Anda di halaman 1dari 16

LATAR BELAKANG & PERUMUSAN MASALAH

Pesatnya penemuan-penemuan teknologi modern mengakibatkan terjadinya

perubahan-perubahan yang sangat cepat di dalam kehidupan sosial budaya

manusia. Hampir setiap problema, ruang gerak dan waktu telah dapat dipecahkan

oleh tekhnologi dan modernitas. Disamping itu manusia semakin cakap

menyelenggarakkan hidupnya dan meningkat pula kemakmuran hidup materilnya

berkat makin cepatnya penerapan tekhnologi modern itu dalam kehidupan sehari-

harinya. Sehingga rutinitas kegiatan sehari-hari manusia dapat dilaksanakan

dengan mudah dan cepat.

Akibat dari penemuan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari

manusia yaitu adanya suatu penemuan tekhnologi modern dalam bidang

kedokteran. Contoh dari penemuan tersebut adalah semakin banyak diciptakannya

alat-alat kedokteran yang mempergunakan komputer dalam mengoperasikannya.

Hal ini juga yang mengakibatkan masyarakat dapat menikmati dan

mempergunakan hasil penemuan tekhnologi tersebut untuk memperbaiki dan

meningkatkan kesehatan.

Disamping penemuan-penemuan tersebut mempunyai manfaat-manfaat untuk

perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat , dengan adanya peralatan

moderen di bidang kedokteran tersebut juga maka dapat digunakan pula untuk

menciptakan dan memproduksi obat-obatan yang dalam hal ini dapat berupa

bentuk pil ataupun tablet dan dalam mengatasi masalah pertumbuhan penduduk,

dengan adanya penemuan teknologi moderen dibidang kedokteran dapat pula

diciptakan suatu jenis obat-obatan ataupun alat-alat pencegah kehamilan ,

kegunaan lain daripada obat-obatan pencegah kehamilan khususnya penggunaan


pil KB adalah mencegah bertemunya sel telur dengan sel sperma , dan apabila

terjadi pertemuan antara sel telur dan sperma ada kemungkinan akan hancur

dengan sendirinya di dalam kandungan.

Berbicara tentang masalah penghancuran janin dalam kandungan , dalam

ilmu pengetahuan dikenal dengan istilah pengguguran kandungan atau sering

disebut pula dengan istilah abortus. Pengguguran kandungan atau abortus ini

dapat dibedakan menjadi 2 jenis menurut terjadinya yaitu :

1. Abortus Spontaneous

Yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh

dari luar.

2. Abortus Provokatus

Yaitu abortus yang dilakukan dengan maksud dan pertimbangan tertentu , karena

kandungan tidak dikehendaki adanya.

Dan jenis abortus yang kedua inilah yang menarik dan mendapat sorotan

masyarakat. Suatu pernyataan yang paling banyak mendapat sorotan dari

masyarakat selain sorotan terhadap masalah pengguguran kandungan ini adalah

sorotan terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sampai

saat ini masih merupakan hukum positif dinegara kita tetapi merupakan warisan

dari produk hukum pemerintahan kolonial Belanda. Apabila hal ini berlanjut ,

maka dikhawatirkan KUHP peninggalan pemerintah Belanda itu akan ketinggalan

zaman, dan ini dikaitkan dengan pengaturan masalah-masalah yang terdapat

dalam pasal-pasal serta denda yang dijatuhkan sudah tidak relevan lagi dengan

keadaan sekarang yang tidak kalah pentingnya adalah tujuan dari warga Negara.

Berbicara tentang perlindungan terhadap hak-hak warga Negara , maka

tidak dapat dipisahkan terhadap perlindungan hak untuk hidup yang dimiliki oleh
setiap warga Negara maka masalah tersebut tidak dapat dipisahkan dengan

masalah penerapan pasal 346 KUHP tentang pengguguran kandungan yang mana

merupakan kejahatan tehadap nyawa.pasal 346 KUHP mengatur ketentuan sanksi

pidana bagi wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau menyuruh orang

lain untuk melakukannya , yaitu berupa hukuman penjara maksimal 4 Tahun.

