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima. Sekitar
setengahnya disebabkan oleh anomali kromosom pada embrio.
Pengertian aborsi atau Abortus Provocatus adalah penghentian atau
pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata lain
pengeluaran yang dimaksud dimaksud adalah keluarnya janin disengaja dengan
campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik, obat atau cara lainnya. Dalam
sistem hukum di Indonesia, perbuatan aborsi dengan sengaja jelas dilarang dan
dikategorikan sebagai tindak pidana. Para pelaku dan orang yang membantu
tindakan aborsi dapat dikenai hukuman. Meskipun sebagian besar masyarakat
mengetahui adanya ketentuan tersebut, namun kasus aborsi masih banyak dilakukan.
Sejalan dengan meningkatnya kasus aborsi, jumlah angka kematian ibu juga
meningkat.
Secara umum aborsi dibagi menjadi 2 macam, yaitu abortus spontan dan
abortus provocatus. Adapun penjabaran dari masing-masing aborsi tersebut adalah
sebagai berikut:
A. Abortus Spontan
Jenis aborsi ini didefinisikan sebagai aborsi yang yang terjadi tanpa tindakan

2
mekanis atau medis yang dikenal lebih luas dengan istilah keguguran. Adapun
penyebab dari abortus spontan, yaitu:
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi/ pembuahan yang dapatmenimbulkan
kematian janin dan cacat yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena faktor gangguan
kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, faktor lingkungan,
selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu
pendeknya jarak kehamilan. Hal lain yang ikut mempengaruhi, yaitu:
pengaruh luar, infeksi endometrium, hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh
cacat dan radiasi, faktor psikologis, kebiasaan ibu seperti merokok, alkohol,
dan lain sebagainya.
2) Kelainan plasenta, ada banyak hal yang mempengaruhi yaitu infeksi pada
plasenta, gangguan pembuluh darah dan hipertensi.
3) Penyakit ibu seperti tifus abdominalis, malaria, pnemonia, sifilis dan
penyakit menahun sperti hipertensi, penyakit ginjal, dan penyakit hati
maupun kelainan rahim.

B. Abortus Provokatus
Abortus provocatus merupakan jenis abortus yang sengaja dilakukan,
yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Jenis aborsi ini dibagi menjadi dua, yakni:
1) Abortus Provocatus Medicinalis
aborsi ini dilakukan dengan sengaja karena alasan medis yang sangat
darurat atau jika ada indikasi bahwa kehamilan dapat membahayakan atau
mengancam ibu bila kehamilan berlanjut. Dengan kata lain, demi
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya boleh dilakukan tindakan
medis tertentu yang dapat saja berupa menggugurkan atau mematikan
kandungan. Namun untuk melakukan aborsi harus memenuhi berbagai
syarat untuk melakukan tindakan medis. Adapun syarat lainnya yaitu: harus

3
dengan indikasi medis, dilakukan oleh tenaga kesehatan keahlian dan
wewenang untuk itu, harus berdasarkan pertimbangan tim ahli, harus
dengan persetujuan ibu hamil, suaminya, atau keluarganya (informed
consent) dan dilakukan pada sarana kesehatan tertentu.
2) Abortus Provocatus Criminalis
Aborsi ini merupakan pengguguran kandungan yang dilakukan dengan
sengaja tanpa mempunyai alasan kesehatan/ medis, didorong oleh alasan-
alasan yang lain dan melawan hukum. Sebagian besar pelaku aborsi ini
adalah wanita dan pria yang telah melakukan hubungan diluar perkawinan
yang mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Kebanyakan
pengguguran kandungan ini dilakukan terselubung dengan cara yang
berbahaya, karena secara hukum aborsi buatan tidak diizinkan kecuali atas
alasan medis untuk menyelamatkan jiwa ibu. Aborsi tidak aman dapat
menyebabkan berbagai akibat termasuk kematian, maka petugas kesehatan
perlu mewaspadai kejadian aborsi yang tidak aman terutama kasus
kehamilan remaja.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Aborsi diantaranya yaitu:


