Anda di halaman 1dari 16

ABORSI

KELOMPOK 3

DWI AYU ANGGRAINI (2005010014)


DEVITA ROSA SALSABIL (2005010086)
INTAN RACHMAWATI (2005010234)
IRGI MUALIF (2005010096)
DAMIANUS NDARA K. (2005010082)
PENGERTIAN ABORSI

Menurut hukum adalah tindakan menghentian kehamilan atau


mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia
kandungannya. Keguguran tanpa didahului tindakan tertentu yang
memicunya disebut sebagai aborsi atau abortus spontan. Di negara
Indonesia tindakan tersebut merupakan yang dilarang, dan
masuk dalam Bab Kejahatan terhadap nyawa dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana.
Dalam pendekatan medis, aborsi terdiri dari dua macam yaitu aborsi spontan (abortus
spontaneous) dan aborsi yang disegaja (abortus provocatus). Abortus provocatus ialah
penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya.Abortus
provocatus dapat dibenarkan sebagai pengobatan, apabila merupakan satu-satunya
jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus).
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diperjelas tentang
hal tersebut. Abortus provocatus paling sering terjadi pada golongan perempuan
bersuami, yang telah sering melahirkan, keadaan sosial dan keadaan ekonomi rendah.
Hampir pada setiap kasus aborsi yang terjadi, tidak dilakukan secara sendiri. Sembilan
puluh delapan persen kasus aborsi yang terjadi diseluruh dunia termasuk Indonesia
dilakukan oleh perempuan dengan bantuan dari orang lain. Dalam kasus abortus
provocatus pelakunya ialah perempuan yang bersangkutan, dokter atau tenaga medis
lainnya (dilakukan demi keuntungan pribadi atau demi rasa simpati), hingga yang
dilakukan oleh dukun atau tukang pijat. Diperkirakan 20-25 persen kematian yang
berkaitan dengan kehamilan merupakan hasil aborsi yang tidak dilakukan dengan
benar.
Hukum aborsi di Indonesia diatur dalam UU Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Aborsi di Indonesia
tidak diizinkan. Kecuali untuk situasi kedaruratan medis yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, serta bagi korban
perkosa
kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyatakan aborsi
merupakan suatu tindak pidana. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 346, 347
dan 348 KUHP bahwa:
•Pasal 346 KUHP: Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
•Pasal 347 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
•Pasal 348 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

