Anda di halaman 1dari 25

ABORSI

Abortus secara medis adalah


keluarnya konsepsi sebelum janin
mampu hidup di luar rahim yaitu
sebelum 20 minggu.

Aborsi juga berarti penghentian


kehamilan setelah tertanamnya
ovum yang telah dibuahi dalam
rahim sebelum usia janin
mencapai 20 minggu.
MACAM-MACAM ABORSI

Abortus Spontaneus
Abortus yang terjadi tanpa disengaja.

Abortus Provokatus
Abortus yang dilakukan dengan
sengaja atau dibuat. Ada 2 macam :
1) Abortus provocatus therapiticus
2) Abortus provocatus criminalis
DASAR HUKUM ABORTUS :
A. KUHP BAB XIX Tentang Kejahatan
terhadap nyawa orang.
1) KUHP Pasal 299 berisi :
Ayat 1 Memberikan harapan untuk
pengguguran diancam 4 tahun penjara
atau pidana denda paling banyak empat
puluh lima ribu rupiah.
Ayat 2 Mengambil keuntungan dari
pengguguran tersebut sebagai
pencaharian atau kebiasaan, jika dia
seorang tabib, bidan, apoteker, hukuman
4 tahun penjara ditambah sepertiganya
Ayat 3 Menggugurkan kandungan orang
menjadi suatu profesi atau pencaharian,
maka di cabut haknya untuk melakukan
pencaharian itu.

2) KUHP Pasal 346, seorang wanita


dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
3) KUHP Pasal 347, sengaja
menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa
persetujuaannya diancam dengan
pidana penjara maksimal 12 tahun.

4) KUHP Pasal 348, sengaja


menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya atau mengakibatkan
matinya wanita tersebut, diancam
pidana penjara paling lama limatahun
enambulan, paling lama tujuh tahun.
5) KUHP Pasal 349, seorang dokter,bidan
dan apoteker membantu melakukan
kejahatan tersebut dalam pasal 346, 347
dan 348 maka pidana yang ditentukan
dalam pasal tersebut ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut haknya
untuk menjalankan mata pencaharian
dalam mana kejahatan dilakukan.
B. UNDANG-UNDANG KESEHATAN NOMOR
36 TAHUN 2009
1) Pasal 194 :
Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(Satu miliar rupiah).
2) Pasal 75 :
Ayat (1) Setiap orang dilarang
melakukan aborsi.
Ayat (2) larangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan :
a) Indikasi kedaruratan medis yang
dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/
atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan.
b) Kehamilan akibat perkosaan yang
menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.

Ayat (3) tindakan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling
dan/atau penasehatan pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor
yang kompeten dan berwewenang.
Ayat (4) ketentuan lebih lanjut mengenai
indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan PP.
3) Pasal 76 :
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 hanya dapat dilakukan :
a) Sebelum kehamilan 6 minggu
dihitung dari Haid Pertama Haid
terakhir, kecuali dalam hal
kedaruratan medis.
b) Oleh Tenakes yg memiliki
keterampilan/kewenangan.
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan;
d) Dengan izin suami, kecuali korban
perkosaan;
e) Penyedia Yankes yang memenuhi
syarat.
4) Pasal 77 :
Pemerintah wajib melindungi &
mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dlm Pasal 75
ayat (2) & ayat (3) yg tdk bermutu, tdk
aman & tdk bertanggungjawab serta
bertentangan dgn norma agama &
ketentuan per. perundang-undangan.
Kesimpulan :
Bahwa tindakan medis dalam bentuk
apapun pengguguran kandungan dengan
alasan apapun dilarang karena
bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan dan norma
kesopanan. Namun dalam keadaan darurat
sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu atau
janin yang dikandungnya dapat diambil
tindakan medis tertentu.
Indikasi Medis adalah suatu kondisi yg
benar2 mengharuskan diambil tindakan
medis tertentu, sebab tanpa tindakan
medis tertentu itu, ibu hamil dan atau
janinnya terancam bahaya maut.
BAYI TABUNG