Berikut merupakan beberapa faktor yang mendorong pelaku dalam melakukan
tindakan abortus provocatus:
A. Kehamilan akibat perkosaan yang memiliki konsekuensi logis terjadinya
kehamilan. Kehamilan seorang wanita korban perkosaan yang bersangkutan
maupun keluarganya jelas tidak diinginkan. Pada kasus seperti ini, selain
trauma pada perkosaan itu sendiri, korban perkosaan juga mengalami trauma
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan si
korban menolak keberadaan janin yang tumbuh di rahimnya. Janin dianggap
sebagai objek mati, yang pantas dibuang. Janin tidak dianggap sebagai bakal
manusia yang mempunyai hak-hak hidup.
B. Alasan-alasan sosial ekonomis, dimana kondisi masyarakat yang miskin

4
biasanya menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks. Karena
terhimpit kemiskinan itulah mereka tidak sempat memperhatikan hal-hal lain
dalam kehidupan mereka yang bersifat sekunder, kecuali kebutuhan
utamanya mencari nafkah. Banyak pasangan usia subur miskin kurang
memperhatikan masalah-masalah reproduksi. Mereka tidak menyadari jika
usia subur juga menimbulkan problem lain tanpa alat-alat bukti kontrasepsi.
Kehamilan yang terjadi kemudian tidak diinginkan oleh pasangan yang
bersangkutan dan diusahakan untuk digugurkan dengan alasan sudah tidak
mampu lagi membiayai seandainya anggota mereka bertambah banyak

Landasan Yuridis tentang Aborsi di Indonesia diantaranya yaitu:


A. Kebijakan Aborsi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Tindakan aborsi menurut KUHP dikategorikan sebagai tindakan


kriminal atau abortus provocatus criminalis. Ketentuan KUHP mengatur
mengenai abortus provocatus criminalis dimuat dalam Pasal 346, Pasal 347,
Pasal 348, Pasal 349. Obyek kejahatan mengenai pengguguran kandungan,
yang dapat berupa berbentuk makhluk yakni manusia, berkaki dan bertangan
dan berkepala (voldragen vrucht) dan dapat juga belum berbentuk manusia
(onvoldragen vrucht). Kejahatan pengguguran kandungan dan pembunuhan
kandungan jika dilihat dari subyek hukumnya dapat dibedakan menjadi:

1) Pengguguran kandungan dan pembunuhan kandungan oleh wanita yang


mengandung janin itu sendiri. Tindak pidana tersebut diatur dalam pasal
346 KUHP yang menyakan bahwa: seorang perempuan yang sengaja
menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain
untuk itu, dipidana paling lama 4 tahun. Menanggapi ketentuan pasal
tersebut, pengguguran kandungan dan pembunuhan kandungan
dilakukan oleh orang lain dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Tanpa persetujuan wanita yang mengandung, pengguguran

5
kandungan dan pembunuhan kandungan dilakukan oleh orang lain
tanpa persetujuannya diatur dalam pasal 347 ayat (1) KUHP yang
menyatakan bahwa: barang siapa dengan sengaja mengugurkan atau
mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya
diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.

b) Atas persetujuan wanita yang mengandung, pengguguran kandungan


dan pembunuhan kandungan dilakukan oleh orang lain atas
persetujuannya diatur dalam pasal 348 ayat (1) KUHP yang
menyatakan bahwa: barangsiapa dengan sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan
persetujuannya, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5
tahun 6 bulan.
2) Adapun penguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh
orang lain baik atas persetujuannya maupun tidak, dan orang lain itu
adalah orang yang mempunyai kualitas pribadi tertentu, yaitu dokter,
bidan dan juru obat, mengenai hal itu dimuat dalam Pasal 349 KUHP
yang menyatakan bahwa: jika seorang dokter, bidan atau juru obat
membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan Pasal 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana jabatan yang
dilakukan.
B. Kebijakan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
Apabila menelaah lebih lanjut tentang aturan tentang aborsi, maka
terdapat kebijakan hukum lainnya yakni Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan menggantikan Undang-Undang Kesehatan

6
sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 khususnya
Pasal 75, Pasal 76 dan Pasal 77 memberikan penegasan mengenai
pengaturan pengguguran kandungan (abortus provocatus). Berikut ini
uraian lengkap mengenai aborsi yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut:
Pasal 75 menyatakan bahwa:

1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi;


2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan janin, yang
menderita penyakit genetik berat atau cacat bawaan, maupun yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di
luar kandungan atau;
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
c. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/ atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
Pasal 76 menyatakan bahwa aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
hanya dapat dilakukan:
a) Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c) Aborsi dilakukan dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) dengan izin suami kecuali korban perkosaan;

7
e) Terdapat penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.