Dengan demikian, tindakan aborsi merupakan suatu tindakan yang


secara tegas dilarang oleh KUHP sehingga jika dilakukan dapat dijerat
Pasal 346, 347 atau 348 KUHP.
Pada dasarnya, setiap orang dilarang melakukan aborsi
berdasarkan Pasal 75 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (UU Kesehatan)
Pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan
HANYA dalam 2 kondisi berikut:
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan
b) Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Praktik aborsi yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan sebagaimana disebut di atas
merupakan aborsi ilegal. Sanksi pidana bagi pelaku
aborsi ilegal diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan yang
berbunyi :
"setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 tahun dan denda paling banyak
1 miliar”
Setiap tahun, tak kurang dari 56 juta kasus aborsi
di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan
data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), tingkat aborsi mencapai 228 per 100 ribu
angka kelahiran hidup.
KASUS ABORSI DI INDONESIA
Kasus Aborsi, Polisi Tangkap 2 Remaja dan Dukun Beranak di Selayar
Sepasang remaja AD (20) dan RA (21) bersama seorang dukun beranak,
SH (47) di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel), diamankan
anggota Polres Selayar karena terlibat kasus aborsi.
Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Dicky Sondani menyebutkan
tersangka pria AD, awalnya disergap warga saat hendak mengubur
janin yang dibungkus kantong kresek, di sekitar pemakaman warga
Bontobangun, Bontoharu, Selayar, Senin malam kemarin (1/8).
Ukuran janin yang hendak ditanam AD sebesar telapak tangan orang
dewasa. Andi Aso, salah seorang warga yang menangkap-tangan AD,
langsung melapor ke Mapolres Selayar
AD lalu diamankan anggota piket Reskrim Polres Selayar. DIa mengaku hanya
menemani RA yang merupakan kekasihnya untuk menggugurkan kandungannya di
rumah dukun beranak SH, di kampung Tanabau, Kelurahan Bontobangun. "Saat
anggota Polres Selayar datang ke kamar kost RA, didapati tersangka RA mengalami
pendarahan pascaaborsi. Sehingga dia langsung dilarikan ke RSUD KH Hayyung
Selayar," ujar Dicky pada detikcom, Rabu (2/8/2017).
Setelah membawa tersangka RA ke RSUD KH Hayyung, anggota Reskrim Polres
Selayar langsung menciduk dukun pelaku aborsi SH di rumahnya. Akibat perbuatannya
ketiga tersangka dikenakan Pasal 348 KUHP dengan pidana maksimal 5 tahun
kurungan penjara, serta Pasal 194 UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan
ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda paling banyak Rp 1 miliar.
Analisis Kasus
Berdasarkan kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa ketiga tersangka merupakan
pelaku pengguguran janin yang melmiliki berbagai tugas yaitu :
1. RA sebagai pelaku aborsi
2. kekasih RA atau AD sebagai mededader atau orang yang turut melakukan
3. SH orang yang melakukan Tindakan aborsi
Analisa pasal yang digunakan untuk menangkap tersangka

Pasal 348 KUHP dengan pidana maksimal 5 tahun kurungan penjara : Barang siapa
dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

pasal 194 UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan : Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Analisa pasal 348 KUHP

Mari kita lihat unsur “ yang memenuhi :


1. Unsur objektif
a. Barang siapa atau pelaku
b. perbuatan yang meliputi menggugurkan atau mematikan
c. objek yaitu kandungan seorang Wanita
2. Unsur subjektif
Dengan sengaja yaitu melakukan suatu perbuatan dengan sadar dan dengan alat” yang telah di
siapkan
Dengan persetujuan Wanita yang di maksud disini yaitu pelaku melakukan perbuatan dengan
persetujuan Wanita yang akan di gugurkan kandungannya.
Pasal ini digunakan untuk menjerat SH sebagai dukun dan AD sebagai kesasih RA yang bila
dikaitkan dengan pasal 55 ayat (1) KUHP sebagai orang yang turut serta melakukan karena terdapat
Kerjasama secara fisik dan terdapat kesadaran Ketika melakukan Kerjasama dalam menggugurkan
janin RA.
Pasal yang digunakan untuk menjerat RA

Pasal 194 UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


Unsur objektif barang siapa : yaitu seseorang atau pelaku
Perbuatan : aborsi
Unsur subjektif : dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai ketentuan pasal 75
Unsur” tersebut sudah memenuhi untuk menjerat RA karena RA telah melakukan aborsi
dengan tidak sesuai ketentuan maka RA di jerat pasal 194 UU No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
pelaku dalam kasus abortus provocatus dengan alasan kegagalan alat
kontrasepsi adalah Ibu Hamil (dader) yang menginginkan terjadi pengguguran
kandungan tersebut. Dalam menggugurkan kandungan, ibu hamil tidak bisa
melakukan tindak pidana itu sendiri akan tetapi dibantu oleh orang lain seperti
suami, dokter maupun dukun (termasuk dalam kelompok mededader). Oleh
karena itu, para pembantu pelaku tindak pidana itu juga akan dihukum. Kasus
abortus provocatus merupakan kasus yang kontroversial hingga saat ini karena
ada yang pro dan kontra dalam masyarakat. Dalam peraturan perundang-
undangan hukum pidana di Indonesia, abortus provocatus adalah Kejahatan.
Kecuali yang di atur dalam pasal 75 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (UU Kesehatan).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai