Anda di halaman 1dari 12

Aborsi Kandungan Dalam Perspektif Hukum Pidana

Pendahuluan
Kemajuan dan perkembangan disegala bidang di negara ini selalu membawa dampak
bagi masyarakat negara itu sendiri. Masalah yang sedang dan akan selalu dihadapi seiring
perkembangan zaman di masa sekarang adalah tata pergaulan generasi muda yang dimasa
sekarang ini sangatlah bebas. Hal yang disebut “bebas” ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa dan kepribadian seorang remaja. Padahal di masa depan, remaja akan
menjadi giliran penerus generasi cita-cita bangsa. Sebagai penerus bangsa sudah seharusnya
seorang remaja menunjukkan kepribadian dan sifat yang terpuji dan sopan di hadapan
masyarakat Maka, pergaulan adalah kunci penting bagi remaja di zaman sekarang ini agar
kedepannya menjadi pribadi yang baik dan terpuji demi kemajuan bangsa ini mengingat remaja
adalah penerus generasi di masa depan.
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi menunjukkan tingkat pergaulan bebas dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan teknologi yang maju, memudahkan masyarakat
mendapatkan semua yang diinginkan. Dalam kenyataannya masih banyak anak-anak yang secara
bebas menonton porno, kurang perhatian dari orang tua, pengaruh lingkungan dan pengaruh
obat-obatan terlarang sehingga menyebabkan anak melakukan perbuatan yang melanggar norma
Susila dan norma kesusilaan dan norma agama. Pengaruh ini berhubungan langsung dengan segi
lingkungan dan sosial. Untuk pencegahan ini bisa diwujudkan oleh pemupukan anti
Karena itu semua, ada indikasi pergaulan bebas para pemuda pemudi bisa berakibat fatal.
Jika mereka sering menirukan adegan-adegan tidak senonoh yang mereka tonton, maka hal ini
akan mengakibatkan kehamilan di luar pernikahan. Disini beban mental untuk Wanita semakin
berat. Wanita akan menanggung malu jika pria tidak mau bertanggung jawab. Akhirnya timbulah
niat yang tidak baik untuk menghilangkan rasa malu itu dengan cara aborsi (pengguguran
kandungan). Aborsi merupakan suatu tindakan menggugurkan kandungan.
Di negara Indonesia tindakan aborsi merupakan tindakan yang dilarang, dan masuk
dalam Bab kejahatan terhadap nyawa dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana. Dalam
hukum positif Indonesia yaitu dalam KUHP mengatur secara eksplisit dinyatakan pada pasal 346
sampai dengan pasal 348 bahwa tindakan aborsi merupakan tindak kejahatan. Tindakan aborsi
juga termasuk tindakan kriminal tidak memandang wanita dewasa atau wanita di bawah umur
yang melakukan tindakan ini, jimelakukan tindakan aborsi maka itu sudah termasuk tindak
hukum pidana dan harus di proses langsung secara hukum. Karena, walaupun aborsi sudah
dilarang secara hukum, tetapi kenyataannya aborsi masih banyak dilakukan oleh perempuan
dengan berbagai alasan disebabkan peraturan dan hukum yang ada kurang tegas terhadap alas
an-alasan yang memaksa perempuan melakukan tindakan aborsi. Secara umum, aborsi dapat
dibagi menjadi 2 macam, yaitu: aborsi tanpa sengaja dan aborsi disengaja. Dalam hal aborsi,
pihak perempuan selalu dirugikan. Pihak perempuan selalu disudutkan dan dikalahkan karena
pihak laki-laki menganggap itu sebagai aib keluarga dan inisiatif untuk menggugurkan
kandungan muncul dari situ. Selain itu, aborsi juga bisa mengakibatkan gangguan kesehatan
yang bisa berakibat fatal bagi wanita yang melakukan aborsi.
Adapun diharapkan dengan adanya penelitian ini, para mahasiswa hukum maupun
pembaca mengerti tentang kaitan aborsi dalam perspektif hukum pidana. Dan agar lebih
memahami tentang pasal yang dipakai jika ada kasus soal aborsi di Indonesia.