Kemudian dalam pasal 77 menyatakan bahwa: pemerintah wajib


melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan uraian diatas,
ketentuan aborsi masih tergolong ke dalam Undang-Undang Kesehatan
yang masih umum. Mengingat aborsi merupakan tindakan yang cukup
kontroversial terhadap anak yang berada dalam kandungan, perlu adanya
kebijakan perundang-undangan yang lebih spesifik mengaturnya8.

C. Kebijakan Aborsi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014


tentang Kesehatan Reproduksi
Lahirnya peraturan pemerintah tentang kesehatan reproduksi ditujukan
sebagai aturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan khususnya terhadap Pasal 75 Ayat (1) yang menegaskan
bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi, terkecuali berdasarkan
indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan yang dapat
menimbulkan trauma psikologis bagi korban pemerkosaan. Menurut
peraturan pemerintah tersebut, tindakan aborsi berdasarkan indikasi
kedaruratan medis meliputi kehamilan yang mengancam nyawa dan
kesehatan ibu dan/ atau kesehatan yang mengancam nyawa dan kesehatan
janin, termasuk yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan.

Pembunuhan Anak Sendiri

8
Ilmu Kedokteran Forensik
juga dikenal dengan nama
Legal Medicine adalah salah
satu
cabang spesialistik dari Ilmu
Kedokteran yang
mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan
hukum serta keadilan.
Dalam hal ini maka terdapat
korban, baik yang masih
hidup maupun yang
meninggal
9
akibat peristiwa tersebut,
diperlukan seorang ahli
dalam bidang kedokteran
untuk memberikan
penjelasan bagi para pihak
yang menangani kasus
tersebut. Dokter yang
diharapkan membantu
dalam proses peradilan
ini akan berbekal
pengetahuan kedokteran
yang dimilikinya yang
terhimpun dalam Ilmu
Kedokteran Forensik.
10
1
Pembunuhan Anak Sendiri
(PAS) adalah merupakan
suatu bentuk kejahatan
terhadap
nyawa yang unik sifatnya.
Pelaku pembunuhan
haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau
motivasi untuk melakukan
kejahatan tersebut adalah
karena si ibu takut ketahuan
bahwa ia telah

11
melahirkan anak; oleh
karena anak tersebut
umumnya adalah hasil
hubungan gelap. Cara yang
paling sering digunakan
dalam kasus PAS adalah
membuat keadaan asfiksia
mekanik yaitu
pembekapan, pencekikan,
penjeratan dan
penyumbatan
Ilmu Kedokteran Forensik
juga dikenal dengan nama

12
Legal Medicine adalah salah
satu
cabang spesialistik dari Ilmu
Kedokteran yang
mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan
hukum serta keadilan.
Dalam hal ini maka terdapat
korban, baik yang masih
hidup maupun yang
meninggal
akibat peristiwa tersebut,
diperlukan seorang ahli
13
dalam bidang kedokteran
untuk memberikan
penjelasan bagi para pihak
yang menangani kasus
tersebut. Dokter yang
diharapkan membantu
dalam proses peradilan
ini akan berbekal
pengetahuan kedokteran
yang dimilikinya yang
terhimpun dalam Ilmu
Kedokteran Forensik.
1

14
Pembunuhan Anak Sendiri
(PAS) adalah merupakan
suatu bentuk kejahatan
terhadap
nyawa yang unik sifatnya.
Pelaku pembunuhan
haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau
motivasi untuk melakukan
kejahatan tersebut adalah
karena si ibu takut ketahuan
bahwa ia telah
melahirkan anak; oleh
karena anak tersebut
15
umumnya adalah hasil
hubungan gelap. Cara yang
paling sering digunakan
dalam kasus PAS adalah
membuat keadaan asfiksia
mekanik yaitu
pembekapan, pencekikan,
penjeratan dan
penyumbatan
Ilmu Kedokteran Forensik
juga dikenal dengan nama
Legal Medicine adalah salah
satu

