Penasihat Hukum yakni mereka yang memberikan suatu bantuan atau nasihat hukum, baik
dengan bergabung ataupun tidak dalam suatu persekutuan Penasihat Hukum, baik sebagai
mata pencaharian atau tidak, yang disebut sebagai Pengacara/Advokat dan Pengacara
Praktek. Menurut Pasal 1 ayat (13) UU No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) penasihat hukum ialah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau
berdasarkan undang-undang untuk memberi bantuan hukum. Artinya dari pasal tersebut
sudah dijelas dikatakan bahwa bisa dikatakan sebagai penasihat hukum tentu haruslah
memenuhi persyaratan yang telah dituang dalam undang-undang.
Mahkamah Agung dalam surat edarannya yang bernomor 8 Tahun 1987 tentang Penjelasan
dan Petunjuk-Petunjuk Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri
Kehakiman tanggal 6 Juli 1987 No.KMA/005/SKB/VII/1987 dan No.M. 03-PR.08.05 Tahun
1987. Dulunya penasihat hukum terbagi menjadi dalam dua, yaitu:
1. Para pengacara advokat yang sudah diangkat oleh Menteri Kehakiman dan
memperoleh izin untuk melakukan kegiatan praktek hukum di manapun.
2. Para pengacara praktek yang telah mendapatkan izin dari Ketua Pengadilan Tinggi
untuk melakukan praktek hukum di dalam daerah hukum Pengadilan Tinggi
bersangkutan.
Dalam Pasal 69 UU No.8 Tahun 1981 Tentang KUHAP mengatakan bahwa “Penasihat
hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat
pemeriksaan menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini.
Dalam Pasal 70 pun memaparkan lebih banyak terkait Hak Penasihat Hukum yang diantara
lain:
Mengacu kepada Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Pasal 1 ayat
(1) dijelaskan bahwa Bantuan Hukum yaitu jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan
Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. Penerima Bantuan Hukum
adalah orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak
dan mandiri yang menghadapi masalah hukum. Sedangkan dalam SEMA No. 10 Tahun 2010
tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, Pasal 27 dinyatakan bahwa yang berhak
mendapatkan jasa dari Pos Bantuan Hukum adalah orang yang tidak mampu membayar jasa
advokat terutama perempuan dan anak-anak serta penyandang disabilitas, sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1. Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan
akses keadilan.
2. Mewujudkan hak konstitusional semuaa warga Negara sesuai dengan prinsip
persamaan kedudukan didalam hukum.
3. Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di
seluruh wilayah Negara Indonesia.
4. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Ganti Kerugian
Dalam pasal 1 ayat 22 No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP dinyatakan bahwa ganti kerugian
adalah hak seorang untuk mendapat pemenuhan atau tuntutannya yang berupa imbalan
sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-pengacara-dengan-penasehat-hukum-
cl6143
https://pn-banyuwangi.go.id/hak-penasehat-hukum
https://www.pn-sarolangun.go.id/