Hukum yang mengatur abortus atau pengguguran kandungan di Indonesia

saat ini dirasakan sudah tidak dapat mengakomodasi perkembangan tata nilai

kehidupan manusia dalam beberapa segi, beberapa keadaan sebenarnya dapat

digunakan sebagai alasan melakukan abortus atau pengguguran kandungan yang

legal yaitu keadaan yang menjurus kearah adanya cacat fisik atau mental anak

yang sedang dikandung bila kelak ia lahir, dan kehamilan akibat perkosaan atau

akibat suatu hubungan tidak sah. Diluar keadaan tersebut bila dilegalisasi dapat

mengarah kepada tindakan abortus provokatus atau pengguguran kandungan

tanpa indikasi medis yang akan sukar dikendalikan.

Dari uraian latar belakang sebelumnya maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan dalam pengguguran kandungan jika dikaitkan dengan penerapan

pasal 346 KUHP adalah :

1.Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pengguguran

kandungan ?

2. Bagaimana reaksi masyarakat terhadap tindakan tersebut ?

Maka dalam uraian pembahasan akan dibatasi pembahasannya yang meliputi

tanggung jawab pidana oleh pelaku mengenai pengguguran kandungan dan

peninjauannya dari segi hukum pidana yang berkaitan dengan beberapa aspek

dalam pengguguran kandungan yaitu pengaturan masalah pengguguran

kandungan di dalam pasal 346 KUHP.


Dalam pasal 346 KUHP tersebut telah jelas disebutkan bahwa bagi “seorang

wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau

menyuruh orang lain untuk itu”, perbuatan tersebut telah jelas merupakan

perbuatan pidana yang menurut wujud atau sifatnya adalah bertentangan dengan

tata tertib yang dikehendaki oleh hukum.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Dalam keadaan seperti di zaman modern saat ini dibutuhkan beberapa aturan

– aturan hukum yang mana dalam penerapan hukum tersebut mampu

mengakomodir seluruh tindak pidana yang mungkin akan terjadi , berbicara

mengenai masalah yang dihadapi ini tujuan utama dalam melakukan penelitian

serta penyusunan dari tulisan ini khususnya mencari dan mendapatkan suatu

jawaban atas inti dari permasalahan yang ada.

Adapun secara umum yang menjadi tujuan dan manfaat dalam melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang sejauh manakah masalah

aborsi.

2. untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bagaimana perbandingan

antara KUHP dengan pandangan masyarakat itu sendiri

3. masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan secara umum serta

sumbangan pemikiran kepada pengambil kebijakan dalam rangka penyusunan

peraturan perundang – undangan.


4. sebagai proses sarana menuju pemecahan masalah yang menjadi inti dari

tulisan ini yang sekaligus melengkapi pengetahuan penulis sendiri terhadap

masalah yang diuraikan sebelumnya.


TINJAUAN PUSTAKA

Dalam hukum positif kita mempersoalkan tentang masalah pengguguran

kandungan atau abortus tidak ada ketentuan-ketentuan yang menempatkan

masalah pengguguran kandungan tersebut pada suatu tempat. Hal ini dikarenakan

masalah pengguguran kandungan ini ketentuannya terpencar pada dua tempat,

yang mana meliputi satu soal yang sama mengenai masalah pengguguran

kandungan dimana soal pengguguran kandungan diatur dalam BAB XIX , tentang

kejahatan terhadap nyawa, khususnya termuat dalam ketentuan pasal 346-348

KUHP yang bunyi dari pasal-pasal tersebut sebagai berikut :

- Pasal 346 KUHP

“ seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya

atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun.”

- Pasal 347 KUHP

(1)“ barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan

kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidan penjara

paling lama 12 tahun.”

(2)” jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun.”

- Pasal 348 KUHP

(1) “ barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang wanita dengan persetujuannya , diancam dengan pidana penjara paling

lama lima belas tahun enam bulan.”


(2) “ jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut , diancam

dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”

- Pasal 349 KUHP

“Jika seorang dokter,bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan

berdasarkan pasal 346,ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu

kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang

ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak

untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.”