16
cabang spesialistik dari Ilmu
Kedokteran yang
mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan
hukum serta keadilan.
Dalam hal ini maka terdapat
korban, baik yang masih
hidup maupun yang
meninggal
akibat peristiwa tersebut,
diperlukan seorang ahli
dalam bidang kedokteran
untuk memberikan
17
penjelasan bagi para pihak
yang menangani kasus
tersebut. Dokter yang
diharapkan membantu
dalam proses peradilan
ini akan berbekal
pengetahuan kedokteran
yang dimilikinya yang
terhimpun dalam Ilmu
Kedokteran Forensik.
1
Pembunuhan Anak Sendiri
(PAS) adalah merupakan

18
suatu bentuk kejahatan
terhadap
nyawa yang unik sifatnya.
Pelaku pembunuhan
haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau
motivasi untuk melakukan
kejahatan tersebut adalah
karena si ibu takut ketahuan
bahwa ia telah
melahirkan anak; oleh
karena anak tersebut
umumnya adalah hasil
hubungan gelap. Cara yang
19
paling sering digunakan
dalam kasus PAS adalah
membuat keadaan asfiksia
mekanik yaitu
pembekapan, pencekikan,
penjeratan dan
penyumbatan
Ilmu Kedokteran Forensik
juga dikenal dengan nama
Legal Medicine adalah salah
satu
cabang spesialistik dari Ilmu
Kedokteran yang

20
mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan
hukum serta keadilan.
Dalam hal ini maka terdapat
korban, baik yang masih
hidup maupun yang
meninggal
akibat peristiwa tersebut,
diperlukan seorang ahli
dalam bidang kedokteran
untuk memberikan
penjelasan bagi para pihak
yang menangani kasus
21
tersebut. Dokter yang
diharapkan membantu
dalam proses peradilan
ini akan berbekal
pengetahuan kedokteran
yang dimilikinya yang
terhimpun dalam Ilmu
Kedokteran Forensik.
1
Pembunuhan Anak Sendiri
(PAS) adalah merupakan
suatu bentuk kejahatan
terhadap

22
nyawa yang unik sifatnya.
Pelaku pembunuhan
haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau
motivasi untuk melakukan
kejahatan tersebut adalah
karena si ibu takut ketahuan
bahwa ia telah
melahirkan anak; oleh
karena anak tersebut
umumnya adalah hasil
hubungan gelap. Cara yang
paling sering digunakan
dalam kasus PAS adalah
23
membuat keadaan asfiksia
mekanik yaitu
pembekapan, pencekikan,
penjeratan dan
penyumbatan
Ilmu Kedokteran Forensik
juga dikenal dengan nama
Legal Medicine adalah salah
satu
cabang spesialistik dari Ilmu
Kedokteran yang
mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk

24
kepentingan penegakan
hukum serta keadilan.
Ilmu Kedokteran Forensik
juga dikenal dengan nama
Legal Medicine adalah salah
satu
cabang spesialistik dari Ilmu
Kedokteran yang
mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan
hukum serta keadilan.
Ilmu Kedokteran Forensik
juga dikenal dengan nama
25
Legal Medicine adalah salah
satu
cabang spesialistik dari Ilmu
Kedokteran yang
mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan
hukum serta keadilan.
Ilmu Kedokteran Forensik juga dikenal dengan nama Legal Medicine adalah
salah satu cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran yang mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Dalam hal ini
maka terdapat korban, baik yang masih hidup maupun yang meninggal akibat
peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk
memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang
diharapkan membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan
kedokteran yang dimilikinya yang terhimpun dalam Ilmu Kedokteran Forensik.
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan
terhadap nyawa yang unik sifatnya. Pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si
ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut
umumnya adalah hasil hubungan gelap. Cara yang paling sering digunakan dalam

26
kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan,
pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan
terhadap nyawa orang.
1. Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7
tahun.
2. Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anak, diancan karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
3. Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain
yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana. Dari undang- undang ini, maka dapat melihat 3 faktor penting:
a. Ibu: Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan
anak sendiri tanpa mengira telah menikag atau tidak. Sedangkan pada orang
lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena
pembunuhan atau pembunuhan berencana dengan hukuman yang lebih berat
yaitu penjara 15 tahun (ps.338: tanpa rencana) atau 20 tahun, seumur
hidup/hukuman mati (ps.339 dan 340: dengan rencana)
b. Waktu: Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat
hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga
boleh dianggap saat belum timbul kasih saying seorang ibu dan anaknya.

27
c. Psikis: Ibu membunuh anaknya karena dorongan rasa takut akan diketahui
orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh dari hubungan
yang tidak sah atau karena kejahatan lelaki.
4. Pasal 181
Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan
mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam
dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
5. Pasal 305
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
darinya, diancam dengan pidana dipenjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
6. Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7
tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.
7. Pasal 308
Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya,
tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut pasal 305 dan 306 dikurangi separuh
8. Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
9. Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari

28
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan
barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana
penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
10. Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana
mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
lima tahun.

Untuk membuktikan pembunuhan anak sendiri harus dapat ditentukan apakah bayi
lahir hidup atau lahir mati. Dari hasil pemeriksaan dalam secara makroskopik
terlihat gambaran mozaik pada kedua paru dan uji apung paru positif sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kasus ini bayi lahir hidup. Selain pemeriksaan
makroskopik, maka harus juga dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada paru.
1. Lahir Mati atau Lahir Hidup
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang penting karena di bila bayi
lahir mati ditemukan pada tempat yang tidak semestinya, merupakan kasus
yang berbeda dengan kasus pembunuhan atau penelantaran anak hingga
menimbulakan kematian. Dari aspek hukum pidana, hukuman bagi kasus2 ini
juga berbeda. Pada kasus bayi lahir mati, ibu hanya dapat dikenakan tuntutan
menyembunyi kelahiran dan kematian orang.
a. Pemeriksaan Dada Bayi
Apabila bayi lahir mati dada masih belum mengembang. Iga masih datar
dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sedangkan pada bayi yang lahir
hidup, dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga
4-5, terutama pada bayi yang telah lama hidup. Namun, pemeriksaan dada
sering sukar dinilai bila mayat sudah membusuk.
b. Pemeriksaan Makroskopik Paru
Pada bayi yang lahir mati, paru-paru mungkin masih ditemukan

29
tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada.
Paru-paru akan kelihatan berwarna kelabu ungu merata sepeeti hati,
konsistensi padat, tidak teraba derik udara dan pleura yang longgar (slack
pleura). Berat paru-paru kira-kira 1/70 kali berat badan bayi. Paru sudah
mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung pada bayi
yang lahir hidup. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura
yang tegang (taut pleura) dan menunjukkan gambaran mozaik karena
alveoli sudah terisi udara. Pada pengisian paru dalam air, terlihat jelas
keluarnya gelembung udara dan darah. Berat paru bertambah hingga dua
kali atau kira-kira 1/35 kali berat badan karena berfungsinya sirkulasi
darah jantung-paru.

2. Tes Apung Paru-paru


Tes apung paru-paru dikerjakan untuk mengtahui apakah bayi yang
diperiksa itu pernah hidup. Untuk melaksanakan test ini, persyaratannya sama
dengan test emboli udara, yakni mayatnya harus segar. Bila terapung berarti tes
apung paru positif, paru-paru mengandung udara, bayi tersebut pernah dilahirkan
hidup. Bila hanya sebagian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan
partial, bayi tetap pernah dilahirkan hidup.
3. Pemeriksaan mikroskopik paru-paru.
Tanda khas untuk paru bayi yang belum bernapas adalah adanya tonjolan
(projection) yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan
bertambah tinggi dengan dasar yang menipis sehingga tampak seperti gada
(club-like). Pada paru bayi yang lahir mati juga mungkin ditemukan cairan
amnion karena asfiksia intrauterine. Pada bayi yang lahir hidup, mikroskopik
paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang sempurna dengan atau tanpa
emfisema obstruktif, serta tidak terlihat adanya projection.
4. Foto rontgen saluran cerna
Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan foto rontgen.

