Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL MINI

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGUGURAN KANDUNGAN


(ABORSI) DI KOTA DENPASAR

OLEH

ANGELA CLAUDIA SCOLASTIKA MANURUNG 1714101047

PRODI ILMU HUKUM


JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempunyai keturunan adalah salah satu hal yang paling didamba-dambakan oleh
sepasang suami istri atau orang yang sudah mempunyai ikatan pernikahan. Tetapi bagaimana
halnya dengan mereka yang belum menikah tetapi sudah melalukan hubungan seperti sepasang
suami istri bahkan menghasilkan benih janin yang seharusnya belum waktunya ada. Aborsi
pasti akan menjadi salah satu jalan yang akan dipilih, melihat apabila dipertahankan akan
mendapat banyak konsekuensi yang akan diterima. Padahal kehidupan yang diberikan kepada
setiap manusia merupakan Hak Asasi Manusia yang hanya boleh dicabut oleh Pemberi
Kehidupan. Berbicara mengenai aborsi tidak terlepas dari perempuan dan janin yang ada di
dalam rahim dari wanita tersebut.
Aborsi bukanlah hal yang baru lagi dalam masyarakat Indonesia. Aborsi tidak asing
lagi dipendengaran masyarakat Indonesia mengingat ini adalah salah satu hal yang sangat
memprihatinkan. Keprihatinan ini bukan tanpa alasan, hal ini karenakan perilaku pengguguran
kandungan banyak menimbulkan dampak negatif terhadap diri si pelaku maupun masyarakat.
Hal ini menyangkut nilai dari norma moral serta hukum dari bangsa. Hal ini harusnya menjadi
suatu tanda bagi masyarakat berperilaku agar tidak melanggar nilai nilai dari norma serta
hukum tersebut.
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang Aborsi adalah sebagai berikut :
1. KUHP
Bentuk tindakan aborsi adalah dilarang, dan tidak ada pengecualiannya dalam prinsip-prinsip
demokrasi pancasila . Berikut pasal yang ada pada KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350
dinyatakan sebagai berikut :
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
– Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun”.
– Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
– Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandunga
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
– Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukankejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga
dandapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam manakejahatan dilakukan”.

2. PP No. 61 Tahun 2014


Peraturan ini ditetapkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada saat itu
Menkumham dijabat oleh Amir Syamsudin. Peraturan ini dianggap dapat menjadi celah atau
tameng bagi para pelaku untuk melegalkan tindakannya terutama dalam contoh demokrasi
pancasila . PP No. 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi ini berisi sebagai
berikut :
Pasal 31 ayat (1) secara lengkap, berbunyi : “Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan
berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis; atau b. kehamilan akibat perkosaan”.
Pasal 31 ayat (2) menyatakan “Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat
puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir”.
Peraturan pemerintah yang mengatur aborsi ini menuai kontroversi diberbagai kalangan
masyarakat. Hal ini karena Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 ini melegalkan tindakan
aborsi dengan alasan tertentu.
3. Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992
Didalam UU Kesehatan pasal 15 ini tidak dikatakan secara jelas tidak memakai kata aborsi
atau pengguguran kandungan seperti juga hukuman penuduh zina . UU kesehatan ini juga
memiliki celah seperti PP yang melegalkan aborsi dengan syarat seperti diatas.

 Pasal 15 ayat (1) mengatakan : Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
 Pasal 15 ayat (2) mengatakan : Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat
(1) hanya dapat dilakukan:

1. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;


2. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
4. Pada sarana kesehatan tertentu.

Akan tetapi adapun legalitas aborsi dalam kondisi khusus menurut undang-undang.
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua golongan
yakni :
1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan
oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya:
menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
2. Abortus buatan ilegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/ menyembuhkan
si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang
disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249).
Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15ayat (1)
dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Kemudian pada ayat (2) menyebutkan
tindakan medis tertentu dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim ahli
3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga
Lalu dalam UU No. 1 tahun 1946 tentang KUHP, UU no. 7 thn. 1984 dan UU no
3 thn.1992 aborsi tidak boleh dilakukan kecuali dalam kondisi tertentu.
Jika dilihat dari Undang-undang yang telah dipaparkan diatas bisa dilihat bahwa
tindakan aborsi tidak diperbolehkan di Indonesia. Tetapi di Indonesia saat ini sering ditemui
adanya kasus mengenai aborsi. Hal ini tentu bertentangan dengan Undang-Undang yang telah
diberlakukan dan bertentangan pula dengan hukum yang hidup dan berkembang dimasyarakat
contohnya saja norma agama dan norma kesusilaan. Akan tetapi dalam legalitas yang telah
dipaparkan dijelaskan bahwa tindakan aborsi diperbolehkan apabila pengguguran kandungan
yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang, karena
alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si
ibu. Jika kondisi ini terjadi, dan aborsi menjadi jalan satu-satunya penyelamat maka hal tersebut
diperbolehkan dan tidak termasuk kepada tindakan melanggar hukum sebagaimana hukuman
seumur hidup (Pasal 10 KUHP). Namun, tentunya dalam hal ini harus terdapat fakta-fakta
media yang memberikan alasan mengapa hal ini kemudian menjadi satu-satunya jalan yang
harus di tempuh.
Tindakan aborsi secara sengaja menimbulkan dampak yang buruk bagi si pelaku aborsi,
dikarenakan aborsi bertentangan dengan norma-norma yang hidup dimasyarakat. Biasanya
masyarakat akan memberikan sanksi sosial terhadap si pelaku aborsi tersebut, biasanya berupa
cemoohan, dikucilkan, digunjingkan yang dimana hal ini memberikan dampak yang buruk bagi
psikis dan mental si pelaku aborsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kejahatan pengguguran kandungan
(aborsi) ?
2. Upaya-upaya apa yang ditempuh oleh pihak Kepolisian dalam menanggulangi kejahatan
aborsi dikota Denpasar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya kejahatan
pengguguran kandungan (aborsi).
2. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang ditempuh oleh pihak Kepolisian dalam
menanggulangi kejahatan aborsi dikota Denpasar.
D. Manfaat
1. Sebagai bahan dalam pencegahan praktek aborsi.
2. Sebagai bahan dalam penelitian dibidang yang sama.
3. Sebagai bahan ilmiah yang diharapak dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan
kepustakaan.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi

Kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan tentang kejahatan itu sendiri, objeknya
adalah yang melakukan kejahatan itu sendiri. Tujuan kriminologi sendiri adalah mempelajari
sebab-sebabnya sehingga orang itu adalah jahat ataukah disebabkan karena keadaan sosiologis
maupun ekonomis. 1

B. Pengertian Aborsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Aborsi adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan
bertentangan dengan undang-undang yang berlaku2. Kitab UndangUndang Hukum Pidana
(KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam
pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349.
Menurut KUHP
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya
sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu). Pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20
minggu). Dari segi medikolegal maka istilah abortus, keguguran, dan kelahiran prematur
mempunyai arti yang sama dan menunjukan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang
cukup.
Menurut UU Kesehatan Nomor 23/1992 pasal 15
Disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari kalimat
‘tindakan medis tertentu’ salah satunya adalah aborsi.
Selain pengertian diatas disebutkan pula bahwa aborsi atau pengguguran kandungan adalah
terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provocatus). Yakni, kehamilan
yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan
keguguran adalah kehamilan berhebti karena factor-faktor alamiah (abortus spontaneous).

1
Muchlisin Riadi “Apa itu Kriminologi” diakses melalui https://www.kajianpustaka.com/2016/04/apa-itu-
kriminologi.html?m=1 diakses pada tanggal 29 Oktober 2019
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pengertian Aborsi diakses melalui https://kbbi.web.id/aborsi pada tanggal 1
November 2019
C. Jenis-jenis dan Tindakan Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus
2. Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
3. Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum3
Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena
kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum
usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan
yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter,
bidan atau dukun beranak).
Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran kandungan buatan
yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas
pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

Tindakan Aborsi Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu: a. Aborsi dilakukan sendiri
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnyadengan cara meminum jamu atau obat-obatan yang
membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin
menggugurkan janin. b. Aborsi dilakukan orang lain Orang lain disini bisa seorang dokter,
bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam. Aborsi yang dilakukan
seorang dokter atau bidan, biasanya menggunakan metode berikut :
a) Mempergunakan alat khusus untukmengerok (curettage) janin.
b) Aspirasi, yaitu penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.
c) Hysteronomi (Operasi).
Penggunaan jasa dukun yang tidak memiliki keahlian dalam pengguguran kandungan,
biasanya menggunakan cara-cara yang kasar dan keras, seperti memberi ramuan obat pada
calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam
kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil

3
A Ramadhan. 2016. Pengertian Aborsi. Universitas Islam Negeri Surabaya
yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi
calon ibu.