KUHP mengatur mengenai ketentuan pemidanaan yang dikenakan terhadap

wanita yang melakukan pengguguran kandungan atau abortus serta pemidanaan

yang dikenakan terhadap orang yang melakukan perbuatan pengguguran suatu

kandungan dari janin seorang wanita , baik dengan persetujuan ataupun tanpa ada

persetujuan dari wanita yang bersangkutan.

Ketentuan-ketentuan mengenai pengguguran kandungan atau abortus dalam

hukum pidana di Indonesia,maka terlebih dahulu akan memberikan suatu

gambaran apa yang dikatakan dengan perbuatan pidana disini.Pengertian

perbuatan pidana disini menurut Prof Moeljatno,SH. Di dalam bukunya tentang

“azas-azas hukum pidana” Sbb :

“ Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum ,
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu , bagi
barang siapa melanggar larangan tersebut.”1

Tentang penentuan perbuatan mana yang dipandang sebagai perbuatan

pidana , kita menganut azas yang dinamakan azas legalitas yaitu suatu azas yang

menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan sebagaimana

1
Prof. Moejatno,SH , Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta,2008
dimaksud dalam suatu aturan Undang-Undang hukum pidana ( pasal 1 (1)

KUHP ). Adapun rumusan dari pasal 1 (1) KUHP tersebut adalah :

“ Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan

perundang-undangan yang telah ada sebelumnya.”

Oleh karena itu meskipun orangnya karena tidak ada kesalahan tidak dapat

dipidana. Masih berguna juga untuk diketahui oleh umum bahwa Ia telah

melakukan perbuatan pidana atau tidak, dan kemudian menentukan

apakah orang yang melakukan perbuatan pidana itu dapat dipertanggung

jawabkan karena perbuatan tersebut atau tidak.Apabila hal itu dikaitkan dengan

masalah pengguguran kandungan , maka dokter yang melakukan pengguguran

kandungan bukan atas dasar indikasi medis dapat dipertanggung jawabkan karena

perbuatan itu, sebaliknya apabila dokter melakukan pengguguran kandungan atas

dasar indikasi medis tidak dapat dipertanggung jawabkan karena perbuatan

tersebut.

Dari beberapa pasal yang telah diuraikan diatas dapat diketahui bahwa usaha

pengguguran kandungan atau abortus disini merupakan suatu kejahatan terutama

kejahatan terhadap nyawa sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,pada

waktu berbicara tentang perbuatan pidana itu sendiri kita mengingat asas dari

pertanggung jawaban pidana itu adalah “Geen Straf Zonder Schuld”( tidak

dipidana jika tidak ada kesalahan ).asas ini adalah asas yang ada dalam hukum

tidak tertulis , yang hidup dalam anggapan masyarakat dan yang tidak kurang

mutlak berlakunya daripada asas yang tertulis dalam perundangan.

Dalam KUHP ( kItab Undang – Undang Hukum Pidana ) sendiri ada

beberapa aturan yang mengatur mengenai tidak dipidananya orang yang telah

melakukan perbuatan pidana , misalnya pasal 44 ( mengenai orang yang tidak


mampu bertanggung jawab ), ini adalah beberapa perwujudan daripada asas tidak

dipidana jika tidak ada kesalahan tadi dan bahwa untuk dijatuhi pidana itu tidak

cukup terdakwa hanya melanggar larangan saja melainkan juga harus mengetahui

setidak – tidaknya adanya larangan tersebut , serta dia juga merupakan orang

yang mampu bertanggung jawab menurut hukum pidana yang mana perbuatan

yang dia lakukan itu tanpa adanya tekanan batin dari luar atau tanpa adanya daya

paksa.

Sedangkan kajian dari semua pasal yang tertera diatas sebelumnya

membuktikan bahwa setiap pengguguran kandungan yang dilakukan menurut

terjadinya tindak pidana disini memenuhi unsur – unsur pertanggung jawaban

pidana karena memiliki kesalahan. terkait dengan hal ini maka faktor sosial atau

pengaruh yang mendorong orang melakukan kejahatan tersebut terdiri atas

berbagai faktor sosial. Menurut teori “ Aliran lingkungan “ yang berkembang di

Negara Perancis, dengan tokohnya : Lamark,Tarde dan Manourrier.

