Anda di halaman 1dari 9

Nama : Akhir Harsa, S.sos.

Nim : 71210123156
Mata Kuliah : Bantuan Hukum
Ujian Tengah Semester

1. Jaminan untuk mendapatkan bantuan hukum telah diatur dalam Undang-undang No. 39
tentang Hak Asasi Manusia di dalam Pasal 17, 18, 19, dan 34. Indonesia telah
meratiβikasi Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (Kovenan Hak-
hak Sipil dan politik – International Covenant on Civil and Political Rights), yang
pada Pasal 16 serta Pasal 26 Konvensi tersebut menjaminakan persamaan kedudukan
di depan hukum (equality before the law). Semua orang berhak atas perlindungan dari
hukum serta harus dihindarkan adanya diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, pandangan politik berbeda, nasional atau asal-muasal
kebangsaan, kekayaan, kelahiran atau status yang lain-lainnya. Hak untuk memperoleh
bantuan hukum merupakan hak mendasar atau asasi bagi seseorang yang terkena
masalah hukum. Sebab memperoleh bantuan hukum merupakan salah satu bentuk akses
terhadap keadilan bagi mereka yang atau berurusan dengan masalah hukum.
Memperoleh bantuan hukum juga merupakan salah satu perwujudan dari persamaan
didepan hukum. Prinsip equality before the law ini sudah dimuat dalam pasal 28D ayat
(1) Undang-Undang Dasar 1945, yaitu bahwa setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Ini merupakan konsekuensi Negara Indonesia adalah negara hukum
(pasal 1 ayat (3) UUD 1945 hasil perubahan ketiga). Ada tiga prinsip negara hukum
(rechstaat), yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum
(equality before the law), dan penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak
bertentangan dengan hukum (due process of law).5 Ketentuan umum untuk
memperoleh bantuan hukum terdapat di dalam Undang-undang No. 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman.Pasal 37 Undang-undang No. 4 Tahun 2004
menyebutkan:“Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan
hukum.”Pasal 38 Undang-undang No. 4 Tahun 2004 menegaskan:“Perkara pidana
seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak
menghubungi dan meminta bantuan advokat.”
Kemudian, dalam Pasal 39 Undang-undang No. 4 Tahun 2004 menyebutkan: “Dalam
memberikan bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, advokat
wajib membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan
keadilan.” Bantuan hukum dapat diartikan segala macam bentuk bantuan atau
pemberian jasa berkenaan dengan masalah hukum yang diberikan oleh seseorang yang
mempunyai keahlian hukum kepada mereka yang terlibat dalam perkara baik langsung
maupun tidak langsung dengan mengutamakan mereka yang tidak mampu,6 adapun
bantuan hukum menurut Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
Tentang Advokat adalah jasa hukum yang diberikan oleh advokat secara cuma-cuma
kepada klien yang tidak mampu. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum mengatur norma baru dalam pemberian bantuan hukum kepada yang
tidak mampu. Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum mengatur pemberian bantuan hukum kepada penerima bantuan hukum
diselenggarakan oleh Menteri Hukum dan HAM dan dilaksanakan oleh pemberi
bantuan hukum. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat yang memberikan bantuan hukum adalah advokat. Pasal 22 ayat (1)
menyebutkan Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
pencari keadilan yang tidak mampu. Dalam hal ini berarti kewajiban pemberian
bantuan hukum berada pada tangan advokat. Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum mengatur pelaksanaan bantuan hukum
dilakukan oleh pemberi bantuan hukum yang memenuhi syarat berdasarkan Undang-
Undang, yaitu berbadan hukum, terakreditasi berdasarkan undang-undang, memiliki
kantor atau sekretariat yang tetap, memiliki pengurus dan memiliki program bantuan
hukum. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang
memberi jasa hukum tidak hanya advokat, akan tetapi lembaga bantuan hukum atau
organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum. Selain itu, Pasal 9
huruf (a) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 lembaga bantuan hukum berhak
melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen dan mahasiswa fakultas
hukum
2. Dengan diadakannya pengakuan terhadap pemberian hak-hak tersebut diatas dengan
sendirinya KUHAP telah menempatkan kedudukan tersangka atau terdakwa berada
dalam posisi yang sama derajat dengan aparat penegak hukum. Sebagai
konsekuensinya dianutnya asas praduga tak bersalah pada sistem peradilan pidana
adalah tersangka atau terdakwa yang dituduh melakukan suatu tindak pidana, tetap
tidak boleh diperlakukan sebagai seseorang yang bersalah hingga pengadilan
menyatakan bahwa ia bersalah dan memperoleh kekuatan hukum tetap. Jadi, semua
pihak termasuk aparat penegak hukum harus tetap menjunjung tinggi hak asasi
tersangka atau terdakwa. Dan setiap orang yang terlibat perkara pidana berhak
memperoleh bantuan hukum, khususnya hak-hak tersangka dalam proses penyidikan
yaitu hak untuk menghubungi dan menerima penasehat hukum. setiap orang yang
terlibat perkara pidana berhak memperoleh bantuan hukum, khususnya hak-hak
tersangka dalam proses penyidikan yaitu hak untuk menghubungi dan menerima
penasehat hukum.

