Anda di halaman 1dari 8

Nama:Febri Handayani

Nim:20010013
Tugas:
1.carilah dan tulislah hukum perundangan diindonesia dan negara
lain tentang isu:
1.Euthanasia
2. Aborsi
3. Confidentiatity
4.informed consent
2. Cari dan tulislah isi isu kasus yg pernah terjadi tentang:
1.Euthanasia
2.Aborsi
3. Confidentiatity
4.informed consent
Jawaban:
1. EUTHANASIA
A.INDONESIA
Pada prinsipnya, hak untuk hidup merupakan hak fundamental atau
hak asasi dari setiap manusia. Konstitusi kita yakni UUD 1945
melindungi hak untuk hidup ini dalam Pasal 28A UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Terkait dengan euthanasia yang Anda tanyakan, kami sarikan


penjelasan dari Majalah Hukum Forum Akademika, Volume 16 No. 2
Oktober 2007 dalam esei dari Haryadi, S.H., M.H., Dosen Bagian
Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Jambi, yang berjudul
Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Pidana yang kami unduh dari
laman resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
http://isjd.pdii.lipi.go.id. Disebutkan bahwa euthanasia berasal
dari kata Yunani euthanatos, mati dengan baik tanpa penderitaan.
Belanda salah satu negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan
hukum kedokteran mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan
yang dibuat oleh Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter
Belanda), yang menyatakan euthanasia adalah dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup
seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri
(M. Yusup & Amri Amir, 1999:105).
B.Belanda
Negara pertama di dunia yang melegalkan praktik suntik mati adalah
Belanda. Terhitung sejak 2002, Negeri Kincir Angin telah
mengadopsi konsep euthanasia ke dalam kitab hukumnya. Namun ada
batasan usianya, yakni minimal 12 tahun dan orangtua pasien tetap
diposisikan sebagai pengambil keputusan akhir.
Proses persetujuannya juga terbilang ketat. Pemohon haruslah
secara sadar layak meminta disuntik mati. Setelah pasien penyakit
kronis itu meninggal, dokter dan para ahli yang terlibat
diwajibkan memberi ulasan terhadap kasus yang ditangani.
2.ABORSI
A.INDONESIA
Aturan tentang aborsi tersebut dikemukakan didalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) Dan juga dikemukakan didalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), Secara aturannya Aborsi diatur dalam
Pasal-pasal Sebagai Berikut :

Pasal 346 KUHP :


"Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun."
Pasal 347 KUHP :
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 KUHP :
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
Pasal 349 KUHP :
"Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencarian dalam mana kejahatan dilakukan."
Dan didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan diatur dalam Pasal-Pasal sebagai berikut :
Pasal 75 Ayat 1 & 2 :
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma


psikologis bagi korban perkosaan.
Pasal 76 :
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Menteri.
Pasal 194 :
"Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)."
A.MALTA&EL SAVADOR
Di kawasan Uni Eropa, hanya Malta yang secara keseluruhan melarang
praktik aborsi. Jika terjadi, maka ancaman penjara antara 18 bulan
hingga 3 tahun menanti pelakunya.
Aborsi juga dilarang keras di Andorra, Vatican dan San Marino.
Ketiganya masih berada di wilayah benua Eropa meski tidak masuk ke
perkumpulan Uni Eropa.
Secara globa, ada beberapa negara yang benar-benar tidak
mengizinkan praktik aborsi dilakukan. Negara tersebut adalah
Kongo, Republik Dominika, Mesir, El Salvador, Gabon, Guinea-
Bissau, Haiti, Honduras, Laos, Madagaskar, Mauritania, Nikaragua,
Filipina, Palau, Senegal dan Suriname.
Khusus di El Salvador, aturan ini kerap disorot oleh pihak
internasional karena perempuan pelaku aborsi bisa terjerat hukuman
penjara hingga 30 tahun.
3.CONFIDENTIALITY
A.INDONESIA
Untuk memperjelas mengenai perlindungan yang diberikan oleh UU No.
30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (“UU 30/2000”). Berikut
penjelasan mengenai Rahasia Dagang.

Menurut Pasal 1 ayat (1) UU 30/2000, Rahasia Dagang adalah


informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia
Dagang. Sedangkan, lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi
metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau
informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki
nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Untuk lebih jelasnya, Pasal 3 UU 30/2000 menyatakan bahwa Rahasia


Dagang mendapat perlindungan apabila informasi tersebut bersifat
rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya
melalui upaya sebagaimana mestinya. Sejauh mana suatu informasi
itu memiliki sifat Rahasia yaitu apabila informasi tersebut hanya
diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum
oleh masyarakat.

Suatu informasi akan dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat


kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan
kegiatan atau usaha yang bersifat komersil atau dapat meningkatkan
keuntungan secara ekonomi. Sedangkan informasi dapat dianggap
dijaga kerahasiaannya pemilik atau para pihak yang menguasainya
telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Dengan terpenuhinya ketiga unsur tersebut di atas, suatu dokumen


sudah dianggap memiliki perlindungan sebagai Rahasia Dagang tanpa
perlu adanya pendaftaran di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual guna menjadikan suatu dokumen menjadi sebuah Rahasia
Dagang. Perlindungan yang timbul terhadap Rahasia Dagang dapat
tersirat pada Pasal 13 dan 14 UU 30/2000 yang menyatakan:
Pasal 13 UU 30/2000

Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan


sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau
mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga
Rahasia Dagang yang bersangkutan.

Pasal 14 UU 30/2000

Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia


memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B.AMERIKA
Undang-undang privasi berbeda dari satu negara bagian ke negara
bagian lain di Amerika Serikat. Beberapa negara bagian baru-baru
ini mengeluarkan undang-undang baru yang menyesuaikan dengan
perubahan dalam undang-undang keamanan dunia maya, undang-undang
privasi medis, dan undang-undang terkait privasi lainnya. Undang-
undang negara bagian biasanya merupakan perpanjangan dari hukum
federal Amerika Serikat yang ada, memperluasnya atau mengubah
penerapan hukum.
4.INFORMENT CONSENT
A.INDONESIA
Ulasan Lengkap

Untuk menjawab pertanyaan Anda, kita terlebih dahulu perlu


memahami konsep dari perjanjian dan perjanjian terapeutik.

R. Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian (hal. 1), mengatakan


bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada seorang
berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah
suatu hubungan hukum antara dua orang tersebut yang dinamakan
perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua
orang yang membuatnya.

Selanjutnya, Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(“KUHPerdata”) menyebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian,
diperlukan empat syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
suatu pokok persoalan tertentu;
suatu sebab yang tidak terlarang.

Sedangkan Perjanjian Terapeutik, menurut Cecep Triwibowo dalam


bukunya Etika dan Hukum Kesehatan (hal. 64) adalah perikatan yang
dilakukan antara dokter dan tenaga kesehatan dengan pasien, berupa
hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah
pihak.

Mengacu kepada syarat sahnya penjanjian yang telah dipaparkan


sebelumnya, lebih lanjut Cecep menjelaskan dalam buku yang sama
(hal. 65) bahwa Perjanjian Terapeutik harus dilakukan oleh orang-
orang yang cakap. Pihak penerima pelayanan medis adalah pasien,
sedangkan pihak pemberi pelayanan medis adalah dokter dan tenaga
kesehtan.

Masih dalam buku yang sama (hal. 65), Cecep menjelaskan bahwa
Perjanjian Terapeutik memiliki objek yakni pelayanan medis atau
upaya penyembuhan. Sebab yang halal yang terdapat dalam Perjanjian
Terapeutik adalah dimana tujuan daripada upaya penyembuhan adalah
pemeliharaan dan peningkatan kesehaatan yang berorientasi atas
asas kekeluargaan, mencakup kegiatan peningkatan kualitas
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Sebagai tambahan untuk memperjelas, berikut akan dijabarkan pihak-


pihak dalam Perjanjian Terapeutik menurut Cecep (hal. 67-68) yang
telah kami sesuaikan dengan peraturan yang berlaku saat ini,
yaitu:
Dokter dan Tenaga Kesehatan:
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (“UU Tenaga Kesehatan”), yang dimaksud dengan
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pasal 11
ayat (1) UU Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga kesehatan
dikelompokkan ke dalam:
tenaga medis (dihapus);[1]
tenaga psikologi klinis;
tenaga keperawatan;
tenaga kebidanan;
tenaga kefarmasian;
tenaga kesehatan masyarakat;
tenaga kesehatan lingkungan;
tenaga gizi;
tenaga keterapian fisik;
tenaga keteknisian medis;
tenaga teknik biomedika;
tenaga kesehatan tradisional; dan
tenaga kesehatan lain.
Pasien: Orang yang sakit yang dirawat oleh dokter dan tenaga
kesehatan lainnya di tempat praktek atau rumah sakit.
Rumah Sakit: Sarana pelayanan kesehatan.