“ Menurut aliran ini seorang melakukan kejahatan karena dipengaruhi oleh faktor
sosial disekitarnya atau lingkungannya baik ekonomi,sosial,budaya dan
pertahanan serta kebudayaan termasuk perhubungan dengan dunia luar terutama
penemuan tekhnologi baru.”2

Dalam kaitannya dengan ketentuan yang tercantum dalam pasal 346,347 dan

348 KUHP tersebut maka pengguguran kandungan atau abortus ini termasuk

suatu kejahatan yang mana dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk menutupi

aib meliputi perbuatan sbb :

1. menggugurkan kandungan

2. membunuh kandungan

dalam ketentuan tersebut secara umum dapat diketahui bahwa yang diancam

ditujukan kepada seorang wanita yang menggugurkan kandungannya.


2
B.Bosu SH, Sendi – Sendi Kriminologi , Usaha Nasional, Surabaya 1982
Dalam hal ini ketentuan yang telah ada sebelumnya juga yang mana telah

mengatur ketentuan pidana terhadap abortus provokatus kriminalis sesuai tertera

di dalam pasal-pasal sebelumnya diatas maka menitik beratkan pada tanggung

jawab pidana terhadap wanita yang dengan sengaja menggugurkan

kandungannya.

Sedangkan menurut Bambang Poernomo,SH dalam bukunya yang berjudul

Hukum Pidana Kumpulan Karangan Ilmiah, mengemukakan terhadap

pengguguran kandungan atau abortus sebagai berikut :

“ pengetian abortus menurut ilmu hukum adalah lahirnya buah kandungan


sebelum waktunya oleh suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai
perbuatan pidana kejahatan”.3

Menurut Prof.Oemar Seno Adji, SH sbb :

“ meskipun pasal 299 KUHP itu diciptakan untuk mempermudah pembuktian,


tidaklah disini diisyaratkan tentang embrio yang masih hidup, bahkan tidak
diisyaratkan adanya kehamilan , namun ia dihubungkan dengan persoalan abortus
pula”.4

Jadi disini yang dititik beratkan pada pelaksanaan pengguguran kandungan

yang dilakukan seseorang, yang juga dalam kaitannya mengenai masalah

pertanggung jawaban pidana terhadap tindakan yang dilakukan menurut unsur –

unsur terjadinya perbuatan tersebut yang telah nyata terjadi dan dapat dibebankan

dengan suatu penghukuman.

Karena dalam menjelaskan arti kesalahan itu merupakan kemampuan

bertanggung jawab dengan singkat diterangkan sebagai keadaan batin seseorang

yang normal dan sehat.kemampuan bertanggung jawab merupakan unsur

3
Bambang Poernomo SH,Hukum Pidana Kumpulan Karangan Ilmiah,Cet I,PT Bina Aksara,Jakarta
1982
4
Prof.H Umar Seno Adji SH,Hukum Acara Pidana Dalam Prospeksi,Cet III,Erlangga,Jakarta 1981
kesalahan , karena itu mestinya untuk membuktikan adanya kesalahan unsur –

unsur yang tertera dari pasal – pasal yang mengaturnya harus dibuktikan pula.

Kesalahan tidak dapat dipikirkan jika tidak adanya kesengajaan , dan

kesengajaan yang terjadi dapat menjadi efek dari adanya pertanggung jawaban

pidana serta dapat diketahui juga bahwa unsur – unsur untuk adanya kesalahan itu

sendiri antara lain :

a. melakukan perbuatan pidana.

b. diatas umur tertentu dan mampu bertanggung jawab.

c. mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan.

d. dan tidak adanya alasan pemaaf.

Seseorang yang melakukan kejahatan atau melakukan pengguguran

kandungan telah dapat dijatuhi pidana jika pembuktian atas perbuatan yang

dilarang tersebut atau kesalahannya telah ternyata ada dan terbukti, dan adanya

kesalahan itu didasarkan atas adanya unsur kesengajaan itu sendiri terhadap

tindakan yang dilakukan.