30
Udara dalam duodenum atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir hidup,
dan telah hidup sekitar 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti telah hidup 12-24
jam.
5. Perkiraan Usia Bayi (Premature, Mature atau Postmature)

6. Penentuan umur bayi ekstra uterine didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
setelah bayi dilahirkan
a. Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau
duodenum berarti hidup beberapa saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-
2 jam, bila dalam usus besar,telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam
rektum berarti telah hidup 12 jam.
b. Mekonium akan keluar semua kira-kira dalam waktu 24 jam setelah lahir.
c. Perubahan tali pusat. Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali
pusat baik dilahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk
lingkaran merah setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan
mengering menjadi seperti benang dalam waktu 6-8 hari dan akan terjadi
penyembuhan luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15
hari. Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan melepasakan tampak
reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24 jam berupa sebuah sel-sel
leukosit berinti banyak, kemudian akan terlihat sel-sel limfosit dan jaringan
granulasi.
d. Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun
kadangkala masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.
e. Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga
berbentuk kipas (fan-saped), lebih banyak dalam piramid daripada medula
ginjal. Hal ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah
terjadi.
f. Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan
vena umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah

31
3-4 minggu dan foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi
kadang-kadang tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi.

Pemeriksaan Pembuktian Hubungan Wanita Tersangka Dan Bayi:


1. Pemeriksaan Sidik Jari
Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui
paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan
demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap bahan
bukti.
2. Pemeriksaan Hubungan Tercurigai dan Mayat:
a. Pemeriksaan DNA (tes maternitas)
Tes maternitas adalah tes DNA untuk menentukan apakah seorang wanita
adalah ibu biologis dari seorang anak. Tes ini membandingkan pola DNA
anak dengan terduga ibu untuk menentukan kecocokan DNA anak yang
diwariskan dari terduga ibu. Cara pengambilan sampel: Sampel darah
diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan tabung EDTA kemudian
diberi label yang jelas, dan tanggal pengambilan sampel. Sampel disimpan
pada suhu 4°C.
b. Pemeriksaan Golongan Darah

Kesimpulan:
Abortus dan pembunuhan anak sendiri adalah hal yang dilarang secara hukum di
Indonesia. Beberapa aturan hukum yang mengatur abortus adalah dalam Pasal
346, Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

32
tentang Kesehatan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi. Adapun aturan hukum yang mengatur tentang
pembunuhan anak sendiri di Indonesia adalah KUHP pasal 341, 342, 343, 181,
305, 306, 308, 338, 339, dan 340. Untuk membuktikan pembunuhan anak sendiri
harus dapat ditentukan apakah bayi lahir hidup atau lahir mati. Dari hasil
pemeriksaan dalam secara makroskopik terlihat gambaran mozaik pada kedua
paru dan uji apung paru positif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
kasus ini bayi lahir hidup. Selain pemeriksaan makroskopik, maka harus juga
dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada paru.

Referensi Tambahan:
1. Hoediyanto H. Pembunuhan anak (infantisid). Edisi November 2008.
Surabaya: FK UNAIR
2. Kusmaryanto. 2013. Kontroversi Aborsi. Gramedia Widiasarana Indonesia:
Jakarta. Hlm.13
3. Ratna Suprapti. 2015. Etika Kedokteran Indonesia. Edisi Pembaharuan.
Yayasan Bina Pustaka: Jakarta. Hlm. 93
4. Kuntari et al. (2010). Determinan Abortus di Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 5, April 2010
5. Noer, R. I., Ermawati, E., & Afdal, A. (2016). Karakteristik Ibu pada
Penderita Abortus dan Tidak Abortus di RS Dr. M. Djamil Padang Tahun
2011-2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 575–583.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.580
6. Ekotama, Suryono. 2013. Abortus Provokatus bagi Korban Perkosaan dalam
Perspektif Viktimologi, Kriminologi dan Hukum Pidana. Universitas Atma
Jaya: Yogyakarta. Hlm. 122
7. Budiarto. 2010. Masalah Ekstradisi dan Jaminan Perlindungan Hak-Hak
Asasi Manusia. Edisi XII. Ghalia Indonesia: Jakarta. Hlm. 204

33

Anda mungkin juga menyukai