Tinjauan Pustaka
Aborsi Kandungan

Tindakan aborsi kandungan merupakan hal yang banyak terjadi di masyarakat untuk
menggugurkan bayi (kandungan) yang kehamilannya tersebut tidak dikehendaki. Lazimnya
aborsi ini dilakukan oleh pasangan-pasangan yang hamil di luar nikah. Mengutip data World
Health Organization (WHO) bahwa terdapat 21,6 juta wanita di dunia ini yang melakukan
aborsi pada tahun 2018. Bahkan diperkirakan sekitar 2,3 juta kasus aborsi tahun terjadi setiap
tahunnya di Indonesia.1 Hal ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, ada yang
menolak dan ada pula yang mendukungnya. Dalam perspektif kedokteran, aborsi tidak dapat
dilakukan semena-mena dan sembarangan. Hal ini dikarenakan dalam Sumpah Dokter
disebutkan bahwa “saya akan menghormati hidup insani sejak saat pembuahan”. Oleh karena
itulah aborsi adalah tindakan yang dilarang, kecuali dalam kondisi dan syarat tertentu.
Merujuk pendapat Varney’s menyebutkan bahwa aborsi merupakan pengakhiran
kehamilan dimana janin tidak bisa hidup di luar rahim apabila lahir, hal ini terjadi pada umur
kehamilan sebelum 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Pendapat lain yang
diungkapkan oleh Sarwono bahwa dalam kedokteran yang disebut sebagai aborsi adalah
mengeluarkan isi rahim sebelum mencapai 20 minggu sehingga janin tersebut tidak dapat
1
Maryati and Sutarno, 2022, Pertanggungjawaban Hukum bagi Dokter dalam Tindakan Aborsi, Penerbit NEM.
hidup. Dorland juga mengemukakan pendapatnya bahwa aborsi adalah kejadian berhentinya
kehamilan sebelum janin mencapai usia kehamilan 20 minggu dan mengakibatkan kematian
pada janin.2 Dapat ditarik benang merah bahwa aborsi adalah perbuatan untuk menggugurkan
kandungan perempuan dengan bantuan medis, obat, dan sebagainya dengan tujuan untuk
menghentikan pertumbuhan janin di dalam kandungan sebelum usia kehamilan menjadi tua.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan aborsi sebagai pengguguran kandungan.
Kemudian konstruksi yuridis dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia bahwa
aborsi adalah tindakan mengugurkan atau mematikan kandungan yang dilakukan dengan
sengaja oleh seoarang wanita atau orang yang disuruh melakukan untuk itu. 3 Apabila
merujuk pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), maka pihak yang dapat
diminta untuk melakukan aborsi adalah tabib, bidan, dan juru obat. Hal ini berarti bahwa
aborsi dapat dilakukan secara oral dengan meminum obat atau dengan cara memasukkan alat
ke rahim perempuan yang sedang mengandung tersebut.
Kata “aborsi” berasal dari Bahasa Latin yaitu “abortion” yang artinya pengguguran
kandungan atau keguguran.4 Pengguguran kandungan dan keguguran adalah 2 hal berbeda
yang tentu tidak dapat disamakan. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan kesengajaan
perempuan yang sedang mengandung tersebut. Apabila pengguguran kandungan, maka
terdapat unsur kesengajaan dari perempuan yang sedang mengandung untuk menggugurkan
kandungannya. Sedangkan keguguran adalah keluarnya janin melalui pendarahan akibat
terjadinya hal-hal tertentu dimana belum tentu terdapat kesengajaan, seperti akibat jatuh.
Pengguguran kandungan dapat disebut sebagai tindak pidana pembunuhan dimana
pembunuhan adalah perbuatan yang tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan jelaslah
sebagai tindakan pelanggaran hukum.5
Tindak Pidana