Tentang apakah arti kesengajaan disini , tidak ada keterangan sama sekali

dalam KUHP, lain halnya dengan KUHP Swiss dimana dalam pasal 18 dengan

tegas ditentukan : Barang siapa melakukan perbuatan dengan mengetahui dan

menghendakinya , maka dia melakukan perbuatan tersebut dengan

sengaja.definisi seperti ini dalam Memorie van Toelicting Swb, ada pula :” pidana

pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barang siapa melakukan

perbuatan itu dengan sengaja.

Dalam pendapat - pendapat para sarjana sebelumnya kiranya dapat diambil

kesimpulan bahwa untuk adanya kemampuan bertanggung jawab itu harus ada :
1. Kemampuan untuk membeda – bedakan perbuatan mana yang baik dan

perbuatan mana yang tidak baik, perbuatan yang melawan hukum dan tidak

melawan hukum.

2. Kemampuan untuk menentukan kehendaknya sendiri menurut keinsyafan

tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.

Yang pertama merupakan faktor akal yaitu suatu tindakan secara sadar yang

mampu atau dapat membeda – bedakan antara perbuatan mana yang

diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan , sedangkan yang kedua adalah

faktor perasaan atau kehendak yaitu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan

keinsyafan atas mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan.

Keterkaitannya dengan beberapa unsur atau bagian diatas telah secara jelas

merupakan penjelasan atas setiap orang yang melakukan perbuatan pidana hanya

dapat dipertanggung jawabkan pidana jika sehat akalnya, atau dengan kata lain

tidak terganggu jiwanya.


METODE PENELITIAN

Dalam penulisan proposal ini tentunya diperlukan data yang kegunaannya


untuk membantu , memperjelas materi yang akan dibahas. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan dalam rangka penulisan ini adalah:
1. Sumber Data
Dalam penulisan proposal ini digunakan 2 ( dua ) sumber yaitu:
a.penelitian kepustakaan ( library research )
dalam penelitian ini penulis membaca karangan buku – buku para
sarjana yang berkaitan dengan judul atau masalah yang akan dibahas
dalam tulisan ini.
b. penelitian lapangan ( field research )
dalam tulisan ini penulis mendatangi langsung narasumber yang
erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini digunakan cara interview atau wawancara dengan
para narasumber atau para responden yang diperlukan keterangannya.
3. Analisis Data
Sebagai tindak lanjut dari data yang telah terkumpul tersebut akan dianalisa
menggunakan metode sebagai berikiut :
a. Analisis Normatif, yaitu mengolah data dan menganilisa yang bersifat
umum kemudian mencari unsur – unsur pokoknya dan selalu dihubungkan
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku sehingga
merupakan suatu kesimpulan yang bersifat pernyataan.

b. Analisis Deskriptif, yaitu menguraikan tulisan ini berdasarkan keterangan


– keterangan dari suatu keadaan atau peristiwa – peristiwa yang
merupakan obyek pembahasan dan menyusunnya dalam suatu susunan
yang teratur.
KEPUSTAKAAN

1. Prof.H.Oemar Seno Adji,SH, Hukum Acara Pidana Dalam Prospeksi, Cet.III,

Erlangga,Jakarta,1981

2. Bambang Poernomo,SH, Hukum Pidana Kumpulan Karangan Ilmiah, Cet

I,PT Bina Aksara, Jakarta,1982

3. Prof.Moeljatno,SH , Asas – Asas Hukum Pidana , Rineka Cipta , 2008

4. B.Bosu SH, Sendi – Sendi Kriminologi , Usaha Nasional , Surabaya 1982

5. R.Sugandhi SH, Kitab Undang – Undang Hukum Pidana , Usaha Nasional ,

Surabaya 1982
TANGGUNG JAWAB PIDANA TERHADAP PELAKU ABORTUS
TERSELUBUNG DI MANTANG ( LOMBOK TENGAH )

OLEH :

NAMA : RATU KHUMMAIRAH P


NIM : D1A.007.223

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2010
DAFTAR ISI

Latar Belakang&Perumusan Masalah…………………………………………..1-4

Tujuan&Manfaat Penelitian……………………………………………………….5

Tinjauan Pustaka………………………………………....................................6-13

Metode Penelitian…………………………………….....................................14-15

Kepustakaan……………………………………………………….......................16

Anda mungkin juga menyukai