Dengan pengertian perjanjian secara umum, dan pengertian mengenai


Perjanjian Terapeutik yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dijelaskan mengenai kaitannya dengan informed consent. Menurut
Cecep dalam buku yang sama (hal. 70-71), informed consent adalah
bentuk persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya
atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebut.

Pada dasarnya, informed consent diperlukan untuk memastikan bahwa


pasien telah mengerti semua informasi yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan, dan pasien mampu memahami informasi yang
relevan dan pasien memberi persetujuan. Berdasarkan doktrin
informed consent, informasi yang harus diberitahukan adalah
sebagai berikut:
Diagnosa yang ditegakkan;
Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan;
Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut;
Risiko-risiko dari tindakan tersebut;
Konsekuensinya apabila tidak dilakukan tindakan; dan
Kadangkala biaya-biaya yang menyangkut tindakan tersebut.

Di Indonesia, informed consent diatur dalam beberapa dasar hukum,


antara lain:
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (“UU
Kesehatan”)
Pasal 8 UU Kesehatan
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang
akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat
Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia (“PP 18/1981”)
Pasal 15 PP 18/1981
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat atau jaringan tubuh
manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang
bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi,
akibat-akibatnya, dan kemungkinan yang dapat terjadi;
Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar,
bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya
arti dari pemberitahuan tersebut.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/II/2008 tentang


Persetujuan Tindakan Kedokteran (“Permenkes 290/2008”)
Pasal 2 Permenkes 290/2018
Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
harus mendapat persetujuan;
Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
secara tertulis maupun lisan;
Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya
tindakan kedokteran dilakukan.

UU Tenaga Kesehatan
Pasal 68 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan
Setiap tindakan pelayanan kesehatan perseorangan yang dilakukan
oleh Tenaga Kesehatan harus mendapat persetujuan.