Dalam Bahasa Belanda, tindak pidana disebut sebagai “strafbaar feit”. Utrecht
berpendapat bahwa tindak pidana adalah adanya perbuatan melawan hukum dimana pelaku

2
Ibid.
3
NPM : 121000232 ROBI DEYANTO, 2016, PERAN SERTA DOKTER KANDUNGAN DALAM PERBUATAN ABORSI
BERDASARKAN TEORI DEELNEMING, other, Fakultas Hukum Unpas.
4
Yuli Susanti, “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU TINDAK PIDANA ABORSI (ABORTUS PROVOCATUS) KORBAN
PERKOSAAN”, Syiar Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14, No. 2, 2012.
5
Waluyadi, 2000, ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN: Dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum Praktik
Kedokteran, Djambatan.
(dader) bertanggungjawab atas perbuatannya tersebut.6 Pendapat lain yang dikemukakan
oleh Moeljatno bahwa tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh hukum
pidana dan terdapat ancaman pidana bagi yang melanggar larangan tersebut.7 Kemudian
menurut Simons, tindak pidana adalah tindakan pelanggaran terhadap hukum pidana yang
dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban atas tindakannya dan oleh undang-undang hukum pidana telah
dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.8
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindak pidana dibedakan
menjadi kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen). KUHP terbagi menjadi 3
buku dimana Buku I KUHP mengatur mengenai aturan umum, Buku II KUHP mengatur
mengenai kejahatan, dan Buku III KUHP mengatur mengenai pelanggaran. Pada dasarnya
baik kejahatan maupun pelanggaran adalah sama-sama tindak pidana karena merupakan
perbuatan yang melanggar hukum. Tidak hanya dibedakan ke dalam kejahatan dan
pelanggaran, menurut Moeljatno, tindak pidana juga dibedakan dalam 4 hal, yaitu delik dolus
dan delik culpa, delik commissionis dan delikta communissionis, delik biasa dan delik
khusus, delik enerus dan tidak menerus.9
Tindak pidana mengandung unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah
perbuatan yang melanggar hukum atau bertentangan dengan ketentuan hukum pidana seperti
pembunuhan, penganiayaan, pencurian, penghinaan, dan sebagainya. Sedangkan unsur
subjektif adalah kesalahan yang meliputi kesengajaan (dolus), kealpaan (culpa), niat
(voornemen), maksud (oogmerk), dengan rencana lebih dahulu (met voorbedachte rade).
Unsur-unsur tindak pidana menurut Simons adalah perbuatan manusia, diancam dengan
pidana, melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan, dilakukan oleh orang yang
bertanggungjawab. Tindak pidana berkaitan erat dengan pertanggungjawaban pidana yang
dapat dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana.

6
Dr Agus Rusianto, S. H. M.H, 2016, Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana: Tinjauan Kritis Melalui
Konsistensi Antara Asas, Teori, dan Penerapannya, Prenada Media.
7
Suyanto, 2018, Pengantar Hukum Pidana, Deepublish.
8
Wahyu Adi Susanto, 2017, TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE,
other, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang.
9

NPM : 121000232 ROBI DEYANTO, above note 3.


Metode Penelitian
Didalam penulisan ini digunakan metode deskriptif analisis. Deskriptif analisis adalah
metode yang digunakan untuk menyajikan data kuantitatif dalam bentuk deskriptif. Karena kita
akan mengkaji berapa angka aborsi di Indonesia. Dengan metode penelitian deskriptif
diharapkan dapat menjelaskan kenyataan yang terjadi tentang aborsi juga dalam perspektif
hukum pidana, mengupas secara terperinci masalah untuk mencapai hasil yang di harapkan,
dengan mengumpulkan data tulisan yang bersifat ilmiah, pasal dalam undang-undang dan
menghubungkannya dengan kenyataan yang ada.
Sumber data atau subyek data yang diperoleh yang digunakan dalam penelitian normatif
ini, yaitu lebih dominan menggunakan data sekunder, sedangkan data primer digunakan untuk
melengkapi data-data lainnya. Data primer dan data sekunder sama-sama memiliki kegunaan
sebagai komponen yang penting dalam penelitian. Karena kedua data itu berisikan infomrasi atau
gambaran terkait kejadian ataupun fenomena yang terjadi di lapangan. Data primer dan data
sekunder dapat digunakan secara masing-masing atau secara bersamaan. Tetapi jika digunakan
secara bersamaan, data sekunder digunakan sebagai data pendukung atau data pelengkap dari
data primer. Data sekunder yang dipakai di penelitian ini dapat berupa perundang-undangan,
buku literature, tulisan para sarjana dan tulisan yang diambil dari internet.
Selain itu, pendekatan penelitian yang digunakan dalam artikel ilmiah ini adalah yuridis
empiris. Yuridis empiris adalah penelitian yang dilakukan melalui pendekatann pada realitas
hukum pada masyarakat. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis peraturan perundang-
undangan, sedangkan pendekatan empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat
sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi
dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan. 10
Selain itu, pendekatan penelitian yang digunakan dalam artikel ilmiah ini adalah dengan
metode yuridis normatif, yakni penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder belaka.11 Metode yuridis normative dimana hukum dikonsepkan
sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian ini masuk ke
pendekatan penelitian ini karena aborsi ada undang-undang yang tertulis di KUHP. Hukum

10
Syahruddin Nawawi. 2014. Penelitian Hukum Normatif Versus Penelitian Hukum Normatif. (II) Makassar: PT
Umotoha Ukhuwah Grafika. h. 8.
11
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. (IV), Jakarta: Raja
Grafindo Persada. h. 13.
dikaitkan dan dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku
manusia yang dianggap pantas.

Pembahasan
World Health Organization (WHO)(2011) memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi
tidak aman (unsafe abortion) di dunia, 9,5% (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman)
diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13% dari total perempuan yang melakukan
aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di
wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3700 dibanding dengan aborsi. Diwilayah Asia
Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000
sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir dengan kematian. Di
Indonesia pada tahun 2011 dilakukan penelitian di Jakarta diperoleh hasil bahwa sekitar 6-20%
anak SMU dan mahasiswa di Jakarta pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sebanyak 35%
dari mahasiswa kedokteran di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta sepakat tentang seks
pranikah. Dari 405 kehamilan yang tidak direncanakan, 95% nya dilakukan oleh remaja usia 15-
25 tahun. Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5 juta diantaranya
dilakukan oleh remaja. Di Bandung menunjukkan 20% dari 1.000 remaja yang pernah
melakukan seks bebas. Diperkirakan 5-7% nya adalah remaja di pedesaan. Sebagai catatan,
jumlah remaja di Kabupaten Bandung sekitar 765.762. Diperkirakan jumlah remaja yang
melakukan seks bebas sekitar 38-53 ribu. Kemudian, sebanyak 200 remaja putri melakukan seks
bebas, setengahnya kedapatan hamil dan 90% dari jumlah itu melakukan aborsi.12
Maraknya kasus aborsi di Indonesia, menjadikan permasalahan tersebut sangat perlu
ditinjau dari segi hukum perundang-undangan.

Adapun dasar hukum tindakan aborsi yang melawan hukum menurut KUHP, yaitu:

Faradina, N. (2017). Pengaruh program gerakan literasi sekolah terhadap minat baca siswa di SD Islam Terpadu
12

Muhammadiyah An-Najah Jatinom Klaten. Hanata Widya, 6(8), 60-69.


1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
2. Pasal 347 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : (1) Barang siapa dengan sengaja
menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan tidak dengan ijin
perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. (2) Jika karena
perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selamalamanya lima belas
tahun.
3. Pasal 348 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : (1) Barang siapa dengan sengaja
menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan dengan ijin perempuan
itu dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan. (2) Jika karena perbuatan
itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selamalamanya tujuh tahun.
4. Pasal 349 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : Jika seorang dokter, bidan atau juru
obat membantu melakukan kejahatan tersebut pada pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
5. Pasal 55 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : Pasal 55 (1) dipidana sebagai
pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana : Ke-1 mereka yang melakukan, yang
menyuruh lakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan Ke-2 mereka yang dengan
memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat
dengan kekerasan atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau
keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan
Dalam Pasal 346 KUHP menyatakan ancaman penjara selama 4 tahun bagi perempuan yang
dengan sengaja atau menyuruh orang lain mematikan atau menggugurkan kandungannya.
Dimana hal tersebut menunjukkan bahwa perbuatan aborsi dilarang oleh KUHP sesuai dengan
ketentuan Pasal 346 KUHP. Selain yang diatur dalam Pasal 346 KUHP, larangan mengenai
perbuatan aborsi juga diatur dalam Pasal 347 KUHP sampai dengan Pasal 349 KUHP yang
masing-masing mengatur mengenai larangan bagi setiap orang yang hendak melakukan
perbuatan aborsi. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa KUHP secara jelas
melarang akan adaya perbuatan aborsi.13 Nasib janin dalam kandungan tidak boleh ditentukan
sewenang-wenang, misalnya wanita hamil tidak boleh memutuskan untuk mengganggu
kehidupan janin atau menggugurkannya. Wanita itu boleh menentukan sendiri untuk menjadi
hamil, tetapi sejak telurnya menjadi janin (embrio) wanita itu tidak lagi mempunyai hak
sepenuhnya menentukan nasib tentang diri embrio itu, karena janin itu sudah mendapat
perlindungan hukum tersendiri (Status nascendi)14
Adapun permasalahan yang perlu ditinjau dalam pembahasan ini, yang pertama yaitu
“Apakah hal yang dimaksud kalimat “mengugurkan anak yang berada dalam kandungan” atau
dalam Bahasa belanda dikenal dengan “afdrjjving” atau istilah yang biasa digunakan di hukum
adalah istilah romawi yakni “Abortus” atau “Abortus Provocatus”. Yang dimaksud dengan
abortus atau afdrijving yaitu perbuatayan yang sengaja dilakukan dengan maksud agar anak yang
masih dalam kandungan atau janin ibu dilahirkan sebelum waktunya secara biologis. Sedangkan
yang dimaksud dengan “menggugurkan seorang anak dari kandungan si ibu” adalah apa yang
dalam ilmu kedokteran yang mengakibatkan anak dilahirkan sebelum tiba waktunya.
Terhadap persoalan yang diajukan tersebut di atas terdapat beberapa sarjana berpendapat
bahwa dalam perumusan ketentuan pasal 346 KUHP itu tidak ditegaskan bahwa si anak yang
digugurkan itu masih harus hidup atau meninggal. Lebih lanjut para sarjana yang berpendapat
demikian tadi mengatakan, bahwa oleh karena Undang-Undang sendiri tidak merumuskan secara
tegas mengenai hal tersebut, maka tidak perduli apakah anak yang digugurkan itu masih hidup
atau tidak, pokoknya semua itu termasuk di dalam pengertian abortus.15

13
Tripiana, P. A. S., & Parwata, I. G. N. (2018). Tindak Pidana Aborsi Dalam Konteks Pembaharuan Hukum
Pidana. Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum, 1-13.
14
“Status Nascendi”. Hermin Hadiati, Sinar Wijaya, Surabaya, Tahun 1984.

“Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke Dua”, Purnawan Junadi, Atik Soemasti, Husna Amelz, Aesculapius Fakultas
15

Kedokteran UI, 1982.


 Penerapan hukum untuk pertanggungjawaban pidana terhadap perbuatan yang
dilakukan oleh seorang wanita yang sengaja melakukan aborsi dan seorang yang
menyuruh/memaksa melakukan aborsi dengan janji atau imbalan

1. Tindakan yang diperbuat si wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya dapat


dikenakan (dijerat) dengan pasal 346 KUHP. Adapun beberapa unsur yang harus
dipenuhi yaitu:
a. Seorang wanita;
b. Yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu;
c. Dipidana paling lama empat tahun.

Penjelasan terhadap unsur-unsur pasal 346 KUHP :


a. Seorang wanita.
Untuk pertama pasal 346 KUHP ini disebutkan seorang wanita “bukan seorang
ibu” mengapa demikian sebab “wanita” dapat yang sudah menikah dan
mempunyai anak (seorang ibu atau belum). Jika sudah menikah dan mempunyai
anak ia disebut seorang ibu. Maka dipergunakan istilah itu agar dikenai pasal
tersebut. Mengapa dipergunakan istilah “wanita” dan bukan “perempuan”.
Sebenarnya tidak ada perbedaan prinsipil, karena wujudnya sama saja. Tetapi
kiranya ada latar belakang tertentu yang meninggalkan kesan kurang baik (dari
sudut pendengaran).16
b. Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain
untuk itu.
Apakah yang dilakukan oleh si wanita yang sengaja melakukan aborsi sesuai
dengan salah satu diantara kedua jalan yang disebutkan dalam unsur ke dua. 3
Sudarto, Wonosusanto, “Program Kekhususan Hukum Kepidanaan”, Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Tulungagung 25 Menggugurkan atau mematikan kandungan atau

Sudarto, Wonosusanto, “Program Kekhususan Hukum Kepidanaan”, Fakultas Hukum Universitas


16

Muhammadiyah Surakarta.
menyuruh orang lain untuk itu dalam pertimbangan kedua antara lain disebutkan
bahwa : “…… Si wanita hamil pada pokoknya mengakui bahwa ia telah sepakat
dengan seseorang yang memaksa melakukan aborsi untuk menyuruh Dokter
menggugurkan kandungannya (si wanita hamil tersebut) dan kemudian dokter
melakukan dengan menyemprotkan obat Prostalglandrin ke dalam vagina wanita
hamil tersebut, tidak berapa lama kemudian wanita itu ingin buang air kecil,
ternyata yang keluar bukannya air kencing tetapi darah segar yang cukup banyak,
darah itu berasal dari dalam kandungan wanita hamil tersebut, dan dokter diberi
imbalan uang sebesar Rp. 500.000,00”17
c. Pidana penjara paling lama empat tahun
Ancaman pidana penjara empat tahun itu adalah ancaman pidana
maksimum artinya hakim bebas menjatuhkan pidana penjara berapa saja, asal
tidak melewati batas empat tahun. Hal ini sesuai dengan redaksi pasal 346 pasal
KUHP; seorang wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu diancam pidana penjara paling lama empat tahun.
Perlu diperhatikan dalam pasal 346 KUHP, bahwa mematikan kandungan berarti
mematikan anak yang masih hidup pada waktu dilakukan pengguguran adalah
sukar atau mungkin juga tidak dapat dilakukan sama sekali. Dalam kalimat
“dengan sengaja” menggugurkan kandungan tidak disinggung tentang keadaan
anak, maksudnya tidak dipersoalkan apakah anak itu hidup atau mati pada saat
lahir, begitu juga tidak disinggung usia anak dalam kandungan
KUHP itu sendiri menentukan, hal mana berarti bahwa pengguguran dapat
dilakukan sejak saat pembuahan sammpai saat anak hampir lahir. Mungkin
sebelumnya sudah mati dalam kandungan pada waktu dilakukan pengguguran.
Disini yang perlu diperhatikan ialah “perbuatan penggugurannya”.18

17
Widowati, “Tindakan Aborsi Dalam Sudut Pandang Hukum Dan Kesehatan Di Indonesia”,
Yustitiabelen, 2019.
18
Hermin Hadiati K, “Kejahatan Terhadap Nyawa, Azas-Azas” Sinar Wijaya, Surabaya, 1984 .
Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan tindakan aborsi ini jelas ada motif, yaitu
ia karena tergiur oleh janji yang diberikan oleh seseorang yang memaksa melakukan tindakan
aborsi yang melawan hukum bahwa ia akan dinikahkan dengan putranya yang bernama Hendra
Jaya. Bila kandungannya bersedia di gugurkan, maka ia bersedia untuk melaksanakan aborsi.
Dari tindakan itu pula wanita itu telah menginsafi atau seharusnya mengerti bahwa tindakan
yang dilakukan itu akan membawa akibat matinya bakal anak yang akan dilahirkan.
Memperhatian kasus pidana yang dilakukan oleh pihak yang sengaja menggugurkan kandungan
tersebut, maka terpenuhi unsur-unsur dalam pasal 346 KUHP, dengan demikian dapat
dinyatakan: a. Seorang berjenis kelamin wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya atas
sepengetahuannya, misalnya dalam pernyataan contoh kasus di bawah adalah Ninik, umur 18
tahun asal Oro-oro Ombo Malang, kebangsaan Indonesia, bertempat tinggal di Tulungagung,
agama Islam, pekerjaan sebagai karyawati bilyard, dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 346 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. b.
Dapat dijatuhi pidana penjara paling lama empat tahun.19

Widowati, “Tindakan Aborsi Dalam Sudut Pandang Hukum Dan Kesehatan Di Indonesia”, Yustitiabelen,
19

2019.
Daftar Pustaka
Dr Agus Rusianto, S. H. M.H, 2016, Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana: Tinjauan
Kritis Melalui Konsistensi Antara Asas, Teori, dan Penerapannya, Prenada Media.
Maryati and Sutarno, 2022, Pertanggungjawaban Hukum bagi Dokter dalam Tindakan Aborsi,
Penerbit NEM.
ROBI DEYANTO, NPM : 121000232, 2016, PERAN SERTA DOKTER KANDUNGAN DALAM
PERBUATAN ABORSI BERDASARKAN TEORI DEELNEMING, other, Fakultas Hukum
Unpas.
Susanti, Yuli, “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU TINDAK PIDANA ABORSI
(ABORTUS PROVOCATUS) KORBAN PERKOSAAN”, Syiar Hukum : Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 14, No. 2, 2012.
Susanto, Wahyu Adi, 2017, TINJAUAN KRIMINOLOGI TERHADAP TINDAK PIDANA
PENIPUAN JUAL BELI ONLINE, other, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang
Suyanto, 2018, Pengantar Hukum Pidana, Deepublish.
Waluyadi, 2000, ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN: Dalam Perspektif Peradilan dan Aspek
Hukum Praktik Kedokteran, Djambatan.
Faradina, N. (2017). Pengaruh program gerakan literasi sekolah terhadap minat baca siswa di SD
Islam Terpadu Muhammadiyah An-Najah Jatinom Klaten. Hanata Widya, 6(8), 60-69.
Tripiana, P. A. S., & Parwata, I. G. N. (2018). Tindak Pidana Aborsi Dalam Konteks
Pembaharuan Hukum Pidana. Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum, 1-13.
Hadiati, “Status Nascendi”. Sinar Wijaya, Surabaya, Tahun 1984.
Junadi, Soemasti, Amelz, “Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke Dua”, Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI, 1982.
Sudarto, Wonosusanto, “Program Kekhususan Hukum Kepidanaan”, Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widowati, “Tindakan Aborsi Dalam Sudut Pandang Hukum Dan Kesehatan Di Indonesia”,
Yustitiabelen, 2019.
Hermin Hadiati K, “Kejahatan Terhadap Nyawa, Azas-Azas” Sinar Wijaya, Surabaya, 1984.
Widowati, “Tindakan Aborsi Dalam Sudut Pandang Hukum Dan Kesehatan Di Indonesia”,
Yustitiabelen, 2019.

Anda mungkin juga menyukai