3. Berikut contoh putusan Tindak Pidana Narkotika yang tidak di damping oleh penasehat
hukum, sehingga hakim menetapkan putusan bebas terhadap terdakwa.

Putusan Negeri Jambi Nomor: 237/Pid.Sus/2020/PN Jmb:

Menimbang, bahwa Pasal 56 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana dengan jelas dan tegas mengatur bahwa untuk tersangka atau
terdakwa yang disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana mati atau yang diancam dengan pidana 15 (lima belas) tahun atau lebih atau bagi
mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang
tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua
tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi
mereka. Lebih lanjut lagi, Pasal 114 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana mengatur bahwa dalam hal seorang disangka melakukan suatu
tindak pidana sebelum dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib
memberitahu kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau
bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasihat hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56;

Menimbang, bahwa dalam perkara a quo, Terdakwa di tahap penyidikan disangka


melakukan tindak pidana, salah satunya melanggar Pasal 114 ayat (2) jo. Pasal 132 ayat
(1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang ancaman
pidananya, yakni pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan pidana denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) ditambah 1/3 (sepertiga);
Menimbang, bahwa memperhatikan Berita Acara Pemeriksaan Tersangka, tanggal 3
Januari 2020, pukul 10.10 WIB, yang terdapat di dalam berkas perkara yang identik
dengan bukti T-1 yang diajukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa, dapat disimpulkan
pada saat Penyidik melakukan pemeriksaan Tersangka, tanpa didampingi oleh
Penasihat Hukum. Dalam Berita Acara Pemeriksaan tersebut, yakni poin pertanyaan
dan jawaban angka 3, tergambar perihal adanya pemberitahuan dari Penyidik kepada
Tersangka akan hak Tersangka untuk mendapat bantuan hukum dari seseorang atau
lebih penasihat hukum, dan kemudian Penyidik menanyakan apakah Tersangka telah
memiliki dan atau menunjuk penasihat hukum untuk mendampinginya. Atas
pertanyaan tersebut, Tersangka menjawab bahwa ia tidak didampingi oleh
Penasihat Hukum, cukup dirinya sendiri yang menjelaskan;

MENGADILI:

1. Menyatakan keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa Andi Irawan alias Andi
bin Abdul Majid tersebut diterima;
2. Menyatakan surat dakwaan Penuntut Umum Nomor Reg. Perkara: PDM-
83/JBI/04/2020, tanggal 28 April 2020 batal demi hukum;
3. Memerintahkan mengembalikan berkas perkara ini kepada Penuntut Umum
4. Memerintahkan Terdakwa dibebaskan dari tahanan segera setelah putusan ini
diucapkan;
5. Membebankan biaya perkara kepada Negara;

4. Bantuan Hukum Konstitusional yaitu bantuan hukum untuk masyarakat miskin yang
dilakukan dalam kerangka usaha-usaha dan tujuan yang lebih luas dari sekedar
pelayanan hukum di pengadilan. Berorientasi pada perwujudan negara hukum
yangberlan- daskan prinsip-prinsip demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Bantuan hukum adalah kewajiban dalam rangka untuk menyadarkan mereka sebagai
subyek hukum yang mempunyai hak yang sama dengan golongan lain. Bantuan hukum
ini berarti bantuan hukum secara cuma-cuma yang diberikan advokat kepada
masyarakat miskin yang memerlukan bantuan hukum. Bantuan hukum ini lebih
menitikberatkan pada perwujudan negara hukum yang berlandaskan prinsip-prinsip
Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, yang intinya memberikan hak yang sama untuk
mendapatkan bantuan hukum baik yang mampu maupun yang miskin sama-sama
sebagai subjek hukum yang mempunyai hak untuk mendapatkan bantuan hukum.
Sedangkan Bantuan Hukum Struktural adalah bantuan hukum bukanlah sekedar
pelayanan hukum buat si miskin tetapi merupakan sebuah gerakan dan rangkaian
tindakan guna pembebasan masyarakat dari belenggu struktur politik, ekonomi, sosial,
dan budaya yang sarat dengan penindasan. Adanya pengetahuan dan pemahaman
masyarakat miskin tentang kepentingan- kepentingan bersama mereka, adanya
pengetahuan dan pemahaman di kalangan masyarakat miskin tentang hakhak mereka
yang telah diakui oleh hukum, adanya kecakapan dan kemandirian di kalangan
masyarakat miskin untuk mewujudkan hak-hak dan kepentingan-kepentingan mereka
dalam masyarakat.

5. Berdasarkan UU No 8 tahun 1981 tentang KUHAP, hak-hak tersangka dan terdakwa


diatur dalam :

Pasal 50
(1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya
dapat diajukan kepada penuntut umum.
(2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut
umum.
(3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.

Pasal 51
Untuk mempersiapkan pembelaan :
a. Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti
olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai;
b. Terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti
olehnya tentang apa yang didakwakan kepadanya.
Pasal 52
Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau
terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim.

Pasal 53
(1) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau
terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 177.
(2) Dalam hal tersangka atau terdakwa bisu dan atau tuli diberlakukan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178.

Pasal 54
Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan
hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap
tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini.

Pasal 55
Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 54, tersangka atau
terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.

Pasal 56
(1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau
lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun
atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasihat hukum bagi mereka.
(2) Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-cuma.

Pasal 57
(1) Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi
penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.
(2) Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan
berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam
menghadapi proses perkaranya.

Pasal 58
Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan
menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada
hubungannya dengan proses perkara maupun tidak.

Pasal 59
Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang
penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang, pada semua tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan, kepada keluarganya atau orang lain yang
serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang lain yang bantuannya
dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum atau
jaminan bagi penangguhannya.
Pasal 60
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak
yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau
terdakwa guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun untuk
usaha mendapatkan bantuan hukum.
Pasal 61
Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaraan penasihat
hukumnya menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal
yang tidak ada hubungannya dengan perkara tersangka atau terdakwa untuk
kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan.

Pasal 62
(1) Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat hukumnya,
dan menerima surat dari penasihat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang
diperlukan olehnya, untuk keperluan itu bagi tersangka atau terdakwa disediakan alat
tulis menulis.
(2) Surat-menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat hukumnya atau
sanak keluarganya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau
pejabat rumah tahanan negara kecuali jika terdapat cukup alasan untuk diduga bahwa
surat menyurat itu disalahgunakan.
(3) Dalam hal surat untuk tersangka atau terdakwa itu ditilik atau diperiksa oleh
penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal itu
diberitahukan kepada tersangka atau terdakwa dan surat tersebut dikirim kembali
kepada pengirimnya setelah dibubuhi cap yang berbunyi "telah ditilik".

Pasal 63
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari
rohaniwan.

Pasal 64
Terdakwa berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum.

Pasal 65
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan
atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi dirinya.