D. Faktor Penyebab Terjadinya dan Pencegahan Aborsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya aborsi :

1. Faktor Intern, sebagai penyebab terjadinya kejahatan aborsi yaitu karena adanya dorongan
dari dalam diri pelaku tanpa dipengaruhi orang lain, misalnya rasa malu, penyelesaian,
kebahagiaan dan kesengsaraan atau dibayangi perasaan takut diketahui oleh keluarga atau
orang lain. Kemudian rasa malu sebagai pendorong dilakukannya pengguguran kandungan.

2. Faktor Moralitas, sebagai penyebab terjadinya kejahatan aborsi adalah tidak adanya etika
atau sikap yang baik dari dalam diri untuk memawas diri agak tidak melakukan tindakan-
tindakan yang bertentangan dengan asusila4.

3. Faktor Eksterm, orang yang melakukan tindak pidana aborsi adalah seorang wanita yang
sedang hamil karna hubungan diluar nikah tega menyebabkan gugur (matinya) kandungan
sebenarnya bukan dorongan dari dalam semata, melainkan karna adanya bujukan, janji-janji
dan bantuan orang lain sehingga wanita hamil itu terpaksa melakukan kejahatan aborsi.

4. Faktor Pendidikan Agama, kurangnya pendidikan agama yang ditanamkan kepada anak-
anak hingga menjadi labil dan mudah terjebak dalam hal-hal negatif.

Selain upaya yang bersifat preventif, dilakukan pula berbagai tindakan yang termasuk
dalam kategori upaya penanggulangan represif, yakni sebagai tindakan yang dilakukan untu
memberantas kejahatan aborsi dan memberikan sanksi yang tegas dan diarahkan pada
seseorang atau kelompok yang melakukan praktek aborsi agar dapat memberikan efek jera
pada para pelaku.
1. Memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku kejahatan aborsi.
2. Membentuk suatu tim khusus dari pihak kepolisian untuk menangani dan menyelidiki
masalah kejahatan aborsi serta melakukan kegiatan operasi pengamanan kejahatan aborsi
secara fungsional kesehatan maupun gabungan.

4
Mulyati Pawannei. 2017. Tinjaun Kriminologis Terhadap Kejahatan Aborsi Di Kota Makassar
3. Melakukan penggerebekan atau razia dadakan terhadap apotek-apotek yang menjual obat-
obatan pengguguran kandungan dan tempat atau klinik yang biasanya melakukan praktek
aborsi.
4. Penyitaan barang bukti hasil dan alat kejahatan aborsi.

Selain faktor-faktor diatas yang dapat mencegah terjadinya kejahatan aborsi, dukungan dari
orang-orang terdekat juga menjadi salah satu faktor pencegah seperti :
1. Orang tua
Orang tua seharusnya dapat memberikan pengawasan, penjagaan, dan pendidikan yang tepat
kaitannya dengan seks pada anaknya yang beranjak dewasa.

2. Pemerintah

Pemeintah seharusna menggunakan otoritasnya untuk mengekang peredaran tayangan-taangan


porno di internet. Pemerintah dapat memblokir sits-situs “berbahaya” dan membuat peraturan-
peraturan dengan hukuman yang tegas bagi para pelaku yang mengedarkan tayangan-taangan
porno secara ilegal.

3. Lembaga pendidikan

Pendidikan seksual sampai saat ini masih menjadi sesuatu yang sangat kontroversional. Namun
tersedianya informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas untuk para kaula
muda dapat membantu memberikan pengertian pada mereka tentang risiko hubungan seksual
yang tidak aman, serta tersedianya pengetahuan tentang cara-cara untuk mencegah tejadinya
kehamilan yang tidak diinginkan.

4. Kaula muda

Kaula muda sepantasnya dapat menempatkan dirinya sebagai individu yang baik dan benar
sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat5.