Bayi tabung adalah upaya jalan


pintas untuk mempertemukan sel
sperma dan sel telur di luar tubuh
(in vitro fertilization). Setelah terjadi
konsepsi hasil tersebut dimasukkan
kembali kedalam rahim ibu atau
embrio transfer sehingga dapat
tumbuh menjadi janin sebagaimana
layaknya kehamilan biasa.
STATUS BAYI TABUNG ADA 3 MACAM :

1) Inseminasi buatan dengan


sperma
2) Inseminasi buatan dengan
sperma donor;
3) Inseminasi buatan dengan model
titipan
DASAR HUKUM BAYI TABUNG :
UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
1) Pasal 127
Ayat 1 Upaya kehamilan diluar cara
alamiah hanya dapat dilakukan oleh
pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan :
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum
dari suami istri yg bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri dari
mana ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan
tertentu.
Ayat 2
Ketentuan mengenai persyaratan
kehamilan di luar cara alamiah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Perlu diketahui bahwa bilamana dokter atau
tenaga kesehatan melakukan inseminasi
buatan dengan donor suami adalah tindak
pidana kejahatan yang di ancam dengan
hukuman penjara atau denda.

Sarana Kesehatan tertentu adalah sarkes


yang memiliki tenaga kesehatan dan
peralatan yang telah memenuhi persyaratan
untuk penyelenggaraan upaya kehamilan di
luar cara alami dan ditunjuk oleh
pemerintah.
Status anak yg dilahirkan tdk dalam ikatan
perkawinan adalah anak diluar nikah. Anak
diluar nikah hanya mempunyai hubungan
hukum dengan ibu dan keluarga
ibu.Sedangkan anak yg lahir dari sewa
rahim, terdapat dua keadaan sbb :
a) Ovum dari pemesan, sperma dari
pemesan;
b) Ovum pemesan, sperma suami.

Apabila sperma dari pemesan, disebut


Surrogate Mother. Setelah anak dilahirkan
maka anak adalah anak sah si ibu dan
suaminya.
ADOPSI

Adopsi adalah proses penerimaan


seorang anak dari seseorang atau
lembaga organisasi ketangan orang
lain secara sah diatur dalam
peraturan perundang-undangan .

Adopsi berarti jg memasukkan anak


yg diketahuinya sbg anak orang lain
kedalam keluarganya dgn status
fungsi sama dgn anak kandung.
Adopsi juga diartikan sebagai
perbuatan hukum, dimana
seseorang yg cakap mengangkat
seorang anak orang lain menjadi
anak sahnya.

Menurut UU Administrasi
Kependudukan, pasal 93, setiap
penduduk yang dengan sengaja
memalsukan dokumen dipidana
maksimal 6 tahun dan atau denda
50 juta rupaih.
HUKUM PERDATA TENTANG ADOPSI :

Anak yang diadopsi : hanya anak laki-laki,


terjadi nilai diskriminatif dan patriakal.
Bahwa yang dpt mengadopsi anak adalah
pasangan suami isteri, janda atau duda;
Kebolehan mengadopsi, baru boleh
mengadopsi bila tidak melahirkan
keturunan laki-laki.
Anak yang boleh diadopsi; anak laki-laki
belum kawin, belum diadopsi org lain, uur
lebih muda minimal 10 tahun dari ayah
angkatnya, jika janda lebih muda 15 tahun
dai ibu angkatnya.
Syarat persetujuan adalah meliputi :
1) Dari suami isteri yang melakukan
adopsi;
2) Dari orang tua alami anak yang
diadopsi;
3) Dari ibu anak apabila ayah meninggal;
4) Dari anak yang diadopsi sendiri (Tidak
Mutlak).
 Adopsi berbentuk akta notaris, bilamana
tidak berbentuk notaris batal secara
hukum;
 Akibat hukum adopsi adalah sbb :
1) Anak mendapat nama keturunan orang
tua angkat.
2) Anak yang diadopsi dianggap
dilahirkan atau dianggap sah;
3) Gugur hubungan perdata dengan
orang tua alami;
4) Adopsi tidak dapat dicabut atas
persetujuan bersama.

Pada hukum perdata adat tidak ada


ketentuan jelas, tergantung daerah
masing-masing dan garis kekeluargaan
yang dianut.
ADA PERTANYAAN ............................????????

Anda mungkin juga menyukai