Pasal 66
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.

Pasal 67
Terdakwa atau penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap putusan
pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan
putusan pengadilan dalam acara cepat.
Pasal 68
Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 95 dan selanjutnya.

6. Ciri ciri negara hukum yaitu:

1) Adanya sistem ketatanegaraan yang sistematis


Ciri-ciri negara hukum yang pertama yaitu adanya sistem ketatanegaraan yang
mengatur urusan kenegaraan secara sistematis. Di setiap lembaga yang
dibentuk, memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing untuk membantu
menjalankan pemerintahan negara tersebut, agar nantinya dapat sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan.

2) Hukum sebagai patokan segala bidang


yaitu negara tersebut menjadikan hukum sebagai patokan dalam berbagai
bidang, atau biasa dikenal dengan istilah Supremasi Hukum. Ciri-ciri negara
hukum yang satu ini merupakan upaya untuk menempatkan hukum dalam
tempat tertinggi sebagai alat perlindungan bagi rakyatnya, serta tanpa adanya
intervensi dan penyalahgunaan hukum, termasuk dari para petinggi negara.

3) Adanya perlindungan dan pengakuan hak asasi manusia (HAM) yaitu


adanya perlindungan dan pengakuan HAM. Ciri pengakuan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia ini merupakan salah satu ciri yang utama. Hak
asasi manusia sendiri merupakan hak yang paling mendasar dan fundamental.
Sedangkan bagi para pelanggar HAM dapat dijatuhi hukum secara tegas. Ciri-
ciri negara hukum yang keempat adalah memiliki sistem peradilan yang tidak
memihak. Sistem peradilan ini meliputi para hakim dan jaksa serta para
anggota administrasi pengadilan yang telah ditentukan berdasarkan hukum
yang berlaku. Tak hanya di peradilan pusat, sistem peradilan yang bebas dan
tidak memihak juga berlaku di peradilan-peradilan daerah. Peradilan harus
berjalan sesuai dengan hukum yang ditentukan dan diterapkan sama sehingga
tidak berat sebelah antara rakyat dan para petinggi negara.
4) Sistem peradilan yang tidak memihak dan memiliki persamaan
kedudukan di hadapan hukum
Ciri-ciri negara hukum yang keempat adalah memiliki sistem peradilan yang
tidak memihak. Sistem peradilan ini meliputi para hakim dan jaksa serta para
anggota administrasi pengadilan yang telah ditentukan berdasarkan hukum
yang berlaku. Tak hanya di peradilan pusat, sistem peradilan yang bebas dan
tidak memihak juga berlaku di peradilan-peradilan daerah. Peradilan harus
berjalan sesuai dengan hukum yang ditentukan dan diterapkan sama sehingga
tidak berat sebelah antara rakyat dan para petinggi negara

5) Adanya pembagian kekuasaan yang jelas


yaitu adanya pembagian kekuasaan yang jelas. Pembagian kekuasaan ini
menjunjung tinggi nilai demokrasi. Dan setiap lembaga memiliki tugas dan
fungsinya masing-masing, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang
tindih.Jika muncul permasalahan atau konflik, maka lembaga yang berwenang
mampu menerapkan hukum yang tepat. Seperti yang disampaikan tokoh
terkenal, John Locke, bahwa kekuasaan dibedakan menjadi tiga yaitu
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Dalam buku Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-
unsurnya (1995), mengungkapkan bahwa terdapat beberapa ciri yang dapat mendeskripsikan
mengapa Indonesia termasuk dalam negara hukum. Berikut ini ciri-ciri negara hukum
menurut Azhary:

1. Hukum bersumber pada Pancasila;


2. Berkedaulatan rakyat;
3. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi;
4. Persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan;
5. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya;
6. Pembentukan undang-undang oleh Presiden bersama-sama dengan DPR;
7. Dianutnya sistem MPR.

Dan Undang-Undang Dasar 1945 telah memenuhi ciri-ciri sebagai negara hukum
seperti yang tertera di atas.

Anda mungkin juga menyukai