5
EasterMin.2016. Upaya Pencegahan Aborsi diakses melalui
https://id.scribd.com/document/330079841/upaya-pencegahan-aborsi pada tanggal 1 November 2019
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum empiris
yang pada umumnya berawal dari adanya kesenjangan antara das sollen das sein yaitu
kesenjangan antara hukum yang berlaku dalam masyarakat dengan kenyataan yang ada
dikehidupan masyarakat. Pada umumnya data yang diperoleh untuk penelitian dapat dibagi
menjadi dua, yaitu data yang diperoleh untuk penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu data
diperoleh dari lapangan atau dari masyarakat langsung dan data dari bahan-bahan hukum
lainnya.
B. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah motede penelitian deskriptif, yaitu
suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau menggambarkan secara nyata bagaimana
tinjauan kriminologi terhadap praktik aborsi di Kota Denpasar.
C. Data dan Sumber Data
Menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data
dan informasi yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan para pakar,
narasumber, atau pihak-pihak terkait dengan penulisan skripsi ini. Sedangkan data sekunder,
yaitu data atau dokumen yang sudah ada atau data yang tercatat dalam buku atau laporan dan
tidak secara langsung diperoleh dari narasumber. Data sekunder dapat dibagi menjadi beberapa
bahan hukum, yaitu :
- Bahan Hukum Primer
Bahan-bahan hukum yang mengikat atau yang berupa peraturan perundang-undangan.
Contohnya Yurisprudensi, Undang-undang dan Perjanjian Internasional.
- Bahan Hukum Sekunder
Bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum
primer. Contohnya karya ilmiah dan hasil penelitian.
- Bahan Hukum Tersier
Bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan sekunder. Contohnya kamus hukum, internet, surat kabar, dan KBBI.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen
yang berguna untuk bahan analisis yang terkait dengan permasalahan penelitian.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung yaitu turun kelokasi
penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung
antara peneliti dan narasumber atau masyarakat yang memberikan informasi. Dalam penelitian
ini penulis akan melakukan wawancara untuk mengumpulkan informasi kepada pihak-pihak
terkait diKota Denpasar.
3. Observasi
Teknik pengumpulan data kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya.
Teknik pengumpulan data observasi digunakan untuk mempelajari perilaku manusia, proses
kerja, dan gejala-gejala. Teknik observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
- Participant Observation
Peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang
diamati sebagai sumber data.
- Non Participant Observation
Merupakan observasi yang peneliti tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau
proses yang diamati.
4. Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah teknik non
probality sampling, yaitu dengan memilih beberapa anggota atau beberapa unsur untuk dipilih
menjadi sampel penelitian.
- Sampling Purposive, yaitu teknik dengan pemilihan subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
- Snowball Sampling, yaitu teknik memilih sampel dengan jumlah yang paling kecil kemudian
sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel dan begitu seterusnya.
5. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah terkumpul maka tahap selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Data-data yang
diperoleh dianalisis menggunakan analisis kualitatif yang dipaparkan tidak menggunakan
angka. Data sekunder diperoleh melalui literatur atau bahan bacaan lainnya yang disusun yang
disusun secara terperinci dan sistematis. Sedangkan data primer yang diperoleh melalui hasil
penelitian langsung dislokasi berupa wawancara, pengamatan selanjutnya dicatat. Kemudian
dilakukan pemaparan deskriptif yaitu data yang diwujudkan dengan kata-kata.
DAFTAR PUSTAKA

Internet
Arti Kata Aborsi
https://kbbi.web.id/aborsi
Muchlisin Riadi Apa itu Kriminologi
https://www.kajianpustaka.com/2016/04/apa-itu-kriminologi.html?m=1
EasterMin.2016. Upaya Pencegahan Aborsi
https://id.scribd.com/document/330079841/upaya-pencegahan-aborsi

Jurnal
Mulyati Pawannei.. Tinjaun Kriminologis Terhadap Kejahatan Aborsi.Di Kota Makassar.
2017.file:///C:/Users/vanma/Downloads/413-Article%20Text-953-1-10-20190717%20(3).pdf

Karya Ilmiah
A Ramadhan. 2016. Pengertian Aborsi. Universitas Islam Negeri Surabaya
http://digilib.uinsby.ac.id/12871/9/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai