Nim:20010013
Tugas:
1.carilah dan tulislah hukum perundangan diindonesia dan negara
lain tentang isu:
1.Euthanasia
2. Aborsi
3. Confidentiatity
4.informed consent
2. Cari dan tulislah isi isu kasus yg pernah terjadi tentang:
1.Euthanasia
2.Aborsi
3. Confidentiatity
4.informed consent
Jawaban:
1. EUTHANASIA
A.INDONESIA
Pada prinsipnya, hak untuk hidup merupakan hak fundamental atau
hak asasi dari setiap manusia. Konstitusi kita yakni UUD 1945
melindungi hak untuk hidup ini dalam Pasal 28A UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 14 UU 30/2000
Masih dalam buku yang sama (hal. 65), Cecep menjelaskan bahwa
Perjanjian Terapeutik memiliki objek yakni pelayanan medis atau
upaya penyembuhan. Sebab yang halal yang terdapat dalam Perjanjian
Terapeutik adalah dimana tujuan daripada upaya penyembuhan adalah
pemeliharaan dan peningkatan kesehaatan yang berorientasi atas
asas kekeluargaan, mencakup kegiatan peningkatan kualitas
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
UU Tenaga Kesehatan
Pasal 68 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan
Setiap tindakan pelayanan kesehatan perseorangan yang dilakukan
oleh Tenaga Kesehatan harus mendapat persetujuan.
Penjelasan:
Pada prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan adalah penerima
pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Apabila penerima pelayanan
kesehatan tidak kompeten atau berada di bawah pengampuan (under
curatele), persetujuan atau penolakan tindakan pelayanan kesehatan
dapat diberikan oleh keluarga terdekat, antara lain suami/istri,
ayah/ ibu kandung, anak kandung, atau saudara kandung yang telah
dewasa.
1.ISU/KASUS EUTHANASIA
Seorang anak Belgia berusia 9 tahun penderita tumor otak bakal
menjadi pasien termuda yang mengakhiri hidupnya melalui program
euthanasia.
Dua anak berusia 11 tahun dan 17 tahun telah menjalankan
euthanasia pada 2016 dan 2017, menurut laporan dari Komite
Euthanasia Belgia.
Untuk mengajukan euthanasia, seorang anak harus menuliskan
permohonan dan menjelaskan kasusnya dengan tulisan tangan.
"Saya melihat gangguan mental dan fisik yang tak tertahankan
sehingga saya percaya kami melakukan hal yang benar," kata Luc
Proot, seorang anggota Komisi Belgia kepada The Washington Post.
Setelah aplikasi permohonan tertulis diserahkan, dokter
memverifikasi permohonan tersebut dan hanya bisa mengizinkan
permintaan praktik ini jika pasien berada pada kondisi 'sakit
konstan yang tidak bisa diobati, karenanya akan meninggal dalam
waktu dekat."
PILIHAN REDAKSI
Wanita di Selandia Baru Menuntut Hak untuk Mati
Tertekan, Paedofil Belgia Minta Eutanasia
Belanda Rancang UU yang Izinkan Warga Bunuh Diri
Kemudian, sang anak yang mengajukan permohonan euthanasia harus
menjalani beberapa ujian yang melihat tingkat kecerdasan untuk
memastikan bahwa keputusan mereka tidak dipengaruhi pihak-pihak
lain.
Setelah prosedur euthanasia, panitia yang terdiri atas enam akan
mengevaluasi dan meneliti berkas-berkas dari kasus tersebut,
dimana nama pasien dan doktor tidak tercantum dalam dokumen, untuk
memastikan proses telah dilaksanakan dengan benar.
Euthanasia pada seorang anak sebelumnya, yang berusia 11 tahun
dikabulkan karena dia menderita fibrosis sistik, yaitu penyakit
yang tidak bisa disembuhkan dan dapat berakibat fatal. Dalam
beberapa kasus, sebagian besar pasien hidup sampai umur 30 tahun.
Anak tersebut berjuang melawani distrofi otot, yang menyebabkan
hilangnya berat otot secara progresif dan kehilangan kekuatan.
Perkembangan penyakit ditandai dengan kesulitan bernafas dan pola
makan yang rendah. Namun, obat untuk dapat menyembuhkan distrofi
otot belum ditemukan.
Tiga kasus euthanasia anak di Belgia berlaku sejak negeri itu
mengesahkan yang mengizinkan dokter mengakhiri hidup pasien
berusia di bawah 12 tahun yang sakit parah, jika mereka
memintanya, pada 2014.
Belgia adalah negara pertama yang mengizinkan euthanasia bagi
anak-anak. Di Belanda, hanya memperbolehkan pasien yang berumur di
atas 12 tahun yang boleh mengajukan permohonan suntik mati itu.
Pada November tahun lalu, Victoria menjadi wilayah pertama
Australia yang melegalkan kematian dengan bantuan bagi para pasien
yang menderita sakit parah. Mulai pertengahan 2019, pasien berhak
meminta obat demi mengakhiri hidup.
Awal tahun ini, seorang dokter asal Australia, David Goodall
memutuskan untuk pergi ke Swiss dengan tujuan untuk mengakhiri
hidupnya secara legal.
2.ABORSI
Sangat ironi, bangsa ini dikenal sebagai bangsa religius, tapi
memiliki angka aborsi di luar nikah yang fantastik. Belum lagi
hubungan seks bebas di kalangan remaja di bawah umur sudah pasti
lebih tinggi lagi.
Hasil survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan (2008) menunjukkan
63 % remaja SMP sudah melakukan hubungan seks di luar pernikahan,
21 % siswa SMA pernah melakukan aborsi, dan yang tak kalah
pentingnya, hampir semua remaja pernah menonton film porno.
Konon, angka perselingkuhan juga sedemikian tinggi, bukan saja
dilakukan oleh para suami tetapi juga para isteri. Wajar jika
perceraian yang meningkat tajam, su-dah melewati angka 10% dari
rata-rata perkawinan perkawinan setiap tahun sekitar 2,3 juta
pasang.
3.CONFIDENTIALITY
Perawat X merawat pasien yang merupakan tetangga di depanrumahnya.
Ternyata tetangga perawat X tersebut mengidap penyakit
HIV/AIDS.Perawat X terkejut mengetahui pasien yang dirawatnya
merupakan tetanggayang tidak disukainya. Akhirnya perawat X tanpa
sengaja telah menceritakanpenyakit pasien kepada tetangga dan
kerabatnya yang lain. Sehinggatetangganya yang lain tidak mau
membezuk dia kerena takut tertular. PerawatX mengatakan walaupun
pasien telah keluar dari rumah sakit dia tidak akansembuh total
dan bisa menularkan penyakitnya kepada orang terdekatnya.
4.INFORMED CONSENT
RS Persahabatan mengklarifikasi tudingan malpraktik pada Anna
Marlina Simanungkalit (38) yang ditudingkan suami Anna, Pandapotan
Manurung (40). Anna datang mengeluhkan sakit di leher, kemudian
didiagnosa gondokan kemudian dinyatakan terdapat tumor ganas
hingga harus diangkat. Bagaimana kronologinya?
Kronologi ini dipaparkan Direktur Utama RS Persahabatan Dr
Mohammad Syahril, Sp.P, MPH dalam jumpa pers di RS Persahabatan,
Jalan Raya Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu
(24/4/2013). Syahril didampingi Ketua Komite Medik RSUP
Persahabatan Dr Moch Iqbal, Sp.OG dan Kepala Bagian Pelayanan
Medis RSUP Persahabatan Dr Zubaidan Elvia, MPH.