Penjelasan:
Pada prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan adalah penerima
pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Apabila penerima pelayanan
kesehatan tidak kompeten atau berada di bawah pengampuan (under
curatele), persetujuan atau penolakan tindakan pelayanan kesehatan
dapat diberikan oleh keluarga terdekat, antara lain suami/istri,
ayah/ ibu kandung, anak kandung, atau saudara kandung yang telah
dewasa.
1.ISU/KASUS EUTHANASIA
Seorang anak Belgia berusia 9 tahun penderita tumor otak bakal
menjadi pasien termuda yang mengakhiri hidupnya melalui program
euthanasia.
Dua anak berusia 11 tahun dan 17 tahun telah menjalankan
euthanasia pada 2016 dan 2017, menurut laporan dari Komite
Euthanasia Belgia.
Untuk mengajukan euthanasia, seorang anak harus menuliskan
permohonan dan menjelaskan kasusnya dengan tulisan tangan.
"Saya melihat gangguan mental dan fisik yang tak tertahankan
sehingga saya percaya kami melakukan hal yang benar," kata Luc
Proot, seorang anggota Komisi Belgia kepada The Washington Post.
Setelah aplikasi permohonan tertulis diserahkan, dokter
memverifikasi permohonan tersebut dan hanya bisa mengizinkan
permintaan praktik ini jika pasien berada pada kondisi 'sakit
konstan yang tidak bisa diobati, karenanya akan meninggal dalam
waktu dekat."
PILIHAN REDAKSI
Wanita di Selandia Baru Menuntut Hak untuk Mati
Tertekan, Paedofil Belgia Minta Eutanasia
Belanda Rancang UU yang Izinkan Warga Bunuh Diri
Kemudian, sang anak yang mengajukan permohonan euthanasia harus
menjalani beberapa ujian yang melihat tingkat kecerdasan untuk
memastikan bahwa keputusan mereka tidak dipengaruhi pihak-pihak
lain.
Setelah prosedur euthanasia, panitia yang terdiri atas enam akan
mengevaluasi dan meneliti berkas-berkas dari kasus tersebut,
dimana nama pasien dan doktor tidak tercantum dalam dokumen, untuk
memastikan proses telah dilaksanakan dengan benar.
Euthanasia pada seorang anak sebelumnya, yang berusia 11 tahun
dikabulkan karena dia menderita fibrosis sistik, yaitu penyakit
yang tidak bisa disembuhkan dan dapat berakibat fatal. Dalam
beberapa kasus, sebagian besar pasien hidup sampai umur 30 tahun.
Anak tersebut berjuang melawani distrofi otot, yang menyebabkan
hilangnya berat otot secara progresif dan kehilangan kekuatan.
Perkembangan penyakit ditandai dengan kesulitan bernafas dan pola
makan yang rendah. Namun, obat untuk dapat menyembuhkan distrofi
otot belum ditemukan.
Tiga kasus euthanasia anak di Belgia berlaku sejak negeri itu
mengesahkan yang mengizinkan dokter mengakhiri hidup pasien
berusia di bawah 12 tahun yang sakit parah, jika mereka
memintanya, pada 2014.
Belgia adalah negara pertama yang mengizinkan euthanasia bagi
anak-anak. Di Belanda, hanya memperbolehkan pasien yang berumur di
atas 12 tahun yang boleh mengajukan permohonan suntik mati itu.
Pada November tahun lalu, Victoria menjadi wilayah pertama
Australia yang melegalkan kematian dengan bantuan bagi para pasien
yang menderita sakit parah. Mulai pertengahan 2019, pasien berhak
meminta obat demi mengakhiri hidup.
Awal tahun ini, seorang dokter asal Australia, David Goodall
memutuskan untuk pergi ke Swiss dengan tujuan untuk mengakhiri
hidupnya secara legal.
2.ABORSI
Sangat ironi, bangsa ini dikenal sebagai bangsa religius, tapi
memiliki angka aborsi di luar nikah yang fantastik. Belum lagi
hubungan seks bebas di kalangan remaja di bawah umur sudah pasti
lebih tinggi lagi.
Hasil survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan (2008) menunjukkan
63 % remaja SMP sudah melakukan hubungan seks di luar pernikahan,
21 % siswa SMA pernah melakukan aborsi, dan yang tak kalah
pentingnya, hampir semua remaja pernah menonton film porno.
Konon, angka perselingkuhan juga sedemikian tinggi, bukan saja
dilakukan oleh para suami tetapi juga para isteri. Wajar jika
perceraian yang meningkat tajam, su-dah melewati angka 10% dari
rata-rata perkawinan perkawinan setiap tahun sekitar 2,3 juta
pasang.
3.CONFIDENTIALITY
Perawat X merawat pasien yang merupakan tetangga di depanrumahnya.
Ternyata tetangga perawat X tersebut mengidap penyakit
HIV/AIDS.Perawat X terkejut mengetahui pasien yang dirawatnya
merupakan tetanggayang tidak disukainya. Akhirnya perawat X tanpa
sengaja telah menceritakanpenyakit pasien kepada tetangga dan
kerabatnya yang lain. Sehinggatetangganya yang lain tidak mau
membezuk dia kerena takut tertular. PerawatX mengatakan walaupun
pasien telah keluar dari rumah sakit dia tidak akansembuh total
dan bisa menularkan penyakitnya kepada orang terdekatnya.
4.INFORMED CONSENT
RS Persahabatan mengklarifikasi tudingan malpraktik pada Anna
Marlina Simanungkalit (38) yang ditudingkan suami Anna, Pandapotan
Manurung (40). Anna datang mengeluhkan sakit di leher, kemudian
didiagnosa gondokan kemudian dinyatakan terdapat tumor ganas
hingga harus diangkat. Bagaimana kronologinya?
Kronologi ini dipaparkan Direktur Utama RS Persahabatan Dr
Mohammad Syahril, Sp.P, MPH dalam jumpa pers di RS Persahabatan,
Jalan Raya Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu
(24/4/2013). Syahril didampingi Ketua Komite Medik RSUP
Persahabatan Dr Moch Iqbal, Sp.OG dan Kepala Bagian Pelayanan
Medis RSUP Persahabatan Dr Zubaidan Elvia, MPH.

Anda mungkin juga menyukai